Anda di halaman 1dari 54

PAJAK PENGHASILAN Badan

FAUZAN MISRA
Definisi BADAN
Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal
yang merupakan kesatuan baik yang melakukan
usaha maupun tidak melakukan usaha

PT, CV, perseroan lainnya, BUMN/D dengan nama dan


dalam bentuk apapun, Fa, Kongsi, Koperasi, Dana
Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan, Ormas,
Orsospol, atau Organisasi yang sejenis, Lembaga,
Bentuk usaha tetap dan Bentuk badan lainnya
termasuk reksadana
SUBYEK PAJAK BADAN

DALAM NEGERI: LUAR NEGERI

Badan didirikan di Badan yg tdk didirikan


Indonesia atau bertempat atau bertempat kedudukan
kedudukan di Indonesia di Indonesia

MENJALANKAN USAHA/
KEGIATAN MELALUI BUT DI IND
MENERIMA / MEMPEROLEH
PENGHASILAN DARI INDONESIA
TANPA MELALUI BUT
Bentuk Usaha Tetap

• Bentuk usaha yang dipergunakan oleh Subjek


Pajak OP LN dan SP Badan DN
• Untuk menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan (pekerjaan bebas) di Indonesia
Bukan Subyek Pajak Badan
BADAN PERWAKILAN NEGARA ASING;

ORGANISASI INTERNASIONAL;
YANG DITETAPKAN OLEH MENKEU DGN SYARAT INDONESIA
MENJADI ANGGOTANYA DAN TDK MENJALANKAN USAHA /
KEGIATAN LAIN UNTUK MEMPEROLEH PENGHASILAN DARI
INDONESIA SELAIN PEMBERIAN PINJAMAN KPD
PEMERINTAH YG DANANYA BERASAL DARI IURAN PARA
ANGGOTA

UNIT TERTENTU DARI BADAN PEMERINTAH dg syarat:


Dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Dibiayai dengan dana yang bersumber dari APBN atau APBD;
Penerimaan lembaga tersebut dimasukkan dalam anggaran Pemerintah
Pusat atau Daerah;
Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara
KONSEP PENGHASILAN

• Penghasilan yang bukan objek pajak, pengertiannya terbatas


yang diatur dalam pasal 4 ayat (3) UU PPh
• Penghasilan yang merupakan objek pajak yang dikenakan PPh
Final, pengertiannya terbatas yang diatur dalam pasal 4 ayat
(2) UU PPh, dan diatur dengan PP;
• Penghasilan yang merupakan objek pajak (Pasal 4 ayat (1) UU
PPh) yang dikenakan tarif umum atau tidak final,
pengertiannya semua penghasilan selain 2 di atas
Sumber Penghasilan neto
(sebagai obyek PPh)

Dari Usaha pokok/Core Business,


modal/Investasi dan penghasilan
lain-lain/other/extraordinary
Setelah dikurangi Deductible Expenses
Dari dalam dan luar negeri, kecuali rugi di luar
negeri
Selain yang bukan obyek PPh dan telah
dikenakan PPh Final
OBJEK PAJAK
Non final (PPh Pasal 4 (1)

Laba usaha
Royalti, Sewa dan penghasilan lain sehubungan penggunaan harta

Keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta termasuk :


1. keuntungan krn pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya
sbg pengganti saham/penyertaan modal;
2. keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya krn
pengalihan harta kpd pemegang saham, sekutu atau anggota;
3. keuntungan krn likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau
pengambilalihan usaha;
4. keuntungan krn pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kec. yang
diberikan kpd keluarga sedarah dlm garis keturunan lurus satu derajat, dan badan
keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk
koperasi yg ditetapkan oleh Menkeu, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yg bersangkutan
OBJEK PAJAK
Non final

