Anda di halaman 1dari 163

DEFINISI

1) Menurut UU No 28 Tahun 2007


Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat.

2) Menurut Sommerfeld
Pajak adalah suatu pengalihan sumber-sumber yang wajib dilakukan
dari sektor swasta kepada sektor pemerintah berdasarkan peraturan
tanpa mendapat suatu imbalan kembali yang langsung dan
seimbang, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya
menjalankan pemerintahan (Prisma, 1985, hal. 1)

3) Menurut Prof. DR. Rochmat Soemitro


Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada negara untuk
membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk
public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai
public investment (Brotodihardjo, R. Santoso, 1986, hal. 6).
Definisi

Pajak (Tax) adalah suatu pengalihan sumber-


sumber yg wajib dilakukan dari sektor swasta (dalam
pengertian luas*) kpd sektor pemerth (kas negara)
berdasarkan undang-undang atau peraturan, shg
dpt dipaksakan, tanpa ada kontra prestasi yg
langsung dan seimbang yang dapat ditunjukkan
secara individual dan hasil penerimaan pajak tsb
merupakan sumber penerimaan negara yg akan
digunakan untuk pengeluaran pemerintah baik
pengeluaran rutin maupun pengel pembangunan.
Ciri-ciri Pajak
1. Pajak adalah pengalihan sumber-sumber dari sektor swasta ke
sektor negara, artinya bhw yg berhak melakukan pemungutan
pajak adl negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah (Pemda). Di Indonesia Pemda yg berwenang
memungut pajak adalah pemerintah propinsi maupun
pemerintah Kab /Kota. Sedangkan yang dipungut adalah pihak
swasta dalam pengertian luas baik sektor swasta, koperasi
maupun BUMN dan BUMD dll. Secara konsep pajak dapat
dibayar dg uang maupun barang atau jasa selain uang.
2. Berdasarkan UU, artinya bahwa walaupun negara mempunyai
hak untuk memungut pajak namun pelaksanaannya harus
memperoleh persetujuan dari wakil-wakil rakyat dengan
menyetujui UU. Karena pemungutan pajak berdasarkan UU
berarti bahwa pemungutannya dapat dipaksakan.
3. Tanpa imbalan dari negara yg langsung dpt ditunjuk scr individual,
artinya bahwa imbalan tsb tidak dikhususkan bagi rakyat scr
individual dan tidak dapat dihubungkan scr langsung dg
besarnya pajak. Imbalan dari negara kepada rakyat sifatnya
tidak langsung.
4. Untuk membiayai pengeluaran pemerintah baik pengeluaran rutin
maupun pengeluaran pembangunan.
BEBERAPA PUNGUTAN NEGARA LAINNYA

A. BEA METERAI
Bea meterai adalah pajak atas dokumen dengan
menggunakan benda meterai ataupun alat lainnya. Bea
Meterai termasuk pajak karena memenuhi ke empat ciri
pajak di atas.

B. BEA MASUK DAN BEA KELUAR


Bea masuk dipungut atas barang-barang yang
dimasukkan ke dalam daerah pabean berdasarkan
harga/nilai barang itu (tarip ad valorum) atau
berdasarkan tarip yang sudah ditentukan (tarip spesifik)
Bea Keluar dipungut atas barang-barang yang
dikeluarkan dari daerah pabean berdasarkan harga/nilai
barang itu (tarip ad valorum) atau berdasarkan tarip
yang sudah ditentukan (tarip spesifik)
BEBERAPA PUNGUTAN NEGARA
C. CUKAI
Cukai adalah pungutan yang dikenakan atas barang-
barang tertentu yang sudah ditetapkan untuk masing-masing jenis
barang tertentu. Masing-masing jenis barang tertentu tersebut
antara lain: tembakau, gula bensin, minuman keras. Cukai
termasuk dalam pengertian pajak.
D. RETRIBUSI
Retribusi adalah pungutan yang dilakukan sehubungan
dengan sesuatu jasa atau fasilitas yang diberikan oleh pemerintah
secara langsung dan nyata kepada pembayar. Contoh: retribusi
parkir, retribusi jasa pelabuhan, retribusi pasar dan retribusi jalan
tol. Retribusi tidak termasuk dalam pengertian pajak.
E. IURAN
Iuran adalah pungutan yang dilakukan sehubungan dengan
sesuatu jasa atau fasilitas yang diberikan pemerintah secara
langsung dan nyata kepada kelompok atau golongan pembayar.
Contoh: iuran televisi, iuran keamanan, iuran sampah. Iuran tidak
termasuk pajak.
Retribusi dan Iuran Tak Termasuk Dlm Pengertian Pajak

Scr lebih terperinci dikemukakan karakteristik


Retribusi, sbb
1. Retribusi adl pengalihan sumber-sumber dari
sektor swasta ke sektor Negara (dhi pemerintah
daerah)
2. Berdasarkan UU, sebagai dasar pembuatan
perda
3. Kontra prestasi langsung dpt dirasakan oleh
pembayar retribusi.
4. Untuk membiayai pengeluaran pemerintah baik
pengel. rutin maupun pengel. pembangunan.
PEMBAGIAN JENIS PAJAK

A. Berdasarkan Golongannya
B. Berdasarkan Wewenang Yg Memungut
C. Berdasarkan Sifatnya
A. Berdasar Golongan:
Pj Langsung dan Pj Tidak Langsung
1. Pajak Langsung (Direct Tax)
Scr ekonomis pajak langsung adl pajak yang dimaksudkan untuk
dipikul sendiri oleh yg membayarnya. Pajak jenis ini tidak bisa
dilimpahkan kpd pihak lain. Contoh:PPh. PPh tidak bisa dilimpahkan atau
digeser kpd orang/fihak lain untuk menanggungnya, WP harus memikul
sendiri pajak itu walaupun pembayarannya bisa melalui pihak lain. Mis:
karyawan membayar pajak melalui pemotongan gaji.
Ditinjau dari segi tata usaha negara, pajak langsung adalah pajak
yang dikenakan secara berkala, mis setiap tahun, setiap bulan dsb.

2. Pajak Tidak Langsung (Indirect Tax)


Scr ekonomis pajak tidak langsung adl pajak yg dimaksudkan
dapat dilimpahkan atau digeser oleh yg membayar kpd pihak lain atau
pemikul. Contoh dlm PPN pemikul pajak tidak langsung adl konsumen.
Dlm jenis pajak ini beban pajak bisa dilimpahkan oleh penjual kpd
pembeli (pihak lain) atau sebaliknya dari pembeli kpd penjual. Contoh
pajak tidak langsung adalah PPN dan PPnBM serta Bea Meterai.
Ditinjau dr segi tata usaha neg, pajak tidak langsung adl pajak yg
pengenaannya tidak dilakukan scr berkala. Pengenaan pajak tidak
langsung biasanya dikaitkan dg tindakan, perbuatan, dan kejadian,
misalnya tindakan berupa jual beli barang
Dalam pajak tidak langsung ada dua macam
pergeseran beban pajak (tax shifting)
1. Pergeseran Ke Muka (Forward Shifting)
Pergeseran ke muka adl pergeseran beban pajak searah dg
arus barang yaitu dari produsen kepada konsumen. Pergeseran jenis
ini sifatnya menaikkan harga barang karena pembeli harus membayar
barang ditambah pajak. Mis: penjualan Barang Kena Pajak (BKP) dari
produsen/pabrikan kepada pembeli, maka pembeli harus membayar
sbs harga barang ditambah dg PPN

2. Pergeseran Ke Belakang (Backward Shifting)


Pergeseran ke belakang adl pergeseran beban pajak
bertentangan dg arus barang yaitu pembeli menggeser beban pajak
kpd penjual. Pergeseran beban pajak jenis ini sifatnya menurunkan
harga atau jumlah penerimaan uang yg dibayarkan oleh pembeli kpd
penjual (produsen). Jadi jumlah uang yg diterima atau akan diterima
penjual (produsen) dikurangi dengan PPN. Mis: penjualan tembakau
dari petani kepada pabrik rokok, dalam hal ini pendapatan atau kas
yang diterima oleh petani sebagai penjual adalah sebesar harga
dikurangi PPN.
B. BERDASARKAN WEWENANG YG MEMUNGUT
Dibagi : Pajak Negara dan Pajak Daerah
1. Pajak negara (Pajak Pusat = Central Tax) adl pajak yg
wewenang pemungutannya ada di tangan pemerintah
pusat. Shg pajak negara sering juga disebut pajak
pusat. Contoh: PPh, PPN &PPnBM, PBB, BPHTB
2. Pajak Daerah (Regional Tax) adl pajak yg wewenang
pemungutannya ada pd pemrth daerah untuk
kepentingan pembiayaan rumah tangga pemerintah
daerah tsb. PemDa dibagi dalam Pem prop dan Pem
Kab / Pem kot:
Contoh : Pajak Prop: PKB, BBNKB, PBBKB, dll
Pajak Kab / Kot : Pajak Hotel, Pajak Restoran,
Pajak Reklame, Pajak Pener.Jalan, dll

Dasar Hukum Pajak Daerah: UU No 34 Tahun 2000 tentang Pajak


Daerah dan Retribusi Daerah.
C. PAJAK BERDASARKAN SIFATNYA
Dibagi: Pajak Subyektif dan Pajak Obyektif
1. Pajak Subyektif (Pajak Perorangan) adl pajak
yang dalam pengenaannya memperhatikan
keadaan atau kondisi pribadi wajib pajak.
Misalnya: Pajak Penghasilan Orang Pribadi.
2. Pajak Obyektif (Pajak Kebendaan) adl pajak yg
dalam pengenaanya hanya memperhatikan sifat
obyek pajaknya saja. Misal : Bea Meterai, PPN
Fungsi Pajak

1. Fungsi budgetair atau fungsi finansial yi: fungsi


pajak untuk memasukkan uang ke Kas Negara.
Atau dg kata lain fungsi pajak sebagai sumber
penerimaan neg. dan digunakan u/ pengel. neg
baik pengel rutin maupun pengel pembangunan.
2. Fungsi regulerend atau fungsi mengatur yi :
fungsi pajak untuk mengatur sesuatu keadaan di
masyarakat di bidang sosial/ekonomi/politik
sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah
Beberapa penerapan pelaksanaan fungsi
mengatur antara lain :
1.Pemberlakukan tarip progresif dg maksud kalau hal ini diterapkan pd
PPh maka semakin tinggi pengh semakin tinggi tarip pajaknya.
Shg kebijaksanaan ini berpengaruh besar thd usaha pemerataan
pendapatan nasional. Dlm hub ini pajak dikenal juga berperan
sebagai alat dalam redistribusi pendapatan nasional.
2. Pemberlakuan bea masuk tinggi bagi barang-barang impor dengan
tujuan untuk melindungi (proktesi) terhadap produsen dalam
negeri, sehingga mendorong perkembangan industri dalam
negeri.
3. Pemberian fasilitas tax holiday atau pembebasan pajak untuk bbrp
jenis industri tertt dg maksud mendorong atau memotivasir para
investor atau calon investor untuk meningkatkan investasinya.
4. Pengenaan pajak untuk jenis barang-barang tertentu dengan maksud
agar menghambat konsumsi barang-barang tersebut atau kalau
pajak tersebut diterapkan pada barang mewah sebagaimana PPn
BM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah) mempunyai maksud
antara lain menghambat perkembangan gaya hidup mewah.
Dalam Fungsi Mengatur, terdapat

Fungsi Alokasi: Alokasi sumber ekonomis:


public goods Vs privat goods
Fungsi Distribusi: pemerataan hasil
pembangunan (distribusi pendapatan dan
kekayaan)
Fungsi Stabilisasi: pertumbuhan ekonomi,
penyediaan lapangan kerja; stabilisasi
harga dan kesinambungan neraca
perdagangan dan pembayaran
Tax Law
What is tax law?
Tax Law is collection of rules that regulates the
relationship between government and
people as taxpayer. The government as tax
administrator and people or public as
taxpayer
Hukum Pajak
Hukum pajak adl kumpulan peraturan yg mengatur
hubungan antara pemerintah dg rakyat atau wajib
pajak. Pemerintah sebagai pemungut pajak dan
wajib pajak atau rakyat sebagai pembayar pajak

Hukum pajak sering disebut hukum fiskal


Pemerintah sbg pemungut dan administratur pajak
disebut dengan Fiskus
Hukum pajak dapat dibagi menjadi 2 macam; yaitu
hukum pajak materiel dan hukum pajak formil.
HUKUM PAJAK MATERIEL

Hukum pajak materiel adalah hukum pajak yang


memuat norma-norma tentang:
Obyek pajak: yaitu obyek apa yg dikenakan pajak.
Obyek pajak sering disebut tatsbestand
Subyek pajak; yaitu siapa yg dikenakan pajak
Tarip pajak
Sanksi-sanksi dalam hubungan hukum antara
pemerintah dengan wajib pajak
HUKUM PAJAK FORMIL

Hukum pajak formil adalah hukum pajak yg memuat


cara-cara untuk mewujudkan hukum pajak materiel
menjadi suatu kenyataan atau realisasi. Hukum
pajak formil antara lain memuat:
Tata cara (prosedur) penetapan jumlah utang pajak.
Hak-hak fiskus untuk mengadakan monitoring dan
pengawasan
Kewajiban mengadakan pembukuan atau
pencatatan
Prosedur pengajuan surat keberatan, banding dsb.
KEDUDUKAN HUKUM PAJAK DAN HUBUNGANNYA
DENGAN HUKUM HUKUM YANG LAIN

