Alamat • panduwicaksono79@gmail.com
Page ▪ 2
Outline
Subjek Pajak
Objek Pajak
Pembukuan - Pencatatan
Penghitungan Pajak
SPT PPh OP
Page ▪ 3
Dasar Hukum
Page ▪ 4
SUBJEK PAJAK
Page ▪ 5
PPh dikenakan terhadap….? (Pasal 1 UU KUP)
Diterima/Diperoleh
Subjek Pajak Penghasilan
dalam Tahun Pajak
Page ▪ 6
Subjek Pajak Pasal 2 (1) UU KUP
Orang Pribadi
Badan
Page ▪ 7
Subjek Pajak Pasal 2 ayat (2) UU KUP
Subjek Pajak
Subjek Pajak Luar
Dalam Negeri
Negeri (SPLN)
(SPDN)
Page ▪ 8
SPDN Vs SPLN
Subjek
Pajak
Wajib
Pajak
Objek
Pajak
Page ▪ 10
Perbedaan WP DN dan WP LN
WP WP
DN Dikenai PPh dari
penghasilan di Ina dan
dari luar Ina
LN Dikenai PPh dari
penghasilan dari Ina
Page ▪ 11
Warisan yang belum terbagi
Page ▪ 12
BUT (Bentuk Usaha Tetap)
Page ▪ 13
BUT dapat berupa:
Page ▪ 14
Tidak Termasuk Subjek Pajak OP
Page ▪ 15
MULAI DAN BERAKHIRNYA
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF
MULAI:
• SAAT DILAHIRKAN
• BERADA ATAU BERNIAT TINGGAL DI INDONESIA
BERAKHIR:
• SAAT MENINGGAL DUNIA
• MENINGGALKAN INDONESIA UNTUK SELAMA-
LAMANYA
Page ▪ 16
MULAI DAN BERAKHIRNYA
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF
ORANG PRIBADI/BADAN
MULAI:
• SAAT MENJALANKAN USAHA
• MELAKUKAN KEGIATAN MELALUI BUT
BERAKHIR:
• SAAT TIDAK LAGI MENJALANKAN USAHA
• TIDAK MELAKUKAN KEGIATAN MELALUI BUT
Page ▪ 17
MULAI DAN BERAKHIRNYA KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF
ORANG PRIBADI/BADAN
SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI
MULAI:
SAAT MENERIMA/MEMPEROLEH PENGHASILAN DI
INDONESIA
BERAKHIR:
SAAT TIDAK LAGI MENERIMA/MEMPEROLEH
PENGHASILAN DI INDONESIA
Page ▪ 18
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF WARISAN YANG BELUM TERBAGI &
WP OP DALAM BAGIAN TAHUN PAJAK
MULAI:
SAAT TIMBULNYA WARISAN
BERAKHIR:
SAAT WARISAN SELESAI DIBAGI
Page ▪ 20
OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)
PENGHASILAN
Page ▪ 21
Klasifikasi Penghasilan
Penghasilan
Page ▪ 22
PENGHASILAN MENURUT PAJAK DAN PELAPORANNYA
DALAM SPT TAHUNAN PPh OP
Penghasilan
(income/revenue)
Objek PPh Dikecualikan Sbg Objek Objek PPh Final Bukan Objek
Psl. 4 (1) Pph Psl. 4 (1) Huruf K Psl. 4 (2) PPh Psl. 4 (3)
Sesuai UU Tidak
Sesuai UU
over under
Page ▪ 23
Dikenai Tarif Umum Pasal 17
Page ▪ 24
Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (1)
Laba usaha
Page ▪ 25
Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (2)
Page ▪ 26
Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (3)
Page ▪ 27
Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (4)
Premi asuransi
Page ▪ 28
Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (5)
Page ▪ 29
Dikenai Pajak Bersifat Final
Page ▪ 30
Konsekuensi Pengenaan PPh Final
biaya-biaya
terkait tidak
dapat menjadi
pengurang
pajak yang
dibayar tidak
dapat
dikreditkan
penghasilan tidak
dihitung kembali
pada saat
penghitungan
pajak akhir tahun
Page ▪ 31
Penghasilan Dikenai Pajak Bersifat Final (1)
