Anda di halaman 1dari 70

UPDATE PPh Badan

Presented by:
Hersona Bangun, SH.,SE.,Ak.,BKP.,CA
PT. TAX HOUSE INDONESIA
NERACA
PER 31 DESEMBER 2012
Obyek Pajak

 Setiap tambahan kemampuan ekonomis yg


diterima/diperoleh WP.
 Baik yg berasal dari Indonesia maupun luar
Indonesia
 Yang dpt dipakai utk konsumsi atau utk
menambah kekayaan WP yg bersangkutan.
 dgn nama & dlm bentuk apapun, termasuk:
a. Laba Usaha
b. Keuntungan karena penjualan/pengalihan
harta.
c. Penerimaan kembali pembayaran pajak yg tlh
dibebankan sbg biaya.
d. Bunga termasuk premium, diskonto, &
imbalan krn jaminan pengembalian utang.
e. Deviden, dg nama & dlm bentuk apapun
termasuk deviden dr prshn asuransi pd
pemegang polis, & pembagian hasil usaha
koperasi.
f. Royalti.
g. Sewa & penghasilan lain sehub.dg penggunaan
harta.
i. Keuntungan krn pembebasan utang, kecuali
sampai dgn jumlah tertentu yg ditetapkan dg PP.
j. Keuntungan krn selisih kurs mata uang asing.
k. Selisih lebih krn penilaian kembali aktiva.
l. Premi asuransi.
m.Iuran yang diterima/diperoleh perkumpulan dr
anggotanya yang terdiri dari WP yang menjlnkan
usaha/pekerjaan bebas.
n. Tambahan kekayaan neto yg berasal dr penghasilan
yg belum dikenakan pajak.
o. penghasilan dari usaha berbasis syariah;
p. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang yang mengatur mengenai
ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan
q. surplus Bank Indonesia.
Obyek Pajak Penghasilan Rumah Sakit:
Bagi yayasan atau organisasi yang sejenis yang bergerak di bidang pelayanan
kesehatan, termasuk penghasilan dari usaha yan menjadi obyek pajak adalah :

a. uang pendaftaran untuk pelayanan kesehatan;

b. sewa kamar/ruangan di rumah sakit, poliklinik, pusat pelayanan


kesehatan;

c. penghasilan dari perawatan kesehatan seperti uang pemeriksaan dokter,


operasi,rontgent, scaning, pemeriksaan laboratorium, dan sebagainya;

d. uang pemeriksaan kesehatan termasuk "general check up";

e. penghasilan dari penyewaan alat-alat kesehatan, mobil ambulance dan


sebagainya;

f. penghasilan dari penjualan obat;

g. penghasilan lainnya sehubungan dengan penyelenggaraan pelayanan


kesehatan dengan nama dan dalam bentuk apapun.

SE-34/PJ.4/1995 tanggal 4 Juli 1995


Dikenakan NON
FINAL OBYEK
(dikecualikan)
Penghasilan Yang
Dikenakan Pajak
Bersifat Final
Konsekuensi dr Pengenaan
Pajak yg Bersifat Final

• Penghasilan yg diterima/diperoleh tdk dihitung


kembali pajaknya pd saat penghitungan pajak
akhir tahun.
• Pajak yg telah dibayar/dipotong pd saat
perolehan penghasilan/saat transaksi tdk dpt
dikreditkan dg pajak terutang yg dihitung pd
saat penghitungan pajak akhir thn.
• Biaya-biaya yg dikeluarkan sehub dg perolehan
penghasilan yg dikenakan pajak bersifat final
tdk dpt dikurangkan dr penghasilan sbg dasar
penghitungan pajak terutang.
PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPH FINAL
Jenis Penghasilan Dasar Hukum Tarif
Bunga Deposito PP 131 Th 2000 20%
Penjualan saham bursa PP 14 Th 1997 0,1% dari nilai transaksi
0,5% dari nilai saham saat
penawaran perdana

Bunga dan Diskonto PP 6 Th 2002 15% bagi WPDN


Obligasi 20% bagi WPLN
Diskonto SPN PP 27 Tahun 2008 20% dari diskonto
Transaksi Derivatif PP 17 Tahun 2009 2,5% (dua koma lima persen)
berupa kontrak berjangka dari margin awal
Pengalihan hak atas PP 71 Thn 2008 5% dari jumlah bruto.
tanah dan bangunan 1% utk RS/RSS oleh perush.
Real estat
Sewa Tanah dan PP 5 Th 2002 10% dari jumlah bruto
Bangunan
…lanjutan

Jenis Penghasilan Dasar Hukum Tarif


Pengh. Jasa Konstruksi PP 51 Th 2008 jo. PP 40 Pelaksanaan : 2% , 3%, 4%
Th. 2009 Perencanaan: 4%, 6%
Pengawasan : 4%, 6%
Dividen yang diterima oleh WPOP PP 19 Tahun 2009 10%