Pd umumnya scr garis besar hukum dibagi dlm golongan, yi Hukum


Publik dan Hukum Perdata
Hukum Publik adalah hukum yg mengatur hub rakyat / privat dg
negara. Hukum publik adalah bagian dari tatatertib hukum yang
mengatur hub antara penguasa atau pemerintah dan warganya
- Hukum Tata Negara
- Hukum Administrasi Negara
- Hukum Pajak
- Hukum Pidana
Hukum Perdata adalah bagian dari tatatertib hukum yang mengatur
hubungan antara orang pribadi satu dengan orang pribadi lainnya
atau mengatur hubungan antara privat satu dengan privat lainnya.
Hubungan Hk Pajak dg Hk Perdata
Hukum pajak banyak menggunakan istilah yg lazim
digunakan dlm hukum perdata dan menganut arti yg sama
seperti yg berlaku pada hukum perdata. Walaupun ada juga
istilah dlm hukum perdata yg tidak dianut dlm hukum pajak.
Hukum pajak menjadikan keadaan-keadaan, peristiwa-
peristiwa dan kejadian-kejadian yg ada dlm lingkungan
perdata sbg sasaran pajak atau dijadikan tatsbestand dlm
ketentuan perpajakan. Contoh keadaan, peristiwa dan
kejadian dlm lingkungan perdata adl penghasilan, kekayaan,
perjanjian, penyerahan, pemindahan hak karena warisan,
sewa menyewa, jual beli dsb.
Hukum perdata merpk hukum umum yg meliputi segala-
galanya dan hukum pajak sbg bagian dlm hukum publik
harus mengikuti hukum perdata itu, kecuali hukum publik
menentukan lain. Jadi dlm hal ini hukum pajak merpk hukum
khusus (lex specialis) dari hukum perdata yg merpk hukum
umum (lex generalis)
Hubungan Hk Pajak Dg Hk Pidana

Hukum Pajak juga mempunyai sangkut paut


dengan hukum pidana sebagaimana terkenal
pada pasal 103 Kitab Undang Undang Hukum
Pidana (KUHP) yang berbunyi: Ketentuan dari
pembuatan bab yang pertama dari buku ini
berlaku juga terhadap perbuatan yang dapat
dihukum menurut peraturan Undang Undang
yang lain, kecuali ada Undang-Undang atau
Ordonansi menentukan lain (Susilo R., tanpa
tahun, hal. 79).
TIMBULNYA HUTANG PAJAK

Pemungutan pajak tidak sama dg perampokan, taxation


is not robbery. Oleh karenanya pajak harus berdasar
UU. Dlm bahasa Inggris kita dikenal slogan: Taxation
without representation is robbery. Terjadinya pajak
berarti telah terjadi peralihan harta tanpa adanya
perikatan perdata, tetapi pajak bukan perampokan
karena pemungutan pajak telah mendapat persetujuan
dari representasi rakyat (mis: Konggres di USA, DPR di
Indonesia). Oleh karena itu utang piutang pajak sama
seperti halnya utang-piutang perdata artinya sah secara
hukum, bukan mrpk perampokan. Hanya saja terdapat
perbedaan mengenai pihak-pihak yang terlibat dlm utang
piutang tsb serta penyebab timbulnya utang piutang.
Ada Dua Ajaran Timbulnya Utang Pajak
1. Ajaran materiel: hutang pajak timbul bila ada sebab-
sebab yg mengakibatkan seseorang atau suatu pihak
dikenakan pajak. Berarti hutang pajak timbul bila penuhi
adanya tatsbestand, yaitu rangkaian perbuatan, keadaan
dan peristiwa yg dapat menimbulkan hutang pajak
2. Ajaran formil: hutang pajak timbul bila sudah ada
ketetapan pajak dari pemerintah (fiskus). Dlm ajaran ini
walaupun sudah terpenuhi adanya tatsbestand namun bila
belum ada surat ketetapan pajak dari fiskus maka berarti
belum ada hutang pajak. Surat ketetapan pajak dalam hal
ini berfungsi sebagai alat bagi fiskus untuk menghitung,
menetapkan dan memberitahukan serta menagih jumlah
pajak yang terhutang.
Contoh perbuatan, keadaan dan peristiwa
dalam ajaran materiel adalah sbb:
Perbuatan, seperti: mendirikan bangunan,
melakukan kegiatan impor, melakukan kegiatan
ekspor, melakukan penjualan Barang Kena
Pajak, bepergian ke luar negeri dan sebagainya
Keadaan, seperti: memiliki tanah/bumi dan
bangunan, memiliki deposito, memiliki
kendaraan bermotor, memperoleh penghasilan,
memiliki kekayaan dan sebagainya.
Peristiwa atau kejadian, seperti: menang lotere,
mendapatkan hadiah undian, pembagian
warisan dan sebagainya.
Penagihan Utang Pajak
Tindakan penagihan hutang pajak secara
teoritis dpt dilakukan dengan 2 langkah:
penagihan pasif dan penagihan aktif
Pada dasarnya penagihan pasif adalah
penagihan dengan prosedur administratif,
tanpa disertai tindakan fisik
Sedang penagihan aktif adalah kelanjutan
dari penagihan administratif berupa
tindakan fisik dimulai dg surat paksa dan
diteruskan tindakan sita
Surat Paksa adalah surat perintah membayar
utang pajak dan biaya penagihan pajak.
Surat Paksa sekurang-kurangnya memuat:
nama Wajib Pajak, atau nama Wajib Pajak dan Penaggung Pajak
besarnya utang pajak;
perintah untuk membayar.
Dalam Pasal 7 UU No 19 Tahun 1997 disebutkan bahwa
Surat Paksa berkepala kata-kata: DEMI KEADILAN
BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA mempunyai
kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum yang sama dengan
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
Kemudian dalam Pasal 8 UU No 19 Tahun 1997 disebutkan bahwa:
Surat Paksa diterbitkan apabila:
Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak sampai dengan tanggal
jatuh tempo pembayaran dan kepadanya telah diterbitkan Surat
Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis;
Terhadap Penanggung Pajak telah dilaksanakan penagihan seketika
dan sekaligus; atau
Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum
dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran
pajak.
Yg menerbitkan Surat Paksa adalah Kepala KPP
a.n. Dirjen Pajak

Eksekusi atas Surat Paksa dilaksanakan oleh Juru


Sita. Juru Sita adl pegawai DitJen Pajak yg
ditunjuk dan diangkat dg Surat Keputusan Kepala
KPP. Juru Sita sebelum melaksanakan tugasnya
diambil sumpah atau janji menurut agama atau
kepercayaannya oleh Pejabat. Pelaksanaan Surat
Paksa tidak dapat dilanjutkan dengan penyitaan
sebelum lewat waktu 2 (dua) kali 24 (dua puluh
empat) jam setelah Surat Paksa diberitahukan
oleh Juru Sita kepada Penanggung Pajak.
BERAKHIRNYA HUTANG PAJAK
A. ADANYA PELUNASAN ATAU PEMBAYARAN
B. KOMPENSASI
C. PENGHAPUSAN HUTANG
D. DALUWARSA ATAU LEWAT WAKTU
E. PEMBEBASAN
SYARAT PEMUNGUTAN PAJAK
A. SYARAT KEADILAN
B. SYARAT YURIDIS
C. SYARAT EKONOMIS
D. SYARAT FINANSIAL

Menurut Adam Smith (1723 1790) dlm buku An Inquiry into


the Nature and Causes of the Wealth of Nations, ke 4
syarat tsb disebut the Four Maxims or the Four Canons
1. Maxim: Equality
2. Maxim: Certainty
3. Maxim: Convinience of Payment
4. Maxim: Efficiency
TEORI PEMBENARAN PEMUNGUTAN PAJAK

A. TEORI ASURANSI
B. TEORI KEPENTINGAN
C. TEORI GAYA PIKUL
D. TEORI KEWAJIBAN PAJAK MUTLAK
atau TEORI BAKTI
E. TEORI GAYA BELI atau TEORI POMPA
STELSEL PAJAK

A. RIEL STELSEL (STELSEL NYATA)


B. FICTIEVE STELSEL (STELSEL ANGGAPAN)
C. MIX STELSEL (STELSEL CAMPURAN)
ASAS PEMUNGUTAN PAJAK

ASAS DOMISILI
ASAS SUMBER
ASAS KEBANGSAAN
SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK
OFFICIAL ASSESSMENT SYSTEM
SELF ASSESSMENT SYSTEM
WITH HOLDING SYSTEM
TARIP DAN DASAR PENGENAAN PAJAK
Untuk menghitung pajak perlu diketahui dua
faktor, yaitu
1) Tarip (Tax Rate)
2) Dasar Pengenaan (Tax Base)
Ada beberapa jenis Tarip. Menurut konsep pada
dasarnya ada 4 jenis tarip, yaitu:
1) Tarip Tetap
2) Tarip Proporsional
3) Tarip Progresip
4) Tarip Degresip
Pengantar ke PPh (dlm Praktek,
dalam Hukum Pajak Positip)
Income Tax = Pajak Penghasilan disingkat
PPh
Dasar Hukum (Utama): UU tentang KUP
( terakhir di atur dalam UU No 28 Tahun 2007);
dan UU tentang PPh (terakhir diatur dalam UU
No 36 Tahun 2008)
UU No 36 Tahun 2008 sebagai pengganti UU
No 17 Tahun 2000.
Tarip PPh Menurut UU No 36 Th 2008 (yang
berlaku Tahun 2009)
Tarif PPh Pribadi (berlaku bagi yang ber NPWP)

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarip


Sampai Rp 50 juta 5%
Di atas Rp 50 - 250 juta 15%
Di atas Rp 250 - 500 juta 25%
Di atas Rp 500 juta 30%

Bagi yang tidak punya NPWP taripnya lebih tinggi 20%

Tarip Badan berlaku Tarip Tunggal


Tarip tahun 2009 adalah 28%
Tarip tahun 2010 dan tahun-tahun berikutnya adalah 25%
Contoh: Coba hitung brp jumlah PPh yg terutang?

A. Anggap tahun pajak 2012 (semuanya punya NPWP)


1. Ali, WP Pribadi, mempunyai PKP Rp 70juta
2. Fa Sehat, WP Badan, mempunyai PKP Rp 70 juta
3. Adi, WP pribadi,mempunyai PKP Rp 140 juta
4. KUD Mitra, mempunyai PKP Rp 240 juta
5. Amin, mempunyai PKP Rp 240 juta
6. PT ABC, dipimpin Budi, mempunyai PKP Rp 300 juta
7. Toko Sadar, milik Ibu Nur, mempunyai PKP Rp 300 juta

B. Kemudian asumsikan tahun pajak 2008


Ketentuan Besarnya PTKP per Tahun yang telah Mengalami
Beberapa Perubahan

No Keterangan 2006 2009 2013 dst


(Rp) (Rp) (Rp)

1 Untuk Diri WP 13.200.000,- 15.840.000 24.300.000


,

2 Tambahan WP Kawin 1.200.000,- 1.320.000,- 2.025.000,-

3 Tambahan seorang isteri 13.200.000,- 15.840.000 24.300.000,


yang pengh. digabung -

4 Tambahan keluarga yg 1.200.000,- 1.320.000,- 2.025.000,-


menjadi tanggungan:sedarah,
semenda dalam garis
keturunan lurus, dan anak
angkat, maks. 3 orang,
masing-masing
Catatan tentang PTKP
Penghitungan PTKP dalam suatu tahun pajak dilakukan
dengan melihat kondisi WP pada awal tahun pajak.
Bagi wanita kawin yg berkerja dan penghasilannya
digabung dg suami, maka yg wajib mempunyai NPWP
adalah suami.Dan PTKPnya menjadi PTKP suami
Wanita yg kerja (mempunyai penghasilan) ttp pengh.nya
tak digabung dg pengh. suami wajib mempunyai NPWP
sendiri. Dalam hal ini PTKP wanita tsb hanya untuk
dirinya sendiri, PTKP tambahan tanggungan keluarga
digabungkan kpd/menjadi (hak) PTKP suami.
Yang mendapat tambahan PTKP adalah tanggungan
keluarga sepenuhnya dari hubungan sedarah, semenda
dalam garis keturunan lurus (bukan ke samping) dan
anak angkat ( anak angkat tak ada hub sedarah dan
semenda, makanya ditulis secara eksplisit) Catatan: ada
rencana perubahan PTKP tahun 2015 ini
Contoh Penulisan PTKP

1. WP Adi/K/1
2. WP Afi/TK/0
3. WP Ali/K/2
4. WP Ani/TK/2
5. WP Ari/K/3
6. WP Ardi/K/I/1
7. WP Amir/K/I/3
Coba hitung berapa PTKP nya no 1 s/d no 7 tsb
dg asumsi th 2010
Perhitungan PTKP dilakukan dengan melihat kondisi WP
pada awal Tahun Pajak
2. Arman pd awal tahun 2010 adl perjaka. Pd tgl 15 Maret
2010 dia menikahi Ineke, yg kemudian mereka
mempunyai seorang anak laki-laki pd tgl 20 Juni 2011
dan diberi nama Hary Santoso. Kemudian pd bulan Nov
2011 mereka memutuskan untuk cerai dan anak tetap
diasuh oleh Arman. Sejak awal Desember 2012 Arman
menanggung biaya hidup ibu kandungnya.
Brp PTKP Arman setahun pd tahun:
a) 2010; b) 2011; c)2012; d) 2013 dan e)2014
3. Azis pada awal tahun 2011 adalah duda, beranak satu
bernama Gendis, yang menanggung biaya hidup seorang
adik kandungnya bernama Azam dan ibu kandungnya
bernama Fatimah. Pada Juni 2011 Azis kawin dengan
seorang perempuan lajang bernama Rosida dan dikaruniai
anak pada Oktober 2012, dan diberi nama Fakih. Bulan
November 2012 Fatimah meninggal dunia. Untuk mengasuh
Fakih mulai Maret 2012, Azis meminta Ibunya Rosida,
bernama Endah (mertua Azis) untuk tinggal serumah dan
menjadi tanggungan Azis. Rosida sudah bekerja dan ketika
kawin dengan Azis, penghasilannya digabung dengan Azis.
Berapa PTKP Azis per tahun:
a. 2011 b. 2012 c. 2013 d. 2014 e. 2015
In Short: Profit and Loss Statement
( Assume : Person TP and No Prior Year Loss)
Gross Income(pengh bruto) XX
Deductible to find net income (expense) XX
Net Income (pengh
Deducted neto)(PTKP)
By: NTITP XX
XX

