Anda di halaman 1dari 149

Ketentuan Umum &

Tata Cara Perpajakan


UU NO. 16 TAHUN 2009

KUP-A
OUTLINE PEMBELAJARAN

Pengenalan Pajak

NPWP dan PKP

Pembayaran Pajak

SPT
Definisi Pajak

kontribusi wajib kepada negara yang terutang


oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat
UU KUP No. 28 tahun 2007
UU KUP NO. 16 Tahun 2009
Pasal 1 (1)
Fungsi Pajak
 Fungsi Budgeter
sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi
pembiayaan pengeluaran - pengeluaran
pemerintah. Misal: dimasukkannya pajak
dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri
 Fungsi Reguler (mengatur)
sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijakan dibidang sosial dan
ekonomi. Misal: pajak yang tinggi dikenakan
kepada minuman keras, dengan tujuan untuk
mengurangi konsumsi minuman keras
Sistem Pemungutan Pajak
A. OFFICIAL ASSESSMENT SYSTEM
- Fiskus berwenang menentukan besarnya pajak terutang
- WP bersifat pasif
- Utang pajak timbul setelah diterbitkan surat ketetapan pajak
oleh fiskus
B. SELF ASSESSMENT SYSTEM
- Wewenang
- Kepercayaan diberikan kepada
- Tanggung jawab wajib pajak
C. WITHHOLDING SYSTEM
Wewenang diberikan kepada pihak ketiga untuk
memotong/memungut besarnya pajak terutang oleh WP
Stelsel Pajak
A. STELSEL NYATA (RIIL STELSEL)
- Penggunaan pajak berdasarkan obyek (penghasilan
yang nyata)
- Pemungutan dilakukan pada akhir tahun pajak
B. STELSEL FIKTIF (FICTIVE STELSEL)
Pengenaan pajak berdasarkan suatu anggapan yang diatur
Undang-undang
C. STELSEL CAMPURAN
Kombinasi antara stelsel nyata dengan stelsel anggapan
Sistematika Hukum Pajak
 Hukum pajak materiil
Memuat norma-norma yang menerangkan
keadaan, perbuatan, peristiwa hukum
yang dikenakan pajak (objek-objek), siapa
yang dikenakan pajak (subjek), berapa
besar pajak yang dikenakan, segala
sesuatu tentang timbul dan hapusnya
utang pajak dan hubungan hukum antara
pemerintah dan Wajib Pajak
Contoh: UU PPh, UU PPN
Sistematika Hukum Pajak
 Hukum pajak formal
memuat bentuk / tata cara untuk mewujudkan
hukum pajak materiil menjadi kenyataan,
hukum pajak formal ini memuat:
 Tata cara penetapan utang pajak
 Hak-hak fiskus untuk mengawasi WP
mengenai keadaan, perbuatan dan peristiwa
yang dapat menimbulkan utang pajak
 Kewajiban WP, misal penyelenggaraan
pembukuan / pencatatan dan hak-hak Wajib
Pajak mengajukan keberatan dan banding
Contoh: UU KUP
Jenis Pajak Berdasarkan Golongan
 Pajak Langsung
Pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib
Pajak dan tidak dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain
Contoh: Pajak Penghasilan
 Pajak Tidak Langsung
Pajak yang pembebanannya dapat
dilimpahkan kepada pihak lain
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai
Jenis Pajak berdasarkan Wewenang
Pemungut
 Pajak Pusat
pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara
Contoh: PPh, PPN
 Pajak Daerah
pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah
Pajak Daerah terdiri atas :
 Pajak Propinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor
dan Kendaraan di Atas Air, Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor
 Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak
Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame
Jenis Pajak berdasarkan Sifat
 Pajak Subjektif
Yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan
pada subjeknya, dalam arti memperhatikan
keadaan diri Wajib Pajak
Contoh: PPh
 Pajak Objektif
Yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya,
tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak
Contoh: PPN dan PPnBM
Perlawanan terhadap Pajak
 Perlawanan Pasif
Berupa hambatan yang mempersulit pemungutan
pajak dan mempunyai hubungan erat dengan
struktur ekonomi
 Perlawanan Aktif
Secara nyata terlihat pada semua usaha dan
perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada
pemerintah (fiskus) dengan tujuan untuk
menghindari pajak, bisa dalam bentuk Tax
Avoidance dan Tax Evasion
LOGO

Official Assessment System

Menghitung Pajak Sendiri (MPS) UU No. 8 Tahun 1967


Menghitung Pajak Orang (MPO) PP No.11 Tahun 1967

Reformasi Perpajakan 1983

Self Assessment System


DASAR HUKUM

UU Nomor 6 Tahun 1983

UU Nomor 9 Tahun 1994

KETENTUAN UMUM
DAN UU Nomor 16 Tahun 2000
TATA CARA PERPAJAKAN

UU Nomor 28 Tahun 2007

UU Nomor 16 Tahun 2009

www.themegallery.com Company Logo


NPWP

page 15
NPWP

Pengertian :
Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak
sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda
pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakannya
(Pasal 1 Angka 6 UU KUP)

FUNGSI NPWP:
1. Sebagai tanda Pengenal (identitas wajib pajak)
2. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran dan pengawasan
administrasi
3. Untuk keperluan yang berhubungan dengan dokumen perpajakan
baik karena untuk pelaporan pajak maupun keharusan dalam
pelayanan publik

(Penjelasan Pasal 2 Ayat (1) UU KUP)


NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP)

NPWP Cabang diwajibkan apabila WP memiliki cabang usahaterdiri dari


15 (lima belas) digit, yaitu 9 (sembilan) digit pertama merupakan Kode
Wajib Pajak dan 6 (enam) digit berikutnya merupakan Kode Administrasi
Perpajakan.

01.234.567.8 – 000 . 000

Kode WP yang Kode KPP Kode status :


pusat / cabang/keluarga.
dibuat secara misalnya: untuk Untuk Pusat : 000
numeric dan unix KPP Banjarmasin Untuk Cabang : 001 dst
-731 Untuk Keluarga :999,998 dst
WAJIB PAJAK

Pengertian :
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
(Pasal 1 Angka 2 UU KUP)

Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan


kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan
usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,
perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,
dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa,
organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk
badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha
tetapPokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib
Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan
sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya
(Pasal 1 Angka 3 UU KUP)

page 18
WAJIB PAJAK

ORANG PRIBADI BADAN

MELIPUTI

PEMBAYAR PEMOTONG PEMUNGUT


PAJAK PAJAK PAJAK

YANG MEMPUNYAI HAK DAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN


SESUAI DENGAN KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN
PERPAJAKAN

page 19
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
Kewajiban Mendaftarkan Diri

BADAN ORANG PRIBADI

Syarat Objektif
Syarat Subjektif

Wilayah tempat Wilayah tempat


kedudukan tinggal
KANTOR
PELAYANAN PAJAK

20
Pasal 2
NPWP
( Pasal 2 Ayat (1) UU KUP )

Persyaratan Persyaratan
Subjektif Objektif

persyaratan yang sesuai


WAJIB persyaratan bagi subjek pajak
yg menerima atau memperoleh
penghasilan atau diwajibkan
dengan ketentuan mengenai
subjek pajak dalam UUPPh PAJAK untuk melakukan pemotongan/
pemungutan sesuai dengan
Ketentuan UUPPh
SUBYEK DAN OBJEK PPh

Subjek PPh :
╬ Orang pribadi
╬ Warisan yang belum terbagi
╬ Badan
╬ Bentuk Usaha Tetap

Objek PPh = Penghasilan


Subjek Pajak Dalam Negeri

• Orang Pribadi (OP) yang bertempat tinggal atau


berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka
waktu 12 bulan, atau OP yang berada di Indonesia
dan berniat tinggal di Indonesia;

• Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di


Indonesia;

• Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan,


menggantikan yang berhak.
Subjek Pajak Luar Negeri

 OP yang tidak bertempat tinggal/ berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari
dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan/berkedudukan
di Indonesia yang menjalankan usaha atau kegiatan melalui bentuk usaha
tetap di Indonesia;

 OP yang tidak bertempat tinggal/berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari
dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan/berkedudukan
di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari
Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui
bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia.
Kewajiban Wajib Pajak
Pasal 2 Ayat (1), dan (2)

1. Kewajiban pendaftaran untuk memperoleh Nomor Pokok


Wajib Pajak (NPWP), berlaku untuk:
a. WP OP yang melakukan usaha atau pekerjaan bebas,
b. WP OP yang tidak melakukan usaha atau pekerjaan bebas, namun
berpenghasilan melebihi PTKP.
c. Wanita yang telah menikah dan menjalankan kewajiban
perpajakannya sendiri.
d. Setiap WP Badan.
2. Kewajiban pendaftaran untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak (PKP), berlaku untuk:
a. Pengusaha yang memiliki peredaran bruto melebihi Rp 4,8 Miliar
(batasan pengusaha kecil).
b. Pengusaha kecil yang memilih dikukuhkan.

25
TIDAK TERMASUK
SUBYEK PPh
• Kantor Perwakilan Negara Asing
• Pejabat perwakilan diplomatik, Konsulat dan pejabat lain termasuk orang yang
diperbantukan kepada mereka dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan
syarat :
– Bukan Warga Negara Indonesia
– Di Indonesia tidak menerima/memperoleh penghasilan lain (diluar jabatan/
pekerjaannya)
– Negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik
• Organisasi Internasional yang ditetapkan Menteri Keuangan dengan syarat Indonesia
menjadi anggotanya serta tidak memperoleh penghasilan di Indonesia selain dari
bunga pinjaman yang dananya berasal dari iuran anggota
• Pejabat perwakilan Organisasi Internasional yang ditetapkan Menteri Keuangan,
dengan syarat :
– Bukan Warga Negara Indonesia
– Tidak menjalankan usaha/kegiatan/usaha lain untuk memperoleh
penghasilan di Indonesia

TIDAK WAJIB BER-NPWP


BADAN PEMERINTAH
BUKAN SUBYEK PPh, DENGAN KRITERIA TERTENTU

• Dibentuk berdasarkan peraturan


perundang-undangan yang berlaku
• Dibiayai dengan dana yang bersumber dari
APBN/APBD
• Penerimaan lembaga tersebut dimasukkan
dalam anggaran pusat/daerah
• Pembukuannya diperiksa oleh aparat
pengawasan fungsional negara
WAJIB BER-NPWP SEBAGAI PEMOTONG
DAN PEMUNGUT PAJAK
Cara
Pendaftaran dan Penghapusan NPWP
Serta Pengukuhan dan Pencabutan PKP
Per-20/2013 jo. Per 38/2013