Uang Pesangon dan Tebusan PP 68 Th 2009 Pesangon :Pensiun


Pensiun 0-50 jt : 0% 0-50 : 0%
50-100 jt :5% >50 : 5%
100-500 :15%
>500 :25%

Bunga Simpanan Anggota PP 15 Tahun 2009 ≤240 rb : 0%


Koperasi >240 rb : 10%
Hadiah Undian PP 132 Th. 2000 25% dari hadiah

Jasa Pelayaran dalam Negeri KMK 416/KMK.04/1994 1,2% dari jumlah bruto
Selisih Lebih Revaluasi Aktiva Tetap KMK:79/PMK.03/2008 10% x Selisih Lebih

Penghasilan Usaha WP yang PP 46 Tahun 2012 1% x Peredaran Bruto


Memiliki Peredaran Bruto tidak
melebihi Rp 4,8 Milyar
Penghasilan yang
Tidak Termasuk
Obyek Pajak
Penghasilan Bukan Objek PPh– Psl 4 (3)
a. bantuan sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan
amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan
oleh Pemerintah dan para penerima zakat yang berhak; dan harta
hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau
badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil
termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan;
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang
bersangkutan;
PMK 245/PMK.03/2008 bahwa:
Harta hibah, bantuan, atau sumbangan yang diterima oleh:
a. keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat;
b. badan keagamaan;
c. badan pendidikan;
d. badan sosial termasuk yayasan dan koperasi; atau
e. orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil,
dikecualikan sebagai objek Pajak Penghasilan.
Ketentuan pengecualian harta hibah, bantuan, atau sumbangan dari objek
Pajak Penghasilan berlaku apabila pihak pemberi hibah, bantuan, atau
sumbangan tidak mempunyai hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan
atau penguasaan dengan penerima hibah, bantuan, atau sumbangan.
Lanjutan……..
Orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan usaha kecil
adalah orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan usaha kecil yang memiliki dan
menjalankan usaha produktif yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima
ratus juta rupiah).

b. warisan;
c. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai
pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;
d. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau
jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau
kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah;
e. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,
asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;
…lanjutan
f. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha Milik Negara,
atau Badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha
yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:

1) dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan


2) bagi perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha
Milik Daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan
yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen)
dari jumlah modal yang disetor;

Pemegang saham Kepemilikan status dividen Witholding Tax


PT/BUMN/BUMD < 25% Objek PPh PPh 23 – 15%
PT/BUMN/BUMD ≥ 25% Bukan Objek -
Perorangan DN < 25% Objek PPh Final PPh Final – 10%
Perorangan DN ≥ 25% Objek PPh Final PPh Final – 10%
Koperasi - DN < 25% Bukan Objek -
Koperasi - DN ≥ 25% Bukan Objek -
CV, Yayasan, Firma < 25% Objek PPh PPh 23 – 15%
CV, Yayasan, Firma ≥ 25% Objek PPh PPh 23 – 15%
g. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, baik
yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;
h. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun
sebagaimana dimaksud pada huruf g, dalam bidang-bidang
tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan;
4
5

1 2 3
DANA SASARAN
Peserta RETURN
PENSIUN INVESTASI

Iuran pensiun Saham di bursa Indonesia


Obligasi di bursa Indonesia
Deposito di Indonesia
NON OBYEK PAJAK
NON OBYEK PAJAK Properti
Lembaga Keuangan
Agrobisnis
Usaha lainnya OBYEK PAJAK
i. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,
perkumpulan, firma, dan kongsi;
Penghasilan 100.000 Jika ada gaji kepada pemilik,
CV AB Biaya 60.000 tdk boleh dikurangkan krn bagi
- bagian laba Laba Bersih 40.000 Pemilik tidak dikenakan PPh

- Gaji/imbalan PPh 25% 10.000


A B Laba Setelah PPh 30.000 Non Obyek Pajak jika dibagikan
Kepada Pemiliknya
j. dihapus;
k. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura
berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan
menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan
pasangan usaha tersebut:

1) merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang menjalankan


kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan; dan
2) sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.

l. beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya


diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan;
…lanjutan

m. sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga


nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau
bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar
pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali
dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan
dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu
paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih
tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
Penerimaan 10 milyar
Pengeluaran 8 milyar
Non Obyek Pajak, jika dalam 4 tahun dapat
Surplus 2 milyar
dialokasikan dalam sarana/prasarana

n. bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan


Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu,
yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
o. bantuan dan sumbangan yang diterima yayasan dari
pemerintah (SE-34/PJ.4/1995)
23
Deductible Expenses
Pasal 6 UU PPh:
a. biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan
dengan kegiatan usaha;
b. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta
berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh
hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
dan Pasal 11A;
c. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan;
d. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang
dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan;
e. kerugian selisih kurs mata uang asing;
f. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang
dilakukan di Indonesia;
g. biaya beasiswa, magang, dan pelatihan
Pasal 6 UU PPh:
h. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat
1. telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi
komersial;
2. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak
dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak;
3. telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan
Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang
negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan
piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan
umum atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur
bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang
tertentu;
4. syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku
untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k;
i. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
26
Pasal 6 UU PPh:
j. sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan
yang dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Pemerintah;
k. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya
diatur dengan Peraturan Pemerintah;
l. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Pemerintah;
m. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;

