PENGHASILAN
BADAN
SUBSTANSI KLASTER KEMUDAHAN BERUSAHA:
BIDANG PERPAJAKAN
PAJAK PENGHASILAN
SUBYEK OBYEK
CARA HITUNG
ORANG PRIBADI Subyek P
WARISAN BLM Pajak E
TERBAGI Dalam N
Negeri G TARIF X PENGHASILAN NETO
H
BADAN A
S
Subyek I TARIF X PENGHASILAN
pajak L BRUTO
luar A
BENTUK USAHA TETAP negeri N
SUBYEK PAJAK BADAN
Sekumpulan orang dan/ modal yang merupakan kesatuan,
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan
usaha yang meliputi :
• Perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya,
• BUMN, BUMD dg nama & bentuk apapun,
• Firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial
politik/organisasi yg sejenis, lembaga,
• BUT, & bentuk badan lainnya.
BADAN YANG DIKECUALIKAN
SEBAGAI SUBYEK PAJAK
(PASAL 3 UU PPH)
1. Badan perwakilan negara asing (Kedutaan Besar).
2. Cara Final
Tarif tertentu x Peredaran Bruto(Omset)
3. Cara Khusus
Tarif tertentu x Peredaran Bruto (Omset)
LANGKAH MENGHITUNG
PENGHASILAN PADA AKHIR
TAHUN
Identifikasi penghasilan
Identifikasi biaya
Warga negara asing yang telah menjadi subjek pajak dalam negeri dikenai Pajak
Penghasilan hanya atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari
Indonesia dengan ketentuan:
a. Memiliki keahlian tertentu; dan
b. Berlaku selama 4 tahun pajak yang dihitung sejak menjadi subjek pajak dalam
negeri.
Dikenakan PPh ats penghasilan baik berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia.
Pasal 4 ayat (3) huruf f
UU CIPTA KERJA PASAL 111 angka 1
Aturan sebelumnya
Deviden yang berasal dari luar negeri dan penghasilan setelah pajak dari
BUT di luar negeri tidak dikenakan PPh di Indonesia, dalam hal
diinvestasikan atau digunakan untuk mendukung kegiatan usaha lainnya di
wilayah NKRI dalam jangka waktu yang tertentu dan berasal dari:
• Perusahaan Go Public di Luar Negeri.
• Perusahaan Privat* di Luar Negeri.
*)Ketentuan:
a. Deviden yang diinvestasikan di Indonesia, tidak dikenai PPh.
b. Bila yang diinvestasikan < 30% laba setelah pajak Badan Usaha Luar Negeri, selisih dari 30% dikrangi
realisasi investasi di Indonesia (yang kurang dr 30%), dikenai PPh.
c. Sisa laba setelah pajak Badan Usaha Luar Negeri setelah dikurangi a&b, tidak dikenai PPh.
Aturan sebelumnya
Penghasilan tersebut dikenakan pajak di Indonesia dengan mekanisme pengkreditan pajak Luar Negeri apabila
telah di potong di Luar Negeri
Pasal 4 ayat (3) huruf f
UU CIPTA KERJA PASAL 111 angka 7
Penghasilan dari luar negeri tidak melalui Bentu Usaha Tetap tidak
dikenakan PPh di Indonesia, dalam hal diinvestasikan di wilayah NKRI
dalam jangka waktu tertentu dan memenuhi persyaratan:
*)Ketentuan:
a. Penghasilan berasal dari usaha aktif di luar negeri; dan
b. Bukan penghasilan dari perusahaan yang dimiliki di luar negeri.
Aturan sebelumnya
Penghasilan tersebut dikenakan pajak di Indonesia dengan mekanisme pengkreditan
pajak Luar Negeri apabila telah dipotong di Luar Negeri.
