Anda di halaman 1dari 99

TAXATION II

Dr Drs. Aminul Amin, MM. ,CPA.

STIE Malangkucecwara
PEMAHAMAN UMUM PAJAK PENGHASILAN

Dasar Hukum Pajak


Penghasilan
Subyek, Obyek Pajak, Bukan
Obyek Pajak
Biaya/Beban dan Bukan
Biaya/Beban
Koreksi Fiskal dan Rekonsiliasi
Fiskal
2
Perkembangan UU Perpajakan

UU 7/1983 UU 10/1994 UU 36/2008


Pajak Pajak Pajak
Penhasilan Penhasilan Penghasilan.

Peruba Peruba Peruba Peruba


Reform han 2 han 4 2008 -
han 1 han 3
asi 1983 2020
1991 2010 2000 2008

UU 7/1991 UU 17/2000 UU No.7 TAHUN 1983


TENTANG
Pajak Pajak PAJAK PENGHASILAN
Penghasilan Penghasilan SEBAGAIMANA TELAH
DIUBAH
TERAKHIR DENGAN
(stdtd) 3
UU No. 36 TAHUN 2008
PAJAK PENGHASILAN
(PPh)

Pasal 1
ADALAH

PAJAK YANG DIKENAKAN


TERHADAP SUBJEK PAJAK
ATAS PENGHASILAN YANG
DITERIMA ATAU DIPEROLEHNYA
DALAM TAHUN PAJAK
4
SUBJEK PAJAK

-ORANG PRIBADI
-WARISAN YG BELUM TERBAGI SBG
SATU KESATUAN MENGGANTIKAN
YG BERHAK
BADAN

BENTUK USAHA TETAP (BUT)

PASAL 2 AYAT (1)

5
PASAL 2 AYAT (3)

ORANG PRIBADI:
- BERTEMPAT TINGGAL / BERADA DI INDONESIA
LEBIH DARI 183 HARI DLM 12 BULAN; ATAU
- DALAM SUATU TAHUN PAJAK BERADA DI
INDONESIA DAN MEMPUNYAI NIAT BERTEMPAT
TINGGAL DI INDONESIA

BADAN
YANG DIDIRIKAN ATAU BERTEMPAT KEDUDUKAN DI
INDONESIA

WARISAN YANG BELUM TERBAGI SBG SATU


KESATUAN MENGGANTIKAN YG BERHAK
6
SUBJEK PAJAK
LUAR NEGERI Pasal 2 ayat (4)

• ORANG PRIBADI YG TIDAK BERTEMPAT TINGGAL DI


INDONESIA / BERADA DI INDONESIA TIDAK LEBIH
DARI 183 HARI DALAM 12 BULAN
• BADAN YG TIDAK DIDIRIKAN DAN TIDAK BERTEMPAT
KEDUDUKAN DI INDONESIA

YANG YANG MENERIMA ATAU


MENJALANKAN MEMPER OLEH PENGHASILAN
USAHA ATAU DARI INDO NESIA BUKAN DARI
KEGIATAN MELALUI MENJALAN KAN USAHA ATAU
BUT DI INDONESIA KEGIATAN MELALUI BUT DI
INDONESIA 7
BADAN
Badan adalah sekumpulan orang dan
/atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha
maupun yang tidak melakukan usaha
yang meliputi:
 Perseroan Terbatas (PT),
 Perseroan Komanditer (CV),
 Perseroan Lainnya,
 Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
 Badan Usaha Milik Daerah (BUMD),
 Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun,
 Persekutuan, Perkumpulan,
 Yayasan,
 Organisasi Massa, Organisasi Sosial Politik, atau 8
 Organisasi Lainnya,
 Lembaga & Bentuk Badan Lainnya Termasuk Kontrak
Investasi Kolektif & Bentuk Usaha Tetap (BUT)
1. Penghasilan Obyek Pajak
(Pasal 4 ayat 1)

a. Bersifat Tidak Final


Pembayaran dimuka / dapat dikreditkan

b. Bersifat Final (Pasal 4 ayat 2)


Pelunasan Pajak / Tidak dapat dikreditkan

2. Penghasilan Non Obyek (Pasal 4 ayat 3)

9
PENGHASILAN OBYEK PAJAK TIDAK FINAL
(PASAL 4 AYAT 1)

a. Penggantian/imbalan berkenaan dg pekerjaan / jasa


yg diterima / diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan,
honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau
imbalan dlm bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dlm
Undang-undang ini;
b.Hadiah dari undian / pekerjaan / kegiatan &
penghargaan

c.Laba Usaha
10
PENGHASILAN OBYEK PAJAK TIDAK FINAL
(PASAL 4 AYAT 1)

d. Keuntungan krn penjualan/krn pengalihan harta termasuk:


1. keuntungan krn pengalihan harta kpd perseroan, persekutuan, dan badan
lainnya sbg pengganti saham / penyertaan modal;
2. keuntungan krn pengalihan harta kpd pemegang saham, sekutu, atau anggota
yg diperoleh perseroan, persekutuan & badan lainnya;
3. keuntungan krn likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan,
pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dg nama & dlm bentuk apapun;
4. keuntungan krn pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan,
kecuali hibah Pasal 4 (3); dan
5. keuntungan krn penjualan/pengalihan sebagian / seluruh hak penambangan,
tanda turut serta dlm pembiayaan, atau permodalan dlm perusahaan
pertambangan.
11
PENGHASILAN OBYEK PAJAK TIDAK FINAL
(PASAL 4 AYAT 1)

e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yg telah


dibebankan sbg biaya & pembayaran tambahan
pengembalian pajak
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan
karena jaminan pengembalian utang
g. Dividen, dg nama & dalam bentuk apapun, termasuk
dividen dari perusahaan asuransi kpd pemegang
polis, dan pembagian SHU
h. Royalti / imbalan atas penggunaan hak
i. Sewa & penghasilan lain sehub dg penggunaan
harta 12
PENGHASILAN OBYEK PAJAK TIDAK FINAL
(PASAL 4 AYAT 1)

j. Penerimaan / perolehan pembayaran berkala


k. Keuntungan krn pembebasan utang, kecuali s.d.
jumlah tertentu yg ditetapkan dg “PP”
l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing
m.Selisih lebih krn penilaian kembali aktiva
n. Premi asuransi
o. Iuran yg diterima/diperoleh perkumpulan dari
anggotanya yg terdiri dari WP yg menjalankan
usaha / pekerjaan bebas
13
PENGHASILAN OBYEK PAJAK TIDAK FINAL
(PASAL 4 AYAT 1)

p. Tambahan kekayaan neto yg berasal dari penghasilan


yg belum dikenakan pajak
q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah
r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dlm UU yg
mengatur mengenai “KUP”; dan
s. Surplus Bank Indonesia

14
PENGHASILAN OBYEK
PAJAK FINAL
(Pasal 4 Ayat 2)

15
TIDAK DIGABUNGKAN DG PENGHASILAN YANG
a DIKENAKAN PAJAK DENGAN TARIF PROGRESIF PADA AKHIR
TAHUN

PPHNYA TIDAK DAPAT DIKREDITKAN DG PPH TERUTANG


b ATAS PENGH KENA PAJAK AKHIR TAHUN
TARIF PAJAK TARIF KHUSUS SESUAI PERATURAN PAJAK
c YANG MENGATURNYA
PEMENUHAN KEWAJIBAN PAJAKNYA MELALUI
d PEMOTONGAN ATAU PEMUNGUTAN OLEH PIHAK LAIN DAN
ADA JUGA YANG BAYAR SENDIRI .