27
SUMBANGAN YANG DPT DIKURANGKAN SBG BIAYA
1. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional, yang merupakan
sumbangan untuk korban bencana nasional yang disampaikan secara langsung
melalui badan penanggulangan bencana atau disampaikan secara tidak
langsung melalui lembaga atau pihak yang telah mendapat izin dari
instansi/lembaga yang berwenang untuk pengumpulan dana penanggulangan
bencana;
2. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan, yang merupakan
sumbangan untuk penelitian dan pengembangan yang dilakukan di wilayah
Republik Indonesia yang disampaikan melalui lembaga penelitian dan
pengembangan;
3. Sumbangan fasilitas pendidikan, yang merupakan sumbangan berupa fasilitas
pendidikan yang disampaikan melalui lembaga pendidikan;
4. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga, yang merupakan
sumbangan untuk membina, mengembangkan dan mengoordinasikan
suatu atau gabungan organisasi cabang/jenis olahraga prestasi yang
disampaikan melalui lembaga pembinaan olah raga; dan
5. Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang merupakan biaya yang dikeluarkan
untuk keperluan membangun sarana dan prasarana untuk kepentingan umum
dan bersifat nirlaba.

angka 1 sd 4 boleh diwujudkan dalam bentuk uang/barang


angka 5 HARUS diwujudkan dalam bentuk SARANA/PRASARANA
SYARAT SUMBANGAN BOLEH MENJADI BIAYA
(1) Sumbangan dan/atau biaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dengan syarat:

a. Wajib Pajak mempunyai penghasilan neto fiskal berdasarkan


Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak
sebelumnya;
b. pemberian sumbangan dan/atau biaya tidak menyebabkan rugi
pada Tahun Pajak sumbangan diberikan;
c. didukung oleh bukti yang sah; dan
d. lembaga yang menerima sumbangan dan/atau biaya memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak, kecuali badan yang dikecualikan
sebagai subjek pajak sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
tentang Pajak Penghasilan.

(2) Besarnya nilai sumbangan dan/atau biaya pembangunan


infrastruktur sosial yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk 1 (satu) tahun dibatasi
tidak melebihi 5% (lima persen) dari penghasilan neto fiskal Tahun
Pajak sebelumnya.

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 76/PMK.03/2011 Tanggal 5 April 2011


BIAYA PROMOSI
Biaya Promosi adalah bagian dari biaya penjualan yang dikeluarkan oleh
Wajib Pajak dalam rangka memperkenalkan dan/atau menganjurkan
pemakaian suatu produk baik langsung maupun tidak langsung untuk
mempertahankan dan/atau meningkatkan penjualan.

Besarnya Biaya Promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto


merupakan akumulasi dari jumlah:
 biaya perikanan di media elektronik, media cetak, dan/atau media lainnya;
 biaya pameran produk;
 biaya pengenalan produk baru; dan/atau
 biaya sponsorship yang berkaitan dengan promosi produk.

Tidak termasuk Biaya Promosi:


 pemberian imbalan berupa uang dan/atau fasilitas, dengan nama dan
dalam bentuk apapun, kepada pihak lain yang tidak berkaitan langsung
dengan penyelenggaraan kegiatan promosi.
 Biaya Promosi untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
yang bukan merupakan objek pajak dan yang telah dikenai pajak beserta
final.
SYARAT FORMAL
Pengakuan Biaya Promosi
• Wajib Pajak wajib membuat daftar nominatif atas pengeluaran Biaya Promosi yang
dikeluarkan kepada pihak lain.
• Daftar nominatif paling sedikit harus memuat data penerima berupa nama,
Nomor Pokok Wajib Pajak, alamat, tanggal, bentuk dan jenis biaya, besarnya biaya,
nomor bukti pemotongan dan besarnya Pajak Penghasilan yang dipotong.
• Daftar dibuat sesuai format sebagaimana dalam Lampiran ini.
• Daftar nominatif Biaya Promosi dilaporkan sebagai lampiran saat Wajib Pajak
menyampaikan SPT. Tahunan PPh Badan.
• Dalam hal ketentuan di atas tidak dipenuhi, Biaya Promosi tidak dapat dikurangkan
dari penghasilan bruto.

