Anda di halaman 1dari 4

PAJAK PENGHASILAN BADAN

Materi Administrasi Pajak


Guru Pengampu: Siti Istianah, S.Pd

Sub Pokok Bahasan: Perhitungan PPh Badan

1. Penghasilan Kena Pajak

Perhitungan besarnya penghasilan neto bagi wajib pajak badan dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu menggunakan pembukuan dan norma penghitungan penghasilan neto.

a. Menghitung PKP dengan Menggunakan Pembukuan

Untuk wajib pajak badan besarnya PKP sama dengan penghasilan nettonya yaitu
penghasilan bruto dikurangi dengan biaya-biaya yang diperkenankan oleh Undang-undang
PPh.

PKP WP Badan = Penghasilan Neto

= Penghasilan Bruto – Biaya yang Diperkenankan UU PPh

b. Menghitung PKP dengan Menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto

PKP WP Badan = Penghasilan Neto – Kompensasi Kerugian

= (Penghasilan Bruto – Biaya yang Diperkenankan UU PPh) – Kompensasi Kerugian

Apabila dalam menghitung PKP-nya wajib pajak yang menggunakan norma penghitungan
penghasilan neto, besarnya penghasilan neto adalah sama besarnya dengan persentase norma
penghitungan penghasilan neto dikali dengan jumlah peredaran usahnya. Dalam hal rugi tahun
sebelumnya yang masih dapat dikompensasikan.

2. Tarif PPh Wajib Pajak Badan

a. Tarif PPh Badan tahun 2009

Tarif PPh Badan untuk tahun 2009 adalah 28% dari Penghasilan Kena Pajak (PKP). Untuk
Wajib Pajak Badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp50.000.000.000
(50 milyar) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% yang dikenakan atas
Penghasilan Kena Pajak dari peredaran bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000.

b. Tarif PPh Badan tahun 2010

Tarif PPh Badan untuk tahun 2010 adalah 25% dari Penghasilan Kena Pajak (PKP). Bagi
WP badan berbentuk Perseroan Terbuka (Tbk atau Go Public), mendapat pengurangan tarif
sebesar 5% dari tarif normal atau dengan kata lain mulai Tahun Pajak 2010 tarif WP Badan
yang sudah Go Public adalah 20%. WP badan yang berhak mendapat penurunan tarif PPh
ini adalah WP Badan yang sudah go public dengan kriteria sebagai berikut: 1) Saham
diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;
2) Jumlah saham yang dilempar ke publik minimal 40% dari keseluruhan sahan yang
disetor dan saham tersebut dimiliki oleh minimal 300 pihak (pemegang saham) baik
orang pribadi atau badan; dan

istismk_slawi@yahoo.co.id Page 1
3) Masing-masing pihak (pemegang saham) hanya boleh mimiliki saham kurang dari 5%
dari keseluruhan saham yang disetor.

Jika salah satu kriteria tersebut tidak terpenuhi, maka WP Badan tersebut harus
menggunakan tarif yang ditetapkan, yaitu sebesar 25%.

Untuk Wajib Pajak Badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp
50.000.000.000 (50 milyar) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% yang
dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari peredaran bruto sampai dengan Rp
4.800.000.000.

c. Tarif PPh Badan tahun 2013

Untuk tarif PPh Badan tahun 2013 dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu sebagai berikut.

1) Pasal 17 dan 31E UU No. 36 Tahun 2008

Tarif PPh Badan berdasarkan Pasal 17 dan pasal 31E UU No. 36 tahun 2008 tentang
Pajak Penghasilan, yaitu sebagai berikut.

a) Tarif pajak untuk tahun pajak 2013 adalah sebesar 25% dari Penghasilan Kena Pajak.
b) Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk persekutuan terbuka yang paling
sedikit 40% dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek
Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat 5% lebih rendah daripada
tarif tersebut yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
c) Wajib Pajak Badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan
Rp50.000.000.000 (50 milyar) mendapatkan fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar
50% dari tarif tersebut (25%) yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian
peredaran bruto sampai dengan Rp4.800.000.000.
d) Untuk keperluan penerapan tarif pajak, jumlah Penghasilan Kena Pajak dibulatkan ke
bawah dalam ribuan rupiah penuh.
e) Tarif Pajak Pasal 17 dan 31E dikenakan atas penghasilan kena pajak Wajib Pajak
Badan yang tidak termasuk dalam kriteria Wajib Pajak Badan yang telah dikenakan
PPh Pasal 4 ayat 2 berdasarkan PP 46 Tahun 2013.

2) PP Nomor 46 Tahun 2013

Tarif Pajak PPh Badan untuk Tahun Pajak 2013 berdasarkan PP Nomor 46 Tahun 2013
adalah sebagai berikut.

