Anda di halaman 1dari 8

TUGAS 1 HUKUM PAJAK (EKSI4202) REVISI

SOAL 1
Dalam undang-undang diatur bagaimana pembayaran pajak tergantung pada sifat
objeknya, karena adanya perbedaan periode dari penghasilan yang diterima oleh setiap
wajib pajak sehingga pada periode tersebut baru diketahui berapa nilai objeknya.
Dapatkah anda jelaskan bagaiman cara pembayaran pajak penghasilan tersebut?

JAWAB :

Pembayaran pajak penghasilan biasanya diatur dalam undang-undang pajak yang berlaku di
suatu negara. Sistem pembayaran pajak penghasilan sering kali didasarkan pada prinsip
pemungutan pajak yang disebut "pay-as-you-earn" atau "bayar sesuai dengan penghasilan
yang Anda terima." Berikut adalah cara umum pembayaran pajak penghasilan berfungsi:

1) Penentuan Pajak Terutang: Wajib pajak, seperti individu atau perusahaan, menghitung
pajak yang terutang berdasarkan pendapatan yang mereka peroleh dalam suatu periode
pajak. Ini melibatkan penghitungan pendapatan kena pajak dan pengurangan
pengurangan dan pemotongan yang diizinkan berdasarkan hukum pajak.
2) Pelaporan Pendapatan: Wajib pajak diharuskan melaporkan pendapatan mereka kepada
otoritas pajak sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Laporan ini biasanya berisi detail
pendapatan, pengeluaran, dan perhitungan pajak.
3) Penyetoran Pajak Secara Berkala: Untuk menghindari penumpukan utang pajak, wajib
pajak sering diminta untuk menyetor pajak secara berkala, biasanya dalam bentuk
pembayaran bulanan atau triwulanan. Pembayaran ini didasarkan pada estimasi
pendapatan mereka selama periode tersebut.
4) Pelunasan dan Pengembalian: Pada akhir periode pajak, wajib pajak melakukan
perhitungan akhir untuk menentukan pajak yang sebenarnya terutang. Jika jumlah yang
telah dibayarkan lebih besar dari pajak yang sebenarnya terutang, mereka mungkin
memenuhi syarat untuk pengembalian pajak. Sebaliknya, jika jumlah yang dibayarkan
kurang, wajib pajak harus melunasi sisa pajak yang terutang.
5) Sanksi dan Bunga: Jika wajib pajak tidak memenuhi kewajiban pembayaran pajaknya
tepat waktu, mereka mungkin dikenakan sanksi dan bunga atas keterlambatan
pembayaran.

Sistem ini memungkinkan pemerintah untuk mengumpulkan pendapatan pajak secara


bertahap sepanjang tahun, sesuai dengan periode pendapatan wajib pajak, dan mencegah
penumpukan utang pajak yang besar. Selain itu, ini juga memungkinkan wajib pajak untuk
mengelola keuangan mereka lebih baik. Setiap negara memiliki peraturan pajak yang
berbeda, jadi rinciannya mungkin bervariasi sesuai dengan yurisdiksi pajak yang berlaku.

Pembayaran pajak penghasilan dilakukan berdasarkan aturan yang diatur dalam undang-
undang. Cara pembayaran pajak ini tergantung pada sifat objek pajak dan perbedaan
periode penghasilan oleh setiap wajib pajak. Berikut adalah beberapa cara pembayaran
pajak penghasilan:

