Anda di halaman 1dari 7

Nama : Nadila Eka Yulianti

NIM : 210810301030
Kelas : Perpajakan (B)

Soal Essay
1. Jelaskan Fungsi Perpajakan dalam Perekonomian Indonesia?
Jawab : Bagi perekonomian Indonesia pajak terbagai menjadi 4 fungsi. Fungsi pertama
yakni fungsi penerimaan (budgeter),dimana dalam kebijakan amnesti memberikan
kemandirian negara yang tidak semata-mata berfungsi sebagai sumber pendapatan
negera. Kedua yakni memiliki fungsi mengatur (regulern) atau bisa dikatakan sebagau
fungsi untuk memindahkan harta dari orang kaya kepada orang miskin, selain itu
memindahkan harta dari negara lain ke Indonesia (repatriasi) sebagai upaya
memperkuat kurs rupiah (dana repratiasi), meningkatkan cadangan devisa, dan
meningkatkan iklim investasi. Oleh karena itu Langkah tax amnesty yang cukup
akomodatif inilah meyakinkan bahwa satu lagi fungsi pajak sebagai Demokrasi, dimana
fungsi pajak ini merujuk pada penjelasan Miraza (2005) yang menyatakan bahwa pajak
sebenarnya perwujudan dari suatu kerja sama kekeluargaan khususnya jika dilihat dari
sudut fungsi pajak di dalam pengembangan kehidupan masyarakat. Selanjutnya tax
amnesty tersebut juga menghadirkan fungsi pajak sebagai Redistribusi, dimana fungsi
ini sejalan dengan tekad bahwa selama pembangunan terus dilakukan maka investasi
juga perlu sejalan ditingkatkan. Dana investasi ini bersumber dari sektor negara dan
sektor swasta.

2. Jelaskan Kedudukan dan hubungan hukum pajak dalam tata perundang-undangan


Indonesia?
Jawab : Pajak memiliki kedudukan yang sangat penting dalam tata perundang-
undangan Indonesia. Hal ini dikarenakan pajak menjadi sumber pendapatan utama bagi
negara untuk membiayai berbagai program pembangunan dan kegiatan pemerintah.
Oleh karena itu, tata perundang-undangan pajak di Indonesia dirancang dengan tujuan
untuk memastikan bahwa pajak dapat dikumpulkan dengan efisien dan adil, serta
memberikan perlindungan hukum bagi WP.
Hubungan hukum pajak diatur dalam UU Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP), yang merupakan landasan hukum utama
dalam sistem perpajakan Indonesia. Dalam UU KUP dijelaskan bahwa setiap orang
atau badan yang memperoleh penghasilan atau melakukan kegiatan tertentu harus
membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Dalam hubungan hukum pajak, negara memiliki kewenangan untuk menetapkan tarif
pajak dan memungut pajak dari WP. WP, disisi lain memiliki kewajiban untuk
membayar pajak dan melaksanakan kewajiban perpajakan lainnya seperti,
menyampaikan laporan pajak dan membayar denda jika terjadi pelanggaran. Apabila
terjadi perselisihan antara negara dan wajib pajak, maka hal tersebut dapat diselesaikan
melalui proses peradilan pajak. Peradilan pajak merupakan sistem pengadilan khusus
yang mengadili sengketa perpajakan antara wajib pajak dan negara. Secara
keseluruhan, pajak memiliki kedudukan yang sangat penting dalam tata perundang-
undangan Indonesia dan memiliki hubungan yang jelas antara negara dan wajib pajak

