Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PERPAJAKAN

PPH BADAN
Dosen Pengampu : Dr. Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si., CIQnR. CSRS
& Dr. Nela Safelia, S.E., M.Si., CIQnR.

Disusun Oleh :
Nama : Ranti Prawita
NIM : C1C020094
Kelas : R-010

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................3

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................3

1.3 Tujuan....................................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................5

2.1 Subjek PPh Badan..................................................................................................................5

2.2 Objek PPh Badan...................................................................................................................5

2.3 Norma Perhitungan................................................................................................................6

2.4 Pembukuan.............................................................................................................................8

2.5 Tarif PPh Badan.....................................................................................................................8

BAB III KESIMPULAN.............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pajak secara umum adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban
kenegaraan dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan
kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Sesuai falsafah
undang-undang perpajakan, membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi
merupakan hak dari setiap warga Negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta
terhadap pembiayaan negara dan pembangunan nasional.
Sumber penerimaan negara dari sektor pajak ada banyak macam. Salah satunya adalah
pajak penghasilan badan (PPh badan), yaitu pajak penghasilan yang dikenakan kepada sebuah
badan usaha atas penghasilan atau laba usahanya baik dari dalam negeri maupun pendapatan luar
negeri. Salah satu kewajiban wajib pajak khususnya wajib pajak badan adalah membuat
pembukuan sebagai suatu proses yang dilakukan secara teratur untuk menyusun suatu laporan
keuangan (Sondakh, 2015:358).
Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan) adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan
yang diterima oleh Wajib Pajak badan dalam suatu tahun pajak. Pajak Penghasilan Badan sendiri
memiliki tarif pajak dan perlakuan yang berbeda tergantung dengan jumlah omzet yang diterima
oleh wajib pajak badan. Akan tetapi masih terdapat wajib pajak badan di Indonesia yang belum
bisa menerapkan Pajak Penghasilan Badan dengan baik dan benar.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja subjek dan objek dari Pajak Penghasilan sebuah Badan usaha?
2. Bagaimana mekanisme penghitungan PPh sebuah Badan?
3. Bagaimana cara pembukuan Pajak Penghasilan Badan?
4. Berapa tarif Pajak Penghasilan untuk sebuah Badan usaha?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui subjek dan objek Pajak Penghasilan Badan
2. Untuk mengetahui dan memahami penghitungan PPh Badan
3. Untuk mengetahui pembukuan dari PPh Badan suatu usaha
4. Untuk mengetahui besarnya tarif Pajak Penghasilan bagi sebuah Badan usaha
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Subjek PPh Badan
Subjek pajak Badan atau subjek PPh Badan adalah setiap Badan Usaha yang diberikan
kewajiban untuk membayar pajak, baik dalam periode bulan maupun tahun dan disetor ke kas
negara.
Berdasarkan Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP),
yang termasuk dalam pengertian Badan adalah sebagai berikut:
1. Perseroan Terbatas (PT)
2. Perseroan Lainnya
3. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
4. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
5. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
6. Firma
7. Kongsi
8. Koperasi
9. Dana Pensiun
10. Persekutuan
11. Perkumpulan