No Jenis Tarif DPP Peraturan
Penghasilan
1 Bunga deposito, 20% Jumlah Bruto PP 131/2000
tabungan, &
diskonto SBI
2 Hadiah Undian 25% Jumlah Bruto PP 132/2000
3 Bunga simpanan •0% (s.d Rp 240.000) Jumlah Bruto PP 15/2009
Koperasi •10% (> Rp 240.000)
4 Bunga Obligasi Bunga Obligasi jumlah bruto bunga PP16/2009
•15% (WP DN dan BUT)
•20%/tarif P3B (WP LN)
diskonto dari Obligasi dengan kupon selisih lebih harga
•15% (WP DN dan BUT) jual/nilai nominal di
•20%/tarif P3B (WP LN) atas harga perolehan
(bunga)
diskonto dari Obligasi tanpa bunga selisih lebih harga jual
•15% (WP DN dan BUT) /nilai nominal di atas
•20%/tarif P3B (WP LN) harga perolehan /
bunga dan/atau diskonto dari Obligasi yang
diterima dan/atau diperoleh Wajib Pajak
reksadana yang terdaftar pada Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan
•0% 2009 – 2010
Page ▪ 32 •5% 2011 – 2013
•15% 2014
Penghasilan Dikenai Pajak Bersifat Final (2)
Page ▪ 34
Dikecualikan dari Objek Pajak (1)
harta hibahan
warisan
Page ▪ 35
Dikecualikan dari Objek Pajak (2)
•Dari R/E
Page ▪ 36
Dikecualikan dari Objek Pajak (3)
Page ▪ 37
Dikecualikan dari Objek Pajak (4)
Page ▪ 38
Objek Pajak BUT
Page ▪ 39
Objek Pajak BUT
Page ▪ 40
Pengurang Penghasilan BUT
Page ▪ 41
Benefit in cash vs Benefit in kind
Page ▪ 42
OBJEK PAJAK - HADIAH
Page ▪ 43
PEMBUKUAN-PENCATATAN
Page ▪ 44
Pembukuan menurut UU Pajak (Pasal 28 UU KUP)
Page ▪ 45
Sanksi terkait Pembukuan
Norma Penghitungan
Penghasilan Neto
Page ▪ 48
PENGGUNAAN
NORMA PENGHITUNGAN
Pasal 14 ayat (5)
WAJIB PAJAK
PENGHASILAN NETO
DIHITUNG
MENGGUNAKAN NPPN
DAN PEREDARAN BRUTONYA DIHITUNG
Page ▪ 49 CARA LAIN YANG DITETAPKAN KEPMENKEU
PERBANDINGAN
Kerugian :
– Dianggap selalu untung dan tidak mungkin rugi
– Mempunyai rIsiko tarif norma lebih tinggi daripada
penghitungan normal
Page ▪ 50
TARIF NORMA
Page ▪ 51
PENGURANG PENGHASILAN BRUTO
Page ▪ 52
Rekonsiliasi Fiskal Biaya
Beban
(cost/expense)
over under
Page ▪ 53
BIAYA YANG DIPERBOLEHKAN MENJADI
PENGURANG PENGHASILAN BRUTO
Page ▪ 54
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (1)
Page ▪ 55
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (2)
Page ▪ 56
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (3)
Page ▪ 57
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (4)
Page ▪ 58
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (5)
Page ▪ 59
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (6)
Page ▪ 60
KOMPENSASI KERUGIAN
2. PEMBUKUAN
Page ▪ 61
KOMPENSASI KERUGIAN
Pasal 6 ayat (2) dan PP 34 Tahun 1994
Page ▪ 63
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (1)
Page ▪ 64
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (2)
Page ▪ 65
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (3)
8. Pajak Penghasilan
Page ▪ 67
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (5)
Page ▪ 69
PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL
Page ▪ 70
Apa Yang Dapat diSusutkan/Diamortisasi ?
