Anda di halaman 1dari 99

Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh OP)

Brevet Pajak Terapan A & B


Dasar Hukum
UU No.6 Tahun 1983 Sebagaimana
telah beberaka kali diubah terakhir
dengan UU.16 Tahun 2009 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan

UU No.7 Tahun 1983 Sebagaimana


telah beberaka kali diubah terakhir
dengan UU.36 Tahun 2008 tentang PPh
(Pajak Penghasilan) dan ketentuan
peraturan pelaksanaannya
SUBJEK PAJAK
PPh dikenakan terhadap….? (Pasal 1 UU PPh)

Diterima/Diperoleh
Subjek Pajak Penghasilan
dalam Tahun Pajak
Subjek Pajak Pasal 2 (1) UU PPh

Orang Pribadi

Warisan yang yang belum


terbagi sebagai satu kesatuan,
menggantikan yang berhak

Badan

Bentuk Usaha Tetap


SPDN Vs SPLN

SPDN Bertempat tinggal SPLN Tidak bertempat


tinggal di Indonesia
atau berada di Ina >
183 hari dalam Berada di Indonesia
jangka waktu 12 tidak lebih 183 hari
bulan dalam jangka waktu
12 bulan
Dalam suatu tahun
pajak berada di Ina menerima /
& mempunyai niat memperoleh
untuk bertempat penghasilan dari Ina
tinggal di Indonesia
Warisan yang
belum terbagi
sebagai satu
Perbedaan WP DN dan WP LN

WP WP
DN LN
Dikenai PPh dari
penghasilan di Ina Dikenai PPh dari
dan dari luar Ina penghasilan dari Ina

Dikenai berdasarkan Dikenai berdasarkan


penghasilan neto penghasilan bruto

Dikenai tarif umum Dikenai tarif pajak


sepadan

Wajib menyampaikan Tidak wajib


SPT menyampaikan SPT
Warisan yang belum terbagi

Warisan yang belum terbagi sebagai satu


kesatuan menggantikan yang berhak:
Warisan yang belum
terbagi yang
Dianggap sebagai ditinggalkan orang
SPDN mengikuti status pribadi SPLN yang
Warisan yang pewaris tidak menjalankan
belum terbagi Menggantikan usaha atau melakukan
yang kewajiban ahli waris kegiatan melalui suatu
ditinggalkan oleh yang berhak BUT di Indonesia,
pribadi sebagai Bila warisan sudah Tidakdianggap sebagai
dibagi, kewajiban subjek pajak pengganti
SPDN perpajakannya beralih karena pengenaan
kepada ahli waris pajak atas penghasilan
yang diterima melekat
Tidak Termasuk Subjek Pajak OP

Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat


atau
pejabat lain dari negara asing dan
Pejabat perwakilan organisasi internasional
orang-orang yang diperbantukan kepada
mereka yang bekerja dan bertempat tinggal
bersama-sama mereka
• Bukan WNI • Bukan WNI
• Di Indonesia tidak menerima/memperoleh • Tidak menjalankan usaha, kegiatan atau
penghasilan di luar jabatan atau pekerjaan lainuntuk memperoleh
pekerjaannya penghasilan dari Indonesia
• Negara ybs memberikan perlakuan timbal
balik
MULAI DAN BERAKHIRNYA
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF

ORANG PRIBADI
SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI
MULAI:
• SAAT DILAHIRKAN
• BERADA LBIH DARI 183 HARI ATAU BERNIAT TINGGAL DI INDONESIA

BERAKHIR:
• SAAT MENINGGAL DUNIA
• MENINGGALKAN INDONESIA UNTUK
SELAMA-
LAMANYA
MULAI DAN BERAKHIRNYA KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF

ORANG PRIBADI/BADAN
SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI
MULAI:
SAAT MENERIMA/MEMPEROLEH PENGHASILAN DI INDONESIA

BERAKHIR:
SAAT TIDAK LAGI MENERIMA/MEMPEROLEH
PENGHASILAN DI INDONESIA
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF WARISAN YANG BELUM TERBAGI &
WP OP DALAM BAGIAN TAHUN PAJAK

MULAI:
SAAT MENINGGALNYA PEWARIS YG
MENINGGALKAN WARISAN
BERAKHIR:
SAAT WARISAN SELESAI DIBAGI

ORANG PRIBADI YANG BERTEMPAT TINGGAL/BERADA DI INDONESIA HANYA


MELIPUTI SEBAGIAN DARI TAHUN PAJAK,
MAKA BAGIAN TAHUN PAJAK TERSEBUT MENGGANTIKAN TAHUN PAJAK
OBJEK PAJAK

13
OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)

P E N G H A S I LA N

SETIAP TAMBAHAN KEMAMPUAN EKONOMIS YANG :

- Diterima atau diperoleh WP


- Berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
- Dapat dipakai untuk konsumsi/menambah kekayaan WP

DENGAN NAMA DAN DALAM


BENTUK APAPUN
Subjek Pajak = Wajib Pajak……???

