Page 1
Outline
Subjek Pajak
Objek Pajak
Pembukuan - Pencatatan
Penghitungan Pajak
SPT PPh OP
Page 2
Dasar Hukum
Page 3
SUBJEK PAJAK
Page 4
PPh dikenakan terhadap.? (Pasal 1 UU KUP)
Page 5
Subjek Pajak Pasal 2 (1) UU PPh
Page 6
Subjek Pajak Pasal 2 ayat (2) UU KUP
Subjek Pajak
Subjek Pajak Luar
Dalam Negeri
Negeri (SPLN)
(SPDN)
Page 7
SPDN Vs SPLN
Subjek
Pajak
Wajib Pajak
Objek
Pajak
Page 9
Perbedaan WP DN dan WP LN
WP WP
Dikenai PPh dari
DN penghasilan di Ina dan
dari luar Ina
LN Dikenai PPh dari
penghasilan dari Ina
Page 10
g berhak:
Warisan yang belum terbagi
i sebagai SPDN
ng tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui suatu BUT di Indone
ajak atas penghasilan yang diterima melekat pada objeknya
Page 11
BUT (Bentuk Usaha Tetap)
Page 12
angka waktu 12 bulan
mpat kedudukan di Ina yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di I
nakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan usaha
Page 13
Tidak Termasuk Subjek Pajak OP
ang bekerja dan bertempat tinggal bersama-sama mereka
silan di luar jabatan atau pekerjaannya
Page 14
MULAI DAN BERAKHIRNYA
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF
ORANG
SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI PRIBADI
MULAI:
SAAT DILAHIRKAN
BERADA ATAU BERNIAT TINGGAL DI INDONESIA
BERAKHIR:
SAAT MENINGGAL DUNIA
MENINGGALKAN INDONESIA UNTUK SELAMA-
LAMANYA
Page 15
MULAI DAN BERAKHIRNYA
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF
ORANG
PRIBADI/BADAN
BERAKHIR:
SAAT TIDAK LAGI MENJALANKAN USAHA
TIDAK MELAKUKAN KEGIATAN MELALUI BUT
Page 16
MULAI DAN BERAKHIRNYA KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF
ORANG
PRIBADI/BADAN
SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI
MULAI:
SAAT MENERIMA/MEMPEROLEH PENGHASILAN DI INDONESIA
BERAKHIR:
SAAT TIDAK LAGI MENERIMA/MEMPEROLEH PENGHASIL
Page 17
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF WARISAN YANG BELUM TERBAGI &
WP OP DALAM BAGIAN TAHUN PAJAK
MULAI:
SAAT TIMBULNYA WARISAN
BERAKHIR:
SAAT WARISAN SELESAI DIBAGI
Page 19
OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)
PENGHASILAN
Page 20
Klasifikasi Penghasilan
Penghasilan
Page 21
PENGHASILAN MENURUT PAJAK DAN PELAPORANNYA
DALAM SPT TAHUNAN PPh OP
Penghasilan
(income/revenue)
Objek PPh Dikecualikan Sbg Objek Objek PPh Final Bukan Objek
Psl. 4 (1) Pph Psl. 4 (1) Huruf K Psl. 4 (2) PPh Psl. 4 (3)
Sesuai UU Tidak
Sesuai UU
over under
Page 22
Dikenai Tarif Umum Pasal 17
Page 23
Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (1)
n, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, /imbalan dlm bentuk lainnya, kec. ditentukan lain dlm UU ini
Page 24
Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (2)
ai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak
embalian utang
Page 25
Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (3)
(Rp 350 juta dan termasuk kriteria debitur kecil/PP130/2000) yang ditetapkan dengan PP
Page 26
Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (4)
Page 27
Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (5)
berbasis syariah
Page 28
Dikenai Pajak Bersifat Final
Page 29
pada saat penghitungan
Konsekuensi pajak akhir
Pengenaan PPh tahun
Final
editkan
jadi pengurang
Page 30
Penghasilan Dikenai Pajak Bersifat Final (1)
No Jenis Tarif DPP Peraturan
Penghasilan
1 Bunga deposito, 20% Jumlah Bruto PP 131/2000
tabungan, &
diskonto SBI
2 Hadiah Undian 25% Jumlah Bruto PP 132/2000
