Anda di halaman 1dari 137

│ Ikatan Akuntan Indonesia │

Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh OP)


Brevet Pajak Terapan A & B

Pandu Wicaksono, SST, M.Acc.


About me…

• Pandu Wicaksono, SST (STAN-2005), M.Acc.


Nama (UGM-2009)

TTL • Purworejo, 4 Oktober 1979

• PNS Ditjen Pajak (Direktorat Pemeriksaan &


Penagihan)
Job • Part Time Auditor KAP Santoso Harsokusumo(2005)
• Instruktur Brevet Pajak IAI

• IAI Wilayah Yogyakarta


• IAI Pusat
Riwayat Mengajar • PPA Universitas Gadjah Mada
• PPA Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
• Diploma Ekonomi Universitas Gadjah Mada

Alamat • panduwicaksono79@gmail.com

Page ▪ 2
Outline

Subjek Pajak

Objek Pajak

Pembukuan - Pencatatan

Pengurangan yang Diperkenankan

Penghitungan Pajak

Penggabungan penghasilan Keluarga

Orang Pribadi Pengusaha Tertentu

Perhitungan Angsuran PPh Pasal 25

SPT PPh OP

Page ▪ 3
Dasar Hukum

Page ▪ 4
SUBJEK PAJAK

Page ▪ 5
PPh dikenakan terhadap….? (Pasal 1 UU KUP)

Diterima/Diperoleh
Subjek Pajak Penghasilan
dalam Tahun Pajak

Page ▪ 6
Subjek Pajak Pasal 2 (1) UU KUP

Orang Pribadi

Warisan yang yang belum


terbagi sebagai satu kesatuan,
menggantikan yang berhak

Badan

Bentuk Usaha Tetap

Page ▪ 7
Subjek Pajak Pasal 2 ayat (2) UU KUP

Subjek Pajak
Subjek Pajak Luar
Dalam Negeri
Negeri (SPLN)
(SPDN)

Page ▪ 8
SPDN Vs SPLN

SPDN Bertempat tinggal SPLN Tidak bertempat


tinggal di Indonesia
atau berada di Ina >
183 hari dalam Berada di Indonesia
jangka waktu 12 tidak lebih 183 hari
bulan dalam jangka waktu 12
bulan
Dalam suatu tahun
pajak berada di Ina menerima /
& mempunyai niat memperoleh
untuk bertempat penghasilan dari Ina
tinggal di Indonesia
tidak dari menjalankan
Warisan yang belum usaha atau melakukan
terbagi sebagai satu kegiatan melalui BUT
kesatuan di Indonesia
menggantikan yang
berhak
Page ▪ 9
Subjek Pajak = Wajib Pajak……???

Subjek
Pajak

Wajib
Pajak
Objek
Pajak

Page ▪ 10
Perbedaan WP DN dan WP LN

WP WP
DN Dikenai PPh dari
penghasilan di Ina dan
dari luar Ina
LN Dikenai PPh dari
penghasilan dari Ina

Dikenai berdasarkan Dikenai berdasarkan


penghasilan neto penghasilan bruto

Dikenai tarif umum Dikenai tarif pajak


sepadan

Wajib menyampaikan Tidak wajib


SPT menyampaikan SPT

Page ▪ 11
Warisan yang belum terbagi

Warisan yang belum terbagi sebagai satu


kesatuan menggantikan yang berhak:
Warisan yang belum
Dianggap sebagai terbagi yang ditinggalkan
SPDN mengikuti status orang pribadi SPLN yang
Warisan yang pewaris tidak menjalankan usaha
belum terbagi Menggantikan
atau melakukan kegiatan
melalui suatu BUT di
yang kewajiban ahli waris Indonesia,
ditinggalkan oleh yang berhak
Tidak dianggap sebagai
pribadi sebagai Bila warisan sudah subjek pajak pengganti
dibagi, kewajiban karena pengenaan pajak
SPDN perpajakannya beralih atas penghasilan yang
kepada ahli waris diterima melekat pada
objeknya

Page ▪ 12
BUT (Bentuk Usaha Tetap)

Bentuk Usaha oleh:

Badan yang tidak


OP yang berada di
OP yang tidak didirikan dan tidak
Ina tidak lebih 183
bertempat tinggal di bertempat
hari dalam jangka
Ina kedudukan di
waktu 12 bulan
Indonesia

Untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia

Page ▪ 13
BUT dapat berupa:

• Tempat kedudukan manajemen


• Cabang Perusahaan
• Kantor Perwakilan
• Gedung kantor
• Pabrik
• Bengkel
• Gudang
• Ruang untuk promosi dan penjualan
• Pertambangan dan penggalian sumber alam
• Wilayah kerja pertambangan migas
• Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan atau kehutanan
• Proyek konstruksi, instalasi atau proyek perakitan
• Pemberian jasa oleh pegawai atau orang lain sepanjang dilakukan > 60 hari dlm jangka waktu
12 bulan
• Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas
• Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Ina yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di Ina
• Komputer, agen elektronik atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa atau digunakan oleh
penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan usaha melalui internet

Page ▪ 14
Tidak Termasuk Subjek Pajak OP

Pejabat perwakilan diplomatik dan


konsulat atau
pejabat lain dari negara asing dan Pejabat perwakilan organisasi
orang-orang yang diperbantukan kepada internasional
mereka yang bekerja dan bertempat
tinggal bersama-sama mereka
• Bukan WNI • Bukan WNI
• Di Indonesia tidak • Tidak menjalankan usaha, kegiatan
menerima/memperoleh penghasilan di atau pekerjaan lainuntuk memperoleh
luar jabatan atau pekerjaannya penghasilan dari Indonesia
• Negara ybs memberikan perlakuan
timbal balik

Page ▪ 15
MULAI DAN BERAKHIRNYA
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF

SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI ORANG PRIBADI

MULAI:
• SAAT DILAHIRKAN
• BERADA ATAU BERNIAT TINGGAL DI INDONESIA

BERAKHIR:
• SAAT MENINGGAL DUNIA
• MENINGGALKAN INDONESIA UNTUK SELAMA-
LAMANYA

Page ▪ 16
MULAI DAN BERAKHIRNYA
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF

ORANG PRIBADI/BADAN

SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI

MULAI:
• SAAT MENJALANKAN USAHA
• MELAKUKAN KEGIATAN MELALUI BUT

BERAKHIR:
• SAAT TIDAK LAGI MENJALANKAN USAHA
• TIDAK MELAKUKAN KEGIATAN MELALUI BUT

Page ▪ 17
MULAI DAN BERAKHIRNYA KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF

ORANG PRIBADI/BADAN
SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI

MULAI:
SAAT MENERIMA/MEMPEROLEH PENGHASILAN DI
INDONESIA

BERAKHIR:
SAAT TIDAK LAGI MENERIMA/MEMPEROLEH
PENGHASILAN DI INDONESIA

Page ▪ 18
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF WARISAN YANG BELUM TERBAGI &
WP OP DALAM BAGIAN TAHUN PAJAK