Elektronik

KPP

Datang Langsung
KP2KP

Pos/Ekspedisi/Kurir

28
1. Membuka situs Direktorat Jenderal Pajak dengan alamat
http://www.pajak.go.id.
2. Memilih menu sistem e-Registration.
3. Membuat account dengan melakukan login pada sistem e- Registration.
4. Login ke sistem e-Registration dengan mengisi username dan password
yang telah dibuat.
5. Memilih menu “Permohonan Pendaftaran NPWP dan/atau Pengukuhan
PKP”.
6. Memilih jenis Wajib Pajak yang sesuai (Orang Pribadi, Badan atau
Bendahara)
7. Mengisi formulir permohonan pada layar komputer dengan lengkap dan
benar.
8. Memilih tombol “daftar” untuk mengirim Formulir Permohonan
Pendaftaran NPWP dan/atau Pengukuhan PKP.
9. Mencetak formulir permohonan yang sudah diisi secara lengkap dan SKTS
melalui aplikasi e-Registration.
10. Menerima SKT, NPWP dan/atau SPPKP dari KPP dimana Wajib Pajak
Terdaftar
Tempat Pendaftaran dan Pelaporan
Pasal 2 Ayat (1), dan (3)

KPP Tempat
Kedudukan Usaha
• Berlaku bagi dan KPP Tempat
WP Badan atau Tinggal
WP OP yang • Berlaku bagi
tak berkegiatan WP OP yang
usaha di berkegiatan
tempat tinggal. usaha di
tempat tinggal.
KPP Tempat
Kedudukan Usaha

30
PENENTUAN
TEMPAT TINGGAL WP OP

Perdirjen Pajak Nomor 12/PJ./2015

1. Rumah tetap orang pribadi berada, yaitu rumah


tempat orang pribadi beserta keluarganya bertempat
tinggal
2. Jika memliki rumah pada 2 wilayah kerja KPP,
maka ditentukan berdasarkan pusat kepentingan
pribadi dan dan ekonomi dilakukan
3. Jika tempat pusat kepentingan pribadi dan ekonomi
tidak dapat ditentukan, maka tempat OP yang lebih
lama ditinggali
4. Kalau masih sulit ditentukan maka ditentukan oleh
Dirjen Pajak (Fiskus)
PENENTUAN
TEMPAT KEDUDUKAN WP BADAN

Perdirjen Pajak Nomor 12/PJ./2015


1. Tempat kantor pimpinan perusahaan dan pusat administrasi
dan keuangan dan menjalan kegiatan usaha berada
sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris Pendirian
Perusahaan atau sesuai surat keterangan penunjukan BUT,
atau sesuai SIU atau sesuai surat keterangan kegiatan usaha
atau sesuai perjanjian kerjasama (KSO)
2. Dalam hal tempat pusat administrasi dan keuangan
perusahaan terpisah dengan tempat kantor pimpinan
perusahaan, maka tempat kedudukan berada ditempat kantor
pimpinan perusahaan
3. Kalau masih sulit ditentukan maka ditentukan oleh Dirjen
Pajak (Fiskus)
PMK Nomor 182/ PMK.03/ 2015
SYARAT-SYARAT PENDAFTARAN

WP ORANG PRIBADI

USAHAWAN NON USAHAWAN

MENGISI DAN MENANDATANGANI SENDIRI FORMULIR PENDAFTARAN ATAU


DENGAN SURAT KUASA KHUSUS PENDAFTARAN

DILAMPIRI FOTO KOPI : DILAMPIRI FOTO KOPI :


- KTP (PENDUDUK INDONESIA); - KTP (PENDUDUK INDONESIA);
- PASPOR BAGI ORANG ASING - PASPOR BAGI ORANG ASING
- SURKET TEMPAT TINGGAL LURAH/KADES - SURKET TEMPAT TINGGAL LURAH/KADES
- SIU/KETERANGAN TEMPAT USAHA

PER-20/2013 JO PER-38/2013
PMK Nomor 182/ PMK.03/ 2015
SYARAT-SYARAT PENDAFTARAN

WP BADAN

BADAN JO BENDAHARA
PEMOTONG/PEMUNGUT

MENGISI DAN MENANDATANGANI SENDIRI FORMULIR PENDAFTARAN ATAU


DENGAN SURAT KUASA KHUSUS PENDAFTARAN

DILAMPIRI FOTO KOPI :


- FC AKTE PENDIRIAN DILAMPIRI FOTO KOPI :
- FC KTP / PASPOR PENANGGUNG JAWAB
- FC NPWP PENANGGUNG JAWAB
- SURAT PENUNJUKAN SBG.
- SURAT PENUNJUKAN KTR PUSAT BAGI BENDHRW.; dan
BUT - KTP BENDAHARAWAN.
- SURAT KETERANGAN CABANG
DILAMPIRI FOTO KOPI :
- FC PERJANJIAN KERJA SAMA SEBAGAI JO
- FC KTP / PASPOR PENANGGUNG JAWAB
- FC NPWP PENANGGUNG JAWAB

PER-20/2013 JO PER-38/2013
Jangka Waktu Pendaftaran
Pasal 2 Ayat (5), dan PMK No. 182/ PMK.03/ 2015

NPWP PKP

 Paling lambat 1 bulan setelah saat  Sebelum penyerahan BKP/ JKP.


usaha mulai dijalankan.
 Paling lambat akhir bulan berikut
 Paling lambat pada akhir bulan berikut setelah nilai peredaran usaha bruto
setelah memperoleh penghasilan melebihi batasan Pengusaha Kecil
disetahunkan yang melebihi PTKP. dalam kurun satu tahun.

WP Badan/ WP OP WP OP Non
Usahawan Usahawan 35
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
Wanita Kawin

Wanita Kawin yg Memiliki Penghasilan

hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim atau


Penghasilan isteri
dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian
digabung dgn suami
pemisahan penghasilan & harta

NPWP isteri = NPWP suami


(Hak & kewajiban YA TIDAK
perpajakan digabung)
ingin melaksanakan hak &
memenuhi kewajiban perpajakan
bila telah memiliki NPWP terpisah dari hak & kewajiban
sebelum kawin maka harus perpajakan suami
mengajukan penghapusan

bila telah memiliki NPWP


sebelum kawin maka tidak perlu Isteri &suami masing-masing memiliki NPWP,
mendaftarkan diri lagi (Hak & kewajiban perpajakan terpisah)
36
Pasal 2
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
Anak yang Belum Dewasa

Sesuai UU PPh 1984 dan perubahannya


anak yg belum dewasa
belum berumur 18 tahun
&
belum pernah menikah

kewajiban perpajakan
digabung dgn orang tuanya

NPWP ikut dgn orang


tuanya

37
Pasal 2
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
Warisan Yang Belum terbagi

Warisan yg belum terbagi sebagai


satu kesatuan menggantikan yg
berhak

menggunakan

NPWP dari orang pribadi yg


meninggalkan warisan

diwakili oleh

o salah seorang ahli waris;


o pelaksana wasiat; atau
o pihak yang mengurus harta
peninggalan.

38
Pasal 3
Tempat Pendaftaran dan Pelaporan
WP atau PKP Tertentu

WP Bergerak di Bidang Migas


KPP WP Migas

WP PMA yang tidak masuk bursa, kecuali telah terdaftar/pendaftaran


KPP PMA
Baru di KPP domisili.

WP BUT dan WNA berkedudukan di DKI Jakarta KPP Badora

WP yang pernyataan pendaftaran emisi saham telah dinyatakan efektif


oleh Bapepam, - LK perusahaan efek non bank, reksadana, serta KIK- KPP Perusahaan Masuk Bursa
EBA, kecuali telah terdaftar di KPP setempat ,dan WP emiten BUMN.

WP Badan/OP Besar tertentu dan BUMN. KPP Wajib Pajak Besar

WP Badan Besar tertentu dalam Suatu Kanwil. KPP Madya

WP BUT dan WNA berkedudukan di luar DKI Jakarta. KPP Setempat

WP BUMN, PMA, BUT, WNA, perusahaan masuk bursa, dan KPP tempat pusat, cabang/
perusahaan besar tertentu, terbatas dalam hal sebagai pemotong dan perwakilan atau kegiatan usaha.
atau pemungut PPh.

WP OP yang memiliki beberapa tempat usaha. KPP tempat tinggal atau tempat
39 usaha.
kegiatan
TEMPAT PENDAFTARAN & PELAPORAN
WP / PKP TERTENTU
PER-9/PJ/2008 Jo. PER-35/PJ/2009

BUMN, termasuk anak perusahaan BUMN yang


penyertaan modal induknya > 50% ditetapkan oleh dirjen KPP BUMN
pajak

PMA TIDAK MASUK BURSA ditetapkan dirjen pajak KPP PMA 1 s.d. 6
BUT & ORANG ASING DKI&Luar DKI ditetapkan dirjen pajak KPP BADORA 1 & 2
WP PERSH. MASUK BURSA termasuk SRO ditetapkan oleh KPP PERUSAHAAN
dirjen pajak MASUK BURSA
WP Badan & OP yang masuk kategori Besar ditetapkan
KPP LTO,Madya,HWI
oleh dirjen pajak

BUMN, PMA, BADORA, PERUSAHAAN MASUK BURSA, KPP TEMPAT CABANG /


PERWAKILAN atau
WP Badan & OP Besar
KEGIATAN USAHA
(khusus PPh PEMOTONGAN /PEMUNGUTAN dan PPN/ PPn BM)
KPP TEMPAT TINGGAL & KPP
WPORANG PRIBADI PENGUSAHA TERTENTU YG TEMPAT KEGIATAN USAHA
MEMPUNYAI BEBERAPA TEMPAT USAHA

Berlaku Sejak Maret 2008 serta dirubah juni 2009


PENGUSAHA KENA PAJAK

PENGUSAHA YANG MELAKUKAN PENYERAHAN

BARANG JASA
KENA KENA
PAJAK PAJAK

YANG DIKENAI PAJAK BERDASARKAN


UNDANG-UNDANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI 2009
KEWAJIBAN MELAPORKAN USAHA
Pasal 2 ayat (2)

SETIAP WAJIB PAJAK SEBAGAI PENGUSAHA


YANG DIKENAI PAJAK BERDASARKAN UU PPN No. 42 tahun 2009

WAJIB MELAPORKAN USAHANYA PADA KANTOR


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK YANG WILAYAH KERJANYA
MELIPUTI:

TEMPAT
TEMPAT
TEMPAT TINGGAL KEGIATAN USAHA
KEDUDUKAN DILAKUKAN

DIKUKUHKAN MENJADI PENGUSAHA KENA PAJAK


PENERBITAN NPWP & PKP
SECARA JABATAN
Pasal 2 ayat (4)

DIREKTUR JENDERAL PAJAK MENERBITKAN NPWP


DAN MENGUKUHKAN PKP

SECARA
JABATAN

APABILA WAJIB PAJAK atau PENGUSAHA KENA PAJAK


TIDAK MELAKSANAKAN KEWAJIBANNYA
KEWAJIBAN PERPAJAKAN
SELAMA 5 TAHUN KE BELAKANG
Pasal 2 ayat (4a)

PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN BAGI WAJIB PAJAK


ATAU PENGUSAHA KENA PAJAK YANG DITERBITKAN
NPWP DAN/ATAU PKP

SECARA
JABATAN
DIMULAI SEJAK SAAT WAJIB PAJAK MEMENUHI PERSYARATAN

SUBJEKTIF OBJEKTIF

PALING LAMA 5 (LIMA) TAHUN SEBELUM DITERBITKANNYA NPWP


DAN/ATAU DIKUKUHKANNYA SEBAGAI PKP
WP Pindah Alamat
PMK Nomor 182/ PMK.03/ 2015

Peran WP
• Mengajukan permohonan dengan Surat Pernyataan Pindah kepada KPP
Lama

Peran KPP Lama


• Menerbitkan Surat Pindah kepada WP Badan, maksimal 1 hari kerja sejak
penerimaan permohonan.
• Menerbitkan Surat Pencabutan SKT atau SPPKP, maksimal 1 hari kerja sejak
penerimaan tembusan Kartu NPWP, SKT, atau SPPKP dari KPP Baru.

