Oleh:
Kelompok 5
Nur Aulia A. Dalil (A031181009)
Kezia Gabriella Yonathan (A031181020)
Dimansya Mulianto Ekawardana Appa (A031181308)
Rismayani. S (A031181335)
Chaerun Nisa Yusuf (A031181518)
Indah Handayani (A031181521)
Pajak Penghasilan Badan atau PPh Badan adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan suatu
perusahaan. Sebagaimana ketentuan dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh),
penghasilan suatu badan atau perusahaan yang dimaksud adalah:
“Setiap penambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak
Badan, baik dari dalam maupun luar negeri, dengan keperluan apapun termasuk misalnya
menambah kekayaan, konsumsi, investasi, dan lain sebagainya.”
Siapa saja yang menjadi subjek PPh Badan dan apa saja yang termasuk dalam objek PPh Badan
juga telah diatur dalam ketentuan perundang-undangan pajak penghasilan. Berikut adalah subjek
pajak penghasilan badan (subjek PPh Badan) dan objek pajak penghasilan badan (objek PPh
Badan):
Subjek pajak Badan atau subjek PPh Badan adalah setiap Badan Usaha yang diberikan
kewajiban untuk membayar pajak, baik dalam periode bulan maupun tahun dan disetor ke kas
negara.
Berdasarkan Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP), yang
termasuk dalam pengertian Badan adalah sebagai berikut:
2. Perseroan Lainnya
6. Firma
7. Kongsi
8. Koperasi
9. Dana Pensiun
10. Persekutuan
11. Perkumpulan
12. Yayasan
Objek PPh Badan adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh badan. Bagi Subjek Badan
dalam negeri yang menjadi objek PPh adalah semua penghasilan baik dari dalam maupun dari
luar negeri.
Penghasilan yang sebagai objek PPh Badan sebagaimana tercantum dalam Pasal 4 Ayat
(1) Undang-Undang PPh ini meliputi:
2. Laba usaha
3. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta (selain tanah dan bangunan)
5. Bunga, termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang
6. Dividen
9. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
ditetapkan
13. Iuran yang diterima perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang
menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
Tarif PPh Badan sudah diatur dalam pasal 17 ayat (2a), yakni WP Badan Dalam Negeri dan BUT
dikenakan PPh Badan sebesar 25%. Tarif ini diberlakukan mulai tahun 2010, berikut beberapa
penurunan tarif PPh Badan bagi Wajib Pajak Badan.
Seperti yang sudah diatur pada pasal 17 ayat (2a) bahwa tarif PPh Badan dikenakan sebesar 25%,
tetapi ada kebijakan dalam tarif tersebut yaitu kebijakan penurunan tarif PPh Wajib Pajak Badan
dengan kentuan khusus.
Ketentuan khusus ini telat diatur didalam PPh Pasal 17 ayat (2b), yakni WP Dalam Negeri yang
berbentuk Perseroan Terbuka (Tbk) yang telah memenuhi persyaratan tententu, maka akan
mendapatkan penurunan tarif PPh sebesar 5%.
Paling sedikit 40% dari jumlah keseluruhan saham yang telah disetorkan dan dicatat
untuk diperdagangkan pada bursa efek di Indonesia.
Saham yang harus dimiliki paling sedikit 300 pihak sesuai dengan yang dimaksud huruf
a.
Pihak saham hanya dapat memiliki saham kurang dari 5% dari keseluruhan saham yang
telah ditetaokan dan disetor penuh sesuai dengan yang dimaksud dalam huruf b.
Sesuai dengan ketentuan yang dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c yang harus
dipenuhi dalam waktu paling cepat 138 hari dalam jangka waktu 1 Tahun Pajak.
Jika WP Badan telah memenuhi persyaratan tersebut maka akan dimasukkan kedalam daftar
yang telah dibuat oleh Otoritas jasa keuangan (OJK), yang akan disampaikan ke Direktorat
Jenderal Pajak (DJP).