3. Konsep apa yang terdapat dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan?
Jawab : Ketentuan umum dan tata cara perpajakan ini merujuk pada seperangkat
atauran dan prosedur yang mengatur bagaimana pajak harus dibayar dan dikelola di
dalam suatu negara. Adapun konsep-konsep yang terdapat dalam ketentuan umum dan
tata cara perpajakan, diantaranya:
• Subyek pajak : orang atau entitas yang harus membayar pajak.
• Objek apajak : jenis pajak yang harus dibayar, seperti PPh, PPN dan PBB.
• Tarif Pajak : persentase atau jumlah uang yang harus dibayar oleh subyek pajak
berdasarkan pendapatan atau nilai property yang dimiliki.
• Pelaporan pajak : proses mengumpulkan dan menyampaikan informasi tentang
pendapatan atau nilai properti subyek pajak kepada otoritas pajak.
• Penilaian pajak : penentuan nilai properti pajak untuk tujuan perhitungan pajak.
• Sistem pemungutan pajak : cara mengumpulkan pajak dari subjek pajak, seperti
melalui potongan gaji atau pembayaran langsung.
• Penegakan hukum pajak : upaya untuk menegakkan ketentuan perpajakan dan
mengenakan sanksi kepada mereka yang melanggar hukum pajak.
Sehingga konsep-konsep ini memberikan kerangka kerja yang penting bagi otoritas
pajak untuk mengumpulkan pajak secara efektif dan efisien serta memastikan
kepatuhan WP terhadap aturan perpajakan.

4. Kajian apa yang menarik dalam aktivitas Pembukuan dalam perpajakan dan
Pemeriksaan Pajak serta Penagihan Pajak dengan Surat Paksa?
Jawab : Dalam sistem perpajakan terdapat tiga aspek yang saling terkait yakni
pembukuan, pemeriksaan pajak, dan penagihan pajak dengan surat pajak. Adapun
kajian yang menarik dalam aktivitas ini, diantaranya:
• Pembukuan
Pembukan adalah proses pencatatan transaksi keuangan yang dilakukan oleh
setiap wajib pajak. Pembukuan yang baik akan memudahkan proses perpajakan,
baik dalam pemeriksaan maupun penagihan. Adanya pembukuan yang baik
juga dapat membantu wajib pajak dalam memantau keuangan bisnisnya yang
mengambil keputusan yang lebih baik untuk perkembangan bisnis.
• Pemeriksaan Pajak
Pemeriksaan pajak dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk
memastikan kepatuhan WP terhadap ketentuan perpajakan. Pemeriksaan pajak
dilakukan dengan melihat data pembukuan WP. Oleh karena itu, pembukuan
yang baik akan membantu proses pemeriksaan pajak menjadi lebih mudah dan
efektif. Pemeriksaan pajak juga dapat membantu DJP untuk memperoleh
informasi lebih lanjut mengenai potensi penerimaan pajak.
• Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
Jika WP tidak membayar pajak yang terhutung dalam jangka waktu yang
ditentukan, DJP akan melakukan penagihan pajak dengan surat paksa. Surat
paksa ini akan dikirimkan kepada WP yang belum membayar pajak dan
memberikan kesempatan untuk membayar pajak yang terhutang dalam waktu
yang ditentukan. Jika WP tidak membayar pajak setelah menerima surat paksa,
maka DJP dapat melakukan Tindakan penagihan yang lebih keras, seperti
penyitaan harta benda atau pembekuan rekening.
Secara keseluruhan, kajian yang menarik dalam aktivitas pembukuan, pemeriksaan, dan
penagihan pajak dengan surat paksa adalah pentingnya Kerjasama antara WP dan DJP
dalam memastikan kepatuhan perpajakan. Pembukuan yang baik akan memudahkan
proses perpajakan dan membantu WP dalam mengambil keputusan bisnis yang lebih
baik, sedangkan pemeriksaan pajak dan penagihan pajak dengan surat paksa akan
membantu DJP dalam memperoleh penerimaan pajak yang optimal.

