Anda di halaman 1dari 61

PAJAK PENGHASILAN

(UU NO. 7 TAHUN 1983 SEBAGAIMANA DIUBAH TERAKHIR UU NO. 36 TAHUN 2008)

PAJAK PENGHASILAN (PPh)


(Pasal 1)

Pajak yang dikenakan terhadap subyek pajak atas penghasilan yang diterimanya atau diperolehnya dalam tahun pajak

DASAR HUKUM

UU NO. 7 TAHUN 1983


UU NO. 7 TAHUN 1991 UU NO. 10 TAHUN 1994 UU N0. 17 TAHUN 2000 UU NO. 36 TAHUN 2008

PERATURAN PEMERINTAH KEPUTUSAN PRESIDEN PERATURAN MENTERI KEUANGAN PERATURAN DIRJEN PAJAK SURAT EDARAN DIRJEN PAJAK

UNDANG PAJAK PENGHASILAN YANG PERNAH BERLAKU SEBELUM TAHUN 1983


a. Ordonansi Pajak Perseroan 1925 (PPs) b. Ordonansi Pajak Pendapatan 1944 (PPd) c. Undang-Undang Pajak atas Bunga, Deviden dan Royalti 1970 (PBDR) d. UU No. 8 Tahun 1967 junto PP N0. 11 Tahun 1967 tentang MPO dan MPS

SUBYEK PAJAK
Pasal 2 ayat (1)

ORANG PRIBADI WARISAN YANG BELUM TERBAGI

BADAN

BENTUK USAHA TETAP (BUT)

SUBJEK PAJAK
SUBJEK PAJAK

DALAM NEGERI

LUAR NEGERI

SUBYEK PAJAK DALAM NEGERI


Pasal 2 ayat 3

a.

orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia; b. orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia

Warisan yang belum terbagi menggantikan yang berhak.

sebagai

satu

kesatuan,

BENTUK USAHA TETAP Pasal 2 ayat (5) BENTUK USAHA YANG DIPERGUNAKAN OLEH

ORANG PRIBADI SEBAGAI SUBYEK PAJAK LN

BADAN SEBAGAI SUBYEK PAJAK LN

UNTUK MENJALANKAN USAHA ATAU MELAKUKAN KEGIATAN DI INDONESIA

BENTUK USAHA TETAP Pasal 2 ayat 5


DAPAT BERUPA

Tempat kedudukan manajemen; Cabang perusahaan; Kantor perwakilan; Gedung kantor, Pabrik , Bengkel Pertambangan dan penggalian sumber alam Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan; Proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan Pemberian jasa dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan Agen yang kedudukannya tidak bebas Agen yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesia

KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF Pasal 2A ayat (1),(2),(3),(4) dan (5)

SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI ORANG PRIBADI


MULAI : - SAAT DILAHIRKAN - SAAT BERADA ATAU BERNIAT TINGGAL DI INDONESIA BERAKHIR : - SAAT MENINGGAL - MENINGGALKAN INDONESIA UNTUK SELAMANYA.

SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI SELAIN BUT


MULAI : SAAT MENERIMA /MEMPEROLEH PENGHASILAN DARI INDONESIA BERAKHIR : SAAT TIDAK LAGI MENERIMA/MEMPEROLEH PENGHASILAN DARI INDONESIA

WARISAN YG BELUM TERBAGI

MULAI : SAAT TIMBULNYA WARISAN

BADAN
MULAI : SAAT DIDIRIKAN/ BERKEDUDUKAN DI INDONESIA BERAKHIR : SAAT DIBUBARKAN ATAU TIDAK LAGI BERKEDUDUKAN DI INDONESIA.

BUT
MULAI : SAAT MELAKUKAN USAHA/KEGIATAN MELALUI BUT DI INDONESIA BERAKHIR : SAAT TDK LAGI MENJALANKAN USAHA/KEGIATAN MELALUI BUT DI INDONESIA.