Taxable Income (PKP) XX

Kalau WP Badan tidak ada PTKP. Jadi kalau


tidak ada rugi tahun / tahun2 yg lalu maka
Net Income = Taxable Income
Penghasilan Neto = Pengh Kena Pajak
Hitung brp PPh (PPh terutang untuk soal dibawah
(asumsi: Th 2011 dan semua mempunyai NPWP)
1. Husen/K/2, mempunyai penghasilan neto Rp 350juta
2. PT ABC mempunyai penghasilan bruto Rp 870juta dan
biaya untuk memperoleh penghasilan tsb Rp 420juta
3. Daniel/K/1/, mempunyai Pengh Kena Pajak Rp 300 juta
4. CV Beta, dipimpin Beni Tajudin/K/2, mempunyai
penghasilan bruto Rp800juta dan biayanya Rp 450juta
5. UD Laris, toko milik Tuan Fahri/K/3 memperoleh pengh.
Bruto Rp 980juta dan biayanya Rp 440juta

Note: Pembahasan lebih detil mengenai PPh


dilakukan kemudian, setelah pembahasan KUP
PERLAWANAN PAJAK

Perlawanan pajak adl hambatan-hambatan


dlm pemungutan pajak baik yg disebabkan
oleh kondisi negara dan rakyatnya maupun
disebabkan oleh ush-ush WP yg disadari
ataupun tidak disadari mempersulit pema-
sukan pajak sbg sumber penerimaan neg.
Ada 2 Macam Perlawanan Pajak:
a. Perlawanan Pasif
b. Perlawanan Aktif
Perlawanan Pasif

Perlawanan pasif terdiri atas hambatan-


hambatan yang mempersukar pemungutan
pajak yg erat kaitannya dg struktur ekonomi
suatu negara, perkembangan intelektual
dan moral penduduk serta sistem dan cara
pemungutan pajak itu sendiri
PERLAWANAN AKTIF

Perlawanan aktif melipt semua usaha dan


perbuatan yg scr langsung ditujukan kpd
fiskus dan bertujuan u/ menghindari pajak.
Usaha-usaha tsb dpt dibedakan menjadi 3
(tiga) cara:
a. Penghindaran diri dari pajak
b. Pengelakan pajak
c. Melalaikan pajak
a. Penghindaran Diri dari Pajak
Pembayaran pajak dpt dg mudah dihindari dengan tidak
melakukan kegatan-kegiatan yang menjadi tatsbestand

Mis: menghindari pajak dg cara menahan diri tidak mela-


kukan kegiatan, mengganti pemakaian brg kena pajak dg
brg lain yg tidak kena pajak, menekan konsumsi dll.
Penghindaran diri dari pajak spt ini disebut tax saving.

Contoh-contoh penghindaran Pajak:


Pajak atas bensin (BB) dihindari dg membiarkan mobil
tetap di garasi. Bepergian menggunakan sepeda.
Cukai tambahan atas rokok dihindari dg merokok buatan
sendiri. Orang Jawa menamakan tingwe.
Pajak atas kulit bisa dihindari dg tidak menggunakan brg-
brg dari kulit, mis: menggantikannya dg menggunakan
brg-brg yg terbuat dari plastik atau karet.
b. Pengelakan Pajak

Pengelakan pajak dilakukan dg cara penyelundupan pajak, yaitu


menyembunyikan keadaan-keadaan yang sebenarnya. Pengelakan
yang demikian benar-benar merupakan pelanggaran terhadap
undang-undang atau ketentuan peraturan perpajakan

Contoh mengelakkan pajak dg menyembunyikan kead sesungguhnya adl:


Membuat pernyataan tidak benar
Membuat laporan tidak benar, membuat dokumen palsu, memberi
keterangan palsu, mengisi SPT secara tidak benar atau tidak lengkap
dan sebagainya.
Membuat pembukuan ganda dan memberi laporan kepada kantor
pajak yang didasarkan pada pembukuan fiktif bukan atas dasar data
sesungguhnya.
Tidak melaporkan penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan
sampingan (un official work income)
Pengelakan pajak seperti contoh-contoh di atas tergolong sebagai tax
evasion.
Melalaikan Pajak
Melalaikan pajak meliputi tindakan menolak membayar
pajak yg telah ditetapkan oleh fiskus dan menolak
memenuhi formalitas-formalitas yg harus dipenuhi
berdasarkan ketentuan perundang-undangan
Contoh-contoh Melalaikan Pajak
Usaha menggagalkan penyitaan bila sudah dikeluarkan surat
paksa dengan melenyapkan barang-barang yg sekiranya
dapat disita oleh juru sita dg cara memindah-tangankan
atas nama isteri atau anaknya.
Walaupun sudah mempunyai kewajiban mendaftarkan diri
untuk memperoleh NPWP atau Nomor Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak (NPPKP), tetapi tidak melakukan-
nya. Hal ini banyak dilakukan oleh WP pribadi sebab dg
tidak ada NPWP ataupun NPPKP fiskus sulit melakukan
monitoring maupun pengawasan.
Perlawanan aktif menjadi 3, yaitu:
1) tax saving;
2) tax avoidance; dan
3) tax evasion.

Tax Saving adalah usaha WP mengelak dikenai pajak atau


membayar pajak dg cara menahan diri untuk tidak membeli
produk-produk yg ada pajaknya (PPN) atau dg sengaja
mengurangi jam kerja atau pekerjaan shg penghasilannya
menjadi kecil. Dg demikian terhindar dari pengenaan jumlah
pajak yang besar.
Perlawanan aktif (lanjutan)
Tax Avoidance adalah usaha WP untuk tidak melakukan
perbuatan yg dikenakan pajak atau usaha untuk
memanipulasi penghasilan WP secara legal yg masih
sesuai dg ketentuan peraturan perpajakan untuk
meminimalkan jumlah pajak yg seharusnya dibayar.
Cara ini dilakukan dengan memanfaatkan adanya
loopholes dalam peraturan pajak

Tax Evasion adalah usaha WP untuk menghindari pajak


secara illegal dengan cara menyembunyikan keadaan
yang sebenarnya atau penyelundupan pajak.
Cara ini jelas-jelas melanggar hukum
PERADILAN DALAM HUKUM PAJAK
Dalam hukum pajak dikenal 2 macam hukuman, yaitu:
1. Hukuman Administrasi (Hukuman Tata Usaha)
2. Hukuman Pidana

Hukuman administrasi mrpk hukuman yg ditetapkan atau


dijatuhkan sendiri oleh fiskus, yg pd umumnya hukuman
administrasi tsb berupa tambahan pokok pajak, bunga
dan denda

Hukuman pidana mrpk hukuman yg dijatuhkan oleh hakim


pengadilan, yg pada umumnya hukuman pidana berupa
denda pidana, pidana kurungan dan pidana penjara

Penetapan suatu hukuman dalam hukum positip harus


dilakukan melalui peradilan. Peradilan di bidang pajak
tergolong sebagai peradilan administrasi
Syarat-syarat adanya Peradilan

Unsur-unsur / syarat-syarat agar supaya dpt dikatakan


adanya suatu peradilan (Peradilan Biasa / Peradilan
Umum dan Peradilan Tata Usaha Negara), adalah:
1) Adanya suatu hukum yg abstrak yg mengikat umum
yg dapat diterapkan pada suatu persoalan
2) Adanya suatu perselisihan hukum yang konkrit
3) Adanya sekurang-kurangnya dua pihak
4) Adanya suatu aparatur peradilan yg berwenang
memutuskan perselisihan
PERADILAN ADMINISTRASI PAJAK
Perselisihan di bidang pajak paling tidak melibatkan
dua pihak, dan salah satu pihak yg berselisih tsb
adalah pihak administrasi, yg dalam hal ini adalah
pemerintah (fiskus) shg peradilan di bidang pajak
tergolong sebagai peradilan administrasi
Peradilan administrasi pajak adalah peradialan untuk
penyelesaian segala bentuk perselisihan mengenai
pajak.
Sebagmn diketahui peradilan administrasi dpt dibagi:
1. Peradilan Administrasi Murni
2. Peradilan Administrasi Tak Murni
Peradilan Administrasi Murni
Peradilan Administrasi Murni adalah suatu peradilan
administrasi yang memenuhi 4 syarat di atas.
Ciri khas yang melekat pada peradilan administrasi murni
adalah adanya hubungan segitiga antara 2 (dua) pihak yg
berselisih dg badan atau pejabat yg mengadili. Badan atau
pejabat yg mengadili perkara (perselisihan) dlm peradilan
administrasi murni adalah badan atau pejabat tertentu dan
terpisah dari pihak yang berselisih
Contoh dari peradilan administrasi di bidang pajak adalah
peradilan yang dilakukan Badan Penyelesaian Sengketa
Pajak (BPSP).
Peradilan Administrasi Tak Murni
Peradilan Administrasi Tak Murni adl semua peradilan yg
tidak sepenuhnya memenuhi syarat peradilan adm.
murni. Dlm banyak hal, peradilan adm tak murni adalah
peradilan di mana yg mengadili adl badan atau pejabat
yg termasuk bagian salah satu pihak yg berselisih

Dalam perpajakan peradilan administrasi tak murni


adalah penyelesaian perselisihan pajak atas keberatan
yang diajukan oleh wajib pajak. Atas keberatan tersebut
maka pihak yang berwenang memutuskan adalah
Direktur Jenderal Pajak.

Peradilan untuk memberikan keputusan atas surat


keberatan tersebut merupakan contoh dari Peradilan
Doleansi. Peradilan Doleansi disebut juga dengan Quasi
Peradilan atau Peradilan Semu.
Pengantar PPN
Dasar Hukum: UU ttg KUP dan UU ttg PPN dan
PPnBM
KUP = Ketentuan Umum dan Tatacara
Perpajakan, diatur dalam:
UU No 6 / Th 1983, UU No 9 / Th 1994 dan
UU No 16 / Th 2000, terakhir diubah dg
UU No 28 Tahun 2007
UU ttg PPN dan PPn BM, diatur dalam:
UU No 8 /Th 1983, UU No 11 / 1994, UU
No 18 / 2000 dan UU No 42/2009
PPN adl pajak obyektif dan Pajak tak Langsung

Obyek Pajak adalah Pertambahan Nilai karena


Penyerahan Barang /Jasa
PPN = Tarip X Dasar Pengenaan
Dasar Pengenaan PPN
Penyerahan Barang = Harga Jual
Penyerahan Jasa = Penggantian
Impor = Nilai Impor
Ekspor = Nilai Ekspor

PPN atas penyerahan Brg = 10% X Harga Jual


Harga Jual yg dimaksud adl Harga Jual Tak Ada unsur
PPN dan PPnBM. Atau Harga Jual pd kondisi 100%.

Tarip PPN untuk penyerahan brg dan Jasa serta impor


brg adl tarip tunggal 10%
Tarip PPN untuk ekspor brg adl tarip 0%
Tarip PPnBM tergantung jenis/ kelompok Barang
Mewahnya. (berkisar 10% s/d 75%). Semakin mewah
barang semakin tinggi tari PPn BM.
Dalam pengenaan PPN berlaku mekanisme
pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran
Pajak Masukan adalah PPN yg dibayar (dg cara
dipungut pihak lain) pada waktu PKP (Pengusaha Kena
Pajak) memperoleh atau membeli Barang. Sedang Pajak
Keluaran adalah PPN yang dipungut pada saat menjual.
Coba hitung berapa PPN di bawah ini

1. PT X menjual barang dengan harga jual


Rp230.000.000,-
2. CV Z menjual barang dg harga jual termasuk
PPN Rp221.000.000,-
3. PT Y menjual barang mewah (20%) dg harga
termasuk PPN dan PPnBM Rp130.000.000,-
4. Fa ABC mengimpor barang dengan nilai impor
Rp 700.000.000,-
Pajak Daerah
PAJAK KENDARAAN BERMOTOR (PKB)
Dasar Hukum dan Pengertian
Menurut UU No 34 Tahun 2000 diamandir dg UU No 28 Tahun
2009, PKB dapat diatur bersama sama dengan Pajak Kendaraan di
Atas Air (PKAA), atau dapat pula dipisahkan sendiri.
Bagian ini menjelaskan PKB terpisah dg PKAA. PKB dan PKAA
termasuk Pajak Provinsi.
Selain UU, dasar hukum PKB adalah PP No 65 ttg Pajak Daerah
dan Peraturan Daerah yg mengatur ttg PKB atau ttg PKB & PKAA
serta landasan hukum operasional berupa Keputusan Gubernur yg
mengatur ttg PKB & KAA sbg aturan pelaksanaan Perda ttg PKB &
KAA pd provinsi dimaksud.
PKB adl pajak atas kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan
bermotor (KB). KB adl semua kendaraan beroda dua atau lebih
beserta gandengannya yg digunakan di semua jenis jalan darat dan
digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan
lainnya yg berfungsi untuk mengubah suatu sumberdaya energi
tertentu menjadi tenaga gerak KB ybs, termasuk alat-alat berat dan
alat-alat besar yg bergerak. Termasuk alat-alat berat/ alat-alat besar
a.l: forklif, budozer, tracktor, whel loader, log loader, skyder, motor
grader, excavator, back hoe dan scraper.
Obyek PKB adalah kepemilikan dan atau
penguasaan kendaraan bermotor.
Dasar pengenaan PKB merupakan perkalian dua unsur
pokok, yaitu: Nilai Jual Kendaran Bermotor dan Bobot
1. Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB) adl nilai jual
kendaraan bermotor yang diperoleh berdasarkan
harga pasaran umum atas suatu KB
2. Bobot adl satuan yg menyatakan secara relatif kadar
kerusakan jalan dan pencemaran lingkungan akibat
penggunaan kendaraan bermotor
BBNKB
Cara Perhitungan: BBNKB = Tarip X NJKB
PP No 65 Tahun 2001 Psl 17 menentukan tarip BBNKB sbb:
1. Atas penyerahan pertama (berarti kendaraan baru)
a. 10% untuk kendaraan bermotor bukan umum
b. 10% untuk kendaraan bermotor umum
c. 3% untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar
2. Atas`penyerahan kedua dan berikutnya
a. 0,1% untuk kendaraan bermotor bukan umum
b. 0,1% untuk kendaraan bermotor umum
c. 0,3% untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar
3. Atas penyerahan karena warisan atau hibah
a. 0,1% untuk kendaraan bermotor bukan umum
b. 0,1% untuk kendaraan bermotor umum
c. 0,3% untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar
Tarip dan
Tarip PKBCara
sesuai Perhitungan
dengan PP No 65 Tahun 2001 Pasal 5 dibagi
menjadi 3 kelompok, yang besarnya adalah:
a) 1,5% untuk KB bukan umum
b) 1% untuk KB umum, yaitu KB yg dipergunakan oleh umum
dengan dipungut bayaran
c) 0,5% untuk KB, alat-alat berat dan alat-alat besar

