Anda di halaman 1dari 9

Bab 1

1.Mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat domisili dengan
mengisi formulir pendaftaran dan memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

2.Menghitung dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang dengan mengisi SPT (Surat
Pemberitahuan) sesuai jenis pajaknya seperti PPh, PPN, dan PBB. SPT wajib dilaporkan secara
periodik sesuai ketentuan.

3.Menyetorkan pajak yang terutang sesuai jumlah dalam SPT ke bank/pos persepsi atau secara
online ke kas negara. Penyetoran dilakukan sebelum batas waktu pelaporan SPT.

4.Melaporkan bukti setor pajak ke KPP dengan menyampaikan SSP (Surat Setoran Pajak) atau secara
online.

5.KPP akan melakukan pemeriksaan atas kepatuhan Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajiban
perpajakannya. Jika terdapat kekurangan pembayaran, Wajib Pajak akan ditagih dan dikenai sanksi
administrasi.

6.Dalam hal kelebihan pembayaran pajak, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan restitusi
(pengembalian) kelebihan pajak.

2.PT Maju Jaya berkedudukan di Indonesia merupakan perusahaan terbuka yang sahamnya dimiliki
WNI dan WNA. PT Maju Jaya membagikan dividen kepada para pemegang sahamnya.

Kepada pemegang saham WNI dikenakan pemotongan pajak dividen sebesar 15% berdasarkan UU
Pajak Penghasilan. Pemegang saham WNI menerima dividen neto setelah dipotong pajak 15%.
Dividen yang diterima WNI merupakan objek pajak yang harus dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh
WNI.

Kepada pemegang saham WNA dikenakan pemotongan pajak dividen sebesar 20% berdasarkan
Peraturan Pemerintah. Pemegang saham WNA menerima dividen neto setelah dipotong pajak 20%.
Dividen yang diterima WNA tidak termasuk objek pajak di Indonesia karena sudah dipotong pajak
penghasilan final.

Dengan demikian, pembayaran dividen kepada pemegang saham WNI dan WNA tidak terkena
perhitungan pajak ganda karena sudah dikenakan pemotongan pajak yang berbeda di Indonesia.
WNI tetap wajib melaporkan dividen sebagai penghasilan, sedangkan WNA tidak perlu melaporkan
dividen karena sudah dipotong pajak penghasilan final.

3.CV (Commanditaire Vennootschap)


•Bentuk usaha persekutuan dengan tanggung jawab terbatas.

•Pajak penghasilan dikenakan pada masing-masing anggota (ortak).

•Tidak ada pajak badan tersendiri untuk CV.

Firma

•Bentuk usaha persekutuan dengan tanggung jawab penuh.

•Pajak penghasilan dikenakan pada masing-masing anggota (ortak) firma.

•Tidak ada pajak badan tersendiri.

PT (Perseroan Terbatas)

•Bentuk badan usaha berbadan hukum.

•Wajib membayar pajak badan atas penghasilan bruto setelah dikurangi biaya.

•Pemilik saham dikenakan pajak dividen.

Yayasan

•Organisasi nirlaba dengan tujuan sosial/kemanusiaan.

•Dibebaskan dari pajak penghasilan apabila memenuhi persyaratan tertentu.

Koperasi

•Badan usaha yang beranggotakan orang atau badan hukum koperasi.

•Dapat dibebaskan dari pajak penghasilan apabila memenuhi persyaratan tertentu.

Kesimpulan:

Secara umum, PT merupakan pilihan yang paling menguntungkan dilihat dari sisi perpajakan karena
biaya operasionalnya dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sebelum pajak badan dihitung.
Yayasan dan Koperasi juga memiliki potensi untuk mendapatkan pembebasan pajak apabila
memenuhi syarat.
Bab2

1.Untuk meminimalkan pajak yang harus dibayar. Dengan Tax Planning, Wajib Pajak bisa
memanfaatkan berbagai pengurangan dan fasilitas perpajakan yang disediakan oleh peraturan
perpajakan. Sehingga pajak yang dibayar bisa lebih minimum.