Dividen, dgn nama dan dlm bentuk apapun, termasuk


dividen dari perusahaan asuransi kpd pemegang polis, dan
pembagian SHU koperasi
Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan krn jaminan pengembalian
utang
Hadiah dari pekerjaan/kegiatan dan penghargaan
Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah
dibebankan sebagai biaya
Keuntungan krn pembebasan utang, kecuali sampai dgn
jumlah tertentu ditetapkan dgn PP (PP No.130 Tahun 2000)
Keuntungan krn selisih kurs mata uang asing,
Premi asuransi termasuk reasuransi
iuran yg diterima atau diperoleh perkumpulan dari
anggotanya yg terdiri dari WP yg menjalankan usaha /
pekerjaan bebas,
tambahan kekayaan neto yg berasal dari penghasilan yg
belum dikenakan pajak.
Penghasilan Obyek PPh FINAL
1. PENGHASILAN DARI TRANSAKSI PENJUALAN
PP No. 14 TAHUN 1997
SAHAM DI BURSA EFEK (0,1% dan 0,5%)
2. PENGHASILAN DARI HADIAH UNDIAN
PP No. 132 TAHUN 2000
(25 % X BRUTO)
3. PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK PP No. 71 TAHUN 2008,
PMK NO. 243/PMK.03/
ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN 2008 , ->
(2.5 % X NILAI PENGALIHAN) PP 47 atau 49 Tahun 2016)

4. PENGHASILAN DARI BUNGA DEPOSITO DAN


PP No. 131 TAHUN 2000
TABUNGAN SERTA DISKONTO SBI (20 % X BRUTO)

5. PENGHASILAN DARI PERSEWAAN TANAH


PP No. 5 TAHUN 2002
DAN/ATAU BANGUNAN (10 % X BRUTO)

6. PENGHASILAN BERUPA OBLIGASI YG DIPERDAGANG


PP No. 16 TAHUN 2009
KAN DI BURSA EFEK ( 15 %)
7. PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI
DAN JASA KONSULTAN (Tergantung Kualifikasi: PP No. 51 TAHUN 2008
2%,3%,4%,6%)
Penghasilan yang bukan obyek pajak antara lain:

1. Bantuan/sumbangan termasuk zakat dan harta hibahan


2. Dividen/bagian laba dari penyertaan modal pada badan
usaha di Indonesia; yang diterima atau diperoleh PT,
koperasi, BUMN/BUMD dari penyertaan modal pada badan
usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia
yang memenuhi syarat
3. Harta termasuk setoran tunai sebagai pengganti saham atau
penyertaan modal
4. Iuran dan Penghasilan tertentu yang diterima dana pensiun
5. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan
reksadana selama 5 tahun pertama sejak pendirian
perusahaan atau pemberian ijin usaha
6. Bagian laba anggota yang diterima perusahaan modal
ventura dari badan pasangan usaha
KONSEP BEBAN
• Biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
(sesuai Pasal 6 UU PPh)
• Biaya yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto (non-deductible expense), sesuai pasal 9 UU PPh
• Biaya yang merupakan objek pemotongan PPh Pasal
21,22, 23, 26 dan 4 (2) Final maupun yang bukan.
• Pengeluaran dan biaya yang tidak dapat dikurangkan
dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak menurut PP
No. 138/2000
• Biaya kategori deductible & nondeductible lain berdasar
peraturan pelaksanaan ketentuan Undang-undang
Perpajakan
Biaya yg dapat dikurangkan

1. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan


memelihara penghasilan (yang merupakan obyek
PPh non final) termasuk:
Biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan
pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium,
bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam
bentuk uang, bunga, sewa, royalti, biaya perjalanan,
biaya pengolahan limbah, premi asuransi, biaya
administrasi, dan pajak kecuali PPh.
Biaya harus valid, reliable dan wajar
2. Penyusutan dan amortisasi (metode penyusutan
harus sesuai dg pasal 11 & 11A)
Biaya yg dapat dikurangkan
3. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan
4. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang
dimiliki untuk kegiatan/usaha perusahaan
5. Kerugian dari selisih kurs mata uang asing
• Apabila WP membukukan transaksi ybs dengan kurs
tetap, maka selisih kurs diakui pada saat terjadinya
realisasi pembayaran
• Apabila WP membukukan transaksi ybs dengan kurs
tengah BI, maka selisih kurs diakui pada akhir tahun
Biaya yg dapat dikurangkan