Atas peredaran usaha bruto bulan Juli sampai Desember 2013 dari Wajib Pajak Badan
yang mempunyai kriteria tertentu berdasarkan PP Nomor 46 Tahun 2013 dikenakan PPh
Final Pasal 4 ayat 2 sebesar 1% dari peredaran usaha bruto dan bersifat final.

d. Tarif PPh Badan Tahun 2018 1) Pasal 17 dan 31E UU No. 36 Tahun 2008

Tarif PPh Badan berdasarkan Pasal 17 dan pasal 31E UU No. 36 tahun 2008 tentang
Pajak Penghasilan, yaitu sebagai berikut.

a) Tarif pajak untuk tahun pajak 2013 adalah sebesar 25% dari Penghasilan Kena Pajak.

b) Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk persekutuan terbuka yang paling
sedikit 40% dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek

istismk_slawi@yahoo.co.id Page 2
Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat 5% lebih rendah daripada
tarif tersebut yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

c) Wajib Pajak Badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan
Rp50.000.000.000 (50 milyar) mendapatkan fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar
50% dari tarif tersebut (25%) yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian
peredaran bruto sampai dengan Rp4.800.000.000.

d) Untuk keperluan penerapan tarif pajak, jumlah Penghasilan Kena Pajak dibulatkan ke
bawah dalam ribuan rupiah penuh.

e) Tarif Pajak Pasal 17 dan 31E dikenakan atas penghasilan kena pajak Wajib Pajak
Badan yang tidak termasuk dalam kriteria Wajib Pajak Badan yang telah dikenakan
PPh Pasal 4 ayat 2 berdasarkan PP 46 Tahun 2013.

2) PP Nomor 23 Tahun 2018


Tarif Pajak PPh Badan untuk Tahun Pajak 2018 berdasarkan PP Nomor 23 Tahun 2018
adalah sebagai berikut.

Atas peredaran usaha bruto bulan Juli sampai Desember 2018 dari Wajib Pajak Badan
yang mempunyai kriteria tertentu berdasarkan PP Nomor 23 Tahun 2018 dikenakan PPh
Final sebesar 0,5%% dari peredaran usaha bruto dan bersifat final.

e. Tarif PPh Badan tahun 2020


Sesuai Perppu 1 Tahun 2020 pemerintah telah menurunkan tarif pajak penghasilan badan
dari sebelumnya sebesar 25 persen menjadi 22 persen untuk tahun-tahun pajak 2020 dan
2021, dan menjadi 20 persen mulai tahun pajak 2022.

Jumlah Peredaran Bruto


Potongan
No. Tahun untuk Go
Kurang dari 4,8 Lebih dari 50
4,8 M s/d 50 M Public
M M

28% dari PKP, potongan


1. 2009 28% dari PKP 28% dari PKP –
50% untuk bagian 4,8M

25% dari PKP, potongan


2. 2010 25% dari PKP 25% dari PKP 5%
50% untuk bagian 4,8M

25% dari PKP, potongan


3. 2013 1% 25% dari PKP 5%
50% untuk bagian 4,8M

25% dari PKP, potongan


4. 2018 0,5% 25% dari PKP 5%
50% untuk bagian 4,8M

22% dari PKP, potongan


5 2020 0,5% 25% dari PKP 5%
50% untuk bagian 4,8M

3. Kredit Pajak PPh Badan

Ketentuan PPh Pasal 25 UU PPh mengatur tentang penghitungan besarnya angsuran bulanan
yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak dalam tahun berjalan.

istismk_slawi@yahoo.co.id Page 3
Pembayaran pajak dalam tahun berjalan dapat dilakukan dengan:

1) Wajib pajak membayar sendiri pajaknya (PPh Pasal 25)

2) Melalui pemotongan atau pemungutan pihak ketiga (PPh Pasal 21, 22, 23, dan 24)

Besarnya angsuran pajak dalam tahun berjalan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk
setiap bulan adakah sebesar pajak penghasilan yang terutang menurut surat pemberitahuan
tahunan pajak penghasilan tahun pajak yang lalu dikurangi dengan:

a) Pajak penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam PPh Pasal 21 dan Pasal 23,
serta pajak penghasilan yang dipungut sebagaiman dimaksud dalam pasal 22.

b) Pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 24. Dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam
bagian tahun pajak.

Penghitungan Angsuran PPh Pasal 25 ayat (1) bagi Wajib Pajak Badan:

PPh Menurut SPT Tahunan PPh Tahun Lalu xxx Pengurangan/Kredit


Pajak:
– PPh Pasal 22 xxx
– PPh Pasal 23 xxx
– PPh Pasal 24 xxx
Total Kredit Pajak (xxx) Dasar
Penghitungan Angsuran xxx

4. PPh Kurang Bayar

Menurut UU PPh Pasal 29 yang berbunyi: “Apabila pajak yang terutang untuk suatu tahun
pajak ternyata lebih besar daripada kredit pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat
(1) kekurangan pembayaran pajak yang terutang harus dilunasi sebelum Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan.”

istismk_slawi@yahoo.co.id Page 4

Anda mungkin juga menyukai