5. Kajian apa yang menarik dalam Pajak Penghasilan (PPh)?


Jawab : Terdapat beberapa hal yang menarik dalam Pajak Penghasilan (PPh),
diantaranya:
• Tujuan PPh. PPh bertujuan untuk memperoleh pendapatan bagi negara, dengan
cara mengambil sebagian penghasilan yang diperoleh oleh Wajib Pajak (WP).
• Jenis PPh. Dimana terdapat beberapa jenis PPh, diantaranya PPh 21
(Penghasilan Tetap), PPh 22 (Penghasilan dari impor), PPh 23 (Penghasilan dari
usaha), PPh 25 (Penghasilan pasal 4 ayat (2) yang dipotong oleh pihak lain),
dan PPh 29 (Penghasilan final).
• Tarif PPh. Dalam tarif PPh yang di berikan itu berbeda-beda tergantung pada
jenis penghasilan dan besarnya penghasilan yang diterima oleh WP. Tarif PPh
juga dapat diubah dari waktu ke waktu oleh pemerintah sesuai dengan kebijakan
yang berlaku.
• Sistem Pemotongan PPh. Dalam sistem pemotongan PPh dilakukan oleh pihak
yang membayar penghasilan, seperti perusahaan atau pihak lain yang membayar
gaji atau honorarium. PPh yang dipotong kemudian disetor ke kas negara oleh
pihak yang melakukan pemotongan.
• Fasilitas PPh. Terdapat beberapa fasilitas PPh yang dapat dimanfaatkan oleh
WP, seperti pengurangan penghasilan bruto, pengurangan pajak atas dividen,
dan pengurangan pajak atas bunga deposito.
• Sanksi PPh. Dalam hal ini pemerintah memberikan sanksi bagi WP yang
melanggar ketentuan perpajakan, seperti denda, bunga, dan pidana. Oleh karena
itu, diharapkan WP mematuhi ketentuan perpajakan untuk menghindari sanksi
tersebut.
• Manfaat PPh. Meskipun terkadang dianggap sebagai beban oleh WP, PPh juga
memiliki manfaat bagi negara dan masyarakat. PPh dapat digunakan untuk
membiayai kegiatan pemerintah dan pembangunan nasional, sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
6. Jelaskan Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) 21 ditanggung Pemerintah dan Kriteria
Tertentu?
Jawab : Pajak Penghasilan (PPh) 21 ditanggung Pemerintah merupakan suatu kebijakan
pemerintah, dimana pemerintah membebaskan sebagian atau seluruh pajak penghasilan
yang seharusnya dibayarkan oleh pegawai atau karyawan kepada pihak ketiga.
Kebijakan ini diberlakukan untuk memberikan insentif dan mendorong perusahaan
untuk memberikan gaji yang lebih tinggi kepada karyawannya. Sehingga untuk
memperoleh keuntungan dari kebijakan ini, terdapat beberapa kriteria tertentu yang
harus dipenuhi oleh perusahaan dan karyawan, diantaranya:
• Perusahaan merupakan badan usaha yang terdaftar dan memiliki Surat
