STIE Malangkucecwara
PEMAHAMAN UMUM PAJAK PENGHASILAN
Pasal 1
ADALAH
-ORANG PRIBADI
-WARISAN YG BELUM TERBAGI SBG
SATU KESATUAN MENGGANTIKAN
YG BERHAK
BADAN
5
PASAL 2 AYAT (3)
ORANG PRIBADI:
- BERTEMPAT TINGGAL / BERADA DI INDONESIA
LEBIH DARI 183 HARI DLM 12 BULAN; ATAU
- DALAM SUATU TAHUN PAJAK BERADA DI
INDONESIA DAN MEMPUNYAI NIAT BERTEMPAT
TINGGAL DI INDONESIA
BADAN
YANG DIDIRIKAN ATAU BERTEMPAT KEDUDUKAN DI
INDONESIA
9
PENGHASILAN OBYEK PAJAK TIDAK FINAL
(PASAL 4 AYAT 1)
c.Laba Usaha
10
PENGHASILAN OBYEK PAJAK TIDAK FINAL
(PASAL 4 AYAT 1)
14
PENGHASILAN OBYEK
PAJAK FINAL
(Pasal 4 Ayat 2)
15
TIDAK DIGABUNGKAN DG PENGHASILAN YANG
a DIKENAKAN PAJAK DENGAN TARIF PROGRESIF PADA AKHIR
TAHUN
11 Selisih penilaian kembali 10% Selisih lebih penilaian kembali setelah dikurangi
aktiva tetap dgn kompensasi kerugian fiskal
12 Penyalur/ Dealer/Agen 0,3% Penjualan Premium / Solar /Premix dari SPBU
Produk Pertamina Dan Swasta
Premix 0,25% Penjualan Premium / Solar
0,3% /Premix dari SPBU Pertamina
0,3% Penjualan minyak Tanah
0,3% Penjualan Gas LPG/Pelumas
13 Penjualan Saham Milik 0,1% Jumlah bruto nilai transaksi penjualan saham atau
Perusahaan Modal Ventura pengalihan penyertaan modal 20
20
14 Diskonto Surat Utang 20 Jumlah Diskonto SPN
Negara ( SPBN & ORI)
22
DIVIDEN
PEMEGANG SAHAM
PERSEROAN
KOPERASI TERBATAS D.N., W.P.
BUMN,BUMD PERSERO
BADAN WAJIB
AN TERBA
DALAM PAJAK
TAS,BUMN,
NEGERI LAIN
BUMD
LAIN NYA
KEPEMILIKAN LAINNYA
NYA
SAHAM 25%
ATAU LEBIH.
Biaya
Bukan Biaya Fiskal
(Ps 9 Ayat 1)
24
BIAYA FISKAL
(Ps 6 Ayat 1)
25
a. Biaya yg secara langsung / tidak langsung berkaitan dg kegiatan
usaha, antara lain:
Biaya pembelian bahan;
Biaya berkenaan dg pekerjaan / jasa termasuk upah, gaji,
honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yg diberikan dlm
bentuk uang;
Bunga, sewa, dan royalti;
Biaya perjalanan;
Biaya pengolahan limbah;
Premi asuransi;
Biaya promosi & penjualan yg diatur dg atau berdasarkan “PMK”
Biaya administrasi; dan
Pajak kecuali Pajak Penghasilan;
26
b. Penyusutan atas pengeluaran utk memperoleh harta berwujud
& amortisasi atas pengeluaran utk memperoleh hak & atas biaya lain
yg mempunyai masa manfaat > 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud
dlm Pasal 11 & Pasal 11A;
27
e. Kerugian SELISIH KURS mata uang asing;
28
h. Piutang yg nyata-nyata tidak dapat ditagih, dg
syarat:
1. Telah dibebankan sbg biaya dlm Laporan L/R Komersial;
2. WP harus menyerahkan daftar piutang yg tidak dapat ditagih
kepada DJP; dan
3. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan
Negeri/Instansi Pemerintah yg menangani piutang
negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai
penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur &
debitur yg bersangkutan; atau telah dipublikasikan dlm
penerbitan umum/khusus; atau adanya pengakuan dari
debitur bahwa utangnya telah dihapuskan utk jumlah utang
tertentu;
4. syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku
untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k;
29
i. Sumbangan dalam rangka penanggulangan Bencana
Nasional yg ketentuannya diatur dg “PP”;
30
l. Sumbangan Fasilitas Pendidikan yg ketentuannya
diatur dg “PP” ; dan
31
Apabila Ph. Bruto setelah pengurangan
sebagaimana dimaksud dlm ayat (1) didapat
kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dg
penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-
turut s.d. 5 (lima) tahun.