▪ Aktiva Tetap:
harta perusahaan yang dimiliki untuk menciptakan
penghasilan dan mempunyai masa manfaat (umur ekonomis)
lebih dari satu tahun. Terhadap aktiva ini diperkenankan
untuk dilakukan alokasi pembebanan biaya melalui
penyusutan dan dibebankan sebagai pengurang penghasilan
bruto.
Page ▪ 71
Kapan ?
Page ▪ 72
Harga Perolehan (1)
Jumlah yang
sesungguhnya
dikeluarkan untuk Hubungan Berelasi:
mendapatkan harta Jumlah yang
yang bersangkutan seharusnya dikeluarkan
(harga pasar wajar)
Page ▪ 73
Harga Perolehan (2)
Page ▪ 74
Harga Perolehan (3)
▪ Nilai sisa buku fiskal harta yang bersangkutan atau nilai yang
ditetapkan oleh Dirjen Pajak, dalam hal harta tersebut diperoleh karena
sumbangan, bantuan, zakat, hibah serta warisan yang memenuhi
syarat Pasal 4 ayat (3) huruf a dan b Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008.
▪ Nilai pasar dari harta yang bersangkutan, dalam hal harta tersebut
diperoleh dalam rangka setoran modal sebagai pengganti saham atau
penyertaan modal (Pasal 4 ayat (3) huruf c Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008).
▪ Harga perolehan aktiva yang dibangun sendiri :
– Yaitu biaya-biaya untuk membangun atau membuat aktiva tersebut, dimana
harus dikeluarkan (dikoreksi) unsur-unsur biaya yang menurut ketentuan
fiskal tidak dapat dibebankan (non deductible).
– Dalam hal aktiva tersebut dibangun dengan dana yang berasal dari
pinjaman, biaya bunga pinjaman tersebut harus dikapitalisir dalam harga
perolehan aktiva yang bersangkutan (menjadi unsur harga perolehan).
Page ▪ 75
Metode Penyusutan
– Bukan Bangunan
Page ▪ 76
Klasifikasi Aktiva Tetap
Bangunan
Tidak Permanen (10 th)
Aktiva Tetap
I (4 th)
II (8 th)
Bukan Bangunan
III (16 th)
- KELOMPOK 1 4 THN 25 % 50 %
- KELOMPOK 2 8 THN 12,5 % 25 %
- KELOMPOK 3 16 THN 6,25 % 12,5 %
- KELOMPOK 4 20 THN 5 % 10 %
TARIF BERDASARKAN KELOMPOK
HARTA ATAU DIBEBANKAN
1. BIAYA PENDIRIAN
SEKALIGUS PADA TAHUN
2. BIAYA PERLUASAN MODAL
TERJADINYA PENGELUARAN
Page ▪ 79
ISU PERPAJAKAN TERKAIT INVENTORY
Page ▪ 80
Contoh : AVERAGE
(Penjelasan Pasal 10 ayat (6) UU 17 / 2000
Rp 2,150 Rp 1,075
Page ▪ 81
Contoh : FIFO
(Penjelasan Pasal 10 ayat (6) UU 17 / 2000
Page ▪ 82
Contoh : LIFO
(Tidak Diperkenankan UU 17 / 2000)
Rp 2,325 Rp 900
Page ▪ 83
FIFO, AVERAGE & LIFO
Comparison
Page ▪ 85
BIAYA BUNGA (1)
BIAYA BUNGA
Page ▪ 86
BIAYA BUNGA (2)
▪ Apabila terdapat penempatan deposito/
tabungan yang dananya langsung/tidak
langsung berasal dari dana pinjaman yang
dibebani bunga, maka
– Apabila jumlah rata-rata pinjaman sama besarnya
atau lebih kecil dibanding jumlah rata-rata deposito
atau tabungan, maka bunga atas pinjaman tersebut
seluruhnya tidak dapat dikurangkan sebagai
biaya
– Apabila jumlah rata-rata pinjaman lebih besar
dibanding jumlah rata-rata deposito atau tabungan,
maka bunga atas pinjaman yang boleh
dikurangkan sebagai biaya adalah biaya bunga
atas selisih antara jumlah rata-rata pinjaman
dengan jumlah rata-rata deposito atau tabungan.