2.Untuk menghindari sanksi perpajakan. Dengan Tax Planning, Wajib Pajak bisa menghindari
kesalahan fatal dalam perhitungan dan pelaporan pajak yang bisa berujung pada sanksi administratif
maupun pidana.

3.Untuk perencanaan keuangan yang lebih baik. Dengan memperhitungkan beban pajak di masa
mendatang, Wajib Pajak bisa melakukan perencanaan keuangan dengan lebih matang.

4.Untuk mengoptimalkan penghasilan setelah pajak. Dengan Tax Planning, Wajib Pajak bisa mengatur
pendapatan dan pengeluarannya agar beban pajaknya lebih efisien sehingga penghasilan setelah
pajaknya bisa dioptimalkan.

5.Untuk memanfaatkan celah dan kelemahan UU Perpajakan. Meski berisiko, Wajib Pajak bisa
memanfaatkan celah dan kelemahan peraturan perpajakan untuk meminimalkan pajak yang harus
dibayar.

2.Tax management lebih difokuskan pada kepatuhan pajak saat ini, sedangkan tax planning lebih
difokuskan pada perencanaan jangka panjang untuk meminimalkan beban pajak di masa depan. Tax
management bersifat rutin dan berulang, sedangkan tax planning bersifat strategis dan jangka
panjang. Keduanya penting untuk manajemen pajak yang efektif.

a.Tax Avoidance

Seorang pengusaha memiliki usaha dagang dengan bentuk badan usaha PT. Untuk meminimalkan
pajak penghasilan badan, dia mendirikan yayasan amal dengan tujuan sosial. Pengusaha tersebut
kemudian menyumbangkan sebagian keuntungan usahanya ke yayasan amal tersebut. Sumbangan
ini dapat dikurangkan dari penghasilan kena pajak sehingga pajak penghasilan badannya berkurang.
Ini adalah contoh tax avoidance karena memanfaatkan celah hukum pajak untuk meminimalkan
pajak.

b.Tax Evasion

Seorang karyawan menerima gaji sebesar Rp 15 juta per bulan. Dia hanya melaporkan gaji sebesar Rp
10 juta dalam SPT Tahunannya untuk menghindari pajak penghasilan atas Rp 5 juta sisanya. Ini
adalah contoh tax evasion karena sengaja menyembunyikan/melaporkan penghasilan yang
sebenarnya.
c.Tax Saving

Seorang karyawan mengikuti asuransi kesehatan yang dibayar sendiri sebesar Rp 5 juta per tahun.
Dia memanfaatkan fasilitas untuk mengurangkan penghasilan kena pajak dari pembayaran premi
asuransi kesehatan tersebut. Ini contoh tax saving karena memanfaatkan fasilitas undang-undang
pajak untuk mengurangi pajak.

Bab3

1.Pilih bentuk badan usaha yang tepat dari sisi perpajakan. Misalnya, PT lebih menguntungkan
dibandingkan usaha perseorangan dalam hal tarif pajak penghasilan badan.

Pertimbangkan lokasi/domisili usaha yang memiliki insentif pajak, seperti di kawasan ekonomi
khusus.

Manfaatkan fasilitas tax holiday atau tax allowance untuk pengurangan tarif pajak penghasilan
selama beberapa tahun pertama.

Lakukan penyusutan (depresiasi) assets secara fiskal untuk mengurangi laba kena pajak.

Manfaatkan kompensasi kerugian fiskal dari tahun-tahun sebelumnya untuk mengurangi laba kena
pajak saat ini.

Pertimbangkan skema pembiayaan utang bank untuk memperoleh bunga pinjaman yang dapat
dikurangkan dari laba kena pajak.

Lakukan pembukuan dan pencatatan keuangan yang rapi sesuai standar akuntansi untuk
meminimalkan koreksi fiskal.