BERAKHIR : SAAT WARISAN SELESAI DIBAGIKAN

TIDAK TERMASUK SUBYEK PAJAK

Pasal 3

BADAN PERWAKILAN NEGARA ASING

PEJABAT-PEJABAT PERWAKILAN DIPLOMATIK DAN KONSULAT ATAU PEJABAT-PEJABAT LAIN DARI NEGARA ASING, DAN ORANG-ORANG YANG DIPERBANTUKAN KEPADA MEREKA YANG BEKERJA PADA DAN BERTEMPAT TINGGAL BERSAMA-SAMA DENGAN SYARAT TERTENTU

ORGANISASI INTERNASIONAL YANG DITETAPKAN OLEH MENTERI KEUANGAN DENGAN SYARAT TERTENTU

PEJABAT PERWAKILAN ORGANISASI INTERNASIONAL YANG DITETAPKAN OLEH MENTERI KEUANGAN DENGAN SYARAT TERTENTU

OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)

PENGHASILAN
SETIAP TAMBAHAN KEMAMPUAN EKONOMIS YANG : - Diterima atau diperoleh Wajib Pajak, - Berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, - Dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak,

DENGAN NAMA DAN DALAM BENTUK APAPUN

KELOMPOK PENGHASILAN

1. penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas 2. penghasilan dari usaha dan kegiatan

3. penghasilan dari modal, yang berupa harta gerak ataupun harta tak gerak

4. penghasilan dari usaha dan kegiatan

OBYEK PAJAK PENGHASILAN


Pasal 4

1. Penggantian atau imbalan sehubungan pekerjaan atau jasa, kecuali ditentukan lain oleh UU.Gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, dan imbalan sehubungan dengan pekerjaan yg lain. 2. Hadiah dari undian, atau pekerjaan, atau kegiatan dan penghargaan

3. Laba Usaha
4. Keuntungan penjualan atau pengalihan harta, termasuk pengalihan harta perseroan kpd persero dan sebaliknya, dari likuidasi, penggabungan, peleburan, penukaran, pemecahan,& pengambilalihan usaha, dan dari hibah, bantuan atau sumbanagan selain kepada badan keagamaan, pendidikan, sosial, pengusaha kecil,dan koperasi 5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang dibebankan sebagai biaya

6.Bunga, termasuk premium, diskonto, & jaminan karena pengembalian utang

OBYEK PAJAK PENGHASILAN.

7. Deviden dengan nama dan bentuk apapun, termasuk deviden dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi 8. Royalti

9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan


10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala

harta

11. Keuntungan dari pembebasan utang, kecuali sampai jumlah tertentu yang ditetapkan Peraturan Pemerintah 12. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing

13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva

OBYEK PAJAK PENGHASILAN.

14. Premi asuransi, termasuk premi reasuransi

15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggota yang terdiri dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas. 16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak. 17. Penghasilan dari usaha berbasis syariah
( lihat PP 25 Tahun 2009)

18. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam UU KUP (lihat SE 04/PJ42/2002)

19.Surplus Bank Indonesia

Penghasilan Final
Pasal 4 Ayat (2)
1.Penghasilan dari transaksi penjualan saham di bursa efek (Tarif transaksi 0,03% final)Lihat : PP No. 41/1994 jo PP No. 14/1997, KMK 282/ KMK.04/1997, SE -15/PJ.42/1997 2.Penghasilan dari hadiah undian (tarif 25 % final Lihat : PP No. 132/2000 ; KEP 395/PJ/2001; SE-19/PJ43/2001 3. Penghasilan dari transaksi pengalihan hak atas tanah atau bangunan (bagi WP OP dan Badan tarif 5 % final dari jumlah bruto pengalihan ; WP yg usaha pokok pengalihan tanah atas RS dan RSS tarif 1 % final) Lihat : PP No. 48/1994 Jo PP No. 27/1997 Jo PP No. 79/1999, KMK 566/ KMK.04/1999 , PMK 243/PMK.03/2008 4. Penghasilan dari bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia(tarif 20% final, besar tabungan minimal Rp.7.500.000,00) Lihat : PP No. 131/2000 , KMK 51/KMK.04/2000 5. Penghasilan dari persewaan tanah dan atau bangunan (untuk WP Orang Pribadi, tarif 10% final dan untuk WP Badan 6% final) Lihat : PP No. 29/1996 Jo PP No 5/2002, Kep-227/PJ/2002 6. Penghasilan berupa bunga dan diskonto obligasi yang dijual di pasar modal ( tarif 15 % final WPDN, 20 % final WPLN, kecuali dana pensiun danbank) Lihat : PP No. 139/2000 Jo PP No. 6/2002, KMK 558 /KMK.04/2000