Keterangan Terdaftar (SKT) dari otoritas pajak setempat.
• Karyawan yang mendapatkan manfaat dari kebijakan ini harus WNI dan
memiliki NPWP.
• Gaji yang diterima oleh karyawan harus tidak melebihi batas tertentu yang
ditetapkan oleh pemerintah.
• Karyawan harus bekerja pada perusahaan yang memenuhi kriteria dan syarat
tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah.
• Perusahaan harus melaporkan secara tepat dan akurat mengenai jumlah
karyawan yang menerima manfaat dari kebijakan ini kepada otoritas pajak
setempat.
Sehingga dengan memenuhi kriteria-kriteria tersebut, baik perusahaan maupun
karyawan dapat memperoleh manfaat dari kebijakan PPh 21 ditanggung Pemerintah
yang dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan serta memberikan insentif bagi
perusahaan untuk meningkatkan produktivitas dan kinerja perusahaan.
Aplikasi Persoalan
1. Laras dan Pradana bekerja pada PT. Semangat Belajar yang menerima gaji sebulan Rp.
12.450.000,00. Tunjangan makan, pendidikan, kesehatan dan transportasi sebesar 6,5
% dari gaji. Perusahaan tempat Tn. Pradana bekerja merupakan peserta Program
Jamsostek dan mengikuti Program Dana Pensiun yang telah disahkan oleh Kementerian
Keuangan. Premi Asuransi Kematian dan Kecelakaan Kerja ditanggung oleh
Perusahaan dengan perincian 0,30% dan 0,24% dari gaji kotor serta Pemeliharaan
Kesehatan. Selanjutnya iuran Tunjangan Hari Tua sebesar 3,70 % dari gaji kotor.
Pradana menanggung sebesar 2 % dari gaji kotor. Iuran pensiun yang ditanggung oleh
perusahaan sebesar Rp. 225.500,00 sedangkan Pradana menanggung sebesar Rp.
145.000,00 setiap bulan. Status Laras menikah dan memiliki 1 (satu) orang anak dan
menanggung kedua orang tuanya. Pada awal 2023 Pradana berpindah kerja pada PT.
Laskar Pelangi.
Diminta: Hitung PPh Pasal 21 terutang untuk satu tahun 2022, bulan dan Gaji
bersih per bulan?
Diketahui :
Gaji Pokok Pradana Rp. 12.450.000
Tunjangan-tunjangan Rp. 809.250 (6.5% dari gaji pokok)
Premi JK Rp. 37.350 (0.30% dari gaji pokok)
Premi JKK Rp. 29.880 (0.24% dari gaji pokok)
Iuran Pensiun Rp. 145.000
Iuran THT Rp. 249.000 (2% dari gaji pokok)
Jawab :
Penghasilan Bruto:
Gaji Pokok Rp. 12.450.000
Tunjangan-tunjangan Rp. 809.250
Premi JK (dibyr perusahaan) Rp. 37.350 Pasal 4 ayat 1a
Premi JKK (dibyr perusahaan) Rp. 29.880 a
Penghasilan Bruto/Bulan Rp. 13.326.480
(-)
Iuran Pensiun (bayar sendiri) Rp. 145.000 Pasal 6 ayat 1a
Iuran THT (bayar sendiri) Rp. 249.000
Penghasilan Neto/Bulan Rp. 12.932.480

