Diterima/Diperoleh
Subjek Pajak Penghasilan
dalam Tahun Pajak
Subjek Pajak Pasal 2 (1) UU PPh
Orang Pribadi
Badan
WP WP
DN LN
Dikenai PPh dari
penghasilan di Ina Dikenai PPh dari
dan dari luar Ina penghasilan dari Ina
ORANG PRIBADI
SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI
MULAI:
• SAAT DILAHIRKAN
• BERADA LBIH DARI 183 HARI ATAU BERNIAT TINGGAL DI INDONESIA
BERAKHIR:
• SAAT MENINGGAL DUNIA
• MENINGGALKAN INDONESIA UNTUK
SELAMA-
LAMANYA
MULAI DAN BERAKHIRNYA KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF
ORANG PRIBADI/BADAN
SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI
MULAI:
SAAT MENERIMA/MEMPEROLEH PENGHASILAN DI INDONESIA
BERAKHIR:
SAAT TIDAK LAGI MENERIMA/MEMPEROLEH
PENGHASILAN DI INDONESIA
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF WARISAN YANG BELUM TERBAGI &
WP OP DALAM BAGIAN TAHUN PAJAK
MULAI:
SAAT MENINGGALNYA PEWARIS YG
MENINGGALKAN WARISAN
BERAKHIR:
SAAT WARISAN SELESAI DIBAGI
13
OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)
P E N G H A S I LA N
Subjek
Pajak
Wajib Pajak
Objek
Pajak
Klasifikasi Penghasilan
Penghasilan
Laba usaha
Premi asuransi
pajak yang
dibayar
tidak dapat
dikreditkan
penghasilan tidak
dihitung kembali
pada saat
penghitungan
pajak akhir tahun
Penghasilan Dikenai Pajak Bersifat Final (1)
No Jenis Penghasilan Tarif DPP Peraturan
1 Bunga deposito, 10% untuk deposito dengan jangka waktu 1 bln USD Jumlah Bruto PP 131/2000
tabungan, & diskonto 7,5% untuk deposito dengan jangka waktu 3 bln dev.hsl dipebarui
SBI exp dengna PP no
2,5% untuk deposito dengan jangka waktu 6 bln di bank 123 tahun 2015
ina
0% untuk deposito dng jangka waktu > 6 bln
7,5% untuk deposito dengan jangka wktu 1 bln Rp
5% untuk deposito dengan jangka waktu 3 bln dev.hsl
exp
0% untuk deposito dengan jangka wktu 6 bln/> di bank
ina
20%
2 Hadiah Undian 25% Jumlah Bruto PP 132/2000
3 Bunga simpanan • 0% (s.d Rp 240.000) Jumlah Bruto PP 15/2009
Koperasi • 10% (> Rp 240.000)
4 Bunga Obligasi Bunga Obligasi jumlah bruto bunga PP16/2009
• 15% (WP DN dan BUT) diperbarui
• 20%/tarif P3B (WP LN) dengan PP
100/2013
diskonto dari Obligasi dengan kupon selisih lebih harga jual/nilai
• 15% (WP DN dan BUT) nominal di atas harga
• 20%/tarif P3B (WP LN) perolehan (bunga)
diskonto dari Obligasi tanpa bunga selisih lebih harga jual /nilai
• 15% (WP DN dan BUT) nominal di atas harga
Penghasilan Dikenai Pajak Bersifat Final (2)
5 Penjualan Saham di 0,1% (bukan saham pendiri) Nilai transaksi penjualan PP 14/1997
Bursa Efek
warisan
Sedarah
Kesamping 1 Derajat Saudara Kandung
Hubungan
Keluarga Lurus 1 derjat Mertua, Anak Tiri
Semenda
PTKP
Kesamping 1 Derajat Ipar
Anak Angkat
(Blm Dewasa,
menjadi tanggungan
Sepenuhnya)
4 Rp 4,500,000 Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis
keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak
untuk 3 orang
Penetapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak
Warisan yang belum terbagi tidak mendapat PTKP
