Anda di halaman 1dari 21

A.

Pengertian PPN dan PPnBM


1. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
PPN adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi barang kena pajak atau jasa kena
pajak di dalam daerah pabean (dalam wilayah Indonesia). Daerah Pabean adalah
wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang
udara diatasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan
landas kontinen yang didalamnya berlaku Undang undang yang mengatur
mengenai kepabeanan. Orang pribadi, Perusahaan maupun pemerintah yang
mengkonsumsi Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak dikenakan PPN.
2. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
PPN-Bm adalah pajak yang dikenakan terhadap penyerahan atau impor barang
barang berwujud yang tergolong mewah. PPN-Bm hanya dikenakan satu kali pada
sumbernya dan tidak dapat di kreditkan. Selain dikenakan PPN, atas
pengkonsumsian barang kena pajak tertentu yang tergolong mewah, juga
dikenakan PPnBM. Yang dimaksud dengan Barang Kena Pajak yang tergolong
mewah adalah:
- Barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok; atau
- Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu; atau
- Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan
tinggi; atau
- Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status.
B. Objek Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
(PPn BM)
1. Objek Pajak Pertambahan Nilai
PPN dikenakan atas:
- Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
-

pengusaha;
Impor Barang Kena Pajak
Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh

pengusaha;
Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daearah Pabean di

dalam Daerah Pabean;


Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah

Pabean
- Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak
- Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak; dan
- Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak
2. Objek Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPn BM)
Dengan pertimbangan bahwa:
Page | 1

Perlu keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang berpenghasilan

rendah dan konsumen yang berpenghasilan tinggi


Perlu adanya pengendalian pola konsumsi atas BKP yang tergolong mewah
Perlu adanya perlindungan terhadap produsen kecil tradisional
Perlu untuk mengamankan penerimaan Negara
Maka atas penyerahann BKP yang tergolong Mewah oleh produsen atau impor

BKP yang tergolong mewah, disamping dikenakan Pajak Pertambahan Nilai


(PPN) juga dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM). Batasan
suatu termasuk BKP yang tergolong mewah adalah:
Barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok
Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu
Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat yang

berpenghasilan tinggi
Barang tersebut untuk menunjukkan status

PPn BM merupakan pungutan tambahan disamping PPN. PPn BM hanya


dikenakan satu kali pada waktu penyerhan BKP yang tergolong mewah oleh
pengusaha yang menghasilkan atau pada waktu impor BKP yang tergolong
mewah.
C. OBJEK PAJAK DAN YANG DIKECUALIKAN
Objek PPN yang dikecualikan
Barang dalam kelompok sebagai berikut:
- Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari
-

sumbernya;
Barang keutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak;
Uang, emas batangan, dan surat berharga.
Jenis jasa yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai adalah jasa tertentu
dalam kelompok jasa sebagai berikut:
Jasa pelayanan kesehatan medis;
Jasa Pelayanan Sosial
Jasa pengiriman surat dengan prangko;
Jasa keuangan;
Jasa asuransi
Jasa keagamaan;
Jasa pendidikan;
Jasa kesenian dan hiburan;
Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan;
Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri
yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar

negeri;
Jasa tenaga kerja;
Jasa perhotelan
Page | 2

Jasa

yang

disediakan

oleh

pemerintah

dalam

rangka

menjalankan

pemerintahan secara umum;


- Jasa penyediaan tempat parkir;
- Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam;
- Jasa pengiriman uang dengan wesel pos; dan
- Jasa boga atau catering.
1. Objek PPnBM yang dikecualikan
- Semua kendaraan bermotor untuk kendaraan dinas TNI/POLRI dan untuk
-

tujuan Protokoler Kenegaraan, sepanjang dananya berasal dan APBN.