Cara Perhitungan
Perhitungan PKB yg terutang dpt diformulasikan sbb:
PKB = Tarip X Dasar Pengenaan

PKB = Tarip X ( NJKB X Bobot)

Contoh 2.7:
Sebuah mobil Toyota Kijang, buatan tahun 2003, bukan umum,
ber NJKB Rp 100.000.000,- dengan bobot 1,1.
Dari contoh tersebut maka jumlah PKB terutang adalah:
PKB terutang = 1,5% X Rp 100.000.000,- X 1,1
= 1,5% X Rp 110.000.000,- = Rp 1.650.000,-
DEPRESIASI DAN AMORTISASI
Pelajari kembali Depresiasi pd matakuliah Pengantar Akuntansi

Depresiasi merupakan istilah alokasi atau


pembebanan harga perolehan aktiva tetap atau
harta tetap (fixed assets) selama masa
manfaatnya. Contoh Aktiva Tetap: mesin,
kendaraan dan gedung/bangunan
Amortisasi merupakan istilah alokasi untuk
harga perolehan aktiva tak berwujud (intangible
assets) selama masa manfaatnya. Contoh
Aktiva Tak Berwujud: Paten, Merk Dagang dan
Lisensi.
PENGGOLONGAN AKTIVA TETAP DAN
TARIP DEPRESIASI

No Aktiva Tetap Masa Depresiasi Depresiasi


Manfaat Garis Lurus So Menurun
1 Non Bangunan
-Golongan Satu 4 Tahun 25% 50%
-Golongan Dua 8 Tahun 12,5% 25%
-Golongan Tiga 16 Tahun 6,25% 12,5%
-Golongan Empat 20 Tahun 5% 10%
Catatan Untuk Depresiasi Menurut Pajak

Nilai Residu di anggap 0 = (atau tak ada)


Dimulai sejak bulan perolehan
Untuk Non Bangunan ada dua alternatip
metode depresiasi. Penggunaan satu
pilihan harus dilaksanakan dg taat azas
Untuk Bangunan metode yg dibolehkan
hanya garis lurus
Contoh
Pada awal Januai 2009 PT Dwi Jaya yg bergerak dlm
bid konstruksi mempunyai AT gol 2 (masa manfaat 8
th) dengan harga perolehan Rp 100.000.000,-. Perhit
depresiasi per tahun untuk AT tsb dg Metode GL dan
SM dimulai awal tahun 2009
Jumlah depresiasi dicoba dikerjakan di kelas

Soal Latihan
Pada awal 2008 Fa Abadi mempunyai Aktiva Tetap Golongan 1
dengan harga perolehan Rp 80.000.000,- dan nilai residu
pada akhir masa manfaat Rp 4 juta
a. Hitung depresiasi per tahun dengan metode garis
lurus dan saldo menurun?
b. Buat tabel yang menunjukkan depresiasi, akumulasi
depresiasi dan nilai buku selama umur ekonomis.
Detail dan variasi soal Depresiasi dan amortisasi hendaknya
diperdalam sendiri oleh mahasiswa
KUP
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
tsb disingkat KUP dan mulai berlaku 1 januari
1984. Diatur dalam UU No 6/Th 1983; UU No
9/Th 1994; dan UU No 16/Th 2000

Akhirnya UU No 16 Th 2000 diubah dg UU


No 28 Th 2007, tertanggal 17 Juli 2007
UU No 28 Th 2007 ini mulai berlaku tahun
Pajak 2008
Bbrp kewajiban umum yg diatur dlm
KUP adalah:
Kewajiban mendaftarkan diri
Kewajiban pembukuan / Pencatatan
Kewajiban menghitung dan membayar
pajak
Kewajiban melaporkan pajak
Kewajiban memberikan keterangan
Kewajiban merahasiakan
Beberapa Pengertian
Wajib Pajak adl orang pribadi atau badan yg menurut ketentuan
perundang-undangan diwa-jibkan memenuhi kewajiban perpajakan,
ter-masuk pemungut pajak atau pemotong pajak ( No UU 16 Th 2000)

Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar


pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak
dan kewajiban perpajakan, sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan perpajakan (UU No 28 Tahun 2007)

Badan adalah sekumpulan orang dan / atau modal yang merupakan


kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan
usaha yang meliputi PT, perseroan komanditer, perseroan lainnya,
BUMN/D dg nama dn dalam bentuk apapun, Fa, kongsi, koperasi,
dana pensiun, persekutuan , perkumpulan, yayasan, organisasi massa,
organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk
badan lainnya, termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha
tetap.
Beberapa Pengertian (lanjutan)
Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi WP
untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang
dalam suatu jangka waktu tertentu sebagaimana ditentukan dalam
UU ini. Masa pajak sama dengan jangka waktu 1 (satu) bulan
kalender atau jangkawaktu lain yang diatur dg Peraturan Menkeu
paling lama 3 bulan kalender

Tahun Pajak adalah jangka waktu 1(satu) tahun kalender kecuali


bila WP menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun
kalender

Bagian Tahun Pajak adalah bagian dari jangka waktu satu tahun
pajak.
Beberapa Pengertian (lanjutan)
Cara Penyebutan Tahun Pajak
Bila periode pembukuan dimulai dan diakhiri pd
saat yg sama dengan tahun kalender maka
tahun pajak adl sama dengan tahun kalender

Bila periode pembukuan dimulai dan diakhiri pd


saat yg tidak sama dengan tahun kalender
maka tahun pajak adl tahun yg didalamnya
berisi 6 (enam) bulan pertama atau lebih dari
enam bulan dari periode tahun buku.
Beberapa Pengertian (lanjutan)

Surat Pemberitahuan (SPT) = Tax Return adl surat yg


oleh WP digunakan untuk melaporkan penghitungan
dan/atau pembayaran pajak, obyek pajak dan/atau bukan
obyek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

SPT Masa adalah SPT untuk suatu Masa Pajak

SPT Tahunan dalah SPT untuk suatu Tahun Pajak atau


Bagian Tahun Pajak
NPWP = Nomor Pokok Wajib Pajak

NPWP adalah nomor yang diberikan kepada WP


sebagai sarana dalam administrasi perpajakan
yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri
atau identitas WP dalam melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakannya.
NPWP terdiri dari 15 digit, terdiri dari 9 digit
pertama Kode WP; dan 6 digit berikutnya
merupakan Kode Administrasi .
Dalam KUP yg baru:
Pasal 2 KUP (1): Setiap WP yg telah memenuhi persyaratan subyektif
dan obyektif sesuai ketentuan peraturan perundan-undangan
perpajakan wajib mendaftarkan diri pd Kantor Ditjen Pajak yg
wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan
WP dan kepadanya diberikan NPWP
KUP (2): Setiap WP sbg Pengusaha yg dikenai pajak berdasarkan UU
PPN Tahun 2004 dan perubahannya, wajib melaporkan usahanya
pada kantor Ditjen Pajak yg wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal atau tempat kedudukan Pengusaha dan tempat kegiatan
usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.

Yang tidak diwajibkan mempunyai NPWP


Seseorang yg penghasilannya tidak lebih dari PTKP
Isteri yang memperoleh penghasilan tetapi penghasilan dan
hartanya digabung dengan penghasilan suami
WP Luar Negeri
Tata cara pendaftaran NPWP / PKP
WP mengisi formulir pendaftaran dan menyampaikan secara
langsung atau melalui pos ke KPP atau KP2KP setempat dg
lampiran sbb:
1. Bagi WP OP Non Usahawan
Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi paspor
dan surat keterangan tinggal (minimal kepala Desa) bagi WNA
2. Bagi WP OP Usahawan
a. Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi
paspor dan surat keterangan tinggal (minimal kepala Desa) bagi
WNA
b. Surat Keterangan tempat kegiatan usaha / pekerjaan
bebas dari pejabat berwenang, miminal lurah (Kepala Desa)
3. Bagi WP Badan
a. Fotokopi akte pendirian dan perubahan terakhir atau
surat keterangan penunjukan dari kantor pusat bagi BUT
b. Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi
paspor dan surat keterangan tinggal dari pejabat berwenang
(minimal kepala Desa) bagi WNA, dari salah satu pengurus aktif.
c. Surat Keterangan tempat kegiatan usaha / pekerjaan
bebas dari pejabat berwenang miminal lurah (Kepala Desa)
4. Bagi Bendaharawan sbg pemungut / Pemotong
a. Fotokopi KTP Bendaharawan
b. Fotokopi penunjukan sebagai Bendaharawan
Pendaftaran NPWP / PKP melalui
Elektronik
1. Cari situs Dirjen Pajak di Internet dengan
alamat www.pajak.go.id
2. Selanjutnya pilih menu e-reg (electronic
registration)
3. Pilih menu buat account baru dan isilah
kolom sesuai yang diminta
4. Silakan masuk ke menu Formulir Registrasi
WPOP isilah sesuai dg KTP anda
5. Anda akan memperoleh Surat Keterangan
Terdaftar (SKT) Sementara yg berlaku selama
30 hari. Cetak isian Formulir Registrasi WPOP
sebagai bukti Anda sudah terdaftar sebagai WP.
6. Tandatangani formulir Form Registrasi,
kemudian kirimkan bersama SKT Sementara
serta persyaratan lainnya ke KPP setempat, dan
Anda akan menerima kartu NPWP dan SKT asli.
Beberapa Pengertian (lanjutan)
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
adl surat ketetapan yg menentukan besarnya
jumlah pajak yg terutang, jumlah kredit pajak,
jumlah kekurangan pembay pokok pajak, besar-
nya sanksi administrasi dan jumlah pajak yg masih
harus dibayar.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
(SKPKB) adl surat ketetapan untuk menentukan
tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan
dalam SKPKB atau SKPKBT
.
Surat Ketetapan pajak Nihil (SKPN) adalah
surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah
pajak sama besarnya dengan jumlah kredit
pajak, atau pajak tidak terutang dan tidak ada
kredit pajak

Surat Ketetapa Pajak Lebih Bayar (SKLB)


adalah surat ketetapan pajak yg menentukan
jumlah kelebihan pembayaran pajak karena
jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak
terutang atau seharusnyatidak terutang.
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN
PEMBAYARAN PAJAK

SPT digunakan oleh WP (wajib potong dan wajib pungut)


untuk melaporkan dan mempertanggungjwbkan kewajiban
perpajakannya: SPT PPh Tahunan yang a.l. berisi:
-Pembayaran atau pelunasan yang telah dilakukan dalam
satu tahun pajak
-Penghasilan yg merupakan obyek pajak dan / atau bukan
obyek pajak
- Harta dan kewajiban;

Sebelum melapor dengan SPT, WP harus membayar


terlebih dahulu. Sarana untuk membayar disebut Surat
Setoran Pajak yang disingkat SSP.
Surat Setoran Pajak (SSP)
Jenis-jenis SSP: SSP Standar, SSP Khusus, SSP CP (Surat Setoran
Pabean, Cukai dan Pajak dalam rangka Impor), dan SSCP
(Surat Setoran Cukai atas Barang Kena Cukai dan PPN Hasil
Tembakau Buatan Dalam Negeri)

SSP Standar (disebut SSP) adalah bukti pembayaran atau


penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan
menggunakan formulir atau dg cara lain ke kas negara
melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan. Ada 4 Lembar (Lb)

Lb -1: U/ arsip WP
Lb -2: U/ Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)
Lb -3: U/ dilaporkan oleh WP ke KPP
Lb -4: U/ arsip Kantor Penerima Pembayaran

Dapat dibuat lembar ke 5 bila diperlukan diperuntukkan untuk


arsip Wajib Pungut atau Pihak Lain sesuai ketentuan
perpajakan yg berlaku
Jenis SPT
Jenis-jenis SPT Masa meliputi: SPT Masa PPh Pasal
21 dan 26, SPT Masa PPh Pasal 22 Bendaharawan,
SPT Masa PPh Pasal 22 Impor, SPT Masa PPh Pasal
23 dan 26, SPT Masa PPh Pasal 25; SPT Masa PPh
Pasal Pasal 4 ayat 2; SPT Masa PPN dan PPnBM;
dan SPT Masa PPN dan PPn BM bagi Pemungut.
Coba beri definisi dan pahami apa itu a) PPh pasal 21,
b) PPh Pasal 22 Bendaharawan, dst

Jenis-jenis SPT Tahunan meliputi: SPT Tahunan PPh


WP Pribadi (formulir 1770), SPT Tahunan PPh WP
Badan (Formulir 1771) dan SPT Tahunan PPh Pasal
21 (Formulir 1721).
SPT PPh Tahunan Orang Pribadi
Jenis SPT tahunan WP OP, disesuaikan dg kriteria sbb:
1.Formulir 1770SS (SPT Tahunan PPh WP OP Sangat
Sederhana) bagi karyawan yang hanya berpenghasilan
dari satu pemberi kerja dengan penghasilan tidak lebih
dari Rp 60juta setahun.
2. Formulir 1770S ( SPT tahunan PPh WP OP Sederhana)
bagi karyawan yang berpenghasilan lebih dari Rp 60
juta setahun atau bagi karyawan yang bekerja pada
lebih dari satu pemberi kerja, yang tidak mempunyai
usaha atau pekerjaan bebas
3. Formulir 1770 (SPT tahunan PPh WP OP) bagi WPOP
yang mempunyai kegiatan usaha atau pekerjaan bebas

Jenis SPT Tahunan WP Badan adalah Formulir 1771


Formulir SPT diperoleh di KPP; KP2KP; Pojok Pajak
dipusat-pusat keramaian atau download di website
www.pajak.go.id