– Misalnya ;
Jumlah rata-rata pinjaman dalam 1 tahun =Rp 150.000.000,00
Jumlah rata-rata deposito dalam 1 tahun =Rp 40.000.00000
Bunga pinjaman seluruhnya =Rp 30.000.000,00
Bunga pinjaman yang dapat dikurangkan sebagai biaya
= {(150 juta - 40 juta) / 150 juta} x Rp 30 juta = Rp 22 Juta.
Page ▪ 87
Biaya Entertainment
▪ 1% L
▪ 5% DPK
▪15% KL
▪50% DIRAGUKAN
▪100% MACET
(PMK 81/PMK.03/2009)
Page ▪ 90
Pembentukan Cadangan-(SGU hak opsi, Asuransi dan Pertambangan)
Pembentukan Cadangan-Pertambangan
▪ metode satuan produksi atas dasar taksiran biaya reklamasi
Page ▪ 91
Penggantian Imbalan Dalam Bentuk Natura
Dapat dikurangkan:
▪ makan dan minum bagi seluruh pegawai
▪ tempat tinggal, termasuk perumahan bagi pegawai dan
keluarganya, sepanjang di lokasi bekerja tersebut tidak
ada tempat tinggal yang dapat disewa
▪ pelayanan kesehatan, sepanjang dilokasi bekerja
tersebut tidak ada sarana kesehatan
▪ pendidikan bagi pegawai dan keluarganya, sepanjang
di lokasi bekerja tersebut tidak ada sarana pendidikan
yang setara;
▪ pengangkutan bagi pegawai di Lokasi bekerja,
sedangkan pengangkutan anggota keluarga dari
pegawai yang bersangkutan terbatas pada
pengangkutan sehubungan dengan kedatangan
pertama ke Iokasi bekerja dan kepergian pegawai dan
keluarganya karena terhentinya hubungan kerja;
▪ olahraga bagi pegawai dan keluarganya tidak termasuk
golf, boating dan pacuan kuda, sepanjang di Iokasi
bekerja tersebut tidak tersedia sarana dimaksud.
Page ▪ 92
Biaya Pemakaian Ponsel & Kendaraan
▪ PONSEL
– Biaya Pembelian: Penyusutan kelompok I 50%
– Biaya Pulsa : Biaya Rutin 50%
▪ KENDARAAN SEDAN
Page ▪ 93
Biaya Perolehan Software
– Amortisasi Kelompok I
Page ▪ 94
Sumbangan (PP 1993/2010)
Page ▪ 95
Syarat Sumbangan (PP 1993/2010)
Page ▪ 96
Ketentuan terkait Sumbangan (PP 1993/2010)
back
Page ▪ 97
PENGHITUNGAN PAJAK
Page ▪ 98
Menghitung Penghasilan Kena Pajak (PKP)
Page ▪ 99
PENGHASILAN KENA PAJAK (PKP)
Pasal 16 ayat (1), (2), (3) dan (4)
PENGHASILAN DIKURANGI
PKP BAGI
DGN BIAYA YG DIPERKENANKAN ,
WP BUT
KOMPENSASI KERUGIAN
Page ▪ 100
PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak)
No Besaran Keterangan
1 Rp 54,000,000 Untuk diri WP OP
2 Rp 4,500,000 Tambahan untuk WP yang kawin
3 Rp 54,000,000 Tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya
digabung dengan penghasilan suami