3 Bunga simpanan 0% (s.d Rp 240.000) Jumlah Bruto PP 15/2009
Koperasi 10% (> Rp 240.000)
4 Bunga Obligasi Bunga Obligasi jumlah bruto bunga PP16/2009
15% (WP DN dan BUT)
20%/tarif P3B (WP LN)
diskonto dari Obligasi dengan kupon selisih lebih harga
15% (WP DN dan BUT) jual/nilai nominal di
20%/tarif P3B (WP LN) atas harga perolehan
(bunga)
diskonto dari Obligasi tanpa bunga selisih lebih harga jual
15% (WP DN dan BUT) /nilai nominal di atas
20%/tarif P3B (WP LN) harga perolehan /
bunga dan/atau diskonto dari Obligasi yang
diterima dan/atau diperoleh Wajib Pajak
reksadana yang terdaftar pada Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan
0% 2009 2010
Page 31 5% 2011 2013
15% 2014
Penghasilan Dikenai Pajak Bersifat Final (2)
Page 33
Dikecualikan dari Objek Pajak (1)
Page 34
Dikecualikan dari Objek Pajak (2)
bentuk natura dan/atau kenikmatan
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan s
Dari R/E
Page 35
Dikecualikan dari Objek Pajak (3)
an Keputusan Menteri Keuangan
ham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontr
yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat
Page 36
Dikecualikan dari Objek Pajak (4)
ginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pen
Page 37
Objek Pajak BUT
Page 38
Objek Pajak BUT
n jasa di Ina yang sejenis dengan yang dijalankan atau dilakukan oleh BUT di Ina
ang terdapat hubungan efektif antara BUT dengan harta atau kegiatan yang memberikan penghasilan dimaksud
Page 39
Pengurang Penghasilan BUT
Page 40
Benefit in cash vs Benefit in kind
Page 41
OBJEK PAJAK - HADIAH
Page 42
PEMBUKUAN-
PENCATATAN
Page 43
Pembukuan menurut UU Pajak (Pasal 28 UU KUP)
Pengecualian WP OP Norma
(peredaran < Rp 4,8 miliar)
(Tetap Wajib Pencatatan) WP OP tidak
melakukan kegiatan
usaha/pekerjaan
bebas
Page 44
Sanksi terkait Pembukuan
Sanksi Administratif (Pasal 13 ayat (3) UU KUP)
6
Page 46
PENGGUNAAN NORMA PENGHITUNGAN
Pasal 14 ayat (2), (3) dan (4)
Norma Penghitungan
Penghasilan Neto
Page 47
PENGGUNAAN
NORMA PENGHITUNGAN
Pasal 14 ayat (5)
WAJIB PAJAK
PENGHASILAN NETO
DIHITUNG
MENGGUNAKAN NPPN
DAN PEREDARAN BRUTONYA DIHITUNG
Page 48 CARA LAIN YANG DITETAPKAN KEPMENKEU
PERBANDINGAN
Kerugian :
Dianggap selalu untung dan tidak mungkin rugi
Mempunyai rIsiko tarif norma lebih tinggi daripada
penghitungan normal
Page 49
TARIF NORMA
Page 50
PENGURANG PENGHASILAN BRUTO
Page 51
Rekonsiliasi Fiskal Biaya
Beban
(cost/expense)
over under
Page 52
BIAYA YANG DIPERBOLEHKAN MENJADI
PENGURANG PENGHASILAN BRUTO
Page 53
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (1)
Page 54
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (2)
Page 55
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (3)
Page 56
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (4)
Page 57
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (5)
Page 58
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (6)
Page 59
KOMPENSASI KERUGIAN
2. PEMBUKUAN
Page 60
KOMPENSASI KERUGIAN
Pasal 6 ayat (2) dan PP 34 Tahun 1994
Page 62
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (1)
Page 63
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (2)
Page 64
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (3)
8. Pajak Penghasilan
Page 66
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (5)
Page 67
Topik-Topik Khusus
Pengurang Penghasilan Bruto
Page 68
PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL
Page 69
Apa Yang Dapat diSusutkan/Diamortisasi ?