Apabila terdapat PPh kurang bayar agar dilakukan


pembayaran melalui bank persepsi atau kantor pos

SPT yang telah diisi agar disampaikan langsung ke


KPP atau KP2KP. Bagi WPOP paling lambat tgl 31 Maret; bagi
WP Badan tg 30 April setelah berakhir tahun pajak

SPT formulir 1770SS dapat dikumpulkan melalui


kantor karyawan masing-masing, yang selanjutnya
disampaikan ke KPP atau KP2KP secara kolektif
TATA CARA PENYELESAIAN SPT
Wajib pajak/wajib potong/wajib pungut mengambil sendiri SPT di tempat
yg telah ditentukan Ditjen Pajak atau down load dari www.pajak.go.id
WP wajib mengisi SPT dengan benar, lengkap, jelas, menandatangani dan
menyampaikanya ke Ditjen Pajak.
Dalam hal WP adl badan, SPT harus ditandatangani oleh pengurus /
direksi.
Dalam hal SPT ditandatangani orang lain bukan WP sendiri maka harus
dilampiri Surat Kuasa Khusus bermeterai cukup.
SPT Tahunan PPh yg disampaikan oleh WP yg wajib melakukan
pembukuan harus dilengkapi dg neraca dan laporan LR serta
keterangan lain yg diperlukan untuk menghitung besarnya PKP.
Apabila diketahui terdpt kesalahan pada SPT yg telah disampaikan ke
KPP, WP dpt membetulkan sendiri dg menyampaikan pernyataan
tertulis sepanjang DitJen Pajak belum melakukan:
a. Tindakan pemeriksaan, dlm hal ini WP dikenakan sanksi berupa
bunga 2% sebulan atas jumlah yg kurang dibayar, dihitung mulai
saat penyampaian SPT berakhir s/d tanggal pembayaran
kekurangan pajak tersebut.
b. Tindakan penyidikan, dalam hal ini WP dikenakan sanksi berupa
denda administrasi sebesar 150% dari jumlah pajak yg kurang
dibayar.
Before looking at the time limit to pay and report, we need
to know the definition of each type of Income Tax (IT)
IT art 21 = withholding tax on salaries, wages, honoraria etc. It is income tax of labor
income and service rendered by personal taxpayers.
IT art 22 = withholding tax on enterprise income because of rendering or selling
goods or services to government body or because of import goods.
IT art 23 = withholding tax on income from capital or fixed assets or service activity.

IT art 21, IT art 22, IT art 23 and IT art 25 are prepaid income tax and can be
credited.

IT art 4 section 2 is called Final Income Tax. It is prepaid Income Tax, but it can not
be credited.
IT art 24 = payment of IT or indebted income tax abroad, that can be credited
IT art 25 = payment of IT directly by taxpayer who has NPWP (Number of Taxpayer
Identification). Usually IT art. 25 is monthly payment during current tax year.

IT art 26 = income tax applied to foreign taxpayer.


IT art 29 = Indebted Income Tax minus Credited Income Tax. Thus, IT art 29 is exist
whenever indebted income tax is bigger than credited income tax.
Whenever Indebted income tax lower than credited IT, it is called IT art 28
BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT DAN PEMBAYARAN PAJAK
SPT Masa dan Pembayaran Dalam Tahun Berjalan
No Jenis Pajak Batas Akhir Penyamp SPT Batas Akhir Penyetoran

1 PPh Ps 21 Tg 20 bulan berikutnya stl Tg 10 bulan berikutnya stl


dan Ps 26 masa pajak berakhir masa pajak berakhir

2 PPh Ps 22 14 hari setelah masa pajak Sama dg tgl


Bendahrw berakhir pembayaran /
Pemerintah pemotongan
3 PPh Ps 22 Hari kerja terakhir minggu Sehari setelah tgl
Impor berikutnya stl pemungutan pemungutan

4 PPh Ps 23 Tg 20 bulan berikutnya stl Tg 10 bulan berikutnya stl


dan 26 masa pajak berakhir masa pajak berakhir

5 PPh Ps 25 Tg 20 bulan berikutnya stl Tg 15 bulan berikutnya stl


masa pajak berakhir masa pajak berakhir

6 PPh Ps 4 Tg 20 bulan berikutnya stl Tg 10 bulan berikutnya stl


ayat 2 masa pajak berakhir masa pajak berakhir

7 PPN Umum Tg 20 bulan berikutnya stl Tg 15 bulan berikutnya stl


BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT DAN
PEMBAYARAN PAJAK
SPT Tahunan dan Pembayaran Stl Tahun Pajak Berakhir
No Jenis Pajak Batas Akhir Penyamp SPT Batas Akhir Penyetoran
1 PPh Ps 29 Bagi WP OP: 3 Bulan Bagi WPOP: 3 bulan stl TP
(Mulai Thn setelah tahun pajak (TP) berakhir sbl menyampaikan
Pajak 2008) berakhir SPT Tahunan
Bagi WP Badan 4 Bulan Bagi WP Badan 4 Bulan

2 PPh Ps 21 3 Bulan setelah tahun pajak 3 Bulan setelah tahun pajak


Tahunan berakhir berakhir sbl menyampaikan
SPT Tahunan

Sanksi Keterlambatan Penyampaian SPT


Apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu sbgmn dimaksud (di
atas), dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp 500.000,
untuk SPT Masa PPN, Rp 100.000,- untuk SPT masa lainnya, Rp
1.000.000,- untuk SPT Tahunan PPh WP Badan, Rp 100.000,- untuk
SPT Tahunan PPh OP.
Secara Garis Besar: Batas penyampaian SPT adalah sbb:

Batas waktu dimuat dalam Pasal 3 ayat (3), sbb: Batas waktu
penyampaian SPT adalah:
- Untuk SPT Masa , paling lama 20 hari setelah akhir masa pajak
- Untuk SPT Tahunan PPh WP OP paling lama 3 bulan setelah akhir
tahun pajak
- Untuk SPT Tahunan PPh WP Badan paling lama 4 bulan setelah akhir
tahun pajak

WP dg kriteria tertentu dapat melaporkan beberapa Masa Pajak dalam


satu SPT Masa. Tatacaranya diatur dengan Peraturan Menkeu

Batas Waktu dan tatacara pelaporan atas pemotongan dan pemungutan


yg dilakukan oleh bendaharawan dan badan tertentu diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menkeu.
Catatan:

1. Jika jatuh tempo pembayaran bertepatan hari libur, pembayaran


pajak dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya
2. SPT bisa disampaikan langsung, dikirim melalui pos, atau
disampaikan lewat elektronik
3. Jika SPT disampaikan langsung ke KPP, maka SPT harus diberi
tanggal penerimaan oleh petugas dan WP akan mendapatkan
bukti penerimaan
4. Jika SPT dikirim lewat pos atau dengan cara lain, bukti
pengiriman merupakan bukti penerimaan SPT (dg catatan SPT
diisi dg benar, lengkap, jelas, ditandatangani dan disertai
lampiran yang diperlukan.
5. WP OP yg dalam satu tahun pajak penghasilannya dibawah
PTKP tidak wajib menyampaikan SPT
6. WPOP yang tidak menjalankan kegiatan usaha / pekerjaan bebas
dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT masa PPh Ps 25
Sbg contoh: Data dalam SPT sekurang-kurangnya memuat:
SPT Masa PPh SPT Tahunan PPh SPT Masa PPN SPT Masa PPN bagi
Pemungut
Nama, NPWP dan Nama, NPWP dan Nama, NPWP dan Nama, NPWP dan
alamat WP alamat WP alamat WP alamat WP

Masa pajak, tahun Tahun pajak Masa pajak, tahun Masa pajak, tahun
pajak ybs pajak ybs pajak ybs

Tdtangan WP atau Tdtangan WP atau Tdtangan WP atau Tdtangan WP atau


Kuasanya Kuasanya Kuasanya Kuasanya

- Jmlh peredaran usaha Jmlh penyerahan/ dasar Jmlh dasar pengenaan


pengenaan pajak
Jmlh obyek pajak, Jml Phsl, trms bukan - Jml pajak yg dipungut
obyek
Jml Pajak terutang PKP dan Pajak Pajak Keluaran Jumlah pajak yg disetor
terutang
Jml Pajak dibayar Jumlah kredit pajak Pajak Masukan yg dpt Tgl Pemungutan
dikreditkan

- Kurang / lebih bayar Kurang atau lebih bayar -

- Harta dan kewajiban - -


Tgl pembayaran Pajak Tgl pembay PPh Ps Tgl Penyetoran Tgl Penyetoran
Pasal 3 ayat (4): WP dapat memperpanjang jangka
waktu penyampaian SPT Tahunan PPh sebagaimana
dimaksud untuk paling lama 2 bulan dengan cara
menyampaikan pemberitahuan secara tertulis atau
dengan cara lain kepada Ditjen Pajak yg ketentuannya
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menkeu.
Pemberitahuan sbgmn dimaksud ayat (4) harus disertai
dengan perhitungan sementara pajak terutang dalam 1
tahun pajak dan surat setoran pajak sbg bukti pelunasan
kekurangan pembayaran pajak yg terutang, yg
ketentuannya diatur dalam peraturan Men keu.
Apabila SPT tidak disampaikan sesuai batas waktu
dimaksud atau batas waktu perpanjangan penyampaian
SPT Tahunan, maka dapat diterbitkan Surat Teguran.
SPT dianggap tidak disampaikan apabila:

1. SPT tidak ditandatangani


2. SPT tidak sepenuhnya dilampiri keterangan dan /
ata dokumen yang ditetapkan
3. SPT yang menyatakan lebih bayar disampaikan
setelah jangka waktu 3 tahun setelah berakhirnya
Masa Pajak, bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak
dan WP telah ditegur secara tertulis; atau
4. SPT disampaikan setelah Dirjen Pajak melakukan
Pemeriksaan atau menerbitkan SKP.
Pembetulan SPT
Apabila diketahui terdapat kesalahan pd SPT yg telah disampaikan ke
KPP, WP dpt membetulkan sendiri dg menyampaikan pernyataan
tertulis sepanjang Direktorat Jenderal Pajak belum melakukan:
Tindakan pemeriksaan, dhi WP dikenakan sanksi berupa bunga
2%/bulan atas jumlah yg kurang dibayar, dihitung mulai saat
penyampaian SPT berakhir sampai dg tanggal pembayaran
kekurangan pajak tersebut (pasal 8 ayat 1 dan 2)
Tindakan penyidikan, dhi WP dikenakan sanksi berupa denda
administrasi sebesar 150% jumlah pajak yang kurang dibayar
(Lihat pasal 8 ayat 3)
Contoh Pembetulan SPT PPh Tahunan :
Wajib Pajak OP Mandra/K/1 untuk tahun pajak 2008
memasukkan SPT Tahunan tepat waktu yang disertai
sebelumnya dengan setoran akhir. Pada bulan Januari 2010 PT
SIA mengetahui adanya kesalahan bahwa terdapat jumlah pajak
kurang dibayar sebesar Rp 800.000,-. Sehingga wajib pajak
melakukan pembetulan SPT Tahunan 2008 dan melakukan
pembayaran kekurangan sebesar Rp 800.000,- tersebut pada
tanggal 20 Januari 2010.
Penghitungan jumlah yang harus dibayar adalah :

Apabila pembetulan SPT sebelum pemeriksaan:


Kekurangan pokok pajak =Rp 800.000,-
Bunga = 2% X 10 X Rp 800.000,- =Rp 160.000,+
Jumlah yg harus dibayar tgl 20 Jan 2010 =Rp 360.000,-

Apbl pembetulan SPT dilakukan stl pemeriksaan tapi sblm penyidikan:


Kekurangan pokok pajak = Rp 800.000,-
Dendaadministrasi = 150% X Rp 800.000 = Rp 1.200.000,- +
Jumlah yg harus dibayar 20 Jan 2010 = Rp 2.000.000,-
Penagihan Pajak
1. Surat Tagihan Pajak, mungkin dilanjutkan dg Surat Teguran
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
3. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
4. Surat Paksa, dilanjutkan dengan Confiscated Action.=
tindakan sita

Surat Ketetapan Pajak. Ada 4 Macam


1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
3. Surat Ketetapan Pajak Nihil
4. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
Tax collection Instruments and Tax Assessment

Tax Collection Instruments


1. Tax Collection Letter (STP)
2. Underpayment Tax Assessment Letter (SKPKB)
3. Additional Underpayment Tax Assessment Letter (SKPKBT)
4. Force Letter

Tax Assessment
1. Underpayment Tax Assessment Letter
2. Additional Underpayment Tax Assessment (SKPKBT)
3. Overpayment Tax Assessment (SKPLB)
4. Nil Tax Assessment (SKPN).
Surat Pemberitahuan, Ketetapan dan
Penagihan

Ada 2 Macam SPT: SPT Masa dan SPT Tahunan

Ketetapan Pajak: SKPKB, SKPLB, SKPN &


SKPKBT

Penagihan Pajak: STP, SKPKB, SKPKBT,


Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan dan Putusan Banding.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

SKPKB adl surat ketetapan yg menentukan


besarnya jumlah pajak yg terutang, jumlah kredit
pajak, jumlah kekurangan pembay pokok pajak,
besarnya sanksi administrasi dan jumlah pajak yg
masih harus dibayar.