Peran KPP Baru


• Menerbitkan NPWP, SKT, atau SPPKP untuk ditembuskan ke KPP Lama.
• Penerbitan maksimal 1 hari kerja sejak penerimaan Surat Pindah dari KPP
Lama bagi WP Badan, atau sejak penerimaan permohonan bagi WP OP.
45
Penyebab Penghapusan NPWP
PMK No. 182/ PMK.03/ 2015

WP Badan berada
WP OP Meninggal Dunia WP OP wanita menikah WP BUT menghentikan
dalam proses likuidasi
dan Tidak ada Warisan dan tidak melaksanakan kegiatannya di
atau pembubaran.
kewajiban pajak sendiri. Indonesia.

WP yang piutangnya
dihapuskan akibat tidak
WP Bendahara tidak WP OP Meninggalkan WP Memiliki Lebih dari memiliki kekayaan atau
melakukan Indonesia 1 NPWP meninggal tanpa
Pembayaran warisan.

Dirjen Pajak
Warisan sudah dibagi menganggap perlu, atas
Anak belum Dewasa
WP tertentu.

Penghapusan NPWP harus diselesaikan dalam jangka 6 bulan untuk


WP OP dan 12 bulan untuk WP Badan sejak penerimaan permohonan.
46
PENGHAPUSAN NPWP
Per-20/2013 jo Per 38/2013)

DIREKTUR JENDERAL PAJAK MEMPERTIMBANGKAN

Adanya Proses Hukum NPWP Cabang


Utang Pajak
dan Administrasi Telah Dihapus
Penyebab Pencabutan Pengukuhan PKP
PMK No. 73/ PMK.03/ 2012

PKP PKP pindah


menyalahgun alamat ke PKP
akan naungan KPP Status
pengukuhan. lain. NE

Kewajiban PPN Tidak diketahui


PKP dipusatkan Peredaran bruto keberadaannya
di tempat lain. PKP tidak
melebihi batasan
pengusaha kecil.

Pencabutan Pengukuhan PKP harus diselesaikan dalam jangka waktu


6 bulan sejak tanggal diterimanya permohonan secara lengkap.48
KEPUTUSAN atas PERMOHONAN
PENGHAPUSAN NPWP
Pasal 2 ayat (7)

DIREKTUR JENDERAL PAJAK SETELAH MELAKUKAN

PEMERIKSAAN
HARUS MEMBERIKAN KEPUTUSAN ATAS PERMOHONAN
PENGHAPUSAN NPWP DALAM JANGKA WAKTU

6 BULAN 12 BULAN

WP OP WP BADAN

SEJAK PERMOHONAN DITERIMA SECARA LENGKAP


PENCABUTAN PENGUKUHAN PKP
Pasal 2 ayat (8)

DIREKTUR JENDERAL PAJAK DAPAT MELAKUKAN


PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK

PERMOHONAN
JABATAN
WP

PEMERIKSAAN

KEPUTUSAN 6 BULAN
SANKSI

Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP
atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP

menimbulkan kerugian pada


pendapatan negara

denda 2 – 4 kali jumlah


pidana penjara
pajak terutang yang tidak
6 bulan - 6 tahun atau kurang dibayar
*Berdasarkan Pasal 39 UUKUP
KRITERIA WP NON EFEKTIF
Per-20/2013 jo Per 38/2013)

WP OP usahawan/PB WP OP Non- WP OPDN


usahawan/Non-PB Di LN lebih 183 hari
tidak ada kegiatan
usaha Ph dibawah PTKP dalam 12 bln

WP Mengajukan WP Tidak memnuhi


Permohonan syarat subjektif dan
Penghapusan Namun objektif tetapi belum
belum Ada Keputusan dihapus NPWP

Tidak Wajib Menyampaikan SPT dan Tidak Dikenai Sanksi Pasal 7 UU KUP

52
Diskusi
Seno, bujangan (TK/-) adalah pengangguran. Namun Seno memiliki
deposito dengan bunga per bulan sebesar Rp5.000.000,00. Bunga
tersebut mulai diperoleh sejak bulan Februari 2013. Atas penghasilan
bunga tersebut telah dipotong PPh yang bersifat Final oleh bank.

Bagaimana kewajiban NPWPnya?


PEMBAYARAN dan
PELAPORAN
PAJAK
Sarana Pembayaran atau Penyetoran
Pasal 10 AYAT (1) UU KUP

PMK-242/PMK.03/2014

Pembayaran atau
Penyetoran Pajak

Menggunakan Surat Setoran Pajak


(SSP) atau sarana administrasi lain
yang ditentukan Dirjen Pajak dan telah
divalidasi dengan Nomor Transaksi
Penerimaan Pajak (NTPN).
55
Tanggal Jatuh Tempo Penyetoran (1)
a

Pasal 9 Ayat (1), PMK No. 242/ PMK.03/ 2014


Paling Lama Jenis Setoran
PPh Pasal 4 ayat (2) Jika bertepatan
PEMOTONG hari libur,
PPh Pasal 15 dimundurkan
PPh Pasal 21 satu hari kerja.
Tanggal 10
PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26
bulan
PPh Pasal 22 atas penyerahan bahan bakar minyak, gas, dan
Berikutnya
pelumas kepada penyalur/agen atau industri
PPh pasal 22 yang dipungut WP badan tertentu sebagai
Pemungut Pajak
PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak
PPh Pasal 15 yang harus dibayar sendiri
PPh Pasal 25
Tanggal 15 bulan
PPN atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dan/atau JKP
berikutnya
dari luar Daerah Pabean
PPN atau PPN dan PPnBM oleh Pemungut PPN selain Bendahara
Pemerintah atau instansi Pemerintah yang ditunjuk
56
Tanggal Jatuh Tempo Penyetoran (2)
a

Pasal 9 Ayat (1), PMK No. 242/ PMK.03/ 2014


Disetor Paling Lama Jenis Setoran
Bersamaan dengan
PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor
pembayaran BM
Dalam Jangka waktu PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor yang
satu hari setelah dipungut oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
pemungutan
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendahara
Pada hari yang sama PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan
oleh Pejabat Penandatangan SPM sebagai Pemungut PPN
PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan
Tanggal tujuh bulan
oleh Bendahara Pemerintah atau instansi Pemerintah yang
berikutnya
ditunjuk
Pada akhir masa pajak PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertentu
terakhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3b) UU KUP
Sebelum SPT PPN (SPT PPN)
disampaikan PPh Pasal 29 (SPT Tahunan)
Jika bertepatan hari libur, dimundurkan satu hari kerja.
57
WP Kriteria Tertentu yang Berhak Melaporkan
Beberapa Masa dalam 1 SPT
Pasal 3 Ayat (3a), dan PMK No. 182/ PMK.03/ 2007

WP
Kriteria
Tertentu

WP di
WP Usaha
Daerah
Kecil
Tertentu

WP OP yang
WP Badan
merupakan:

Memiliki
WP OP Memiliki peredaran bruto
Dalam peredaran bruto 100%
dimiliki < Rp
Negeri. < Rp 900.000.000,00.
600.000.000,00. WNI.

58
Sanksi Administrasi Atas Keterlambatan Pembayaran Pajak

Untuk dihitung dari tanggal jatuh tempo


Masa pembayaran sampai dengan tanggal
Pajak pembayaran, dan bagian dari bulan
dihitung penuh 1 (satu) bulan
dikenai sanksi
(Pasal 9 ayat (2) administrasi berupa
bunga sebesar 2%
(dua persen) per
Untuk dihitung mulai dari berakhirnya batas
PPh bulan
waktu penyampaian Surat Pemberitahuan
Setahun Tahunan sampai dengan tanggal
pembayaran, dan bagian dari bulan penuh
1 (satu) bulan
(Pasal 9 ayat (2a)
Ilustrasi
Sanksi Bunga
Keterlambatan Penyetoran Pajak
Contoh:
PPh Pasal 21 terutang Atas Penghasilan karyawan pada Masa Mei 2015
adalah Rp100 juta. Pembayaran PPh 21 ini dibayar pada tanggal 18 Juni
2015 dan dilaporkan tanggal 19 Juni 2015. Selanjutnya pada tanggal 20
Juli 2009 diterbitkan STP dengan sanksi bunga 1 bulan (10 Juni s/d 18
Juni) atau sebesar : 1 x 2% x Rp.100.000.000,00 = Rp.2.000.000,00

Contoh:

SPT Tahunan PPh Badan Tahun 2014 mengalami kurang bayar (PPh Pasal
29) sebesar Rp.100 Juta. PPh Pasal 29 tersebut dibayar dan dilaporkan
tanggal 10 Juni 2015. Selanjutnya diterbitkan STP atas keterlambatan
bayar PPh 29 dan lapor SPT Tahunan, dengan perhitungan sanksi
terlambat bayar sebesar : 2 x 2% x Rp.100.000.000,00 = Rp.4.000.000,00

60
Tanggal Jatuh Tempo
Pembayaran Surat Keputusan

Pasal 9 Ayat (3), (3a) dan PMK No.242/ PMK.03/ 2014

Penerbitan Harus dilunasi


Sebab

Kewajiban
Akibat
Surat maksimal 1
bulan sejak
Keputusan: penerbitan.
• STP/SPPT/STP PBB Menyebabkan
• SKPKB pajak yang Khusus bagi WP
• SKPKB harus dibayar Usaha Kecil dan
Tambahan WP di daerah
• SK Pembetulan
bertambah. tertentu, dapat
• SK Keberatan diperpanjang
• Putusan Banding hingga
maksimal 2
bulan.