Aktiva Tetap:
harta perusahaan yang dimiliki untuk menciptakan
penghasilan dan mempunyai masa manfaat (umur ekonomis)
lebih dari satu tahun. Terhadap aktiva ini diperkenankan
untuk dilakukan alokasi pembebanan biaya melalui
penyusutan dan dibebankan sebagai pengurang penghasilan
bruto.
Page 70
Kapan ?
Page 71
Harga Perolehan (1)
an untuk mendapatkan harta yang bersangkutan
a dikeluarkan (harga pasar wajar)
Page 72
Harga Perolehan (2)
Page 73
Harga Perolehan (3)
Nilai sisa buku fiskal harta yang bersangkutan atau nilai yang
ditetapkan oleh Dirjen Pajak, dalam hal harta tersebut diperoleh karena
sumbangan, bantuan, zakat, hibah serta warisan yang memenuhi
syarat Pasal 4 ayat (3) huruf a dan b Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008.
Nilai pasar dari harta yang bersangkutan, dalam hal harta tersebut
diperoleh dalam rangka setoran modal sebagai pengganti saham atau
penyertaan modal (Pasal 4 ayat (3) huruf c Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008).
Harga perolehan aktiva yang dibangun sendiri :
Yaitu biaya-biaya untuk membangun atau membuat aktiva tersebut, dimana
harus dikeluarkan (dikoreksi) unsur-unsur biaya yang menurut ketentuan
fiskal tidak dapat dibebankan (non deductible).
Dalam hal aktiva tersebut dibangun dengan dana yang berasal dari
pinjaman, biaya bunga pinjaman tersebut harus dikapitalisir dalam harga
perolehan aktiva yang bersangkutan (menjadi unsur harga perolehan).
Page 74
Metode Penyusutan
Page 75
Klasifikasi Aktiva Tetap
Permanen (20
th)
Bangunan Tidak
Permanen (10
th)
Aktiva
Tetap I (4 th)
II (8 th)
Bukan
Bangunan
III (16 th)
- KELOMPOK 1 4 THN 25 % 50 %
- KELOMPOK 2 8 THN 12,5 % 25 %
- KELOMPOK 3 16 THN 6,25 % 12,5 %
- KELOMPOK 4 20 THN 5 % 10 %
TARIF BERDASARKAN KELOMPOK
HARTA ATAU DIBEBANKAN
1. BIAYA PENDIRIAN
SEKALIGUS PADA TAHUN
2. BIAYA PERLUASAN MODAL
TERJADINYA PENGELUARAN
Page 78
ISU PERPAJAKAN TERKAIT INVENTORY
Page 79
Contoh : AVERAGE
(Penjelasan Pasal 10 ayat (6) UU 17 / 2000
Rp 2,150 Rp 1,075
Page 80
Contoh : FIFO
(Penjelasan Pasal 10 ayat (6) UU 17 / 2000
Page 81
Contoh : LIFO
(Tidak Diperkenankan UU 17 / 2000)
Rp 2,325 Rp 900
Page 82
FIFO, AVERAGE & LIFO
Comparison
Page 84
BIAYA BUNGA (1)
BIAYA BUNGA
Page 85
BIAYA BUNGA (2)
Apabila terdapat penempatan deposito/
tabungan yang dananya langsung/tidak
langsung berasal dari dana pinjaman yang
dibebani bunga, maka
Apabila jumlah rata-rata pinjaman sama besarnya
atau lebih kecil dibanding jumlah rata-rata deposito
atau tabungan, maka bunga atas pinjaman tersebut
seluruhnya tidak dapat dikurangkan sebagai
biaya
Apabila jumlah rata-rata pinjaman lebih besar
dibanding jumlah rata-rata deposito atau tabungan,
maka bunga atas pinjaman yang boleh
dikurangkan sebagai biaya adalah biaya bunga
atas selisih antara jumlah rata-rata pinjaman
dengan jumlah rata-rata deposito atau tabungan.