Biaya Promosi yang dikeluarkan kepada pihak lain dan merupakan objek
pemotongan Pajak Penghasilan wajib dilakukan pemotongan pajak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

Berupa imbalan jasa yang diberikan kepada OP (PPh 21)


dan Badan (PPh Pasal 23), Sewa Ruangan/Bangunan (PPh Pasal 4 ayat 2)
Biaya Promosi yang terutang Pajak
• Pemasangan iklan di Media (PPh Pasal 23)
• Pembayaran jasa event organizer (PPh Pasal 23)
• Pembayaran Jasa kepada Orang Pribadi (artis, pembicara,
hadiah)..PPh Pasal 21

Pengadaan barang-barang untuk promosi seperti kalender, mug, payung, pin, dll.
tidak terutang pemotongan pajak apapun
DAFTAR NOMINATIF BIAYA PROMOSI
Nama : …PT RS …
NPWP : …01.345.678.8-541.000
Alamat : …JL. ASEM 20, YOGYAKARTA…
Tahun Pajak : ..2013..
Pemotongan
DATA PENERIMA
PPh
No Nama NPWP Alamat Tgl Bentuk & Jml. Ket. Jml No.
Jenis Biaya Rp. PPh Bukpot
1. CV A 02…. Jl. ABC 2/1/10 Iklan media 10 jt -- 200 rb 8/I/10
2. PT C 01…. Jl. XYZ 3/2/10 Cetakan 12 jt -- -- --
3. ….dst

Wajib Pajak wajib membuat daftar nominatif atas pengeluaran Biaya


Promosi yang dikeluarkan kepada pihak lain.

Daftar nominatif tersebut dilaporkan sebagai lampiran saat Wajib Pajak


menyampaikan SPT. Tahunan PPh Badan.

Dalam hal ketentuan ini tidak dipenuhi, Biaya Promosi tidak dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto.
33
Biaya Perjamuan/Entertainment
SE-Dirjen Pajak No.27/PJ.22/1986 tanggal 13 Juni 1986

• Biaya "entertainment", representasi, jamuan dan sejenisnya untuk


mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan pada dasarnya dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (1) huruf a Undang-undang Pajak Penghasilan.
• Wajib Pajak harus dapat membuktikan, bahwa biaya-biaya tersebut telah
benar-benar dikeluarkan (formal) dan benar ada hubungannya dengan
kegiatan perusahaan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan perusahaan (materiil).
• Oleh karena itu, Wajib Pajak yang mengurangkan biaya-biaya tersebut dari
penghasilan brutonya, sejak tahun pajak 1986 agar melampirkan pada
Surat Pemberitahuan Tahunan daftar nominatif seperti terlampir yang
berisi :
– Nomor urut., Tanggal "entertainment”, Nama tempat , Alamat, Jenis
"entertainment”, Jumlah (Rp);
– Relasi usaha yang diberikan "entertainment“(- Nama, Posisi, Nama
perusahaan, Jenis usaha)
Biaya dalam bentuk Natura/Kenikmatan
Permenkeu No.83/PMK.03/2009 tanggal 22 April 2009:

• Pemberian natura dan kenikmatan yang dapat dikurangkan dari penghasilan


bruto pemberi kerja dan bukan merupakan penghasilan bagi Pegawai yang
menerimanya adalah :
a. Pemberian atau penyediaan makanan dan/atau minuman bagi seluruh
Pegawai yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.
- pemberian makanan dan/atau minuman yang disediakan oleh
pemberi kerja di tempat kerja, atau
- pemberian kupon makanan dan/atau minuman bagi Pegawai yang
karena sifat pekerjaannya tidak dapat memanfaatkan pemberian
makan ditempat kerja, meliputi Pegawai bagian pemasaran, bagian
transportasi, dan dinas luar lainnya.
Biaya dalam bentuk Natura/Kenikmatan
Lanjutan ………….

b. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan yang


diberikan berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah tertentu dalam
rangka menunjang kebijakan pemerintah untuk mendorong pembangunan di
daerah tersebut.
- sarana tempat tinggal, termasuk perumahan bagi Pegawai dan keluarganya;
- sarana pelayanan kesehatan;
- sarana pendidikan bagi Pegawai dan keluarganya;
- sarana peribadatan;
- sarana pengangkutan bagi Pegawai dan keluarganya;
- sarana olahraga bagi Pegawai dan keluarganya tidak termasuk golf, power
boating, pacuan kuda, dan terbang layang,
sepanjang sarana dan fasilitas tersebut tidak tersedia, sehingga pemberi kerja
harus menyediakannya sendiri.
Biaya dalam bentuk Natura/Kenikmatan
Lanjutan ………….

Daerah tertentu adalah daerah yang secara ekonomis mempunyai potensi


yang layak dikembangkan tetapi keadaan prasarana ekonomi pada umumnya
kurang memadai dan sulit dijangkau oleh transportasi umum, baik melalui
darat, laut maupun udara, sehingga untuk mengubah potensi ekonomi yang
tersedia menjadi kekuatan ekonomi yang nyata, penanam modal
menanggung risiko yang cukup tinggi dan masa pengembalian yang relatif
panjang, termasuk daerah perairan laut yang mempunyai kedalaman lebih
dari 50 (lima puluh) meter yang dasar lautnya memiliki cadangan mineral.

