Anda di halaman 1dari 31

PAJAK PENGHASILAN

oleh: Iim Ibrahim Nur, Ir., M.Ak.

SEJARAH PPh
Undang-Undang PPh menggantikan:
Ordonansi Pajak Perseroan 1925 (PPs 1925).

Sistem Official Assesment; hukum pajak formil dan materiil.

Tarif 2 macam (umum dan khusus).

Tidak semua badan yang berkedudukan di luar negeri dikenakan


pajak meski-pun mendapat penghasilan dari Indonesia.

Ordonansi Pajak Pendapatan 1944 (PPd 1944).

Sistem Offical Assesment; hukum pajak formil dan materiil.

Tarif beragam (lebih dari 19 lapis tarif, 5%-50%).

Tidak semua orang atau badan berkedudukan di luar negeri


dikenakan pajak meskipun mendapat penghasilan dari Indonesia.

Pajak atas Bunga, Dividen dan Royalti 1970 (PBDR 1970).


2

DEFINISI

(UU PPh pasal 4 ayat (1))

Objek Pajak adalah Penghasilan.


Penghasilan: setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yg dpt dipakai utk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Asas pajak penghasilan adalah Global Taxation, artinya bahwa
setiap akhir tahun pajak, setiap wajib pajak wajib menghitung
kembali total keseluruhan penghasilan dari berbagai sumber
untuk dihitung besarnya pajak yang seharusnya terutang.
Subjek Pajak Penghasilan:

Dalam Negeri: Orang Probadi, Badan, Warisan yang belum terbagi


sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

Luar Negeri: Orang Pribadi dan Badan.

Bentuk Usaha Tetap.


3

BUKAN SUBJEK PAJAK


(UU PPh pasal 3)

Bukan Subjek Pajak:

Badan perwakilan negara asing termasuk pejabat diplomatik, konsulat, dan


pejabat lain. Syaratnya adalah asas resiprokal (timbal balik).

Organisasi Internasional termasuk pejabat organisasi internasional


(ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan). Syaratnya Indonesia
sebagai anggota organisasi tersebut serta tidak menjalankan kegiatan
usaha.

KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF


MULAI

BERAKHIR

Saat dilahirkan,

Saat meninggal dunia,

Saat berada di Indonesia atau


bertempat tinggal di Indonesia,

Saat meninggalkan Indonesia


untuk selama-lamanya,

Saat didirikan,

Saat dibubarkan,

Saat bertempat kedudukan di


Indonesia.

Saat tidak lagi bertempat


kedudukan di Indonesia.
4

BUKAN OBJEK PAJAK


(UU PPh pasal 4 (3))

Bantuan, sumbangan, zakat yang diterima oleh BAZIS.


Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah satu derajat, badan
keagamaan, pendidikan, sosial, pengusaha kecil, koperasi yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Warisan.
Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai
pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal.
Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
dalam bentuk natura/kenikmatan dari wajib pajak atau pemerintah.
Pembayaran dari perusahaan asuransi kpd orang pribadi sehubungan dgn
asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, dan asuransi beasiswa.
Iuran yg diterima dana pensiun yg pendiriannya ditetapkan oleh MenKeu.
Penghasilan dari modal yang ditanam oleh dana pensiun tersebut diatas.

BUKAN OBJEK PAJAK


(UU PPh pasal 4 (3))

Dividen atau bagian laba yang diterima perseroan terbatas sbg WP dalam
negeri, koperasi, BUMN/D dr penyertaan modal badan usaha di Indonesia:

Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan.

Menerima dividen minimal 25% dari jumlah modal yang disetor dan harus
mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan saham tersebut.

Bagian laba yg diterima anggota perusahaan komanditer (CV) yg modalnya tdk terbagi atas saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan
kongsi.
Bunga obligasi yang diterima reksadana 5 tahun pertama.
Penghasilan yang diterima perusahaan modal ventura yang didirikan dan
menjalankan usaha di Indonesia, dengan syarat badan pasangannya:

Merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yg menjalankan kegiatan dalam


sektor-sektor usaha yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.

Sahamnya tidak diperdagangkan di Bursa Efek di Indonesia.