Misalnya ;
Jumlah rata-rata pinjaman dalam 1 tahun =Rp 150.000.000,00
Jumlah rata-rata deposito dalam 1 tahun =Rp 40.000.00000
Bunga pinjaman seluruhnya =Rp 30.000.000,00
Bunga pinjaman yang dapat dikurangkan sebagai biaya
= {(150 juta - 40 juta) / 150 juta} x Rp 30 juta = Rp 22 Juta.
Page 86
Biaya Entertainment
Page 87
Selisih Kurs Mata Uang Asing
1% L
5% DPK
15% KL
50% DIRAGUKAN
100% MACET
Page 89
Pembentukan Cadangan-(SGU hak opsi, Asuransi dan Pertambangan)
Pembentukan Cadangan-Asuransi
Kerugian
40% dari premi tanggungan sendiri
Pembentukan Cadangan-Pertambangan
metode satuan produksi atas dasar taksiran biaya reklamasi
Page 90
Penggantian Imbalan Dalam Bentuk Natura
Dapat dikurangkan:
makan dan minum bagi seluruh pegawai
tempat tinggal, termasuk perumahan bagi pegawai dan
keluarganya, sepanjang di lokasi bekerja tersebut tidak
ada tempat tinggal yang dapat disewa
pelayanan kesehatan, sepanjang dilokasi bekerja
tersebut tidak ada sarana kesehatan
pendidikan bagi pegawai dan keluarganya, sepanjang
di lokasi bekerja tersebut tidak ada sarana pendidikan
yang setara;
pengangkutan bagi pegawai di Lokasi bekerja,
sedangkan pengangkutan anggota keluarga dari
pegawai yang bersangkutan terbatas pada
pengangkutan sehubungan dengan kedatangan
pertama ke Iokasi bekerja dan kepergian pegawai dan
keluarganya karena terhentinya hubungan kerja;
olahraga bagi pegawai dan keluarganya tidak termasuk
golf, boating dan pacuan kuda, sepanjang di Iokasi
bekerja tersebut tidak tersedia sarana dimaksud.
Page 91
Biaya Pemakaian Ponsel & Kendaraan
PONSEL
Biaya Pembelian: Penyusutan kelompok I 50%
Biaya Pulsa : Biaya Rutin 50%
KENDARAAN SEDAN
Page 92
Biaya Perolehan Software
Page 93
Sumbangan (PP 1993/2010)
Page 94
Syarat Sumbangan (PP 1993/2010)
Page 95
Ketentuan terkait Sumbangan (PP 1993/2010)
al Tahun Pajak sebelumnya
pada pihak yang mempunyai hubungan istimewa
barang
kan hanya dalam bentuk sarana dan/atau prasarana
back
Page 96
PENGHITUNGAN
PAJAK
Page 97
Menghitung Penghasilan Kena Pajak (PKP)
Page 98
PENGHASILAN KENA PAJAK (PKP)
Pasal 16 ayat (1), (2), (3) dan (4)
PENGHASILAN DIKURANGI
PKP BAGI
DGN BIAYA YG DIPERKENANKAN ,
WP BUT
KOMPENSASI KERUGIAN
Page 99
Pengurang Penghasilan
yang diperbolehkan
(WP Karyawan)
1. Biaya Jabatan , khusus untuk Peg. Tetap:
- Tanpa melihat memiliki jabatan atau tidak
- Besarnya 5% dari Penghasilan Bruto
maksimum Rp 6.000.000 setahun atau
Rp 500.000 sebulan (PMK250/PMK.03/2008)
Page 104
PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak)
Page 105
PTKP
Dasar Hukum
No. Keterangan Psl. 7
PMK-162/2012 PMK-122/2015
UU No. 36 /2008
1 diri sendiri 15.840.000 24.300.000 36.000.000
2 Tambahan WP yg kawin 1.320.000 2.025.000 3.000.000
Istri yang penghasilannya
3 digabung dengan 15.840.000 24.300.000 36.000.000
penghasilan suami
Anggota keluarga
4 (sedarah/semenda) dlm garis 1.320.000 2.025.000 3.000.000
keturunan lurus
Berlaku sejak 1 Januari 2009 Januari 2013 2015
PPh OP, Ps. 21 PPh OP, Ps. 21
Page 106
TANGGUNGAN SEBAGAI PTKP
Yang dapat menjadi tanggungan sebagai PTKP Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi
dalam perhitungan PPh Orang Pribadi dan PPh Pasal 21 adalah :
a. Diri sendiri (Orang Pribadi)
b. Isteri
c. Dalam hal wanita kawin apabila dapat menunjukan keterangan tertulis dari
pemerintah daerah setempat serendah-rendahnya kecamatan yang menyatakan
suaminya tidak menerima atau memperoleh penghasilan, maka suami dapat
menjadi tanggungannya.