DASAR PENGENAAN PAJAKNYA DIATUR KHUSUS SESUAI


PERATURAN PAJAK YANG MENGATURNYA,TIDAK
e DIDASARKAN PADA KEUNTUNGAN.

FINAL ,TIDAK DIKENAKAN PAJAK LAGI


f 16
JENIS PENGHASILAN BERSIFAT FINAL
(Keadaan 1 Januari 2014 )
No Perihal Tarip Keterangan
1 Bunga Deposi- 20% Jumlah bruto bagi Wajib Pajak Dalam Negeri
to/Tabungan Dan 20% Jumlah bruto bagi W.P. Luar negeri atau tarif
Diskonto SBI berdasarkan P3B
2 Penjualan Saham 0,1% Jumlah bruto nilai transaksi penjualan saham
Pendiri dan bukan 0.5% Tambahan PPh bagi pemilik saham pendiri,
Pendiri di Bursa Efek dari nilai saham pada saat penawaran umum
perdana
3 Hadiah Undian 25% Jumlah bruto nilai hadiah yang dibayarkan
atau nilai pasarhadiah berupa natura atau
kenikmatan.
4 Penghasilan dari 5% Jumlah bruto nilai penjualan
Penga lihan Hak Atas /pengalihan tanah dan/atau bangunan
Tanah dan/Atau 1% lainnya Rumah susun dan rumah susun
Bangunan sederhana (243/PMK.33/2008)
5. Penghasilan yang 10% Jumlah bruto nilai persewaan
diterima atau diperoleh tanah dan/atau bangunan baik yang diterima
dari Persewaan Tanah /diperoleh W P Orang Pribadi maupun WP
dan /atau Bangunan Badan
17
6 Pajak Penghasilan Atas 15% dari jumlah bruto bunga bagi WP DN dan BUT;
Penghasilan Berupa 20% dan/
Bunga Obligasi atau sesuai dengan tarif berdasarkan P3B bagi WP
Pajak Penghasilan Atas 15% LN selain BUT,
Penghasilan Berupa dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas
Diskonto Obligasi 20% harga perolehan Obligasi bagi WP DN dan BUT;
dan/
atau sesuai dengan tarif berdasarkan P3B bagi WP
LN selain BUT,
PPh atas penghasilan 0% untuk tahun 2009 sampai dengan tahun 2010
bunga dan/atau diskonto 5% untuk tahun 2011 sampai dengan tahun 2013;
dari Obligasi WP 15% untuk tahun 2014 dan seterusnya.
reksadana yang terdaftar
pada BPPM dan LK

7 Usaha Jasa Kontruksi 2% Pelaksana kontruksi kualifikasi kecil


4% Pelaksana kontruksi yg tidak memiliki kualifikasi
usaha
3% Pelaksanan kontruksi kualifikasi menengah-besar .
4% Perencanaan atau pengawasan konstruksi yg
memiliki kualifikasi usaha 18
6% Perencanaan atau pengawasan konstruksi yg tidak
8 Penghasilan WP pelayaran 1,2% Peredaran bruto
dalam negeri. (Norma Khusus)

9 Penghasilan WP pelayaran 2,64% Peredaran bruto


atau penerbangan luar negeri (Norma Khusus)

10 Penghasilan WP LN yang 0,44% Nilai ekspor bruto


mempunyai kantor (Norma Khusus)
perwakilan dagang di
Indonesia

11 Selisih penilaian kembali 10% Selisih lebih penilaian kembali setelah


aktiva tetap dikurangi dgn kompensasi kerugian fiskal
12 Penyalur/ Dealer/Agen 0,3% Penjualan Premium / Solar /Premix dari
Produk Pertamina Dan SPBU Swasta
Premix 0,25% Penjualan Premium / Solar
0,3% /Premix dari SPBU Pertamina
0,3% Penjualan minyak Tanah
0,3% Penjualan Gas LPG/Pelumas
19
19
8 Penghasilan WP pelayaran 1,2% Peredaran bruto
dalam negeri. (Norma Khusus)
9 Penghasilan WP pelayaran 2,64% Peredaran bruto
atau penerbangan luar (Norma Khusus)
negeri
10 Penghasilan WP LN yang 0,44% Nilai ekspor bruto
mempunyai kantor (Norma Khusus)
perwakilan dagang di
Indonesia

11 Selisih penilaian kembali 10% Selisih lebih penilaian kembali setelah dikurangi
aktiva tetap dgn kompensasi kerugian fiskal
12 Penyalur/ Dealer/Agen 0,3% Penjualan Premium / Solar /Premix dari SPBU
Produk Pertamina Dan Swasta
Premix 0,25% Penjualan Premium / Solar
0,3% /Premix dari SPBU Pertamina
0,3% Penjualan minyak Tanah
0,3% Penjualan Gas LPG/Pelumas
13 Penjualan Saham Milik 0,1% Jumlah bruto nilai transaksi penjualan saham atau
Perusahaan Modal Ventura pengalihan penyertaan modal 20
20
14 Diskonto Surat Utang 20 Jumlah Diskonto SPN
Negara ( SPBN & ORI)

15 Nilai bangunan yang 5% Nilai penyerahan bangunan


diterima dalam rangka
Bangun Guna Serah
sehub. dgn berakhirnya
masa perjanjian

16. Bunga Simpanan Anggota 0 % s/d Rp.240.000,00 per bulan


Koperasi 10 % Lebih dari Rp.240.000,00 per bulan
17 Uang pesangon, yang 0% s.d Rp. 50 juta
dibayarkan sekaligus 5% Penghasilan bruto diatas
15% Rp.50 juta s.d. Rp.100 juta
25% Penghasilan bruto diatas Rp.100 juta s.d
Rp.500 juta
Penghasilan bruto diatas Rp.500 juta
Uang manfaat pensiun; 0% s.d Rp. 50 juta
Tunjangan hari tua atau 5% Penghasilan bruto diatas
Jaminan Hari Tua yang Rp.50 juta
dibayarkan sekaligus 21
21
18 Honorarium dan imbalan lain Pasal 4 PP 80/2010
dengan nama apapun atas 0% PNS Gol I dan II, TNI / POLRI Tamtama dan
beban APBN/APBD yang Bintara, dan Pensiunannya
diterima Pejabat 5% PNS Gol III, TNI/ POLRI Perwira Pertama,
Negara,PNS,angg. TNI , dan pensiunannya
POLRI dan pensiunan. 15% PNS Gol IV, TNI/POLRI perwira Menengah
dan Tinggi/ Pensiunan

19 Dividen yang diterima oleh 10% Jumlah bruto dividen


WP orang pribadi

20 Penghasilan dari usaha yang 1% PP 46/2013,107/PMK.011/2013,SE-


diterima/diperoleh wp yg 42/PJ/2013
memiliki peredaran bruto Jumlah peredaran bruto setiap bulan untuk
tertentu setiap tempat kegiatan usaha

22
DIVIDEN

PEMEGANG SAHAM

PERSEROAN
KOPERASI TERBATAS D.N., W.P.
BUMN,BUMD PERSERO
BADAN WAJIB
AN TERBA
DALAM PAJAK
TAS,BUMN,
NEGERI LAIN
BUMD
LAIN NYA
KEPEMILIKAN LAINNYA
NYA
SAHAM 25%
ATAU LEBIH.