Penghasilan Final.
7. Bunga simpanan anggota koperasi (s/d Rp 240.000 tarif = 0 % , > Rp. 240.000 tarif 10 % final) PP 15/2009 ; PMK 112/2010 8. Penghasilan dari usaha jasa konstruksi bagi pengusaha kecil yang nilai pengadaannya kurang dari Rp 1 Milyar PP No. 140/2000, KMK 559/KMK.04/2000 9. Uang pesangon PP No. 149/2000 10. Uang Tebusan Pensiun, Tunjangan Hari Tua, Tabungan Hari Tua yang dibayar sekaligus PP No. 149/2000 11. Honorarium, uang sidang, uang hadir, uang lembur, imbalan prestasi kerja dan penghasilan lain selain penghasilan terkait gaji yang dibebankan kepada keuangan negara dan daerah (Tarif 0 % final bagi PNS golru I dan II , Tantama dan Bintara bagi TNI/Polri ; 5% final bagi PNS golru III dan Perwira Pertama bagi TNI/Polri; 15% bagi PNS golru IV dan Pamen dan Pati bagi TNI/Polri (PP 80 Tahun 2010), Permenku 262/PMK.03/2010 12. Penghasilan penyalur/dealer/agen produk Pertamina dan Premix SK. MenKeu No. 450 /KMK.04/1997 dan SK. MenKeu No. 54/KMK.04/1997

Penghasilan Final.
12. Penghasilan atas industri rokok. SK. MenKeu No. 450 /KMK.04/1997 & SK. MenKeu No. 549/KMK.04/1997 13. Bunga simpanan anggota koperasi. SK. MenKeu No. 605 /KMK.04/1994 14. Penghasilan Wajib pajak di bidang usaha pelayaran Dalam Negeri SK. MenKeu No. 416 /KMK.04/1996 15. Penghasilan Wajib pajak di bidang usaha pelayaran/ penerbangan Luar Negeri SK. MenKeu No. 417 /KMK.04/1996

Bukan Penghasilan (Bukan Obyek Pajak)


1. a. Bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah garis keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial termasuk yayasan atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan menteri keuangan,sepanjang tidak ada hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan 2. Warisan 3. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal 4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari WP atau Pemerintah 5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi jiwa, asuransi dwi guna, dan asuransi bea siswa

Bukan Penghasilan (Bukan Obyek Pajak).


6. Deviden ayau bagian laba yang diterima oleh atau diperoleh perseroan terbatas sebagai WP dalam negeri,koperasi, BUMN, BUMD dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:deviden berasal dari cadangan laba yang ditahan bagi PT, BUMN, BUMD yang menerima deviden,kepemilikan sahamnya paling rendah 25% 7. Iuran yang diterima atau diperoleh dari dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh menteri keuangan, baik yang dibayar pemberi kerja maupun oleh pegawai 8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang tertentu yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Keuangan 9. Bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan komanditer yang modalnya tidak terdiri dari saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi

Bukan Penghasilan (Bukan Obyek Pajak)


10. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha di Indonesia, dengan syarat :merupakan perusahaan kecil, menengah atau menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Keuangan; dan sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia 11. Beasiswa yang memnuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan 12. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan atau bidang penelitian dan pengembangan yang terdaftar pada instansi yang membidanginya , yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatannya 13. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada wajib pajak tertentu yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan 14. Penerimaan Dana Jaminan Penyelesaian Transaksi Bursa dan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia yang berasal dari Anggota Kliring (lihat Kep Dirjen Pajak No. Kep-390/PJ/2002)

OBJEK PAJAK BUT Pasal 5 ayat (1)

PENGHASILAN DARI PENGHASILAN KANTOR PUSAT DARI

- USAHA/KEGIATAN BUT - HARTA YANG DIMILIKI/ DIKUASAI BUT - USAHA ATAU KEGIATAN - PENJUALAN BARANG-BARANG - PEMBERIAN JASA DI INDONESIA YG SEJENIS DGN YG DILAKUKAN BUT DI INDONESIA
SEPANJANG ADA HUBUNGAN EFEKTIF ANTARA BUT DGN HARTA/KEGIATAN YG MEMBERIKAN PENGHASILAN

PENGHASILAN YG TERSEBUT DLM PASAL 26 YG DITERIMA ATAU DIPEROLEH KANTOR PUSAT

25

Jenis Biaya Yang Dapat Dikurangkan Dari Penghasilan Psl 6 (1)


1. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang, bunga, sewa, royalti, biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah, premi asuransi, biaya promosi dan penjualan. biaya administrasi, dan pajak kecuali pajak penghasilan 2. Penyusutan dan amortisasi (metode penyusutan harus sesuai dg pasal 11 & 11A)
30

Jenis Biaya Yang Dapat Dikurangkan..