6. Biaya litbang perusahaan yang dilakukan di Indonesia

7. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan

8. Cadangan Piutang tak tertagih untuk perbankan dan SGU


hak Opsi, cadangan premi asuransi,dan cadangan biaya
reklamasi untuk pertambangan

9. Sumbangan tertentu: lembaga GNOTA (SE-33/PJ.421/1996,


Bencana Tsunami (PMK-604/2004)
Biaya yg dapat dikurangkan
10. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan
pekerjaan/jasa yang diberikan dalam bentuk natura
dan kenikmatan tertentu yaitu:
Penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh
pegawai; Penggantian atau imbalan dalam bentuk
natura dan kenikmatan di daerah tertentu; dan
Yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan
11. Harta hibahan dengan syarat tertentu
12. Zakat atas Penghasilan
13. Biaya pulsa handphone dan perbaikannya sebesar
50% Non Deductible
14. Biaya pemeliharaan dan perbaikan rutin kendaraan
sedan dan sejenisnya sebesar 50% Deductible
Biaya yg dapat dikurangkan
15. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih,
dengan syarat:
 Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan
laba rugi komersil
 Telah diserahkan perkara penagihannya kepada
Pengadilan Negeri atau Badan Urusan Piutang dan
Lelang Negara atau adanya perjanjian tertulis
mengenai penghapusan piutang antara kreditur
dan debitur
 Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau
khusus
 Wajib pajak harus menyerahkan daftar piutang tak
tertagih kepada Dirjen Pajak
Biaya yg Tidak Dapat Dibebankan

1. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk


apa pun
2. Biaya yang dibebankan/dikeluarkan untuk
kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu,
atau anggota
3. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan,
dengan pengecualian ttt.
4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan
pekerjaan/jasa yang diberikan dalam bentuk
natura dan kenikmatan, dengan pengecualian
ttt.
Biaya yg Tidak Dapat Dibebankan

5. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan


kepada pemegang saham atau kepada pihak yang
mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan
6. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan
warisan
7. Pajak penghasilan
8. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan,
firma, atau CV yang modalnya tidak terbagi atas saham
9. Sanksi administrasi yang berkenaan dengan pelaksanaan
perundang-undangan di bidang perpajakan
Biaya yg Tdk Dapat Dibebankan

Pasal 10 (6)
• Selisih lebih penilaian harga pokok
penjualan yang menggunakan metode
LIFO (Last In First Out)
Biaya yg Tdk Dapat Dibebankan
PP No 138 Tahun 2000
Pasal 4
• Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan:
– Yang bukan objek pajak
– Yang pengenaan pajaknya bersifat final
– Yang dikenakan pajak berdasarkan deemed profit atau norma
penghitungan penghasilan neto dan norma khusus
• PPh yang ditanggung oleh pemberi penghasilan, kecuali:
PPh pasal 26, tetapi tidak termasuk dividen, sepanjang
PPh tsb ditambahkan dalam penghitungan dasar untuk
pemotongan pajak
– Contoh: PPh pasal 26: 20% x 100/80 x Fee (boleh dibiayakan)
Biaya yg Tdk Dapat Dibebankan
PP No 138 Tahun 2000
Pasal 4
• Kerugian dari harta atau utang yang tidak dimiliki dan
tidak dipergunakan dalam usaha atau kegiatan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
yang merupakan objek pajak
– Contoh: Perusahan mempunyai vila di puncak
• Dijual = Rugi, tidak dapat dibiayakan
• Dijual = untung, menjadi objek pajak
Pasal 5
• Nilai sisa buku harta yang dialihkan kepada pegawainya
Biaya yg Tdk Dapat Dibebankan
SE Dirjen Pajak No 20/PJ.42/1994
• Bunga pinjaman selama masa konstruksi yang tidak
dikapitalisir menjadi komponen harga pokok atau harga
perolehan aset.
• Contoh : pembangunan gedung