Subjek
Pajak

Wajib Pajak

Objek
Pajak
Klasifikasi Penghasilan

Penghasilan

1. Dikenai Tarif PPh bersifat tidak final


2. Dikenai PPh Bersifat Final
3. Dikecualikan dari Objek Pajak
Dikenai Tarif PPh bersifat tidak Final
Penghasilan Dikenai Tarif PPh tidak Final(1)

Penggantian /imbalan berkenaan dgn pekerjaan/jasa yg


diterima/diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,
komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, /imbalan dlm bentuk
lainnya, kec. ditentukan lain dlm UU ini

Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan


penghargaan

Laba usaha

Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan


harta
Penghasilan Dikenai Tarif PPh tidak Final(2)

Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah


dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan
pengembalian pajak

Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena


jaminan pengembalian utang

Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun


termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada
pemegang polis dan pembagian SHU Koperasi

Royalti atau imbalan atas penggunaan hak


Penghasilan Dikenai Tarif PPh tidak final(3)

Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan


penggunaan harta

Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala

Keuntungan karena pembebasan hutang kecuali sampai


dengan jumlah tertentu (Rp 350 juta dan termasuk kriteria
debitur kecil/PP130/2000) yang ditetapkan dengan PP

Keuntungan selisih kurs mata uang asing


Penghasilan Dikenai Tarif PPh tidak Final(4)

Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva

Premi asuransi

Iuran yang diterima/diperoleh perkumpulan dari


anggotanya yang terdiri dari WP yang menjalankan usaha
atau pekerjaan bebas

Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan


yang belum dikenakan pajak
Penghasilan Dikenai Tarif PPh tidak Final(5)

Penghasilan dari usaha berbasis syariah

Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam UU KUP

Surplus Bank Indonesia


Dikenai Pajak Bersifat Final
biaya-biaya
Konsekuensi Pengenaan
terkait tidak PPh Final
dapat
menjadi
pengurang

pajak yang
dibayar
tidak dapat
dikreditkan

penghasilan tidak
dihitung kembali
pada saat
penghitungan
pajak akhir tahun
Penghasilan Dikenai Pajak Bersifat Final (1)
No Jenis Penghasilan Tarif DPP Peraturan

1 Bunga deposito,  10% untuk deposito dengan jangka waktu 1 bln USD Jumlah Bruto PP 131/2000
tabungan, & diskonto  7,5% untuk deposito dengan jangka waktu 3 bln dev.hsl dipebarui
SBI exp dengna PP no
 2,5% untuk deposito dengan jangka waktu 6 bln di bank 123 tahun 2015
ina
 0% untuk deposito dng jangka waktu > 6 bln
 7,5% untuk deposito dengan jangka wktu 1 bln Rp
 5% untuk deposito dengan jangka waktu 3 bln dev.hsl
exp
 0% untuk deposito dengan jangka wktu 6 bln/> di bank
ina

20%
2 Hadiah Undian 25% Jumlah Bruto PP 132/2000
3 Bunga simpanan • 0% (s.d Rp 240.000) Jumlah Bruto PP 15/2009
Koperasi • 10% (> Rp 240.000)
4 Bunga Obligasi Bunga Obligasi jumlah bruto bunga PP16/2009
• 15% (WP DN dan BUT) diperbarui
• 20%/tarif P3B (WP LN) dengan PP
100/2013
diskonto dari Obligasi dengan kupon selisih lebih harga jual/nilai
• 15% (WP DN dan BUT) nominal di atas harga
• 20%/tarif P3B (WP LN) perolehan (bunga)

diskonto dari Obligasi tanpa bunga selisih lebih harga jual /nilai
• 15% (WP DN dan BUT) nominal di atas harga
Penghasilan Dikenai Pajak Bersifat Final (2)

No Jenis Penghasilan Tarif DPP Peraturan

5 Penjualan Saham di 0,1% (bukan saham pendiri) Nilai transaksi penjualan PP 14/1997
Bursa Efek

0,5% tambahan untuk saham pendiri Nilai Pasar saham pada


saat IPO
6 Pengalihan Tanah dan atau 2.5 % untuk tanah/bangunan selain rmh *Jumlah Bruto nilai PP 71/2008
bangunan sederhana/ susun sederhana. 1% untuk pengalihan atau NJOP dicabut dengan
tanah/bangunan rmh sederhana/ susun mana yang lebih tinggi 34 tahun 2016
sederhana. 0% untuk pengalihan terhadap *Nilai berdasarkan
pemerintah. keputusan pejabat yang
berwenang>pengalihan
hak kpd pemerintah