61
Pembayaran Pajak

Jika hari hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional

libur termasuk hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan Pemilihan


Umum yang ditetapkan oleh Pemerintah dan cuti bersama
secara nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah
pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari
kerja berikutnya

Tempat menggunakan Surat Setoran Pajak ke kas negara melalui tempat


Pembayar pembayaran yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan
an
dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan
Pengangsuran atau Penundaan Pembayaran
Pasal 9 Ayat (4), dan PMK Nomor 242/PMK.03/2014

Dirjen Pajak dapat menyetujui permohonan WP untuk


mengangsur atau menunda pembayaran selama:
• Maksimal 12 bulan, untuk utang akibat STP atau Surat Keputusan.
• Hingga bulan terakhir tahun berikut, untuk utang PPh 29.

Merupakan pembayaran pajak terutang akibat:


• STP/SPPT/STP PBB
• SKPKB dan SKPKBT
• SK Pembetulan dan Keberatan
• Putusan Banding
• PPh Pasal 29

WP dikenai sanksi bunga 2% per bulan.


63
Syarat Pengajuan Permohonan
Pengangsuran atau Penundaan Pembayaran
PMK No. 242/ PMK.03/ 2014

Diajukan secara tertulis kepada Dirjen Pajak.

Diajukan maksimal 9 hari sebelum tanggal


jatuh tempo pembayaran, kecuali WP
mengalami keadaan di luar kekuasaannya.

Disertai alasan dan jumlah pembayaran yang


dimohonkan angsuran atau penundaan.

Keputusan diberikan maksimal 7 hari sejak permohonan diterima


lengkap. Jika jangka waktu terlewati, permohonan dianggap diterima.
64
PEMBAYARAN PAJAK

e-Billing SYSTEM
Manfaat bagi Wajib Pajak

1 LEBIH MUDAH, LEBIH CEPAT

• tidak perlu lagi mengantre lama di loket teller, teller


hanya menginput satu kode saja, bukan seluruh data
di SSP
• WP bahkan bisa bertransaksi lewat mesin ATM atau
mengakses internet banking dari meja kerja sendiri

2 LEBIH AKURAT

• mengeliminasi kesalahan input oleh teller


• web application menyediakan validation rules/
function/interface yang meminimalisasi kekeliruan
Cara memperoleh kode billing

PER-26/PJ/2014 Pasal 4
Wajib Pajak dapat memperoleh Kode Billing
sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat (5) dengan cara
:
1. Membuat sendiri pada Aplikasi Billing DJP
2. Melalui Bank/Pos Persepsi atau Pihak lain
3. Diterbitkan secara Jabatan Oleh DJP
Membuat Sendiri Billing Pajak
pada Aplikasi Billing DJP

1 2 3
CREATE
DAFTAR BAYAR
BILLING
Step 1

• Buka browser, browse ke


http://sse.pajak.go.id

• Klik link “Daftar Baru”


page 69
Step 2

• Masukkan NPWP, e-mail dan user ID yang


diinginkan. E-mail harus valid karena akan
digunakan untuk validasi.

• Klik “register”
page 70
Input Data SSP

KLIK OK

KLIK SIMPAN
page 71
Terbitkan Kode Billing

KLIK TERBITKAN
KODE BILLING

page 72
Kode Billing Bisa di-Print

KODE BILLING
(15 DIGIT)

KLIK CETAK

KLIK SAVE
page 73
Kode Billing Bisa di-Print

PRINTOUT
KODE BILLING

page 74
PROSES PEMBAYARAN
BILLING
PMK - 242/PMK.03/2014
Psl. 10
Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan ke Kas Negara
melalui :
a. Layanan pada loket/teller
b. Layanan dengan menggunakan Sistem Elektronik lainnya
Pada Bank/Pos Persepsi

PER - 26/PJ/2014
Psl. 3
Transaksi Pembayaran/penyetoran pajak sebagaimana dimaksud
dalam pasal 2 ayat (5) dapat dilakukan melalui Teller Bank/Pos
persepsi, ATM, Internet Banking dan EDC

page 75
Proses Pembayaran Dapat dilakukan Melalui :

COUNTER / TELLER

page 76
PER – 26/PJ/2014
Pasal 3 ayat (2) Atas pembayaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), WP menerima BPN sebagai
bukti setoran.

Pasal 3 ayat (3) BPN sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) diterbitkan dalam bentuk :

• Teller (over the counter), diterbitkan dalam


bentuk Dokumen Bukti Pembayaran;
• ATM,dan EDC diterbitkan dalam bentuk struk
bukti transaksi;
• Internet banking, diterbitkan dalam dokumen SPT

elektronik yang dapat dicetak oleh Wajib Pajak.

page 77
SPT
(SURAT PEMBERITAHUAN )
SPT
Pasal 1 Angka (10), (11), dan (12)

Merupakan surat yang digunakan WP untuk melaporkan


penghitungan dan pembayaran pajak, objek pajak dan
atau bukan objek pajak, dan atau harta dan kewajiban.

Untuk suatu masa pajak. Untuk suatu tahun pajak


atau bagian tahun pajak.

SPT Masa SPT Tahunan


79
Fungsi SPT PPh
Penjelasan Pasal 3 Ayat (1)

Sarana pelaporan dan pertanggungjawaban


penghitungan PPh terutang.

Sarana melaporkan tentang:


• Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah
dilaksanakan sendiri dan/atau melalui pemotongan
atau pemungutan pihak lain.
• Penghasilan yang merupakan objek dan bukan
Objek Pajak.
• Harta dan kewajiban.
• Pembayaran dari pemotong atau pemungut.
80
Fungsi SPT PPN
Penjelasan Pasal 3 Ayat (1)

Sarana pelaporan dan pertanggungjawaban


penghitungan PPN atau PPnBM terutang.

Sarana melaporkan tentang:

• Pengkreditan PPN Masukan terhadap PPN Keluaran.


• Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah
dilaksanakan sendiri atau melalui pihak lain.
• Pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkan
Pemungut PPN.

81
Kewajiban Pemenuhan SPT
Pasal 3 Ayat (1), (1b), (2), (3), (3a), (4), (5) dan UU PPN

WP mengambil sendiri, mengisi, dan menandatangani formulir SPT.

Batas Waktu Penyampaian


Batas Waktu Penyampaian
 SPT Masa: maksimal 20 hari setelah akhir masa pajak.
 SPT Masa: maksimal 20 hari setelah akhir masa pajak.
 SPT Masa PPN Paling Lambat Akhir Bulan Berikutnya
 SPT Masa PPN Paling Lambat Akhir Bulan Berikutnya
 SPT Tahunan PPh WP OP: maksimal 3 bulan paska akhir tahun pajak.
 SPT Tahunan PPh WP OP: maksimal 3 bulan paska akhir tahun pajak.
 SPT Tahunan PPh WP Badan: maksimal 4 bulan paska akhir tahun
 SPT Tahunan PPh WP Badan: maksimal 4 bulan paska akhir tahun
pajak.
pajak.
Batas waktu dapat diperpajang maksimal 2 bulan, apabila WP
Batas waktu dapat diperpajang maksimal 2 bulan, apabila WP
mengajukan pemberitahuan yang disertai penghitungan sementara.
mengajukan pemberitahuan yang disertai penghitungan sementara.

WP kriteria tertentu dapat melaporkan beberapa masa di 1 SPT Masa.

82
Tanggal Jatuh Tempo Pelaporan (1)
a

Pasal 9 Ayat (1), PMK No. 242/ PMK.03/ 2014

Tanggal 20 bulan Akhir bulan berikut,


berikut, untuk SPT untuk SPT Masa PPN
Masa PPh terkait: terkait:

PPN atas
PPh Pasal PPN atas pemanfaatan
PPh Pasal 4 PPh Pasal
22 atas kegiatan BKP-TB atau
Ayat (2), 15, 22 dipungut
BBM, gas, membangun JKP dari luar
21, 23, 25, WP Badan
dan sendiri oleh daerah
dan 26. tertentu.
pelumas. PKP. pabean oleh
PKP.

Jika bertepatan hari libur, dimundurkan satu hari kerja.


83
Tanggal Jatuh Tempo Pelaporan (2)
a

Pasal 9 Ayat (1), PMK No. 242/ PMK.03/ 2014

Akhir bulan berikut, untuk lembar ketiga SSP terkait:


• PPN atas kegiatan membangun sendiri oleh WP non PKP.
• PPN atas pemanfaatan BKP-TB atau JKP dari luar daerah pabean oleh WP
non PKP.
Hari kerja terakhir minggu berikut, untuk:
• PPh Pasal 22, PPN, dan PPnBM atas impor dipungut Ditjen Bea Cukai.

Akhir bulan berikut, untuk:


• PPh Pasal 22 dipungut bendaharawan negara.
• PPN dan PPnBM dipungut bendaharawan pemerintah dan selain
bendaharawan pemerintah.
20 hari setelah masa pajak terakhir, untuk SPT Masa terkait:
• PPh Pasal 25 dan pembayaran masa lain bagi WP dengan kriteria tertentu.
Jika bertepatan hari libur, dimundurkan satu hari kerja.
84
Syarat Permohonan Perpanjangan Waktu
Penyampaian SPT Tahunan
Pasal 3 Ayat (4), (5), dan (5A)

• Diajukan secara tertulis kepada Kepala KPP.

• Diajukan sebelum batas waktu penyampaian SPT berakhir.

• Menyampaikan perhitungan sementara pajak terutang dan


laporan keuangan sementara.

• Melampirkan bukti pelunasan kekurangan penyetoran.

Perpanjangan diberikan paling lama 2 bulan, dan jika gagal


menyampaikan tepat waktu akan diterbitkan Surat Teguran. 85
Penyebab SPT Dianggap Tak Disampaikan
Pasal 3 Ayat (7), (7A), KMK No. 536/ KMK.04/ 2000 Jo.
a

KMK No. 82/ KMK.04/ 2003

SPT tidak ditandatangani WP, atau ditandatangani


kuasa tanpa Surat Kuasa Khusus.

Apabila surat
SPT tidak sepenuhya dilampiri keterangan atau
dokumen dipersyaratkan. pemberitahuan
dianggap
tidak disampaikan,
SPT yang menyatakan lebih bayar disampaikan Dirjen Pajak
setelah 3 tahun berakhirnya masa atau tahun,
dan WP telah ditegur secara tertulis. wajib
memberitahukan
kepada WP.
SPT disampaikan setelah Dirjen Pajak melakukan
pemeriksaan atau menerbitkan SKP.