d. Orang Tua Kandung
e. Mertua
f. Anak Kandung
g. Anak Angkat
h. Anak Tiri
Page 107
Menghitung PPh Terutang
Page 108
Penghasilan Kena Pajak
(dibulatkan ke bawah dalam ribuan Rupiah penuh)
X
Tarif PPh
=
PPh Terutang
(ditambah dengan Pengembalian PPh Pasal 24 yang telah dikreditkan)
Page 109
TARIF PAJAK
WP ORANG PRIBADI
LAPISAN PKP TARIF PAJAK
- s/d Rp 50.000.000. 5%
Rp 50 juta s/d Rp 250 juta 15%
DIATAS Rp 250 juta s/d Rp 500 juta 25%
DIATAS Rp 500 juta Dikenakan 30%
Page 110
Menghitung PPh Kurang/Lebih bayar
Page 111
Ph yang dibayar sendiri
ih Bayar
Page 112
Kredit Pajak
PPh Psl. 21
PPh Psl. 22 dikreditkan berdasarkan
PPh Psl. 23 bukti pemotongan pajak,
(bukan PPh Final)
PPh Psl. 24
Page 114
PPh Pasal 21
Page 116
PPh Pasal 24
Page 117
PPh Pasal 24
Pengh. LN
MKPLN = X PPh Terutang
PKP
Page 118
PPh Pasal 24
Persyaratan Administratif
119
Page 119
Contoh Penghitungan 1
Ferry Salim, di Jakarta, memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2013 sebagai berikut :
Penghasilan neto dalam negeri Rp. 1.500.000.000,00
Penghasilan netoluar negeri Rp. 1.000.000.000,00 (dengan tarif pajak 20%)
Rugi usaha di luar negeri (Rp.200.000.000,00 ]
Oleh karena batas maksimum kredit pajak luar negeri sebesar Rp.291.250.000,00 lebih
besar dari jumlah pajak luar negeri yang terutang atau dibayar di luar negeri yaitu sebesar
Rp.200.000.000,00, maka jumlah kredit pajak luar negeri yang diperkenankan adalah
sebesar Rp.200.000.000,00.
Page 120
PPh Yang Dibayar Sendiri
Page 121
Surat Tagihan Pajak (STP) PPh Pasal 25
Jumlah 2.080.000
Tdk dpt
Dikreditkan
maupun
dibiayakan
Page 122
PENGGABUNGAN PENGHASILAN
KELUARGA
Page 123
KELUARGA MERUPAKAN SATU KESATUAN EKONOMIS
PENGHASILAN ANAK
PENGHASILAN ISTRI YANG BELUM
DEWASA
PENGHASILAN
KEPALA KELUARGA
Page 124
PENGGABUNGAN PENGHASILAN
(Pasal 8 UU PPh)
Seluruh Penghasilan isteri dan anak yang belum dewasa digabung dengan
penghasilan kepala keluarga.