3. 4. 5. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki untuk operasional perusahaan Kerugian dari selisih kurs mata uang asing Apabila WP membukukan transaksi ybs dengan kurs tetap, maka selisih kurs diakui pada saat terjadinya realisasi pembayaran Apabila WP membukukan transaksi ybs dengan kurs tengah BI, maka selisih kurs diakui pada akhir tahun Selisih kurs karena kebijakan pemerintah di bidang moneter dibukukan dalam akun sementara di neraca, dan pembebanannya dilakukan secara bertahap berdasarkan realisasi pembayaran valas tersebut Biaya litbang perusahaan yang dilakukan di Indonesia Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan
31

6. 7.

Biaya yg Dapat Dikurangkan Psl 6 (1)


8. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat: a. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau badan Urusan Piutang dan Lelang Negara atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang antara kreditur dan debitur b. Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus c. Wajib pajak harus menyerahkan daftar piutang tak tertagih kepada Dirjen Pajak 9. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; 10. sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; 11. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; 12. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; dan 13. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur 32 dengan Peraturan Pemerintah.

Biaya yg Tidak Dapat Dibebankan Pasal 9 (1)


1. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apa pun
Untuk mengantisipasi dividen menjadi expense

2. Biaya yang dibebankan/dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota 3. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, dengan pengecualian: untuk bank, asuransi, dan leasing dengan hak opsi, biaya reklamasi untuk pertambangan boleh dibebankan
34

Biaya yg Tidak Dapat Dibebankan Psl 9 (1)


4. Premi asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa dwiguna, dan beasiswa yang dibayar oleh WP orang pribadi, dengan pengecualian: jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi wajib pajak yang bersangkutan Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan/jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, dengan pengecualian: Penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan (yang diperbolehkan : penggantian atau imbalan dalam bentuk natura di
daerah terpencil; keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan seperti pakaian dan peralatan untuk keselamatan kerja, pakaian seragam petugas keamanan (satpam), antar jemput karyawan, serta penginapan untuk awak kapal; pemberian atau penyediaan makanan dan atau minuman bagi seluruh pegawai yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.)
35

5.

Biaya yg Tidak Dapat Dibebankan Psl 9 (1)


6. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan 7. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan, kecuali zakat yang dibayar kepada BAZ yang dibentuk oleh pemerintah 8. Pajak penghasilan 9. Biaya yang dibebankan / dikeluarkan untuk kepentingan pribadi WP / orang yang menjadi tanggungannya 10. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau CV yang modalnya tidak terbagi atas saham 11. Sanksi administrasi yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan

36

Biaya yg Tdk Dapat Dibebankan Pasal 10 (6) Selisih lebih penilaian harga pokok penjualan yang menggunakan metode LIFO (Last In First Out) Berbasis Pasal 11 Jumlah melebihi biaya penyusutan yang ditetapkan oleh undang-undang PPh

37

PENGELUARAN YANG TIDAK BOLEH DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO


Pasal 9 ayat (1) huruf f

PEMBAYARAN YANG JUMLAHNYA MELEBIHI KEWAJARAN KPD PEMEGANG SAHAM ATAU PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA SEBAGAI IMBALAN SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN YANG DILAKUKAN

CONTOH : TUAN GUMILANG SEBAGAI TENAGA AHLI & PEMEGANG SAHAM DARI PT. WIDYA. TUAN GUMILANG MENERIMA IMBALAN DARI PT WIDYA SEBESAR Rp 5.000.000,00 ATAS JASA YANG TELAH DIBERIKAN KPD PT WIDYA APABILA UNTUK JASA YG SAMA YG DIBERIKAN OLEH TENAGA AHLI LAIN YG SETARA HANYA DIBAYAR SEBESAR Rp 2.000.000,00, MAKA : -JUMLAH Rp 3.000.000,00 TIDAK BOLEH DIBEBANKAN SBG BIAYA OLEH PT. WIDYA 38 - BAGI TENAGA AHLI YG JUGA SEBAGAI PEMEGANG SAHAM, JUMLAH SEBESAR

