Anda di halaman 1dari 20

Cara menghitung pajak penghasilan badan

Untuk cara menghitung pajak terutang PPh Badan terutang berikutnya


dapat menggunakan rumus pajak penghasilan terutang sebagai
berikut: [(50% x 25%) x Penghasilan Kena Pajak memperoleh
fasilitas] + [25% x Penghasilan Kena Pajak tidak memperoleh
fasilitas].

Contoh

CV Aman pada tahun pajak 2020 memperoleh peredaran Bruto sebesar Rp. 30.000.000.000. dari
penghasilan kena pajak sebesar Rp. 6.000.000.000. penghasilan kena pajak mendapatkan pengurangan
tariff 505

Rp. 4,8/30 x Rp. 6.000.000.000 = Rp. 960.000.000

Penghasilan kena pajak dikenakan tariff normal

Rp. 6.000.000.000- Rp. 960.000.000 = 5.040.000.000

Sehingga besarnya PPh terutang CV Aman tahun 2020 adalah

Rp. 960.000.000 x 50%x20% = Rp 105.600.000

Rp.5.040.000.000 x 22% =Rp.1.108.800.000

Pajak penghasilan terutang =Rp.1.214.300.000

Mekanisme Penghitungan PPh Badan


Wajib pajak badan memiliki kewajiban untuk menghitung pajak, menyetor, atau membayar
pajak serta melaporkan pajak atas segala bentuk penghasilannya sesuai dengan ketentuan
perpajakan yang berlaku.

Berikut ini mekanisme dalam perhitungan Pajak Penghasilan Badan:

1. Penghasilan Kena Pajak

Sebelum Anda melakukan perhitungan Pajak Penghasilan Badan Usaha atau PPh Badan, Sobat
Klikpajak harus terlebih dulu mengetahui nominal penghasilan kena pajak badan.

Bagaimana caranya? Anda bisa mengurangi penghasilan neto fiskal dengan kompensasi
kerugian fiskal.
Di mana penghasilan neto fiskal merupakan penghasilan neto yang diterima oleh wajib pajak
dalam negeri, baik dari kegiatan usaha maupun bukan, setelah melewati penyesuaian fiskal
yang berdasarkan ketentuan perpajakan.

Sedangkan kompensasi neto fiskal adalah kerugian yang dialami badan.

Apabila menggunakan pembukuan, kerugian tersebut dapat dikompensasi selama lima tahun
secara berturut-turut.

2. Penghitungan Pajak Penghasilan Terutang

Untuk mendapatkan nominal ini, Anda dapat mengalikan Penghasilan Kena Pajak dengan tarif
pajak yang berlaku. Berdasarkan Pasal 17 ayat (1) bagian b UU No. 36 Tahun 2008 tentang
Pajak Penghasilan, tarif pajak yang dikenakan kepada badan adalah 25%.

Besar tarif ini berlaku sejak tahun pajak 2010. Tarif lebih rendah dapat dikenakan kepada
wajib pajak badan dalam negeri dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Berbentuk perseroan terbuka.


2. Memiliki sedikitnya 40% jumlah keseluruhan saham yang disetor dan diperdagangkan
di Bursa Efek Indonesia.
3. Tarif yang dikenakan sebesar 5% lebih rendah daripada tarif normal.

Berdasarkan ketentuan tersebut, maka cara menghitung pajak penghasilan badan adalah:

PT AAA memiliki jumlah Penghasilan Kena Pajak badan adalah senilai Rp2.000.000.000,
maka tarif PPh badan yang harus dibayarkan adalah 25% x Rp2.000.000.000 =
Rp500.000.000.

Perlu diketahui, penghasilan yang dipotong dengan Pajak Penghasilan bersifat final, tidak
termasuk dalam ketentuan ini. Tarif pajak final diatur dalam aturan tersendiri berdasarkan
Peraturan Pemerintah.