12. Yayasan
13. Organisasi Masyarakat
14. Organisasi Sosial Politik
15. Organisasi lainnya dengan nama dan bentuk apapun
16. Lembaga dan bentuk badan lainnya
17. Kontrak Investasi Kolektif (KIK)
18. Bentuk Usaha Tetap
2.2 Objek PPh Badan
Objek PPh Badan adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh badan. Bagi Subjek
Badan dalam negeri yang menjadi objek PPh adalah semua penghasilan baik dari dalam maupun
dari luar negeri.
Penghasilan yang sebagai objek Pajak Penghasilan Badan sebagaimana tercantum dalam
Pasal 4 Ayat (1) Undang-Undang PPh ini meliputi:
1. Hadiah dari kegiatan dan penghargaan
2. Laba usaha
3. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta (selain tanah dan bangunan)
4. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya
5. Bunga, termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang
6. Dividen
7. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak
8. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
9. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
ditetapkan
10. Peraturan Pemerintah
11. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing
12. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva tetap
13. Iuran yang diterima perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang
menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
14. Penghasilan dari usaha berbasis syariah
15. Surplus Bank Indonesia
2.3 Norma Perhitungan
Berikut adalah mekanisme perhitungan pajak penghasilan badan yang harus diketahui
sebelum cara menghitung Pajak Penghasilan Badan:
a. Penghasilan Kena Pajak
Sebelum melakukan perhitungan Pajak Penghasilan Badan Usaha atau PPh Badan, maka
harus terlebih dulu mengetahui nominal penghasilan kena pajak badan.
Caranya adalah dengan mengurangi penghasilan neto fiskal dengan kompensasi kerugian
fiskal. Di mana penghasilan neto fiskal merupakan penghasilan neto yang diterima oleh wajib
pajak dalam negeri, baik dari kegiatan usaha maupun bukan, setelah melewati penyesuaian fiskal
yang berdasarkan ketentuan perpajakan. Sedangkan kompensasi neto fiskal adalah kerugian yang
dialami badan. Apabila menggunakan pembukuan, kerugian tersebut dapat dikompensasi selama
lima tahun secara berturut-turut.
b. Penghitungan Pajak Penghasilan Terutang
Untuk mendapatkan nominal ini, Anda dapat mengalikan Penghasilan Kena Pajak dengan
tarif pajak yang berlaku. Berdasarkan Pasal 17 ayat (1) bagian b UU No. 36 Tahun 2008 tentang
Pajak Penghasilan, tarif pajak yang dikenakan kepada badan adalah 25%. Besar tarif ini berlaku
sejak tahun pajak 2010. Tarif lebih rendah dapat dikenakan kepada wajib pajak badan dalam
negeri dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Berbentuk perseroan terbuka.
2. Memiliki sedikitnya 40% jumlah keseluruhan saham yang disetor dan diperdagangkan di
Bursa Efek Indonesia.
3. Tarif yang dikenakan sebesar 5% lebih rendah daripada tarif normal.
Dan perlu Anda ketahui, penghasilan yang dipotong dengan Pajak Penghasilan yang
bersifat final, tidak termasuk dalam ketentuan ini. Tarif pajak final diatur dalam aturan tersendiri
berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Selain mekanisme di atas. ada juga hal lain yang harus dipahami, yaitu peredaran bruto
dan kepentingannya dalam penghitungan Pajak Penghasilan Badan. Peredaran bruto adalah
seluruh penghasilan yang diterima, baik orang pribadi maupun badan.
Jika WP memilih untuk tidak melakukan pembukuan, PKP akan dihitung berdasarkan
Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN). Sebaliknya, jika WP melakukan pembukuan
yang benar, penghitungan PKP dilakukan berdasarkan catatan yang tertulis di pembukuan.
Norma Penghitungan Penghasilan Neto atau NPPN yang dimaksud dapat dilihat pada pasal 14
UU No. 36 Tahun 2008 tentang PPh.
Contoh Perhitungan Pajak Badan
Pada tahun 2021, PT AAA memperoleh penghasilan kotor sebesar Rp10 Miliar.
Maka sebelum Sobat Klikpajak mengetahui Pajak yang harus dibayar PT Mentari Harapan, maka