7 Persewaan Tanah atau 10% Jumlah Bruto PP 5/ 2002


Bangunan
8 Jasa Konstruksi • Pelaksana 2% (kualifikasi us. kecil) DARI JUMLAH PP40/2009 jo PP
• Pelaksana 4% (tidak memiliki kualifikasi PEMBAYARAN ATAU 40/2009
usaha) JUMLAH PENERIMAAN YG
• Pelaksana 3% (untuk selain a dan b) MERUPAKAN BAGIAN
NILAI KONTRAK TIDAK
• Perencana/Pengawas 4% (memiliki kualifikasi
TERMASUK PPN
usaha)
• Perencana/Pengawas 6% (tidak memiliki
kualifikasi usaha)
Dikecualikan dari Objek Pajak
Dikecualikan dari Objek Pajak (1)

bantuan atau sumbangan, termasuk zakat

harta hibahan (lurus 1 derajat)

warisan

harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan


sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti
penyertaan modal
Dikecualikan dari Objek Pajak (2)

Penggantian/imbalan sehubungan dengan pekerjaan


atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk
natura dan/atau kenikmatan(kecuali yg diberikan oleh
bukan WP, WP yg dikenakan pajak secara final)

pembayaran perusahaan asuransi kepada OP: asuransi


kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi bea siswa

dividen /bagian laba yang diterima /diperoleh PT sebagai


WPDN, koperasi, BUMN, atau BUMD, dari penyertaan
modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia dengan syarat:
•Dari R/E

• PT/BUMN/BUMD, kepemilikan saham paling rendah 25%


Dikecualikan dari Objek Pajak (3)

iuran yang diterima/diperoleh dana pensiun yang


pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan

penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana


pensiun, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Keuangan
bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas
saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan
kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak
investasi
penghasilan yang diterima kolektif perusahaan modal
/diperoleh
ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha
yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di
Indonesia, dengan syarat

• perusahaan mikro, kecil, menengah/ di sektor usaha tertentu

• sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia


Dikecualikan dari Objek Pajak (4)

beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang


ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan
sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga
nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang
penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi
yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk
sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian
dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat)
tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut
bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak
tertentu
Benefit in cash vs Benefit in kind

Pemberi Penghasilan Benefit in Benefit in kind


cash
Pemerintah Objek Non Obj
Wajib Pajak yg dikenakan PPh Final Objek Objek
(cth : perush.sewa tanah/ bangunan)
Wajib Pajak deemed profit Objek Objek
(perush.charter pesawat,pelayaran DN,WPLN
pelayaran/penerbangan jalur internasional)
Wajib Pajak lainnya Objek Non Obj
OBJEK PAJAK - HADIAH

Jenis Objek Pajak Objek Tarif


a. Hadiah langsung Non OP -
b. Hadiah undian OP Final 25%
c. Hadiah/penghargaan sehub. dg pekerjaan, Objek PPh ps PPh ps
kegiatan, perlombaan yg diterima o/ WP OP 21 17

d. Hadiah/penghargaan sehub. dg pekerjaan, Objek PPh ps 15%


kegiatan, perlombaan yg diterima o/ WP Badan 23

e. Hadiah/penghargaan yg diterima o/ WPLN Objek PPh ps 20%


26
PTKP
Lurus 1 derjat Ayah,Ibu,Anak Kandunng Hibah

Sedarah
Kesamping 1 Derajat Saudara Kandung

Hubungan
Keluarga Lurus 1 derjat Mertua, Anak Tiri

Semenda
PTKP
Kesamping 1 Derajat Ipar

Anak Angkat
(Blm Dewasa,
menjadi tanggungan
Sepenuhnya)

Paman, Bibi, Menantu

Kakek, Nenek, Cucu


PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak)
• Ps. 6 (3) UU PPh
• PMK-101/PMK.010/2016
No Besaran Keterangan
1 Rp 54,000000 Untuk diri WP OP
2 Rp 4,500,000 Tambahan untuk WP yang kawin
3 Rp 54,000,000 Tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami

4 Rp 4,500,000 Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis
keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak
untuk 3 orang
Penetapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak
Warisan yang belum terbagi tidak mendapat PTKP
PTKP ditetapkan dengan PMK
Dasar Pengenaan Pajak (DPP) dan Penghasilan Kena Pajak (PKP)