86
Sanksi Administrasi Keterlambatan atau Tidak
Disampaikannya SPT
Pasal 7 Ayat (1)

Keterlambatan atau tidak disampaikannya:

SPT Masa SPT Tahunan

SPT Masa PPN SPT WP Badan


Rp 500.000,00 Rp 1.000.000,00

SPT Masa Lain SPT WP OP


Rp 100.000,00 Rp 100.000,00 87
WP Tidak Wajib Menyampaikan SPT
Pasal 3 Ayat (8), PMK No. 243/ PMK.03/ 2014

WP OP berpenghasilan
netto di bawah PTKP,
tidak wajib WP OP yang tidak
menyampaikan SPT menjalankan usaha atau
Masa PPh 25 dan SPT melakukan pekerjaan
Tahunan PPh. bebas, tidak wajib
menyampaikan SPT Masa
PPh 25.

88
WP Kriteria Tertentu yang Berhak Melaporkan
Beberapa Masa dalam 1 SPT
Pasal 3 Ayat (3a), dan PMK No. 182/ PMK.03/ 2007

WP
Kriteria
Tertentu

WP di
WP Usaha
Daerah
Kecil
Tertentu

WP OP yang WP Badan
WP Badan WP OP
merupakan: yang:

WP OP Memiliki 100% Memiliki


Dalam peredaran dimiliki peredaran
Negeri. bruto < Rp WNI. bruto < Rp
600.000.000,00. 900.000.000,00.
89
Cara Pengisian SPT
Pasal 3 Ayat (1), (1A), (6), PMK No. 196/ PMK.03/ 2007

Menggunakan Menggunakan huruf


Bahasa Indonesia. latin.
Cara
Mengisi
Bersatuan mata uang rupiah,
Menggunakan kecuali menyelenggarakan
angka arab. pembukuan dalam mata uang
dan bahasa lain seizin Menkeu.

Bentuk, isi, serta keterangan dan dokumen yang melampiri SPT


ditetapkan oleh Menkeu. 90
Ketentuan Pengisian SPT
Pasal 4 dan Penjelasan Pasal 3 Ayat (1)

SPT bersifat benar.


• Yaitu benar dalam perhitungan, penerapan ketentuan peraturan
perundangan, penulisan, dan sesuai dengan keadaan sebenarnya.
SPT bersifat lengkap.
• Yaitu memuat semua unsur yang berkaitan dengan objek pajak dan
unsur lain yang harus dilaporkan.
SPT bersifat jelas.
• Yaitu dapat melaporkan asal usul atau sumber dari objek pajak dan
unsur lain yang harus dilaporkan.
SPT ditandatangani.
• Oleh pengurus, direksi, atau kuasa khusus untuk WP Badan.
• Oleh WP atau kuasa khusus untuk WP OP.
WP yang wajib melaksanakan pembukuan harus melengkapi SPT
dengan laporan keuangan. 91
Penelitian
Pasal 1 Angka (30)

Merupakan Untuk menilai


Meliputi pula
serangkaian kelengkapan
kebenaran
kegiatan pengisian SPT
penulisan dan
bersifat dan
penghitungan.
formal. lampirannya.

92
Cara Penyampaian SPT
Pasal 5, 6, dan KMK Nomor 243/PMK.03/2014

Disampaikan langsung ke KPP atau


KP2KP. /melalui Program e-SPT
• WP Menerima tanda bukti dan tanggal
penerimaan

SPT
Disampaikan melalui
Cara lain.
kantor pos secara
• Ekspedisi atau jasa kurir tercatat.
yang ditunjuk Dirjen Pajak.
• Tempat lain yang ditetapkan • Tanda bukti dan tanggal
Dirjen Pajak/ e-filing pengiriman dipersamakan
dengan penerimaan.

93
WP Tidak Dikenai Sanksi Denda
a

Pasal 7 Ayat (2) , KMK No. 243/ KMK.03/ 2014

WP OP yang telah meninggal dunia.


WP OP yang sudah tidak melakukan kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas.
WNA yang tidak tinggal lagi di Indonesia.
BUT yang tidak melakukan kegiatan lagi di
Indonesia.
WP Badan yang tidak melakukan kegiatan usaha lagi
tetapi belum dibubarkan.
Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi.
WP yang terkena bencana dan WP lain, yang diatur
dengan PMK.
WP yang tidak diketahui lagi alamatnya.
94
Pembetulan SPT
Pasal 8 Ayat (1), (1a), dan (2)

WP dapat melakukan pembetulan SPT yg pengisiannya


terdapat kekeliruan berdasar kemauan sendiri, dengan syarat:

Disampaikan
Dikenakan
paling lama 2
sanksi bunga
tahun sebelum
2% per bulan
Melampirkan daluarsa Belum
apabila
pernyataan penetapan, dilakukan
pembetulan
tertulis. untuk SPT yang pemeriksaan.
menyebabkan
menyatakan
pajak kurang
rugi atau lebih
bayar.
bayar.

95
PEMBETULAN SPT
Pasal 8 ayat (1)

WAJIB PAJAK DENGAN KEMAUAN SENDIRI DAPAT MEMBETULKAN


SPT YANG TELAH DISAMPAIKAN,

DENGAN MENYAMPAIKAN
SURAT PERNYATAAN

SYARAT :
BELUM DILAKUKAN TINDAKAN PEMERIKSAAN
oleh DIREKTUR JENDERAL PAJAK.
PEMBETULAN SPT
Pasal 8 ayat (1a)

DALAM HAL PEMBETULAN SPT MENYATAKAN :

RUGI ATAU
LEBIH BAYAR

PEMBETULAN SPT HARUS DISAMPAIKAN


PALING LAMA 2 (DUA) TAHUN
SEBELUM DALUWARSA PENETAPAN
PEMBETULAN SPT TAHUNAN
Pasal 8 ayat (2)

DALAM HAL WAJIB PAJAK MEMBETULKAN SENDIRI


SPT TAHUNAN YANG MENGAKIBATKAN UTANG PAJAK MENJADI
LEBIH BESAR,
DIKENAI SANKSI ADMINISTRASI BERUPA BUNGA SEBESAR 2% (DUA
PERSEN) PER BULAN ATAS JUMLAH PAJAK YANG KURANG DIBAYAR,

DIHITUNG SEJAK PENYAMPAIAN SPT BERAKHIR SAMPAI DENGAN


TANGGAL PEMBAYARAN,
BAGIAN DARI BULAN DIHITUNG PENUH
1 (SATU) BULAN.
PEMBETULAN SPT MASA
Pasal 8 ayat (2a)

DALAM HAL WAJIB PAJAK MEMBETULKAN SENDIRI


SPT MASA YANG MENGAKIBATKAN UTANG PAJAK MENJADI LEBIH
BESAR,
DIKENAI SANKSI ADMINISTRASI BERUPA BUNGA SEBESAR 2% (DUA
PERSEN) PER BULAN ATAS JUMLAH PAJAK YANG KURANG DIBAYAR,

DIHITUNG SEJAK JATUH TEMPO PEMBAYARAN SAMPAI DENGAN


TANGGAL PEMBAYARAN,
BAGIAN DARI BULAN DIHITUNG PENUH
1 (SATU) BULAN.
PEMBETULAN SPT WP Membetulkan SPT dengan
menyampaikan pernyataan tertulis

Syarat, belum dilakukan:


o Verifikasi dalam rangka menerbitkan skp;
o Pemeriksaan; atau
o Pemeriksaan Bukti Permulaan.

rugi atau lebih bayar

TIDAK YA

sampai paling lama 2 (dua) tahun


daluwarsa sebelum daluwarsa
100
Pasal 5
PENGUNGKAPAN KETIDAKBENARAN
PERBUATAN
Pasal 8 ayat (3)

Walaupun telah dilakukan tindakan pemeriksaan, tetapi belum


dilakukan tindakan penyidikan mengenai adanya
ketidakbenaran yang dilakukan Wajib Pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38, terhadap ketidakbenaran perbuatan
Wajib Pajak tersebut
tidak akan dilakukan penyidikan,
apabila Wajib Pajak dengan kemauan sendiri mengungkapkan
ketidakbenaran perbuatannya tersebut dengan disertai
pelunasan kekurangan pembayaran jumlah pajak yang
sebenarnya terutang beserta sanksi administrasi berupa denda
sebesar 150% (seratus lima puluh persen) dari jumlah pajak
yang kurang dibayar.
PENGUNGKAPAN KETIDAKBENARAN
PENGISIAN SPT
Pasal 8 ayat (4)

Walaupun Direktur Jenderal Pajak telah melakukan pemeriksaan, dengan


syarat Direktur Jenderal Pajak belum menerbitkan surat ketetapan pajak,
Wajib Pajak dengan kesadaran sendiri dapat mengungkapkan dalam laporan
tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan yang telah
disampaikan sesuai
keadaan yang sebenarnya, yang dapat mengakibatkan:

a. pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar atau lebih kecil;
b. rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil atau lebih besar;
c. jumlah harta menjadi lebih besar atau lebih kecil; atau
d. jumlah modal menjadi lebih besar atau lebih kecil

dan proses pemeriksaan tetap dilanjutkan.


PENGUNGKAPAN KETIDAKBENARAN PENGISIAN SPT
Pasal 8 ayat (4)

Dirjen Wajib Pemeriksaan


Pajak Pajak tetap skp
dilanjutkan
Pengungkapan
Pemeriksaan Ketidakbenaran
Pengisian SPT
Syarat:
Ditandatangani WP
Kesadaran sendiri penghitungan
kekurangan pajak
Laporan tertulis dalam format SPT
SSP Kurang Bayar
Sepanjang SPHP belum
disampaikan SSP kenaikan
sebesar 50%

Catatan untuk SPT Masa PPN:


PM yg tidak dilaporkan dalam SPT  tidak dapat diperhitungkan dalam pengungkapan
ketidakbenaran pengisian SPT

103
Pasal 8
PENGUNGKAPAN KETIDAKBENARAN PERBUATAN (1)
Pasal 8 ayat (3)
Pengungkapan Wajib
Ketidakbenaran Pajak
Perbuatan
Tidak sesuai
dengan Usulan Penyidikan
keadaan yg
sebenarnya
Dirjen Pemeriksaan
Pajak Bukper
Terbuka tetap
dilanjutkan sesuai dengan
Pemeriksaan > dengan Temuan
keadaan yg
Pemeriksaan Bukper
Bukper sebenarnya
Terbuka
Laporan Hasil Pemberitahuan
Pemeriksaan Tidak Dilakukan
Bukper Penyidikan

Pemeriksaan terdapat
Bukper data lain

104
Pasal 7
PENGUNGKAPAN KETIDAKBENARAN PERBUATAN (2)
Pasal 8 ayat (3)

tidak menyampaikan SPT


alpa/
sengaja menyampaikan SPT tidak benar atau tidak lengkap,
atau melampirkan keterangan yg isinya tidak benar

Syarat:
Kemauan sendiri
Ditandatangani WP
Pernyataan tertulis
penghitungan kekurangan pajak dalam
Sepanjang mulainya penyidikan belum format SPT
diberitahukan kpd penuntut umum
SSP Kurang Bayar
SSP denda sebesar 150%

Dirjen Pajak
105
Pasal 7
Pembetulan SPT Akibat Surat Keputusan Keberatan
atau Putusan Banding
Pasal 8 Ayat (6)
WP menerima SKP, Surat Keputusan Keberatan,
Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding,
atau Putusan Peninjauan Kembali yang menyatakan
rugi fiskal yang berbeda dari yang diajukan.