PTKP ditetapkan dengan PMK
Dasar Pengenaan Pajak (DPP) dan Penghasilan Kena Pajak (PKP)
Orang Pribadi
Karyawan Ushawan
Dipotong Perusahaan
Perkiraan
Penghasilan Netto Gaji Bersih Pembukuan
Norma
Penghasilan Kena
Dikurangi PTKP
Pajak (PKP)
Perhitungan
Pengenaan PPh Tarif PPh Orang Pribadi
PEMBUKUAN-PENCATATAN
Pembukuan menurut UU Pajak (Pasal 28 UU KUP)
Norma Penghitungan
Penghasilan Neto
“
Kerugian :
▫ Dianggap selalu untung dan tidak mungkin
rugi
▫ Mempunyai rIsiko tarif norma lebih tinggi
daripada penghitungan normal
PETUNJUK PELAKSANAAN PENCATATAN BAGI WP OP :
PERDIRJEN NO: PER – 4/PJ/2009
TARIF NORMA
over under
2. PEMBUKUAN
4. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar
oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak
yang bersangkutan;
5. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan
dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi
seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan
di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
6. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau
kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan yang dilakukan;
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (4)
7. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b,
kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)
huruf i sampai dengan huruf m serta zakat yang diterima oleh badan
amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan
oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib
bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah,
yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah;
8. Pajak Penghasilan
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (5)
11. sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi
pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan
perundangundangan di bidang perpajakan.
PENGHITUNGAN PAJAK
Menghitung Penghasilan Kena Pajak (PKP)
Pengurang Penghasilan
yang diperbolehkan
(WP Karyawan)
1. Biaya Jabatan , khusus untuk Peg. Tetap:
- Tanpa melihat memiliki jabatan atau tidak
- Besarnya 5% dari Penghasilan Bruto
maksimum Rp 6.000.000 setahun atau Rp
500.000 sebulan (PMK250/PMK.03/2008)
2. Iuran Pensiun dan THT
▫ Iuran Pensiun dan THT
- Yang dibayar pegawai
- Yayasan dana pensiun yang di setujui
menteri keuangan
-
3. Biaya Pensiun
WP ORANG PRIBADI
LAPISAN PKP TARIF PAJAK
• - s/d Rp 50.000.000. 5%
• Rp 50 juta s/d Rp 250 juta 15%
• DIATAS Rp 250 juta s/d Rp 500 juta 25%
• DIATAS Rp 500 juta Dikenakan 30%
Menghitung PPh Kurang/Lebih bayar
PPh Terutang
X
Kredit Pajak + PPh yang dibayar sendiri
=
PPh Kurang/Lebih Bayar
Kredit Pajak
Pengh. LN
MKPLN = X PPh Terutang
PKP
PPh Yang Dibayar Sendiri
Tdk dpt
Dikreditkan maupun
dibiayakan
PENGGABUNGAN PENGHASILAN
KELUARGA
KELUARGA MERUPAKAN SATU KESATUAN EKONOMIS
PENGHASILAN
KEPALA KELUARGA
PENGHASILAN ATAU KERUGIAN
BAGI WANITA KAWIN
Pasal 8 ayat (1)
KECUALI
PENGHASILAN ISTRI DIPEROLEH DARI SATU PEMBERI KERJA:
1. PENGHASILAN TSB SEMATA-MATA DITERIMA ATAU DIPEROLEH
DARI SATU PEMBERI KERJA YG TELAH DIPOTONG PPh
PASAL 21, DAN
2. PEKERJAAN TSB TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN USAHA
ATAU PEKERJAAN BEBAS SUAMI ATAU ANGGOTA KELUARGA
LAINNYA
CONTOH PENGHASILAN KELUARGA
BILA Ny. Yono, SELAIN MENJADI PEGAWAI JUGA MEMPUNYAI USAHA BUTIK DGN
PENGHASILAN SEBESAR Rp 100JT, MAKA SELURUH PENGH. Ny. Yono SEBESAR Rp
125JT (25JT + 100JT) DIGABUNGKAN DGN PENGH. TN Yono. DGN DEMIKIAN TOTAL
PENGHASILAN KELUARGA Yono YG DIKENAKAN PPh SEBESAR Rp 325JT
((POTONGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN ISTRI DAPAT DIKREDITKAN (TIDAK
BERSIFAT FINAL) DLM SPT TAHUNAN PPh ))
Ph Yg Masuk Dlm
CONTOH : Penghitungan PKP Pada
NO SUAMI ISTRI SPT
Akhir Tahun
1 Pegawai Pegawai Suami 1770S/SS
2 Pegawai Wiraswasta Suami + Istri 1770
3 Wiraswasta Pegawai Suami 1770
4 Pegawai Pegawai & Suami + Istri 1770
Wiraswasta
5 - Pegawai ------ 1770S/SS
6 - Pegawai & Istri 1770
Wiraswasta
SUAMI-ISTRI DIKENAKAN PAJAK
SECARA TERPISAH
Pasal 8 ayat (2) dan (3)
DIGABUNG DENGAN
PENGHASILAN ORANG TUA NYA
KECUALI
PENGHASILAN DARI PEKERJAAN YANG ADA HUBUNGANNYA DENGAN
USAHA
ORANG YANG MEMPUNYAI
HUBUNGAN ISTIMEWA
ANGSURAN PPh PASAL 25
ANGSURAN PAJAK DALAM TAHUN BERJALAN
Pasal 25 ayat (1)
DIKURANGI
PPh YANG PPh YANG
DIPOTONG ATAU TERUTANG ATAU DIBAYAR
DIPUNGUT : DI LUAR NEGERI YANG BOLEH
PPh PSL 21 DIKREDITKAN
PPh PSL 22 (PPh PSL 24)
PPh PSL 23 DIBAGI
12 (DUA BELAS) ATAU BANYAKNYA BULAN
DALAM BAGIAN TAHUN PAJAK 91
ANGSURAN BULANAN UNTUK BULAN SEBELUM BATAS WAKTU
PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh
Pasal 25 ayat (2)
CONTOH :
- SPT TAHUNAN PPh 2000 DISAMPAIKAN MARET 2001 ANGSURAN PPh DESEMBER
2000 Rp 1.000.000,00. BESARNYA ANGSURAN UNTUK BULAN JANUARI 2001 DAN
PEBRUARI 2001 SEBESAR Rp 1.000.000,00
• - APABILA BULAN SEPTEMBER 2000 DITERBITKAN KEPUTUSAN PENGURANGAN
ANGSURAN PAJAK MENJADI NIHIL SEHINGGA ANGSURAN PAJAK SEJAK OKTOBER
2000 S.D DESEMBER 2000 MENJADI NIHIL
• - BESARNYA ANGSURAN UNTUK BULAN JANUARI 2001 DAN PEBRUARI 2001YAITU
NIHIL Puspenpa 2000 92
ANGSURAN PPh PASAL 25
APABILA DALAM TAHUN BERJALAN
DITERBITKAN skp UNTUK TAHUN
PAJAK YANG LALU
Pasal 25 ayat (4)
ANGSURAN PAJAK DIHITUNG KEMBALI BERDASARKAN skp TAHUN PAJAK YANG LALU,
BERLAKU MULAI BULAN BERIKUTNYA SETELAH BULAN PENERBITAN skp
CONTOH :
dibagi 12
SPT PPh OP
SPT PPh OP
• Dari usaha/pekerjaan bebas
• penghasilan dari satu/lebih pemberi kerja
• Penghasilan yang dikenakan PPh Final/Bersifat Final
• Penghasilan Lain
1770
• Yang mempunyai penghasilan dari satu/lebih pemberi kerja
• Penghasilan DN lainnya
• Penghasilan yang dikenakan PPh Final/Bersifat Final
1770 S
• Yang mempunyai penghasilan dari satu pemberi kerja
• Penghasilan dibawah Rp. 60.000.000
1770 SS
Format
• Setor : Akhir Maret thn berikutnya
Tahunan
• Lapor : Akhir Maret thn berikutnya SPT
• Setor : Tgl 10 bln berikutnya
Masa
• Lapor : Tgl 20 bln berikutnya SPT
Setor dan Lapor