SKPKB berfungsi sbg sarana untuk mengadakan


koreksi atas jml pajak terutang menurut SPT, sbg
sarana u/ mengenakan sanksi dan sekaligus juga
sbg alat u/ menagih pajak yang kurang atau tidak
dibayar/disetor.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
SKPKB diterbitkan apabila (lihat pasal 13 KUP):
a. Berdasarkan hasil pemeriksaan atau informasi lain
ternyata jmlh pajak yang terutang kurang atau tidak
dibayar.
b. SPT tidak disampaikan pd waktu yg ditetapkan dan stl
ditegur scr tertulis tetap tdk disampaikan dlm waktu
menurut surat teguran.
c. Apbl berdasarkan hasil pemeriksaan mengenai PPN
dan PPnBM ternyata tidak seharusnya dikompen-
sasikan selisih lebih pajak, tidak seharusnya
dikenakan tarip 0% atau tidak seharusnya diberikan
pengembalian pajak.
d. Apbl tidak dipenuhi kewajiban sbgmn dimaksud ps 28
dan ps 29 (KUP*) shg tidak dpt diketahui besarnya
pajak yg terutang.
e. Apbl kepada WP diterbitkan NPWP dan atau
dikukuhkan sbg PKP secara jabatan.
Bunyi lengkap pasal 13
(1) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, DirJen Pajak
dapat menerbitkan SKPKB dalam hal-hal sbb:
a. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang
terutang tidak atau kurang dibayar;
b. apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu sbgmn dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (3) dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada
waktunya sebgmn ditentukan dalam Surat Teguran;
c. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai PPN
dan PPnBM ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau
tidak seharusnya dikenai tarif 0% (nol persen);
d. apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 atau Pasal 29 tidak
dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang; atau
e. apabila kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4a).
(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf e ditambah
dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan
paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak
atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai
dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.
(3) Jumlah pajak dalam SKPKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan
huruf d ditambah dg sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar
a. 50% (lima puluh persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dibayar dalam
satu Tahun Pajak;
b. 100% (seratus persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau
kurang dipungut, tidak atau kurang disetor, dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau
kurang disetor; atau
c. 100% (seratus persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah yang tidak atau kurang dibayar.

(4) Besarnya pajak yang terutang yang diberitahukan oleh Wajib Pajak dalam SPTmenjadi
pasti sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan apabila dalam
Jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setelah saat
terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak
tidak diterbitkan surat ketetapan pajak.

(5) Walaupun jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat,
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tetap dapat diterbitkan ditambah sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 48% (empat puluh delapan persen) dari jumlah pajak yang tidak
atau kurang dibayar, apabila Wajib Pajak setelah jangka waktu tersebut dipidana karena
melakukan tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

(5) (Tata cara penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. 14.
Di antara Pasal 13 dan Pasal 14 disisipkan 1
(satu) pasal, yakni Pasal 13A yang berbunyi sbb:
Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan
SPT atau menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau
tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak
benar shg dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan
negara, tidak dikenai sanksi pidana apabila kealpaan tersebut
pertama kali dilakukan oleh Wajib Pajak dan Wajib Pajak
tersebut wajib melunasi kekurangan pembayaran jumtah
pajak yang terutang beserta sanksi administrasi berupa
kenaikan sebesar 200% (dua ratus persen) dari jumlah pajak
yang kurang dibayar yang ditetapkan melalui penerbitan
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.
Catatan: isi psl 28 KUP

1. WP OP yg menjalankan kegiatan usaha atau pekerjaan


bebas dan WP Badan di Indonesia wajib
menyelenggarakan pembukuan
2. WP OP pada huruf 1, yg dikecualikan dari kewajiban
pembukuan tetapi wajib melakukan pencatatan adalah
WP OP yg melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas yg sesuai dg ketentuan peraturan perundangan
perpajakan

Catatan isi Pasal 29 KUP


1. WP yg diperiksa wajib memperlihatkan dan atau
meminjamkan buku/catatan/dokumen; memberikan
kesempatan pemeriksa untuk memasuki tempat/ ruang
yg dipandang perlu; memberikan keterangan
2. Buku/catatan/dokumen dan keterangan lain wajib
Contoh penerbitan SKPKB dan perhitungan sanksi

PT Roda yg mempunyai periode buku sama dengan tahun


kalender memasukkan SPT Tahunan Tahun Pajak 2009
tepat waktunya dengan didahului setoran akhir (setoran
PPh pasal 29). Setelah melakukan pemeriksaan
Direktorat Jenderal Pajak mendapatkan informasi bahwa
jumlah penghasilan kena pajaknya terlalu kecil sehingga
terdapat pajak yang kurang dibayar sebesar Rp
3.000.000,-. Atas dasar pemeriksaan tersebut Ditjen
Pajak menerbitkan SKPKB pada 10 Desember 2011.
Ditanya:
a. Apa sanksi yg dikenakan atas penerbitan SKPKB tsb?
b. Berapa jumlah sanksi yg dikenakan dlm SKPKB tsb?
Jawab
a. Sanksi yg dikenakan adl sanksi bunga sebesar 2% per
bulan.
b. Jumlah bunga dlm SKPKB dpt dihitung sbb:
Bunga = 2% X 20 bulan* X Rp 3.000.000 = Rp
1.200.000,-

Catatan:
Angka 20* dihitung dari periode mulai berakhirnya pembayaran pajak Th
pajak 2009 (30 April 2010), berarti mulai 1 Mei 2009 s/d
diterbitkannya SKPKB yaitu tgl 10 Des 2011.

Seumpama sesuai data pd contoh di atas, SKPKB


diterbitkan tgl 20 Juni 2012, berapa jumlah sanksi yang
tercantum dalam SKPKB?
Jawab: Sanksi bunga=2%X24X Rp3.000.000= Rp1.440.000
Contoh penerbitan SKPKB dan perhit. sanksi
(lanjutan)
Fa Mandiri sebagai wajib potong PPh. Berdasarkan
pemeriksaan oleh Ditjen Pajak diketahui Fa Mandiri tidak
memasukkan SPT Masa PPh Ps. 23 untuk bln Okt 2010
serta diketahui terdpt jumlah yang seharusnya dipotong
dan seharusnya disetorkan sbs Rp10.000.000,- tidak
dilakukan oleh Fa Mandiri. Oleh karena itu berdasarkan
hasil pemeriksaan tsb Ditjen Pajak menerbitkan tagihan
pajak tgl 22 September 2011.

Ditanya:
a. Apa sarana yang digunakan untuk menagih PPh yang
tidak disetor tersebut?
b. Berapa jumlah sanksi dalam tagihan pajak tersebut?
Jawab:
a. Sarana untuk menagih yang diterbitkan adalah SKPKB
b. Sanksi yang dikenakan = 100% X Rp 10.000.000,- = Rp
10.000.000,-

Disamping sanksi tsb Fa Mandiri juga tetap harus menyetor


pokok pajak yang tidak disetor Rp 10.000.000,-,
sehingga jumlah total yang harus dibayar adalah
Pokok pajak = Rp 10.000.000,-
ditambah sanksi 100% = Rp 10.000.000,-
Total yang harus dibayar = Rp 20.000.000,-

Batas jatuh tempo jumlah total yg harus dibayar tsb


adalah tanggal 22 Oktober 2011 atau satu bulan
setelah tanggal penerbitan tagihan pajak (SKPKB).
SURAT TAGIHAN PAJAK (STP)
Adl surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi
admintsi berupa bunga dan/atau denda. STP berfungsi sbg
koreksi atas jmlh pajak yg terutang menurut SPT dan juga
berfungsi sbg sarana untuk mengenakan sanksi adminsi
berupa bunga dan denda admintsi. STP juga berfungsi sbg
sarana menagih pajak maupun sanksi-sanksi pajak.

STP dapat diterbitkan dalam hal (lihat Psl 14 ayat 1):


a. PPh dlm tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;
b. Dari hasil penelitian SPT terdpt kekurangan pembay. pajak
sbg akibat salah tulis dan/atau salah hitung;
c. WP dikenakan sanksi adminsi berupa denda / bunga;
d. Pengusaha yg telah dikukuhkan sbg Pengusaha Kena
Pajak (PKP) tetapi tidak membuat faktur pajak atau membuat
faktur pajak tetapi tidak tepat waktu;
e. Pengusaha yg dikukuhkan sbg PKP yang tidak mengisi
Faktur Pajak scr lengkap kecuali identitas pembeli.
f. PKP yg melaporkan faktur pajak tidak sesuai dg masa
penerbitan faktur pajak.
SANKSI DITERBITKAN STP
Bila diterbitkan STP maka sanksi yang dikenakan adalah:
1. Jumlah kekurangan pajak yg terutang pada butir huruf a
dan b. dalam STP ditambah sanksi administrasi berupa
bunga 2% per bulan untuk maksimal 24 bulan, terhitung
sejak saat terutangnya pajak atau, atau berakhirnya
Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak
sampai dengan diterbitkannya STP.
2. Terhadap pengusaha kena pajak butir huruf d. dan e.
masing-masing dikenakan sanksi administrasi berupa
denda 2% dari Dasar Pengenaan Pajak.
3. Dalam hal STP diterbitkan untuk menagih sanksi
administrasi berupa denda dan/atau bunga maka tidak
lagi dikenakan sanksi administrasi berupa denda / bunga
sebab UU KUP tidak mengatur sanksi administrasi atas
denda / bunga.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh
Ditjen Pajak apabila WP yang telah
menerima STP tetapi tetap tidak mau
membayar adalah:
1. Menerbitkan STP sekali lagi
2. Apabila STP kedua tidak dihiraukan maka
dikeluarkan Surat Teguran. Surat Teguran
dapat diterbitkan setelah tujuh hari sejak saat
jatuh tempo pembayaran. Surat Teguran dapat
dikeluarkan lebih dari satu kali.
3. Bila tetap tidak mau membayar maka Ditjen
Pajak dapat menerbitkan Surat Paksa
Contoh Penerbitan STP dan perhitungan sanksi

PT Fera pd th pajak 2010, berdasarkan SPT Tahunan yg disampaikan


tepat waktunya mempunyai PKP Rp 890.000.000,-. Data pada SPT
tersebut tercantum PPh terutang Rp 222.500.000; jumlah kredit
pajak Rp 182.500.000,- dan jumlah kurang bayar (PPh Pasal 29) Rp
40.000.000,-. Diketahui pula bahwa PPh Pasal. 29 telah dibayar
lunas tanggal 20 April 2011. Kemudian Ditjen Pajak melakukan
penelitian SPT dan menemukan adanya kesalahan tulis /hitung
bahwa ternyata jumlah PKP yang benar Rp 910.000.000,- sehingga
terdapat perbedaan jumlah PPh yang terutang yang mengakibatkan
terdapat PPh kurang dibayar. Atas jumlah kurang dibayar tersebut
Ditjen Pajak menerbitkan tagihan pajak tertgl 15 Feb 2012.

Ditanya:
a. Berapa besarnya jumlah selisih pokok pajak yang terutang?
b. Apa sarana yang digunakan untuk menagih kekurangan
pembayaran pajak?
c. Apa dan berapa sanksi yang dikenakan?
Jawab
a. Jumlah selisih pokok pajak dapat dihitung sbb:
PPh terutang atas dasar PKP yang benar
= Tarip psl 17 X Rp 910.000.000,- = Rp 227.500.000
PPh yg telah dibayar (PPh
terutang men.SPT) = Rp 222.500.000-
Selisih pokok PPh yg kurang dibayar = Rp 5.000.000

b. Sarana u/ menagih adl Surat Tagihan Pajak atau STP

c. Sanksi yg dikenakan adl bunga, yang jumlahnya dihitung


sbb: Jumlah Bunga = 2% X 10 bulan X Rp 5.000.000,-
= Rp 1.000.000,-
Silakan Belajar tentang KUP
1. Apa saja sarana yang digunakan oleh Ditjen Pajak untuk menagih
pajak
2. Apa sarana yang digunakan oleh untuk melaporkan wajib pajak
untuk melaporkan kewajiban perpajakannya
3. Sebutkan dan artikan berbagai jenis pajak penghasilan
4. Kantor PT Dunia, untuk tahun pajak 2008, berdasarkan SPT PPh
Tahunan yang disampaikan tepat waktunya mempunyai PKP
(Penghasilan Kena Pajak) sebesar Rp 830.000.000,-. Jumlah kredit
pajak Rp 187.500.000,- dan ketahui bahwa PPh Pasal 29 telah
dibayar lunas tanggal 20 April 2009. Lalu Ditjen Pajak melakukan
pemeriksaan lapangan dan dari hasil pembahasan akhir
disepakati oleh wajib pajak jumlah PKP yang benar
Rp880.000.000,- shg terdapat perbedaan jumlah PPh yg terutang
yg mengakibatkan terdapat PPh kurang dibayar. Atas jumlah
kurang dibayar tersebut Ditjen Pajak menerbitkan tagihan pajak
tertanggal 15 September 2011. Ditanya:
a. Berapa besarnya PPh terutang menurut Ditjen Pajak?
SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR
TAMBAHAN
SKPKBT (SKPKBT)
berfungsi sebagai koreksi atas jumlah pajak yang
terutang dalam ketetapan pajak sebelumnya (SKPKB,SKPKBT,
SKPLB, SKPN). Disamping itu juga berfungsi sebagai sarana
untuk mengenakan sanksi dan alat untuk menagih pajak.
SKPKBT diterbitkan apabila:
1. Berdasarkan data baru atau data yang semula belum
diungkapkan menyebabkan penambahan pajak yang terutang
dlm surat ketetapan pajak (SKPKB, SKPN, SKPLB)
sebelumnya.
2. Ditemukan lagi data baru yang semula belum terungkap pada
saat penerbitan SKPKBT.
Dari 2 penyebab diterbitkan SKPKBT tsb dapat disimpulkan
bahwa:
1. SKPKBT dapat diterbitkan apabila sebelumnya pernah
diterbitkan ketetapan pajak (mis: SKPKB, SKPLB, SKPN dan
SKPKBT)
2. SKPKBT dapat diterbitkan lebih dari 1 kali asal belum sampai
daluwarsa.
SANKSI DITERBITKAN
SKPKBT
Bila diterbitkan SKPKBT maka sanksi yg dikenakan
adalah:
1. Sanksi administrasi berupa kenaikan 100% dari
jumlah pajak terutang yg tidak/kurang dibayar,
apbl data baru /data yang belum terungkap tsb
ditemukan oleh Ditjen Pajak.
2. Sanksi admistrasi berupa kenaikan tsb tidak
dikenakan, tetapi dikenakan sebesar 48% apabila
SKPKBT diterbitkan berdasarkan keterangan
tertulis dari Wajib Pajak dengan syarat Ditjen
Pajak belum mulai melakukan pemeriksaan.
PENCATATAN dan PEMBUKUAN
1. WP OP yg menjalankan kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas dan WP Badan di
Indonesia wjib menyelenggarakan
pembukuan
2. WP OP pada huruf 1, yg dikecualikan dari
kewajiban pembukuan tetapi wajib
melakukan pencatatan adalah WP OP yg
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas yg sesuai dg ketentuan peraturan
perundang2an perpajakan
PEMBUKUAN dan PENCATATAN
1. Pembukuan atau pencatatan* harus dilakukan dg iktikad
baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yg
sebenarnya
2. Pembukuan atau pencatatan harus diselenggaran di
Indonesia dg menggunakan huruf lati, angka Arab, satuan
mata uang rupiah dan disusun dalam Bhs Indonesia. Boleh
menggunakan satuan mata uang asing dan Bhs Asing
dengan seizin Menkeu
3. Pembukuan dilakukan dg taat azas dan dg steksel akrual
atau stelsel kas
4. Perubahan metode atau tahun buku harus mendapatkan
persetujuan dari DirJen Pajak
5. Pembukuan sekurang2nya terdiri atas catatan mengenai
aset, utang, ekuitas, penghasilan dan biaya, serta
penjualan dan pembelian shg dapat dihitung besarnya
pajak terutang
Pemeriksaan Pajak
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan
mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan
secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Pemeriksaan Lapangan adalah Pemeriksaan yang dilakukan di
tempat kedudukan, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas,
tempat tinggal Wajib Pajak, atau tempat lain yang ditentukan oleh
Direktur Jenderal Pajak.
Pemeriksaan Kantor adalah Pemeriksaan yang dilakukan di
kantor Direktorat Jenderal Pajak.
Pemeriksa Pajak adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh
Direktur Jenderal Pajak, yang diberi tugas, wewenang, dan
tanggung jawab untuk melaksanakan Pemeriksaan.
SOAL LATIHAN (lihat slide berikutnya)
1. Hitung berapa besarnya PPh terutang untuk soal di bawah ini:
a. WP A/K/2, tahun 2009 mempunyai penghasilan neto Rp 350.000.000,-
b. WP B/K/0, tahun 2010, mempunyai penghasilan neto Rp 260.000.000,-
c. PT CD, tahun 2011, memperoleh pengahsilan neto Rp 560.000.000,-
d. Toko Ada, milik Adi/K/0, th 2011, memperoleh pengh.Neto Rp430.000.000
e. Fa DE, Th 2009 memperoleh penghasilan kena pajak Rp 240.000.000,-