MULAI:
SAAT TIMBULNYA WARISAN

BERAKHIR:
SAAT WARISAN SELESAI DIBAGI

ORANG PRIBADI YANG BERTEMPAT TINGGAL/BERADA DI INDONESIA HANYA


MELIPUTI SEBAGIAN DARI TAHUN PAJAK,
MAKA BAGIAN TAHUN PAJAK TERSEBUT MENGGANTIKAN TAHUN PAJAK
Page ▪ 19
OBJEK PAJAK

Page ▪ 20
OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)

PENGHASILAN

SETIAP TAMBAHAN KEMAMPUAN EKONOMIS YANG :

- Diterima atau diperoleh WP


- Berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
- Dapat dipakai untuk konsumsi/menambah kekayaan WP

DENGAN NAMA DAN DALAM


BENTUK APAPUN

Page ▪ 21
Klasifikasi Penghasilan

Penghasilan

1. Dikenai Tarif Umum Ps. 17

2. Dikenai PPh Bersifat Final


3. Dikecualikan dari Objek Pajak

Page ▪ 22
PENGHASILAN MENURUT PAJAK DAN PELAPORANNYA
DALAM SPT TAHUNAN PPh OP

Penghasilan
(income/revenue)

Objek PPh Dikecualikan Sbg Objek Objek PPh Final Bukan Objek
Psl. 4 (1) Pph Psl. 4 (1) Huruf K Psl. 4 (2) PPh Psl. 4 (3)

Sesuai UU Tidak
Sesuai UU

over under

Koreksi negatif Koreksi Koreksi Koreksi Koreksi


positif negatif negatif negatif

Page ▪ 23
Dikenai Tarif Umum Pasal 17

Page ▪ 24
Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (1)

Penggantian /imbalan berkenaan dgn pekerjaan/jasa yg


diterima/diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan,
honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, /imbalan
dlm bentuk lainnya, kec. ditentukan lain dlm UU ini

Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan


penghargaan

Laba usaha

Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan


harta

Page ▪ 25
Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (2)

Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah


dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan
pengembalian pajak

Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan


karena jaminan pengembalian utang

Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun


termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada
pemegang polis dan pembagian SHU Koperasi

Royalti atau imbalan atas penggunaan hak

Page ▪ 26
Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (3)

Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan


penggunaan harta

Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala

Keuntungan karena pembebasan hutang kecuali


sampai dengan jumlah tertentu (Rp 350 juta dan
termasuk kriteria debitur kecil/PP130/2000) yang
ditetapkan dengan PP

Keuntungan selisih kurs mata uang asing

Page ▪ 27
Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (4)

Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva

Premi asuransi

Iuran yang diterima/diperoleh perkumpulan dari


anggotanya yang terdiri dari WP yang menjalankan
usaha atau pekerjaan bebas

Tambahan kekayaan neto yang berasal dari


penghasilan yang belum dikenakan pajak

Page ▪ 28
Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (5)

Penghasilan dari usaha berbasis syariah

Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam UU


KUP

Surplus Bank Indonesia

Page ▪ 29
Dikenai Pajak Bersifat Final

Page ▪ 30
Konsekuensi Pengenaan PPh Final

biaya-biaya
terkait tidak
dapat menjadi
pengurang

pajak yang
dibayar tidak
dapat
dikreditkan
penghasilan tidak
dihitung kembali
pada saat
penghitungan
pajak akhir tahun

Page ▪ 31
Penghasilan Dikenai Pajak Bersifat Final (1)
No Jenis Tarif DPP Peraturan
Penghasilan
1 Bunga deposito, 20% Jumlah Bruto PP 131/2000
tabungan, &
diskonto SBI
2 Hadiah Undian 25% Jumlah Bruto PP 132/2000
3 Bunga simpanan •0% (s.d Rp 240.000) Jumlah Bruto PP 15/2009
Koperasi •10% (> Rp 240.000)
4 Bunga Obligasi Bunga Obligasi jumlah bruto bunga PP16/2009
•15% (WP DN dan BUT)
•20%/tarif P3B (WP LN)
diskonto dari Obligasi dengan kupon selisih lebih harga
•15% (WP DN dan BUT) jual/nilai nominal di
•20%/tarif P3B (WP LN) atas harga perolehan
(bunga)
diskonto dari Obligasi tanpa bunga selisih lebih harga jual
•15% (WP DN dan BUT) /nilai nominal di atas
•20%/tarif P3B (WP LN) harga perolehan /
bunga dan/atau diskonto dari Obligasi yang
diterima dan/atau diperoleh Wajib Pajak
reksadana yang terdaftar pada Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan
•0% 2009 – 2010
Page ▪ 32 •5% 2011 – 2013
•15% 2014
Penghasilan Dikenai Pajak Bersifat Final (2)

No Jenis Tarif DPP Peraturan


Penghasilan
5 Penjualan Saham di 0,1% Jumlah Bruto PP 14/1997
Bursa Efek

0,5% tambahan untuk saham pendiri Jumlah Bruto


6 Pengalihan Tanah dan 5% Jumlah Bruto nilai PP 71/2008
atau bangunan bagi pengalihan atau
OP/yayasan dan
NJOP mana yang
organisasi sejenisyang
usaha pokoknya lebih tinggi
melakukan transaksi
pengalihan hak atas
tanah dan/atau
bangunan
7 Persewaan Tanah 10% Jumlah Bruto PP 5/ 2002
atau Bangunan
8 Jasa Konstruksi •Pelaksana 2% (kualifikasi us. kecil) PP40/2009 jo
•Pelaksana 4% (tidak memiliki PP 51/2008
kualifikasi usaha)
•Pelaksana 3% (untuk selain a dan b)
•Perencana/Pengawas 4% (memiliki
kualifikasi usaha)
•Perencana/Pengawas 6% (tidak
Page ▪ 33 memiliki kualifikasi usaha)
Dikecualikan dari Objek Pajak

Page ▪ 34
Dikecualikan dari Objek Pajak (1)

bantuan atau sumbangan, termasuk zakat

harta hibahan

warisan

harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan


sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti
penyertaan modal

Page ▪ 35
Dikecualikan dari Objek Pajak (2)

Penggantian/imbalan sehubungan dengan


pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh
dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan

pembayaran perusahaan asuransi kepada OP:


asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi
jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa

dividen /bagian laba yang diterima /diperoleh PT


sebagai WPDN, koperasi, BUMN, atau BUMD, dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan
dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan
syarat:

•Dari R/E

•PT/BUMN/BUMD, kepemilikan saham paling rendah 25%

Page ▪ 36
Dikecualikan dari Objek Pajak (3)

iuran yang diterima/diperoleh dana pensiun yang


pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan

penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana


pensiun, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Keuangan

bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari


perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi
atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma,
dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan
kontrak investasi kolektif

penghasilan yang diterima /diperoleh perusahaan


modal ventura berupa bagian laba dari badan
pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan
usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat

•perusahaan mikro, kecil, menengah/ di sektor usaha tertentu

•sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia

Page ▪ 37
Dikecualikan dari Objek Pajak (4)

beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang


ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau


lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan
dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah
terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang
ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana
kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan
pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat)
tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut

bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan


Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak
tertentu

Page ▪ 38
Objek Pajak BUT

Page ▪ 39
Objek Pajak BUT

Penghasilan dari usaha atau kegiatan BUT dan dari


harta yang dimiliki/dikuasai

Penghasilan Ktr Pusat dari usaha atau kegiatan,


penjualan barang atau pemberian jasa di Ina yang
sejenis dengan yang dijalankan atau dilakukan oleh
BUT di Ina