Semua jenis kendaraan bermotor unruk kendaraan bermotor ambulan, tahanan,
pemadam kebakaran, dan mobil jenazah.
Kendaraan Angkutan Umum sebagai berikut:
Kendaraan bermotor yang digunakan untuk pengangkutan orang dan

barang
Yang disediakan untuk umum dengan dipungut bayaran
Selain dengan cara persewaan (charter)
Baik dengan trayek maupun tidak
Sepanjang menggunakan plat dasar nomor Polisi warna kuning.

Kendaraan Angkutan umum sebagai berikut:


Kendaraan bermotor dalam bentuk kendaraan baik terbuka atau

kendaraan baik tertutup


Dengan jumlah penumpang tidak lebih dari tiga orang termasuk

pengemudi
Yang digunakan untuk kegiatan pengangkutan barang baik yang
disedia untuk umum atau pribadi

D. TARIF DAN PENGENAAN PAJAK


PPN
(1) Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen).
(2) Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% (nol persen)
Diterapkan atas:
- Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;
- Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; dan
- Ekspor Jasa Kena Pajak
PPn-Bm
(1) Tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah ditetapkan paling rendah 10% (sepuluh
persen) dan paling tinggi 200% (dua ratus persen).
(2) Ekspor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah dikenai pajak dengan tarif 0%
(nol persen)
Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual, penggantian, Nilai Impor, Nilai
Ekspor, atau nilai lain yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak terutang.
Page | 3

E. MEKANISME PPN DAN PPn-BM


Undang undang PPN 1984 menganut metode kredit pajak serta metode
faktur pajak. Dengan metode ini PPN dikenakan atas penyerahan BKP atau JKP oleh
Pengusaha Kena Pajak (PKP). PPN dipungut secara bertingkat pada setiap jalur
produksi dan distribusi. Unsur pengenaan pajak berganda atau pengenaan pajak atas
pajak dapat dihindari dengan menerapkannya mekanisme pengkreditan pajak
masukan ( metode kredit pajak ). Untuk melakukan pengkreditan pajak masukan,
sarana yang digunakan adalah faktur pajak (metode faktur pajak).
Mekanisme pengenaan PPN dapat digambarkan sebagai berikut:
- Pada saat membeli/ memperoleh BKP/ JKP , akan dipungut PPN oleh PKP
penjual. Bagi pembeli yang dipungut oleh PKP penjual tersebut merupakan
pembayaran pajak dimuka dan disebut dengan Pajak Masukan. Pembeli
-

berhak menerima bukti berupa faktur pajak.


Pada saat menjual/ menyerahkan BKP/JKP kepada pihak lain, wajib
memungut PPN. Bagi penjual, PPN tersebut merupakan pajak keluaran.
Sebagai bukti telah memungut PPN, PKP penjualan wajib membuat faktur

pajak.
Apabila dalam suatu masa pajak jumlah pajak keluaran lebih kecil dari pada
jumlah pajak masukkan, selisihnya dapat direstitusi (diminta kembali) atau

dikompensasikan ke masa pajak berikutnya.


Pelaporan penghitungan PPN dilakukan

setiap masa pajak dengan

menggunakan surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa


PPN).
Contoh 1: Sepanjang bulan Maret 2011, PT ABC mempunyai transaksi sebagai
berikut:
Membeli bahan baku sehharga RP 100.000.000,- (dipumgut PPN sebesar Rp
10.000.000,-)
Membeli bahan penolong seharga Rp 40.000.000,- (dipungut PPN sebesar Rp
4.000.000,-)
Menjual produknya seharga Rp 200.000.000,- ( memungut PPN sebesar Rp
20.000.000,-)
Penghitungan PPN:
Jumlah Pajak Keluaran
Rp 20.000.000,Jumlah Pajak Masukan
Rp 14.000.000,PPN kurang bayar
Rp 6.000.000,Jumlah PPN kurang bayar sebesar Rp 6000.000,- ini harus disetorkan ke kas negara.
Contoh 2: Pada bulan Agustus 2010, PT ABADI melakukan penyerahan BKP sebesar
Rp 120 Milyar, PPN yang dipungut sebesar 10% atau Rp 12Milyar. Pembelian
BKP/JKP yang dilakukan PT ABADI adalah Rp 140 Milyar, sehingga PPN yang
Page | 4

dibayar atas pembelian BKP/JKP tersebut sebesar 10% dari 140 Milyar atau Rp 14
Milyar.
Penghitungan dan pengkreditan PPN yang dilakukan PT ABADI untuk Masa Pajak
Agustus 2010 adalah:
Pajak Keluaran (PK)
Pajak Masukan (PM)
PPN Lebih bayar (PK-PM)

