Anda di halaman 1dari 19

PERENCANAAN PAJAK

1. Perencanaan pajak adalah proses pengelolaan kewajiban perpajakan sehingga hutang


pajaknya baik pajak penghasilan maupun pajak-pajak lainnya, berada dalam posisi yang
minimal, sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan atau dilakukan secara legal yang dapat diterima oleh aparat perpajakan.
Legal di sini, artinya penghematan pajak dilakukan dengan memanfaatakan hal-hal yang
tidak diatur oleh undang-undang (loopholes) sehingga tidak ada pelanggaran konstitusi
atau Undang-Undang Perpajakan yang berlaku.
2. Tujuan Perencanaan Pajak:
• Memperkecil pengeluaran perusahaan untuk membayar pajak sehingga biaya yang dikeluarkan
lebih efisien.
• Memperhitungkan dan menyiapkan pembayaran pajak sesuai peraturan yang berlaku agar
tidak timbul sanksi atau denda yang justru memperbeasr pengeluaran pajak.
• Bukan untuk mengelak membayar pajak tetapi untuk mengatur agar pajak yang dibayar tidak
lebih dari jumlah yang seharusnya.
3. Manfaat Perencanaan Pajak
a. Penghematan kas keluar. Perencanaan pajak dapat menghemat pajak yang merupakan biaya bagi
perusahaan.
b. Mengatur aliran kas (cash flow). Perencanaan pajak dapat mengestimasi kebutuhan kas untuk
pajak dan menentukan saat pembayaran sehingga perusahaan dapat menyusun anggaran kas
secara lebih akurat.
4. Syarat Menjalankan Tax Planning
• Tidak melanggar pertauran perpajakan yang berlaku, karena bila melanggar akan
menimbulkan risiko bagi wajib pajak yang justru membuat perencaan pajak gagal lantaran
berpotensi menimbulkan denda atau sanksi pajak lainnya.
• Tidak memalsukan bukti pendukung atau data lain yang dibutuhkan untuk membayar pajak.
• Masuk akal secara bisnis, karena jika tidak, tax planning akan melemahkan perencanaan itu
sendiri.
Aspek-aspek dalam
Perencanaan Pajak
1. Aspek Formal dan Administratif :
- Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan
Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP);
- Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan;
- Memotong dan/atau memungut pajak;
- Membayar pajak;
- Menyampaikan Surat Pemberitahuan.

2. Aspek Material :
Basis penghitungan pajak adalah objek pajak. Dalam rangka optimalisasi alokasi sumber dana,
manajemen akan merencanakan pembayaran pajak yang tidak lebih dan tidak kurang. Untuk itu,
objek pajak harus dilaporkan secara benar dan lengkap.
Tahapan Perencanaan Pajak

a. Menganalisis informasi yang ada


Informasi adalah data yang dapat mengubah keputusan pengguna. Dalam perencanaan
pajak diperlukan informasi mengenai pajak sehingga tujuan dari perencanaan pajak
tercapai. Oleh karena itu seorang manajer atau pihak yang bertanggung jawab harus
memiliki informasi yang cukup dan memahami kondisi dan situasi yang sedang dialami.
Mis :Bentuk usaha apakah yang akan dipilih, kegiatan usaha yang akan dipilih dll.
b. Membuat satu atau lebih model kemungkinan jumlah pajak
Dilakukan dengan cara:
• Pemilihan bentuk transaksi: apabila tidak ada rencana pembatasan minimun dan apabila
ada rencana pembatasan minimum
• Pemilihan negara asing dengan pertimbangan tarif pajak yang harus dibayar
• Penggunaan satu atau lebih negara untuk menimbang-nimbang lebih murah mana
pajaknya
c. Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan pajak
Evaluasi yang dilakukan yaitu dengan hipotesis (misalkan pajak terutangnya adalah 10M)
• Apabila dilakukan bakal gimana (membayar 9 milyar, lebih kecil)
• Apabila tidak dilakukan bakal gimana (membayar 10 milyar, nilainya tetap)
• Apabila gagal dilakukan bakal gimana (membayar 12 milyar, nilainya lebih besar karena
dikenakan denda akibat gagal menjalankan perencanaan pajak)d.
d. Mencari kelemahan dan memperbaiki kembali rencana pajak
• Merencananakan pajak yang akan dilakukan perencanaan, apa saja yang harus dilakukan dan
bagaimana prosesnya
• Melakukan apa yang telah dirancang sebelumnya tentang perencanaan pajak
• Sebelum masa pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) harus dicek lagi apakah perencanaan pajak
yang sudah dilakukan itu sudah sesuai dengan rencana pajak, dan apakah perencanaan pajak yang
sudah dilakukan itu dipastikan tidak melanggar undang-undang. Apabila ada yang tidak sesuai
maka harus langsung diperbaiki dan direncanakan perencanaan yang lebih sesuai.
• Lakukan lagi perencanaan pajak yang sudah disempurnakan
e. Memutakhirkan rencana pajak
Apabila ada perundang-undangan yang baru mengatur maka perlu dilakukan update dalam
hal perencanaan pajak.
STRATEGI UMUM
PERENCANAAN PAJAK