Pasal 4 ayat (3) huruf I &
UU CIPTA KERJA PASAL 111 huruf o
Aturan sebelumnya
• DEDUCTIBLE
EXPENSES (PASAL 6)
• NON DEDUCTIBLE
EXPENSES (PASAL 9)
IDENTIFIKASI KERUGIAN
TAHUN-TAHUN SEBELUMNYA
1
KERUGIAN YANG
DIKOMPENSASIKA 2
N TIDAK BOLEH
MELEBIHI LIMA
TAHUN
KOMPENSASI SESUAI 3
SURAT KETETAPAN
PAJAK YANG
DITERBITKAN KPP
(dalam hal sudah
dilakukan pemeriksaan) KOMPENSASI RUGI
SESUAI SPT TAHUNAN
TAHUN YANG
MENYATAKAN
KERUGIAN (bila belum
dilakukan pemeriksaan)
IDENTIFIKASI PPH YANG DIBAYAR/
DIPOTONG PIHAK LAIN DALAM
TAHUN BERJALAN
PPH PASAL 22 01
PPH PASAL 23 02
PPH PASAL 24 (KREDIT PAJAK LUAR 03
NEGERI)
PPH PASAL 25 (TERMASUK SURAT
TAGIHAN PAJAK ATAS POKOK PAJAKNYA 04
FISKAL LUAR NEGERI (UNTUK
KEPENTINGAN DINAS KARYAWAN) 05
FORMULA PERHITUNGAN
PPH BADAN SECARA UMUM
LABA BERSIH
RP. 30.000.000 LABA BERSIH
PROSES REKONSILIASI RP. 150.000.000
DIKENAKAN FINAL
Ps. 4(2)
Ps. 15 Konsekuensi PPh Final:
Ps. 19(1) • Penghasilan tidak digabungkan dengan yang
Ps. 21(1) dikenakan tarif umum
Ps. 22 • Pajak yang dibayar/dipotong/dipungut tidak
dapat dikreditkan
• Biaya terkait 3M tidak dapat dikurangkan dalam
menghitung penghasilan netto
PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPH FINAL
Jenis Penghasilan Dasar Hukum Tarif
Bunga Tabungan, PP 131 Th 2000 20%
Deposito, SBI
Penjualan saham bursa PP 41 Th 1994 stdtd PP 14 0,1% dari nilai transaksi
Th 1997 0,5% dari nilai saham saat penawaran perdana
4
5
1 2 3
DANA SASARAN
PESERTA RETURN
PENSIUN INVESTASI
j. dihapus;
k. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian
laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan
di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
1) merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam
sektor-sektor usaha yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan; dan
2) sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.
l. ………………..;
m. sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam
bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada
instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan
prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu
paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
Penerimaan 10 milyar
Pengeluaran 8 milyar Non Obyek Pajak, jika dalam 4 tahun dapat
Surplus 2 milyar dialokasikan dalam sarana/prasarana
n. ……………….
BIAYA YG DIKELUARKAN PERUSAHAAN
(NON DEDUCTIBLE)
DEDUCTIBLE EXPENSES
a. biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan PASAL 6
kegiatan usaha; UU PPH
b. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan
amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya
lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A;
c. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan;
d. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan
digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan;
e. kerugian selisih kurs mata uang asing;
f. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di
Indonesia;
g. biaya beasiswa, magang, dan pelatihan
DEDUCTIBLE EXPENSES
h. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat PASAL 6
1. telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial; UU PPH
2. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat
ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak;
3. telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri
atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau
adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan
piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum
atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya
telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu;
4. syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk
penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k;
i. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
DEDUCTIBLE EXPENSES
j. sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang PASAL 6
dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan UU PPH
Peraturan Pemerintah;
k. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya
diatur dengan Peraturan Pemerintah;
l. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Pemerintah;
m. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
YANG SUMBA
DIPERKENANKAN NGAN
PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN
PENANGGULANGAN BENCANA
NASIONAL (PP)
FASILITAS PENDIDIKAN
BIAYA PEMBNGUNAN
INFRASTRUKTUR SOSIAL
PEMBINAAN OLAHRAGA
BATAS SUMBANGAN DAN/ATAU BIAYA YANG DAPAT
DIKURANGKAN
Besarnya nilai sumbangan dan/atau biaya pembangunan infrastruktur
sosial yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk 1 (satu)
tahun
dibatasi tidak melebihi 5% dari penghasilan neto fiskal Tahun Pajak
sebelumnya.
Contoh:
Penghasilan neto fiskal Wajib Pajak adalah Rp60.000.000.000,00 maka jumlah
sumbangan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto yaitu maksimal 5% atau
sebesar Rp3.000.000.000,00.
Ps. 3 PP 93/2010
KONDISI SUMBANGAN DAN/ATAU BIAYA TIDAK DAPAT
DIKURANGKAN
Sumbangan tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi
pihak pemberi
apabila sumbangan dan/atau biaya diberikan kepada pihak yang
mempunyai hubungan istimewa sdd UU PPh.