Rp 12 Milyar
Rp 14 Milyar
Rp 2 Milyar

Jumlah PPN lebih bayar sebesar Rp 2 Milyar tersebut dapat dimintakan kembali
(restitusi) atau dikompensasikan ke Masa Pajak September 2010. Penghitungan
tersebut dituangkan dalam SPT masa PPN Masa Agustus 2010 yang harus
disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak dimana PT.ABADI terdaftar paling lambat
tanggal 30 September 2010.
F. PPN Atas Kegiatan Membangun Sendiri
Atas kegiatan membangun sendiri terutang Pajak Pertambahan Nilai. Yang dimaksud
dengan kegiatan membangun sendiri adalah kegiatan membangun bangunan yang
dilakukan tidak dalam kegiatan usaha ataupun pekerjaan oleh orang pribadi atau
abadan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain. Sedangkan yang
dimaksud dengan bangunan berupa satu atau lebih konstruksi teknik yang ditanam
atau diletakkan secara tetap pada satu kesatuan tanah dan/ atau perairan dengan
kriteria:
- Konstruksi utamanya terdiri dari kayu, beton, pasangan batu bata atau bahan
sejenis, dan/atau baja.
- Diperuntukkan bagi tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha, dan
- Luas keseluruhan paling sedikit 200m2 (tiga ratus meter persegi)
a. Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak
Atas kegiatan meembangun sendiri kenakan Pajak Pertambahan Nilai dengan tarif
10% (sepuluh persen) di kalikan dengan Dasar pengenaan Pajak. Dasar Pengenaan
Pajak atas kegiatan membangun sendiri adalah 40% dari jumlah biaya yang
dikeluarkan dan atau yang di bayarkan untuk membangun sendiri, tidak termasuk
harga

perolehan

tanah.

(Berdasarkan

Peraturan

Mentri

Keuangan

No.

163/PMK.03/2012, diubah menjadi 20% dari jumlah biaya yang di keluarkan


dan/atau yang dibayarkan untuk membangun bangunan, tidak termasuk harga
perolehan tanah.)
PPN = (20%x Jumlah biaya yang dikeluarkan)x 10%
Contoh:
Tuan Budi melakukan Kegiatan membangun sendiri bangunan dengan luas 400m2
Page | 5

yang akan di bangun sebagai rumah tinggal. Seluruh biaya yang dikeluarkan pada
bulan april 2010 (dikeluarkan pembeli tanah) adalah sebesar Rp 50.000.000,- PPN
yang harus disetorkan adalah :
PPN = (Rp 50.000.000,- x 20%) x 10%
= Rp. 10.000.000,- x 10%
= Rp 1.000.000,Catatan:
Pajak Masukan yang dibayar sehubungan dengan kegiatan membangun sendiri
tidak dapat di kreditkan
b. Saat dan Tempat Terutang PPN
Saat terutang PPN atas kegiatan membangun sendiri adalah pada saat mulai
dibangunnya bangunan. Sedangkan tempat pajak terutang adalah tempat bangunan
tersebut didirikan.
Orang Pribadi atau Badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri harus
menyetorkan PPN yang terutang ke kas negara melalui kantor pos atau bank
persepsi paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak,
dengan menggunakan surat setoran pajak.
Kegiatan membangun sendiri wajib dilaporkan kepada Kantor Pelayanan Pajak
yang wilayahnya meliputi tempat bangunan tersebut dengan mempergunakan
lembar ke 3 surat setoran pajak paling lama bulan berikutnya setelah berakhirnya
masa pajak.
G. FAKTUR PAJAK
Pengertian
Pengusaha Kena Pajak wajib membuat Faktur Pajak, yaitu bukti pungutan pajak yang
di buat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
atau penyerahan Jasa Kena Pajak.
Faktur Pajak harus dibuat pada:
- Saat penyerahan BKP dan/atau JKP;
- Saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi
-

sebelum penyerahan JKP;


Saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap

pekerjaan;atau
Saat Pengusaha Kena Pajak rekanan menyampaikan tagihan kepada

Bendahara Pemerintah sebagai Pemungut Pajak Pertambahan Nilai.


Berapa jumlah Faktur Pajak ?
Faktur Pajak paling sedikit dibuat dalam 2 (dua) rangkap yang peruntukannya masing
- masing sebagai berikut :
- Lembar ke-1, disampaikan kepada pembeli BKP atau penerima JKP
Page | 6

Lembar ke-2, untuk arsip Pengusaha Kena Pajak yang menerbitkan Faktur

Pajak
Bentuk dan ukuran formulir Faktur Pajak disesuaikan dengan kepentingan Pengusaha
Kena Pajak. Pengadaan formulir Faktur Pajak dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak.
Dalam Faktur Pajak harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit memuat:

Faktur Pajak harus memuat keterangan tentang penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP
yang paling sedikit mencantumkan: (Pasal 13 (5) UU Nomor 42 Tahun 2009) (Pasal 5 PER24/PJ/2012
1.

Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan

2.

Nama, alamat, dan NPWP yang menyerahkan BKP atau JKP (alamat harus jelas,

minimal RT RW, keluarahan/desa, kec, kab/kota, kodepos);


3.

Nama, alamat, dan NPWP pembeli BKP atau penerima JKP(alamat harus jelas,

minimal RT RW, keluarahan/desa, kec, kab/kota, kodepos);


Page | 7

4.

Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;

5.

PPN yang dipungut;

6.

PPnBM yang dipungut (jika ada);

7.

Tanggal, Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak (tanda

tangan asli, cap/scan tanda tangan tidak dibolehkan).


Sanksi Bila Tidak Membuat Faktur Pajak
Berikut ini adalah beberapa sanksi terkait kewajiban membuat Faktur Pajak sebagai
berikut :
Dikenakan sanksi administrasi dalam hal :
1. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP, tetapi tidak membuat faktur pajak atau
membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu;
2. pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP yang tidak mengisi faktur pajak secara
lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) Undang-Undang PPN selain identitas
pembeli (nama, alamat, dan NPWP pembeli BKP atau penerima JKP) atau identitas pembeli
serta nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak, dalam hal
penyerahan dilakukan oleh PKP pedagang eceran;
3. PKP melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur pajak;
4. Atas PKP tersebut diatas, selain wajib menyetorkan pajak yang terutang dikenakan Sanksi
Administrasi berupa STP (Surat Tagihan Pajak) dengan denda 2% dari Dasar Pengenaan
Pajak. (Pasal 14 UU KUP)
Dikenakan Sanksi Pidana dalam hal dengan sengaja :
a. Menerbitkan dan/atau menggunakan faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan
pajak, dan/atau bukti setoran pajak yang tidak berdasarkan transaksi yang sebenarnya;atau
b. Menerbitkan faktur pajak tetapi belum dikukuhkan sebagai PKP dipidana dengan pidana
penjara paling sedikit 2 (dua) tahun dan paling lama 6 (enam) tahun serta denda paling sedikit
2 (dua) kali jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti emungutan pajak, bukti pemotongan
pajak, dan/atau bukti setoran pajak dan paling banyak 6 (enam) kali jumlah pajak dalam
faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak.
(Pasal 39 A UU KUP)
Faktur pajak sebagai bukti pungutan pajak merupakan sarana administrasi yang sangat
penting dalam pelaksanaan ketentuan PPN . Demikian juga bukti pemotongan pajak dan
bukti pemungutan pajak merupakan sarana untuk pengkreditan atau pengurangan pajak
terutang sehingga setiap penyalahgunaan faktur pajak, bukti pemotongan pajak, bukti
Page | 8