Pembetulan SPT dapat disampaikan, sekalipun


jangka waktu 2 tahun telah terlampaui.

Selama belum dilakukan tindakan pemeriksaan


dan disampaikan dalam jangka waktu 3 bulan setelah
surat atau putusan diterima.
106
Ilustrasi
Perubahan Rugi Fiskal
Akibat Surat Ketetapan
PT. Liberte melaporkan SPT PPh Tahun 2010 yang
menyatakan keterangan berikut.
Penghasilan netto 495.000.000
Rugi fiskal berdasar SPT 2009 (130.000.000)
Penghasilan Kena Pajak 365.000.000

Pemeriksaan dilaksanakan atas SPT 2009 dan


diterbitkan Surat Ketetapan di tanggal 5 Mei 2012 yang
menyatakan rugi fiskal sebesar Rp 145.000.000,00. Maka
penghitungan Penghasilan Kena Pajak adalah sebagai berikut.
Penghasilan netto 495.000.000
Rugi fiskal berdasar Surat Ketetapan (145.000.000)
Penghasilan Kena Pajak 350.000.000
Maka Penghasilan Kena Pajak 2010 adalah Rp 350.000.000,00. 107
KETETAPAN
PAJAK

page 108
Surat Ketetapan Pajak (SKP)
Pasal 1 Angka (14), dan Pasal 12 Ayat
(1)

Surat Ketetapan Surat Ketetapan


Pajak Kurang Bayar Pajak Kurang Bayar
(SKPKB) Tambahan (SKPKBT)
• Pasal 13 • Pasal 15

Surat Ketetapan Surat Ketetapan


Pajak Nihil (SKPN) Pajak Lebih Bayar
• Pasal 17A (SKPLB)
• Pasal 17 dan 17B

WP wajib membayar pajak terutang tanpa


menggantungkan diri terhadap keberadaan SKP.
109
page 109
Jumlah Pajak Terutang
Pasal 12 Ayat (2), dan (3)

Jumlah pajak yang terutang menurut SPT yang


disampaikan WP dianggap telah sesuai dengan
peraturan perundangan
Kecuali Apabila

Dirjen Pajak mendapatkan bukti ketidakbenaran


SPT.
Sedemikian Hingga

Dirjen Pajak menetapkan jumlah pajak terutang


yang semestinya.
110
page 110
Sebab Penerbitan dan Sanksi
SKPKB (1)
Pasal 13 Ayat (1), dan (2)
SKPKB dapat diterbitkan dalam angka waktu 5 tahun,
apabila:

Pajak terutang tidak atau


WP memperoleh NPWP atau
kurang dibayar, berdasar
Pengukuhan PKP secara
hasil pemeriksaan atau
Jabatan.
keterangan lain.

Pajak kurang bayar dikenai tambahan sanksi bunga 2% per bulan,


maksimal selama 24 bulan sejak saat terutang hingga penerbitan
SKPKB.

111
page 111
Ilustrasi
Sanksi Bunga
Akibat SKPKB
CV. BAHANA memperoleh Pengukuhan sebagai PKP
secara jabatan pada November 2012. Perusahaan dikenai
Pemeriksaan dan ditetapkan bahwa nilai penyerahan BKP di
Mei 2009 adalah Rp 2.350.000.000,00. SKPKB diterbitkan di
bulan Desember 2012 untuk menagih PPN kurang bayar.

PPN Keluaran 235.000.000


PPN Masukan sebelum Pengukuhan 0
PPN Kurang Bayar 235.000.000
Sanksi Denda = 24 bulan x 2% x 235.000.000
= 112.800.000
(Mei 2009 hingga Desember 2012, maksimal 24 bulan)
Pajak yang harus dibayar = 235.000.000 + 112.800.000
= Rp 347.800.000,00 112
page 112
Sebab Penerbitan dan Sanksi
SKPKB (2)
Pasal 13 Ayat (1), dan (3)
SPT disampaikan melebihi tanggal jatuh tempo umum
dan dispensasi sesuai Surat Teguran.
SKPKB dapat
diterbitkan
Diketemukan kesalahan kompensasi selisih lebih pajak
dalam angka
dan pengenaan tarif 0% untuk PPN dan PPnBM.
waktu 5 tahun,
apabila:
Pajak terutang tidak diketahui akibat WP tidak memenuhi
kewajiban terkait pembukuan dan pemeriksaan.

50% atas PPh yang kurang atau tidak dibayar.


Sanksi
administrasi
100% atas PPh yang kurang atau tidak dipotong,
dapat berupa
dipungut, atau disetor.
kenaikan
sebesar:
100% atas PPN atau PPnBM yang kurang atau tidak
dibayar. 113
page 113
Jangka Waktu Penerbitan SKPKB
Pasal 13 Ayat (4), dan (5)

Ketika jangka waktu 5 tahun terlampaui.

Apabila WP tidak Apabila WP dikenai sanksi


dikenai sanksi pidana perpajakan.
pidana perpajakan
dan SKPKB tidak Sanksi
diterbitkan admnistrasi
SKPKB
dikenakan
dapat
Maka pajak sebesar 48%
diterbitkan.
terutang dalam dari pajak
SPT bersifat pasti. kurang bayar.
114
page 114
Dasar Penerbitan SKPKB a

Pasal 13, dan PMK No.145/ PMK.03/ 2012 jo.PMK


No.183/PMK.03/2015

Dasar
Penerbitan

Hasil
Hasil Putusan
Hasil Pemeriksaan
Penelitian
Pemeriksaan Pengadilan bukti
keterangan
terhadap: Inkracht permulaan
lain.
terhadap:

Kewajiban WP Badan
WP yang alpa
perpajakan tidak
tidak atau salah
SPT WP, jika SPT memenuhi
menyampaikan
tidak kewajiban
SPT.
disampaikan. Pemeriksaan.
115
page 115
Sanksi Administrasi Kealpaan
Pasal 13A

Apabila WP akibat kealpaannya melakukan tindakan yang


merugikan keuangan negara berikut:
 Tidak menyampaikan SPT.
 Menyampaikan SPT secara tidak benar atau tidak lengkap.
 Melampirkan keterangan yang isinya tidak benar.

Tidak dikenai sanksi pidana, apabila kealpaan terjadi untuk


pertama kalinya.

WP wajib melunasi pajak kurang bayar, ditambah kenaikan 200%


yang ditetapkan melalui SKPKB. 116
page 116
STP
surat untuk melakukan tagihan pajak dan/ atau sanksi
administrasi berupa bunga dan/atau denda.

PPh dalam tahun berjalan Tidak atau Kurang Bayar


+ SANKSI
BUNGA 2%/bln
Terdapat Kurang Bayar akibat salah tulis &/hitung

PENYEBAB Sesuai Pasal yg


DITERBITKANNYA WP dikenai sanksi berupa Bunga atau Denda
mengatur

STP Tidak membuat FP atau membuat FP tapi


tidak tepat waktu
SANKSI
(Ps.14) Tidak mengisi FP secara lengkap DENDA
PKP

2% x DPP
Melaporkan FP ≠ masa
penerbitan FP

Gagal berproduksi & telah diberikan + SANKSI


pengembalian PM BUNGA 2%/bln

Diterbitkan berdasarkan penelitian atau pemeriksaan


117
page 117
PENERBITAN STP Pasal 14 UU KUP

surat untuk melakukan tagihan sanksi administrasi berupa bunga

Pasal 8 ayat (2) KUP: dalam hal WP membetulkan sendiri SPT Tahunan yang
mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar;
Pasal 8 ayat (2a) KUP: dalam hal WP membetulkan sendiri SPT Masa yang
mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar;
Pasal 9 ayat (2a) KUP : pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang dalam
suatu Masa Pajak dilakukan setelah tanggal jatuh tempo;
Pasal 9 ayat (2b) KUP : pembayaran atau penyetoran kekurangan pajak yang
terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh dilakukan setelah tanggal jatuh tempo
penyampaian SPT Tahunan
Pasal 19 ayat (1) KUP: dalam hal jumlah pajak yang masih harus dibayar menurut
ketetapan, pada saat jatuh tempo tidak atau kurang dibayar;
Pasal 19 ayat (2) KUP: dalam hal WP diperbolehkan mengangsur atau menunda
pembayaran pajak;
Pasal 19 ayat (3) KUP: dalam hal WP menunda penyampaian SPT Tahunan yang
penghitungan sementara pajak yang terutang kurang dari jumlah pajak yang
sebenarnya terutang.
Pasal 14 ayat (1) huruf g: PKP yang gagal berproduksi dan telah diberikan
pengembalian Pajak Masukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6a) UU
PPN 1984 dan perubahannya. page 118
PENERBITAN STP Pasal 14 UU KUP

surat untuk melakukan tagihan sanksi administrasi


berupa denda

Pasal 14 ayat 1 huruf d: pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha


Kena Pajak, tetapi tidak membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi
tidak tepat waktu;
Pasal 14 ayat 1 huruf e: pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP yang tidak
mengisi faktur pajak secara lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat
(5) UU PPN 1984 dan perubahannya, selain: 1. identitas pembeli sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) huruf b UU PPN 1984 dan perubahannya; atau
2. identitas pembeli serta nama dan tandatangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (5) huruf b dan huruf g UU PPN 1984 dan perubahannya, dalam hal
penyerahan dilakukan oleh PKP pedagang eceran;
Pasal 14 ayat 1 huruf f: PKP melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa
penerbitan faktur pajak; atau
Terhadap Pengusaha atau PKP tsb, selain wajib menyetor pajak yang terutang, dikenai
sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen) dari Dasar
Pengenaan Pajak. (Pasal 14 ayat 4 UU KUP)
Pasal 7 ayat 1 KUP yaitu sanksi administrasi berupa denda apabila SPT tidak
disampaikan dalam jangka waktunya; page 119
PENERBITAN STP Pasal 14 (1) UU KUP

e. pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP yang tidak mengisi faktur pajak
secara lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) UU PPN 1984 dan
perubahannya, selain: 1. identitas pembeli sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13 ayat (5) huruf b UU PPN 1984 dan perubahannya; atau 2. identitas pembeli
serta nama dan tandatangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5)
huruf b dan huruf g UU PPN 1984 dan perubahannya, dalam hal penyerahan
dilakukan oleh PKP pedagang eceran;
Terhadap Pengusaha atau Pengusaha Kena Pajak tersebut
masing-masing, selain wajib menyetor pajak yang
terutang, dikenai sanksi administrasi berupa denda
sebesar 2% (dua persen) dari Dasar Pengenaan Pajak.
(Pasal 14 ayat 5 UU KUP)

page 120
PENERBITAN STP Pasal 14 UU KUP

Pasal 14 ayat 1 huruf g:


PKP yang gagal berproduksi dan telah diberikan
pengembalian Pajak Masukan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (6a) UU PPN 1984 dan perubahannya.
Terhadap Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf g dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%
(dua persen) per bulan dari jumlah pajak yang ditagih kembali,
dihitung dari tanggal penerbitan Surat Keputusan Pengembalian
Kelebihan Pembayaran Pajak (SKPKPP) sampai dengan tanggal
penerbitan Surat Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan dihitung
penuh 1 (satu) bulan.
(Pasal 14 ayat 5 UU KUP)
Pajak Masukan yang telah dikreditkan (atas perolehan dan/atau impor barang
modal) dan telah diberikan pengembalian wajib dibayar kembali oleh PKP dalam
hal PKP tersebut mengalami keadaan gagal berproduksi dalam jangka waktu
paling lama 3 (tiga) tahun sejak Masa Pajak pengkreditan Pajak Masukan dimulai.

page 121
Ilustrasi
Sanksi Denda
Akibat STP

PT CANGKAL BAGAWI melakukan penyerahan JKP


dengan nilai penggantian Rp 682.500.000,00 di masa Februari
2012 dan tidak melaporkannya dalam SPT Masa Februari. STP
diterbitkan di bulan Agustus 2012 untuk menagih pajak
berdasar faktur yang belum dilaporkan.

DPP 682.500.000
PPN Kurang Bayar 68.250.000
Sanksi Denda = 2% x 682.500.000
= 13.650.000
Pajak yang harus dibayar = 68.250.000 + 13.650.000
= Rp 81.900.000,00
122
page 122
Sebab Penerbitan dan Sanksi
SKPKBT
Pasal 15 Ayat (1), (2), (3), dan (4)
SKPKBT • Disebabkan penemuan data baru atau data yang
diterbitkan semula belum terungkap, hingga menambah pajak
dalam terutang.
jangka 5 • WP dikenai kenaikan 100% dari pajak terutang jika
tahun sejak data ditemukan melalui pemeriksaan.
saat • WP tidak dikenai kenaikan jika data dilaporkan
sendiri sebelum pemeriksaan,
terutang.

SKPKBT
dapat • Disebabkan akibat WP dikenai pidana
diterbitkan perpajakan.
setelah • WP dikenai sanksi bunga 48% dari pajak
lewat jangka kurang bayar.
5 tahun.
123
page 123
Dasar Penerbitan SKPKBT
a

Pasal 15, dan PMK No.145/ PMK.03/ 2012 jo. PMK


No.183/PMK.03/2015

Hasil Pemeriksaan
atau Pemeriksaan
Ulang data baru.
Hasil Penelitian
atas keterangan
tertulis WP.

Hasil Penelitian
atas vonis pidana
perpajakan.

124
page 124
Ps 15 PP 74/2011
SKPKBT
Data Baru

Pengakuan
dimiliki Dirjen Pajak
WP

Verifikasi/
Pemeriksaan/
Pemeriksaan/ Verifikasi Verifikasi
Pemeriksaan Ulang
Pemeriksaan Ulang

data baru selain Putusan pengadilan, Putusan Pengadilan yang dapat hasil klarifikasi/ Keterangan tertulis
hasil klarifikasi/ konfirmasi faktur pajak, menimbulkan kerugian pada konfirmasi faktur dari WP atas
keterangan tertulis dari WP atas pendapatan negara pajak kehendak sendiri
kehendak sendiri

SKPKBT (5 tahun setelah saat terutangnya pajak atau


berakhirnya masa pajak/bagian tahun pajak/tahun pajak)

Sanksi 100%  bila terbit dalam Sanksi kenaikan


Sanksi 0%
Sanksi kenaikan 100% 100%
jangka waktu 5 tahun
Dirjen Pajak dapat menerbitkan
SKPKBT lebih dari 5 tahun
dengan sanksi bunga 48% page 125
DATA BARU

data atau keterangan mengenai segala sesuatu yang diperlukan untuk menghitung
belum
besarnya jumlah pajak yang terutang yang oleh Wajib Pajak
diberitahukan pada waktu penetapan
semula, baik dalam Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya
maupun dalam pembukuan perusahaan yang diserahkan pada waktu
pemeriksaan.
(Penjelasan Pasal 15 UU KUP)

page 126
DATA BARU
(Penjelasan Pasal 15 UU KUP)
Selain itu, yang termasuk dalam data baru adalah data yang semula belum
terungkap, yaitu data yang:

a. tidak diungkapkan oleh Wajib Pajak dalam Surat Pemberitahuan beserta


lampirannya (termasuk laporan keuangan); dan/atau
b. pada waktu pemeriksaan untuk penetapan semula Wajib Pajak tidak
mengungkapkan data dan/atau memberikan keterangan lain secara benar,
lengkap, dan terinci sehingga tidak memungkinkan fiskus dapat
menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dengan
benar dalam menghitung jumlah pajak yang terutang.

Walaupun Wajib Pajak telah memberitahukan data dalam Surat Pemberitahuan atau
mengungkapkannya pada waktu pemeriksaan, tetapi apabila memberitahukannya
atau mengungkapkannya dengan cara sedemikian rupa sehingga membuat fiskus
tidak mungkin menghitung besarnya jumlah pajak yang terutang secara benar
sehingga jumlah pajak yang terutang ditetapkan kurang dari yang seharusnya, hal
tersebut termasuk dalam pengertian data yang semula belum terungkap.
page 127
Data yang semula belum terungkap

misalnya
Dalam Surat Pemberitahuan dan atau laporan keuangan tertulis adanya
biaya iklan Rp10.000.000,00 sedangkan sesungguhnya biaya tersebut
terdiri dari Rp5.000.000,00 biaya iklan di media masa dan
Rp5.000.000,00 sisanya adalah sumbangan atau hadiah.

Apabila pada saat penetapan semula Wajib Pajak tidak mengungkapkan


perincian tersebut sehingga fiskus tidak melakukan koreksi atas
pengeluaran berupa sumbangan atau hadiah, sehingga pajak yang
terutang tidak dapat dihitung secara benar, maka data mengenai
pengeluaran berupa sumbangan atau hadiah tersebut adalah tergolong
data yang semula belum terungkap.

page 128
Data yang semula belum terungkap

misalnya
Dalam Surat Pemberitahuan dan atau laporan keuangan disebutkan
pengelompokan harta tetap yang disusutkan tanpa disertai dengan
perincian harta pada setiap kelompok yang dimaksud, demikian pula pada
saat pemeriksaan untuk penetapan semula Wajib Pajak tidak
mengungkapkan perincian tersebut, sehingga fiskus tidak dapat meneliti
kebenaran pengelompokan dimaksud.
Dalam pengelompokan tersebut sesungguhnya terdapat kesalahan,
misalnya harta yang seharusnya termasuk dalam kelompok harta berwujud
bukan bangunan kelompok 3 namun dikelompokkan ke dalam kelompok 2.

Oleh karena pada saat penetapan semula Wajib Pajak tidak


mengungkapkan perincian yang dimaksud maka tidak dilakukan koreksi
atas kesalahan pengelompokan harta tersebut, dan sebagai akibatnya
pajak yang terutang tidak dapat dihitung secara benar. Apabila kemudian
diketahui adanya kesalahan, maka data pengelompokan harta tersebut
adalah data yang semula belum terungkap.

page 129
Pembetulan Ketetapan Pajak
Pasal 16

Dirjen Pajak dapat membetulkan SKP, STP, Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi, Surat
Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Pengurangan
Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan
Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak, atau Surat Keputusan Pemberian
Imbalan Bunga.

Diakibatkan salah tulis, salah hitung, atau kesalahan penerapan peraturan.

Diinisiasi oleh:
• Dirjen Pajak secara jabatan, atau
• Permohonan WP yang harus diputuskan dalam jangka 6 bulan, atau dianggap
dikabulkan jika melewati 6 bulan. Penjelasan dapat diberikan atas penolakan
permohonan seluruhnya atau sebagian.

130
page 130
Penerbitan SKPN
a

Pasal 17A, dan PMK No. 145/ PMK.03/ 2012 Jo PMK No. 183/ PMK.03/ 2015

SKPN diterbitkan Kredit pajak atau pajak


setelah pemeriksaan yang dibayar sama
SPT apabila: dengan pajak terutang.

Secara riil meliputi:


Atau kredit pajak, • Kredit PPh sama dengan PPh
pajak yang dibayar, terutang.
dan pajak terutang • PPn Masukan sama dengan PPN
bernilai nol. Keluaran.
• PPnBM yang dibayar sama
dengan PPnBM terutang.
131
page 131
Pasal-Pasal dalam UU KUP yang berkaitan dengan restitusi

kredit pajak / jml pajak yg


PASAL 17(1) PEMERIKSAAN dibayar > jml pajak yg
terutang

WP MENGAJUKAN Pajak yang seharusnya


PASAL 17(2) RESTITUSI tidak terutang

PASAL 17B WP MENGAJUKAN RESTITUSI (selain 17C & 17 D)

PASAL 17C WP KRITERIA TERTENTU

PASAL 17D WP PERSYARATAN TERTENTU

Beli BKP di dalam Daerah


PASAL 17E OP BUKAN SPDN Pabean namun tidak
dikonsumsi di DP

132
page 132
Pasal 17 (1) KUP
PENERBITAN SKPLB
Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan,
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar apabila
jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih
besar daripada jumlah pajak yang terutang.

untuk PPh, jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah pajak yang terutang,
untuk PPN, jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah pajak yang terutang.
Jika terdapat pajak yang dipungut oleh Pemungut PPN, jumlah pajak yang
terutang dihitung dengan cara jumlah Pajak Keluaran dikurangi dengan pajak
yang dipungut oleh Pemungut PPN tersebut

untuk PPnBM, jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak
yang terutang.