Ps. 5 PP 93/2010
SYARAT BISA DIKURANGKAN
Biaya Promosi yang dikeluarkan kepada pihak lain dan merupakan objek
pemotongan Pajak Penghasilan wajib dilakukan pemotongan pajak
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
• Wajib Pajak wajib membuat daftar nominatif atas pengeluaran Biaya Promosi yang dikeluarkan kepada pihak
lain.
• Daftar nominatif tersebut dilaporkan sebagai lampiran saat Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan PPh
Badan.
• Dalam hal ketentuan ini tidak dipenuhi, Biaya Promosi tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
BIAYA PERJAMUAN/ ENTERTAIMENT SE-Dirjen Pajak
No.27/PJ.22/1986
tanggal 13 Juni 1986
• Biaya "entertainment", representasi, jamuan dan sejenisnya untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan pada dasarnya dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-undang Pajak Penghasilan.
• Wajib Pajak harus dapat membuktikan, bahwa biaya-biaya tersebut telah benar-benar
dikeluarkan (formal) dan benar ada hubungannya dengan kegiatan perusahaan untuk
mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan perusahaan (materiil).
• Oleh karena itu, Wajib Pajak yang mengurangkan biaya-biaya tersebut dari penghasilan
brutonya, sejak tahun pajak 1986 agar melampirkan pada Surat Pemberitahuan Tahunan
daftar nominatif seperti terlampir yang berisi :
Nomor urut., Tanggal "entertainment”, Nama tempat , Alamat, Jenis "entertainment”, Jumlah
(Rp);
Relasi usaha yang diberikan "entertainment“(- Nama, Posisi, Nama perusahaan, Jenis usaha)
PERMENKEU
BIAYA DALAM BENTUK NATURA/ NO.83/PMK.03/2009
KENIKMATAN TANGGAL 22 APRIL
2009
• Pemberian natura dan kenikmatan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
pemberi kerja dan bukan merupakan penghasilan bagi Pegawai yang
menerimanya adalah :
a. Pemberian atau penyediaan makanan dan/atau minuman bagi seluruh Pegawai
yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.
- pemberian makanan dan/atau minuman yang disediakan oleh
pemberi kerja di tempat kerja, atau
- pemberian kupon makanan dan/atau minuman bagi Pegawai yang
karena sifat pekerjaannya tidak dapat memanfaatkan pemberian
makan ditempat kerja, meliputi Pegawai bagian pemasaran, bagian
transportasi, dan dinas luar lainnya.
PERMENKEU
BIAYA DALAM BENTUK NATURA/ NO.83/PMK.03/2009
KENIKMATAN TANGGAL 22 APRIL
2009
b. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan yang diberikan
berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah tertentu dalam rangka
menunjang kebijakan pemerintah untuk mendorong pembangunan di daerah
tersebut.
- sarana tempat tinggal, termasuk perumahan bagi Pegawai dan keluarganya;
- sarana pelayanan kesehatan;
- sarana pendidikan bagi Pegawai dan keluarganya;
- sarana peribadatan;
- sarana pengangkutan bagi Pegawai dan keluarganya;
- sarana olahraga bagi Pegawai dan keluarganya tidak termasuk golf, power
boating, pacuan kuda, dan terbang layang,
sepanjang sarana dan fasilitas tersebut tidak tersedia, sehingga pemberi kerja
harus menyediakannya sendiri.
PERMENKEU
BIAYA DALAM BENTUK NATURA/ NO.83/PMK.03/2009
KENIKMATAN TANGGAL 22 APRIL
2009
Daerah tertentu adalah daerah yang secara ekonomis mempunyai potensi yang
layak dikembangkan tetapi keadaan prasarana ekonomi pada umumnya kurang
memadai dan sulit dijangkau oleh transportasi umum, baik melalui darat, laut
maupun udara, sehingga untuk mengubah potensi ekonomi yang tersedia
menjadi kekuatan ekonomi yang nyata, penanam modal menanggung risiko yang
cukup tinggi dan masa pengembalian yang relatif panjang, termasuk daerah
perairan laut yang mempunyai kedalaman lebih dari 50 (lima puluh) meter yang
dasar lautnya memiliki cadangan mineral.
c. Pemberian natura dan kenikmatan yang merupakan keharusan dalam
pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana keselamatan kerja atau karena sifat
pekerjaan tersebut mengharuskannya.