32
BUKAN BIAYA FISKAL
(Ps 9 Ayat 1)
33
a. Pembagian Laba dg nama & dlm bentuk
apapun seperti dividen, termasuk dividen yg
dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada
pemegang polis, dan pembagian SHU koperasi;
34
c. Pembentukan/pemupukan Dana Cadangan,
kecuali:
1. Cadangan Piutang Tak Tertagih utk usaha Bank dan badan
usaha lain yg menyalurkan kredit, SGU dg Hak Opsi,
perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak
piutang;
2. Cadangan utk usaha Asuransi termasuk cadangan bantuan
sosial yg dibentuk oleh Badan penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS);
3. Cadangan penjaminan utk Lembaga Penjamin Simpanan;
4. Cadangan biaya Reklamasi utk usaha pertambangan;
5. Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
6. Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat
pembuangan limbah industri utk usaha pengolahan limbah industri,
yg ketentuan & syaratnya diatur dg atau berdasarkan “PMK”
35
d.Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,
asuransi dwiguna, & asuransi bea siswa, yg dibayar oleh
WP OP, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi
tersebut dihitung sbg penghasilan bagi WP yg bersangkutan;
e.NATURA & KENIKMATAN, kecuali:
1. Peny. Makanan & Minuman bagi seluruh pegawai
2. Natura & Kenikmatan di Daerah Tertentu
3. Natura & Kenikmatan yg berkaitan dg pelaksanaan
pekerjaan yg ditetapkan dg “PMK”
4. Mobil Dinas & pemeliharaan utk pegawai tertentu
5. Sarana antar-jemput karyawan
6. Handphone & pulsa utk pegawai tertentu
36
f. Jumlah yg melebihi kewajaran yg dibayarkan kepada
Pemegang Saham / kepada pihak yg mempunyai
hubungan istimewa sbg imbalan sehub. dg pekerjaan
yg dilakukan;
g. Harta yg di-hibahkan, bantuan/sumbangan &
Warisan sebagaimana dimaksud dlm Pasal 4 (3) huruf
a & huruf b, kecuali sumbangan sebagaimana
dimaksud dlm Pasal 6 (1) huruf i s.d. huruf m serta
zakat yg diterima oleh badan amil zakat / lembaga amil
zakat yg dibentuk / disahkan oleh pemerintah /
sumbangan keagamaan yg sifatnya wajib bagi
pemeluk agama yg diakui di Indonesia, yg diterima
oleh lembaga keagamaan yg dibentuk / disahkan oleh
pemerintah, yg ketentuannya diatur dg atau
berdasarkan “PP”
37
h. Pajak Penghasilan;
i. Biaya yg dibebankan / dikeluarkan utk kepentingan
pribadi Wajib Pajak / orang yg menjadi tanggungannya;
j. Gaji yg dibayarkan kepada anggota Persekutuan, Firma,
atau Perseroan Komanditer yg modalnya tdk terbagi atas
saham;
k. Sanksi Administrasi berupa BUNGA, DENDA, DAN
KENAIKAN SERTA SANKSI PIDANA berupa denda yg
berkenaan dg pelaksanaan perundang-undangan di bidang
perpajakan.