Penghasilan Neto/Tahun (x12) = Rp. 12.932.480 x 12 = Rp. 155.189.760


Pasal 7 ayat 2 PTKP (TK/O) = Rp. 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) = Rp. 155.189.760 – Rp. 54.000.000
= Rp. 101.189.760

PPh 21/Tahun :
Pasal 17 ayat 1a 5% x Rp. 50.000.000 = Rp. 2.500.000
15% x Rp. 51.189.760 = Rp. 7.678.464
PPh 21/Tahun = Rp. 7.678.464
PPh 21/Bulan = Rp. 7.678.464 : 12 = Rp. 639.872

Gaji bersih/bulan setelah pajak = Rp. 12.292.608

Jadi besar PPh pasal 21 terutang untung 1 tahun 2022 sebesar Rp 7.478.464 dan gaji
bersih per bulan sebesar Rp 12.932.480, kemudian gaji bersih per bulan setelah pajak
sebesar Rp. 12.292.608. Ini merupakan perhitungan dari pendapatan, tunjangan, premi
serta iuran yang diterima dan dibayarkan oleh Pradana. Pradana merupakan Wajib
Pajak Lanjang dimana tarif PTKP dalam UU PPh Pasal 7 ayat 2 disebutkan bahwa tarif
PTKP untuk WP Lajang sebesar Rp. 54 juta per tahun.
2. Laras bekerja pada PT. Laskar Pelangi sebagai Manajer Keuangan yang memperoleh
penghasilan sebulan sebesar Gaji Pokok Rp. 12.250.000,00 Tunjangan Jabatan
Rp.5.325.000,00, Tunjangan Kesehatan Rp. 6.225.000,00, Tunjangan Transport dan
Makan Rp. 6.225.000,00 dan Tunjangan lain-lain Rp. 8.175.000,00. PT Anugerah Ilmu
mengikuti Program Jamsostek (sesuai dengan peraturan yang belaku). PT. Laskar
Pelangi juga mengikut sertakan karyawannya dalam premi pemeliharaan kesehatan,
kecelakaan kerja serta program Dana Pensiun dengan total iuran pensiun sebesar 2,75
% dari gaji pokok, perusahaan menanggung sebesar 1,50 %. Pada akhir tahun 2022
Laras mendapatkan THR dan Bonus dari perusahaan sebesar satu setengah kali gaji
kotor. Status Perdana menikah dan mempunyai seorang anak dan juga menjadi orang
tua asuh secara penuh untuk 2 orang anak sekaligus kedua orang tuannya.
Diminta: Hitung PPh Pasal 21 terutang 2022, per bulan dan gaji bersih per bulan
serta PPH Pasal 21 atas THR & Bonus?
Diketahui :
Gaji Pokok Rp. 12.250.000
Tunjangan Jabatan Rp. 5.325.000
Tunjangan Kesehatan Rp. 6.225.000
Tunjangan Transport & makan Rp. 6.225.000
Tunjangan lain-lain Rp. 8.175.000
Premi JKK (dibayar perusahaan) Rp. 183.750
Iuran Pensiun (dibayar sendiri) Rp. 153.125
Biaya Jabatan (5% x penghasilan bruto) Rp. 500.000
Jawab :
Gaji Pokok Rp. 12.250.000
Tunjangan Jabatan Rp. 5.325.000
Tunjangan Kesehatan Rp. 6.225.000 Pasal 4
Tunjangan Transport & makan Rp. 6.225.000 ayat 1a
Tunjangan lain-lain Rp. 8.175.000
Premi JKK (dibayar perusahaan) Rp. 183.750
Penghasilan Bruto/Bulan Rp. 38.383.750
(-)
Biaya Jabatan (5% x Penghasilan Bruto) Rp. 500.000
Pasal 6
Iuran Pensiun (dibayar sendiri) Rp. 153.125
ayat 1
Iuran THT Rp. 183.750
Penghasilan Neto/Bulan Rp. 37.546.875

Penghasilan Neto/Tahun (x12) = Rp. 37.546.875 x 12 = Rp. 450.562.500


Pasal 7 ayat 2 PTKP (K/2) = Rp. 67.500.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) = Rp. 450.562.500 – Rp. 67.500.000
= Rp. 383.062.500

PPh 21/Tahun :
5% x Rp. 50.000.000 = Rp. 2.500.000
Pasal 17
15% x Rp. 155.000.000 = Rp. 23.250.000
ayat 1a
25% x Rp. 225.562.500 = Rp. 56.390.625
PPh 21/Tahun = Rp. 82.140.625
PPh 21/Bulan = Rp. 82.140.625 : 12 = Rp. 6.845.052

Gaji Bersih/Bulan setelah Pajak Rp. 30.701.823


Pada akhir tahun laras menerima THR satu setengah kali dari gaji kotor maka PPh 21
atas uang THR yaitu :
THR & Bonus : 1,5 x Rp. 12.250.000 = Rp. 18.375.000
PPh 21 THR : Rp. 18.375.000 x 30% = Rp. 5.512.500

Jadi, besar PPh pasal 21 terutang 2022 per bulan sebesar Rp. 5. 762.718 dan gaji bersih
perbulan sebesar Rp. Rp. 37.546.875. Kemudian gaji bersih per bulan setelah pajak
sebesar Rp. 30.701.823. Selanjutnya besaran PPh Pasal 21 atas THR dan Bonus sebesar
Rp. 5.512.500. Ini merupakan perhitungan atas pendapatan laras saat bekerja di PT.
Laskar Pelangi sebagai Manajer Keuangan.

Anda mungkin juga menyukai