Meliputi pakaian dan peralatan untuk keselamatan kerja, pakaian seragam
petugas keamanan (satpam), sarana antar jemput Pegawai, serta penginapan
untuk awak kapal, dan yang sejenisnya.
AKTIVA PERUSAHAAN YANG DIKUASAI SE-DIRJEN PAJAK
NO.09/PJ.42/2002
PEGAWAI TANGGAL 17 MEI 2002
• Atas biaya perolehan atau pembelian telepon seluler yang dimiliki dan
dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau
pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% atas
penyusutan, pengisian ulang pulsa, dan perbaikannya.
• Atas biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar kendaraan sedan
atau yang sejenis yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai
tertentu karena jabatan atau pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya
perusahaan sebesar 50% atas penyusutan, biaya pemeliharaan atau perbaikan
rutin kendaraan dan pemakaian bahan bakarnya.
• Atas biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar kendaraan bus,
minibus, atau yang sejenis yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk
antar jemput para pegawai, dapat dibebankan seluruhnya sebagai biaya
perusahaan melalui penyusutan dan atas biaya pemeliharaan atau perbaikan
rutin kendaraan tersebut dapat dibebankan seluruhnya sebagai biaya rutin
perusahaan.
NON DEDUCTIBLE EXPENSES
PASAL 9 UU PPH
a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk dividen
yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa
hasil usaha koperasi;
b. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham,
sekutu, atau anggota;
c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali cadangan piutang tak tertagih untuk
usaha bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi, cadangan untuk usaha asuransi, dan
cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan, yang ketentuan dan syarat-syaratnya
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;
d. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh
pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang
bersangkutan;
NON DEDUCTIBLE EXPENSES
PASAL 9 UU PPH
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam
bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh
pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah
tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan;
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada
pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan
yang dilakukan;
g. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali zakat atas penghasilan yang nyata-nyata
dibayarkan oleh Wajib Pajak orang pribadi pemeluk agama Islam dan atau Wajib Pajak
badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah;
h. Pajak Penghasilan;
NON DEDUCTIBLE EXPENSES
PASAL 9 UU PPH
i. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang
yang menjadi tanggungannya;
j. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham;
k. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda
yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan.
Note:
Adanya perubahan cara bayar PPh dari PPh Final sesuai PP 46
menjadi PPh Umum tidak menghapus Hak Kompensasi Kerugian
yang berasal dari Tahun yang belum kadaluwarsa, kecuali Kerugian
yang timbul di tahun diterapkannya PPh Final (PP 46)
KOMPENSASI KERUGIAN
CONTOH
PT.A TAHUN 2012 MENDERITA KERUGIAN FISKAL SEBESAR
Rp 1.200.000.000.- DALAM 5 TAHUN BERIKUTNYA RUGI-
LABA FISKAL PT A. MENGGAMBARKAN SEBAGAI BERIKUT:
Tahun Jumlah 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2012 (1.200) 200 - 50 100 800 50
2013 200 - - - - - - - -
2014 (300) - - - - - 200 100
2015 50 - - - - - - - -
2016 100 - - - - - - - -
2017 800 - - - - - - - -
2018 200 - - - - - - - -
2019 400 - - - - - - - -
2020 500 - - - - - - - -
Jumlah 200 - 50 100 800 200 100 -
PENGURANGAN PENGHASILAN BRUTO
BIAYA PENYUSUTAN
Kelompok Harta Berwujud/ Masa Tarif Penyusutan
Tidak Berwujud Manfaat
METODE PENCATATAN/PENGAKUAN:
1. METODE LANGSUNG (direct write-off method)
diakui pada saat piutang benar-benar tak dapat ditagih dan dinyatakan DIHAPUS
berdasarkan keputusan perusahaan
jurnal:
Thn ke-0 timbulnya piutang....
Piutang 1.000
Pendapatan 1.000
Thn ke-1 pelunasan......
Kas 800
Piutang 800
Thn ke-2 tidak ada pembayaran lagi...
Thn ke-3 diputuskan DIHAPUS.....saldo piutang 200
Masuk Lap
Biaya Kerugian Piutang 200 LabaRugi th ke-3
Piutang 200
AKUNTANSI KERUGIAN (2)
METODE PENCATATAN/PENGAKUAN:
2. METODE PENYISIHAN (Allowance method)
diakui setiap saat dengan asumsi piutang mengandung risiko TIDAK TERBAYAR/MACET
jurnal:
Thn ke-0 timbulnya piutang....