A. Tarif PPh Badan Berapa Persen yang Terbaru?

Melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor

Tarif PPh Badan Berapa Persen yang Terbaru?

Melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 30 Tahun 2020 tentang Penurunan Tarif Pajak
Penghasilan Bagi Wajib Pajak Dalam Negeri yang Berbentuk Perseroan Terbatas, tarif PPh
badan diturunkan.
Beleid ini dikeluarkan untuk melaksanakan Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang No. 2/2020
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang  (Perpu) No. 1/2020
tentang:

Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi
COVID-19 dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan
Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan Menjadi Undang-Undang.

Melalui beleid baru ini, tarif Pajak Penghasilan Badan turun secara bertahap yakni:

 22% berlaku pada 2020 dan 2021


 20% mulai berlaku pada 2022

Sedangkan khusus untuk WP Badan berbentuk Perseroan Terbuka (Tbk) , akan mendapatkan


tarif PPh Badan 2023 terbaru 3% lebih rendah dari penurunan PPh Badan secara umum
tersebut.

Lebih rendah 3% untuk Perusahaan Terbuka (Tbk) tersebut, maka tarif pajak penghasilan
badan perseroan Tbk menjadi:

 19% pada 2020 dan 2022


 17% mulai pada 2023

Tapi penurunan tarif PPh Badan 2023 lebih rendah 3% bagi Perusahaan Tbk ini ada syaratnya,
yaitu:

1. Saham dikuasai setidaknya 300 pihak.


2. Setiap pihak di dalam Perseroan Terbuka (PT) hanya diizinkan menguasai saham di
bawah 5% dari keseluruhan saham yang diperdagangkan dan disetor penuh.
3. Saham yang diperdagangkan dan disetor pada bursa efek wajib dipenuhi dalam kurun
waktu paling sedikit 183 hari kalender selama jangka waktu 1 tahun pajak.
4. Membuat laporan kepada Direktorat Jenderal Pajak.

5. Rumus Menghitung PPh Wajib Pajak Badan


Berdasarkan Omzet
6. Selain mekanisme di atas, ada juga hal lain yang harus dipahami, yaitu peredaran bruto
dan kepentingannya dalam cara menghitung Pajak Penghasilan (PPh) badan .
7. Peredaran bruto adalah seluruh penghasilan yang diterima, baik orang pribadi maupun
badan.
8. Berdasarkan ketentuan perpajakan yang berlaku, penghitungan berdasarkan
jumlah peredaran bruto, yaitu:
9. 1. Wajib Pajak Badan dengan omzet kurang dari Rp4,8 miliar
10. Wajib pajak badan dengan penghasilan bruto di bawah Rp4,8 miliar setahun, dapat
menggunakan PPh Final PP 23/2018 dalam jangka waktu tertentu.
11. 2. Wajib Pajak dengan omzet Rp4,8 miliar hingga Rp50 miliar
12. Untuk wajib pajak dengan omzet antara nilai tersebut, maka perhitungan tarif pajak
berbeda.
13. WP Badan memperoleh pengurangan sebesar 50% dari tarif pajak penghasilan yang
dikalikan dengan penghasilan kena pajak.
14. Fasilitas pengurangan tarif sendiri merupakan kebijakan yang terdapat pada Pasal 31E
UU PPh.
15. Kebijakan ini didasarkan pada prinsip keadilan dan peningkatan daya saing pada wajib
pajak badan agar dapat semakin mudah berkembang.
16. 3. Wajib Pajak dengan omzet lebih dari Rp50 miliar
17. Pajak Penghasilan badan terutang dengan peredaran bruto lebih dari Rp50 miliar akan
dihitung berdasarkan ketentuan umum atau tanpa fasilitas pengurangan tarif, yakni tarif
PPh Badan x Penghasilan Kena Pajak.
18. Untuk lebih memudahkan bagaimana rumus penghitungan PPh wajib pajak badan lihat tabel
berikut:

Penghasilan Kotor (Bruto)


Tarif Pajak
(Rp)
Kurang dari Rp4,8 miliar 50% x *22% x Penghasilan Kena Pajak
Rp4,8 miliar hingga Rp50 [(50%x22%) x Penghasilan Kena Pajak yang Memperoleh Fasilitas] + (22% x Pe
miliar Pajak Tidak Memperoleh Fasilitas)]
Lebih dari Rp50 miliar 22% x Penghasilan Kena Pajak

19.  
20. *22% tarif PPh Badan yang berlaku pada 2022
21. Contoh Cara Menghitung Pajak Penghasilan Badan
22. Berikut beberapa contoh penghitungan pajak penghasilan badan berdasarkan tarif pajak
PPh badan terbaru sesuai UU HPP:
23. a. Contoh 1;
24. Pada tahun 2022, dalam laporan keuangan PT AAA memperoleh penghasilan kena
pajak sebesar Rp5 miliar dan dapat memanfaatkan fasilitas pengurang pajak sesuai
Pasal 31E.
25. Maka, pajak yang harus dibayar sebesar:
26. 50% x 22% x Rp5 miliar = Rp550 juta.
27. Namun, perlu dibuat catatan bahwa selama periode tahun 2022, PT AAA telah
menyetor pajak penghasilan karyawan ke kas negara sebesar Rp50 juta dan pajak PPh
Pasal 23 sebesar Rp100 juta.
28. Maka, pajak penghasilan terutang PT AAA adalah:
29. Rp550 juta – Rp50 juta – Rp100 juta = Rp350 juta.
30. Rp350 juta adalah angka yang bisa dicicil oleh PT AAA ke kas negara atas penghasilan
Badan Usaha di tahun 2022.
31. Maka, cicilan pembayaran PPh terutang PT AAA sebesar:
32. = Jumlah PPh Terutang : 12 bulan
33. = Rp350 juta : 12
34. = Rp29.166 juta
35. Rumus Menghitung PPh Wajib Pajak Badan
Berdasarkan Omzet
36. Selain mekanisme di atas, ada juga hal lain yang harus dipahami, yaitu peredaran bruto
dan kepentingannya dalam cara menghitung Pajak Penghasilan (PPh) badan .
37. Peredaran bruto adalah seluruh penghasilan yang diterima, baik orang pribadi maupun
badan.
38. Berdasarkan ketentuan perpajakan yang berlaku, penghitungan berdasarkan
jumlah peredaran bruto, yaitu:
39. 1. Wajib Pajak Badan dengan omzet kurang dari Rp4,8 miliar
40. Wajib pajak badan dengan penghasilan bruto di bawah Rp4,8 miliar setahun, dapat
menggunakan PPh Final PP 23/2018 dalam jangka waktu tertentu.
41. 2. Wajib Pajak dengan omzet Rp4,8 miliar hingga Rp50 miliar
42. Untuk wajib pajak dengan omzet antara nilai tersebut, maka perhitungan tarif pajak
berbeda.
43. WP Badan memperoleh pengurangan sebesar 50% dari tarif pajak penghasilan yang
dikalikan dengan penghasilan kena pajak.
44. Fasilitas pengurangan tarif sendiri merupakan kebijakan yang terdapat pada Pasal 31E
UU PPh.
45. Kebijakan ini didasarkan pada prinsip keadilan dan peningkatan daya saing pada wajib
pajak badan agar dapat semakin mudah berkembang.
46. 3. Wajib Pajak dengan omzet lebih dari Rp50 miliar
47. Pajak Penghasilan badan terutang dengan peredaran bruto lebih dari Rp50 miliar akan
dihitung berdasarkan ketentuan umum atau tanpa fasilitas pengurangan tarif, yakni tarif
PPh Badan x Penghasilan Kena Pajak.
48. Untuk lebih memudahkan bagaimana rumus penghitungan PPh wajib pajak badan lihat tabel
berikut:

Penghasilan Kotor (Bruto)


Tarif Pajak
(Rp)
Kurang dari Rp4,8 miliar 50% x *22% x Penghasilan Kena Pajak
Rp4,8 miliar hingga Rp50 [(50%x22%) x Penghasilan Kena Pajak yang Memperoleh Fasilitas] + (22% x Pe
miliar Pajak Tidak Memperoleh Fasilitas)]
Lebih dari Rp50 miliar 22% x Penghasilan Kena Pajak

49.  
50. *22% tarif PPh Badan yang berlaku pada 2022
51. Contoh Cara Menghitung Pajak Penghasilan Badan
52. Berikut beberapa contoh penghitungan pajak penghasilan badan berdasarkan tarif pajak
PPh badan terbaru sesuai UU HPP:
53. a. Contoh 1;
54. Pada tahun 2022, dalam laporan keuangan PT AAA memperoleh penghasilan kena
pajak sebesar Rp5 miliar dan dapat memanfaatkan fasilitas pengurang pajak sesuai
Pasal 31E.
55. Maka, pajak yang harus dibayar sebesar:
56. 50% x 22% x Rp5 miliar = Rp550 juta.
57. Namun, perlu dibuat catatan bahwa selama periode tahun 2022, PT AAA telah
menyetor pajak penghasilan karyawan ke kas negara sebesar Rp50 juta dan pajak PPh
Pasal 23 sebesar Rp100 juta.
58. Maka, pajak penghasilan terutang PT AAA adalah:
59. Rp550 juta – Rp50 juta – Rp100 juta = Rp350 juta.
60. Rp350 juta adalah angka yang bisa dicicil oleh PT AAA ke kas negara atas penghasilan
Badan Usaha di tahun 2022.
61. Maka, cicilan pembayaran PPh terutang PT AAA sebesar:
62. = Jumlah PPh Terutang : 12 bulan
63. = Rp350 juta : 12
64. = Rp29.166 juta

Tarif PPh Badan Terbaru dalam


Penghitungan Pajak Badan
Tarif PPh badan adalah 25% dari penghasilan kena pajak. Contoh perhitungan Tarif PPh
Bdan dapat Anda temukan di artikel ini

By OnlinePajak
Published on June 10, 2022
Tarif PPh Badan
Selain orang pribadi, subjek pajak lain yang memiliki kewajiban membayar pajak adalah

badan. Menurut ketentuan perpajakan, yang dimaksud dengan badan adalah

sekumpulan orang atau modal yang menjadi suatu kesatuan, dengan tujuan untuk

melakukan usaha ataupun tidak melakukan usaha.

Bentuk-bentuk badan antara lain adalah perseroan komanditer, perseroan terbatas,

badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, firma, koperasi, kongsi, dana

pensiun, yayasan, lembaga, organisasi massa, organisasi sosial politik, dan bentuk

lainnya. Tidak hanya itu, badan juga dapat berbentuk perkumpulan seperti asosiasi,

perhimpunan, dan ikatan.


Dasar hukum dari ketentuan wajib pajak badan ini telah diatur dalam Undang-undang

(UU) tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan yang merupakan peraturan terbaru dan

telah berlaku sejak 1 Januari 2022 lalu.

Perubahan Aturan PPh berdasarkan UU HPP


Dalam UU HPP, beberapa aturan tentang Pajak Penghasilan (PPh) juga terjadi, di

antaranya:

1. Pajak atas Natura: Pembahasan PPh atas onatura atau fasilitas dari pemberi

kerja, meliputi makanan dan minuman, natura untuk daerah tertentu, natura

karena keharusan pekerjaan (seragam, alat keselamatan kerja, dan lainnya),

natura yang bersumber dari APBN/APBD, dan natura dengan jenis dan batasan

tertentu. 