2.Restrukturisasi Bisnis

Lakukan merger, konsolidasi, atau spin-off untuk optimalisasi beban pajak. -Alihkan aset yang sudah
habis masa depresiasinya untuk menghindari recapture.

3.Merger & Akuisisi

Pilih metode merger yang paling menguntungkan dari sisi pajak.

Lakukan due diligence pajak atas perusahaan target akuisisi.

Manfaatkan akumulasi rugi fiskal dari salah satu perusahaan.

4.Perubahan Keadaan WP

Kurangi penghasilan kena pajak dengan memanfaatkan pengecualian atau pengurangan tarif pajak
untuk WP pensiun atau menikah.

Lakukan perencanaan warisan dan wasiat untuk optimalisasi pajak.

5.Transaksi/Proyek/Aset

Pilih metode penyusutan aset yang paling efisien secara pajak.


Lakukan analisis kelayakan proyek dengan memperhitungkan konsekuensi pajaknya.

Struktur transaksi yang dapat meminimumkan pajak (misalnya sewa vs beli aset).

Bab4

1.CV:

Menggelembungkan biaya untuk mengurangi laba kena pajak.

Tidak mencatat sebagian penjualan sehingga omzet dilaporkan lebih rendah.

Mengklaim pengeluaran pribadi sebagai biaya usaha.

Melakukan transaksi secara tunai untuk menghindari pembukuan.

2.PT:

Melakukan transfer pricing dengan perusahaan afiliasi di luar negeri.

Memanfaatkan tax treaty untuk penghindaran pajak berganda.

Menyalahgunakan fasilitas tax allowance atau tax holiday.

3.Yayasan:

Menjalankan kegiatan komersial diluar anggaran dasar untuk menghindari PPh Badan.

Memberikan kompensasi berlebih kepada pengurus yayasan sebagai penghasilan.

Menghitung alokasi anggaran proyek secara berlebihan sehingga sisa dananya bisa disalahgunakan.

B.

Penghasilan Bruto: Rp50-75 juta

Biaya operasional diperkirakan 40% dari penghasilan bruto = Rp20-30 juta

Penghasilan Kena Pajak = Penghasilan Bruto – Biaya = Rp30-45 juta

PPh Pasal 23 yang harus dipotong 1% dari Penghasilan Kena Pajak = Rp300 ribu – Rp450 ribu
Cara penghindaran pajak yang dapat dilakukan oleh UMKM antara lain:

Mengoptimalkan biaya-biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, seperti biaya promosi,
perawatan mesin, biaya transportasi, dll. Semakin besar biaya yang dikurangkan, semakin kecil
Penghasilan Kena Pajak.

Memanfaatkan fasilitas insentif pajak UMKM berupa pengurangan tarif PPh sebesar 50% dari tarif
normal. Sehingga PPh Pasal 23 yang harus dipotong menjadi 0,5% dari Penghasilan Kena Pajak.

Melakukan pembukuan keuangan yang rapih untuk mendapatkan gambaran pengeluaran dan
penerimaan yang akurat, sehingga taksiran PPh lebih tepat.

Memanfaatkan penghasilan yang dikecualikan dari objek Pajak Penghasilan, seperti bunga deposito
dan tabungan.

Mempertimbangkan untuk mendaftarkan usaha menjadi badan usaha, karena tarif PPh badan lebih
rendah daripada tarif PPh orang pribadi.

Bab5

1.Penolakan pemeriksaan pajak

Petugas pajak dapat melakukan pemeriksaan secara paksa dengan bantuan pihak berwenang setelah
2x24 jam pemberitahuan.

WP dapat dikenai sanksi administrasi berupa denda.

2.Kesalahan pengisian SSP

Petugas pajak akan melakukan koreksi dan menghitung kembali jumlah pajak yang seharusnya
dibayar.

WP harus melunasi kekurangan pembayaran ditambah sanksi administrasi.

3.Kekurangan pembayaran pajak

WP dikenai sanksi administrasi berupa bunga 2% per bulan dan kenaikan 25-100% dari pajak kurang
bayar.