pemungutan pajak, dan/atau bukti setoran pajak dapat mengakibatkan dampak negatif dalam
keberhasilan pemungutan PPN. Oleh karena itu, penyalahgunaan tersebut berupa penerbitan
dan/atau penggunaan faktur pajak, bukti pemotongan pajak, bukti pemungutan pajak,
dan/atau bukti setoran pajak yang tidak berdasarkan transaksi yang sebenarnya dikenai sanksi
pidana.

H. MEKANISME PERHITUNGAN PPN dan PPnBM


PPN
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tariff dengan
Dasar Pengenaan Pajak yang meliputi Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor.
Contoh:
a. Pengusaha Kena Pajak

A menjual tnai Barang Kena Pajak dengan Harga Jual

Rp

25.000.000,00
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang
= 10% x Rp25.000.000,00
= Rp2.500.000,00
PPN sebesar Rp2.500.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang dipungut oleh
Pengusaha Kena Pajak A.
b. Pengusaha Kena Pajak B melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak dengan memperoleh
Penggantian sebesar Rp20.000.000,00
PPN yang terutang yang dipungut oleh PKP B
= 10% x Rp20.000.000,00
= Rp 2.000.000,00
PPN sebesar Rp2.000.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang dipungut oleh
Pengusaha Kena Pajak B.
c. Seseorang mengimpor Barang Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dengan Nilai Impor
sebesar Rp15.000.000,00.
PPN yang dipungut melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
= 10% x Rp15.000.000,00
= Rp 1.500.000,00

Page | 9

d. Pengusaha Kena Pajak D melakukan ekspor Barang Kena Pajak dengan Nilai ekspor
Rp10.000.000,00
PPN yang dipungut melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
= 0% x Rp10.000.000,00
= Rp 0,00
Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp0,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran.

PPN tidak dipungut


Adanya perlakuan khusus berupa Pajak Pertambahan Nilai yang terutang, tetapi tidak
dipungut, diartikan bahwa Pajak Masukan yang berkaitan dengan penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang mendapat perlakuan khusus dimaksud tetap dapat
dikreditkan. Dengan demikian, Pajak Pertambahan Nilai tetap terutang, tetapi tidak dipungut.
Contoh:
Pengusaha Kena Pajak A memproduksi Barang Kena Pajak yang mendapat fasilitas
dari negara, yaitu Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas penyerahan Barang Kena
Pajaktersebut tidak dipungut selamanya ( tidak sekadar ditunda).
Untuk memproduksi Barang Kena Pajak tersebut, Pengusaha Kena Pajak A
menggunakan Barang Kena Pajak lain dan/atau Jasa Kena Pajak sebagai bahan baku, bahan
pembantu, barang modal, ataupun sebagai komponen biaya lain.
Pada waktu membeli Barang Kena Pajak lain dan/atau Jasa Kena Pajak
tersebut,Pengusaha Kena Pajak A membayar Pajak Pertambahan Nilai kepada Pengusaha
Kena Pajak yang menjual atau menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak
tersebut.
Jika Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak A kepada
Pengusaha Kena Pajak pemasok tersebut merupakan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
dengan Pajak Keluaran, Pajak Masukan tetap dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran
walaupun Pajak Keluaran tersebut nihil karena menikmati fasilitas Pajak Pertambahan Nilai
tidak dipungut dari Negara.