BUKAN OBJEK PAJAK OBJEK PAJAK


23
Biaya Fiskal
(Ps 6 Ayat 1

Biaya
Bukan Biaya Fiskal
(Ps 9 Ayat 1)

24
BIAYA FISKAL
(Ps 6 Ayat 1)

25
a. Biaya yg secara langsung / tidak langsung berkaitan dg kegiatan
usaha, antara lain:
Biaya pembelian bahan;
Biaya berkenaan dg pekerjaan / jasa termasuk upah, gaji,
honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yg diberikan dlm
bentuk uang;
Bunga, sewa, dan royalti;
Biaya perjalanan;
Biaya pengolahan limbah;
Premi asuransi;
Biaya promosi & penjualan yg diatur dg atau berdasarkan “PMK”
Biaya administrasi; dan
Pajak kecuali Pajak Penghasilan;
26
b. Penyusutan atas pengeluaran utk memperoleh harta berwujud
& amortisasi atas pengeluaran utk memperoleh hak & atas biaya lain
yg mempunyai masa manfaat > 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud
dlm Pasal 11 & Pasal 11A;

c. Iuran kepada Dana Pensiun yg pendiriannya telah


disahkan oleh Men-Keua.;

d. Kerugian karena penjualan atau pengalihan


harta yg dimiliki & digunakan dlm perusahaan / yg dimiliki
utk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan;

27
e. Kerugian SELISIH KURS mata uang asing;

f. Biaya penelitian & pengembangan


perusahaan yg dilakukan di Indonesia;

g. Biaya BEA SISWA, Magang, dan Pelatihan;

28
h. Piutang yg nyata-nyata tidak dapat ditagih, dg
syarat:
1. Telah dibebankan sbg biaya dlm Laporan L/R Komersial;
2. WP harus menyerahkan daftar piutang yg tidak dapat ditagih
kepada DJP; dan
3. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan
Negeri/Instansi Pemerintah yg menangani piutang
negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai
penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur &
debitur yg bersangkutan; atau telah dipublikasikan dlm
penerbitan umum/khusus; atau adanya pengakuan dari
debitur bahwa utangnya telah dihapuskan utk jumlah utang
tertentu;
4. syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku
untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k;
29
i. Sumbangan dalam rangka penanggulangan Bencana
Nasional yg ketentuannya diatur dg “PP”;

j. Sumbangan dlm rangka Penelitian & Pengembangan yg


dilakukan di Indonesia yg ketentuannya diatur dg “PP”;

k. Biaya Pembangunan Infrastuktur Sosial yg


ketentuannya diatur dg “PP” ;

30
l. Sumbangan Fasilitas Pendidikan yg ketentuannya
diatur dg “PP” ; dan

m. Sumbangan dalam rangka Pembinaan


Olahraga yg ketentuannya diatur dg “PP”.

31
Apabila Ph. Bruto setelah pengurangan
sebagaimana dimaksud dlm ayat (1) didapat
kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dg
penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-
turut s.d. 5 (lima) tahun.

32
BUKAN BIAYA FISKAL
(Ps 9 Ayat 1)

33
a. Pembagian Laba dg nama & dlm bentuk
apapun seperti dividen, termasuk dividen yg
dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada
pemegang polis, dan pembagian SHU koperasi;

b. biaya yg dibebankan / dikeluarkan utk


kepentingan pribadi pemegang saham,
sekutu, atau anggota;

34
c. Pembentukan/pemupukan Dana Cadangan,
kecuali:
1. Cadangan Piutang Tak Tertagih utk usaha Bank dan badan
usaha lain yg menyalurkan kredit, SGU dg Hak Opsi,
perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak
piutang;
2. Cadangan utk usaha Asuransi termasuk cadangan bantuan
sosial yg dibentuk oleh Badan penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS);
3. Cadangan penjaminan utk Lembaga Penjamin Simpanan;
4. Cadangan biaya Reklamasi utk usaha pertambangan;
5. Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
6. Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat
pembuangan limbah industri utk usaha pengolahan limbah industri,
yg ketentuan & syaratnya diatur dg atau berdasarkan “PMK”

35
d.Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,
asuransi dwiguna, & asuransi bea siswa, yg dibayar oleh
WP OP, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi
tersebut dihitung sbg penghasilan bagi WP yg bersangkutan;
e.NATURA & KENIKMATAN, kecuali:
1. Peny. Makanan & Minuman bagi seluruh pegawai
2. Natura & Kenikmatan di Daerah Tertentu
3. Natura & Kenikmatan yg berkaitan dg pelaksanaan
pekerjaan yg ditetapkan dg “PMK”
4. Mobil Dinas & pemeliharaan utk pegawai tertentu
5. Sarana antar-jemput karyawan
6. Handphone & pulsa utk pegawai tertentu
36
f. Jumlah yg melebihi kewajaran yg dibayarkan kepada
Pemegang Saham / kepada pihak yg mempunyai
hubungan istimewa sbg imbalan sehub. dg pekerjaan
yg dilakukan;
g. Harta yg di-hibahkan, bantuan/sumbangan &
Warisan sebagaimana dimaksud dlm Pasal 4 (3) huruf
a & huruf b, kecuali sumbangan sebagaimana
dimaksud dlm Pasal 6 (1) huruf i s.d. huruf m serta
zakat yg diterima oleh badan amil zakat / lembaga amil
zakat yg dibentuk / disahkan oleh pemerintah /
sumbangan keagamaan yg sifatnya wajib bagi
pemeluk agama yg diakui di Indonesia, yg diterima
oleh lembaga keagamaan yg dibentuk / disahkan oleh
pemerintah, yg ketentuannya diatur dg atau
berdasarkan “PP”
37
h. Pajak Penghasilan;
i. Biaya yg dibebankan / dikeluarkan utk kepentingan
pribadi Wajib Pajak / orang yg menjadi tanggungannya;
j. Gaji yg dibayarkan kepada anggota Persekutuan, Firma,
atau Perseroan Komanditer yg modalnya tdk terbagi atas
saham;
k. Sanksi Administrasi berupa BUNGA, DENDA, DAN
KENAIKAN SERTA SANKSI PIDANA berupa denda yg
berkenaan dg pelaksanaan perundang-undangan di bidang
perpajakan.