Anak yang belum dewasa Anak yang belum berumur 18 tahun dan
belum pernah menikah 125
Page 125
PENGHASILAN ATAU KERUGIAN
BAGI WANITA KAWIN
Pasal 8 ayat (1)
KECUALI
PENGHASILAN ISTRI DIPEROLEH DARI SATU PEMBERI KERJA:
1. PENGHASILAN TSB SEMATA-MATA DITERIMA ATAU DIPEROLEH
DARI SATU PEMBERI KERJA YG TELAH DIPOTONG PPh
PASAL 21, DAN
2. PEKERJAAN TSB TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN USAHA
ATAU PEKERJAAN BEBAS SUAMI ATAU ANGGOTA KELUARGA
LAINNYA
Page 126
PPh ATAS PENGHASILAN ISTERI
DIKENAKAN TERPISAH
Bersifat Final
- hanya dari 1 pemberi kerja;
- telah dipotong PPh Psl 21; dan
- pekerjaan tersebut tidak ada hubungannya dengan usaha atau pekerjaan bebas
suami atau anggota keluarga lainnya;
(Psl. 8 ayat (1) UU PPh).
Penghasilan neto suami istri pada angka 2 dan 3 dikenai pajak berdasarkan
penggabungan penghasilan neto suami istri dan besarnya pajak yang harus
dilunasi oleh masing-masing suami istri dihitung sesuai dengan perbandingan
penghasilan neto.
127
Page 127
CONTOH PENGHASILAN KELUARGA
BILA Ny. Yono, SELAIN MENJADI PEGAWAI JUGA MEMPUNYAI USAHA BUTIK DGN
PENGHASILAN SEBESAR Rp 100JT, MAKA SELURUH PENGH. Ny. Yono SEBESAR Rp
125JT (25JT + 100JT) DIGABUNGKAN DGN PENGH. TN Yono. DGN DEMIKIAN TOTAL
PENGHASILAN KELUARGA Yono YG DIKENAKAN PPh SEBESAR Rp 325JT
((POTONGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN ISTRI DAPAT DIKREDITKAN (TIDAK
BERSIFAT FINAL) DLM SPT TAHUNAN PPh ))
Page 128
Contoh 1
Page 129
Contoh 2
Page 130
CONTOH PENGHITUNGAN ISTERI TERPISAH
Wajib Pajak A yang memperoleh penghasilan neto dari usaha sebesar Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah) per tahun mempunyai seorang isteri yang menjadi pegawai dengan
penghasilan neto sebesar Rp70.000.000,00 (tujuh puluh juta rupiah) per tahun. Selain
menjadi pegawai, isteri A juga menjalankan usaha salon kecantikan dengan penghasilan neto
sebesar Rp80.000.000,00 (delapan puluh juta rupiah) per tahun.
Seluruh penghasilan isteri sebesar Rp150.000.000,00 (Rp70.000.000,00 + Rp80.000.000,00)
digabungkan dengan penghasilan A. Dengan penggabungan tersebut, A dikenai pajak atas
penghasilan neto sebesar Rp250.000.000,00 (Rp100.000.000,00 + Rp70.000.000,00 +
Rp80.000.000,00).
Misalnya, pajak yang terutang atas jumlah penghasilan tersebut adalah sebesar
Rp27.550.000,00 (dua puluh tujuh juta lima ratus lima puluh ribu rupiah) maka untuk masing-
masing suami dan isteri pengenaan pajaknya dihitung sebagai berikut:
MENGADAKAN PERJANJIAN
HIDUP BERPISAH PEMISAHAN HARTA DAN
PENGHASILAN SECARA
TERTULIS
Page 132
PENGHASILAN ANAK YANG
BELUM DEWASA (DI BAWAH 18 THN)
Pasal 8 ayat (4)
DIGABUNG DENGAN
PENGHASILAN ORANG TUA NYA
KECUALI
Page 133
CONTOH :
Ph Yg Masuk Dlm
NO SUAMI ISTRI Penghitungan PKP SPT
Pada Akhir Tahun
1 Pegawai Pegawai Suami 1770S/SS
2 Pegawai Wiraswasta Suami + Istri 1770
3 Wiraswasta Pegawai Suami 1770
4 Pegawai Pegawai & Suami + Istri 1770
Wiraswasta
5 - Pegawai ------ 1770S/SS
6 - Pegawai & Istri 1770
Wiraswasta
Page 134
ANGSURAN PPh PASAL
25
Page 135
ANGSURAN PAJAK DALAM TAHUN BERJALAN
Pasal 25 ayat (1)
DIKURANGI
Page 136
12 (DUA BELAS) ATAU BANYAKNYA BULAN 136
DALAM BAGIAN TAHUN PAJAK
Cara Menghitung PPh Pasal 25
Dikurangi
PPh yang dipungut/dipotong Pihak lain Pasal 21, 22 dan 23;
PPh yang dibayar/terutang di luar negeri Pasal 24.