Kep. Dirjen Pajak No 220/PJ/2002


• 50% dari biaya pemakaian telepon seluler yang meliputi
beban penyusutan, biaya berlangganan/pengisian ulang
pulsa perbaikan
• 50% dari biaya pemakaian kendaraan sedan, yang meliputi
beban penyusutan dan biaya pemeliharaan / perbaikan
rutin
Biaya yg Tdk Dapat Dibebankan

SE Dirjen Pajak No 27/PJ.42/1986


• Biaya entertainment/jamuan dan sejenisnya sepanjang
tidak ada hubungannya dengan kegiatan usaha WP dan
tidak dibuatkan daftar nominatif dan dilampirkan pada
SPT tahunan PPh

SE Dirjen Pajak No 46/PJ.4/1995


• Bunga pinjaman seluruhnya, apabila rata-rata pinjaman
sama besar atau lebih kecil dibandingkan rata-rata
deposito / tabungan
• Bunga pinjaman sebagian, apabila rata-rata pinjaman
lebih besar dibandingkan rata-rata deposito
SE-46/PJ.4/1995 tgl 5/10/1995
• Contoh penghitungan biaya bunga
Rincian Saldo Pinjaman Bank
Pokok Pinjaman Tingkat Bunga Masa Pinjaman Jumlah Pinjaman

0 15% Jan 0

125 M 15% Feb s.d Mei 500 M

150 M 15% Juni s.d. Juli 300 M

200 M 15% Agt s.d. Des 1.000 M

Jumlah Saldo Pinjaman 1.800 M

Rata-rata Saldo Pinjaman/bulan (1.800/12) 150 M


Rincian saldo Deposito/tabungan

Saldo Deposito Tingkat Bunga Masa Deposito Jumlah Deposito

0 9% Jan 0

25 M 9% Feb s.d Mar 50 M

46 M 9% Apr s.d. Agt 230 M

50 M 9% Sep s.d. Des 200 M

Jumlah 480 M

Saldo Rata-rata Deposito 40 M

Biaya bunga yang dapat dibebankan:


15% x (150 M – 40 M) = Rp 16,5 M
PENYUSUTAN
&
AMORTISASI
PENYUSUTAN (Pasal 11 UU PPh)

 Adalah mekanisme pembebanan atas pengeluaran yg masa


manfaatnya lebih dari 1 (satu) th yg berkaitan dengan aktiva
tetap berwujud.
 Contoh Pengeluaran yang dapat disusutkan secara fiskal
adalah pengeluaran untuk pembelian, pendirian,
penambahan, perbaikan, dan perubahan harta berwujud.
 Penentuan harga perolehan disamping nilai pembelian
dimasukkan juga biaya-biaya perolehan : bea impor, Pajak
Masukan yang tidak dapat dikreditkan, setiap biaya yang
dapat diatribusikan secara langsung sampai aktiva siap
digunakan, termasuk : Initial delivery, installation cost, biaya
persiapan tempat, biaya profesional (arsitek, insinyur dsb),
sedang potongan harga/rabat mengurangi harga perolehan.
HARTA YG DAPAT DISUSUTKAN
• Harta yang dimiliki dan digunakan untuk
mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan yang masa manfaatnya lebih dari satu
tahun, kecuali tanah.
• Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh
dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih
dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan,
tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka
kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa
manfaat lebih dari satu tahun
HARTA YG TDK DAPAT DISUSUTKAN
• Tanah, termasuk HGB, HGU, Hak Pakai untuk pertama kalinya. Kecuali
nilainya berkurang dalam pemakaian. Sama dengan akuntansi.
• Harta berwujud yang menurut akuntansi dapat disusutkan, tetapi menurut
PPh tidak dapat disusutkan adalah ;
1. Aktiva yang merupakan natura dan kenikmatan bagi pegawai (rumah dinas),
kecuali:
– Hand Phone dan Sedan (dinas) bisa disusutkan dengan pengakuan 50%
dari Harga Perolehannya
– Kendaraan u/ antar jemput pegawai
2. Aktiva yang masih status SGU (leasing) dengan Hak Opsi - Sewa
Pembiayaan (Financial Lease)
3. Harta yang dimiliki WP yang tidak digunakan untuk 3 M penghasilan obyek
PPh. Apabila dijual laba (rugi) dihitung berdasarkan harga jual dikurangi
harga perolehan :
- laba merupakan obyek pajak
- rugi, tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.
Tabel Penyusutan Fiskal
.
KEL. HARTA MASA TARIF PENYUSUTAN
BERWUJUD MAN- GARIS LURUS SALDO MENURUN
FAAT