Piutang 1.000
Pendapatan 1.000
karena mengandung risiko dan bisa diukur, akuntansi menganut prinsip konservatisme:
Biaya CKP 50
Cad Kerugian Piutang 50 Masuk Lap LabaRugi th
ke-0
Thn ke-1 pelunasan......
Kas 800
Piutang 800
Jika risiko ditaksir bertambah, maka dapat membentuk cadangan lagi :
Biaya CKP 30 Masuk Lap LabaRugi th
Cad Kerugian Piutang 30 ke-1
Thn ke-2 tidak ada pembayaran lagi...
Biaya CKP 40 Masuk Lap LabaRugi th
Cad Kerugian Piutang 40 ke-2
Namun untuk jenis-jenis usaha tertentu yang secara ekonomis memang diperlukan
adanya cadangan untuk menutup beban atau kerugian yang akan terjadi dikemudian
hari, yang terbatas pada piutang tak tertagih untuk usaha bank, dan sewa guna usaha
dengan hak opsi, cadangan untuk usaha asuransi dan cadangan biaya reklamasi untuk
usaha pertambangan, maka perusahaan yang bersangkutan dapat melakukan
pembentukan dana cadangan yang ketentuan dan syarat-syaratnya ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan.
Catatan:
Ketentuan di atas menunjukkan bahwa ketentuan pajak menganut metode
Direct Write Off (realisasi) dalam mengakui kerugian Piutang.
Namun demikian, untuk usaha-usaha tertentu sepert Bank diperbolehkan menggunakan metode
Allowance (pencadangan)
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 81/PMK.03/2009 TANGGAL 22 APRIL 2009 PASAL 1
PEMBENTUKAN ATAU PEMUPUKAN DANA CADANGAN
YANG BOLEH DIKURANGI SEBAGAI BIAYA
Pembentukan atau pemupukan dana cadangan yang boleh dikurangkan sebagai biaya yaitu :
cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit,
sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak
piutang, meliputi:
Besarnya nilai agunan yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang pada cadangan paling
tinggi adalah:
•100% (seratus persen) dari nilai agunan yang bersifat likuid; dan
•75% (tujuh puluh lima persen) dari nilai agunan lainnya atau sebesar nilai yang ditetapkan
perusahaan penilai.
Jumlah piutang yang digunakan sebagai dasar untuk membentuk dana cadangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pokok pinjaman yang diberikan
oleh bank perkreditan rakyat yang melaksanakan kegiatan usaha secara AYAT (3)
konvensional.
Kerugian yang berasal dari piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
dibebankan pada perkiraan cadangan piutang tak tertagih.
Dalam hal jumlah cadangan piutang tak tertagih dipakai untuk menutup kerugian
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) namun tidak mencukupi, jumlah
kekurangan cadangan tersebut diperhitungkan sebagai kerugian.
AYAT (4) Misal: Piutang/Kredit pada Ali sebesar 200, telah dibentuk cadangan 50. Tiga
tahun kemudian, pada saat sisa Piutang pada Ali 80, Piutang dinyatakan
DIHAPUS
Cadangan Kerugian Piutang 50
Biaya Kerugian Piutang 30 secara fiskal ini merupakan BIAYA
Piutang Kredit 80
PUTUSAN PENGADILAN PAJAK Dikutip dari website Pengadilan Pajak:
Put.44196/PP/M.II/15/2013
Bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap koreksi
atas
Penghasilan Netto PPh Badan Tahun Pajak 2009 oleh Terbanding sebesar Rp
353.900.760,00 yang tidak disetujui oleh Pemohon Banding
Bahwa menurut Majelis, hapus buku atas kredit macet yang dikeluarkan dari Neraca
sebesar kewajiban Debitur dapat dibebankan sebagai biaya, namun cadangan piutang
yang tidak dapat ditagih yang tidak digunakan pada tahun yang bersangkutan harus
dijurnal balik atau diakui sebagai penghasilan dan pada tahun berikutnya dibentuk
kembali cadangan piutang yang tidak dapat ditagih.
Dan bahwa kredit macet di Pemohon Banding masih ada dan nyata-nyata belum dapat
ditagih atau disetor oleh Debitur sampai dengan tanggal 31 Desember 2010 adalah Rp
15.081.246.314,-
Majelis berkesimpulan, cadangan piutang tak tertagih yang tidak digunakan sampai
dengan 31 Desember 2010 adalah sebesar Rp 15.081.246.314,-
HAPUS BUKU…
BOLEHKAH..?