38
PENYUSUTAN FISKAL (Pasal 11)

Tarif penyusutan
Kelompok Masa
Harta Berwujud Manfaat
Garis Lurus Saldo Menurun
I.
Bukan bangunan
Kelompok 1
4 tahun 25 % 50%
Kelompok 2
8 tahun 12,5% 25%
Kelompok 3
16 tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4
20 tahun 5% 10%
II.
Bangunan
Permanen
20 tahun 5% -
Tidak Permanen
10 tahun 10% -

Nilai Sisa Buku


Dasar Penyusutan Harga Perolehan
Fiskal Awal Tahun
39
PENYUSUTAN FISKAL (Pasal 11)

a. Nilai residu tidak diakui. (Diakhir masa manfaat,


susutkan sekaligus)
b. Tanah tidak disusutkan.
c. Aktiva Tetap yang diperoleh sebelum tahun 2001,
pada tahun perolehannya disusutkan setahun
penuh.
d. Aktiva tetap yang diperoleh sejak 1 Januari 2001,
pada tahun perolehannya, disusutkan mulai bulan
perolehan.
e. Pengelompokkan aktiva tetap sesuai masa
manfaatnya diatur di PMK 96/PMK.03/2009.
40
AMORTISASI FISKAL (Pasal 11A)

a. Amortisasi dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran.

b. Untuk harta tidak berwujud yang masa manfaatnya tidak


tercantum pada kelompok masa manfaat yang ada, maka
menggunakan masa manfaat yang terdekat.

c. Diatur pula amortisasi untuk biaya-biaya tertentu :


- Biaya pendirian dan biaya perluasan modal
- Biaya Pra Operasi
- Biaya memperoleh hak dibidang penambangan minyak
dan gas bumi
- Biaya memperoleh hak dibidang penambangan selain
minyak dan gas bumi
41
TARIF PPh WP BADAN DN
(MULAI TAHUN PAJAK 2010)

50%X25% 25%
JUMLAH JUMLAH
PEREDARAN PEREDARAN
BRUTO SAMPAI BRUTO DIATAS
DENGAN RP.50 MILIAR
RP.4,8 MILIAR

PEREDARAN BRUTO DIATAS RP.4,8 M S/D RP.50 M


FASILITAS PENGURANGAN TARIF
50% X 25 % YANG DIKENAKAN ATAS
PENGHASILAN KENA PAJAK DARI
BAGIAN PEREDARAN BRUTO SD RP4.8 M.
42
WT/ PPh BADAN/ 2012
TARIF PASAL 17
WP BADAN (Umum)

1. Bagi Yg Omzet > 50 Milyar


Tarif = 25%

2. Bagi Yg: 4,8 Milyar < Omzet <= 50 Milyar


Tarif = 50% X 25% Utk Bagian Omzet s.d. 4,8 M

25% Utk Bagian Omzet Selebih-nya

3. Bagi Yg Omzet <= 4,8 Milyar


Tarif = 0,5% FINAL

43
Contoh Perhitungan Tarip Ps 31E
PEREDARAN BRUTO PT X DALAM TAHUN PAJAK 2019 SEBESAR
RP 30 M DENGAN PENGHASILAN KENA PAJAK SEBESAR RP 3 M

PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN YANG TERUTANG:


1. JUMLAH PENGH KENA PAJAK DARI BAGIAN PEREDARAN
BRUTO YANG MEMPEROLEH FASILITAS: (RP 4.8 M : RP30 M) X
RP 3 M = RP 480 JUTA
2. JUMLAH PENGH KENA PAJAK DARI BAGIAN PEREDARAN
BRUTO YANG TIDAK MEMPEROLEH FASILITAS: RP 3 M – RP
480 JUTA = RP 2.520 JUTA
PAJAK PENGHASILAN YANG TERUTANG:
- (50% X 25%) X RP 480.000.000,00 = RP 60.000.000,00
- 25% X RP 2.520.000.000,00 = RP 630.000.000,00
--------------------- (+)
JUMLAH PPh YANG TERUTANG =RP 690.000.000,00

44
KREDIT PAJAK
Pasal 28 ayat (1) dan (2)

PEMOTONGAN PPh DARI PEKERJAAN,JASA


PPh PS.21 DAN KEGIATAN (Untuk WPOP)

PPh PS.22 PEMUNGUTAN PPh DARI KEGIATAN DI BIDANG


IMPOR ATAU KEGIATAN USAHA DI BIDANG LAIN

PPh PS.23 PEMOTONGAN PPh DARI DIVIDEN, BUNGA, RO


YALTI,SEWA, HADIAH DAN PENGHARGAAN, DAN
IMBALAN LAIN

PPh PS.24 PAJAK YG DIBAYAR ATAU TERUTANG ATAS


PENGHASILAN DARI LN YG BOLEH DIKREDITKAN

PPh PS.25 PEMBAYARAN YG DILAKUKAN OLEH WAJIB


PAJAK SENDIRI

PPh PS.26 PEMOTONGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN LN


AYT(5) YG TDK BERSIFAT FINAL 45
47
PPh PASAL 22

Ada empat jenis, yaitu:


1. Impor barang luar negeri,
2. Pembelian barang oleh Bendaharawan Pemerintah,
badan pemerintah tertentu, dan
eksportir/pengusaha industri tertentu,
3. Penjualan hasil produksi industri tertentu,
4. Penjualan barang yang tergolong sangat mewah.

46
48
PPh PASAL 23
1. DEVIDEN;
2. BUNGA;
3. ROYALTI; SEWA DAN JASA
4. HADIAH , PENGHARGAAN,
BONUS.
DIKALIKAN DIKALIKAN

15% 2%

PENGH BRUTO (NON FINAL) PENGH BRUTO (NON FINAL)

47
PENGKREDITAN PPH YG DIBAYAR DI
LUAR NEGERI (PPh Ps 24)

 PPh dibayar di LN boleh dikreditkan dg PPh


di Indonesia
 Pengkreditan PPh psl 24 dilakukan di tahun
pajak digabungkannya penghasilan tersebut
 Kerugian di LN tidak boleh digabung

48
PENGKREDITAN PPh YG DIBAYAR
DI LUAR NEGERI
 Ada 3 langkah untuk menghit. PPh 24 yg dapat
dikreditkan:
1. Hit. pajak yg sebenarnya dibayar di LN
2. Hit. batasan max. dg rumus :

Penghasilan Netto LN X PPh Terutang


PKP
(dihitung per-country basis)

3. PPh 24 = MANA YG < antara (1) dan (2)

49
BESAR ANGSURAN
PASAL 25 AYAT
(1) PPh PASAL 25 SETIAP BULAN

SAMA DENGAN PPh TERUTANG MENURUT SPT


TAHUNAN PPh
TAHUN PAJAK YG LALU

DIKURANGI

PPh YG DI POTONG / PPh YG TERUTANG/ DI


DI PUNGUT BAYAR DI L.N. YG BOLEH DI
(PPh PASAL 21,22, 23) KREDITKAN(PPh PASAL 24)

DIBAGI

12 (DUA BELAS) ATAU BANYAKNYA BULAN


DALAM BAGIAN TAHUN PAJAK 50
LAPORAN KEUANGAN
FISKAL
AKUNTANSI FISKAL
REKONSILIASI
FISKAL
DIKECUALIKAN DARI OBJEK
PENGHSILAN/
PENDAPATAN OBJEK FINAL

TIDAK FINAL

BOLEH DIKU
RANGKAN
BIAYA

TIDAK BOLEH PENGHASILN


DIKURANGKAN NETO FISKAL
LABA BERSIH

PPh PENGH.K.P. KOMPENSASI RG


51
Perhitungan PPh Akhir Tahun
WP Badan

Rekonsiliasi
(penyesuaian)
Laba rugi fiskal tersebut akan
disusun berakibat
berdasarkan Laba adanya koreksi
Penghitungan PPh Rugi Komersial
di akhir tahun
fiskal
yang disesuaikan
didasarkan atas LK dengan peraturan
Fiskal (Laba Rugi perpajakan
Fiskal). (melalui
rekonsiliasi).