PPN dibebaskan
Page | 10

adanya

perlakuan khusus berupa pembebasan dari pengenaan Pajak Pertambahan

Nilai mengakibatkan tidak adanya Pajak Keluaran sehingga Pajak Masukan yang berkaitan
dengan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang memperoleh
pembebasan tersebut tidak dapat dikreditkan.
Contoh:
Pengusaha Kena Pajak B memproduksi Barang Kena Pajak yang mendapat fasilitas dari
negara, yaitu atas penyerahan Barang Kena Pajak tersebut dibebaskan dari pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai.
Untuk

memproduksi

Barang

Kena

Pajak

tersebut,

Pengusaha

Kena

Pajak

B menggunakanBarang Kena Pajak lain dan/atau Jasa Kena Pajak sebagai bahan baku, bahan
pembantu, barang modal, ataupun sebagai komponen biaya lain.
Pada waktu membeli Barang Kena Pajak lain dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut, Pengusaha
Kena Pajak B membayar Pajak Pertambahan Nilai kepada Pengusaha Kena Pajak yang
menjual atau menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak tersebut.
Meskipun Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak B kepada
Pengusaha

Kena

dikreditkan,karena

Pajak
tidak

pemasok
ada

tersebut merupakan Pajak


Pajak

Keluaran berhubung

Masukan

yang

dapat

diberikannya fasilitas

dibebaskan dari pengenaan pajak.


PPN-Bm
Untuk menghitung PPN dan PPn BM yang terutang atas penyerahan Barang Kena Pajak yang
tergolong Mewah, perlu diperhatikan tiga faktor sesuai karakteristiknya, yaitu : a. PPn Bm
hanya dipungut satu kali b. PPn Bm tidak dapat dikreditkan sehingga dapat dibebankan
sebagai biaya c. PPN tidak menghendaki terjadi pungutan pajak berganda. Mendasarkan pada
faktor-faktor tersebut, maka PPN= Tarif PPN x (Harga Barang - PPnBM).

Page | 11

Contoh: PT NASIONAL selaku importir memasukkan 1000 unit AC/ dengan Harga Impor
(CIF) USD 500,000.00. Atas kegiatan impor ini terutang Bea Masuk 50%, PPN 10% dan
PPnBM 20%.
Diketahui Nilai Kurs USD 1 = Rp2.000,00 berdasar Keputusan Menteri Keuangan. PPN dan
PPnBM yang terutang dihitung sebagai berikut: Dasar Pengenaan Pajak imtuk menghitung
PPN dan PPnBM atas Impor adalah:
Nilai Impor = Harga Impor (CIF) + Bea Masuk
Harga Impor (CIF) = 500.000 x Rp2.000,00 =

Rp l.000.000.000,00

BeaMasuk 50%

Rp

Nilai Impor

Rp l.500.000.000,00

PPN=10%xRpl.500.000.000,00

Rp 150.000.000,00

PPnBM = 20% x Rpl.500.000.000,00

Rp 300.000.000,00

Jumlah yang dibayar oleh Importir

Rp l.950.000.000,00

500.000.000,00

Sedangkan harga perolehan atas Impor 1000 unit AC adalah sama dengan Nilai Impor sebesar
Rpl.500.000.000,00
Apabila kemudian Importir menyerahkan AC tersebut kepada distributor dengan harga perunit AC adalah Rp2.800.000.00, maka Distributor akan membayar atas penyerahan AC perunit termasuk PPN dengan perhitungan sebagai berikut:
Harga per unit AC

Rp 2.800.000,00

(-)PPnBM yang terkandung di dalamnya

Rp

300.000,00

= 1/1000 xRp300.000.000,00
Dasar Pengenaan PPN

Rp 2.500.000,00

PPN yang terutang = 10% x Rp 2.500.000,- = Rp 250.000,Untuk penyerahan per unit AC yang diterima oleh Distributor, ia harus membayar:
Harga per unit AC

Rp 2.800.000,00

PPN

Rp 250.000,00

Jumlah

Rp 3.050.000,00

Page | 12

I. FUNGSI SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI


(SPT MASA PPN)
FUNGSI SPT MASA PPN
Dalam sistem self assessment, SPT Masa PPN berfungsi sebagai sarana bagi PKP untuk
mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang
dan melaporkan tentang:

Pengkreditan Pajak Masukan (PM) terhadap Pajak Keluaran (PK); dan

Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/atau melalui
pihak lain dalam suatu masa pajak.
Pengusaha yang berstatus sebagai pemungut PPN juga diwajibkan melaporkan PPN

yang telah dipungut dengan menggunakan formulir SPT masa PPN untuk pemungut PPN.
SANKSI TIDAK ATAU TERLAMBAT MELAPORKAN SPT
SPT dilaporkan dengan menggunakan formulir tertentu, tergantung dari jenis pajak
yang akan dilaporkan. Untuk setiap jenis laporan memiliki tanggal jatuh tempo yang berbeda
untuk waktu pembayaran dan pelaporan. Jika SPT tidak dilaporkan pada waktunya, maka
dikenakan sanksi sebesar :

Rp 100.000,00 untuk SPT tahunan bagi wajib pajak pribadi

Rp 1.000.000,00 untuk SPT tahunan bagi pengusaha kena pajak

Rp 500.000,00 untuk SPT masa PPN

Rp100.000,00 untuk SPT masa lainnya

PETUNJUK PENGISIAN FORM SPT masa PPN 1111


Surat pemberitahuan (SPT) wajib diisi oleh wajib pajak dan ditandatangani sebelum
diberikan kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) terdaftar. Saat ini Anda dapat mengisi SPT
secara online yang disebut e-SPT. Aplikasi e-SPT dapat didownload pada web
www.pajak.go.id .
1. Mengisis Profil dan Jatah Faktur Pajak
Klik shortcut e-SPT PPN di desktop dan klik Program >> Koneksi Database,
kemudian pilih database yang akan diisi.

Page | 13

Pada tab Profil Wajib Pajak isislah sesuai data perusahaaan, terutama yang
bertanda bintang merah (*) wajib diisi. Pastikan di bagian Penomoran Faktur ganti
auto dengan manual.Kemudian klik tab Penandatangan SPT , isi lah nama dan
jabatan. Apabila sewaktu-waktu penandatangan SPT dilakukan oleh kuasa maka isi
lah nama kuasa dan jabatannya. Jika sudah semua diisi maka klik simpan dan klik
keluar.

Jika perusahaan sedang tidak ada usaha, otomatis tidak perlu membuat faktur pajak
dan langkah ini bisa dilewati. Tetapi jika anda membuat faktur pajak karena ada
Page | 14

barang/jasa yang dijual maka anda perlu merekam nomor faktur yang diberi dari
kantor pajak terlebih dahulu. Caranya klik Tools >> Referensi >> Jatah Faktur
Pajak.

Isi Jatah Faktur Pajak

Untuk isian awal, klik tombol Baru kemudian isi Nomor Surat Pemberitahuan Nomor
FP, Nomor Seri FP yang dijatah klik OK dan keluar. Jika ada yang salah tinggal
klik Daftar yang salah kemudian klik Ubah. Jika salah semua, pilih dan klik Hapus.
Bila sudah selesai klik keluar.
Misal transaksi terjadi pada bulan Agustus seperti berikut :
5 Agustus 2013 membeli 5 printer seharga Rp 50.000.000 dari PT Guna
Dharma (NPWP 02.513.145.9-624.000) dengan nomor faktur 010.900

13.00000043
10 Agustus 2013 mengembalikan 1 unit printer kepada PT Guna Dharma
seharga Rp 10.000.000 dengan nomor nota retur NR-00002

Langkah-Langkah Pengisiannya:
Buka Menu Pajak Masukan

Page | 15

Uraian langkah
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Klik Input Data


Klik Pajak Masukan
Pilih Masa Pajak yang akan diinput pajak masukannya
Pilih Tahun Pajak (jika perlu)
Isi Urutan Pembetulan (jika perlu)
Dan klik Tampilkan

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Input Pajak Masukan Dari Dokumen Pembelian


Klik tombol Baru untuk menginput pajak masukan baru
Klik tombol dropdown, ada 3 macam jenis transaksi
Pilih Detail Transaksi
Pilih Dokumen Transaksi
Input Dokumen Yang Diganti (jika ada)
Input NPWP lawan transaksi, ketik saja nomor NPWP. Jika sudah pernah input

dengan WP yang sama tinggal klik tombol yang ditunjukan panah.