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK NOMOR 207/PMK.010/2015
TENTANG PIUTANG YG NYATA-NYATA
INDONESIA TIDAK DAPAT DITAGIH
Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dapat
dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto, sepanjang memenuhi persyaratan:
a. telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
b. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih kepada
Direktorat Jenderal Pajak; dan
c. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih tersebut:
1. telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah
yang menangani piutang negara;
2. terdapat perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara
kreditur dan debitur atas piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih tersebut;
3. telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau
4. adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang
tertentu.
LANJUTAN.. NOMOR 207/PMK.010/2015
TENTANG PIUTANG YG NYATA-NYATA
TIDAK DAPAT DITAGIH
Daftar piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
berbentuk hard copy dan soft copy.
Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c tidak berlaku untuk piutang yang nyata-
nyata tidak dapat ditagih kepada debitur kecil atau debitur kecil lainnya.
Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih kepada debitur kecil sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) adalah piutang debitur kecil yang jumlahnya tidak melebihi Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah), yang merupakan gunggungan jumlah piutang dari beberapa kredit yang
diberikan oleh suatu institusi bank/lembaga pembiayaan dalam negeri sebagai akibat adanya
pemberian Kukesra, KUT, KUR, KPRSS, dll
Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih kepada debitur kecil lainnya sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) adalah piutang debitur kecil lainnya yang jumlahnya tidak melebihi Rp 5.000.000,00
(lima juta rupiah).
LANJUTAN.. NOMOR 207/PMK.010/2015
TENTANG PIUTANG YG NYATA-NYATA
TIDAK DAPAT DITAGIH
Daftar piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih yang diserahkan kepada Direktorat Jenderal Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b harus mencantumkan identitas debitur berupa
nama, Nomor Pokok Wajib Pajak, alamat, jumlah plafon utang yang diberikan, dan jumlah piutang yang
nyata-nyata tidak dapat ditagih.
Pemenuhan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c dilakukan dengan cara
melampirkan:
a) fotokopi bukti penyerahan perkara penagihannya ke Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah
yang menangani piutang negara;
b) fotokopi perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang usaha yang telah
dilegalisir oleh notaris;
c) fotokopi bukti publikasi dalam penerbitan umum atau penerbitan khusus; atau
d) surat yang berisi pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan yang disetujui oleh
kreditur tentang penghapusan piutang untuk jumlah utang tertentu, yang disetujui oleh kreditur.
Daftar piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dan bukti/dokumen sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) harus disampaikan bersamaan dengan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT)
Tahunan.
LANJUTAN.. NOMOR 207/PMK.010/2015
TENTANG PIUTANG YG NYATA-NYATA
TIDAK DAPAT DITAGIH
Dikecualikan dari keharusan mencantumkan identitas debitur berupa Nomor Pokok Wajib
Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) adalah piutang yang nyata-nyata tidak
dapat ditagih yang berasal dari plafon utang sampai dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah), baik yang berasal dari satu utang maupun gunggungan dari beberapa utang yang diterima
dari satu kreditur.
Menurut Kantor Pajak So. Buku PPAP setelah koreksi Pemeriksa (1.161.505.757)
PPAP seharusnya per 31 Desember 2014 (561.505.757)
Kelebihan membentuk PPAP selama 2014 (600.000.000)
Pre Adjsutment Adjustment Post Adjustment
1 Jan 31 Des 31 Des
Pasca Koreksi PPAP karena Penghapusan Kredit yang tidak memenuhi syarat, maka:
Saldo PPAP sesuai Laporan Keuangan sebelum Koreksi Pemeriksa (561.505.757)
PPAP seharusnya dibentuk setelah Koreksi Pemeriksa (1.161.505.757)
Kurang Membebankan PPAP (Pemeriksa harus menambah biaya PPAP) 600.000.000
TARIF PPH BADAN
Ketentuan Pasal 17 UU 36/2008
Tarif umum PPh Pasal 17 UU PPh untuk Wajib Pajak Badan adalah 25%.
Contoh 1:
Peredaran bruto PT Y dalam tahun pajak 2020 sebesar Rp 4.500.000.000,00 dgn PKP
sebesar Rp500.000.000,00
2. Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak memperoleh fasilitas:
Rp 2.000.000.000 – Rp320.000.000 = Rp 1.680.000.000