2. PPh Pengusaha Perorangan (UMKM): Perubahan tarif pajak final dari 0,5% (PP

No. 23 Tahun 2018) menjadi 0% atau tidak dikenai pajak untuk peredaran bruto

setahun sampai dengan Rp500juta. 

3. PPh Badan: Perubahan tarif tahun 2022 dari 20% kebali menjadi 22%. 

4. PPh Orang Pribadi: Perubahan lapisan tarif pajak Pasal 17 ayat (1) huruf a UU

Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008. 

Seperti yang dlihat bahwa terdapat perubahan tarif pada PPh Badan pada Tahun 2022

yang tadinya 20% menjadi 22%. 

Cara Menghitung PPh Badan


Sebagai subjek pajak dalam negeri, badan memiliki kewajiban untuk membayar pajak

sejak saat didirikan atau berkedudukan di Indonesia. Kewajiban tersebut akan berakhir

ketika badan dibubarkan atau tidak lagi berkedudukan di Indonesia. Untuk menghitung

pajak yang dikenakan pada badan atas penghasilan yang didapatkan, berikut

mekanisme yang umum digunakan.

 Penghitungan Penghasilan Kena Pajak

Untuk mendapatkan nominal penghasilan kena pajak badan, pertama-tama wajib pajak

badan perlu mengetahui besaran jumlah penghasilan bruto yang didapatkan selama 1

tahun berjalan. Kemudian, kurangi penghasilan bruto tersebut dengan biaya-biaya yang

boleh dikurangkan (deductible expense).

Biaya yang dapat dikurangkan sebagaimana diatur dalam ketentuan fiskal adalah biaya

yang terkait dengan upaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan

(3M). Biaya-biaya ini diatur dalam UU HPP Pasal 6, di antaranya:

1. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan

usaha, contohnya biaya pembelian lahan, biaya promosi dan penjualan yang

diatur berdasarkan PMK No. 02/PMK/03/2010

2. Biaya penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud

3. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri

Keuangan

4. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta perusahaan untuk 3M

5. Kerugian selisih kurs mata uang asing


6. Biaya penelitian yang dilakukan di Indonesia

7. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan

8. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih

9. Sumbangan penanggulangan bencana nasional

10. Sumbangan penelitian yang dilakukan di Indonesia

11. Sumbangan biaya pembangunan infrastruktur sosial

12. Sumbangan fasilitas pendidikan

13. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga

Sementara di dalam perusahaan, terdapat biaya-biaya yang tidak boleh dikurangkan

(non-deductible expense). Biaya ini diatur dalam Pasal 9 UU HPP, di antaranya:

1. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk dividen

yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan

pembagian sisa hasil usaha koperasi

2. Biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu,

atau anggota

3. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan

4. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna,

dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh wajib pajak orang pribadi

5. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang

diberikan dalam bentuk natura atau kenikmatan

6. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau

kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa


7. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b UU HPP

8. Pajak penghasilan

9. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi wajib pajak

orang pribadi atau orang yang menjadi tanggungannya

10. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan

komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham

Sanksi administrasi berupa bunga, denda, kenaikan serta sanksi pidana berupa

denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang

perpajakan

11. Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang

mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak dibolehkan untuk

dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 atau Pasal 11A UU HPP

Biaya yang termasuk ke dalam deductible expense tidak dapat digunakan sebagai

pengurang untuk menghitung penghasilan kena pajak. Karena itu, ada baiknya untuk

memisahkan terlebih dahulu antara deductible expense dan non-deductible

expense dalam menghitung PPh Badan.

Biaya-biaya yang termasuk ke dalam non-deductible expense ini akan menimbulkan

koreksi fiskal positif, dan biaya-biaya yang termasuk ke dalam deductible expense akan

menimbulkan koreksi fiskal negatif.