1. BUKAN
BANGUNAN
- KELOMPOK 1 4 THN 25 % 50 %
- KELOMPOK 2 8 THN 12,5 % 25 %
- KELOMPOK 3 16 THN 6,25 % 12,5 %
- KELOMPOK 4 20 THN 5 % 10 %

2. BANGUNAN
PERMANEN 20 THN 5 %
TDK PERMANEN 10 THN 10 %
Langkah-langkah Menghitung Penyusutan Fiskal

• Tentukan Masa manfaat aktiva (kelompok aktiva) dengan


menggunakan Keputusan Menteri Keuangan No.
138/KMK.04/2002.
• Tarif penyusutan dan masa manfaat masing-masing aktiva
diketahui.
• Hitung biaya penyusutan tahun tersebut = Tarif x Dasar
Penyusutan
• Dasar penyusutan adalah sebagai berikut, untuk metode
garis lurus adalah Harga Perolehan, sedang Untuk Saldo
Menurun adalah NSBF Akhir Tahun Sebelumnya.
Langkah-langkah Menghitung Penyusutan Fiskal 2
• Penyusutan menurut fiskal tidak mengenal nilai residu.
• Penyusutan aktiva diperinci per individu dan untuk
peralatan yang kecil-kecil (Small Tools) boleh
digabungkan.
• Saat dimulai penyusutan adalah bulan diperoleh atau
terjadi pengeluaran atau bulan selesainya aktiva
dibuat/dibangun. Tetapi dengan seijin Direktorat
Jendral Pajak boleh menyusutkan pada saat aktiva
tersebut sudah memperoleh penghasilan atau
digunakan.
• Sebelum 1 Jan 2001 pendekatan yang dipakai tahun
penuh……..
AMORTISASI
Pasal 11A ayat (1)

METODE METODE
GARIS LURUS SALDO
MENURUN

PADA AKHIR
MASA MANFAAT
DIAMORTISASI
SEKALIGUS
(CLOSED ENDED)
Tabel Amortisasi Fiskal
.
KEL. HARTA MASA TARIF AMORTISASI
BERWUJUD MAN- GARIS LURUS SALDO MENURUN
FAAT

- KELOMPOK 1 4 THN 25 % 50 %
- KELOMPOK 2 8 THN 12,5 % 25 %
- KELOMPOK 3 16 THN 6,25 % 12,5 %
- KELOMPOK 4 20 THN 5 % 10 %
MASA MANFAAT DAN TARIF AMORTISASI
TERTENTU

TARIF BERDASARKAN
1. BIAYA PENDIRIAN KELOMPOK HARTA ATAU
DIBEBANKAN SEKALIGUS
2. BIAYA PERLUASAN MODAL
PADA TAHUN TERJADINYA
PENGELUARAN