Dibagi 12
PPh Pasal 25
Page 137
Contoh Penghitungan PPh Pasal 25
PPh terutang cfm SPT Tahunan Th 2014 Rp.50.000.000,00
Kredit Pajak Tahun 2014
- PPh Pasal 21 Rp.25.000.000,00
- PPh Pasal 22 Rp. 2.500.000,00
- PPh Pasal 23 Rp. 7.500.000,00
- PPh Pasal 25 Rp. 10.000.000,00
Jumlah Kredit Pajak (Rp.45.000.000,00)
PPh yang masih harus dibayar Rp. 5.000.000,00
CONTOH :
- SPT TAHUNAN PPh 2000 DISAMPAIKAN MARET 2001 ANGSURAN PPh DESEMBER 2000 Rp
1.000.000,00. BESARNYA ANGSURAN UNTUK BULAN JANUARI 2001 DAN PEBRUARI 2001
SEBESAR Rp 1.000.000,00
- - BESARNYA ANGSURAN UNTUK BULAN JANUARI 2001 DAN PEBRUARI 2001YAITU NIHIL
Page 139 Puspenpa 2000 139
ANGSURAN PPh PASAL 25
APABILA DALAM TAHUN BERJALAN
DITERBITKAN skp UNTUK TAHUN
PAJAK YANG LALU
Pasal 25 ayat (4)
ANGSURAN PAJAK DIHITUNG KEMBALI BERDASARKAN skp TAHUN PAJAK YANG LALU,
BERLAKU MULAI BULAN BERIKUTNYA SETELAH BULAN PENERBITAN skp
CONTOH :
Page 142
Angsuran PPh Pasal 25 Bagi Wajib Pajak yang Memperoleh Penghasilan
Tidak Teratur
Mengingat penghasilan
yang tidak teratur belum
tentu diterima lagi di tahun
berikutnya, maka
penghasilan yang dipakai
sebagai dasar
penghitungan angsuran
PPh Pasal 25 dalam
tahun berikutnya adalah
hanya berdasarkan
penghasilan teratur
Page 143
Angsuran PPh Pasal 25 WP Baru
ebulan yang disetahunkan
ahulu dengan PTKP
m
Page 144
LapAngsuran
Keuangan PPh Pasal
Triwulan 25 WP Bank dan SGU dengan Hak Opsi
Terakhir
n pajak lalu
Page 145
Angsuran PPh Pasal 25 WP BUMN/BUMD
Page 146
Angsuran
Lap KeuanganPPh Pasal
Berkala 25 WP Masuk Bursa
Terakhir
Page 147
ORANG PRIBADI
PENGUSAHA
TERTENTU
Page 148
WP OP Pengusaha Tertentu
bagai Pedagang Pengecer yang mempunyai 1 (satu) atau lebih tempat usaha
mpat tinggal
ri jumlah peredaran bruto setiap bulan dari masing-masing tempat usaha
Page 149
Page 150
SPT PPh OP
SPT PPh OP
Page 151
Setor dan Lapor
Page 152
Format
Yang mempunyai
penghasilan dari
satu pemberi kerja
1770 SS Tidak punya
penghasilan lain
kec bunga
Yang mempunyai
bank/koperasi
penghasilan dari
satu/lebih pemberi
kerja
1770 S Penghasilan DN
lainnya
Dari
Penghasilan yang
usaha/pekerjaan
dikenakan PPh
bebas
Final/Bersifat Final
penghasilan dari
satu/lebih pemberi
1770 kerja
Penghasilan yang
dikenakan PPh
Final/Bersifat Final
Penghasilan Lain
Page 153