4 Rp 4,500,000 Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan
keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta
anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya,
paling banyak untuk 3 orang
Penetapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak
Warisan yang belum terbagi tidak mendapat PTKP
Sauami istri yang hidup terpisah diperlakukan seperti WP Tidak Kawin
Page ▪ 101
Menghitung PPh Terutang
Page ▪ 102
Penghasilan Kena Pajak
(dibulatkan ke bawah dalam ribuan Rupiah penuh)
Tarif PPh
=
PPh Terutang
(ditambah dengan Pengembalian PPh Pasal 24 yang telah
dikreditkan)
Page ▪ 103
TARIF PAJAK
WP ORANG PRIBADI
LAPISAN PKP TARIF PAJAK
• - s/d Rp 50.000.000. 5%
• Rp 50 juta s/d Rp 250 juta 15%
• DIATAS Rp 250 juta s/d Rp 500 juta 25%
• DIATAS Rp 500 juta Dikenakan 30%
Page ▪ 104
Menghitung PPh Kurang/Lebih bayar
Page ▪ 105
PPh Terutang
X
Kredit Pajak + PPh yang
dibayar sendiri
=
PPh Kurang/Lebih Bayar
Page ▪ 106
Kredit Pajak
▪PPh Psl. 21
dikreditkan berdasarkan
▪PPh Psl. 22
bukti pemotongan pajak,
▪PPh Psl. 23
(bukan PPh Final)
▪PPh Psl. 24
Page ▪ 108
PPh Pasal 21
Page ▪ 110
PPh Pasal 24
Page ▪ 111
PPh Pasal 24
Pengh. LN
MKPLN = X PPh Terutang
PKP
Page ▪ 112
PPh Yang Dibayar Sendiri
Page ▪ 113
Surat Tagihan Pajak (STP) PPh Pasal 25
Tdk dpt
Dikreditkan maupun
dibiayakan
Page ▪ 114
PENGGABUNGAN PENGHASILAN
KELUARGA
Page ▪ 115
KELUARGA MERUPAKAN SATU KESATUAN EKONOMIS
PENGHASILAN ANAK
PENGHASILAN ISTRI YANG BELUM
DEWASA
PENGHASILAN
KEPALA KELUARGA
Page ▪ 116
PENGHASILAN ATAU KERUGIAN
BAGI WANITA KAWIN
Pasal 8 ayat (1)
KECUALI
PENGHASILAN ISTRI DIPEROLEH DARI SATU PEMBERI KERJA:
1. PENGHASILAN TSB SEMATA-MATA DITERIMA ATAU DIPEROLEH
DARI SATU PEMBERI KERJA YG TELAH DIPOTONG PPh
PASAL 21, DAN
2. PEKERJAAN TSB TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN USAHA
ATAU PEKERJAAN BEBAS SUAMI ATAU ANGGOTA KELUARGA
LAINNYA
Page ▪ 117
CONTOH PENGHASILAN KELUARGA
BILA Ny. Yono, SELAIN MENJADI PEGAWAI JUGA MEMPUNYAI USAHA BUTIK DGN
PENGHASILAN SEBESAR Rp 100JT, MAKA SELURUH PENGH. Ny. Yono SEBESAR Rp
125JT (25JT + 100JT) DIGABUNGKAN DGN PENGH. TN Yono. DGN DEMIKIAN TOTAL
PENGHASILAN KELUARGA Yono YG DIKENAKAN PPh SEBESAR Rp 325JT
((POTONGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN ISTRI DAPAT DIKREDITKAN (TIDAK
BERSIFAT FINAL) DLM SPT TAHUNAN PPh ))
Page ▪ 118
CONTOH :
Ph Yg Masuk Dlm