c. Pemberian natura dan kenikmatan yang merupakan keharusan dalam


pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana keselamatan kerja atau karena sifat
pekerjaan tersebut mengharuskannya.
Meliputi pakaian dan peralatan untuk keselamatan kerja, pakaian seragam
petugas keamanan (satpam), sarana antar jemput Pegawai, serta penginapan
untuk awak kapal, dan yang sejenisnya.
Aktiva Perusahaan yang Dikuasai Pegawai
SE-Dirjen Pajak No.09/PJ.42/2002 tanggal 17 Mei 2002

• Atas biaya perolehan atau pembelian telepon seluler yang dimiliki dan
dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau
pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% atas
penyusutan, pengisian ulang pulsa, dan perbaikannya.
• Atas biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar kendaraan sedan
atau yang sejenis yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai
tertentu karena jabatan atau pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya
perusahaan sebesar 50% atas penyusutan, biaya pemeliharaan atau perbaikan
rutin kendaraan dan pemakaian bahan bakarnya.
• Atas biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar kendaraan bus,
minibus, atau yang sejenis yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk
antar jemput para pegawai, dapat dibebankan seluruhnya sebagai biaya
perusahaan melalui penyusutan dan atas biaya pemeliharaan atau perbaikan
rutin kendaraan tersebut dapat dibebankan seluruhnya sebagai biaya rutin
perusahaan.
BIAYA KHUSUS UNTUK RUMAH SAKIT

Subsidi atau pembebanan biaya bagi pasien yang kurang mampu.

Dalam hal pasien yang kurang mampu diberikan pembebasan sebagian atau seluruh
biaya pelayanan kesehatan oleh yayasan organisasi yang sejenis yang bergerak di
bidang pelayanan kesehatan, maka subsidi tersebut dibukukan sebagai berikut :
• sejumlah bagian yang benar-benar di bayar oleh pasien merupakan penghasilan,
dan biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto adalah biaya-biaya
yang berhubungan langsung dengan usaha; atau
• sejumlah yang seharusnya diterima atau diperoleh yayasan merupakan
penghasilan, dan sejumlah subsidi (selisih antara yang seharusnya diterima
yayasan dengan yang benar-benar dibayar oleh pasien) merupakan tambahan
biaya.

Apabila yayasan memberikan subsidi sebagian atau seluruh biaya


pelayanan kesehatan kepada pasien yang kurang mampu yang dirawat di
rumah sakit yang bernaung di bawah yayasan lain, maka pengeluaran
subsidi dimaksud dapat ditambahkan sebagai biaya oleh yayasan yang
memberikan subsidi tersebut.

SE-34/PJ.4/1995 tanggal 4 Juli 1995


Non Deductible Expenses
Pasal 9 UU PPh:
a. pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun
seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian
sisa hasil usaha koperasi;
b. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan
pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota;
c. pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali
cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan sewa
guna usaha dengan hak opsi, cadangan untuk usaha asuransi,
dan cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan,
yang ketentuan dan syarat-syaratnya ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan;
d. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,
asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh
Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi
kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi
Wajib Pajak yang bersangkutan;
40
Pasal 9 UU PPh:
e. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau
jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan,
kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh
pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura
dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan dengan Keputusan
Menteri Keuangan;
f. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada
pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai
hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan yang dilakukan;
g. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan
huruf b, kecuali zakat atas penghasilan yang nyata-nyata
dibayarkan oleh Wajib Pajak orang pribadi pemeluk agama
Islam dan atau Wajib Pajak badan dalam negeri yang dimiliki
oleh pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
Pemerintah;
h. Pajak Penghasilan;
Pasal 9 UU PPh:
i. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan
pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya;
j. gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma,
atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas
saham;
k. sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta
sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan
pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan.

Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara


penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu)
tahun tidak dibolehkan untuk dibebankan sekaligus, melainkan
dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 atau Pasal 11A UU PPh.
(Pasal 9 ayat (2) UU PPh)
Pengurang Penghasilan Bruto
Biaya Penyusutan

Kelompok Harta Masa Tarif Penyusutan


Berwujud/ Tidak Manfaat
Berwujud
Garis Lurus Saldo Menurun

Bukan Bangunan dan


Harta Tidak Berwujud
Kelompok 1 4 thn 25 % 50 %
Kelompok 2 8 thn 12,5 % 25 %
Kelompok 3 16 thn 6,25 % 12,5 %
Kelompok 4 20 thn 5% 10 %
Bangunan
Permanen 20 thn 5% Tidak ada
Tidak Permanen 10 thn 10 % Tidak ada
PENYUSUTAN FISKAL
Akuntansi: Fiskal