Penagihan pajak secara aktif termasuk penyitaan barang WP bila perlu.

4.Menghalangi penyidikan tindak pidana pajak

Pelaku dapat dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 6 tahun serta
denda paling sedikit 2 kali lipat pajak terutang.

5.Tidak melakukan kewajiban perpajakan


WP dapat dikenai sanksi administrasi dan pidana kurungan atau denda sesuai ketentuan UU
perpajakan.

B.

1.Penundaan pembayaran pajak:

WP mengalami kesulitan likuiditas sementara sehingga tidak sanggup membayar pajak terutang
tepat waktu. Misalnya karena piutang dagang yang belum tertagih.

WP berharap laba di masa mendatang lebih besar sehingga pajak yang ditunda dapat dibayar.

WP sengaja menunda pembayaran untuk kepentingan investasi atau modal kerja dengan risiko
dikenai sanksi administrasi.

2.Pengangsuran pembayaran pajak:

Jumlah pajak terutang sangat besar sehingga WP tidak mampu melunasi sekaligus.

Kondisi keuangan WP sedang mengalami kesulitan sementara akibat kerugian atau resesi bisnis.

WP dapat fokus menjalankan operasi bisnis tanpa beban pajak yang terlalu besar.

3.Pembebasan pajak:

WP termasuk subjek pajak yang mendapat fasilitas pembebasan berdasarkan UU, misalnya WP orang
pribadi dengan penghasilan di bawah PTKP.

WP menerima objek pajak yang ditentukan sebagai objek bukan pajak, seperti bantuan sosial.

WP mendapat insentif pembebasan pajak untuk investasi atau kegiatan tertentu.

Bab6

A.

1.Menghindari pemeriksaan pajak dengan cara menghindari lebih bayar.


Tindakan ini tidak sesuai dengan etika wajib pajak yang baik. Setiap wajib pajak berkewajiban untuk
melaporkan dan membayar pajak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan.
Menghindari lebih bayar pajak dengan sengaja dapat dianggap sebagai upaya untuk menghindari
kewajiban perpajakan yang sebenarnya, hal ini tidak etis dan melanggar peraturan perpajakan.

2.Menghindari pelanggaran terhadap peraturan perpajakan.

Ini merupakan tindakan yang sesuai dengan etika wajib pajak. Setiap wajib pajak harus mentaati
peraturan perpajakan yang berlaku dan menghindari segala bentuk pelanggaran. Dengan
menghindari pelanggaran perpajakan, wajib pajak telah melaksanakan kewajiban perpajakannya
dengan baik dan benar sesuai ketentuan yang berlaku.

B.

1.Membantu memahami tuduhan dan kasus yang dihadapi

Konsultan pajak dapat membantu Wajib Pajak memahami dengan jelas tuduhan dan kasus apa saja
yang dihadapi dari sisi hukum perpajakan. Ini penting agar dapat menyusun strategi pembelaan yang
tepat.

2.Memberikan advis hukum terkait hak dan kewajiban Wajib Pajak

Konsultan pajak dapat memberi advis hukum mengenai hak-hak yang dimiliki Wajib Pajak selama
proses penyidikan berlangsung. Juga menjelaskan kewajiban yang harus dipenuhi oleh Wajib Pajak.

3.Menyusun strategi pembelaan hukum yang efektif

Konsultan pajak dapat menyusun strategi pembelaan hukum yang paling efektif dan tepat
berdasarkan kasus yang dihadapi guna mendapatkan hasil yang optimal bagi Wajib Pajak.

4.Mendampingi proses penyidikan pajak

Konsultan pajak dapat mendampingi Wajib Pajak selama proses pemeriksaan atau penyidikan oleh
pihak fiskus, sehingga hak-hak Wajib Pajak terlindungi.

5.Menyusun bantahan atau keberatan secara hukum

Jika diperlukan, konsultan pajak dapat membantu menyusun bantahan secara hukum atau keberatan
atas temuan tim pemeriksa pajak.

Anda mungkin juga menyukai