52
Langkah Penyusunan LK Fiskal

Akuntansi Memahami Rekonsilia LK Fiskal SPT


Perbedaan si Fiskal

•Menyusun •Memahami •Kenali •Menyusun •Isi SPT


akuntansi perbedaan penyesuaian LK Fiskal sesuai LK
komersial ketentuan yang Fiskal
berdasarkan pajak (UU diperlukan
SAK Pajak) dg •Analisis
SAK elemen yang
disesuaikan
•Lakukan
penyesuaian

53
Koreksi Fiskal/Rekonsiliasi Fiskal
 Penyesuaian atas laba komersial yang
berbeda dengan ketentuan fiskal untuk
mendapatkan penghasilan neto/laba
yang sesuai dengan ketentuan pajak.
 Dari sudut pandang akuntansi perbedaan antara
akuntansi dan fiskal dapat dikelompokkan menjadi
○ Beda Tetap/Permanen (yang disebabkan karena perbedaan
konsep) dan
○ Beda Waktu/Sementara (disebabkan oleh perbedaan
alokasi atau saat pengakuan)
 Dari sudut pandang fiskus perbedaan antara akuntansi
dan fiskal dikelompokkan menjadi
○ Koreksi Positif (jika menambah laba fiskal) dan
○ Koreksi Negatif (jika mengurangi laba fiskal)
54
Koreksi Fiskal/Rekonsiliasi Fiskal
PPh ps 4 (1); 4(2); 4(3); 6; 9; 11/11A

Hal-hal yang menyebabkan adanya Koreksi Fiskal :


I. Adanya perbedaan antara SAK dengan Peraturan
Perpajakan (beda Konsep, Beda Pengukuran dan Beda
Metode Pengalokasian/Saat Pengakuan)
II. Adanya Penghasilan tertentu yang bukan merupakan objek
pajak; atau telah dikenakan PPh bersifat final (Official
Assessment System)
III. Adanya Kompensasi Kerugian Fiskal
IV. Adanya harga yg tidak wajar karena hubungan istimewa

55
KOREKSI FISKAL/REKONSILIASI FISKAL
PPh ps 4 (1); 4(2); 4(3); 6; 9; 11/11A
Penyebab Adanya perbedaan antara SAK dengan Peraturan
Perbedaan Perpajakan (beda Konsep, Beda Pengukuran dan
Beda Metode Pengalokasian/Saat Pengakuan)
Adanya Penghasilan tertentu yang bukan merupakan
objek pajak; atau telah dikenakan PPh bersifat final .

Adanya Kompensasi Kerugian Fiskal

Adanya harga yg tidak wajar karena hubungan


istimewa

56
Koreksi Penghasilan
Penghasilan
(income/revenue)

Objek PPh Dikecualikan Sbg Objek PPh Bukan Objek


Psl. 4 (1) Objek PPh Psl. 4 (1) Final PPh Psl. 4
Huruf k Psl. 4 (2) (3)

Sesuai Tidak
UU Sesuai UU

over under

Koreksi Koreksi Koreksi Koreksi Koreksi


negatif positif negatif negatif negatif

56
Koreksi Biaya/Beban
Beban
(cost/expense)

Dapat Tidak dapat


Dikurangkan dikurangkan
Psl.6 (1) Ps.9 (1)

Sesuai UU Tidak Sesuai UU

over under

Koreksi Koreksi Koreksi


positif negatif positif
58
Hubungan LK Komersial dg LK Fiskal

Akuntansi Pajak

PSAK Perbedaan UU PPh

Laba/Rugi + Koreksi = Laba/Rugi


Komersial Fiskal Fiskal

57
Beda Konsep
Beda konsep: perbedaan pengakuan
Penghasilan maupun beban/biaya karena
konsep akuntansi dan pajak yang berbeda,
misal:
1. Penghasilan bukan objek pajak
2. Dikecualikan dari objek pajak
3. Penghasilan objek pajak final
4. Non-deductible expenses, dll

Koreksi ini merupakan BEDA TETAP

58
Beda Pengukuran
Beda Pengukuran:
secara prinsip komersial dan fiskal
mengatur pengukuran dengan konsep yang
sama. Namun Fiskus memiliki kewenangan
untuk menetapkan kembali besarnya
penghasilan dan/atau biaya karena adanya
pengaruh hubungan istimewa.
Misal: penjualan atau pembelian kepada
atau dari perusahaan afiliasi harus arm’s
length principle.

Koreksi ini merupakan BEDA TETAP


59
Perbedaan Alokasi Pendapatan/Biaya
Perbedaan cara alokasi biaya: perbedaan dari
metode alokasi biaya karena perbedaan
ketentuan antara komersial dan fiskal, misal:

1. Biaya penyusutan: bisa muncul koreksi apabila


akuntansi menggunakan taksiran umur atau metode
yang tidak sama dengan ketentuan fiskal (garis lurus
atau saldo menurun)
2. Penilaian persediaan: fiskus hanya
memperbolehkan wajib pajak menggunakan harga
pokok, dan hanya metode FIFO atau Rata-Rata

3. Pengakuan kerugian piutang, fiskus hanya


boleh menggunakan metode langsung (kecuali
jenis usaha tertentu, mis. Lembaga Keuangan), dll

Koreksi ini merupakan WAKTU / TEMPORER


60
Perbedaan Konsep Penghasilan
Konsep penghasilan dari sisi akuntansi (SAK), adalah:
Penghasilan (Income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama
suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau
penambahan aset atau penurunan kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanam modal.