Orang Pribadi

Karyawan Ushawan
Dipotong Perusahaan

Omzet < 4,8 M Omzet > 4,8 M

Perkiraan
Penghasilan Netto Gaji Bersih Pembukuan
Norma

Penghasilan Kena
Dikurangi PTKP
Pajak (PKP)

Perhitungan
Pengenaan PPh Tarif PPh Orang Pribadi
PEMBUKUAN-PENCATATAN
Pembukuan menurut UU Pajak (Pasal 28 UU KUP)

• WP OP (kegiatan usaha/ pekerjaan bebas)


Siapa? • WP Badan

• WP OP Norma (peredaran < Rp 4,8 miliar)


Pengecualian • WP OP tidak melakukan kegiatan
(Tetap Wajib Pencatatan) usaha/pekerjaan bebas
Sanksi Administratif (Pasal 13 ayat 1d dan (3) UU KUP)
Sanksi terkait Pembukuan
Tidak memenuhi kewajiban terkait pembukuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 atau 29 UU KUP
sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak terutang:
atas SKPKB terbit, pokok pajak yang kurang ditambah sanksi kenaikan sebesar 50% untuk PPh dan
100% untuk PPh Potput, PPN & PPNBM dari pajak yang tidak/kurang dibayar/dipotong/
dipungut/disetor

Sanksi Pidana (Pasal 39 ayat (1) UU KUP)

• Memperlihatkan pembukuan, pencatatan atau dokumen yang palsu/dipalsukan;


• Tidak menyelenggarakan pembukuan di Indonesia/tidak meminjamkan buku, catatan
atau dokumen; maka
dipidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun
dan didenda paling sedikit 2 kali jumlah pajak tidak/kurang bayar dan paling banyak 4 kali
kali jumlah pajak tidak/kurang bayar
Karakteristik Pembukuan menurut UU Pajak
(Pasal 28 UU KUP)
Itikad baik dan mencerminkan keadaan
1 sebenarnya

2 Di Indonesia, huruf latin, angka Arab, mata


uang Rupiah, bahasa Indonesia

3 Stelsel Akrual atau Stelsel Kas

4 Catatan atas: harta, kewajiban, modal,


penghasilan dan biaya

5 Wajib disimpan selama 10 tahun di Indonesia

6 Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan,


kecuali peraturan perpajakan menentukan lain
PENGGUNAAN NORMA PENGHITUNGAN
Pasal 14 ayat (2), (3) dan (4)

Norma Penghitungan
Penghasilan Neto

HANYA WAJIB PAJAK


ORANG PRIBADI
SYARAT
* Peredaran bruto dalam satu tahun kurang
dari Rp 4.800.000.000,00
* Memberitahukan kepada Dirjen Pajak dalam
jangka waktu 3 bulan pertama dari Tahun Pajak ybs.
Apabila tidak memberitahukan, dianggap memilih
Pembukuan
* Wajib menyelenggarakan Pencatatan
Kelebihan memakai pencatatan (norma penghitungan)
▫ Sederhana dalam penghitungan
PERBANDI ▫ Sederhana dalam pengadministrasian
NGAN catatan
▫ Tidak perlu menguasai akuntansi


Kerugian :
▫ Dianggap selalu untung dan tidak mungkin
rugi
▫ Mempunyai rIsiko tarif norma lebih tinggi
daripada penghitungan normal
PETUNJUK PELAKSANAAN PENCATATAN BAGI WP OP :
PERDIRJEN NO: PER – 4/PJ/2009
TARIF NORMA

Norma Penghitungan Penghasilan Neto


dikelompokkan menurut wilayah sebagai berikut :
▫ 10 (sepuluh) ibukota propinsi yaitu Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang,
Surabaya, Denpasar, Manado, Makassar, dan Pontianak;
▫ ibukota propinsi lainnya;
▫ daerah lainnya.

Kep.Dirjen Pajak No.536/PJ/2000 diperbarui dengan PER 17 PJ 2015


PENGURANG PENGHASILAN BRUTO
Rekonsiliasi Fiskal Biaya
Beban
(cost/expense)

Dapat Dikurangkan Tidak dapat dikurangkan


Psl.6 (1) Ps.9 (1)

Sesuai UU Tidak Sesuai UU

over under

Koreksi Koreksi Koreksi


positif negatif positif
BIAYA YANG
DIPERBOLEHKAN
MENJADI PENGURANG
PENGHASILAN BRUTO
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (1)

1. biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan


kegiatan usaha, antara lain:
a. biaya pembelian bahan;
b. biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji,
honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam
bentuk uang;
c. bunga, sewa, dan royalti;
d. biaya perjalanan;
e. biaya pengolahan limbah;
f. premi asuransi;
g. biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;
h. biaya administrasi; dan
i. pajak kecuali Pajak Penghasilan;
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (2)

2. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud


dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas
biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu)
tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A
3. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan;
4. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki
dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (3)

5. kerugian selisih kurs mata uang asing;

6. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang


dilakukan di Indonesia;

7. biaya beasiswa, magang, dan pelatihan


Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (4)

8. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih


dengan syarat:
▫ telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
▫ Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada
Direktorat Jenderal Pajak; dan
▫ telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi
pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis
mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur
yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau
khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan
untuk jumlah utang tertentu;
▫ syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan
piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
huruf k;
yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan;
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (5)

9. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana


nasional yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah;
10. sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan
yang dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Pemerintah;

11. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya


diatur dengan Peraturan Pemerintah;
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (6)

12. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya


diatur dengan Peraturan Pemerintah; dan

13. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga


yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

14. Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan


biaya-biaya di atas didapat kerugian, kerugian
tersebut dikompensasikan dengan penghasilan
mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai
dengan 5 (lima) tahun
KOMPENSASI KERUGIAN

1. MAX 5 TAHUN BERTURUT-TURUT

2. PEMBUKUAN

3. KERUGIAN DARI SPT/ SKP JIKA TELAH


DIPERIKSA
KOMPENSASI KERUGIAN
Pasal 6 ayat (2) dan PP 34 Tahun 1994

KERUGIAN DAPAT DIKOMPENSASIKAN DENGAN PENGHASILAN MULAI


TAHUN PAJAK BERIKUT NYA
BERTURUT-TURUT SAMPAI DENGAN 5 (LIMA) TAHUN

PENANAMAN MODAL DI BIDANG USAHA PERKEBUNAN TANAMAN


KERAS DAN PERTAMBANGAN, DI DAERAH TERPENCIL, KOMPENSASI
KERUGIAN PALING LAMA
10 TAHUN

PENANAMAN MODAL DI BIDANG USAHA PERKEBUNAN TANAMAN


KERAS DAN PERTAMBANGAN DI LUAR DAERAH TERPENCIL,
KOMPENSASI KERUGIAN DIBERIKAN PALING LAMA 8 TAHUN
BIAYA YANG TIDAK DIPERBOLEHKAN
MENJADI PENGURANG PENGHASILAN
BRUTO
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (1)

1. pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti


dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil
usaha koperasi;
2. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan
pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota;
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (2)

3. pembentukan atau pemupukan dana cadangan,


kecuali:
▫ cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan
konsumen, dan perusahaan anjak piutang;
▫ cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang
dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
▫ cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
▫ cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
▫ cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
▫ cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah
industri untuk usaha pengolahan limbah industri, yang ketentuan dan syarat-
syaratnya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Ke uangan;
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (3)

4. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar
oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak
yang bersangkutan;

5. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan
dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi
seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan
di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

6. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau
kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan yang dilakukan;
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (4)
7. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b,
kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)
huruf i sampai dengan huruf m serta zakat yang diterima oleh badan
amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan
oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib
bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah,
yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah;

8. Pajak Penghasilan
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (5)

9. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi


Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya;

10. gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau


perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;

11. sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi
pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan
perundangundangan di bidang perpajakan.
PENGHITUNGAN PAJAK
Menghitung Penghasilan Kena Pajak (PKP)
Pengurang Penghasilan
yang diperbolehkan
(WP Karyawan)
1. Biaya Jabatan , khusus untuk Peg. Tetap:
- Tanpa melihat memiliki jabatan atau tidak
- Besarnya 5% dari Penghasilan Bruto
maksimum Rp 6.000.000 setahun atau Rp
500.000 sebulan (PMK250/PMK.03/2008)
2. Iuran Pensiun dan THT
▫ Iuran Pensiun dan THT
- Yang dibayar pegawai
- Yayasan dana pensiun yang di setujui
menteri keuangan
-
3. Biaya Pensiun