PENGELUARAN YANG TIDAK BOLEH DIBEBANKAN SEKALIGUS Pasal 9 ayat (2) PENGELUARAN UNTUK MENDAPATKAN, MENAGIH, DAN MEMELIHARA PENGHASILAN YANG MEMPUNYAI MASA MANFAAT LEBIH DARI SATU TAHUN

DIBEBANKAN MELALUI PENYUSUTAN ATAU AMORTISASI

39

Biaya yg Diperbolehkan Psl 6 (2)


1) Kompensasi Kerugian Kerugian dapat dikompensasikan selama 5 tahun, terhitung mulai tahun pajak berikutnya 2) Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Kepada orang pribadi diberikan pengurangan Penghasilan Tidak Kena Pajak

PENGHITUNGAN KOMPENSASI KERUGIAN


PT. A rief dalam tahun 2000 menderita kerugian fiskal sebesar Rp 1.200.000.000,00. Dalam 5 tahun berikutnya rugi-laba fiskal PT Arief sbb 2001 : laba fiskal Rp. 200.000.000,00 2002 : laba fiskal Rp. 300.000.000,00 2003 : rugi fiskal (Rp. 400.000.000,00) 2004 : laba fiskal Rp. 100.000.000,00 2005 : laba fiskal Rp .500.000.000,00 Kompensasi kerugian dilakukan sbb : Rugi fiskal Thn 2000 (Rp 1.200.000.000,00) Laba fiskal Thn 2001 Rp 200.000.000,00 Sisa rugi fiskal Thn 2000 (Rp 1.000.000.000,00) Laba fiskal Thn 2002 Rp. 300.000.000,00 Sisa rugi fiskal Thn 2000 (Rp 700.000.000,00) Rugi fiskal Thn 2003 (Rp. 400.000.000,00) Sisa rugi fiskal Thn 2000 (Rp 700.000.000,00) Laba fiskal Thn 2004 Rp 100.000.000,00 Sisa rugi fiskal Thn 2000 (Rp 600.000.000,00) Laba fiskal Thn 2005 Rp 500.000.000,00 Sisa rugi fiskal Thn 2000 (Rp 100.000.000,00) TIDAK BOLEH DIKOMPENSASIKAN LAGI DG LABA FISKAL THN 2006
HANYA BOLEH DIKOMPENSASIKAN DGN LABA FISKAL THN 2006 & 2007 & 2008

PTKP
2000 - 2003 WAJIB PAJAK Kawin Tanggungan max 3 orang @ Rp.1.440.000 Rp. 1.200.000 Tambahan Istri bekerja Rp.2.880.000 Rp. 12000.000 (1) (2) Rp. 1.200.000 Rp. 13.200.000 (3) Rp. 1.320.000 Rp.15.840.000 (4) 2004-2005 2006-2008 Rp. 13.200.000 Rp. 1.200.000 2009 - ? Rp.15.840.000 Rp. 1.320.000 Rp.2.880.000 Rp.12.000.000 Rp.1.440.000 Rp. 1.200.000

(1) UU No. 17 Tahun 2000 (2) Kepmenku no. 564/KMK.03/2004 (3) Permenku np. 137/PMK 03/2005 dan Perjak np. 15/PJ/2006 (4) UU No. 36 Tahun 2008 dan Permenku no 254.PMK 03/2008

BESARNYA PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)


Pasal 7 ayat (1), (2) dan (3)

Rp 15.840.000,00 Rp 1.320.000,00

UNTUK DIRI WAJIB PAJAK TAMBAHAN UNTUK WAJIB PAJAK KAWIN TAMBAHAN UNTUK SETIAP ANGGOTA KELUARGA SEDARAH SEMENDA DALAM GARIS KETURUNAN LURUS SERTA ANAK ANGKAT YG MENJADI TANGGUNGAN SEPENUHNYA MAKSIMAL 3

Rp 1.320.000,00

Rp 15.840.000,00

TAMBAHAN UNTUK SEORANG ISTERI YG PENGHASILANNYA DIGABUNG DENGAN PENGHASILAN SUAMI

PENERAPAN PTKP DITENTUKAN OLEH KEADAAN PADA AWAL TAHUN PAJAK ATAU AWAL BAGIAN TAHUN PAJAK

CONTOH PENERAPAN PTKP


TUAN ARIEF SEORANG PEGAWAI MEMPUNYAI SEORANG ISTRI DAN 2 ANAK.