SKPLB tersebut diterbitkan setelah dilakukan pemeriksaan atas SPT yang disampaikan WP
yang menyatakan kurang bayar, nihil, atau lebih bayar yang tidak disertai dengan permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak. Apabila WP setelah menerima SKPLB dan
menghendaki pengembalian kelebihan pembayaran pajak, wajib mengajukan permohonan
tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2).
page 133
PENERBITAN SKPLB Pasal 17 (2) KUP

Berdasarkan permohonan Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak,


setelah meneliti kebenaran pembayaran pajak, menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar apabila terdapat pembayaran pajak
yang seharusnya tidak terutang, yang ketentuannya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Dalam hal terjadi kesalahan Jangka waktu paling lama 3 bulan sejak surat
pemotongan atau pemungutan permohonan diterima
a. Terlalu besar dipotong/dipungut; b. Seharusnya tidak dipotong/tidak dipungut
dan pajak yang salah dipotong/dipungut tsb telah disetorkan dan dilaporkan, WP
yang melakukan pemotongan/pemungutan atau PKP yang melakukan pemungutan
tidak dapat meminta kembali pajak yang salah dipotong atau dipungut tsb.

PPh yang salah dipotong atau dipungut tsb dapat diminta kembali oleh Wajib Pajak
yang dipotong/dipungut dengan surat permohonan, sepanjang belum dikreditkan.
PPN dan PPnBM yang salah dipungut tsb dapat diminta kembali oleh PKP yang
dipungut dengan surat permohonan, sepanjang belum dikreditkan atau belum
dibebankan sebagai biaya.

Pengembalian dapat dilakukan melalui WP/PKP yang memotong/memungut, dalam


hal: a) tidak memiliki NPWP; b) subjek pajak luar negeri; atau c) terdapat kesalahan
penerapan ketentuan oleh pemotong/pemungut. page 134
Dasar Penerbitan SKPLB
a

Pasal 17, dan PMK No. 145/ PMK.03/ 2012 Jo.


PMK No. 183/ PMK.03/ 2015

Hasil Pemeriksaan SPT.

Hasil Penelitian atas kebenaran


pembayaran pajak.
Hasil Pemeriksaan atas
permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak.

135
page 135
Penerbitan SKPLB
Pasal 17

Awal Inisiasi
• SKPLB mensyaratkan adanya surat pemberitahuan oleh WP yang
menyatakan adanya pajak lebih bayar, tanpa permohonan restitusi.

Langkah Verifikasi
• Dirjen Pajak melakukan pemeriksaan atau penelitian kebenaran pembayaran.

Penerbitan SKPLB
• Apabila diketemukan kredit pajak atau pajak yang telah dibayar melebihi
pajak terutang, atau terdapat pajak yang seharusnya tidak terutang, seperti:
• Kredit PPh melebihi PPh terutang.
• PPN Masukan melebihi PPN Keluaran.
• PPnBM yang dibayar melebihi PPnBM terutang.
• SKPLB dapat diterbitkan lebih dari satu kali.
136
page 136
SKPLB
PASAL 17 Dirjen Pajak menerbitkan SKPLB dalam hal:

jumlah kredit pajak atau jumlah pajak


PEMERIKSAAN yang dibayar > jumlah pajak yang
terutang

PERMOHON kelebihan pembayaran pajak yang


PENELITIAN
AN WP seharusnya tidak terutang

137
page 137
Ketentuan Umum Restitusi
Pasal 17B, dan PMK No. 17/ PMK 03/ 2013 jo
PMK No.184/PMK.03/2015

Ketentuan tidak berlaku bagi Jika pemeriksaan


WP mengajukan
WP yang dikenai pemeriksaan bukti permulaan
permohonan
bukti permulaan pidana tidak berlanjut ke
restitusi.
perpajakan. penyidikan atau
penuntutan, atau
Keterlambatan penerbitan WP divonis
Dirjen Pajak
SKPLB menyebabkan WP bebas, WP
melakukan
memperoleh imbalan bunga memperoleh
pemeriksaan.
2% per bulan imbalan bunga
2% per bulan
Keputusan selama maksimal
diterbitkan dalam Jika melebihi jangka 12 bulan, 24 bulan sejak 12
jangka maksimal permohonan dianggap bulan paska
12 bulan, dalam diterima dan SKPLB permohonan
bentuk SKPKB, diterbitkan maksimal 1 bulan hingga
SKPN, atau setelahnya. penerbitan
SKPLB. SKPLB.

138
page 138
SKPLB
PASAL 17B WP MENGAJUKAN RESTITUSI

SKPN SKPLB
PERMOHONAN
WP
12 SKPKB 1
bulan =
bulan
SPT
PEMERIKSAAN
SKPLB

ketentuan 12 bulan tidak berlaku terhadap WP yang sedang dilakukan pemeriksaan Buper

BILA DITERBITKAN LEWAT JANGKA WAKTU 1 BULAN


WP mendapatkan imbalan bunga 2 % sebulan s.d. diterbitkan SKPLB

139
page 139
SKPPKP
(SURAT KEPUTUSAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK)

Permohonan WP

Penelitian

Pasal 17C (1) UU Pasal 17D (1) UU KUP Pasal 9 (4c) UU


KUP PPN
PPh & PPN PPh & PPN PPN

PPh 3 bulan PPN 1 bulan


SKPPKP

Ps. 11 (1) UU
diperhitungkan dengan utang
KUP
pajak Ps. 26 PP 74

SKPKPP
1 bulan sejak tanggal SKPPKP
Pasal 25 & 26 page 140
Penerbitan SKPPKP (Surat Keputusan
Pengembalian Pendahuluan Kelebihan
Pembayaran)
Pasal 17C Ayat (1), (4), dan (5)

Alur Umum Kondisi Khusus

WP dengan kriteria tertentu Paska pengembalian


mengajukan permohonan. pendahuluan, pemeriksaan
dapat dilakukan dalam jangka
5 tahun.
Dirjen Pajak melakukan
penelitian. Jika diketemukan pajak
kurang bayar, diterbitkan
SKPPKP diterbitkan SKPKB.
maksimal 3 bulan untuk PPh
dan 1 bulan untuk PPN, sejak WP wajib melunasi, ditambah
permohonan diterima. sanksi kenaikan 100%.

141
page 141
SKPPKP
PASAL 17C WP KRITERIA TERTENTU

SK
PERMOHONAN Pengembalian
WP
PENELITIAN
Pendahuluan
DAPAT
DIPERIKSA skp
Kelebihan Pajak

PPh
PPN
3 Bulan
1 Bulan
5 tahun

SANKSI
SKPKB KENAIKAN

100%
142
page 142
WP Kriteria Tertentu Berhak Atas
SKPPKP
Pasal 17C Ayat (2), (6), dan PMK No. 74/ PMK. 03/ 2012
Merupakan WP yang Kecuali apabila
memenuhi syarat berikut: WP menemui
• Tepat waktu menyampaikan SPT kondisi berikut:
Tahunan 3 tahun terakhir. • WP dikenai
• Tidak terlambat melaporkan SPT penyidikan pidana
Masa lebih dari 3 kali dalam setahun perpajakan.
terakhir. Keterlambatan tidak • WP terlambat
melampaui batas penyampaian SPT melaporkan SPT
Masa berikutnya dan tidak berturut - Masa pajak tertentu
turut. selama 2 kali
• Tidak memiliki tunggakan pajak, berturutan atau 3 kali
kecuali angsuran atau penundaan tidak berturutan
yang diizinkan. dalam 1 tahun.
• Laporan keuangan diaudit, predikat • WP terlambat
WTP selama 3 tahun terakhir. melaporkan SPT
• Tidak pernah divonis atas pidana Tahunan.
perpajakan selama 5 tahun terakhir.
143
page 143
PENCABUTAN WAJIB PAJAK KRITERIA TERTENTU

WP dengan kriteria tertentu


17C (3) UU KUP

dicabut penetapannya dalam


hal :
1.dilakukan Pemeriksaan Bukper secara
terbuka atau tindakan Penyidikan
pidana pajak;
2.terlambat menyampaikan SPT Masa
untuk suatu jenis pajak tertentu 2 Masa
Pajak berturut-turut;
3.terlambat menyampaikan SPT Masa
untuk suatu jenis pajak tertentu 3 Masa
Pajak dalam 1 tahun kalender; atau
4.terlambat menyampaikan SPT
Tahunan.
Pasal 27 page 144
Ilustrasi
Sanksi Kenaikan
Paska SKPPKP
PT. Proklamasi telah memperoleh pengembalian
pendahuluan Rp 110.000.000,00. WP dikenai Pemeriksaan dan
dilakukan penerbitan SKPB dengan penghitungan berikut.

PPh Terutang 315.000.000


Kredit PPh 22 (100.250.000)
Kredit PPh 23 (101.500.000)
Kredit PPh 24 (101.000.000)
Kredit PPh 25 (102.250.000)
PPh Lebih Bayar berdasar SKPKB 90.000.000
Sanksi Kenaikan = 100% x (110.000.000 - 90.000.000)
= 20.000.000
Pajak yang harus dibayar = 20.000.000 + 20.000.000
= Rp 40.000.000,00 145
page 145
WP Persyaratan Tertentu Berhak Atas
SKPPKP a

Pasal 17D, dan PMK No. 198/ PMK. 03/ 2013

WP OP yang tidak melaksanakan usaha atau kegiatan bebas.

WP OP yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dengan SPT


Lebih Bayar Restitusi Paling Banyak Rp10 Juta

WP Badan dengan SPT Lebih Bayar Restitusi Paling Banyak Rp100


Juta

PKP WP dengan SPT Lebih Bayar Restitusi Paling Banyak Rp100


Juta

Jika pemeriksaan berujung pada SKPKB, WP dikenai kenaikan 100%.


146
page 146
SKPPKP
PASAL 17D WP PERSYARATAN TERTENTU

SK
PERMOHONAN Pengembalian DAPAT
WP PENELITIAN
Pendahuluan DIPERIKSA skp
Kelebihan Pajak

PPh
PPN
3 Bulan
1 Bulan 5 tahun

SANKSI
SKPKB KENAIKAN

100%
147
Pengembalian Kelebihan Pembayaran
Pajak
Pasal 11, PMK No. 16/ PMK.03/ 2011
• Pengembalian kelebihan pembayaran pajak diberikan atas
permohonan WP, setelah diperhitungkan dengan utang pajak tersisa.
Kelebihan tersebut dapat berasal akibat:
• SKPLB (Pasal 17 dan 17B)
• SKPPKP (Pasal 17C dan 17D)
• Berbagai Surat Keputusan dan Putusan lain (Pasal 9, 16, dan 36)

• Pengembalian diberikan maksimal 1 bulan sejak saat berikut:


• Diterimanya permohonan (terkait SKPLB Pasal 17).
• Penerbitan SKPLB (terkait SKPLN Pasal 17B).
• Penerbitan SKPPKP (terkait SKPPKP Pasal 17C dan 17D).
• Penerbitan berbagai Surat Keputusan lain (terkait Surat Keputusan Pasal 9, 16, dan
36).
• Diterimanya Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali terkait Putusan
Pasal 27A).

• Apabila pengembalian diberikan dalam jangka melebihi 1 bulan, WP


berhak atas imbalan bunga 2% per bulan hingga saat pengembalian.

148

Anda mungkin juga menyukai