Penghasilan sebagaimana dimaksud Psl 26 yang diterima


atau diperoleh kantor pusat sepanjang terdapat hubungan
efektif antara BUT dengan harta atau kegiatan yang
memberikan penghasilan dimaksud

Page ▪ 40
Pengurang Penghasilan BUT

Biaya-biaya terkait huruf b dan c dapat dikurangkan dari


penghasilan BUT

Biaya admin Ktr Pusat yang diperbolehkan untuk dibebankan


adalah biaya yang berkaitan dengan usaha atau kegiatan BUT
yang besarnya ditetapkan oleh Dirjen Pajak (KEP-62/PJ./1995)

Pembayaran kpd Ktr Pusat yang tidak boleh dibebankan


sebagai biaya adalah: royalti, jasa manajemen/jasa lainnya
dan bunga kecuali yang berkenaan dengan usaha perbankan

Pembayaran sebagaimana dimaksud poin diatas tidak


dianggap sebagai objek pajak kecuali bunga yang berkenaan
dengan usaha perbankan

Page ▪ 41
Benefit in cash vs Benefit in kind

Pemberi Penghasilan Benefit in Benefit in


cash kind
Pemerintah Objek Non Obj
Non Wajib Pajak Objek Objek
(perw. negara asing & org.internasional)
Wajib Pajak yg dikenakan PPh Final Objek Objek
(cth : perush.sewa tanah/ bangunan)
Wajib Pajak deemed profit Objek Objek
(perush.charter pesawat,pelayaran DN,WPLN
pelayaran/penerbangan jalur internasional)
Wajib Pajak lainnya Objek Non Obj

Page ▪ 42
OBJEK PAJAK - HADIAH

Jenis Objek Pajak Objek Tarif


a. Hadiah langsung Non OP -
b. Hadiah undian OP Final 25%
c. Hadiah/penghargaan sehub. dg Objek PPh
pekerjaan, kegiatan, perlombaan PPh ps 21 ps 17
yg diterima o/ WP OP
d. Hadiah/penghargaan sehub. dg Objek 15%
pekerjaan, kegiatan, perlombaan PPh ps 23
yg diterima o/ WP Badan
e. Hadiah/penghargaan yg diterima o/ Objek 20%
WPLN PPh ps 26

Page ▪ 43
PEMBUKUAN-PENCATATAN

Page ▪ 44
Pembukuan menurut UU Pajak (Pasal 28 UU KUP)

• WP OP (kegiatan usaha/ pekerjaan bebas)


Siapa? • WP Badan

• WP OP Norma (peredaran < Rp 4,8 miliar)


Pengecualian • WP OP tidak melakukan kegiatan
(Tetap Wajib Pencatatan) usaha/pekerjaan bebas

Page ▪ 45
Sanksi terkait Pembukuan

Sanksi Administratif (Pasal 13 ayat (3) UU KUP)


Tidak memenuhi kewajiban terkait pembukuan sehingga tidak dapat diketahui
besarnya pajak terutang:
atas SKPKB terbit, pokok pajak yang kurang ditambah sanksi kenaikan
sebesar 50% untuk PPh dan 100% untuk PPh Potput, PPN & PPNBM dari
pajak yang tidak/kurang dibayar/dipotong/ dipungut/disetor

Sanksi Pidana (Pasal 39 ayat (1) UU KUP)

•Memperlihatkan pembukuan, pencatatan atau dokumen yang


palsu/dipalsukan;
•Tidak menyelenggarakan pembukuan di Indonesia/tidak meminjamkan buku,
catatan atau dokumen; maka
dipidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun
dan didenda paling sedikit 2 kali jumlah pajak tidak/kurang bayar dan paling
banyak 4 kali kali jumlah pajak tidak/kurang bayar
Page ▪ 46
Karakteristik Pembukuan menurut UU Pajak
(Pasal 28 UU KUP)
Itikad baik dan mencerminkan keadaan
1 sebenarnya

Di Indonesia, huruf latin, angka Arab, mata


2 uang Rupiah, bahasa Indonesia

3 Stelsel Akrual atau Stelsel Kas

Catatan atas: harta, kewajiban, modal,


4 penghasilan dan biaya

5 Wajib disimpan selama 10 tahun di Indonesia

Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan,


6 kecuali peraturan perpajakan menentukan
Page ▪ 47
lain
PENGGUNAAN NORMA PENGHITUNGAN
Pasal 14 ayat (2), (3) dan (4)

Norma Penghitungan
Penghasilan Neto

HANYA WAJIB PAJAK


ORANG PRIBADI
SYARAT

* Peredaran bruto dalam satu tahun kurang


dari Rp 4.800.000.000,00
* Memberitahukan kepada Dirjen Pajak dalam
jangka waktu 3 bulan pertama dari Tahun Pajak ybs.
Apabila tidak memberitahukan, dianggap memilih
Pembukuan
* Wajib menyelenggarakan Pencatatan

Page ▪ 48
PENGGUNAAN
NORMA PENGHITUNGAN
Pasal 14 ayat (5)

WAJIB PAJAK

WAJIB PEMBUKUAN DIANGGAP


INGIN MENGGUNAKAN
TAPI TDK BERSEDIA MENYELENGGARAKAN
NPPN, TETAPI TIDAK
MEMPERLIHATKAN PEMBUKUAN , TAPI TIDAK
MELAKSANAKAN
PEMBUKUAN ATAU TIDAK SEPENUHNYA
PENCATATAN
/PENCATATAN MELAKSANAKAN PEMBUKUAN

PENGHASILAN NETO

DIHITUNG

MENGGUNAKAN NPPN
DAN PEREDARAN BRUTONYA DIHITUNG
Page ▪ 49 CARA LAIN YANG DITETAPKAN KEPMENKEU
PERBANDINGAN

Kelebihan memakai pencatatan (norma penghitungan)


– Sederhana dalam penghitungan
– Sederhana dalam pengadministrasian catatan
– Tidak perlu menguasai akuntansi

Kerugian :
– Dianggap selalu untung dan tidak mungkin rugi
– Mempunyai rIsiko tarif norma lebih tinggi daripada
penghitungan normal

PETUNJUK PELAKSANAAN PENCATATAN BAGI WP OP :


PERDIRJEN NO: PER – 4/PJ/2009

Page ▪ 50
TARIF NORMA

Norma Penghitungan Penghasilan Neto dikelompokkan


menurut wilayah sebagai berikut :
• 10 (sepuluh) ibukota propinsi yaitu Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang,
Surabaya, Denpasar, Manado, Makassar, dan Pontianak;
• ibukota propinsi lainnya;
• daerah lainnya.