1) Pembayaran Pajak Secara Tahunan: Wajib pajak menghitung dan membayar pajak
penghasilan secara tahunan. Pada akhir tahun pajak, wajib pajak harus menghitung total
penghasilan dan mengajukan laporan pajak kepada otoritas pajak. Setelah itu, wajib
pajak akan diberikan waktu untuk membayar pajak yang terutang.
2) Pembayaran Pajak Secara Bulanan: Bagi wajib pajak yang memiliki penghasilan tetap
setiap bulan, pembayaran pajak dapat dilakukan secara bulanan. Pajak penghasilan
dipotong langsung dari gaji atau pendapatan bulanan wajib pajak oleh pemberi kerja
atau pihak ketiga yang membayar penghasilan. Pemberi kerja atau pihak ketiga ini akan
mengirimkan pajak yang dipotong kepada otoritas pajak.
3) Pembayaran Pajak Secara Kuartalan: Bagi wajib pajak yang memiliki penghasilan yang
tidak tetap atau penghasilan dari usaha sendiri, pembayaran pajak dapat dilakukan
secara kuartalan. Wajib pajak harus menghitung total penghasilan selama periode
kuartal dan membayar pajak yang terutang kepada otoritas pajak.
4) Pembayaran Pajak Secara Prapembayaran: Beberapa negara menerapkan sistem
prapembayaran pajak penghasilan. Dalam sistem ini, wajib pajak harus membayar pajak
secara berkala sepanjang tahun berdasarkan estimasi penghasilan yang akan diperoleh.
Pada akhir tahun pajak, wajib pajak akan mengajukan laporan pajak dan melakukan
penyesuaian pembayaran pajak berdasarkan penghasilan yang sebenarnya.

Penting untuk dicatat bahwa cara pembayaran pajak penghasilan dapat berbeda-beda di
setiap negara. Oleh karena itu, penting bagi wajib pajak untuk memahami undang-undang
pajak yang berlaku di negara tempat tinggalnya dan mengikuti prosedur pembayaran yang
ditetapkan oleh otoritas pajak setempat.

TAMBAHAN REVISI :

Berikut adalah cara pembayaran pajak penghasilan biasanya diatur:

 Sifat Objek Pajak:


o Pajak Penghasilan Pribadi: Pajak penghasilan individu seringkali bergantung pada
jenis pendapatan yang diterima. Ini termasuk gaji, pendapatan bisnis, dividen, bunga,
dan keuntungan modal. Setiap jenis pendapatan mungkin dikenakan tarif pajak yang
berbeda.
o Pajak Penghasilan Perusahaan: Pajak penghasilan perusahaan tergantung pada laba
bersih perusahaan setelah mengurangkan biaya dan deduksi yang diizinkan.
Perusahaan biasanya dikenakan tarif pajak khusus.
 Periode Pajak:
o Pajak Tahunan: Banyak negara mengenakan pajak penghasilan tahunan, di mana
wajib pajak diharuskan untuk menghitung pendapatannya selama satu tahun pajak
dan membayar pajak sesuai dengan tarif yang berlaku.
o Pajak Kuartalan atau Bulanan: Beberapa wajib pajak, seperti pebisnis yang
mendapatkan pendapatan yang tidak teratur sepanjang tahun, mungkin diharuskan
untuk membayar pajak penghasilan kuartalan atau bahkan bulanan. Ini membantu
mengatasi perbedaan periode penerimaan pendapatan.

 Penghitungan Pajak:
o Penghasilan Bruto: Wajib pajak harus mengidentifikasi dan melaporkan semua
sumber pendapatan mereka. Ini termasuk gaji, laba usaha, bunga, dividen,
keuntungan modal, dan lainnya.
o Deduksi: Setelah mengidentifikasi penghasilan bruto, wajib pajak dapat
memanfaatkan deduksi yang diizinkan oleh undang-undang pajak untuk mengurangi
pendapatan bruto mereka. Deduksi ini bisa mencakup biaya-biaya bisnis,
pengeluaran pendidikan, pengeluaran medis, dan lainnya.
o Tarif Pajak: Undang-undang pajak menentukan tarif pajak yang berlaku untuk
berbagai tingkat pendapatan. Tarif ini bisa bersifat progresif, artinya semakin tinggi
pendapatan, semakin tinggi pula tarif pajaknya.
o Perhitungan Pajak: Pajak yang harus dibayarkan dihitung dengan mengalikan tarif
pajak dengan pendapatan bersih setelah deduksi. Ini adalah jumlah pajak yang harus
dibayarkan oleh wajib pajak.