Bila istri menerima/memperoleh penghasilan yg sudah dipotong PPh psl 21 dan pekerjaannya tsb tdk ada hubungannya dgn pekerjaan/usaha Suami/anggota keluarga lainnya. BESARNYA PTKP YG DIBERIKAN : - WP SENDIRI Rp 15.840.000 - STATUS KAWIN Rp 1.320.000 - ANAK (2x Rp 1.320.000) Rp 2.640.000 JUMLAH PTKP Rp 19.800.000
UTK ISTRI SDH DIBERIKAN PTKP, SAAT PEMOTONGAN PPh 21 OLEH PEMBERI KERJA SEBESAR Rp 15.840.000,Bila penghasilan istri a tsb tidak semata-mata diterima atau diperoleh dari satu pemberi kerja

yg telah dipotong pajak berdasarkan ketentuan pasal 21, dan pekerjaan tsb ada hubungannya dengan usaha atau pekerjaan bebas suami atau anggota keluarga lainnya, maka penghasilan istri Tuan Arief digabung dgn penghasilan Tuan Arief
BESARNYA PTKP YANG DIBERIKAN :

- WP SENDIRI - STATUS KAWIN - ISTRI BERUSAHA - ANAK (2x Rp 1.320.000) JUMLAH PTKP

Rp 15.840.000 Rp 1.320.000 Rp 15.840.000 Rp 2.640.000 Rp 35.640.000

45

PENGHASILAN ATAU KERUGIAN BAGI WANITA KAWIN Pasal 8 ayat (1) PENGHASILAN ATAU KERUGIAN BAGI WANITA YANG TELAH KAWIN

DIANGGAP SEBAGAI PENGHASILAN ATAU KERUGIAN SUAMINYA

KECUALI 1. PENGHASILAN TSB SEMATA-MATA DITERIMA ATAU DIPEROLEH DARI SATU PEMBERI KERJA YG TELAH DIPOTONG PPh PASAL 21, DAN 2. PEKERJAAN TSB TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN USAHA ATAU PEKERJAAN BEBAS SUAMI ATAU ANGGOTA KELUARGA LAINNYA

CONTOH Pasal 8 ayat (1)


WP A MEMPEROLEH PENGHASILAN Rp 100.000.000,00 MEMPUNYAI ISTRI SBG PEGAWAI DGN PENGHASILAN SEBESAR Rp 50.000.000,00

TDK DIGABUNG DGN PENGHASILAN A DAN SUDAH FINAL JIKA : -. PENGHASILAN. TSB DIPEROLEH DARI SATU PEMBERI KERJA YANG TELAH DIPOTONG PPh 21 -. PEKERJAAN TSB TDK ADA HUBUNGANNYA DGN USAHA/ PEKERJAAN BEBAS SUAMI/ANGGOTA KELUARGA LAINNYA.

BILA ISTRI A SELAIN MENJADI PEGAWAI JUGA MEMPUNYAI USAHA SALON KECANTIKAN DGN PENGHASILAN SEBESAR Rp 75.000.000,00; SELURUH PENGH. ISTRI SEBESAR Rp 125.000.000 YAITU (50 JUTA + 75 JUTA)

DIGABUNGKAN DGN PENGH. A.


DGN DEMIKIAN TOTAL PENGHASILAN A YG DIKENAKAN PPh SEBESAR Rp 225.000.000,00.

POTONGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN ISTRI TIDAK BERSIFAT FINAL DAN DPT DIKREDITKAN DLM SPT TAHUNAN PPh

47

SUAMI-ISTRI DIKENAKAN PAJAK SECARA TERPISAH Pasal 8 ayat (2) dan (3)

HIDUP BERPISAH

MENGADAKAN PERJANJIAN PEMISAHAN HARTA DAN PENGHASILAN SECARATERTULIS

PENGHITUNGAN PAJAKNYA BERDASAR PENGHITUNGAN PKP DAN PENGENAAN PAJAKNYA DILAKUKAN SENDIRISENDIRI
- Penghasilan Neto suami isteri digabung - Besarnya pajak yg harus dilunasi oleh masing-masing suami-isteri, sebanding dgn Penghasilan Neto