PENGELUARAN UNTUK METODE SATUAN


MEMPEROLEH HAK PRODUKSI
PENAMBANGAN MIGAS

1. HAK PENAMBANGAN SELAIN MIGAS METODE


2. HAK PENGUSAHAAN HUTAN SATUAN PRODUKSI
3. HAK PENGUSAHAAN SUMBER SETINGGI-TINGGINYA
DAN HASIL ALAM LAINNYA 20 % SETAHUN

PENGELUARAN SEBELUM OPERASI TARIF BERDASARKAN


KOMERSIL YANG KELOMPOK HARTA
MASA MANFAAT > 1 TAHUN
CONTOH #1:

PENGELUARAN UNTUK MEMPEROLEH :


- HAK PENAMBANGAN SELAIN MINYAK DAN GAS BUMI
- HAK PENGUSAHAAN HUTAN ATAU HASIL ALAM
LAINNYA
- HAK PENGUSAHAAN HASIL LAUT

CONTOH :
• PENGELUARAN UNTUK HAK PENGUSAHAAN HUTAN Rp
500.000.000,00.
• POTENSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN 10.000.000 TON KAYU
• JIKA DALAM SATU THN PAJAK JML PRODUKSI 3.000.000 TON KAYU
YG BERARTI 30 % DARI POTENSI YG ADA,
• AMORTISASI YG DIPERKENANKAN UTK DIKURANGKAN DARI
PENGHASILAN BRUTO PD TAHUN TSB SEBESAR 20 % (JUMLAH
MAKSIMUM) DARI PENGELUARAN ATAU Rp 100.000.000,00
Menghitung PPh Badan
PPh terutang = Tarif Pasal 17 x PKP
PKP = Laba bersih Fiskal – Kompensasi Kerugian

P TARIF PPh BAGI WP BADAN DN ADALAH 28% DAN


25% MULAI TAHUN 2010,
KECUALI UNTUK BADAN SESUAI DENGAN PASAL 17 AYAT 2
KETENTUAN PASAL 31E (50% x Tarif Berlaku)
CONTOH PENERAPAN
TARIF PPh BAGI WAJIB PAJAK
BADAN DN

JUMLAH PKP Rp 400.000.000


PPh TERUTANG : Text Tex
t
28% X Rp 400.000.000 = Rp 112.000.000
CONTOH PENERAPAN
TARIF PPh BAGI WAJIB PAJAK
BADAN DN

07/09/2023 40
Menghitung PKP bagi Badan
+/+ Penghasilan Neto Fiskal
-/- Kompensasi Rugi

Apa bedanya dengan PKP untuk


Orang Pribadi?
KOMPENSASI RUGI

Yang dimaksud dengan Kompensasi Rugi adalah:


KERUGIAN FISKAL SUATU TAHUN PAJAK
DAPAT DIKOMPENSASIKAN DENGAN
PENGHASILAN MULAI TAHUN PAJAK
BERIKUTNYA BERTURUT-TURUT SAMPAI
DENGAN 5 (LIMA) TAHUN
Kecuali Penanaman Modal pada Bidang Usaha /
Daerah Tertentu paling lama 10 tahun
Contoh Kompensasi Rugi:
Dalam tahun 2000 PT. X menderita Rugi Fiskal sebesar Rp 1,2 Milyar. Dalam 5
tahun berikutnya laba (rugi) fiskal PT. X sbb :
2001 : Rp 200.000.000 2004 : Rp 100.000.000
2002 : (Rp 300.000.000) 2005 : Rp 800.000.000
2003 : N I H I L 2006 : Rp 500.000.000

Kompensasi kerugian dilakukan sbb :