▫ Khusus untuk penerima pensiun berkala atau


bulanan
Besarnya 5% dari uang pensiun maksimu Rp
432.000 setahun atau Rp 36.000 sebulan
Menghitung PKP Karyawan
1. Bekerja sejak awal tahun ( Jan - Des )
Penghasilan bruto Rp XXX
Biaya-biaya yg diperkenankan Rp XXX -
Penghasilan Neto Rp XXX
PTKP Rp XXX -
PKP Rp XXX
Pajak Terutang Tarif Pasal 17) Rp XXX
Bukti Potong 1721 A1 Rp XXX
Pajak yg msh hrs dibayar Rp XXX
Menghitung PKP Karyawan
1. Penghasilan Bulanan
Penghasilan bruto /bulan Rp XXX
Biaya-biaya yg diperkenankan Rp XXX
-
Penghasilan Neto Rp XXX x 12
PTKP Rp XXX -
PKP Rp XXX
Pajak Terutang Tarif Pasal 17) Rp
XXX : 12
Menghitung PKP WP OP Usaha /Pekerj Bebas
Omzet/Penghsilan Bruto Rp XXX
HPP + Biaya-biaya yg diperkenankan Rp XXX -
Penghasilan Neto Rp XXX
PTKP Rp XXX -
PKP Rp XXX
Pajak Terutang Tarif Pasal 17) Rp XXX
Kredit Pajak Rp XXX
Pajak yg mash hrs Di bayar Rp XXX
Menghitung PPh Terutang
Penghasilan Kena Pajak
(dibulatkan ke bawah dalam ribuan Rupiah penuh)
X
Tarif PPh
=
PPh Terutang
TARIF PAJAK

WP ORANG PRIBADI
LAPISAN PKP TARIF PAJAK
• - s/d Rp 50.000.000. 5%
• Rp 50 juta s/d Rp 250 juta 15%
• DIATAS Rp 250 juta s/d Rp 500 juta 25%
• DIATAS Rp 500 juta Dikenakan 30%
Menghitung PPh Kurang/Lebih bayar
PPh Terutang
X
Kredit Pajak + PPh yang dibayar sendiri
=
PPh Kurang/Lebih Bayar
Kredit Pajak

• Pembayaran pajak yang telah dilakukan


selama periode Januari s.d. Desember
• Pengurang PPh terutang

PPh yg dipotong/ PPh yg dibayar/


dipungut pihak lain diangsur sendiri
(PPh Psl. 21/22/23/24) (PPh Psl. 25)
PPh Pemotongan/Pemungutan
- Witholding Tax -
PPh (tdk bersifat final) yang dipotong/
dipungut pihak ketiga, dan merupakan
pembayaran pajak dimuka.

▫ PPh Psl. 21 dikreditkan berdasarkan


▫ PPh Psl. 22
bukti pemotongan pajak,
▫ PPh Psl. 23
(bukan PPh Final)
▫ PPh Psl. 24
PPh Pasal 21

Bukti pemotongan PPh Psl. 21

Form. 1721 – A1 Form. 1721 – A2


Pegawai Swasta PNS, ABRI, &
(Non PNS) Pensiunannya
Bukti Potong PPh Psl. 21/26
Pegawai Tdk. Tetap yang
menerima penghasilan
PPh Pasal 23

▫ Pajak atas penghasilan berupa dividen, bunga, royalty, dan


imbalan jasa-jasa tertentu;
▫ PPh Pasal 23 merupakan pembayaran pajak dimuka yang pada
umum Ny.a dapat dikreditkan pada SPT Tahunan oleh WP yang
menerima penghasilan/WP yang dipotong pajak (kecuali atas
PPh yang bersifat final);
▫ WP akan menerima Bukti Pemotongan setiap kali dilakukan
pemotongan PPh Pasal 23 oleh pihak pemotong pajak
PPh Pasal 24

Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri


atas penghasilan dari luar negeri yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak dalam negeri boleh
dikreditkan terhadap pajak yang terutang
berdasarkan Undang-undang PPh dalam tahun
pajak yang sama

Besarnya kredit pajak sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) adalah sebesar pajak penghasilan
yang dibayar atau terutang di luar negeri tetapi
tidak boleh melebihi penghitungan pajak yang
terutang berdasarkan Undang-undang PPh
PPh Pasal 24

Pilih yang terkecil antara:


▫ Pajak yang dipotong di luar negeri; atau
▫ Max.Kedit Pajak Luar Negeri (MKPLN)

Pengh. LN
MKPLN = X PPh Terutang
PKP
PPh Yang Dibayar Sendiri

▫ PPh Pasal 25 (angsuran bulanan pembayaran


pajak yang dilaporkan sebagai SPT Masa);
▫ PPh Pasal 25 ayat 7 (angsuran bulanan khusus
pengusaha tertentu);
▫ STP PPh Pasal 25 (hanya atas pokok pajak);
Surat Tagihan Pajak (STP) PPh Pasal 25

Pokok Pajak …….. 2.000.000 Dapat


Sanksi Admin……. 80.000 dikreditkan

Jumlah …………… 2.080.000

Tdk dpt
Dikreditkan maupun
dibiayakan
PENGGABUNGAN PENGHASILAN
KELUARGA
KELUARGA MERUPAKAN SATU KESATUAN EKONOMIS