48

CONTOH PENGHITUNGAN PPh BAGI SUAMI-ISTRI YG MENGADAKAN PERJANJIAN PEMISAHAN HARTA DAN PENGHASILAN SECARA TERTULIS
Pasal 8 ayat (3) 1. PENGHASILAN NETO SUAMI (A) DARI PEGAWAI Rp 100.000.000,00 2. PENGHASILAN NETO ISTRI DARI PEGAWAI DAN SALON Rp 125.000.000,00 JML PENGHASILAN Rp 225.000.000,00 PTKP (K/I/3) Rp 21.120.000,00 PKP Rp 203.880.000,00 PPh TERUTANG= 5% x Rp. 50.000.000,00 = Rp. 2.500.000,00 15% x Rp. 153.880.000 = Rp. 23.082.000,00 Rp. 25.582.000 PENGENAAN PPh MASING-MASING SUAMI-ISTERI DIHITUNG SBB : PPh SUAMI : Rp 100.000.000,00 X Rp. 25.582.000 = Rp 11.369.777,00 Rp 225.000.000,00 PPh ISTERI : Rp 125.000.000,00 X Rp. 25.582.000 = Rp 14.112.333,00 Rp 225.000.000,00
49

PENGHASILAN ANAK YANG BELUM DEWASA Pasal 8 ayat (4)

DIGABUNG DENGAN PENGHASILAN ORANG TUANYA KECUALI

PENGHASILAN DARI PEKERJAAN YANG TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN USAHA ORANG YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA

50

PENGGUNAAN NORMA PENGHITUNGAN Pasal 14 ayat (2), (3) dan (4)

Norma Penghitungan Penghasilan Neto

HANYA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

SYARAT

Peredaran bruto dalam satu tahun kurang dari Rp 4.800.000.000,00 Memberitahukan kepada Dirjen Pajak dalam jangka waktu 3 bulan pertama dari Tahun Pajak ybs. Apabila tidak memberitahukan, dianggap memilih Pembukuan Wajib menyelenggarakan Pencatatan

PENGGUNAAN NORMA PENGHITUNGAN Pasal 14 ayat (5) WAJIB PAJAK


DIANGGAP MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN , TAPI TIDAK ATAU TIDAK SEPENUHNYA MELAKSANAKAN PEMBUKUAN INGIN MENGGUNAKAN NPPN, TETAPI TIDAK MELAKSANAKAN PENCATATAN

WAJIB PEMBUKUAN TAPI TDK BERSEDIA MEMPERLIHATKAN PEMBUKUAN /PENCATATAN

PENGHASILAN NETO

DIHITUNG MENGGUNAKAN NPPN ATAU CARA LAIN YANG DITETAPKAN KEPMENKEU

52

TARIF UNTUK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI Pasal 17 ayat (1) a UU No.36/2008 ( UU PPh)
NO

Lapisan Penghasilan

Tarif

1.

S.d. Rp 50.000.000,-

5%

2.

Di atas Rp50.000.000,- s.d. Rp 250.000.000

15%

3.

Di atas Rp250.000.000,- s.d.Rp500.000.000,-

25%

4.

Di atas Rp500.000.000,-

30%

CONTOH

PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK (PKP) BAGI WAJIB PAJAK BADAN YANG MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN

PEREDARAN BRUTO BIAYA (3M) PENGHASILAN LABA USAHA/PENGHASILAN NETO USAHA

Rp 600.000.000 Rp 250.000.000 (-) Rp 345.000.000

PENGHASILAN LAINNYA Rp 6.000.000 BIAYA (3M) PENGH. LAINNYA Rp 4.000.000 (-) LABA USAHA DARI PENGHASILAN LAINNYA Rp JUMLAH SELURUH PENGHASILAN NETO KOMPENSASI KERUGIAN PENGHASILAN KENA PAJAK (PKP)

2.000.000 (+)

Rp 357.000.000 Rp 36.000.000 Rp 321.000.000

54

CONTOH PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK (PKP) BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN

PEREDARAN BRUTO BIAYA (3M) PENGHASILAN LABA USAHA/PENGHASILAN NETO USAHA

Rp 500.000.000 Rp 200.000.000 (-) Rp 300.000.000

PENGHASILAN LAINNYA Rp 6.000.000 BIAYA (3M) PENGH. LAINNYA Rp 4.000.000 (-) LABA USAHA DARI PENGHASILAN LAINNYA Rp JUMLAH SELURUH PENGHASILAN NETO KOMPENSASI KERUGIAN