- Metode: Boleh pilih - Metode: GL/SM

- Fixed Asset: All Depr. - Fixed Asset: 3M

- n bulan: Dibulatkan ke - n bulan: Dibulatkan ke atas


atas atau ke bawah - Masa Manfaat: ditetapkan
- Masa Manfaat: justifikasi - Materialitas: Tdk Kenal
- Materialitas - Residual Value: Tdk ada
- Residual Value: minimal - Taat Azas
Rp 1
- SM method, NSB akhir tahun
disusutkan sekaligus
- Kelompok: KMK 520/2000 jo
KMK 138/2002
KOMPENSASI KERUGIAN
Kompensasi 5 Tahun
Contoh:
PT ABC dalam tahun 2005 menderita kerugian fiskal
sebesar Rp 1.200.000.000,00. Dalam 5 (lima) tahun
berikutnya rugi laba fiskal PT ABC sebagai berikut:
• 2006 : laba fiskal Rp 200.000.000,00
• 2007 : rugi fiskal (Rp 300.000.000,00)
• 2008 : laba fiskal Rp N I H I L
• 2013 : laba fiskal Rp 100.000.000,00
• 2010 : laba fiskal Rp 800.000.000,00

Pasal 6 (2) UU PPh


Tahun Laba Kena Pajak Sisa Kompensasi u/
Thn berikutnya
2010 Laba 200 jt Rugi 2009 1.000 jt
Rugi 09 (200 jt)
PKP nihil

2011 Rugi 300 jt Sisa Rugi 2009 800 jt


Rugi 2011 300 jt
2012 Laba Nihil Sisa Rugi 2009 800 jt
Rugi 2011 300 jt
2013 Laba 100 jt Sisa Rugi 2009 700 jt
Rugi 09 (100 jt) Rugi 2011 300 jt
PKP nihil
2014 Laba 800 jt Rugi 2011 200 jt
Rugi 09 (700 jt)
Rugi 11 (100 jt)
PKP nihil
Tarif PPh Badan
Ketentuan Pasal 17 UU 36/2008:
 Tarif umum PPh Pasal 17 UU PPh untuk Wajib Pajak Badan
tahun pajak 2009 adalah 28% dan mulai tahun 2010
adalah 25%.

 Psl 17 ayat (2b): Wajib Pajak badan dalam negeri yang


berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit 40% (empat
puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang disetor
diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan memenuhi
persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif sebesar
5% (lima persen) lebih rendah daripada tarif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Dalam PP No. 81/PMK.03/2007 : ditambahkan syarat
kepemilikan saham publik adalah minimal 300 pihak.
FASILITAS PASAL 31E
Bagi WP Badan dengan Peredaran Bruto ≤ 50
Milyar
• pengurangan tarif sebesar 50% dengan syarat:
– WP badan DN;
– Omzet tidak lebih dari 50 Miliar
Diberikan hanya atas batasan Laba Kena Pajak yang berasal dari
peredaran usaha sampai dengan Rp 4.8 Miliar

Note: PKP = Penghasilan Kena Pajak


Contoh 1:
Peredaran bruto PT Y dalam tahun pajak 2013 sebesar
Rp4.500.000.000,00 dgn PKP sebesar Rp500.000.000,00
Penghitungan PPh yang terutang:
Seluruh PKP yang diperoleh dari peredaran bruto tersebut dikenai tarif
sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif Pajak Penghasilan badan
yang berlaku karena jumlah peredaran bruto PT Y tidak melebihi
Rp4.800.000.000,00.
Pajak Penghasilan yang terutang:
(50% x 25%) x Rp500.000.000,00 = Rp62.500.000,00
Contoh 2:
Peredaran bruto PT X dalam tahun pajak 2013 sebesar Rp30.000.000.000,00
dengan PKP sebesar Rp2.000.000.000,00.

Penghitungan PPh yang terutang:


1. Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang memperoleh
fasilitas:
(Rp4.800.000.000,00 : Rp30.000.000.000,00) x Rp2.000.000.000,00
= Rp320.000.000,00

2. Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak
memperoleh fasilitas:
Rp2.000.000.000,00 – Rp320.000.000,00 = Rp1.680.000.000,00

PPh yang terutang:


- (50% x 25%) x Rp320.000.000,00 = Rp 40.000.000,00
- 25% x Rp1.680.000.000,00 = Rp420.000.000,00
Jumlah PPh yang terutang = Rp460.000.000,00
PERATURAN PEMERINTAH 46 TAHUN 2013 tanggal 12 Juni 2013

Atas penghasilan dari usaha yang diterima Wajib Pajak


yang memiliki peredaran bruto tidak melebihi Rp 4,8
milyar dikenai Pajak Penghasilan bersifat final sebesar
1% dari Peredaran Bruto.