 Pelaporan dan Pembayaran:


o Pajak biasanya dihitung dan dilaporkan pada akhir periode pajak. Wajib pajak
mengisi formulir pajak yang sesuai dan melaporkan pendapatan, deduksi, dan jumlah
pajak yang seharusnya dibayarkan.
o Pembayaran pajak dapat dilakukan melalui berbagai cara, termasuk transfer bank,
cek, atau sistem pembayaran elektronik yang disediakan oleh otoritas pajak.
o Sanksi dan Konsekuensi: Ketaatan terhadap undang-undang pajak sangat penting.
Jika wajib pajak tidak mematuhi peraturan-peraturan pajak, mereka dapat dikenakan
sanksi, denda, atau bahkan tindakan hukum.

Penjelasan:

Perbedaan periode antara penerimaan pendapatan dan pembayaran pajak dapat diatasi
dengan mengikuti aturan dan jadwal yang berlaku. Pembayaran pajak yang berkaitan dengan
periode pajak tertentu adalah cara pemerintah mengumpulkan dana untuk membiayai
layanan publik dan program-program pemerintah yang mendukung masyarakat dan
ekonomi.

SOAL 2
KPP Pratama Tangerang Timur berhasil menyita mesin cetak digital senilai Rp 50 juta dari
penanggung pajak KD, yang merupakan Direktur CV. DIGITAL PRINTING. Penyitaan
dilakukan karena Wajib Pajak tidak segera melunasi utang pajak yang berasal dari 24 Surat
Ketetapan Pajak dengan nilai total sekitar Rp15 juta. CV. DIGITAL PRINTING memiliki
kemampuan untuk membayar, namun hingga jatuh tempo tidak juga melakukan
pelunasan. Proses sita hingga lelang merupakan bagian dari upaya penagihan pajak yang
hingga kini belum dilunasi utang pajaknya oleh wajib pajak yang bersangkutan. Tindakan
sita dan lelang harta penunggak pajak tersebut dilakukan karena upaya penagihan aktif
lainnya tidak dapat membuat penunggak pajak melunasi utang pajaknya. Kemukakan
pendapat anda, apa yang seharusnya dilakukan oleh CV. DIGITAL PRINTING agar tidak ada
Tindakan sita dan lelang dari kantor pajak atas hutang pajak yang dimilikinya serta jika
terjadi kasus yang berbeda apa saja kemungkinan yang membuat berakhirnya utang pajak
lainnya?

JAWAB :

Agar CV. DIGITAL PRINTING dapat menghindari tindakan sita dan lelang oleh kantor pajak
atas utang pajaknya, mereka sebaiknya melakukan langkah-langkah berikut:

1) Komunikasi dengan Kantor Pajak: CV. DIGITAL PRINTING sebaiknya aktif berkomunikasi
dengan kantor pajak untuk mencari solusi bersama terkait utang pajak mereka. Mereka
dapat mencoba negosiasi pembayaran cicilan atau rencana pelunasan yang disepakati
bersama.
2) Audit Internal: CV. DIGITAL PRINTING dapat melakukan audit internal untuk memastikan
bahwa seluruh pajak yang seharusnya dibayarkan telah dihitung dengan benar. Jika
terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian, mereka harus segera mengoreksi dan
membayar yang seharusnya.
3) Perbaikan Keuangan: Perbaiki keuangan perusahaan jika diperlukan. Hal ini mencakup
mengurangi biaya yang tidak perlu, meningkatkan pendapatan, dan mengalokasikan
sumber daya ke dalam pelunasan utang pajak.
4) Pemantauan Jatuh Tempo: Pastikan untuk mengikuti tenggat waktu pembayaran pajak
dan melakukan pembayaran tepat waktu. Hindari penumpukan utang pajak.