Kep.Dirjen Pajak No.536/PJ/2000

Page ▪ 51
PENGURANG PENGHASILAN BRUTO

Page ▪ 52
Rekonsiliasi Fiskal Biaya
Beban
(cost/expense)

Dapat Dikurangkan Tidak dapat dikurangkan


Psl.6 (1) Ps.9 (1)

Sesuai UU Tidak Sesuai UU

over under

Koreksi Koreksi Koreksi


positif negatif positif

Page ▪ 53
BIAYA YANG DIPERBOLEHKAN MENJADI
PENGURANG PENGHASILAN BRUTO

Page ▪ 54
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (1)

1. biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan


kegiatan usaha, antara lain:
a. biaya pembelian bahan;
b. biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji,
honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam
bentuk uang;
c. bunga, sewa, dan royalti;
d. biaya perjalanan;
e. biaya pengolahan limbah;
f. premi asuransi;
g. biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;
h. biaya administrasi; dan
i. pajak kecuali Pajak Penghasilan;

Page ▪ 55
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (2)

2. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta


berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh
hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan
Pasal 11A

3. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan


oleh Menteri Keuangan;

4. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki


dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan

Page ▪ 56
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (3)

5. kerugian selisih kurs mata uang asing;

6. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan


yang dilakukan di Indonesia;

7. biaya beasiswa, magang, dan pelatihan

Page ▪ 57
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (4)

8. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih


dengan syarat:

» telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;


» Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat
ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan
» telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri
atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau
adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan
piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum
atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya
telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu;
» syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk
penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k;
yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;

Page ▪ 58
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (5)

9. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana


nasional yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah;

10. sumbangan dalam rangka penelitian dan


pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;

11. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang


ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;

Page ▪ 59
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (6)

12. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya


diatur dengan Peraturan Pemerintah; dan

13. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang


ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

14. Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan biaya-


biaya di atas didapat kerugian, kerugian tersebut
dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun
pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima)
tahun

Page ▪ 60
KOMPENSASI KERUGIAN

1. MAX 5 TAHUN BERTURUT-TURUT

2. PEMBUKUAN

3. KERUGIAN DARI SPT/ SKP JIKA TELAH


DIPERIKSA

Page ▪ 61
KOMPENSASI KERUGIAN
Pasal 6 ayat (2) dan PP 34 Tahun 1994

KERUGIAN DAPAT DIKOMPENSASIKAN DENGAN


PENGHASILAN MULAI TAHUN PAJAK BERIKUT NYA
BERTURUT-TURUT SAMPAI DENGAN 5 (LIMA)
TAHUN

PENANAMAN MODAL DI BIDANG USAHA


PERKEBUNAN TANAMAN KERAS DAN
PERTAMBANGAN, DI DAERAH TERPENCIL,
KOMPENSASI KERUGIAN PALING LAMA
10 TAHUN

PENANAMAN MODAL DI BIDANG USAHA


PERKEBUNAN TANAMAN KERAS DAN
PERTAMBANGAN DI LUAR DAERAH TERPENCIL,
KOMPENSASI KERUGIAN DIBERIKAN PALING
Page ▪ 62
LAMA 8 TAHUN
BIAYA YANG TIDAK DIPERBOLEHKAN
MENJADI PENGURANG PENGHASILAN
BRUTO

Page ▪ 63
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (1)

1. pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk


apapun seperti dividen, termasuk dividen yang
dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada
pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi;

2. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk


kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu,
atau anggota;

Page ▪ 64
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (2)

3. pembentukan atau pemupukan dana cadangan,


kecuali:
• cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha
lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi,
perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak
piutang;
• cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial
yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
• cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
• cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
• cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
• cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan
limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri, yang
ketentuan dan syarat-syaratnya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;

Page ▪ 65
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (3)

4. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,


asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh
Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi
kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi
Wajib Pajak yang bersangkutan;

5. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau


jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan,
kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh
pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura
dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;

6. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada


pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai
hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan yang dilakukan;
Page ▪ 66
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (4)

7. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan,


dan warisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf
i sampai dengan huruf m serta zakat yang diterima
oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi
pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang
diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk
atau disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah;

8. Pajak Penghasilan

Page ▪ 67
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (5)

9. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk


kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang
menjadi tanggungannya;

10. gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan,


firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak
terbagi atas saham;

11. sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan


kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang
berkenaan dengan pelaksanaan perundangundangan
di bidang perpajakan.
Page ▪ 68
Topik-Topik Khusus
Pengurang Penghasilan Bruto

Page ▪ 69
PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL

Page ▪ 70
Apa Yang Dapat diSusutkan/Diamortisasi ?

▪ Aktiva Tetap:
harta perusahaan yang dimiliki untuk menciptakan
penghasilan dan mempunyai masa manfaat (umur ekonomis)
lebih dari satu tahun. Terhadap aktiva ini diperkenankan
untuk dilakukan alokasi pembebanan biaya melalui
penyusutan dan dibebankan sebagai pengurang penghasilan
bruto.

▪ Harta Tak Berwujud

Page ▪ 71
Kapan ?

▪Pada Bulan Dilakukannya Pengeluaran


▪Kecuali untuk harta yang masih dalam proses
pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan
selesainya pengerjaan harta tesebut.
▪Dengan persetujuan Dirjen Pajak, bulan
digunakannya harta tersebut untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan atau pada
bulan harta tersebut mulai menghasilkan

Page ▪ 72
Harga Perolehan (1)

Jumlah yang
sesungguhnya
dikeluarkan untuk Hubungan Berelasi:
mendapatkan harta Jumlah yang
yang bersangkutan seharusnya dikeluarkan
(harga pasar wajar)

Page ▪ 73
Harga Perolehan (2)

Jumlah yang seharusnya dikeluarkan berdasarkan harga pasar wajar,


dalam hal:
– tukar menukar
– likuidasi, penggabungan, pemekaran, pemecahan, atau
pengambilalihan perusahaan, kecuali ditetapkan lain oleh Menteri
Keuangan.

Page ▪ 74
Harga Perolehan (3)

▪ Nilai sisa buku fiskal harta yang bersangkutan atau nilai yang
ditetapkan oleh Dirjen Pajak, dalam hal harta tersebut diperoleh karena
sumbangan, bantuan, zakat, hibah serta warisan yang memenuhi
syarat Pasal 4 ayat (3) huruf a dan b Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008.
▪ Nilai pasar dari harta yang bersangkutan, dalam hal harta tersebut
diperoleh dalam rangka setoran modal sebagai pengganti saham atau
penyertaan modal (Pasal 4 ayat (3) huruf c Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008).
▪ Harga perolehan aktiva yang dibangun sendiri :
– Yaitu biaya-biaya untuk membangun atau membuat aktiva tersebut, dimana
harus dikeluarkan (dikoreksi) unsur-unsur biaya yang menurut ketentuan
fiskal tidak dapat dibebankan (non deductible).
– Dalam hal aktiva tersebut dibangun dengan dana yang berasal dari
pinjaman, biaya bunga pinjaman tersebut harus dikapitalisir dalam harga
perolehan aktiva yang bersangkutan (menjadi unsur harga perolehan).