Pada umumnya, ada lima strategi yang biasa perusahaan lakukan dalam membuat perencanaan pajak:
1. Tax Saving
Upaya efisiensi beban pajak melalui pemilihan alternatif pengenaan pajak dengan tarif yang
lebih rendah. Contohnya, perusahaan melakukan perubahan pemberian natura kepada
karyawan menjadi tunjangan dalam bentuk uang.
2. Tax Avoidance
Tax avoidance atau penghindaran pajak merupakan upaya perusahaan menghhindari
pajak melalui transaksi yang bukan merupakan objek pajak. Contohnya, perusahaan
mengubah tunjangan karyawan dalam bentuk uang menjadi natura karena natura bukan
objek pajak PPh21. Upaya ini biasanya dilakukan oleh perusahaan yang masih mengalami
kerugian.
3. Mengoptimalkan Kredit Pajak yang Diperkenankan
Kebanyakan wajib pajak badan kurang mengetahui bahwa mereka dapat mengkreditkan
pajak yang sudah dipotong asalkan tidak menyimpang dari peraturan. Misalnya, Pajak
Penghasilan (PPh) 22 atas pembelian solar dan/atau impor, PPh 23 atas penghasilan jasa
atau sewa, serta pajak fiskal luar negeri atas perjalanan dinas pegawai.

4. Melakukan Penundaan dalam Membayar Kewajiban Pajak


Perusahaan sebagai wajib pajak dapat menunda pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPn)
dengan menunda penerbitan faktur pajak keluaran hingga batas waktu yang diperkenankan,
untuk penjualan kredit. PPN dapat dibayar pada akhir bulan berikutnya setelah bulan
penyerahan barang.
5. Menghindari Pelanggaran atas Peraturan Perpajakan
Wajib pajak badan harus menguasai peraturan pajak yang berlakuagar terhindar dari
timbulnya sanksi perpajakan berupa sanksi administrasi, seperti denda, bunga, atau
kenaikan, hingga sanksi pidana.
BENTUK-BENTUK STRATEGI PERENCANAAN PAJAK
LAINNYA

1. Pemilihan bentuk badan usaha sesuai dengan kebutuhan dan jenis usaha
Bagaimana caranya memilih badan usaha yang hemat pajak ? persoalan ini hampir selalu
dihadapi oleh para investor / pengusaha. Ada banyak pilihan badan usaha yang dapat
dipertimbangkan oleh investor / pengusaha yang itu semua akan berujung pada besarnya
beban pajak yang akan ditanggung mis : Perusahaan perorangan, CV, PT dll.
2. Memilih lokasi perusahaan yang akan didirikan
Memilih lokasi perusahaan atau melakukan penanaman modal di bidang usaha tertentu
dan atau di bidang tertentu yang mendapat prioritas tinggi dalam skala nasional
dapat diberikan fasilitas perpajakan.
- Dalam bentuk pengurangan penghasilan neto paling tinggi 30 % ( tiga puluh persen) dari jumlah
penanaman modal yang dilakukan selama 6 tahun, fasilitas untuk melakukan penyusutan dan
amortisasi dipercepat, serta kompensasi kerugian yang lebih lama dan dan pengenaan PPh atas
dividen sebesar 10 % (Pasal 31 A UU PPh Nomor 36 tahun 2008).
-Pada
beberapa kasus, pemilihan lokasi di Indonesia Bagian Timur mendapat insentif
pajak, KAWASAN BERIKAT NUSANTARA, KAPET, EPTE, KAWASAN PULAU BATAM,
KAWASAN PULAU BINTAN.
3. Memaksimalkan pengecualian-pengecualian
• Mengambil keuntungan yg sebesar-besarnya dari pengecualian atau pengurangan atas
Penghasilan Kena Pajak. Seperti apabila diketahui bahwa Penghasilan Kena Pajak
perusahaan besar dan akan mengakibatkan pajak terhutang besar, sebaiknya perusahaan
membelanjakan sebagian laba perusahaan untuk penelitian dan pengembangan, biaya
pendidikan, biaya training yang boleh dikurangi dari penghasilan kena pajak.
• Penempatan modal perusahan kepada perseroan terbatas lebih menguntungkan kalau
besarnya modal yang disetor paling rendah 25 %. Apabila modal yang ditempatkan
kurang dari 25 % maka dividen yang dibagi dari perusahan akan dikenakan pajak.
4. Memaksimalkan pengurangan atau potongan
Memberikan tunjangan kepada karyawan dalam bentuk uang atau natura / kenikmatan dapat
dipilih sebagai alternatif untuk mengefisienkan pajak.
5. Memberikan tunjangan kepada karyawan dalam bentuk uang atau natura/ kenikmatan
6. Pemilihan metode penilaian persediaan
Pemilihan metode penilaian persediaan dengan metode Average daripada FIFO. Karena
pada kondisi perekonomian yg cenderung mengalami inflasi, penetapan metode Average
akan menghasilkan HPP lebih tinggi dari pada FIFO. Dengan HPP lebih tinggi, akan
mengakibatkan laba kena pajak akan semakin rendah.
7. Pemilihan metode penyusutan
Pemilihan metode penyusutan jika prediksi laba cukup besar sebaiknya menggunakan
metode saldo menurun. Tapi jika pada awal investasi tidak dapat memberikan keuntungan,
maka metode garis lurus lebih menguntungkan.