2. WP A/K/3 dalam tahun pajak 2010 memperoleh penghasilan kena


pajak didalam SPT tahunan Rp45.000.000,- Setelah Ditjen Pajak
melakukan penelitian ternyata terdapat kesalahan tulis bahwa
penghasilan kena pajak yang benar adalah Rp54.000.000,-.
Kemudian Ditjen Pajak menerbitkan sarana penagihan pajak akibat
adanya kekurangan pembayaran karena kesalahan tulis tersebut
tertanggal 05 November 2011
Ditanya:
a. Berapa jumlah selisih pokok pajak?
b. Berapa sanksinya?
In Short: Profit and Loss Statement
( Assume : Person TP and No Prior Year Loss)
Gross Income(pengh bruto) XX
Deductible to find net income (expense) XX
Net Income (pengh
Deducted neto)(PTKP)
By: NTITP XX
XX

Taxable Income (PKP) XX

Kalau WP Badan tidak ada PTKP. Jadi kalau


tidak ada rugi tahun / tahun2 yg lalu maka
Net Income = Taxable Income
Penghasilan Neto = Pengh Kena Pajak
Soal untuk Pekerjaan Rumah: (Selain KUP, sdr baca pasal 14 UU PPh)
Kita coba kerjakan dahulu soal no 2 slde no 155

Zaini (K/2) adalah WP OP yang membuka usaha bengkel kendaraan


bermotor roda dua pada bulan Januari 2009. Omzet sampai akhir
Desember 2009 mencapai Rp 900.000.000,- . Zaini belum sanggup
melakukan pembukuan sehingga untuk menghitung PPh terutang Zaini
menggunakan pencatatan. Diminta: Prosedur apa yg seharusnya
dilakukan oleh Zaini berkaitan dg kasus di atas?

Setelah disetujui untuk menyelenggarakan pencatatan Zaini menghitung


PPh terutang tahun 2009 dengan menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto (NPPN) sebesar 20%. SPT Tahunan OP disampaikan
tanggal 30 Maret 2010 dengan PPh terutang sebesar Rp18.300.000,- .
Kemudian ketika Kantor Pajak (KPP) melakukan penelitian atas SPT
Tahunan OP di atas terdapat kesalahan hitung yang menyebabkan
kekurangan pembayaran pajak. Berdasarkan hal tersebut
a. Produk hukum apa yang akan diterbitkan KPP, dan berapa besarnya
sanksi apabila produk hukum tersebut terbit tanggal 20 Juni
2010?
b. Kapan jatuh tempo produk hukum pada huruf b) di atas?
c. Bagaimana prosedurnya apabila Zaini bermaksud menunda
pembayaran utang pajak yang tercantum pada produk hukum
SOAL LATIHAN

3. WP B/K/3 dalam tahun pajak 2010 memperoleh penghasilan neto


didalam SPT tahunan Rp127.400.000,- tetapi ditemukan dalam
penelitian SPT oleh Ditjen Pajak besarnya penghasilan neto yang
benar Rp137.400.000,-. Sehingga Ditjen Pajak menerbitkan sarana
menagih pajak tertanggal 18 Mei 2011. Ditanya:
a. Berapa jumlah selisih pokok pajak
b. Berapa jmlh sanksi akibat penerbitan sarana menagih pajak tsb?
4. PT Redgo untuk tahun pajak 2009 telah memasukkan SPT tahunan
tepat waktu dan disertai setoran akhir. Pada waktu dilakukan
pemeriksaan lapangan oleh Ditjen pajak ditemukan terdapat PPh
pasal 29 yang tidak dibayar sebesar Rp 6.000.000,- yg telah melalui
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan sehingga oleh Ditjen Pajak
diterbitkan sarana penagihan pajak tertanggal 13 Mei 2011. Ditanya :
Berapa jumlah sanksi adanya kekurangan pembay pajak tsb.?
5. Wajib Potong PPh pasal 23 tidak memasukkan SPT untuk periode
September 2009. Ketika diperiksa Ditjen Pajak ditemukan adanya
jumlah PPh yang tidak dipotong/tidak disetor sebesar Rp
10.000.000,- sehingga diterbitkan sarana penagihan pajak tertanggal
23 September 2011. Ditanya :
Berapa jumlah sanksi adanya jumlah yang tidak disetor tsb?
Pajak Penghasilan (PPh) = Income Tax
1. PPh adalah Pajak Pusat
2. PPh adalah Pajak Langsung
3. Dasar Hukum (DH) PPh
a. DH Formil: UU No 6/ 1983; UU No 9/1994; UU
No 16/ 2000, terakhir UU No 28/2007. UU ini
adalah UU tentang KUP
b. DH Materiel: UU No 7/1983; UU No 7/1991;
UU No 10/1994; UU No 17/ 2000 ; terakhir UU
No 36 /2008. UU ini adalah UU tentang Pajak
Penghasilan
SUBYEK PAJAK
Subyek pajak menjawab siapa yang
dikenakan Pajak
Subyek Pajak menjadi wajib pajak bila
memenuhi syarat-syarat obyektif, yaitu
adanya penghasilan.
Subyek Pajak Penghasilan adalah
a. 1. orang pribadi;
2. warisan yang belum terbagi sebagai satu
kesatuan menggantikan yang berhak;
b. Badan;
c. Bentuk usaha tetap
Bentuk usaha tetap merupakan subjek pajak
yg perlakuan perpajakannya dipersamakan
dengan subjek pajak badan.
Subyek Pajak dapat dibagi: Subyek Pajak DN
dan Subyek Pajak LN
Subyek Pajak Dalam Negeri, yg terdiri atas:
1) Subyek Pajak Orang Pribadi
a). Orang pribadi yang bertempat tinggal di
Indonesia; atau
b). Orang pribadi yang berada di Indonesia lebih
dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan;
atau
c). Orang pribadi yang dalam satu tahun pajak
berada di Indonesia yang mempunyai niat
untuk bertempat tinggal di Indonesia.
2). Warisan yang belum dibagi sebagai satu
kesatuan, menggantikan yang berhak
3). badan yang didirikan atau bertempat kedudukan
di Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan
pemerintah yang memenuhi kriteria:
pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
pembiayaannya bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah;
penerimaannya dimasukkan dalam anggaran
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah; dan
pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan
fungsional negara;
Subjek pajak luar negeri adalah:
orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia,
orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari
183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka
waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia,
yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui bentuk usaha tetap di Indonesia; dan
orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia,
orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari
183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka
waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia,
yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan
dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia.
Bentuk Usaha Tetap (BUT)

Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha


yang dipergunakan oleh orang pribadi yang
tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang
pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih
dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari
dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan,
dan badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia untuk
menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan di Indonesia.
a. BUT,
tempatdapat berupa:
kedudukan manajemen;
b. cabang perusahaan;
c. kantor perwakilan;
d. gedung kantor;
e. pabrik;
f. bengkel;
g. gudang;
h. ruang untuk promosi dan penjualan;
i. pertambangan dan penggalian sumber alam;
j. wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi;
k. perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan,atau kehutanan;
l. proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan;
m. pemberian jasa dlm bentuk apapun oleh pegawai atau orang lain, sepanjang
dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan;
n. orang atau badan yg bertindak sbg agen yg berkedudukan tidak bebas;
o. agen atau pegawai dari perusahan asuransi yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau
menanggung risiko di Indonesia; dan
p. komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau
digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan
kegiatan usaha melalui internet.
Saat mulai dan berakhirnya kewajiban pajak subyektif

Subyek pjk Dimulai Berakhir


OP DN Saat dilahirkan Saat meninggal dunia
Saat berada di Indonesia Saat meninggalkan
atau berniat bertempat Indonesia untuk
tnggal di Indonesia selamanya
Badan DN Saat didirikan atau Saat dibubarkan atau
bertempat kedudukan di tidak lagi bertempat
Indonesia kedudukan di Indonesia
LN melalui BUT Saat menjalankan usaha Saat tidak lagi
atau melakukan kegiatan menjalankan usaha atau
melalui BUT di Indonesia melakukan kegiatan
melalui BUT di Indonesia
Saat mulai dan berakhirnya kewajiban pajak subyektif
(lanjutan)
Subyek pjk Dimulai Berakhir

LN tidak Saat menerima atau Saat tidak lagi menerima


melalui BUT memperoleh penghasilan atau memperoleh pangh.
dari Indonesia dari Indonesia
Warisan Saat timbulnya warisan Saat warisan selesai
Belum Dibagi yang belum dibagi dibagikan
PENGECUALIAN SUBYEK PAJAK
Badan perwakilan negara asing
Pejabat perwakilan diplomatik: Dubes, konsul,
diplomat, pegawai yg diperbantukan dg 3 syarat:
- Bukan WNI
- Di Indonesia tidak menerima/ memperoleh
pengh. lain di luar jabatannya di Indonesia.
- Negara ybs memberikan perlakuan timbal balik.
Organisasi Internasional yg ditetapkan MenKeu
Pejabat perwakilan organisasi internasional (bukan
WNI) yang ditetapkan Menteri Keuangan.
OBYEK PAJAK PPh
Yang menjadi obyek pajak adl penghasilan.
Penghasilan diartikan dlm pengertian scr luas
yi: setiap tambahan kemampuan ekonomis
yg diterima atau diperoleh wajib pajak, baik
yg berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yg dapat dipakai untuk konsumsi
atau untuk menambah kekayaan wajib pajak
yg bersangkutan dengan nama dan bentuk
apapun.
Yang termasuk objek pajak dalam perundang-
undangan PPh adalah sbb: (lihat pasal 4 UU PPh ayat 1)
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan
pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh
termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,
komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau
imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan
lain dalam Undang-undang ini;
b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan,
dan penghargaan;
c. laba usaha;
d. keuntungan karena penjualan atau karena
pengalihan harta termasuk: (ada 5 points)
Termasuk Obyek PPh (lanjutan):

e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah


dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan
pengembalian pajak;
f. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena
jaminan pengembalian utang;
g. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun,
termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada
pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi;
h. royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta;
j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
Termasuk Obyek PPh (lanjutan):
k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai
dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dg PP;
l. keuntungan selisih kurs mata uang asing;
m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
n. premi asuransi;
o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari
anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang
menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan
yang belum dikenakan pajak;
q. penghasilan dari usaha berbasis syariah;
r. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang yang mengatur mengenai KUP; dan
s. surplus Bank Indonesia.
Penghasilan di bawah ini dapat dikenai
a.
pajak bersifat final (pasal 4 ayat 2)
penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya,
bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan
yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi
orang pribadi;
b. penghasilan berupa hadiah undian;
c. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya,
transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan
transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan
modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh
perusahaan modal ventura;
d. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah
dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real
estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan
e. penghasilan tertentu lainnya,
yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Yang dikecualikan dari objek pajak adalah
(lihat Pasal 4 ayat 3):
a.1. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan
amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan
oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang
berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi
pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah
dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan PP; dan

2. harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis


keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan
pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang
pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menkeu,

sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan,


atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;
Yg dikecualikan dari objek pajak (lanjutan):
b. warisan;
c. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b
sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti
penyertaan modal;
d. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan
atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk
natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau
Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib
Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final
atau Wajib Pajak yang menggunakan norma
penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15;
e. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang
pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan,
asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna,
dan asuransi bea siswa;
Yg dikecualikan dari objek pajak (lanjutan):
f. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh
perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri,
koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha
milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha
yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia
dengan syarat:
1.dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
2. bagi perseroan terbatas, BUMN dan BUMD yang
menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yg
memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh
lima persen) dari jumlah modal yg disetor;
g. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang
dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;
Yg dikecualikan dari objek pajak (lanjutan):
h. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana
pensiun sebagaimana dimaksud pada huruf g, dalam
bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan;

i. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari


perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas
saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan
kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak
investasi kolektif;
j. dihapus;
Yg dikecualikan dari objek pajak (lanjutan):
k. pengh yg diterima atau diperoleh perush modal ventura berupa bagian
laba dari badan pasangan usaha yg didirikan dan menjalankan usaha
atau kegiatan di Indonesia, dg syarat badan pasangan usaha tsb:
1. mrpk persh mikro, kecil, menengah, atau yg menjalankan kegiatan
dlm sektor2 usaha yg diatur/dg berdasarkan PerMenkeu; dan
2. sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;

l. beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur


lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

m. sisa lebih yg diterima / diperoleh badan / lembaga nirlaba yg bergerak


dalam bid. pendidikan dan/atau bid. Litbang yang telah terdaftar pada
instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk
sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan
pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak
diperolehnya sisa lebih tsb, yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan Peraturan Menkeu; dan

n. bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara


Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan PerMenkeu.
PKP bagi WPDN dan BUT, ditentukan berdasarkan
pengh. bruto dikurangi biaya untuk 3M, termasuk :(Psl 6)
a. biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan
dengan kegiatan usaha, antara lain:
biaya pembelian bahan;
biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah,
gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan
dalam bentuk uang;
bunga, sewa, dan royalti;
biaya perjalanan;
biaya pengolahan limbah;
premi asuransi;
biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
biaya administrasi; dan
pajak kecuali Pajak Penghasilan;
Pengurang penghasilan bruto (lanjutan pasal 6)
b. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud
dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas
biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A;
c. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan;
d. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan
digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan;
e. kerugian selisih kurs mata uang asing;
f. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di
Indonesia;
g. biaya beasiswa, magang, dan pelatihan;
h. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
Pengurang penghasilan bruto (lanjutan pasal 6)
i. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang
ketentuannya diatur dengan PP;
j. sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang
dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan PP;
k. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur
dengan PP;
l. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan
PP; dan
m. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya
diatur dengan PP.