Page ▪ 75
Metode Penyusutan

▪ Garis Lurus (Straight Line)

– Bangunan dan Bukan Bangunan

▪ Saldo Menurun (Declining Balance)

– Bukan Bangunan

(Lihat Tabel di hal 117)

Page ▪ 76
Klasifikasi Aktiva Tetap

Permanen (20 th)

Bangunan
Tidak Permanen (10 th)

Aktiva Tetap
I (4 th)

II (8 th)
Bukan Bangunan
III (16 th)

Page ▪ 77 IV (20 th)


MASA MANFAAT DAN TARIF AMORTISASI
Pasal 11A ayat (2),(3),(4),(5) dan (6)

KELOMPOK MASA TARIF AMORTISASI


HARTA TAK MAN-
GARIS LURUS SALDO MENURUN
BERWUJUD FAAT

- KELOMPOK 1 4 THN 25 % 50 %
- KELOMPOK 2 8 THN 12,5 % 25 %
- KELOMPOK 3 16 THN 6,25 % 12,5 %
- KELOMPOK 4 20 THN 5 % 10 %
TARIF BERDASARKAN KELOMPOK
HARTA ATAU DIBEBANKAN
1. BIAYA PENDIRIAN
SEKALIGUS PADA TAHUN
2. BIAYA PERLUASAN MODAL
TERJADINYA PENGELUARAN

PENGELUARAN UNTUK MEMPEROLEH HAK METODE SATUAN


PENAMBANGAN MIGAS PRODUKSI

1. HAK PENAMBANGAN SELAIN MIGAS


METODE SATUAN PRODUKSI
2. HAK PENGUSAHAAN HUTAN
SETINGGI-TINGGINYA
3. HAK PENGUSAHAAN SUMBER DAN HASIL
20 % SETAHUN
ALAM LAINNYA

PENGELUARAN SEBELUM OPERASI KOMERSIL TARIF BERDASARKAN


Page ▪ 78 YANG 78
KELOMPOK HARTA
MASA MANFAAT > 1 TAHUN
INVENTORY

Page ▪ 79
ISU PERPAJAKAN TERKAIT INVENTORY

▪Inventory Valuation: Cost/Market/COMWIL

▪Inventory Costing: FIFO, LIFO, AVERAGE

Page ▪ 80
Contoh : AVERAGE
(Penjelasan Pasal 10 ayat (6) UU 17 / 2000

No Description Quantity Price COGS Ending Inventory


1 Persediaan 100 Rp 9 0 100 @ 9 = 900
Awal
2 Pembelian 100 Rp 12 0 200 @ 10,50 = 2,100

3 Pembelian 100 Rp 11,25 0 300 @ 10,75 = 3,225

4 Penjualan 100 - 100 @ 10,75 = 1,075 200 @ 10,75 = 2,150

5 Penjualan 100 - 100 @ 10,75 = 1,075 100 @ 10,75 = 1,075

Rp 2,150 Rp 1,075
Page ▪ 81
Contoh : FIFO
(Penjelasan Pasal 10 ayat (6) UU 17 / 2000

No Description Quantity Price COGS Ending Inventory


1 Persediaan 100 Rp 9 0 100 @ 9 = 900
Awal
2 Pembelian 100 Rp 12 0 100 @ 9 = 900
100 @ 12 = 1,200
3 Pembelian 100 Rp 11,25 0 100 @ 9 = 900
100 @ 12 = 1,200
100 @ 11,25 = 1,125
4 Penjualan 100 - 100 @ 9 = 900 100 @ 12 = 1,200
100 @ 11,25 = 1,125
5 Penjualan 100 - 100 @ 12 = 1,200 100 @ 11,25 = 1,125
Rp 2,100 Rp 1,125

Page ▪ 82
Contoh : LIFO
(Tidak Diperkenankan UU 17 / 2000)

No Description Quantity Price COGS Ending Inventory


1 Persediaan 100 Rp 9 0 100 @ 9 = 900
Awal
2 Pembelian 100 Rp 12 0 100 @ 9 = 900
100 @ 12 = 1,200
3 Pembelian 100 Rp 11,25 0 100 @ 9 = 900
100 @ 12 = 1,200
100 @ 11,25 = 1,125
4 Penjualan 100 - 100 @ 11,25 =1,125 100 @ 9 = 900
100 @ 12 = 1,200
5 Penjualan 100 - 100 @ 12 = 1,200 100 @ 9 = 900

Rp 2,325 Rp 900
Page ▪ 83
FIFO, AVERAGE & LIFO
Comparison

Description FIFO AVERAGE LIFO


Sales 4,000 4,000 4,000
Less : Cost of Sales
Beginning Inv. 900 900 900
Purchase 2,325 2,325 2,325
Less Ending Inv
(1,125) (1,075) (900)
Cost of Sales (2,100) (2,150) (2,325)
Gross Profit 1,900 1,850 1,675
Tax 10 % (190) (185) (168)
Net Income 1,710 1,665 1,507
Page ▪ 84
BIAYA BUNGA

Page ▪ 85
BIAYA BUNGA (1)

BIAYA BUNGA

– Biaya bunga termasuk


premium, diskonto, dan imbalan
karena jaminan pengembalian
utang merupakan biaya yang
dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto
– Bunga pinjaman selama masa
konstruksi suatu aset
merupakan komponen biaya
langsung atas harga pokok atau
harga perolehan aset yang
bersangkutan

Page ▪ 86
BIAYA BUNGA (2)
▪ Apabila terdapat penempatan deposito/
tabungan yang dananya langsung/tidak
langsung berasal dari dana pinjaman yang
dibebani bunga, maka
– Apabila jumlah rata-rata pinjaman sama besarnya
atau lebih kecil dibanding jumlah rata-rata deposito
atau tabungan, maka bunga atas pinjaman tersebut
seluruhnya tidak dapat dikurangkan sebagai
biaya
– Apabila jumlah rata-rata pinjaman lebih besar
dibanding jumlah rata-rata deposito atau tabungan,
maka bunga atas pinjaman yang boleh
dikurangkan sebagai biaya adalah biaya bunga
atas selisih antara jumlah rata-rata pinjaman
dengan jumlah rata-rata deposito atau tabungan.
– Misalnya ;
Jumlah rata-rata pinjaman dalam 1 tahun =Rp 150.000.000,00
Jumlah rata-rata deposito dalam 1 tahun =Rp 40.000.00000
Bunga pinjaman seluruhnya =Rp 30.000.000,00
Bunga pinjaman yang dapat dikurangkan sebagai biaya
= {(150 juta - 40 juta) / 150 juta} x Rp 30 juta = Rp 22 Juta.

Page ▪ 87
Biaya Entertainment

▪ Benar-benar dikeluarkan dan ada


hubungannya dengan kegiatan
usaha wajib pajak
▪ Dibuatkan daftar nominatif dan
dilampirkan dalam SPT Tahunan
PPh, yang memuat:
– nomor urut,
– tanggal dan jenis entertainment,
– nama tempat,
– alamat,
– jumlah,
– nama relasi,
– posisi,
– nama perusahaan,
– jenis usaha.
Page ▪ 88
Selisih Kurs Mata Uang Asing

▪ Kerugian selisih kurs merupakan


biaya (deductible expense)

▪ Selisih kurs karena fluktuasi :


– Apabila wajib pajak membukukan
transaksi yang bersangkutan dengan
kurs tetap, maka selisih kurs diakui
pada saat terjadi realisasi pembayaran.
– Apabila wajib pajak membukukan
transaksi yang bersangkutan dengan
kurs tengah BI (kurs yang sebenarnya
berlaku pada akhir tahun), maka selisih
kurs diakui pada akhir tahun.