PT X membeli sebuah mesin dan ditempatkan pada bulan Januari 2000 dengan harga
Rp 1 Milyar. Mesin tersebut termasuk dalam kelompok I dan masa manfaat 4 tahun.
Dengan menggunakan tarif sesuai Pasal 11 ayat (6) UU PPh, dapat dilakukan perhitungan
dan perbandingan besarnya penyusutan antara metode garis lurus dan saldo menurun (dalam
Rp) sebagai berikut :
• Dari tabel perbandingan ini ternyata besarnya biaya penyusutan untuk setiap tahunnya berbeda
tetapi akumulasinya pada akhir tahun masa manfaat yaitu tahun ke-4 jumlahnya sama yaitu Rp 1
Milyar. Perbedaan ini dalam perpajakan dikenal sebagai beda waktu/beda sementara (timing
difference/temporary difference).
• Adanya perbedaan jumlah biaya penyusutan yang merupakan perbedaan waktu dapat dimanfaatkan
untuk melakukan perencanaan pajak. Kalau kita memperkirakan Penghasilan Kena Pajak pada
tahun pertama besar, dan tahun-tahun berikutnya akan mengecil, maka penggunaan metode saldo
menurun lebih menguntungkan karena akan memperkecil Penghasilan Kena Pajak tersebut sebesar
Rp 250 Juta untuk tahun pertama. Sedangkan kalau kita menggunakan metode garis lurus, beban
penyusutannya adalah sama. Sehingga kalau variabel lainnya adalah sama, dengan tarif pajak 25%
maka penghematan pajak yang diperoleh pada tahun pertama adalah sebesar 25% x Rp 250 Juta
atau Rp 62,5 Juta. Dari segi cashflow dan time value of money hal ini cukup menggiurkan.
• Walaupun secara keseluruhan pada akhir tahun ke-4 jumlah akumulasinya adalah sama, tetapi kita
telah dapat memanfaatkan penghematan pajak ini.
• Demikian pula dari sudut pandang time value of money, jika kita hitung dalam nilai tunai (present
value) dengan discount factor tertentu misalnya 20%, maka nilai akumulasi kedua metode tersebut
pada tahun ke-4 tidak sama. Tabel di bawah ini (dalam Rp) memperlihatkan perbedaan tersebut.
• Dari tabel tersebut terlihat bahwa nilai tunai dari akumulasi biaya penyusutan mesin dengan menggunakan metode garis
lurus adalah sebesar Rp 647.175.000, dan menggunakan metode saldo menurun sebesar Rp 722.875.000. Dengan demikian,
nilai tunai akumulasi penyusutan dengan metode saldo menurun lebih besar daripada garis lurus. Ini berarti biaya
penyusutan yang dibebankan dengan metode saldo menurun akan lebih besar nilainya dari metode garis lurus, sehingga
pajak yang harus dibayar jika menggunakan metode saldo menurun lebih sedikit daripada menggunakan metode garis
lurus.
• Dengan tarif pajak 25% maka besarnya penghematan pajak yang dapat diperoleh perusahaan kalau menggunakan metode
saldo menurun adalah:

25% x Rp. 722.875.000 = Rp. 180.718.750


25% x Rp. 647.175.000 = Rp. 161.793.750
Penghematan Pajak = Rp. 18.925.000
• Biasanya alasan orang menggunakan metode garis lurus adalah karena kemudahan dan kesederhanaan perhitungannya.
Tetapi, dari sudut time value of money, penggunaan metode saldo menurun dalam menghitung dan membukukan biaya
penyusutan akan lebih menguntungkan dari segi penghematan biaya.
8. Melakukan pembayaran pajak mendekati jatuh tempo.
Tujuannya adalah agar uang pajak masih bisa digunakan untuk hal lain yang bisa menambah
penghasilan perusahaan.
9. Menghindari pemeriksaan pajak.
Kalau sampai WP diperiksa dan terbukti melakukan pelanggaran maka bisa dikenai sanksi
dimana perusahaan akan mengeluarkan sejumlah uang yang berarti tujuan penghematan
tidaka akan tercapai.
10. Pemilihan alternatif dasar pembukuan , basis kas atau akrual.
Pemilihan dasar pembukuan yang berbeda akan berpengaruh terhadap pajak yang harus
dibayar oleh perusahaan.
PENGHINDARAN PAJAK
DAN
PENYELUNDUPAN PAJAK

1. Penghindaran pajak ( Tax Avoidance )


Merupakan proses pengendalian tindakan agar terhindar dari pengenaan pajak yang tidak
dikehendaki dan tidak melanggar Undang-undang (Lawful)

2. Penyelundupan pajak ( Tax Evasion )


Merupakan tindakan untuk mengurangi beban pajak dan merupakan perbuatan yang melanggar
Undang – undang (Unlawful)

Anda mungkin juga menyukai