NO SUAMI ISTRI Penghitungan PKP SPT
Pada Akhir Tahun
1 Pegawai Pegawai Suami 1770S/SS
2 Pegawai Wiraswasta Suami + Istri 1770
3 Wiraswasta Pegawai Suami 1770
4 Pegawai Pegawai & Suami + Istri 1770
Wiraswasta
5 - Pegawai ------ 1770S/SS
6 - Pegawai & Istri 1770
Wiraswasta
Page ▪ 119
SUAMI-ISTRI DIKENAKAN PAJAK
SECARA TERPISAH
Pasal 8 ayat (2) dan (3)
MENGADAKAN PERJANJIAN
HIDUP BERPISAH PEMISAHAN HARTA DAN
PENGHASILAN SECARA
TERTULIS
Page ▪ 120
PENGHASILAN ANAK YANG
BELUM DEWASA (DI BAWAH 18 THN)
Pasal 8 ayat (4)
DIGABUNG DENGAN
PENGHASILAN ORANG TUA NYA
KECUALI
Page ▪ 121
ORANG PRIBADI
PENGUSAHA TERTENTU
Page ▪ 122
WP OP Pengusaha Tertentu
Page ▪ 123
ANGSURAN PPh PASAL 25
Page ▪ 124
ANGSURAN PAJAK DALAM TAHUN BERJALAN
Pasal 25 ayat (1)
DIKURANGI
Page ▪ 125
12 (DUA BELAS) ATAU BANYAKNYA BULAN 125
DALAM BAGIAN TAHUN PAJAK
ANGSURAN BULANAN UNTUK BULAN SEBELUM BATAS WAKTU
PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh
Pasal 25 ayat (2)
CONTOH :
- SPT TAHUNAN PPh 2000 DISAMPAIKAN MARET 2001 ANGSURAN PPh DESEMBER
2000 Rp 1.000.000,00. BESARNYA ANGSURAN UNTUK BULAN JANUARI 2001 DAN
PEBRUARI 2001 SEBESAR Rp 1.000.000,00
• - BESARNYA ANGSURAN UNTUK BULAN JANUARI 2001 DAN PEBRUARI 2001YAITU NIHIL
Page ▪ 126 Puspenpa 2000 126
ANGSURAN PPh PASAL 25
APABILA DALAM TAHUN BERJALAN
DITERBITKAN skp UNTUK TAHUN
PAJAK YANG LALU
Pasal 25 ayat (4)
ANGSURAN PAJAK DIHITUNG KEMBALI BERDASARKAN skp TAHUN PAJAK YANG LALU,
BERLAKU MULAI BULAN BERIKUTNYA SETELAH BULAN PENERBITAN skp
CONTOH :
Page ▪ 129
Angsuran PPh Pasal 25 Bagi Wajib Pajak yang Memperoleh Penghasilan
Tidak Teratur
▪ Mengingat penghasilan
yang tidak teratur belum
tentu diterima lagi di tahun
berikutnya, maka
penghasilan yang dipakai
sebagai dasar
penghitungan angsuran
PPh Pasal 25 dalam
tahun berikutnya adalah
hanya berdasarkan
penghasilan teratur
Page ▪ 130
Angsuran PPh Pasal 25 WP Baru
dibagi 12
Page ▪ 131
Angsuran PPh Pasal 25 WP Bank dan SGU dengan Hak Opsi
disetahunkan
dibagi 12
Page ▪ 132
Angsuran PPh Pasal 25 WP BUMN/BUMD
dibagi 12
Page ▪ 133
Angsuran PPh Pasal 25 WP Masuk Bursa
disetahunkan
dibagi 12
Page ▪ 134
SPT PPh OP
SPT PPh OP
Page ▪ 135
Setor dan Lapor
SPT Masa
• Setor : Tgl 15 bln berikutnya
(PPh Ps. • Lapor : Tgl 20 bln berikutnya
25)
Page ▪ 136
Format
1770 •
•
Penghasilan yang dikenakan PPh Final/Bersifat Final
Penghasilan Lain
Page ▪ 137