* Wajib Pajak harus menggunakan


metode di atas secara taat azas.
Page ▪ 89
Pembentukan Cadangan-(Bank Umum)

▪ 1% L
▪ 5% DPK
▪15% KL
▪50% DIRAGUKAN
▪100% MACET

Untuk DPK,KL,Diragukan dan Macet nilai piutang setelah dikurangi agunan

(PMK 81/PMK.03/2009)

Page ▪ 90
Pembentukan Cadangan-(SGU hak opsi, Asuransi dan Pertambangan)

Pembentukan Cadangan-(SGU HAK OPSI)


▪ maksimum sebesar 2,5% dari rata-rata saldo awal dan akhir piutang

Pembentukan Cadangan-Asuransi Kerugian


▪ 40% dari premi tanggungan sendiri

Pembentukan Cadangan-Pertambangan
▪ metode satuan produksi atas dasar taksiran biaya reklamasi

Page ▪ 91
Penggantian Imbalan Dalam Bentuk Natura
Dapat dikurangkan:
▪ makan dan minum bagi seluruh pegawai
▪ tempat tinggal, termasuk perumahan bagi pegawai dan
keluarganya, sepanjang di lokasi bekerja tersebut tidak
ada tempat tinggal yang dapat disewa
▪ pelayanan kesehatan, sepanjang dilokasi bekerja
tersebut tidak ada sarana kesehatan
▪ pendidikan bagi pegawai dan keluarganya, sepanjang
di lokasi bekerja tersebut tidak ada sarana pendidikan
yang setara;
▪ pengangkutan bagi pegawai di Lokasi bekerja,
sedangkan pengangkutan anggota keluarga dari
pegawai yang bersangkutan terbatas pada
pengangkutan sehubungan dengan kedatangan
pertama ke Iokasi bekerja dan kepergian pegawai dan
keluarganya karena terhentinya hubungan kerja;
▪ olahraga bagi pegawai dan keluarganya tidak termasuk
golf, boating dan pacuan kuda, sepanjang di Iokasi
bekerja tersebut tidak tersedia sarana dimaksud.
Page ▪ 92
Biaya Pemakaian Ponsel & Kendaraan

▪ PONSEL
– Biaya Pembelian: Penyusutan kelompok I 50%
– Biaya Pulsa : Biaya Rutin 50%

▪ KENDARAAN SEDAN

– Biaya Pembelian/Reparasi Besar: Penyusutan Klpk. II 50%


– Biaya Pemeliharaan : Biaya Rutin 50%

Page ▪ 93
Biaya Perolehan Software

▪ PROGRAM APLIKASI UMUM

– Pembebanan sekaligus di bulan berjalan

▪ PROGRAM APLIKASI KHUSUS

– Amortisasi Kelompok I

Page ▪ 94
Sumbangan (PP 1993/2010)

Sumbangan dalam rangka penanggulangan


bencana nasional

Sumbangan dalam rangka penelitian dan


pengembangan

Sumbangan fasilitas pendidikan

Sumbangan dalam rangka pembinaan


olahraga

Biaya pembangunan infrastruktur sosial

Page ▪ 95
Syarat Sumbangan (PP 1993/2010)

Mempunyai penghasilan neto fiskal berdasarkan


SPT PPh Tahun Pajak sebelumnya

Tidak menyebabkan rugi pada Tahun Pajak


sumbangan diberikan

Didukung oleh bukti yang sah

Lembaga yang menerima sumbangan dan/atau


biaya memiliki NPWP, kecuali badan yang
dikecualikan sebagai subjek pajak

Page ▪ 96
Ketentuan terkait Sumbangan (PP 1993/2010)

Tidak melebihi 5% dari penghasilan neto fiskal


Tahun Pajak sebelumnya

Tidak dapat dikurangkan apabila diberikan


kepada pihak yang mempunyai hubungan
istimewa

Dapat diberikan dalam bentuk uang dan/atau


barang

Biaya pembangunan infrastruktur sosial


diberikan hanya dalam bentuk sarana dan/atau
prasarana

back
Page ▪ 97
PENGHITUNGAN PAJAK

Page ▪ 98
Menghitung Penghasilan Kena Pajak (PKP)

Page ▪ 99
PENGHASILAN KENA PAJAK (PKP)
Pasal 16 ayat (1), (2), (3) dan (4)

PKP BAGI PENGHASILAN DIKURANGI


WAJIB PAJAK DENGAN BIAYA YANG
DALAM NEGERI DIPERKENANKAN,
KOMPENSASI KERUGIAN, PTKP

PKP BAGI DIHITUNG DENGAN NORMA


WAJIB PAJAK YG PENGHITUNGAN DARI PEREDARAN
DIHITUNG DGN BRUTO, PTKP
NORMA

PENGHASILAN DIKURANGI
PKP BAGI
DGN BIAYA YG DIPERKENANKAN ,
WP BUT
KOMPENSASI KERUGIAN

Page ▪ 100
PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak)

No Besaran Keterangan
1 Rp 54,000,000 Untuk diri WP OP
2 Rp 4,500,000 Tambahan untuk WP yang kawin
3 Rp 54,000,000 Tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya
digabung dengan penghasilan suami
4 Rp 4,500,000 Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan
keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta
anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya,
paling banyak untuk 3 orang
Penetapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak
Warisan yang belum terbagi tidak mendapat PTKP
Sauami istri yang hidup terpisah diperlakukan seperti WP Tidak Kawin

Page ▪ 101
Menghitung PPh Terutang

Page ▪ 102
Penghasilan Kena Pajak
(dibulatkan ke bawah dalam ribuan Rupiah penuh)

Tarif PPh
=
PPh Terutang
(ditambah dengan Pengembalian PPh Pasal 24 yang telah
dikreditkan)

Page ▪ 103
TARIF PAJAK

WP ORANG PRIBADI
LAPISAN PKP TARIF PAJAK

• - s/d Rp 50.000.000. 5%
• Rp 50 juta s/d Rp 250 juta 15%
• DIATAS Rp 250 juta s/d Rp 500 juta 25%
• DIATAS Rp 500 juta Dikenakan 30%

Page ▪ 104
Menghitung PPh Kurang/Lebih bayar

Page ▪ 105
PPh Terutang
X
Kredit Pajak + PPh yang
dibayar sendiri
=
PPh Kurang/Lebih Bayar

Page ▪ 106
Kredit Pajak

• Pembayaran pajak yang telah dilakukan


selama periode Januari s.d. Desember
• Pengurang PPh terutang

PPh yg dipotong/ PPh yg dibayar/


dipungut pihak lain diangsur sendiri
(PPh Psl. 21/22/23/24) (PPh Psl. 25)
Page ▪ 107
PPh Pemotongan/Pemungutan
- Witholding Tax -

PPh (tdk bersifat final) yang dipotong/


dipungut pihak ketiga, dan merupakan
pembayaran pajak dimuka.