38
PENYUSUTAN FISKAL (Pasal 11)
Tarif penyusutan
Kelompok Masa
Harta Berwujud Manfaat
Garis Lurus Saldo Menurun
I.
Bukan bangunan
Kelompok 1
4 tahun 25 % 50%
Kelompok 2
8 tahun 12,5% 25%
Kelompok 3
16 tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4
20 tahun 5% 10%
II.
Bangunan
Permanen
20 tahun 5% -
Tidak Permanen
10 tahun 10% -
50%X25% 25%
JUMLAH JUMLAH
PEREDARAN PEREDARAN
BRUTO SAMPAI BRUTO DIATAS
DENGAN RP.50 MILIAR
RP.4,8 MILIAR
43
Contoh Perhitungan Tarip Ps 31E
PEREDARAN BRUTO PT X DALAM TAHUN PAJAK 2019 SEBESAR
RP 30 M DENGAN PENGHASILAN KENA PAJAK SEBESAR RP 3 M
44
KREDIT PAJAK
Pasal 28 ayat (1) dan (2)
46
48
PPh PASAL 23
1. DEVIDEN;
2. BUNGA;
3. ROYALTI; SEWA DAN JASA
4. HADIAH , PENGHARGAAN,
BONUS.
DIKALIKAN DIKALIKAN
15% 2%
47
PENGKREDITAN PPH YG DIBAYAR DI
LUAR NEGERI (PPh Ps 24)
48
PENGKREDITAN PPh YG DIBAYAR
DI LUAR NEGERI
Ada 3 langkah untuk menghit. PPh 24 yg dapat
dikreditkan:
1. Hit. pajak yg sebenarnya dibayar di LN
2. Hit. batasan max. dg rumus :
49
BESAR ANGSURAN
PASAL 25 AYAT
(1) PPh PASAL 25 SETIAP BULAN
DIKURANGI
DIBAGI
TIDAK FINAL
BOLEH DIKU
RANGKAN
BIAYA
Rekonsiliasi
(penyesuaian)
Laba rugi fiskal tersebut akan
disusun berakibat
berdasarkan Laba adanya koreksi
Penghitungan PPh Rugi Komersial
di akhir tahun
fiskal
yang disesuaikan
didasarkan atas LK dengan peraturan
Fiskal (Laba Rugi perpajakan
Fiskal). (melalui
rekonsiliasi).
52
Langkah Penyusunan LK Fiskal
53
Koreksi Fiskal/Rekonsiliasi Fiskal
Penyesuaian atas laba komersial yang
berbeda dengan ketentuan fiskal untuk
mendapatkan penghasilan neto/laba
yang sesuai dengan ketentuan pajak.
Dari sudut pandang akuntansi perbedaan antara
akuntansi dan fiskal dapat dikelompokkan menjadi
○ Beda Tetap/Permanen (yang disebabkan karena perbedaan
konsep) dan
○ Beda Waktu/Sementara (disebabkan oleh perbedaan
alokasi atau saat pengakuan)
Dari sudut pandang fiskus perbedaan antara akuntansi
dan fiskal dikelompokkan menjadi
○ Koreksi Positif (jika menambah laba fiskal) dan
○ Koreksi Negatif (jika mengurangi laba fiskal)
54
Koreksi Fiskal/Rekonsiliasi Fiskal
PPh ps 4 (1); 4(2); 4(3); 6; 9; 11/11A
55
KOREKSI FISKAL/REKONSILIASI FISKAL
PPh ps 4 (1); 4(2); 4(3); 6; 9; 11/11A
Penyebab Adanya perbedaan antara SAK dengan Peraturan
Perbedaan Perpajakan (beda Konsep, Beda Pengukuran dan
Beda Metode Pengalokasian/Saat Pengakuan)
Adanya Penghasilan tertentu yang bukan merupakan
objek pajak; atau telah dikenakan PPh bersifat final .