Selanjutnya, didapatkan penghasilan neto fiskal, yaitu penghasilan neto yang diterima

oleh wajib pajak dalam negeri, baik dari kegiatan usaha maupun bukan, setelah

melewati proses rekonsiliasi fiskal yang berdasarkan ketentuan perpajakan.

Penghasilan neto fiskal ini kemudian dikurangkan dengan kompensasi kerugian fiskal,

yaitu sisa saldo kerugian badan dari tahun sebelumnya (jika ada). Sebagai informasi,

kerugian fiskal yang akan dikompensasikan wajib dihitung berdasarkan aturan

perpajakan terlebih dahulu dan bukan merupakan kerugian komersial.

Kemudian, hasil dari pengurangan penghasilan neto fiskal dan kompensasi kerugian

fiskal tersebut adalah besaran penghasilan kena pajak yang dimaksud.

Jika penghasilan bruto setelah pengurangan biaya-biaya tersebut didapat kerugian

sehingga tidak terdapat penghasilan kena pajak, kerugian tersebut dikompensasikan

dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima)

tahun berikutnya.

 Penghitungan PPh Terutang

Untuk mendapatkan nominal PPh terutang atau pajak penghasilan yang dibayarkan,

wajib pajak dapat mengalikan penghasilan kena pajak dengan tarif pajak yang berlaku.

Berdasarkan Pasal 17 ayat (1) bagian b UU No. 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi

Peraturan Perpajakan, tarif pajak yang dikenakan kepada badan adalah 22%. Besar tarif

ini berlaku mulai 1 Januari 2022.


Selanjutnya, berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 1 Tahun 2020, pemerintah menurunkan tarif umum PPh Badan

menjadi 22% untuk tahun 2020 dan 2021, lalu menjadi 20%. Namun, dengan adanya

UU HPP, tarif PPh Badan kembali 22%. 

Sedangkan untuk perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbuka (Go Public) dengan

jumlah keseluruhan saham yang diperdagangkan di bursa efek di Indonesia paling

sedikit 40%, dan memenuhi syarat tertentu, memperoleh tarif 3% lebih rendah dari tarif

umum PPh Badan. 

Setelah mendapatkan besaran PPh yang terutang, jangan lupa untuk mengkreditkan

pajak-pajak lain, seperti:

1. PPh lain yang sudah dibayarkan melalui mekanisme pemotongan (Withholding

Tax) oleh pihak ketiga (PPh 23 dan PPh 22).

2. Angsuran PPh Badan yang telah dicicil dan dibayarkan sendiri (PPh 25 Badan).

3. PPh yang telah dibayarkan di luar Indonesia (PPh 24 Kredit Pajak Luar Negeri).

Kemudian, akan didapatkan perhitungan akhir PPh Badan, baik kurang bayar atau lebih

bayar.

Baca Juga : Ketentuan Terbaru e-Filling SPT PPh Badan 

Ketentuan Fasilitas Pengurangan Tarif


Wajib pajak badan dalam negeri mendapatkan fasilitas pengurangan tarif. Fasilitas

pengurangan tarif ini ditentukan berdasarkan besaran peredaran bruto.

Jika peredaran bruto berada di antara Rp4,8 miliar–Rp50 miliar, maka wajib pajak badan

mendapatkan fasilitas pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif yang dikenakan atas

penghasilan kena pajak dari peredaran bruto yang berjumlah Rp4,8 miliar.

Berikut rumusnya:

 Peredaran bruto kurang atau sama dengan Rp4,8 miliar adalah 50% x 22% x

penghasilan kena pajak.

 Peredaran bruto lebih dari Rp4,8 miliar sampai Rp50 miliar adalah [(50% x 22%)

x penghasilan kena pajak yang memperoleh fasilitas] + [22% x penghasilan kena

pajak tidak memperoleh fasilitas].