PENGHASILAN ISTRI PENGHASILAN ANAK YANG


BELUM DEWASA

PENGHASILAN
KEPALA KELUARGA
PENGHASILAN ATAU KERUGIAN
BAGI WANITA KAWIN
Pasal 8 ayat (1)

PENGHASILAN ATAU KERUGIAN BAGI WANITA


YANG TELAH KAWIN

DIANGGAP SEBAGAI PENGHASILAN ATAU


KERUGIAN SUAMINYA

KECUALI
PENGHASILAN ISTRI DIPEROLEH DARI SATU PEMBERI KERJA:
1. PENGHASILAN TSB SEMATA-MATA DITERIMA ATAU DIPEROLEH
DARI SATU PEMBERI KERJA YG TELAH DIPOTONG PPh
PASAL 21, DAN
2. PEKERJAAN TSB TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN USAHA
ATAU PEKERJAAN BEBAS SUAMI ATAU ANGGOTA KELUARGA
LAINNYA
CONTOH PENGHASILAN KELUARGA

TN Yono MEMPEROLEH PENGHASILAN Rp 200JT MEMPUNYAI ISTRI Ny. Yono


SBG KARYAWAN SWASTA DGN PENGHASILAN SEBESAR Rp 25JT

PENGHASILAN Ny. Yono TDK DIGABUNG DGN PENGHASILAN TN Yono DAN


DIANGGAP FINAL JIKA :
-. PENGH. TSB DIPEROLEH DARI SATU PEMBERI KERJA YANG TELAH DIPOTONG PPh
21
-. PEKERJAAN TSB TDK ADA HUB. DGN USAHA/PEKERJAAN BEBAS SUAMI/ANGGOTA
KELUARGA LAIN Ny.A.

BILA Ny. Yono, SELAIN MENJADI PEGAWAI JUGA MEMPUNYAI USAHA BUTIK DGN
PENGHASILAN SEBESAR Rp 100JT, MAKA SELURUH PENGH. Ny. Yono SEBESAR Rp
125JT (25JT + 100JT) DIGABUNGKAN DGN PENGH. TN Yono. DGN DEMIKIAN TOTAL
PENGHASILAN KELUARGA Yono YG DIKENAKAN PPh SEBESAR Rp 325JT
((POTONGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN ISTRI DAPAT DIKREDITKAN (TIDAK
BERSIFAT FINAL) DLM SPT TAHUNAN PPh ))
Ph Yg Masuk Dlm
CONTOH : Penghitungan PKP Pada
NO SUAMI ISTRI SPT
Akhir Tahun
1 Pegawai Pegawai Suami 1770S/SS
2 Pegawai Wiraswasta Suami + Istri 1770
3 Wiraswasta Pegawai Suami 1770
4 Pegawai Pegawai & Suami + Istri 1770
Wiraswasta
5 - Pegawai ------ 1770S/SS
6 - Pegawai & Istri 1770
Wiraswasta
SUAMI-ISTRI DIKENAKAN PAJAK
SECARA TERPISAH
Pasal 8 ayat (2) dan (3)

MENGADAKAN PERJANJIAN PEMISAHAN


HIDUP BERPISAH HARTA DAN PENGHASILAN SECARA TERTULIS

PENGHITUNGAN PKP DAN


PENGENAAN PAJAK PENGHITUNGAN PAJAKNYA
DILAKUKAN SENDIRI- BERDASAR
SENDIRI - Penghasilan Neto suami isteri
digabung
- Besar pajak yg harus dilunasi oleh
masing-masing suami-isteri, sebanding
dgn Penghasilan Neto
PENGHASILAN ANAK YANG
BELUM DEWASA (DI BAWAH 18 THN
dan blm pernah menikah)
Pasal 8 ayat (4)

DIGABUNG DENGAN
PENGHASILAN ORANG TUA NYA

KECUALI
PENGHASILAN DARI PEKERJAAN YANG ADA HUBUNGANNYA DENGAN
USAHA
ORANG YANG MEMPUNYAI
HUBUNGAN ISTIMEWA
ANGSURAN PPh PASAL 25
ANGSURAN PAJAK DALAM TAHUN BERJALAN
Pasal 25 ayat (1)

BESAR ANGSURAN PPh PASAL 25 SETIAP BULAN


PPh TERUTANG MENURUT
SPT TAHUNAN PPh THN PAJAK YG LALU

DIKURANGI
PPh YANG PPh YANG
DIPOTONG ATAU TERUTANG ATAU DIBAYAR
DIPUNGUT : DI LUAR NEGERI YANG BOLEH
PPh PSL 21 DIKREDITKAN
PPh PSL 22 (PPh PSL 24)
PPh PSL 23 DIBAGI
12 (DUA BELAS) ATAU BANYAKNYA BULAN
DALAM BAGIAN TAHUN PAJAK 91
ANGSURAN BULANAN UNTUK BULAN SEBELUM BATAS WAKTU
PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh
Pasal 25 ayat (2)