56
Koreksi Penghasilan
Penghasilan
(income/revenue)
Sesuai Tidak
UU Sesuai UU
over under
56
Koreksi Biaya/Beban
Beban
(cost/expense)
over under
Akuntansi Pajak
57
Beda Konsep
Beda konsep: perbedaan pengakuan
Penghasilan maupun beban/biaya karena
konsep akuntansi dan pajak yang berbeda,
misal:
1. Penghasilan bukan objek pajak
2. Dikecualikan dari objek pajak
3. Penghasilan objek pajak final
4. Non-deductible expenses, dll
58
Beda Pengukuran
Beda Pengukuran:
secara prinsip komersial dan fiskal
mengatur pengukuran dengan konsep yang
sama. Namun Fiskus memiliki kewenangan
untuk menetapkan kembali besarnya
penghasilan dan/atau biaya karena adanya
pengaruh hubungan istimewa.
Misal: penjualan atau pembelian kepada
atau dari perusahaan afiliasi harus arm’s
length principle.
62
PENGHASILAN-PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh. FINAL
(Psl 4 Ayat 2)
1).
1. BUNGA DEPOSITO/TABUNGAN/DISKONTO SBI
BERDASARKAN PP 131 TAHUN 2000, Yo KEP
MENKEU 51/KMK.04/2001 :
20% x BRUTO BUNGA untuk WP DN ATAU BUT
20% x ATAU SESUAI DG P3B BAGI WP LN
64
6. PENJUALAN SAHAM, BUKAN SAHAM PENDIRI DI BURSA EFEK BERDASARKAN
PP No. 41 Th 1994, dan PP No. 4 Th. 1995, Yo KEPMK 81/KMK.04/95,
TGL 9-2-1995 DIKENAKAN PPh 0,1 % x NILAI TRANSAKSI PENJUALAN
66
10. PENGHASILAN BERUPA PENERIMAAN
BANGUNAN YANG DIBANGUN DI ATAS
TANAH MILIK ORANG PRIBADI SEHUBU
NGAN DG BERAKHIRNYA PERJANJIAN
BOT ("BUILT OPERATE AND TRANSFER“),
BERDASARKAN KEPMENKEU No.248
KMK.04/1995, Tgl 2-6-1995,
PPh 5% x NILAI JUAL/NJOP (MANA
YANG TERTINGGI)
68
14. SELISIH PENILAIAN KEMBALI AKTIVA
TETAP BERDASARKAN KEP.MK-507/KMK
04/1996, Yo KEP MK 384/KMK.04/1998
DIKENAKAN PAJAK PENGHASILAN
- 10% x SELISIH PENILAIAN KEMBALI
+15% APABILA KURANG DARI 5 TAHUN
DIPINDAHTANGANKAN (BANGUNAN)
3 TAHUN (BUKAN BANGUNAN)
69
15. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2008, Tgl 20-7-2008,
PPh atas Penghasilan dari usaha Jasa Konstruksi sbb :
72
YANG DIKECUALIKAN DARI OBJEK PAJAK ADALAH:
73
YANG DIKECUALIKAN DARI OBJEK PAJAK ADALAH:
b. WARISAN
c. HARTA TERMASUK SETORAN TUNAI YANG DITERI
MA OLEH BADAN SEBAGAIMANA YANG DIMAKSUD
Psl.2 Ayat (1) huruf (b) SEBAGAI PENGGANTI SAHAM
ATAU SBG PENGGANTI PENYERTAAN MODAL
75
g. IURAN YANG DITERIMA/DIPEROLEH DANA PENSIUN
YANG PENDIRIANNYA TELAH DISAHKAN OLEH MENKEU
BAIK YG DIBAYAR OLEH PEMBERI KERJA MAUPUN PEGAWAI
76
i. BAGIAN LABA YANG DITERIMA/DIPEROLEH
ANGGOTA DARI :
- PERSEROAN KOMANDITER YG MODALNYA
TIDAK TERBAGI ATAS SAHAM-SAHAM
-PERSEKUTUAN
-PERKUMPULAN
-FIRMA
-KONGSI
TERMASUK PEMEGANG UNIT PENYERTAAN
KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF.
j. DIHAPUS.