Selain ketentuan yang ada pada Pasal 17 ayat (b), fasilitas penurunan tarif PPh WP Badan Dalam
Negeri juga diatur di dalam Pasal 31E UU PPh. Fasilitas ini dapat digunakan oleh WP Badan
yang memiliki penghasilan bruto tidak lebih dari Rp. 50 miliar/tahun.
Penurunan tarif yang diberikan yaitu sebesar 50% dari tarif PPh Badan yang dikenakan atas
penghsilan kena pajak dari peredaran bruto sampai dengan Rp. 4,8 miliar. Jika suatu badan
dalam negeri memiliki peredaran bruto tidak lebih dari Rp. 50 miliar, perhitungan PPh Badan
dapat dilakukan dengan menggunakan 2 bagian, yaitu:
1. Tarif akan dikenakan 50% x 25% apabila penghasilan kena pajak dari bagian peredaran
bruto sampai dnegan 4,8 miliar.
2. Untuk bagian kena pajak sisanya hanya akan dikenakan tarif sebesar 25%.
Perhitungan selama setahun secara keseluruhan dari penghasilan yang diperoleh dalam satu
tahun pajak kecuali penghasilan yang bukan objek pajak dan yang dikenakan PPh Final.
Pengurangan biaya-biaya yang dikeluarkan yaitu pengeluaran langsung atau tidak langsung dan
berhubungan dengan kegiatan usaha. Biaya yang dimaksud seperti biaya sewa, pembelian
barang, biaya yang terkait dengan pekerjaan atau jasa, biaya bunga, biaya perjalanan, royalty,
premi asuransi, biaya penyusutan/amortisasi,biaya promosi dan penjualan, biaya pengelolaan
limbah, administrasi, dan biaya sejenis lainnya.
Wajib Pajak Badan juga harus mengeluarkan biaya yang tidak dapat dikurangi diantaranya
pembagian laba/dividen, sisa hasil usaha koperasi atau biaya kepentingan pribadi pemegang
saham, maupun biaya lain dalam aturan perpajakan. Apabila biaya yang tidak dapat dikurangi
sudah masuk dalam pembukuan, maka harus dikeluarkan lebih dahulu melalui koreksi fiskal.
Lampiran ini untuk memberitahukan laporan keuangan komersial dan penghitungan penghasilan
neto fiskal. Pada lampiran ini, wajib pajak harus mengisi data penghasilan neto komersial dalam
dan luar negeri, PPh yang dikenakan pajak final, penghasilan yang tidak termasuk objek pajak,
serta penyesuaian fiskal.
Lampiran formulir yang diisi untuk melaporkan kredit pajak dalam negeri.
Lampiran ini adalah formulir yang digunakan untuk melaporkan jumlah penghasilan yang
dikenakan PPh final, jumlah PPh final yang dibayarkan dan jumlah penghasilan yang bukan
merupakan objek PPh selama tahun pajak yang bersangkutan.
Bagi Wajib Pajak yang memperoleh penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto tertentu
yang dikenai PPh Final berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013, wajib
melampirkan rincian jumlah penghasilan dan pembayaran PPh Final per Masa Pajak dari
masing-masing tempat usaha.
Formulir ini digunakan untuk melaporkan daftar pemegang saham/pemilik modal dan jumlah
dividen yang dibagikan serta daftar susunan pengurus dan komisaris. Lewat formulir ini, wajib
pajak diminta memerinci nama, alamat, NPWP, besaran modal yang disetor serta jumlah dividen
yang diberikan.
Formulir ini digunakan untuk melaporkan daftar penyertaan modal pada perusahaan afiliasi,
daftar utang dari pemegang saham dan/atau perusahaan afiliasi, daftar piutang kepada pemegang
saham dan/atau perusahaan afiliasi.
g. Lampiran Khusus
Selain lampiran I – VI dalam dalam formulir 1771, wajib pajak juga harus melengkapi formulir
lampiran khusus 1A – 8A.