harus diketahui terlebih dulu Penghasilan Kena Pajak dari PT Mentari Harapan.
Maka, pajak yang harus dibayar adalah:
50% x 22% x Rp5 miliar = Rp550 juta.
Namun, perlu dibuat catatan bahwa selama periode tahun 2021, PT AAA telah menyetor pajak
penghasilan karyawan ke kas negara sebesar Rp50 juta dan pajak PPh Pasal 23 sebesar Rp100
juta.
Maka, pajak penghasilan terutang PT AAA adalah:
Rp550 juta – Rp50 juta – Rp100 juta = Rp350 juta.
Rp350 juta adalah angka yang bisa dicicil oleh PT AAA ke kas negara atas penghasilan Badan
Usaha di tahun 2021.
2.4 Pembukuan
Pembukuan ini berlaku untuk Wajib Pajak Pribadi dan Wajib Pajak badan. Ketentuan
pembukuan diatur dalam pasal 28 UU KUP. Berdasarkan dokumen dari Kementerian Keuangan,
isi dari pasal 28 UU KUP adalah sebagai berikut.
(1) Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib
Pajak badan di Indonesia wajib menyelenggarakan pembukuan.
2.5 Tarif PPh Badan
Perlu dipahami, pemerintah telah menurunkan tarif PPh Badan dari sebelumnya sejak
tahun 2020. Melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 30 Tahun 2020 tentang Penurunan Tarif
Pajak Penghasilan Bagi Wajib Pajak Dalam Negeri yang Berbentuk Perseroan Terbatas, tarif
PPh badan diturunkan.
Beleid ini dikeluarkan untuk melaksanakan Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang No. 2/2020
tentang Penertapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) No. 1/2020
tentang:
Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi
COVID-19 dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian
Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan Menjadi Undang-Undang.
Selama ini tarif PPh Badan normal adalah 25% dari Penghasilan Kena Pajak.
Melalui beleid baru ini, tarif Pajak Penghasilan Badan turun secara bertahap yakni:
 22% berlaku pada 2020 dan 2021
 20% mulai berlaku pada 2022
Lebih rendah 3% untuk Perusahaan Terbuka (Tbk), menjadi:
 19% pada 2020 dan 202
 17% mulai pada 2023
Tapi penurunan tarif PPh Badan lebih rendah 3% bagi Perusahaan Tbk ini ada syaratnya,
yaitu:
1. Saham dikuasai setidaknya 300 pihak.
2. Setiap pihak di dalam Perseroan Terbuka (PT) hanya diizinkan menguasai saham di bawah
5% dari keseluruhan saham yang diperdagangkan dan disetor penuh.
3. Saham yang diperdagangkan dan disetor pada bursa efek wajib dipenuhi dalam kurun waktu
paling sedikit 183 hari kalender selama jangka waktu 1 tahun pajak.
4. Membuat laporan kepada Direktorat Jenderal Pajak.
BAB III
KESIMPULAN
Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan) adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan
yang diterima oleh Wajib Pajak badan dalam suatu tahun pajak. Pajak Penghasilan Badan sendiri
memiliki tarif pajak dan perlakuan yang berbeda tergantung dengan jumlah omzet yang diterima
oleh wajib pajak badan.
Subjek pajak Badan atau subjek PPh Badan adalah setiap Badan Usaha yang diberikan
kewajiban untuk membayar pajak, baik dalam periode bulan maupun tahun dan disetor ke kas
negara. Objek PPh Badan adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh badan. Bagi Subjek
Badan dalam negeri yang menjadi objek PPh adalah semua penghasilan baik dari dalam maupun
dari luar negeri.
Pembukuan ini berlaku untuk Wajib Pajak Pribadi dan Wajib Pajak badan. Ketentuan
pembukuan diatur dalam pasal 28 UU KUP.
Perlu dipahami, pemerintah telah menurunkan tarif PPh Badan dari sebelumnya sejak
tahun 2020. Melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 30 Tahun 2020 tentang Penurunan Tarif
Pajak Penghasilan Bagi Wajib Pajak Dalam Negeri yang Berbentuk Perseroan Terbatas, tarif
PPh badan diturunkan.
DAFTAR PUSTAKA
https://klikpajak.id/blog/pajak-penghasilan-badan-jenis-tarif-hitung-dan-lapor-pajak/

https://konsultanku.co.id/blog/pembukuan-keuangan-wajib-pajak-pribadi-dan-badan

https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/1994/9TAHUN~1994UUHal3.htm

Anda mungkin juga menyukai