7. Input Nomor Seri Faktur Pajak Masukan Yang Diganti (jika ada)
8. Pilih Tanggal Dokumen masuk
9. Isikan nilai DPP, maka otomatis akan terisi sendiri setelah di tekan enter untuk nilai
PPN-nya
Isian Untuk Transaksi Tanggal 5 Agustus 2013

Page | 16

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Penjelasan nomor
Pilih nomor 2 karena lawan dibeli dari sesama PKP
Cukup jelas
Karena dokumen pembelian yang didapat adalah faktur pajak
Input angka terlebih dahulu, jika belum pernah merekam atas WP yang sama
Tanggal faktur sama dengan tanggal transaksi
Simpan dan nantinya akan ada notifikasi input lagi untuk pajak masukan yang lain
atau tidak, karena ada transaksi tanggal 10 Agustus 2013 maka saya pilih Ya

Isian Untuk Transaksi Tanggal 10 Agustus 2013

Penjelasan nomor
1. Cukup jelas
2. Cukup jelas
3. Pilih nota retur karena terjadi pengembalian barang dari pembelian tanggal 5 Agustus
4.
5.
6.
7.
8.
9.

2013
Cukup jelas
Cukup jelas
Isikan dengan nomor nota retur
Isi dengan nomor faktur pajak yang diretur pada tanggal 10 Agustus 2013
Tanggal penerbitan nota retur
Nilai pembelian yang dikembaliakan/diretur
Page | 17

10. Simpan

Posting Kembali Data Pajak Masukan

1.
2.
3.
4.
5.

Fungsi posting agar data pajak masukan masuk kedalam SPT PPN
Cek kembali, pastikan hitungan PPN jumlahnya sudah benar
Klik tombol Posting
Sesuaikan masa pajak (biasanya otomatis menyesuaikan)
Jumlah pajak masukan yang diinput (pada contoh ada 2 transaksi)
Posting

Input PPN kurang bayar di bagian II induk SPT PPN

Page | 18

Untuk membuka induk SPT PPN 1111


1.
2.
3.
4.
5.

Klik SPT
Klik Induk SPT 1111
Klik bagian II
Lihat apakah PPN tersebut kurang bayar/nihil atau LB
Isi di PPN yang kurang bayar dilunasi tanggal, kemudian klik pada kotak kecil

Cara isi SSP kurang bayar

Page | 19

Sebelum ini diisi pastikan PPN kurang bayar telah disetor terlebih dahulu dan
mintalah nomor NTPN di lembar bukti penerimaan Negara yang diberikan kantor

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

pos atau bank.


Pada Menu Input SSP Yang Telah Dibayar
Pilih Kode Akun Pajak yang sesuai (100 untuk PPN yang dipungut sendiri)
Input NTPN dari BPN (Bukti penerimaan negara)
Masukan pajak kurang bayar
Isi sesuai tanggal vallidasi di SSP
Simpan
Keluar
Klik Tab Bagian VI, di bagian bawah ada kotak kosong untuk mengisi kota

tempat dibuatnya SPT dan tanggal SPT akan dilaporkan di kantor pajak
8. Simpan, dan
9. Cetak
Cetak Induk SPT PPN Dan Buat CSV PPN

Page | 20

Cetak induk SPT tidak ada masalah berarti tinggal, klik ikon print
1.
2.
3.
4.

Untuk membuat CSV, masih sama dengan pembuatan CSV PPN nihil
Klik SPT > Buat CSV
Sesuaikan dengan masa PPN
Klik Simpan
Pilih Yes (disitu terlihat nilai SSP dengan PPN apakah sudah benar atau masih

selisih)
5. Pilih direktori tempat menyimpan file CSV.

Page | 21

Anda mungkin juga menyukai