Tetapi jika peredaran bruto di atas Rp50 miliar, akan dihitung berdasarkan ketentuan

umum atau tanpa fasilitas pengurangan tarif. Hasilnya, besar PPh Badan tetap 22%

dikalikan penghasilan kena pajak.

Contoh Sederhana Penghitungan SPT PPh Badan


Mari mencoba menghitung PPh Badan menggunakan penjelasan di atas. Berikut ini ada

dua contoh penghitungan PPh Badan yang menggunakan fasilitas pengurangan tarif

dan tidak. Mengutip dari laman Pajak.go.id, berikut contoh kasus penghitungan PPh

Badan:
Contoh Penghitungan PPh Badan dengan Fasilitas Pengurangan Tarif

Pasal 31E

Pada tahun 2020, PT Abjad XYZ memperoleh penghasilan bruto sebesar Rp 6 Miliar.

Selain itu, diketahui selama tahun berjalan tersebut, PT Abjad XYZ memiliki rincian

beban dan pendapatan sebagai berikut:

 Pengeluaran biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan

bruto sebesar Rp5,4 miliar.

 Mendapatkan penghasilan lainnya sebesar Rp50 juta.

 Pengeluaran biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan

lainnya sebesar Rp30 juta.

 Kompensasi kerugian fiskal dari tahun sebelumnya Rp10 juta.

 Kredit PPh Pasal 25 Rp100 juta.

 Kredit PPh Pasal 22 Rp10 juta.

 Kredit PPh Pasal 23 Rp20 juta.

Berapa besaran PPh terutang PT Abjad XYZ untuk dibayar dan dilaporkan pada SPT

Tahunan PPh Badan? Pertama-tama, terlebih dahulu mencari besaran penghasilan

kena pajak PT Abjad XYZ:

Peredaran Bruto – Biaya 3M Peredaran Bruto = Penghasilan Neto

Rp6.000.000.000 – Rp5.400.000.000 = Rp600.000.000

Penghasilan lainnya – Biaya 3M Penghasilan Lainnya = Penghasilan Neto Lainnya


Rp50.000.000 – Rp30.000.000 = Rp20.000.000

Total Penghasilan Neto = Rp600.000.000 + Rp20.000.000

Total Penghasilan Neto = Rp620.000.000

Penghasilan Kena Pajak = Total Penghasilan Neto – Kompensasi Kerugian

Penghasilan Kena Pajak = Rp620.000.000 – Rp10.000.000

Penghasilan Kena Pajak PT Abjad XYZ adalah sebesar Rp610.000.000

Karena omzet peredaran bruto PT Abjad XYZ di atas Rp4,8 miliar, maka memperoleh

fasilitas pengurangan tarif:

Jumlah penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto yang memperoleh

fasilitas

(Rp4.800.000.000 x Rp610.000.000) / Rp6.000.000.000 = Rp488.000.000

Jumlah penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak

memperoleh fasilitas

Rp610.000.000 – Rp488.000.000 = Rp122.000.000

Maka, besaran PPh terutangnya adalah

(50% x 22%) x Rp488.000.000 = Rp53.680.000

22% x Rp122.000.000 = Rp26.840.000


Total PPh terutang= Rp53.680.000 + Rp26.840.000

PPh terutang PT Abjad XYZ adalah sebesar Rp80.520.000

PT Abjad XYZ memiliki beberapa kredit pajak penghasilan yang sudah dibayar:

PPh Pasal 22 + PPh Pasal 23 + PPh Pasal 25

Rp10.000.000 + Rp20.000.000 + Rp100.000.000

Maka, PPh terutang dikurangi dengan total kredit pajak tersebut.

Rp80.520.000 – Rp130.000.000= (Rp49.480.000)

Dalam hal ini, PT Abjad XYZ memiliki lebih bayar pajak sebesar Rp49.480.000

Contoh Penghitungan PPh Badan Tanpa Fasilitas Pengurangan Tarif Pasal

31E

Pada tahun 2020, PT Abjad XYZ memperoleh penghasilan bruto sebesar Rp60 Miliar.