BIAYA FISKAL
Biaya komersial adalah biaya yang pengakuan dan
penyusunannya mengacu kepada PSAK atau GAAP
lainnya untuk kepenting-an manajemen, shareholders,
publik, dll.
Biaya fiskal adalah biaya yang pengakuan dan
penyusunannya mengacu kepada peraturan perundangundangan perpajakan untuk keperluan di bidang
perpajakan.
Biaya fiskal atau koreksi fiskal negatif diperkenankan
sebagai pengurang terhadap penghasilan bruto dalam
perhitungan beban pajak mengacu pada UU PPh ps. 6 (1)
dan ps. 9 (1) huruf c, d, e.
7

BIAYA FISKAL(2)
(UU PPh ps. 6 (1))

Biaya M3 (mendapatkan, menagih dan memelihara penghasi-lan)


spt pem-belian bahan, upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi,
dan tunjangan yg diberikan dalam bentuk uang, bunga, sewa,
royalti, biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah, premi
asuransi, biaya administrasi & pajak kecuali PPh

Untuk dapat dibebankan sebagai biaya, pengeluaran-pengeluaran


tsb hrs mempunyai hubungan langsung dengan usaha atau
kegiatan menda-patkan, menagih dan memelihara penghasilan
sebagai objek pajak.

Copyright 2002 by The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved.8

BIAYA FISKAL(3)
(UU PPh ps. 6 (1))

Dana pensiun XYZ yang pendiriannya sdh disyahkan oleh


Menteri Keuangan memperoleh penghasilan bruto yang
terdiri dari:
Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak

100,000,000

Penghasilan bruto lainnya

300,000,000
400,000,000

Jika total biaya yang dikeluarkan oleh dana pensiun XYZ


sebesar Rp 200.000.000, maka biaya M3 yang boleh
dikurangkan sebesar x 200.000.000 = Rp 150.000.000

BIAYA FISKAL(3)
(UU PPh ps. 6 (1))

b. Depresiasi dan
Amortisasi

Untuk memperoleh hak yang


mem-punyai masa manfaat > 1
tahun

c. Iuran ke dana pensiun

Pendiriannya telah disyahkan


oleh Menteri Keuangan.

d. Rugi krn pengalihan


harta

Dalam rangka M3

e. Rugi krn selisih kurs


f. Biaya R&D

Dilakukan di Indonesia

10

BIAYA FISKAL(4)
(UU PPh ps. 6 (1))

g.

h.

Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan

Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:

1)

Telah dibebankan sebagai biaya pada L/K komersil.

2)

Urusan penagihannya telah diserahkan kepada BUPLN.

3)

Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau


khusus.

4)

Wajib pajak harus menyerahkan daftar piutang yang


tidak ter-tagih kpd Direktur Jenderal Pajak untuk dibuat
keputusannya.
11

BUKAN BIAYA FISKAL


Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Biaya untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota.
Pembentukan/pemupukan dana cadangan kecuali ditetapkan lain dgn UU.
Premi asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, dan asuransi beasiswa yang dibayar oleh wajib pajak.
Penggantian/imbalan sehubungan dengan pekerjaan/jasa yg diberikn dlm
bentuk natura dan kenikmatan.
Jumlah yg melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham
atau pihak yg memiliki hubungan istimewa sbg imbalan sehubungan dgn
pekerjaan yang dilakukan.
Harta yg dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan, kecuali zakat
atas penghasilan yg nyata-nyata dibayarkan oleh WP muslim kpd BAZIS.
Pajak penghasilan termasuk pembayaran sanksi adimistrasi perpajakan.
Biaya utk kepentingan pribadi WP atau tanggungannya.
Gaji yang dibayarkan kpd anggota persekutuan, firma, atau CV.

12

KOMPENSASI KERUGIAN
(UU PPh ps. 6 (2))

Kompensasi kerugian selama 5 tahun berturut-turut


1995: rugi fiskal
1996: laba fiskal
1997: rugi fiskal
1998: laba fiskal
1999: laba fiskal
2000: laba fiskal

(1,200,000,000)
200,000,000
(300,000,000)
NI HI L
100,000,000
800,000,000

Kompensasi kerugian tahun 1995 dilakukan sebagai berikut:


Rugi fiskal tahun 1995
(1,200,000,000)
Laba fiskal tahun 1996
200,000,000
(1,000,000,000)
Rugi fiskal tahun 1997
(300,000,000)
(1,000,000,000)
Laba fiskal tahun 1998
NI HI L
(1,000,000,000)
Laba fiskal tahun 1999
100,000,000
(900,000,000)
Laba fiskal tahun 2000
800,000,000
(100,000,000)
13

PENGHASILAN TIDAK KENA


PAJAK
(UU PPh ps. 7 jo. KMK No. 564/KMK.03/2004)

Rp
2.880.000,-

Rp
12.000.000,

WP orang pribadi per tahun

Rp
1.440.000,-

Rp
1.200.000,-

Tambahan untuk WP kawin

Rp
2.880.000,-

Rp
12.000.000,

Tambahan seorang istri


bekerja

Rp
1.440.000,-

Rp
1.200.000,-

Sebelum Jan
2005

Sejak Jan 2005

Tambahan setiap anggota


kelu-arga sedarah,
semenda, dalam garis
keturunan lurus serta anak
angkat yang ditanggung
penuh
Maksimal 3 orang.