Dari sisi fiskal, konsep penghasilan tidak jauh berbeda


dengan konsep akuntansi yaitu:
Segala tambahan kemampuan ekonomis yang diterima/diperoleh
Wajib Pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun dari Luar
Indonesia yang bisa dikonsumsi atau menambah kekayaan Wajib
Pajak dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Fiskal membedakan penghasilan tersebut menjadi tiga


kelompok (Pasal 4), yaitu:
1. Penghasilan yang merupakan Objek Pajak Penghasilan
2. Penghasilan yang bukan merupakan Objek Pajak Penghasilan
3. Penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan Final
61
Beda Tetap –
Penghasilan yang dikenakan PPh Final
[pasal 4 ayat (2), pasal 15, pasal 19,
pasal 22]

62
PENGHASILAN-PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh. FINAL
(Psl 4 Ayat 2)
1).
1. BUNGA DEPOSITO/TABUNGAN/DISKONTO SBI
BERDASARKAN PP 131 TAHUN 2000, Yo KEP
MENKEU 51/KMK.04/2001 :
 20% x BRUTO BUNGA untuk WP DN ATAU BUT
 20% x ATAU SESUAI DG P3B BAGI WP LN

2. HADIAH UNDIAN BERDASARKAN PP 132 TAHUN


2000, DIKENAKAN 25% x HADIAH BRUTO BAIK
BERUPA UANG MAUPUN BARANG

3. BUNGA SIMPANAN KOPERASI BERDASARKAN


Psl 23 Ayat (1) Huruf (b), UU PPh, Yo KEPMENKEU
522/KMK.O4/98, Tgl 18-12-1998, DIKENAKAN PPh
10% APABILA DI ATAS Rp. 240.000./BULAN. 63
4). ATAS BUNGA OBLIGASI DAN DISKONTO YANG DIJUAL
DI BURSA EFEK BERDASARKAN PP No.6 Th. 2000
DIPOTONG PPh, DENGAN TARIF :
- 20% x BRUTO BAGI WP DN DAN BUT
- 20%, ATAU SESUAI DENGAN P3B BAGI WP LN

5). PENJUALAN SAHAM PENDIRI DIBURSA EFEK PP 41


KEP MK 81/KMK.04/1995, Tgl 6-2-1995

DIKENAKAN PPh. 5% x PENGHASILAN BRUTO, DIUBAH 0,5% ME-


LALUI PP 14 Th. 1997, Tgl 29-5-1997,

64
6. PENJUALAN SAHAM, BUKAN SAHAM PENDIRI DI BURSA EFEK BERDASARKAN
PP No. 41 Th 1994, dan PP No. 4 Th. 1995, Yo KEPMK 81/KMK.04/95,
TGL 9-2-1995 DIKENAKAN PPh 0,1 % x NILAI TRANSAKSI PENJUALAN

7). PENGHASILAN SEBAGAI PENYALUR/DEALER


AGEN PRODUK PERTAMINA DAN PREMIX
BERDASARKAN Psl 22 UU PPh, jo TERAKHIR
KEPMK 549/KMK.04/1997, Tgl 3-11-1997:
SPBU SWASTA SPBU PERTAMINA

-PREMIUM 0,3% x PENJUALAN -PREMIUM 0,25% x PENJUALAN


-SOLAR 0,3% x PENJUALAN
-SOLAR 0,25% x PENJUALAN
- PREMIX 0,3% x PENJUALAN
-PREMIX 0,25% x PENJUALAN

MINYAK TANAH, GAS LPG, DAN


65
PELUMAS 0,3% x PENJUALAN
8. PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS TANAH
DAN/ATAU BANGUNAN BERDASARKAN PP TERAKHIR
No. 79 TAHUN 1999, PPh 2,5% x TRANSAKSI BRUTO
(NJOP/HARGA PASAR)

9. PENGHASILAN DARI PERSEWAAN TANAH DAN/


ATAU BANGUNAN, BERDASARKAN PP NO. 5
TAHUN 2002, Yo KEPMENKEU/120/KMK.03/2002,
PPh 10 % DARI SEWA BRUTO (OP/BADAN).

66
10. PENGHASILAN BERUPA PENERIMAAN
BANGUNAN YANG DIBANGUN DI ATAS
TANAH MILIK ORANG PRIBADI SEHUBU
NGAN DG BERAKHIRNYA PERJANJIAN
BOT ("BUILT OPERATE AND TRANSFER“),
BERDASARKAN KEPMENKEU No.248
KMK.04/1995, Tgl 2-6-1995,
PPh 5% x NILAI JUAL/NJOP (MANA
YANG TERTINGGI)

11. PENGHASILAN WP YANG BERGERAK DI


BIDANG USAHA PELAYARAN DALAM
NEGERI BERDASARKAN Kep MenKeu no.416/
KMK.04/1996, Tgl 14-6-1996
PPh 1,2% DARI PENGHASILAN BRUTO 67
12. PENGHASILAN WP YANG BERGERAK DIBIDANG USAHA
PELAYARAN ATAU PENERBANGAN LN, BERDASARKAN
KEP.MK No. 417/KMK.04/1996, Tgl 14-6-1996,
DIKENAKAN PPh 2,64 % x PENGHASILAN BRUTO.

13. PENGHASILAN WP LN YG MEMPUNYAI KANTOR


PERWAKILAN DAGANG DI INDONESIA BERDA-
SARKAN PASAL 15 UU PPh, yo KEP.MK-634/
KMK.04/1994,Tgl 29-12-1994, PPHnya 0,44%
dari EKSPOR BRUTO YG DILAKUKAN DI INDONESIA

68
14. SELISIH PENILAIAN KEMBALI AKTIVA
TETAP BERDASARKAN KEP.MK-507/KMK
04/1996, Yo KEP MK 384/KMK.04/1998
DIKENAKAN PAJAK PENGHASILAN
- 10% x SELISIH PENILAIAN KEMBALI
+15% APABILA KURANG DARI 5 TAHUN
DIPINDAHTANGANKAN (BANGUNAN)
3 TAHUN (BUKAN BANGUNAN)

69
15. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2008, Tgl 20-7-2008,
PPh atas Penghasilan dari usaha Jasa Konstruksi sbb :

a. 2% untuk Pelaksana Konstruksi yang dilakukan oleh


Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usaha kecil ;
b. 4% untuk Pelaksana Konstruksi yang dilakukan oleh
Penyedia Jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha;
c. 3% untuk Pelaksana Konstruksi yang dilakukan oleh
Penyedia Jasa selain (a) dan (b) di atas.
d. 4% untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan
Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang
memiliki kualifikasi usaha; dan
e. 6% untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan
Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang
tidak memiliki kualifikasi usaha.
70
16. PAJAK PENGHASILAN ATAS DISKONTO
SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA.
(PP Nomor 11 Tahun 2006, Tgl 15 April 2006):

1. ATAS PENGHASILAN TERTENTU DARI WP


BERUPA DISKONTO SPN DIKENAKAN PEMU-
NGUTAN PPh YANG BERSIFAT FINAL.
2. BESARNYA PPh SEBAGAIMANA DIMAKSUD
DIATAS ADALAH 20% DARI DISKONTO SPN.
3. PEMUNGUTAN PPh SEBAGAIMAN DIMAKSUD
DIATAS DILAKUKAN OLEH BANK INDONESIA,
SEBAGAI AGEN PEMBAYAR BUNGA DAN
POKOK SPN.
4. PEMUNGUTAN PPh DILAKUKAN PADA TGL
PENYELESAIAN TRANSAKSI PENJUALAN
SPN DIPASAR PERDANA.
71
Beda Tetap –
Bukan Objek PPh
[pasal 4 ayat 3]