Selain itu, diketahui selama tahun berjalan tersebut, PT Abjad XYZ memiliki rincian

beban dan pendapatan sebagai berikut:

 Pengeluaran biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan

bruto sebesar Rp54 miliar.

 Mendapatkan penghasilan lainnya sebesar Rp500 juta.

 Pengeluaran biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan

lainnya sebesar Rp300 juta.


 Kompensasi kerugian fiskal dari tahun sebelumnya Rp100 juta.

 Kredit PPh Pasal 25 Rp500 juta.

 Kredit PPh Pasal 22 Rp100 juta.

 Kredit PPh Pasal 23 Rp400 juta.

Berapa besaran PPh terutang PT Abjad XYZ untuk dibayar dan dilaporkan pada SPT

Tahunan PPh Badan? Pertama-tama, terlebih dahulu mencari besaran penghasilan

kena pajak PT Abjad XYZ:

Peredaran Bruto – Biaya 3M Peredaran Bruto = Penghasilan Neto

Rp60.000.000.000 – Rp54.000.000.000 = Rp6.000.000.000

Penghasilan lainnya – Biaya 3M Penghasilan Lainnya = Penghasilan Neto Lainnya

Rp500.000.000 – Rp300.000.000 = Rp200.000.000

Total Penghasilan Neto = Rp6.000.000.000 + Rp200.000.000

Total Penghasilan Neto = Rp6.200.000.000

Penghasilan Kena Pajak = Total Penghasilan Neto – Kompensasi Kerugian

Penghasilan Kena Pajak = Rp6.200.000.000 – Rp100.000.000

Penghasilan Kena Pajak PT Abjad XYZ adalah sebesar Rp6.100.000.000

Karena omzet peredaran bruto PT Abjad XYZ di atas Rp50 miliar, maka tidak

memperoleh fasilitas pengurangan tarif sehingga penghitungannya:


22% x Penghasilan Kena Pajak

22% x Rp6.100.000.000 = Rp1.342.000.000

PPh terutang PT Abjad XYZ adalah sebesar Rp1.342.000.000

PT Abjad XYZ memiliki beberapa kredit pajak penghasilan yang sudah dibayar:

PPh Pasal 22 + PPh Pasal 23 + PPh Pasal 25

Rp100.000.000 + Rp400.000.000 + Rp500.000.000

Maka, PPh terutang dikurangi dengan total kredit pajak tersebut.

Rp1.342.000.000 – Rp1.000.000.000= Rp342.000.000

Dalam hal ini, PT Abjad XYZ masih harus membayar pajak sebesar Rp342.000.000

Setelah mendapatkan nominal PPh kurang bayar, wajib pajak badan kemudian dapat

menyetorkan dan melaporkan SPT Tahunan PPh Badan pada negara. Proses setor dan

lapor ini dapat dilakukan melalui situs resmi DJP di e-SPT.

Alternatif lainnya, wajib pajak badan juga dapat melakukannya SPT PPh Badan mereka

melalui OnlinePajak, penyedia jasa aplikasi perpajakan (PJAP) mitra resmi DJP. Proses

hitung, setor, dan lapor dapat dilakukan di satu aplikasi terpusat dengan nyaman dan

aman. Tertarik menggunakan OnlinePajak? Daftar sekarang!

PPh
Share
Reading: Tarif PPh Badan Terbaru dalam Penghitungan Pajak Badan
Share
Related articles
View all blog articles

PPh   PPN
Mengenal Perbedaan PPN dan PPh
OnlinePajak  Apr 05, 2023

Bukti Potong   e-Bupot unifikasi


Cara Terbaru Menghitung PPN dan PPh Pembelian Barang
Rani Maulida  Mar 28, 2023

PPh
Cara Mengh

Anda mungkin juga menyukai