Jika terjadi kasus yang berbeda, berbagai faktor dapat membuat berakhirnya utang pajak,
seperti:

1) Meningkatkan Pendapatan: Dengan meningkatkan pendapatan perusahaan, CV. DIGITAL


PRINTING dapat memiliki lebih banyak sumber daya untuk melunasi utang pajak.
2) Mendapatkan Pemberian Utang: Jika memungkinkan, mereka bisa mencari pemberian
utang atau pinjaman untuk membayar utang pajak mereka.
3) Negosiasi dengan Kantor Pajak: CV. DIGITAL PRINTING dapat mencoba untuk
bernegosiasi dengan kantor pajak untuk mengurangi jumlah utang atau mengatur
rencana pelunasan yang lebih terjangkau.
4) Mengikuti Kebijakan Pemerintah: Mengikuti kebijakan pemerintah terkait pengurangan
atau penghapusan utang pajak dalam situasi tertentu.

Penting untuk berkomunikasi secara aktif dengan kantor pajak dan memastikan ketaatan
pajak agar menghindari tindakan sita dan lelang serta mengatasi utang pajak secara efektif.

TAMBAHAN REVISI :

Wajib Pajak harus membayar utang pajak yang belum dilunasi oleh Wajib Pajak. Apabila
Wajib Pajak belum melunasi utang pajaknya, maka tindakan penagihan pajak terhadap Wajib
Pajak tersebut dapat dilakukan oleh Jurusita Pajak. Penagihan pajak adalah serangkaian
tindakan agar Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan
menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus,
memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan,
melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita.

Terdapat lima hal yang dapat mengakibatkan hapusnya utang pajak yaitu:

1) Pembayaran, Pembayaran dengan cara lain,


2) Kompensasi,
3) Pembebasan,
4) Daluarsa, dan
5) Penghapusan
SOAL 3
Hukum merupakan suatu sistem, maka dalam sistem hukum terdiri dari unsur-unsur yang
mempunyai hubungan khusus, dapatkah anda jelaskan hubungan hukum pajak dengan
hukum lain sebagai lex specialist?

JAWAB :
Tentu, konsep "lex specialist" mengacu pada prinsip di mana aturan hukum yang lebih
spesifik atau khusus mengesampingkan aturan hukum yang lebih umum. Dalam konteks
hukum pajak, prinsip ini sering diterapkan. Hukum pajak memiliki hubungan khusus dengan
hukum lain, seperti hukum perpajakan mengatur aspek-aspek khusus perpajakan yang tidak
selalu diatur oleh hukum umum.

Contohnya, hukum pajak dapat memiliki aturan khusus tentang perlakuan pajak untuk jenis
transaksi tertentu, sementara hukum kontrak atau hukum properti akan mengatur aspek
umum tentang transaksi tersebut. Dalam kasus ketidaksesuaian antara hukum pajak dan
hukum lain, prinsip lex specialist menyatakan bahwa aturan pajak yang lebih spesifik akan
mengaturnya.

Jadi, hubungan hukum pajak dengan hukum lain sebagai lex specialist mengacu pada
pengutamaan aturan pajak yang lebih spesifik dalam kasus konflik atau inkonsistensi dengan
hukum yang lebih umum.

TAMABAHAN REVISI :
Secara umum yang merupakan induk pangkal hukum sebagai Lex Generalis dalam arti luas
adalah hukum perdata. Sedangkan Hukum Pajak merupakan Hukum Khusus (Lex Spesialis)
yang mempunyai unsur publik karena negara sebagai badan hukum (Rechtspersoon)
menjadi pihak kreditur.

Hukum Pajak banyak sekali hubungannya dengan Hukum Perdata, hal ini dapat dimengerti
karena Hukum Pajak mencari dasar kemungkinan pemungutan pajak atas dasar peristiwa
(kematian, kelahiran), keadaan (kekayaan), perbuatan (jual beli, sewa menyewa) yang diatur
dalam Hukum Perdata. Hal ini dijadikan Tesbestand yang dituangkan dalam Undang-undang
pajak, dan bila dipenuhi syarat-syaratnya akan menyebabkan seseorang atau badan
dikenakan pajak. Sebagian Sarjana mengatakan bahwa bukan itu yang menyebabkan
timbulnya hubungan yang erat antara Hukum Pajak dengan Hukum Perdata, melainkan suatu
ajaran di bidang hukum yang menyatakan bahwa lex specialis derogat lex generale, yaitu
hukum yang khusus menyimpangkan hukum yang umum
SOAL 4
Dalam ketentuan umum dan tata cara perpajakan Indonesia mempunyai ciri dan corak
sistem pemungutan pajak berdasarkan self assessment system, dapatkan anda jelaskan
maksud dan pengertian sistem tersebut serta ketentuan perundangan-undangan yang
mengatur sistem tersebut?