72
YANG DIKECUALIKAN DARI OBJEK PAJAK ADALAH:

a. 1. BANTUAN/SUMBANGAN, TERMASUK ZAKAT YANG


DITERIMA OLEH BADAN AMIL ZAKAT ATAU LEMBA
GA AMIL ZAKAT YANG DIBENTUK ATAU DISAHKAN
OLEH PEMERINTAH DAN PARA PENERIMA ZAKAT
YANG BERHAK ATAU SUMBANGAN KEAGAMAAN
SIFATNYA WAJIB BAGI PEMELUK AGAMA YANG
DIAKUI DI INDONESIA, YANG DITERIMA OLEH
LEMBAGA KEAGAMAAN YANG DIBENTUK DAN DI
SAHKAN OLEH PEMERINTAH DAN YANG DITERIMA
OLEH PENERIMA SUMBANGAN YANG BERHAK,
YANG KETENTUANNYA DIATUR DENGAN ATAU
BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH
72
YANG DIKECUALIKAN DARI OBJEK PAJAK ADALAH:

2. HARTA HIBAHAN YANG DITERIMA OLEH


KELUARGA SEDARAH DALAM GARIS
KETURUNAN LURUS SATU DERAJAT,
BADAN KEAGAMAAN, BADAN PENDIDIKAN
BADAN SOSIAL, TERMASUK YAYASAN,
KOPERASI, ATAU ORANG PRIBADI, YANG
MENJALANKAN USAHA MIKRO DAN KECIL
YANG KETENTUANNYA DIATUR DENGAN ATAU
BERDASARKAN PERATURAN MENTERI
KEUANGAN, SEPANJANG TIDAK ADA
HUBUNGAN USAHA, PEKERJAAN,
KEPEMILIKAN, ATAU PENGUASAAN,
DIANTARA PIHAK-PIHAK YANG BERSANGKUTAN.

73
YANG DIKECUALIKAN DARI OBJEK PAJAK ADALAH:

b. WARISAN
c. HARTA TERMASUK SETORAN TUNAI YANG DITERI
MA OLEH BADAN SEBAGAIMANA YANG DIMAKSUD
Psl.2 Ayat (1) huruf (b) SEBAGAI PENGGANTI SAHAM
ATAU SBG PENGGANTI PENYERTAAN MODAL

d. PENGGANTIAN ATAU IMBALAN SEHUBUNGAN


DENGAN PEKERJAAN ATAU JASA YG DITERIMA
ATAU DIPEROLEH DLM BENTUK NATURA DAN ATAU
KENIKMATAN DARI WP/PEMERINTAH, KECUALI YANG
DIBERIKAN OLEH BUKAN WP, WAJIB PAJAK YANG
DIKENAKAN PAJAK SECARA FINAL, ATAU WP YANG
MENGGUNAKAN NORMA PERHITUNGAN KHUSUS
(DEEMED PROFIT), SEBAGAIMANA DIMAKSUD Psl 15.74
e. PEMBAYARAN DARI PERUSAHAAN ASURANSI
KEPADA ORANG PRIBADI SEHUBUNGAN DG :
1. ASURANSI KESEHATAN
2. ASURANSI KECELAKAAN
3. ASURANSI JIWA
4. ASURANSI DWI GUNA
5. ASURANSI BEA SISWA
f. Dividen/BAGIAN LABA YANG DITERIMA/DIPEROLEH :
- PERSEROAN TERBATAS WP DALAM NEGERI
-KOPERASI
- BUMN/BUMD DARI PENYERTAAN MODAL PADA BADAN USAHA
YANG DIDIRIKAN DAN BERTEMPAT KEDUDUKAN DI INDONESIA
DENGAN SYARAT
1. dividen BERASAL DARI CADANGAN LABA YG DITAHAN,DAN
2. BAGI PT, BUMN/BUMD YANG MENERIMA dividen ,KEPEMI
LIKAN SAHAM PADA BADAN YANG MEMBERIKAN dividen
PALING RENDAH 25% DARI JUMLAH MODAL YANG DISETOR.

75
g. IURAN YANG DITERIMA/DIPEROLEH DANA PENSIUN
YANG PENDIRIANNYA TELAH DISAHKAN OLEH MENKEU
BAIK YG DIBAYAR OLEH PEMBERI KERJA MAUPUN PEGAWAI

h. PENGHASILAN DARI MODAL YANG DITANAMKAN


OLEH DANA PENSIUN SEBAGAIMANA DIMAKSUD
PADA HURUF (g), DALAM BIDANG-BIDANG TERTENTU
YG DITETAPKAN DG KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN.

76
i. BAGIAN LABA YANG DITERIMA/DIPEROLEH
ANGGOTA DARI :
- PERSEROAN KOMANDITER YG MODALNYA
TIDAK TERBAGI ATAS SAHAM-SAHAM
-PERSEKUTUAN
-PERKUMPULAN
-FIRMA
-KONGSI
TERMASUK PEMEGANG UNIT PENYERTAAN
KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF.

j. DIHAPUS.
77
k. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang
pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan,
asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna,
dan asuransi bea siswa;
l. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh
perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri,
koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha
milik daerah, dengan syarat :
 dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
 bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara
dan badan usaha milik daerah yang menerima
dividen, kepemilikan saham pada badan yang
memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh
lima persen) dari jumlah modal yang disetor
78
m. Iuran yang diterima atau diperoleh dana
pensiun yang pendiriannya telah disahkan
Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh
pemberi kerja maupun pegawai;
n. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh
dana pensiun dalam bidang-bidang tertentu,
o. bagian laba yang diterima atau diperoleh
anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi,
termasuk pemegang unit penyertaan kontrak
investasi kolektif;
79
p. penghasilan yang diterima atau diperoleh
perusahaan modal ventura berupa bagian laba
dari badan pasangan usaha yang didirikan dan
menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia,
dengan syarat badan pasangan usaha tersebut :
 merupakan perusahaan mikro, kecil, mene-ngah,
atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-
sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan; dan
 sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di
Indonesia;
q. beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu,

80
r. sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau
lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pen-
didikan dan/atau bidang penelitian dan pengem-
bangan, yang telah terdaftar pada instansi yang
membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam
bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan
dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam
jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak
diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan; dan
s. bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak
tertentu.
81
Perbedaan Konsep – Biaya (Beban)
 Dari sisi akuntansi Beban (Expenses) diartikan
sebagai penurunan manfaat ekonomi selama suatu
periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau
berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak
menyangkut pembagian kepada penanam modal.