Rugi fiskal Thn 2000 (Rp 1.200.000.000,00)
Laba fiskal Thn 2001 Rp 200.000.000,00(+)
Sisa rugi fiskal Thn 2000 (Rp 1.000.000.000,00)
Rugi fiskal Thn 2002 (Rp 300.000.000,00)
Sisa rugi fiskal Thn 2000 (Rp 1.000.000.000,00)
Laba fiskal Thn 2003 N I H I L (+)
Sisa rugi fiskal Thn 2000 (Rp 1.000.000.000,00)
Laba fiskal Thn 2004 Rp 100.000.000,00(+)
Sisa rugi fiskal Thn 2000 (Rp 900.000.000,00)
Laba fiskal Thn 2005 Rp 800.000.000,00
Sisa rugi fiskal Thn 2000 (Rp 100.000.000,00) TIDAK BISA DIKOMPENSASIKAN
DENGAN LABA FISKAL THN 2006
Rugi fiskal Thn 2002 (Rp 300.000.000,00)
Laba fiskal Thn 2006 Rp 500.000.000,00 (+)
Laba Kena Pajak Thn 2006 Rp 200.000.000,00
Kewajiban dan Ketentuan Pembukuan (Pasal
28 UU KUP)

1. Pembukuan atau pencatatan haruslah diselenggarakan dengan


memperhatikan I’tikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan
usaha yang sebenarnya.
2. Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia dengan
menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata uang rupiah, dan
disusun dalam bahasa indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan
menkeu.
3. Pembukuan diselenggaran dengan prinsip taat asas dan stelsel akrual
atau stelsel kas.
Prinsip taat asas dapat diterapkan dalam:
• Pengakuan Penghasilan
• Tahun Buku
• Metode Perubahan Persediaan
• Metode Penyusutan dan Amortisasi.
4. Perubahan yang terjadi terhadap metode pembukuan
dan/atau tahun buku harus mendapat persetujuan Dirjen
Pajak.
5. Pembukuan yang diselenggarakan sekurang-kurangnya
mengenai aset, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya,
serta penjualan dan pembelian, sehingga dapat dihitung
besarnya pajak yang terutang.
6. Buku-buku, catatan, dokumen, yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain wajib
disimpan selama 5 tahun, selaras dengan kadaluarsa
penetapan.
Pengecualian dan Sanksi dari Kewajiban Pembukuan

• Pengecualian bagi WPOP yang melakukan kegiatan usaha atau


pekerjaan bebas yang menurut peraturan perundang-undangan
perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilan netto dengan
menggunakan norma perhitungan penghasilan netto dan WPOP yang
tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
• Sanksi (pasal 39 UU KUP):
1. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau
dipalsukan seoleh-oleh benar, atau
2. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tidak memperlihatkan
atau tidak meminjamkan buku, catatan atau dokumen lainnya,

Sehingga menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, diancam dengan


pidana penjara selama-lamanya 6 (enam) tahun dan denda setinggi-tingginya 4
(empat) kali lipat jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar.
Proses Pembukuan:
Laporan Keuangan Lapkeu Fiskal

Rekonsiliasi
Fiskal Berdasar UU
Pajak dan
Berdasar PSAK peraturan

Neraca, L/R, Arus


Kas, Ekuitas, dll Laba /Penghasilan
Neto Fiskal
REKONSILIASI FISKAL

Rekonsiliasi (koreksi) fiskal adalah proses


penyesuaian atas laporan keuangan komersial (laba
komersial) yang berbeda secara prisip atau metode
dengan ketentuan fiskal untuk menyajikan dan/atau
menghasilkan penghasilan neto / laba yang sesuai
dengan ketentuan pajak.
Perbedaan Prinsip
1. Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan sedangkan
menurut ketentuan PPh bukan penghasilan, atau sebaliknya.
2. Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan, sedangkan
menurut ketentuan PPh telah dikenakan PPh yang bersifat final.
3. Menurut akuntansi komersial merupakan beban sedangkan menurut
ketentuan PPh tidak dapat dibebankan dan sebaliknya misalnya:
– Biaya-biaya 3M penghasilan yang bukan obyek pajak atau pengenaan
pajaknya bersifat final.
– Penggantian/imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan.
– Sanksi perpajakan berupa bunga, denda, dan kenaikan.
– Biaya-biaya yang tidak memenuhi syarat-syarat (daftar nominatif biaya
entertainment, daftar nominatif atas peghapusan piutang).
Beda Metode
Perbedaan metode yang digunakan antara
akuntansi komersial dengan ketentuan
fiskal, misalnya ;
·         Metode penyusutan
·         Metode penilaian persediaan
·         Penyisihan piutang tak tertagih
·         Rugi-laba selisih kurs
KREDIT PAJAK BAGI
WP BADAN DALAM NEGERI DAN BUT