Ketentuan ini mulai berlaku 1 Juli 2013 dan mulai pembayaran


PPh Final paling lambat 15 Agustus 2013
PPh Final 1%
Peraturan Surat Edaran
PP Nomor. 46 Menteri Direktur Jenderal
Tahun 2013 Keuangan No 107 Pajak Nomor : SE
tahun 2013 - 42/PJ/2013

PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN


DARI USAHA YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH
WAJIB PAJAK YANG MEMILIKI PEREDARAN
BRUTO TERTENTU
PAJAK • Wajib Pajak yang memiliki peredaran
bruto tertentu, atas penghasilan

UMKM usahanya dikenai Pajak Penghasilan


yang bersifat final

WP PEREDARAN BRUTO
TERTENTU
Peredaran Bruto tidak
Wajib pajak tersebut adalah melebihi 4,8 milyar ( tidak
WP OP, WP badan, dan bukan termasuk penghasilan dari jasa
BUT sehubungan dengan pekerjaan
bebas )
dan
DEFINISI
PEREDARAN BRUTO
Peredaran bruto adalah penghasilan yang diterima
atau diperoleh dari kegiatan usaha sebelum
dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, meliputi :
1) Penghasilan yang dikenai Pajak Penghasilan
bersifat final;
2) Penghasilan yang dikenai Pajak Penghasilan
tidak bersifat final; dan
3) Penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak.

Dasar hukum: SE-66/PJ/2010 tanggal 24 Mei 2010


Laporan Laba Rugi:

Peredaran Bruto 4.500.000.000

Biaya Usaha 4.200.000.000

Laba Usaha 300.000.000

Penghasilan Luar Usaha 300.000.000

Biaya Luar Usaha (200.000.000)

Laba Bersih 400.000.000

Dasar hukum: SE-66/PJ/2010 tanggal 24 Mei 2010


DASAR PENGENAAN PAJAK

Pengenaan didasarkan pada peredaran bruto satu tahun dari tahun


pajak terakhir sebelum tahun pajak yang bersangkutan

Jika peredaran bruto kumulatif telah melebih 4,8m dalam suatu


bulan, tetap dikenakan tarif 1% sampai akhir tahun pajak

WP dengan Peredaran bruto lebih dari 4,8m dikenakan tarif sesuai


tarif pajak penghasilan secara umum
TARIF PAJAK
 1% x Dasar Pengenaan Pajak

Pajak Penghasilan terutang dihitung berdasarkan tarif 1% (satu


persen) dikalikan dengan dasar pengenaan pajak berupa
jumlah peredaran bruto setiap bulan, untuk
setiap tempat kegiatan usaha.
PERATURAN PEMERINTAH RI 23 TAHUN 2018

Tarif Khusus
Pajak Penghasilan
UMKM Indonesia
bagi UMKM
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia
Nomor 23 Tahun 2018
Tentang Pajak Penghasilan atas
Penghasilan dari Usaha yang Diterima
atau Diperoleh Wajib Pajak yang
Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
Pengganti PP 46 Tahun 2013
TUJUAN PP 23 TAHUN 2018

Mendorong peran Memberi kesempatan


serta masyarakat berkontribusi bagi negara
dalam kegiatan
ekonomi formal
Kemudahan dalam
melaksanakan
kewajiban perpajakan

Lebih memberikan
keadilan Pengetahuan tentang
manfaat pajak bagi
masyarakat meningkat
PERATURAN PEMERINTAH RI 23 TAHUN 2018

Tarif Khusus
Pajak Penghasilan
UMKM Indonesia
bagi UMKM
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia
Nomor 23 Tahun 2018
Tentang Pajak Penghasilan atas
Penghasilan dari Usaha yang Diterima
DARI OMSET atau Diperoleh Wajib Pajak yang
Memiliki Peredaran Bruto Tertentu

Pengganti PP 46 Tahun 2013


PEREDARAN BRUTO TERTENTU

Merupakan jumlah peredaran bruto dalam 1 (satu) tahun dari


tahun pajak terakhir sebelum tahun pajak bersangkutan,
yang ditentukan berdasarkan keseluruhan peredaran bruto
dari usaha, termasuk peredaran bruto dari cabang

Dalam hal WP Orang Pribadi suami istri yang menghendaki


perjanjian pemisahan harta dan penghasilan secara
tertulis (PH) atau isterinya menghendaki memilih untuk
menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya sendiri
(MT), peredaran bruto tertentu ditentukan berdasarkan
penggabungan peredaran bruto usaha dari
suami dan isteri
SUBJEK PAJAK PP 23 TAHUN 2018

Orang Pribadi
Jangka waktu 7 tahun

Badan Usaha , berbentuk:


PT, dengan jangka waktu 3 tahun
CV, Firma, & Koperasi, dengan jangka waktu 4 tahun

Jangka waktu dihitung, sejak:


WP Lama : Tahun Pajak PP berlaku
WP Baru : Tahun Pajak terdaftar
OP (PEKERJAAN BEBAS) TIDAK DIKENAI PP 23
TAHUN 2018
a b c f k
Tenaga ahli yang Pemain musik olahragawa Agen Distributor
perusahaan
n iklan
melakukan pekerjaan
bebas: Pembawa pemasaran
acara berjenjang
d g atau
Penyanyi penjualan
pengacara Penasihat Pengawas / langsung dan
Pelawak pengelola kegiatan
Pengajar proyek sejenis
akuntan
Bintang film lainnya

arsitek Bintang Pelatih h


sinetron
dokter Penceramah perantara
Bintang iklan
Penyuluh
konsultan Sutradara
i
moderator
notaris Kru film Petugas
e
penjaja
PPAT
Foto model barang
Peragawan/ Pengarang dagangan
penilai peragawati j
Pemain drama Peneliti
aktuaris
Agen
penerjema asuransi
Penari Pasal 2 ayat (4)
h
OP (PEKERJAAN BEBAS) TIDAK DIKENAI PP 23
TAHUN 2018
b
Pemain
musik