Penerapan PTKP ditentukan saat keadaan awal tahun pajak


14

CONTOH PERHITUNGAN
1.

Tn. Joko (K/2), mempunyai penghasilan kena pajak


tahun 2002 sebelum PTKP sebesar Rp 90.000.000,Berapa pajak yang harus dibayar oleh Tuan Joko?

2.

Tn. Ali (TK/3), mempunyai penghasilan kena pajak


tahun 2003 sebelum PTKP sebesar Rp 90.000.000,Berapa pajak yang harus dibayar oleh Tuan Ali?

15

JAWABAN
Tuan Joko (K/2)

Tuan Ali (TK/3)

Penghasilan

90,000,000

Penghasilan

90,000,000

PTKP (K/ 2)

(7,200,000)

PTKP (TK/ 3)

(7,200,000)

82,800,000

Pajak terutang:

82,800,000

Pajak terutang:

5% x 25.000.000

1,250,000

5% x 25.000.000

1,250,000

10% x 25.000.000

2,500,000

10% x 25.000.000

2,500,000

15% x 32.800.000

4,920,000

15% x 32.800.000

4,920,000

8,670,000

8,670,000

16

Tuan Haz (K/3) mempunyai penghasilan kena pajak


sebelum PTKP sebesar Rp 80.000.000,- sedangkan
istrinya Nyonya Megawati mempunyai penghasilan
kena pajak sebelum PTKP sebesar Rp 60.000.000,berapa total pajak yang harus dibayar oleh keluarga
Haz-Mega pada tahun 2004?

17

Penghasilan

140,000,000

PTKP (K/ 3)

(11,520,000)
128,480,000

Pajak terutang:
5% x 25.000.000

1,250,000

10% x 25.000.000

2,500,000

15% x 50.000.000

7,500,000

25% x 28.480.000

7,120,000
18,370,000

18

ANAK ANGKAT

Surat Dirjen Pajak No. S-112/PJ.41/1995

Bukan pengertian anak angkat sehari-hari ataupun


sesuai hukum perdata

Belum dewasa (<18 tahun)


Bukan keluarga sedarah
atau semenda dalam satu
garis lurus dari wajib pajak.
Menjadi tanggungan wajib
pajak sepenuhnya

Tinggal bersama-sama
dengan wajib pajak
Tidak mempunyai
penghasilan
Tidak dibantu oleh keluarga
lain

19

PENGHASILAN TERPISAH
Penghasilan suami-istri dikenakan pajak secara terpisah jika:
Suami istri yang sudah terpisah.
Dikehendaki secara tertulis oleh suami-istri berdasarkan
perjanjian pemisahan harta dan penghasilan.

20

PPh PASAL 24/26/25/29


FISKAL LUAR NEGERI
oleh: Iim Ibrahim Nur, Ir., M.Ak.

21

PPh PASAL 24
Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri
yang dapat dikreditkan terhadap pajak penghasilan yang
terutang atas seluruh Penghasilan WP dalam negeri

Batas Maksimum Kredit Pajak Luar Negeri (cari yang terkecil):


Jumlah pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri, atau
Proporsi penghasilan LN thd total penghasilan dikali total pajak terutang.
Jumlah pajak terutang untuk seluruh penghasilan kena pajak (dalam hal
penghasilan kena pajak lebih kecil dari penghasilan di luar negeri).

Kerugian di luar negeri tidak boleh diperhitungkan


22

PENGGABUNGAN
PENGHASILAN
Penggabungan penghasilan dari usaha dilakukan dalam tahun
pajak diper-olehnya penghasilan (accrual basis).
Penggabungan penghasilannya lainnya dilakukan dalam tahun
pajak dite-rimanya penghasilan tersebut (cash basis).
Penggabungan penghasilan yang berupa dividen (pasal 18 ayat
2 UU PPh) dilakukan dalam tahun pajak pada saat perolehan
dividen tersebut dite-tapkan sesuai dengan Keputusan Menteri
Keuangan

23

TARIF PPh UMUM


(UU PPh psl. 17)

Tarif PPh Orang Pribadi


Lapisan Penghasilan Kena Pajak
Sampai dengan 25.000.000,-

Tarif
5%

> 25.000.000,- s.d. 50.000.000,-

10%

> 50.000.000,- s.d. 100.000.000,-

15%

> 100.000.000,- s.d. 200.000.000,-

25%

Tarif PPh Badan


Lapisan Penghasilan Kena Pajak

> 200.000.000,-

Tarif

35%
Sampai dengan 50.000.000,-

10%

> 50.000.000,- s.d. 100.000.000,-

15%

> 100.000.000,-

30%

24

PPh PASAL 26

(1)