Adapun Lampiran Khusus 8A-1/8A-2/8A-3/8A-4/8A-5/8A-6/8A-7/8A-8/8B-1/8B-2/8B-3/8B-
4/8B-5/8B-6/8B-7/8B-8 dilampirkan wajib pajak berdasarkan pada jenis SPT yang dilaporkan
atau jenis usaha wajb pajak. Misalnya, untuk 8A-1 diisi oleh perusahaan industri manufaktur
yang menyelenggarakan pembukuan dalam rupiah, sedangkan 8B1 untuk industri manufaktur
yang menyelenggarakan pembukuan dalam dolar Amerika Serikat.
Dalam pengisian SPT Tahunan Badan ada beberapa hal yang kamu harus perhatikan, berikut
enam hal yang harus diperhatikan saat melakukan pelaporan SPT Tahunan PPh Badan
berdasarkan ketentuan perundang-undangan perpajakan:
a. Isi SPT dengan benar, lengkap, dan jelas. Benar dalam arti secara perhitungan, penulisan,
penerapan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dan sebenarnya sesuai
keadaan. SPT harus diisi dengan lengkap karena memuat semua unsur-unsur yang
berkaitan dengan objek pajak dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam SPT.
SPT harus diisi jelas artinya asal-usul atau sumber dari objek pajak dan unsur-unsur lain
yang dilaporkan dalam SPT tidak boleh ada yang ditutupi.
b. Isi SPT dengan bahasa Indonesia, dengan satuan mata uang rupiah atau mata uang asing
apabila mendapatkan izin dari Kementerian Keuangan.
c. SPT harus ditandatangani dan SPT disampaikan ke KPP, tempat Wajib pajak
dikukuhkan.
d. Isi SPT Tahunan PPh badan 1771 melalui software SPT elektronik (e-SPT) yang harus
diunduh dahulu atau melalui menu e-Form pada DJP Online untuk selanjutnya membuat
file CSV SPT 1771 dan melakukan e-Filing SPT Tahunan PPh Badan pada aplikasi e-
Filing Pajak yang resmi.
e. Perpanjang jangka waktu pelaporan SPT Tahunan PPh badan dalam jangka waktu paling
lama sekitar dua bulan dengan melakukan pemberitahuan secara tertulis atau cara lain
sesuai ketentuan Ditjen Pajak.
f. Wajib pajak juga harus mencantumkan lampiran dan dokumen tambahan yang
dibutuhkan dalam pelaporan SPT.
Dokumen atau berkas umum yang wajib dipersiapkan saat pengisian SPT Badan adalah seperti
berikut:
b. SPT Masa PPN, yang di dalamnya termasuk seluruh Faktur Pajak masukan dan keluaran
pada satu tahun pajak tersebut
c. SPT Masa Pasal 21, mulai dari awal sampai akhir tahun pajak
e. Bukti Pemungutan PPh Pasal 22 dan Surat Setoran Pajak (SSP) Pasal 22 impor, dalam
satu tahun pajak
f. Bukti Pemotongan PPh Pasal 4 Ayat 2, dalam satu tahun masa pajak. Berkas ini
diperlukan jika Anda merupakan wajib pajak dengan kewajiban berdasarkan PP Nomor
46 Tahun 2013
h. Bukti Pembayaran atas Surat Tagihan Pajak (STP) PPh Pasal 25, dalam satu tahun pajak
Laporan Keuangan, termasuk juga laporan keuangan hasil audit akuntan publik dan data
pendukungnya (buku besar pendukung laporan keuangan, buku besar pembantu pendukung
laporan keuangan, rekening koran atau tabungan perusahaan, bukti penerimaan dan pengeluaran,
arsip akta pendirian atau perubahannya dan lampiran SPT Tahunan PPh Badan)
DAFTAR PUSTAKA
Fitriya. (2021, 09 April). Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan): Jenis, Tarif, Hitung, Bayar dan
Lapor Pajak. Diakses pada tanggal 01 November 2021 dari https://klikpajak.id/blog/pajak-
penghasilan-badan-jenis-tarif-hitung-dan-lapor-pajak/
Bayu. (2021, 13 Juni). Panduan Lengkap Pajak Penghasilan PPh Badan. Diakses pada tanggal 02
November 2021 dari https://konsultanku.co.id/blog/panduan-lengkap-pajak-penghasilan-pph-
badan