77
k. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang
pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan,
asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna,
dan asuransi bea siswa;
l. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh
perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri,
koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha
milik daerah, dengan syarat :
dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara
dan badan usaha milik daerah yang menerima
dividen, kepemilikan saham pada badan yang
memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh
lima persen) dari jumlah modal yang disetor
78
m. Iuran yang diterima atau diperoleh dana
pensiun yang pendiriannya telah disahkan
Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh
pemberi kerja maupun pegawai;
n. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh
dana pensiun dalam bidang-bidang tertentu,
o. bagian laba yang diterima atau diperoleh
anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi,
termasuk pemegang unit penyertaan kontrak
investasi kolektif;
79
p. penghasilan yang diterima atau diperoleh
perusahaan modal ventura berupa bagian laba
dari badan pasangan usaha yang didirikan dan
menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia,
dengan syarat badan pasangan usaha tersebut :
merupakan perusahaan mikro, kecil, mene-ngah,
atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-
sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan; dan
sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di
Indonesia;
q. beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu,
80
r. sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau
lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pen-
didikan dan/atau bidang penelitian dan pengem-
bangan, yang telah terdaftar pada instansi yang
membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam
bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan
dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam
jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak
diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan; dan
s. bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak
tertentu.
81
Perbedaan Konsep – Biaya (Beban)
Dari sisi akuntansi Beban (Expenses) diartikan
sebagai penurunan manfaat ekonomi selama suatu
periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau
berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak
menyangkut pembagian kepada penanam modal.
82
PENGELUARAN yang DAPAT DIBEBANKAN
SEBAGAI BIAYA
CONTOH
WP A TENAGA AHLI DAN PEMEGANG SAHAM DARI PT “B”
IMBALAN DARI PT “B” YG DITERIMA SEBESAR Rp 50.000.000
APABILA UNTUK JASA YG SAMA YG DIBERIKAN OLEH TENA
GA AHLI LAIN YG SETARA HANYA DIBAYAR Rp 20.000.000
MAKA JUMLAH Rp 30.000.000 TIDAK BOLEH DIBEBANKAN
SEBAGAI BIAYA. BAGI TENAGA AHLI, YANG JUGA PEME-
GANG SAHAM TSB JUMLAH Rp 30.000.000 HARUS DIANGGAP
SEBAGAI PEMBERIAN dividen DARI PT ”B” DAN HARUS DIPO-
TONG PPh Psl 4 ayat (2). 85
h. PAJAK PENGHASILAN
i. BIAYA YANG DIBEBANKAN ATAU DIKELUARKAN UNTUK
KEPENTINGAN PRIBADI WP ATAU ORANG YG MENJADI
TANGGUNGANNYA
87
Penghitungan PPh di Akhir Tahun
Dalam format berbeda, koreksi fiskal dapat dilakukan sbb:
Laba/Rugi Bersih komersial sebelum pajak Rp xxx
Ditambah Koreksi fiskal POSITIF:
Penghasilan yang tidak/belum diakui di laba/
rugi komersial tapi harus diakui sebagai peng-
hasilan menurut fiskal………………………………… Rp xxx
Biaya yang dibebankan dalam laba /rugi komer-
sial tetapi tidak boleh dibiayakan menurut fiskal.…. Rp xxx
Perbedaan metode perhitungan yang berakibat
biaya menurut fiskal < dibanding komersial……….… Rp xxx
Dikurangi Koreksi fiskal NEGATIF:
Perbedaan metode perhitungan yang berakibat
biaya menurut fiskal < dibanding komersial……….… (Rp xxx)
Penghasilan yang diakui di laba/rugi komersial
tetapi merupakan objek dan dipotong PPh final……. (Rp xxx)
Perbedaan metode perhitungan yang berakibat
biaya menurut fiskal > dibanding komersial………… (Rp xxx)
Laba/Rugi Bersih Fiskal Rp xxx
88