▪PPh Psl. 21
dikreditkan berdasarkan
▪PPh Psl. 22
bukti pemotongan pajak,
▪PPh Psl. 23
(bukan PPh Final)
▪PPh Psl. 24
Page ▪ 108
PPh Pasal 21

Bukti pemotongan PPh Psl. 21

Form. 1721 – A1 Form. 1721 – A2


Pegawai Swasta PNS, ABRI, &
(Non PNS) Pensiunannya

Bukti Potong PPh Psl. 21/26


Pegawai Tdk. Tetap yang
menerima penghasilan
Page ▪ 109
PPh Pasal 23

▪ Pajak atas penghasilan berupa dividen, bunga,


royalty, dan imbalan jasa-jasa tertentu;
▪ PPh Pasal 23 merupakan pembayaran pajak
dimuka yang pada umum Ny.a dapat dikreditkan
pada SPT Tahunan oleh WP yang menerima
penghasilan/WP yang dipotong pajak (kecuali atas
PPh yang bersifat final);
▪ WP akan menerima Bukti Pemotongan setiap kali
dilakukan pemotongan PPh Pasal 23 oleh pihak
pemotong pajak

Page ▪ 110
PPh Pasal 24

Pajak yang dibayar atau terutang di


luar negeri atas penghasilan dari luar
negeri yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak dalam negeri boleh
dikreditkan terhadap pajak yang
terutang berdasarkan Undang-
undang PPh dalam tahun pajak yang
sama

Besarnya kredit pajak sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) adalah
sebesar pajak penghasilan yang
dibayar atau terutang di luar negeri
tetapi tidak boleh melebihi
penghitungan pajak yang terutang
berdasarkan Undang-undang PPh

Page ▪ 111
PPh Pasal 24

Pilih yang terkecil antara:


▪ Pajak yang dipotong di luar negeri; atau
▪ Max.Kedit Pajak Luar Negeri (MKPLN)

Pengh. LN
MKPLN = X PPh Terutang
PKP

Page ▪ 112
PPh Yang Dibayar Sendiri

▪ PPh Pasal 25 (angsuran bulanan pembayaran


pajak yang dilaporkan sebagai SPT Masa);
▪ PPh Pasal 25 ayat 7 (angsuran bulanan khusus
pengusaha tertentu);
▪ STP PPh Pasal 25 (hanya atas pokok pajak);
▪ Fiskal Luar Negeri

Page ▪ 113
Surat Tagihan Pajak (STP) PPh Pasal 25

Pokok Pajak …….. 2.000.000 Dapat


dikreditkan
Sanksi Admin……. 80.000
Jumlah …………… 2.080.000

Tdk dpt
Dikreditkan maupun
dibiayakan

Page ▪ 114
PENGGABUNGAN PENGHASILAN
KELUARGA

Page ▪ 115
KELUARGA MERUPAKAN SATU KESATUAN EKONOMIS

PENGHASILAN ANAK
PENGHASILAN ISTRI YANG BELUM
DEWASA

PENGHASILAN
KEPALA KELUARGA

Page ▪ 116
PENGHASILAN ATAU KERUGIAN
BAGI WANITA KAWIN
Pasal 8 ayat (1)

PENGHASILAN ATAU KERUGIAN BAGI WANITA


YANG TELAH KAWIN

DIANGGAP SEBAGAI PENGHASILAN ATAU


KERUGIAN SUAMINYA

KECUALI
PENGHASILAN ISTRI DIPEROLEH DARI SATU PEMBERI KERJA:
1. PENGHASILAN TSB SEMATA-MATA DITERIMA ATAU DIPEROLEH
DARI SATU PEMBERI KERJA YG TELAH DIPOTONG PPh
PASAL 21, DAN
2. PEKERJAAN TSB TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN USAHA
ATAU PEKERJAAN BEBAS SUAMI ATAU ANGGOTA KELUARGA
LAINNYA

Page ▪ 117
CONTOH PENGHASILAN KELUARGA

TN Yono MEMPEROLEH PENGHASILAN Rp 200JT MEMPUNYAI ISTRI Ny. Yono


SBG KARYAWAN SWASTA DGN PENGHASILAN SEBESAR Rp 25JT

PENGHASILAN Ny. Yono TDK DIGABUNG DGN PENGHASILAN TN Yono DAN


DIANGGAP FINAL JIKA :
-. PENGH. TSB DIPEROLEH DARI SATU PEMBERI KERJA YANG TELAH DIPOTONG PPh
21
-. PEKERJAAN TSB TDK ADA HUB. DGN USAHA/PEKERJAAN BEBAS SUAMI/ANGGOTA
KELUARGA LAIN Ny.A.

BILA Ny. Yono, SELAIN MENJADI PEGAWAI JUGA MEMPUNYAI USAHA BUTIK DGN
PENGHASILAN SEBESAR Rp 100JT, MAKA SELURUH PENGH. Ny. Yono SEBESAR Rp
125JT (25JT + 100JT) DIGABUNGKAN DGN PENGH. TN Yono. DGN DEMIKIAN TOTAL
PENGHASILAN KELUARGA Yono YG DIKENAKAN PPh SEBESAR Rp 325JT
((POTONGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN ISTRI DAPAT DIKREDITKAN (TIDAK
BERSIFAT FINAL) DLM SPT TAHUNAN PPh ))

Page ▪ 118
CONTOH :

Ph Yg Masuk Dlm
NO SUAMI ISTRI Penghitungan PKP SPT
Pada Akhir Tahun
1 Pegawai Pegawai Suami 1770S/SS
2 Pegawai Wiraswasta Suami + Istri 1770
3 Wiraswasta Pegawai Suami 1770
4 Pegawai Pegawai & Suami + Istri 1770
Wiraswasta
5 - Pegawai ------ 1770S/SS
6 - Pegawai & Istri 1770
Wiraswasta

Page ▪ 119
SUAMI-ISTRI DIKENAKAN PAJAK
SECARA TERPISAH
Pasal 8 ayat (2) dan (3)

MENGADAKAN PERJANJIAN
HIDUP BERPISAH PEMISAHAN HARTA DAN
PENGHASILAN SECARA
TERTULIS

PENGHITUNGAN PKP DAN


PENGENAAN PAJAK PENGHITUNGAN PAJAKNYA
DILAKUKAN SENDIRI- BERDASAR
SENDIRI - Penghasilan Neto suami isteri
digabung
- Besar pajak yg harus dilunasi oleh
masing-masing suami-isteri, sebanding
dgn Penghasilan Neto

Page ▪ 120
PENGHASILAN ANAK YANG
BELUM DEWASA (DI BAWAH 18 THN)
Pasal 8 ayat (4)

DIGABUNG DENGAN
PENGHASILAN ORANG TUA NYA

KECUALI

PENGHASILAN DARI PEKERJAAN YANG TIDAK


ADA HUBUNGANNYA DENGAN USAHA
ORANG YANG MEMPUNYAI
HUBUNGAN ISTIMEWA

Page ▪ 121
ORANG PRIBADI
PENGUSAHA TERTENTU

Page ▪ 122
WP OP Pengusaha Tertentu

Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan


usaha sebagai Pedagang Pengecer yang
mempunyai 1 (satu) atau lebih tempat usaha

Penjualan Barang atau Penyerahan Jasa

Nomor Pokok Wajib Pajak bagi setiap tempat usaha


dan di tempat tinggal

angsuran PPh Pasal 25 (dapat dikreditkan) sebesar


0,75% dari jumlah peredaran bruto setiap bulan dari
masing-masing tempat usaha

Page ▪ 123
ANGSURAN PPh PASAL 25

Page ▪ 124
ANGSURAN PAJAK DALAM TAHUN BERJALAN
Pasal 25 ayat (1)