Pemotongan yang bersifat Final atas penghasilan yang bersumber


dari Indonesia yg diterima/diperoleh Wajib Pajak Luar Negeri
selain BUT
OBJEK PAJAK PPH PASAL 26 (20% x Penghasilan Bruto):
Dividen.
Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan
dengan jaminan pengembalian utang.
Royalti, sewa & penghasilan lain sehubungn dgn penggunaan
harta
Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan.
Hadiah dan penghargaan.
Pensiun dan pembayaran berkala lainnya.
Penghasilan dari penjualan harta di Indonesia.
25

LAIN-LAIN DIKENAKAN PPh ps


26
Premi asuransi, termasuk premi re-asuransi (20% x Neto).

Neto = 50% x Bruto, untuk premi yg dibayar nasabah kepada


perusahaan asuransi di luar negeri.

Neto = 10% x Bruto, untuk premi yang dibayar perusahaan


asuransi Indonesia ke luar negeri.

Neto = 5% x Bruto, untuk premi yang dibayar perusahaan reasuransi Indonesia ke luar negeri.

Penghasilan kena pajak ssudah dikurangi PPh suatu BUT, kecuali


pengha-silan tsb ditanamkan kembali di Indonesia: 20% x (PKPPPh terutang)

26

FISKAL LUAR NEGERI


Fiskal luar negeri adalah pajak penghasilan yang dibayar oleh
orang pribadi yang melakukan perjalanan ke luar negeri.
Fiskal luar negeri ini dpt dikreditkan pada SPT Tahunan orang
pribadi yang melakukan perjalanan tersebut.
Orang yang dikecualikan dari pembayaran fiskal luar negeri:
Bukan merupakan Warga Negara Indonesia.
WNI tetapi memiliki izin menetap di negara lain.
Orang pribadi lain sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan.
Tarif Fiskal Luar Negeri:
Bila ke luar negeri dengan pesawat udara Rp 1.000.000,Bila ke luar negeri dengan kapal laut Rp 500.000,Bila ke luar negeri dengan daratan Rp 250.000,27

CONTOH SOAL
PT. Makmur Sejahtera International membukukan laba
sebelum pajak di dalam negeri sebesar Rp. 850.000.000,Selain itu dia memperoleh laba dari anak perusahaannya di
Taiwan sebesar Rp 1.200.000.000,- (tarif pajak 25%) dan
mendapatkan laba dari anak perusahaannya di Singapura
sebesar Rp 950.000.000,- (tarif 30%).

Hitung berapa kredit pajak masing-masing negara.

Hitung total pajak yang harus dibayar.

Mrs. Narita (warga negara Jepang) dikontrak bekerja di


Indonesia untuk jangka waktu 4 bulan dengan gaji pokok
sebesar $6,500. Jika kurs menteri keuangan Rp 9.250/$ dan
kurs Bank Indonesia Rp 9.275/$ hitung Pajak yang harus
dibayar oleh Mrs. Narita.
28

PPh PASAL 25 dan 29


Angsuran pajak yang dibayar sendiri oleh WP setiap bulan,
dikurangi PPh yang telah di bayar sesuai ps. 21, ps. 22, ps. 23,
dan ps. 24
Dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam bagian tahun
pajak.

PPh Pasal 29 adalah hasil perhitungan pajak terutang selama


tahun pajak dikurangi dengan angsuran pajak penghasilan yang
telah dilakukan selama tahun pajak tersebut.
Pembayaran PPh Pasal 29 paling lambat tanggal 25 bulan ketiga
setelah tahun pajak berakhir setelah memperhitungkan PPh ps. 25.
29

CONTOH SOAL
Pajak yang terutang PT. Abadi Sejahtera Makkmur
untuk tahun 2003 sebesar Rp. 557.500.000,Sementara PPh ps 22 yang sudah dipotong oleh pihak
ketiga sebesar Rp. 105.000.000,- PPh pasal 23 yang
sudah dipotong oleh pihak ketiga sebesar Rp
115.000.000,- Kredit pajak luar negeri Rp
205.000.000,- dan pajak yang sudah diangsur sendiri
selama tahun 2003 adalah 120.000.000,

Hitung pajak kurang bayar (PPh pasal 29).

Hitung angsuran pajak (PPh pasal 25) tahun 2004.

30

31

Anda mungkin juga menyukai