JAWAB :

Sistem Self-assessment merupakan sistem pemungutan pajak yang memberikan


kepercayaan kepada Wajib Pajak (WP) untuk menghitung/memperhitungkan, membayar,
dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang seharusnya terutang berdasarkan peraturan
perundang-undangan perpajakan.

Sesuai dengan pengertiannya, dalam sistem ini wajib pajak akan berinisiatif dalam kegiatan
menghitung dan memungut pajaknya sendiri. Dalam hal ini, wajib pajak dianggap bisa
menghitung pajak, mempunyai kejujuran yang tinggi dan menyadari pentingnya
membayarkan pajak, serta memahami undang-undang perpajakan yang berlaku.

Adapun dasar hukum self assessment diatur dalam Pasal 12 ayat (1) UU KUP yang
menyebutkan “Setiap wajib pajak wajib membayar pajak yang terutang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada
adanya surat ketetapan pajak.”

Pemberlakuan self assessment menjadi corak dan khas dari sistem pemungutan pajak di
Indonesia. Hal ini didasari oleh Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan No. 6 Tahun
1983, yang telah disempurnakan pada Undang-Undang No. 16 Tahun 2009.

Selain itu sistem pembayaran pajak ini juga diatur dalam Pasal 12 ayat (1) UU KUP yang
menyebutkan:

“Setiap wajib pajak membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya surat
ketetapan pajak.”

Artinya, sistem ini cenderung menitikberatkan peran aktif wajib pajak dalam pemungutan
pajaknya. Sementara itu, peran pemerintah atau institusi yang memungut pajak hanya
sebagai pengawas dan penegak hukum saja. Meski begitu, DJP memiliki kewenangan dalam
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) pada kasus-kasus tertentu.
Misalnya, ketika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain wajib pajak tidak
memenuhi kewajiban formal dan/atau kewajiban material.

Hal tersebut pun telah diatur dalam Pasal 13 ayat (1) UU KUP, yang mana dalam jangka
waktu 5 tahun setelah pajak terutang atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak, atau
tahun pajak, DJP dapat menerbitkan SKPKB karena hal-hal berikut ini:
1) Jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain dikatakan bahwa pajak yang
terutang tidak atau kurang bayar.
2) Bila SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditetapkan (Pasal 3 ayat (3) UU KUP)
dan setelah mendapatkan teguran secara tertulis tidak disampaikan tepat waktu
sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran.
3) Jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lainnya mengenai PPN dan PPnBM
ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisi lebih pajak atau tidak seharusnya
dikenai tarif 0%.
4) Jika kewajiban pembukuan dan pencatatan (Pasal 28 atau Pasal 29 UU KUP) tidak
dipenuhi sehingga tidak sempat diketahui besarnya pajak terutangnya.
5) Jika kepada wajib pajak diterbitkan NPWP dan/atau dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak (PKP) secara jabatan (Pasal 2 ayat (4a) UU KUP).

SUMBER REFERENSI : BMP HUKUM PAJAK (EKSI4202)

https://en.wikipedia.org/wiki/Income_tax
https://jurnal.bppk.kemenkeu.go.id/snkn/article/view/296
https://bppk.kemenkeu.go.id/sekretariat-badan/berita/apakah-hukum-pajak-itu-
administrasi-atau-pidana-656326
https://www.online-pajak.com/tentang-pajak/self-assessment-system-pajak#:~:text=Self
%20assessment%20merupakan%20sistem%20pemungutan,segala%20urusan
%20perpajakannya%20secara%20mandiri.

Anda mungkin juga menyukai