Mengajar untuk
dan atas nama
sendiri dan tidak
Dikecualik
terikat hubungan an dari PP
kerja 23

Memiliki usaha Bukan


kursus gitar dan termasuk
memperkerjakan pekerjaan bebas
orang lain yang dikecualikan
Andi pemain gitar
PP 23
OBJEK PAJAK PP 23 TAHUN 2018

Peredaran bruto Omzet ditotal dari


(omzet) setahun seluruh gerai/outlet,
Penghasilan tidak melebihi baik pusat atau
dari Rp 4,8Miliar cabang
USAHA*

*USAHA antara lain usaha dagang, industri, dan jasa, seperti


misalnya toko/kios/los kelontong, pakaian, elektronik, bengkel,
penjahit, warung/rumah makan, salon, dan usaha lainnya
DAMPAK PP-23 TERKAIT PENGHITUNGAN PPH
ORANG PRIBADI

PEKERJAAN KEGIATAN
KARYAWAN
BEBAS USAHA
Penghitungan PPh Penghitungan PPh Penghitungan PPh
menggunakan tarif menggunakan tarif menggunakan tarif sesuai
sesuai Pasal 17 UU PPh sesuai Pasal 17 UU PPh Pasal 17 UU PPh

Penghitungan PPh
menggunakan tarif final
sesuai PP 23 Tahun 2018

Jangka waktu tertentu pengenaan PPh Final Paling lama 7 (tujuh) Tahun Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi
DAMPAK PP-23 TERKAIT PENGHITUNGAN PPH
ORANG PRIBADI

PEKERJA PEKERJA
KARYA KARYAW KEGIATAN KEGIATAN
AN AN
WAN AN USAHA USAHA
BEBAS BEBAS
Penghitunga Penghitunga Penghitunga Penghitunga
Memilih tarif: Memilih tarif:
n PPh n PPh n PPh n PPh
• Pasal 17 UU • Pasal 17 UU
menggunaka menggunaka menggunaka menggunaka
PPh PPh
n tarif sesuai n tarif sesuai n tarif sesuai n tarif sesuai
• PP 23 Tahun • PP 23 Tahun
Pasal 17 UU Pasal 17 UU Pasal 17 UU Pasal 17 UU
2018 2018
PPh PPh PPh PPh

Jangka waktu tertentu pengenaan PPh Final Paling lama 7 (tujuh) Tahun Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi
DAMPAK PP-23 TERKAIT PENGHITUNGAN PPH
ORANG PRIBADI

KARYAWA
N + PEKERJAA
N BEBAS + KEGIATAN
USAHA
Penghitungan Penghitungan Memilih tarif:
PPh PPh • Pasal 17 UU
menggunakan menggunakan PPh
tarif sesuai tarif sesuai • PP 23 Tahun
Pasal 17 UU PPh Pasal 17 UU PPh 2018

Jangka waktu tertentu pengenaan PPh Final Paling lama 7 (tujuh) Tahun Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi
DAMPAK PP-23 TERKAIT PENGHITUNGAN PPH
BADAN

PERSEROAN KOPERASI, CV,


BADAN LAINNYA
TERBATAS FIRMA
Memilih tarif: Memilih tarif: Penghitungan PPh
• Pasal 17 UU PPh • Pasal 17 UU PPh menggunakan tarif sesuai
• PP 23 Tahun 2018 • PP 23 Tahun 2018 Pasal 17 UU PPh
TIDAK DIKENAI PP 23 TAHUN 2018

1 WP yang memilih untuk dikenai PPh Pasal 17


(Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan ke KPP dan pada Tahun
Pajak-Tahun Pajak berikutnya terus menggunakan Tarif PPh Pasal 17)

2 WP Badan yang memperoleh fasilitas PPh


Pasal 31A UU PPh atau PP 94 Tahun 2010

3 BUT

4 CV atau Firma yang:




dibentuk oleh beberapa WP OP yang memiliki keahlian
khusus; dan
menyerahkan jasa sejenis dengan jasa sehubungan
dengan pekerjaan bebas
BUKAN OBJEK PP 23 TAHUN 2018

1
Penghasilan dari jasa sehubungan dengan Pekerjaan Bebas
Misalnya: dokter, advokat/pengacara, akuntan, notaris,PPAT, arsitek, pemain musik,
pembawa acara, dll

2 Penghasilan di Luar Negeri

3
Penghasilan yang dikenai PPh Final
Misal: sewa rumah, jasa konstruksi, PPh usaha migas,
dan lainnya yang diatur berdasarkan PP

4 Penghasilan
objek pajak
yang dikecualikan sebagai

Anda mungkin juga menyukai