SAMA BESARNYA DENGAN :


- Angsuran pajak untuk bulan terakhir dari tahun pajak yang lalu

CONTOH :
- SPT TAHUNAN PPh 2000 DISAMPAIKAN MARET 2001 ANGSURAN PPh DESEMBER
2000 Rp 1.000.000,00. BESARNYA ANGSURAN UNTUK BULAN JANUARI 2001 DAN
PEBRUARI 2001 SEBESAR Rp 1.000.000,00
• - APABILA BULAN SEPTEMBER 2000 DITERBITKAN KEPUTUSAN PENGURANGAN
ANGSURAN PAJAK MENJADI NIHIL SEHINGGA ANGSURAN PAJAK SEJAK OKTOBER
2000 S.D DESEMBER 2000 MENJADI NIHIL
• - BESARNYA ANGSURAN UNTUK BULAN JANUARI 2001 DAN PEBRUARI 2001YAITU
NIHIL Puspenpa 2000 92
ANGSURAN PPh PASAL 25
APABILA DALAM TAHUN BERJALAN
DITERBITKAN skp UNTUK TAHUN
PAJAK YANG LALU
Pasal 25 ayat (4)

ANGSURAN PAJAK DIHITUNG KEMBALI BERDASARKAN skp TAHUN PAJAK YANG LALU,
BERLAKU MULAI BULAN BERIKUTNYA SETELAH BULAN PENERBITAN skp

CONTOH :

- BERDASARKAN SPT TAHUNAN PPH 2000, BESARNYA ANGSURAN PAJAK RP.


1.250.000,00
- JUNI 2001 DITERBITKAN SKP TAHUN 2000 MENGHASILKAN ANGSURAN SETIAP
BULAN RP. 2.000.000,00

* ANGSURAN PAJAK MULAI JULI 2001 SEBESAR Rp 2.000.000,00


93
ANGSURAN PPh PASAL 25 TAHUN
BERJALAN DALAM HAL-HAL TERTENTU
Pasal 25 ayat (6)

DIREKTUR JENDERAL PAJAK


BERWENANG

MENETAPKAN ANGSURAN PAJAK DALAM TAHUN BERJALAN APABILA :

WP BERHAK ATAS KOMPENSASI KERUGIAN


WP MEMPEROLEH PENGHASILAN TIDAK TERATUR
SPT TAHUNAN PPh TAHUN YG LALU DISAMPAIKAN SETELAH
LEWAT BATAS WAKTU YG DITENTUKAN
WP MEMBETULKAN SENDIRI SPT THNAN PPh YG MENGAKIBATKAN
ANGSURAN BULANAN LEBIH BESAR DARI ANGSURAN BULANAN
SEBELUM PEMBETULAN
WP DIBERIKAN PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PENYAMPAIAN
SPT TAHUNAN PPh
94
TERJADI PERUBAHAN KEADAAN USAHA ATAU KEGIATAN WP
Angsuran PPh Pasal 25 Bagi Wajib Pajak yang Memperoleh Penghasilan Tidak
Teratur
▫ Mengingat penghasilan yang tidak teratur belum tentu diterima lagi di
tahun berikutnya, maka penghasilan yang dipakai sebagai dasar
penghitungan angsuran PPh Pasal 25 dalam tahun berikutnya adalah
hanya berdasarkan penghasilan teratur
Angsuran PPh Pasal 25 WP Baru

penghasilan neto sebulan yang disetahunkan

dikurangi terlebih dahulu dengan PTKP

dikalikan tarif umum

dibagi 12
SPT PPh OP
SPT PPh OP
• Dari usaha/pekerjaan bebas
• penghasilan dari satu/lebih pemberi kerja
• Penghasilan yang dikenakan PPh Final/Bersifat Final
• Penghasilan Lain

1770
• Yang mempunyai penghasilan dari satu/lebih pemberi kerja
• Penghasilan DN lainnya
• Penghasilan yang dikenakan PPh Final/Bersifat Final

1770 S
• Yang mempunyai penghasilan dari satu pemberi kerja
• Penghasilan dibawah Rp. 60.000.000

1770 SS
Format
• Setor : Akhir Maret thn berikutnya
Tahunan
• Lapor : Akhir Maret thn berikutnya SPT
• Setor : Tgl 10 bln berikutnya
Masa
• Lapor : Tgl 20 bln berikutnya SPT
Setor dan Lapor

Anda mungkin juga menyukai