 Dari sisi Fiskal Biaya diartikan sebagai biaya untuk


menagih, memperoleh dan memelihara penghasilan
atau biaya yang berhubungan langsung dengan
perolehan penghasilan

82
PENGELUARAN yang DAPAT DIBEBANKAN
SEBAGAI BIAYA

1. PENGELUARAN-PENGELUARAN YG MEMPUNYAI HUBUNGAN


LANGSUNG DENGAN USAHA/KEGIATAN UNTUK :

MENDAPATKAN PENGHASILAN YANG MERUPAKAN


MENAGIH OBJEK PAJAK
MEMELIHARA

2. PENGELUARAN-PENGELUARAN UNTUK 3M PENGHASILAN YG BUKAN


MERUPAKAN OBJEK PAJAK, ATAU YG PENGHASILANNYA DIKENAKAN
PPh. FINAL, TIDAK BOLEH DIBEBANKAN SEBAGAI BIAYA
83
Beda Tetap –
Tidak Dapat Dikurangkan dari
Penghasilan Bruto
[pasal 9
UU Nomor 36 Tahun 2008]
BIAYA YG TIDAK BOLEH DIKURANGKAN
DARI PENGHASILAN BRUTO WPDN-BUT

a. Pembagian laba dengan nama dan dalam


bentuk apapun seperti dividen, termasuk
dividen yang dibayarkan oleh perusahaan
asuransi kepada pemegang polis dan Pembagian
SHU koperasi

b. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk


kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu
atau anggota.
84
c. PEMBENTUKAN ATAU PEMUPUKAN DANA CADANGAN KECUALI :
1. CADANGAN PIUTANG TAK TERTAGIH UNTUK USAHA BANK DAN BADAN LAIN YANG
MENYALURKAN KREDIT, SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI, PERUSAHAAN
PEMBIAYAAN KONSUMEN, DAN PERUSAHAAN ANJAK PIUTANG ;

2. CADANGAN UNTUK USAHA ASURANSI TERMASUK CADANGAN BANTUAN SOSIAL YANG


DIBENTUK OLEH BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL.

3. CADANGAN PENJAMINAN UNTUK LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN (LPS)

4. CADANGAN BIAYA REKLAMASI UNTUK USAHA PERTAMBANGAN.

5. CADANGAN BIAYA PENANAMAN KEMBALI UNTUK USAHA KEHUTANAN; DAN

6. CADANGAN BIAYA PENUTUPAN DAN PEMELIHARAAN TEMPAT PEMBUANGAN LIMBAH


INDUSTRI UNTUK USAHA PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI, YANG KETENTUAN DAN
SYARAT-SYARATNYA DIATUR DENGAN ATAU BERDASARKAN PERATURAN MK 85
d. PREMI ASURANSI KESEHATAN, ASURANSI
KECELAKAAN, ASURANSI JIWA, ASURANSI
DWI GUNA, DAN ASURANSI BEA SISWA,YANG
DIBAYAR OLEH WP ORANG PRIBADI, KECUALI
JIKA DIBAYAR OLEH PEMBERI KERJA DAN PREMI
TERSEBUT DIHITUNG SEBAGAI PENGHASILAN
BAGI WAJIB PAJAK YANG BERSANGKUTAN
e. PENGGANTIAN ATAU IMBALAN SEHUBUNGAN
DENGAN PEKERJAAN ATAU JASA YANG DIBERIKAN
DALAM BENTUK NATURA DAN KENIKMATAN,
KECUALI PENYEDIAAN MAKANAN DAN MINUMAN
BAGI SELURUH PEGAWAI SERTA PENGGANTIAN
ATAU IMBALAN DALAM BENTUK NATURA DAN
KENIKMATAN DI DAERAH TERTENTU DAN YANG
BERKAITAN DENGAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
YANG DIATUR DENGAN ATAU BERDASARKAN
PERATURAN MENTERI KEUANGAN. 84
TIDAK BOLEH DIKURANGKAN
DARI PENGHASILAN BRUTO PSL 9 Ayat (1) Huruf F
PEMBAYARAN YANG JUMLAHNYA MELEBIHI KEWAJARAN KEPADA
- PEMEGANG SAHAM
- PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA SEBAGAI IMBA
LAN SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN YANG DILAKUKAN.

CONTOH
WP A TENAGA AHLI DAN PEMEGANG SAHAM DARI PT “B”
IMBALAN DARI PT “B” YG DITERIMA SEBESAR Rp 50.000.000
APABILA UNTUK JASA YG SAMA YG DIBERIKAN OLEH TENA
GA AHLI LAIN YG SETARA HANYA DIBAYAR Rp 20.000.000
MAKA JUMLAH Rp 30.000.000 TIDAK BOLEH DIBEBANKAN
SEBAGAI BIAYA. BAGI TENAGA AHLI, YANG JUGA PEME-
GANG SAHAM TSB JUMLAH Rp 30.000.000 HARUS DIANGGAP
SEBAGAI PEMBERIAN dividen DARI PT ”B” DAN HARUS DIPO-
TONG PPh Psl 4 ayat (2). 85
h. PAJAK PENGHASILAN
i. BIAYA YANG DIBEBANKAN ATAU DIKELUARKAN UNTUK
KEPENTINGAN PRIBADI WP ATAU ORANG YG MENJADI
TANGGUNGANNYA

j. GAJI YG DIBAYARKAN KEPADA ANGGOTA PERSEKUTUAN,


FIRMA, ATAU PERSEROAN KOMANDITER, YG MODALNYA
TIDAK TERBAGI ATAS SAHAM.

k. SANKSI ADMINISTRASI BERUPA BUNGA, DENDA,


DAN KENAIKAN SERTA SANKSI PIDANA BERUPA
DENDA YG BERKENAAN DENGAN PELAKSANAAN
PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG PERPAJAKAN
86
Penghitungan PPh Akhir Tahun
 Laba Bersih komersial sebelum pajak Rp xxx
 Penyesuaian fiskal:
+/- beda konsep Rp xxx
+/- beda pengukuran Rp xxx
+/- beda metode pengalokasian/
saat pengakuan penghasilan/biaya Rp xxx
 Laba bersih fiskal sebelum pajak Rp xxx
 (-) Kompensasi kerugian Rp xxx
Tarif pajak (Psl 17 & 31E)
 Pajak terhutang Rp xxx
 Kredit pajak:
 Dalam negeri Rp xxx
 Luar negeri Rp xxx
 Pajak kurang (lebih) bayar Rp xxx

87
Penghitungan PPh di Akhir Tahun
Dalam format berbeda, koreksi fiskal dapat dilakukan sbb:
 Laba/Rugi Bersih komersial sebelum pajak Rp xxx
 Ditambah Koreksi fiskal POSITIF:
 Penghasilan yang tidak/belum diakui di laba/
rugi komersial tapi harus diakui sebagai peng-
hasilan menurut fiskal………………………………… Rp xxx
 Biaya yang dibebankan dalam laba /rugi komer-
sial tetapi tidak boleh dibiayakan menurut fiskal.…. Rp xxx
 Perbedaan metode perhitungan yang berakibat
biaya menurut fiskal < dibanding komersial……….… Rp xxx
 Dikurangi Koreksi fiskal NEGATIF:
 Perbedaan metode perhitungan yang berakibat
biaya menurut fiskal < dibanding komersial……….… (Rp xxx)
 Penghasilan yang diakui di laba/rugi komersial
tetapi merupakan objek dan dipotong PPh final……. (Rp xxx)
 Perbedaan metode perhitungan yang berakibat
biaya menurut fiskal > dibanding komersial………… (Rp xxx)
 Laba/Rugi Bersih Fiskal Rp xxx
88

Anda mungkin juga menyukai