PEMUNGUTAN PPh DARI KEGIATAN DI BIDANG IMPOR


PASAL 22 ATAU KEGIATAN USAHA DI BIDANG LAIN

PEMOTONGAN PPh DARI


DIVIDEN,BUNGA,ROYALTI,SEWA,
PASAL 23
HADIAH DAN PENGHARGAAN,
DAN IMBALAN LAIN

PAJAK YG DIBAYAR ATAU TERUTANG ATAS


PASAL 24 PENGHASILAN DARI LUAR NEGERI YANG BOLEH
DIKREDITKAN

PASAL 25 PEMBAYARAN YG DILAKUKAN OLEH WAJIB PAJAK


SENDIRI

PASAL 26 PEMOTONGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN SP LN YG


AYAT (5) MENJADI SP DN (TDK BERSIFAT FINAL)

TIDAK BOLEH SANKSI ADMINISTRASI BERUPA


BUNGA, DENDA DAN KENAIKAN
DIKREDITKAN
SERTA SANKSI PIDANA BERUPA DENDA
Kredit PPh Pasal 24
PPh DI LUAR NEGERI ATAS PENGHASILAN DARI LUAR NEGERI
BOLEH DIKREDITKAN DENGAN PPh YANG TERUTANG DLM THN
PAJAK YANG SAMA SEBESAR YANG TERKECIL ANTARA:

PAJAK PENGHASILAN YANG


DIBAYAR/TERUTANG DI LUAR NEGERI

Jumlah Penghasilan Dari LN


Penghasilan Kena Pajak X Total PPh terutang

Total PPh Terutang

KPLN DIHITUNG PER NEGARA ASAL


PENGHASILAN
PPh Pasal 25

LIHAT KETENTUAN PPh PASAL 25 u/ ORANG PRIBADI

UNTUK WP BARU BERDASAR PPh ATAS PENGHASILAN NETO SEBULAN


YANG DISETAHUNKAN

UNTUK WP BANK DAN SGU DENGAN HAK OPSI BERDASARKAN


LAPORAN TRIWULAN

UNTUK BUMN-BUMD BERDASARKAN RKAP


PPh Pasal 25

Besarnya PPh Pasal 25 untuk bulan-bulan sebelum batas waktu


penyampaian SPT Tahunan PPh adalah sama dengan besarnya
angsuran PPh untuk bulan terakhir tahun pajak yang lalu.

Apabila terdapat kompensasi rugi, maka penghasilan neto sebagai dasar


Perhit. PPh Pasal 25 Tahun Pajak berikutnya dihitung atas dasar pengh.
neto dengan memperhitungkan sisa rugi yang belum dikompensasi
Apabila terdapat penghasilan tidak teratur dalam Tahun Pajak ybs,
maka angsuran bulanan PPh Pasal 25 dihitung berdasarkan penghasilan neto
seluruhnya dikurangi dengan penghasilan tidak teratur.
Apabila dalam tahun berjalan diterbitkan SKP untuk tahun pajak yang lalu,
maka PPh Pasal 25 dihitung berdasarkan surat ketetapan pajak tersebut, &
berlaku mulai bulan berikutnya setelah diterbitkannya SKP

Apabila terjadiperubahan keadaan usaha/kegiatan wajib pajak (penurunan


atau peningkatan usaha).

Anda mungkin juga menyukai