Catatan: pengurang berikutnya adalah kompensasi kerugian.


Bila Penghasilan bruto dikurangi pengurang di atas (sampai huruf m)
didapatkan kerugian maka kerugian tersebut dikompensasikan
dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut
sampai dengan 5 (lima) tahun.
Bagi WP OP masih ada pengurang lainnya yaitu: Zakat dan PTKP
PPh = Tarip ps 17 X PKP

1. PKP bisa dicari melalui Laporan Laba Rugi.


Laporan Laba Rugi dibuat oleh WP yang
menjalankan kegiatan usaha (baik Badan
maupun Pribadi). Bagi WP Badan diharuskan
untuk menyusun laporan laba rugi.
2. PKP dicari melalui Norma Perhitungan, yaitu
dengan mencari terlebih dahulu penghasilan
neto, kemudian dikurangi PTKP. Penggunaan
norma hanya diperbolehkan bagi WP pribadi
(perusahaan perseorangan)
Urutan dalam menghitung PKP berdasarkan Laporan
Laba Rugi menurut ketentuan perpajakan:
Penghasilan Bruto 1) Rp XX
Dikurangi:
Biaya mendapatkan, menagih dan memelihara termasuk:
Biaya pembelian bahan Rp XX
Biaya yang berkaitan dengan tenaga kerja Rp XX
Biaya bunga, sewa, royalty Rp XX
Biaya pengolahan limbah Rp XX
Piutang yang nyata-nyata tak tertagih Rp XX
Premi asuransi dan lain-lain Rp XX + Rp XX
Biaya depresiasi / amortisasi 2) Rp XX
Iuran kepada dana pensiun yang disetujui Menkeu Rp XX
Kerugian karena pengalihan harta Rp XX
Kerugian karena selisih kurs valuta asing Rp XX
Biaya penelitian dan pengembangan di Indonesia Rp XX
Biaya bea siswa, magang/ pelatihan dan sejenisnya Rp XX RpXX
Penghasilan neto 3) Rp XX
Dikurangi lagi (bila ada): kerugian tahun tahun sebelumnya ( max 5 tahun) Rp XX
Jumlah ini merupakan Penghasilan Kena Pajak (Bagi wajib pajak Badan) Rp XX
Dikurangi : Bagi Wajib Pajak Pribadi: PTKP Rp XX
Jumlah ini merupakan Penghasilan Kena Pajak (Bagi wajib pajak pribadi) Rp XX
=====
Catatan: 1. Penghasilan Bruto adalah semua penghasilan dijumlahkan*)
2. Depresiasi dan amortisasi dihitung menurut ketentuan pajak
3. Termasuk pengurang adalah zakat sesuai UU No 38 Th 99
3. Pengh neto akan merupakan PKP (bagi WP Badan) kalau tak ada kerugian tahun-tahun yl
Ad 1. Yg masuk dalam Penghasilan Bruto
Misalnya: penjualan barang, pendapatan penyerahan
jasa, sewa, bunga, royalty, deviden, laba penjualan
aktiva tetap, laba selisih kurs dll

Yg tidak masuk dalam Penghasilan Bruto


a. Yg bukan obyek pajak: misalnya hibah, sumbangan, warisan*)
b. Obyek yang dipotong PPh final (Pasal 4, ayat 2); a.l:
1. Pengh. berupa bunga deposito/tab/SBI dan jasa giro di bank (tarip 20%)
2. Pengh. dari transaksi saham dan penjualan obligasi (tarip pd umumnya
0,1%), transaksi derevatif 2,5% dari margin awal
3. Pengh. dari penyerahan hadiah undian (tarip 25%)
4. Pengh. dari sewa tanah dan/atau sewa bangunan (tarip 10%)
5. Pengh. dari penjualan/penyerahan tanah dan/atau bangunan (tarip 5%)
6. Pengh. dari penyerahan jasa konstruksi (ada 2%, ada 3% dan 4%)
HAL-HAL YG TIDAK BOLEH DIKURANGKAN DARI
PENGH BRUTO (NON TAX DEDUCTIBLE)
a. Pembagian laba seperti deviden, pembagian saham bonus kepada
pemegang saham, pembagian SHU koperasi.
b. Biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham,
pemilik, sekutu maupun anggota koperasi.
c. Pembentukan atau pemupukan cadangan, kecuali:
-Cadangan piutang tak tertagih bg bank / lessor dg hak opsi.
-Cadangan premi untuk perusahaan asuransi
-Cadangan biaya reklamasi untuk usaha tambang
Besarnya cadangan-cadangan di atas ditetapkan dengan
ketetapan Menteri Keuangan
d. Premi asuransi kecelakaan, kesehatan, jiwa, dwiguna, dan asuransi
beasiswa yang dibayar wajib pajak orang pribadi, kecuali
ditanggung (dibayar) pemberi kerja dan premi tersebut dihitung
sebagai penghasilan bagi wajib pajak yang bersangkutan.
e. Penggantian atau imbalan berbentuk natura dan kenikmatan, kecuali
untuk daerah tertentu yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
HAL-HAL YG TIDAK BOLEH DIKURANGKAN DARI
PENGH BRUTO (NON TAX DEDUCTIBLE) (lanjutan)

f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada


pemegang saham sebagai imbalan pekerjaan.
g. Harta yang dihibahkan, bantuan, sumbangan dan warisan.
h. Pajak penghasilan.
i. Biaya untuk kepentingan pribadi atau kepentingan orang yang
menjadi tanggungannya. Gaji yang dibayarkan kepada
anggota persekutuan, firma atau perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham.
j. Sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan; serta
sanksi pidana berupa denda sesuai perundang-undangan
pajak.
k. Pengeluaran yang mempunyai manfaat lebih dari satu tahun.
Pengeluaran ini tidak boleh dibebankan sekaligus satu
tahun melainkan dibebankan melalui depresiasi /amortisasi.
Pasal 14
(1) NPPN untuk menentukan penghasilan neto, dibuat dan
disempurnakan terus-menerus serta diterbitkan oleh DirJen Pajak.
(2) WP OP yg melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yg
peredaran brutonya dalam 1 (satu) tahun kurang dari
Rp4.800.000.000,00 boleh menghitung penghasilan neto dengan
menggunakan NPPN sbgmn dimaksud pada ayat (1), dg syarat
memberitahukan kepada Dirjen Pajak dlm jangka waktu 3 bulan
pertama dari tahun pajak ybs.
(3) WP sbgmn dimaksud pada ayat (2) yg menghitung penghasilan
netonya dengan menggunakan NPPN wajib menyelenggarakan
pencatatan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang
mengatur mengenai KUP.
(4) WP sebagaimana dimaksud pd ayat (2) yg tidak memberitahukan
kepada Direktur Jenderal Pajak untuk menghitung penghasilan neto
dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto,
dianggap memilih menyelenggarakan pembukuan
Penggunaan Norma
Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN)

Penggunaan norma pada dasarnya hanya dibolehkan


bagi WP Pribadi
NPPN adalah prosentase yang besarnya dipengaruhi
oleh jenis usaha / pekerjaan bebas dan lokasi usaha.
Prosentase tersebut sudah dibuat pedomannya yang
ditetapkan oleh Ditjen pajak
Penghasilan Neto = NPPN X Peredaran Ush
Peredaran ush pada dasarnya adalah omzet penjualan.
Untuk mencari PKP, karena WPnya adalah WP pribadi
maka jangan lupa Penghasilan Neto dikurangi PTKP
Ringkasan penghitungan PKP
Bagi WP Badan

Bila tidak ada kompensasi kerugian, maka


PKP = pengh. neto

Bila ada kompensasi kerugian


PKP = Pengh. Neto Kompensasi Kerugian
Ringkasan pengh PKP Bagi WP OP

Bila tidak ada Zakat dan kompensasi kerugian, maka


PKP = pengh. Neto - PTKP

Bila ada Zakat


PKP = Pengh. Neto Zakat PTKP

Bila ada Zakat dan kompensasi kerugian


PKP = Pengh.Neto Zakat Kompensasi Kerugian PTKP

* Catatan: Kompensasi kerugian tidak pernah ada kalau WP


OP menggunakan NPPN
Tarip PPh yang akan berlaku Tahun 2009

Tarif PPh Pribadi (berlaku bagi yang ber NPWP)


Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarip
Sampai Rp 50 juta 5%
Di atas Rp 50 - 250 juta 15%
Di atas Rp 250 - 500 juta 25%
Di atas Rp 500 juta 30%
Bagi yang tidak punya NPWP taripnya lebih tinggi 20%

Tarip Badan berlaku Tarip Tunggal


Tarip tahun 2009 adalah 28%
Tarip tahun 2010 adalah 25%
Latihan
1. PT Kurnia yang dipimpin Pak Andi/K/1. Pada th 2009
perush memperoleh penghasilan bruto Rp900.000.000,-
dan biaya untuk mendapatkan menagih dan
memelihara Rp 400.000.000,-, biaya depresiasi Rp
200.000.000,- dan rugi penjualan aktiva tetap (mesin)
Rp 120.000.000,- Berapa besarnya PPh yang terhutang
tahun 2009?
2. WP Adi/TK/1 mempunyai sebuah usaha perseorangan
dengan nama UD Sejahtera. Pada tahun 2010 Adi
memilih menggunakan Norma dalam perhitungan
pajaknya. Peredaran usaha setahun Rp 900juta
sedangkan biaya 3M setahun Rp 470juta dan biaya
depresiasi Rp 50 juta. NPPN untuk usaha tersebut
diketahui 18%. Berapa PPh yang terutang th 2010?
Latihan
3. Pada tahun 2010 PT Sejahtera, yang dipimpin Pak
Andre/K/1, yang bergerak di bidang perdagangan
mebeler. memperoleh penghasilan dari penjualan mebel
Rp 1.300.000.000,- dan penghasilan sewa mesin yang
disewa perusahaan lain Rp 180.000.000,-. Biaya-biaya
yang terjadi selama setahun meliputi: Biaya
mendapatkan, menagih dan memelihara (tidak termasuk
pajak) Rp 550.000.000,-, biaya depresiasi Rp
120.000.000,- imbalan kepada karyawan dalam bentuk
natura Rp 20.000.000,- Pajak Bumi dan Bangunan serta
Pajak Kendaraan Bermotor Rp 12.000.000,-. Biaya
pelatihan karyawan Rp 13.000.000,- Rugi penjualan
mobil Rp 6.000.000,-. Perusahaan menderita kerugian
tahun 2008 sebesar Rp 100.000.000,- dan sudah
dikompensasi pada tahun 2009 sebesar Rp 80.000.000,-
a. Berapa PPh PT Sejahtera tahun 2010?
b. Berapa Penghasilan neto th 2009?, Brp PPhnya?
4. During the year 2010, Duta, Ltd.Co. has data to
fill annual tax return as follows:
Revenue from selling merchandise goods Rp 1.800.000.000,-
Revenue from rendering services Rp 84.000.000,-; rent from
hiring machine Rp60millons (M); rent from hiring land Rp20M
interest from deposit in Bank Rp 16millions. Costs to obtain,
collect and maintain of the gross income Rp 868M including
remuneration of employees in term of natura Rp14M.
Depreciation and amortization costs Rp 92M. Gains due to sell
marketable securities in Indonesian Stock Exchange (BEI) are
Rp 8M. Loss suffered from selling fixed asset (car) is Rp 21M.
Costs of research and development Rp 33M; Un-compensated
(carried forward) losses year 2008 is Rp 30M.
Prepaid taxes during tax year 2010 are as follows:
Income tax collected by treasurer Rp 5M and by Customs Rp
14M. Income tax collected because of receiving rent from
machine Rp 1.200.000,- and from land Rp 2M; Income tax
collected because of receiving interest of deposit Rp
3.200.000,-.; Foreign income tax that has been paid abroad Rp
2.000.000,-. Whereas income tax that has been paid by self Rp
180.000.000,-. Questions:
Questions:
a. Prepare income statement of Duta Ltd, Co for the
year 2010 according to fiscal approach
b. How much is taxable income for the year 2010?
c. How much is indebted income tax for the year 2010?
d. How much is the amount of income tax article 29?
e. How much is installment of income tax article 25 (per
month) for year 2011?

Anda mungkin juga menyukai