BESAR ANGSURAN PPh PASAL 25 SETIAP BULAN

PPh TERUTANG MENURUT


SPT TAHUNAN PPh THN PAJAK YG LALU

DIKURANGI

PPh YANG PPh YANG


DIPOTONG ATAU TERUTANG ATAU DIBAYAR
DIPUNGUT : DI LUAR NEGERI YANG BOLEH
PPh PSL 21 DIKREDITKAN
PPh PSL 22 (PPh PSL 24)
PPh PSL 23
DIBAGI

Page ▪ 125
12 (DUA BELAS) ATAU BANYAKNYA BULAN 125
DALAM BAGIAN TAHUN PAJAK
ANGSURAN BULANAN UNTUK BULAN SEBELUM BATAS WAKTU
PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh
Pasal 25 ayat (2)

SAMA BESARNYA DENGAN :


- Angsuran pajak untuk bulan terakhir dari tahun pajak yang lalu

CONTOH :

- SPT TAHUNAN PPh 2000 DISAMPAIKAN MARET 2001 ANGSURAN PPh DESEMBER
2000 Rp 1.000.000,00. BESARNYA ANGSURAN UNTUK BULAN JANUARI 2001 DAN
PEBRUARI 2001 SEBESAR Rp 1.000.000,00

• - APABILA BULAN SEPTEMBER 2000 DITERBITKAN KEPUTUSAN PENGURANGAN


ANGSURAN PAJAK MENJADI NIHIL SEHINGGA ANGSURAN PAJAK SEJAK OKTOBER
2000 S.D DESEMBER 2000 MENJADI NIHIL

• - BESARNYA ANGSURAN UNTUK BULAN JANUARI 2001 DAN PEBRUARI 2001YAITU NIHIL
Page ▪ 126 Puspenpa 2000 126
ANGSURAN PPh PASAL 25
APABILA DALAM TAHUN BERJALAN
DITERBITKAN skp UNTUK TAHUN
PAJAK YANG LALU
Pasal 25 ayat (4)

ANGSURAN PAJAK DIHITUNG KEMBALI BERDASARKAN skp TAHUN PAJAK YANG LALU,
BERLAKU MULAI BULAN BERIKUTNYA SETELAH BULAN PENERBITAN skp

CONTOH :

- BERDASARKAN SPT TAHUNAN PPH 2000, BESARNYA ANGSURAN PAJAK RP.


1.250.000,00
- JUNI 2001 DITERBITKAN SKP TAHUN 2000 MENGHASILKAN ANGSURAN SETIAP
BULAN RP. 2.000.000,00

* ANGSURAN PAJAK MULAI JULI 2001 SEBESAR Rp 2.000.000,00

Page ▪ 127 127


ANGSURAN PPh PASAL 25 TAHUN
BERJALAN DALAM HAL-HAL TERTENTU
Pasal 25 ayat (6)
DIREKTUR JENDERAL PAJAK
BERWENANG

MENETAPKAN ANGSURAN PAJAK DALAM TAHUN BERJALAN APABILA :

WP BERHAK ATAS KOMPENSASI KERUGIAN

WP MEMPEROLEH PENGHASILAN TIDAK TERATUR


SPT TAHUNAN PPh TAHUN YG LALU DISAMPAIKAN SETELAH
LEWAT BATAS WAKTU YG DITENTUKAN
WP MEMBETULKAN SENDIRI SPT THNAN PPh YG MENGAKIBATKAN
ANGSURAN BULANAN LEBIH BESAR DARI ANGSURAN BULANAN
SEBELUM PEMBETULAN
WP DIBERIKAN PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PENYAMPAIAN
SPT TAHUNAN PPh
Page ▪ 128 128
TERJADI PERUBAHAN KEADAAN USAHA ATAU KEGIATAN WP
Angsuran PPh Pasal 25 Atas WP yang Berhak Atas Kompensasi Kerugian

▪ Penghasilan Neto 2009 Rp 120.000.000


▪ Sisa kerugian Rp 140.000.000
▪ Sisa kerugian yang masih dapat
dikompensasikan di tahun 2010 Rp20.000.000
▪ Perhitungan PPh Pasal 25 tahun 2010 adalah:

– Penghasilan yang dijadikan dasar perhitungan PPh Pasal 25 adalah


Rp120.000.000,00 - Rp 20.000.000,00 =Rp100.000.000,00
– PPh terutang tahun 2010 diestimasi sebesar :
– Tax rate x Rp 100.000.000,00 =Rp ??????
– Angsuran Bulanan ???

Page ▪ 129
Angsuran PPh Pasal 25 Bagi Wajib Pajak yang Memperoleh Penghasilan
Tidak Teratur

▪ Mengingat penghasilan
yang tidak teratur belum
tentu diterima lagi di tahun
berikutnya, maka
penghasilan yang dipakai
sebagai dasar
penghitungan angsuran
PPh Pasal 25 dalam
tahun berikutnya adalah
hanya berdasarkan
penghasilan teratur

Page ▪ 130
Angsuran PPh Pasal 25 WP Baru

penghasilan neto sebulan yang


disetahunkan

dikurangi terlebih dahulu dengan


PTKP

dikalikan tarif umum

dibagi 12

Page ▪ 131
Angsuran PPh Pasal 25 WP Bank dan SGU dengan Hak Opsi

Laba-Rugi Fiskal menurut Lap Keuangan


Triwulan Terakhir

disetahunkan

Dikalikan tarif umum

Dikurangi PPh Ps 24 tahun pajak lalu

dibagi 12

Page ▪ 132
Angsuran PPh Pasal 25 WP BUMN/BUMD

Laba-Rugi Fiskal menurut RKAP

Dikalikan Tarif Umum

Dikurangi PPh Ps 22,23 dan 24 tahun pajak lalu

dibagi 12

Dalam hal RKAP belum disahkan, menggunakan


angsuran pada bulan terakhir tahun pajak sebelumnya

Page ▪ 133
Angsuran PPh Pasal 25 WP Masuk Bursa

Laba-Rugi Fiskal menurut Lap Keuangan


Berkala Terakhir

disetahunkan

Dikalikan tarif umum

Dikurangi PPh Ps 22,23 dan 24 tahun pajak


lalu

dibagi 12

Page ▪ 134
SPT PPh OP

SPT PPh OP

Page ▪ 135
Setor dan Lapor

SPT Masa
• Setor : Tgl 15 bln berikutnya
(PPh Ps. • Lapor : Tgl 20 bln berikutnya
25)

SPT • Setor : Akhir Maret thn berikutnya


Tahunan • Lapor : Akhir Maret thn berikutnya

Page ▪ 136
Format

1770 SS • Yang mempunyai penghasilan dari satu pemberi kerja


• Tidak punya penghasilan lain kec bunga bank/koperasi

• Yang mempunyai penghasilan dari satu/lebih pemberi kerja

1770 S • Penghasilan DN lainnya


• Penghasilan yang dikenakan PPh Final/Bersifat Final

• Dari usaha/pekerjaan bebas


• penghasilan dari satu/lebih pemberi kerja

1770 •

Penghasilan yang dikenakan PPh Final/Bersifat Final
Penghasilan Lain

Page ▪ 137

Anda mungkin juga menyukai