2.000.000 (+)

Rp 302.000.000 Rp 10.000.000 Rp 292.000.000

PTKP (K/2)
WAJIB PAJAK KAWIN TANGGUNGAN 2 ORANG Rp.15.840.000 Rp. 1.320.000 Rp. 2.640.000 Rp. 19.800.000 Rp. 273.200.000
55

PENGHASILAN KENA PAJAK (PKP)

Perhitungan Penghasilan Kena Pajak (PKP) Menggunakan Norma Perhitungan Penghasilan ( Wajib Pajak Orang Pribadi) Peredaran Bruto Rp. 600.000.000 Biaya Usaha Rp. 480.000.000 Tarif Norma Perhtungan pedagang eceran = 30 % Penghasilan Netto=30%x600.000.000 =Rp. 180.000.000 Penghasilan di luar usaha=Rp 4.000.000 Biaya di Luar Usaha =Rp. 3.000.000 Rp. 1.000.000 Rp. 181.000.000 PTKP (K/0) : WP Rp. 15.840.000 Kawin Rp. 1.320.000 Rp. 17.160.000 PENGHASILAN KENA PAJAK(PKP) Rp. 163.840.000

CONTOH PENGHITUNGAN PKP BAGI WP BENTUK USAHA TETAP (BUT)


- PEREDARAN BRUTO - BIAYA 3M PENGHASILAN PENGHASILAN USAHA
- PENGHASILAN BUNGA - PENJUALAN LANGSUNG BARANG OLEH KANTOR PUSAT YG SEJENIS DGN YG DIJUAL BUT

Rp 400.000.000,00 (Rp 275.000.000,00) Rp 125.000.000,00 Rp 5.000.000,00

- PENGHASILAN LAINNYA - BIAYA 3M PENGHASILAN PENGHASILAN DARI LUAR USAHA PENGHASILAN NETO USAHA DAN LUAR USAHA DIVIDEN YG DITERIMA KANTOR PUSAT YG MPY HUB. EFEKTIF DGN BUT JML PENGHASILAN NETO BIAYA MENURUT PSL 5 AYAT (3)

Rp 200.000.000,00 Rp 205.000.000,00 (Rp 150.000.000,00) Rp

55.000.000,00

Rp 180.000.000,00

Rp

2.000.000,00

Rp 182.000.000,00 (Rp 7.000.000,00)

57

NO

TARIF UNTUK WAJIB PAJAK BADAN Pasal 17 ayat (1) a UU No. 17/2000 ( UU PPh) Lapisan Penghasilan
S.d. Rp 50.000.000,Di atas Rp50.000.000,- s.d. Rp 100.000.000

Tarif 10 % 15%

1. 2.

3.

Di atas Rp.100.000.000

30%

TARIF UNTUK WAJIB PAJAK BADAN Pasal 17 ayat (1) a UU No.36/2008 ( UU PPh) Berlaku 1 januari 2009
Tahun

Tarif

2009
2010

28%
25%

TARIF UNTUK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI Pasal 17 ayat (1) a UU No.36/2008 ( UU PPh) BERLAKU MULAI 1 JANUARI 2009
NO

Lapisan Penghasilan

Tarif

1.

S.d. Rp 50.000.000,-

5%

2.

Di atas Rp50.000.000,- s.d. Rp 250.000.000

15%

3.

Di atas Rp250.000.000,- s.d.Rp500.000.000,-

25%

4.

Di atas Rp500.000.000,-

30%

CONTOH 1 PENERAPAN TARIF PPh BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

JUMLAH PKP PPh TERUTANG :

Rp 590.000.000

5% X Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000 15% X Rp 200.000.000 = Rp 30.000.000 25% X Rp 250.000.000 = Rp 62.500.000 30% X Rp 90.000.000 = Rp 27.000.000
Rp. 122.000.000,00

60

CONTOH 2 PENERAPAN TARIF PPh BAGI WAJIB PAJAK BADAN

JUMLAH PKP

Rp 800.000.000

PPh TERUTANG : 25% X Rp.800.000= Rp.200.000.000

Anda mungkin juga menyukai