Anda di halaman 1dari 266

1

Curriculum Vitae

PARSO,SE,Msi
Sertifikat Kunsultan Pajak
Lahir : Jakarta, 05-10-1975
Pendidikan :
S2 Perpajakan – Univ. Trisakti
Tempat Tugas :

Advisor and Tax Counsulting

parsfit@gmail.com 2
BAB I

PENDAHULUAN
(KARAKTERISTIK PPN)

3
PENGERTIAN PPN

UNTUK
APA APA SICH
PPN PPN ????
ITU ?? ITU ???

4
PAJAK ADALAH :

 Kontribusi kepada Negara

 Berdasarkan Undang-Undang

 Dapat dipaksakan

 Tidak memberikan imbalan secara


langsung

 Dipergunakan untuk keperluan


Negara
5
JENIS-JENIS PAJAK

PAJAK PUSAT
(dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak
Kementerian Keuangan) :
Pajak Penghasilan (PPh)
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPn BM)
Bea Meterai
Pajak Bumi dan Bangunan (per Januari
2013 dikelola Pemda, kecuali untuk
sektor perkebunan dan pertambangan)
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan 6
Bangunan (per Jan’12 dikelola Pemda)
JENIS-JENIS PAJAK
PAJAK DAERAH
(dikelola oleh Pemerintah Daerah) :
Pajak Hotel;
Pajak Restoran;
Pajak Hiburan;
Pajak Reklame;
Pajak Penerangan Jalan;
Pajak Kendaraan Bermotor;
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Sektor Perkotaan dan Pedesaan (P2)
 Per Januari 2013;
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan 7
Bangunan (BPHTB) ---->per Jan’13)
Pembagian Jenis Pajak
Langsung
Sifatnya

M
Tidak
e Langsung
n
u
r
u Subjektif
t Sasaran/
Objeknya
Objektif 8
Value Added
Dipakainya Faktor-Faktor Produksi pada setiap jalur
perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan,
menyalurkan dan memperdagangkan barang atau
pemberian pelayanan jasa kepada para konsumen

Selisih harga Jual (Ouput) dengan harga beli (Input)

9
Value Added
Bahan Baku
(Rp.1000) PM = 100

Proses Prdouksi
(Bahan Pendukung PM = 50
Rp500) PPN Disetor:
= PK – PM
= 180 – 150
= 30
Laba (Rp300)
PM = 0

Barang Jadi (HJ= PK = 180 10


Rp1.800
Value Added

Beli Barang
Dagangan (Rp PM = 100
1000)

PPN Disetor:
= PK – PM
Laba
= 140 – 100
PM = 0 = 40
(Rp 400)

Barang Dagangan PK = 140


(HJ= Rp 1.400 11
Value Added

Barang/Jasa
Pendukung (Rp
500) PM = 50
PPN Disetor:
= PK – PM
= 150 – 50
= 100
PK = 150
Penyerahan Jasa
(Penggantian
= Rp 1.500)
12
SEJARAH & DASAR HUKUM
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

Pajak Pembangunan I (PPb I) tanggal 1


Juni 1947 dikenakan atas Rumah Makan
dan Penginapan
Pajak Peredaran 1950 (Ppe 1950)
Multi Stage Level dan bersifat Kumulatif
Pajak Penjualan (PPn 1951)
UU Darurat No.19/1951 tanggal 1
Oktober 1951
UU Darurat No.35/1953
UU Darurat No. 2 /1968
13
UU Nomor 8 Tahun1983
Berlaku sejak: 1 April 1985
s.t.d.d

UU Nomor 11 Tahun 1994


Berlaku sejak: 1 Januari 1995

UU PPN s.t.d.d
1984
UU Nomor 18 Tahun 2000
Berlaku sejak: 1 Jan 2001
s.t.d.d

UU Nomor 42 Tahun 2009 14


Berlaku sejak: 1 April 2010
KARAKTERISTIK DASAR
(LEGAL CHARACTER) PPN :
 PPN merupakan Pajak Tidak Langsung
 PPN merupakan pajak atas konsumsi di dalam
negeri yang dikenakan pada setiap
penyerahan BKP/ JKP (Multi Stage Level)
 PPN bersifat Objektif dan non-komulatif
 PPN menggunakan sistem Credit Method/
Indirect Subtraction Method (invoice method)
dengan menggunakan sarana faktur pajak
 PPN hanya menggunakan tarif tunggal, yaitu
10%
 PPN bersifat netral dan diharapkan tidak
menimbulkan Pajak Berganda.
15
KARAKTERISTIK DASAR
(LEGAL CHARACTER) PPn.BM

 Merupakan pungutan tambahan


disamping PPN;
 Merupakan Pajak Tidak Langsung;
 Hanya dipungut 1 (satu) kali (Single
Stage Level) yaitu pada tingkat
Pabrikan atau pada saat impor;
 Merupakan Pajak Obyektif;
 Dikenakan terhadap barang-barang
yang tergolong Mewah;
 Menggunakan beberapa kelompok
tarif. 16
PERBANDINGAN

Pajak Penjualan (PPn)


Dan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

17
Pajak Penjualan (PPn)
PKP Aktivitas Nilai Harga PPn Setor ke Harga yg
Tamba Jual 10% Kas dibayar
h Negara
Industri Menyerahkan 1000 1000 100 100
Benang
Industri Membeli - - - - 1000+100=1100
benang
Textile Menyerahkan 400 1100+400 150 150 -
textile = 1500
Industri Membeli - - - - 1500+150=1650
textile
Garmen Menyerahkan 350 1650+350 200 200 -
garmen = 2000
Pedagang Membeli - - - - 2000+200=2200
garmen
Besar Menyerahkan 300 2200+300 250 250 -
garmen = 250
Pedagang Membeli - - - - 2500+250=2750
garmen
Eceran Menyerahkan 250 2750+250 300 300 -
18
garmen = 3000
Konsumen Membeli - - - - 3000+300=3300
garmen
Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
PKP Aktivitas Nilai Harga PPN Setor ke Harga yg
Tambah Jual 10% Kas dibayar
Negara
Industri Menyerahkan 1000 1000 100 100
Benang
Industri Membeli - - - - 1000+100=1100
benang
Textile Menyerahkan 400 1000+400 140 140-100= -
textile =1400 40
Industri Membeli - - - - 1400+140=1540
textile
Garmen Menyerahkan 350 1400+350 175 175-140= -
garmen =1750 35
Pedagang Membeli - - - - 1750+175=1925
garmen
Besar Menyerahkan 300 1750+300 205 205-175= -
garmen =2050 30
Pedagang Membeli - - - - 2050+205=2255
garmen
Eceran Menyerahkan 250 2050+250 230 230-205= -
garmen =2300 25
Konsume Membeli - - - - 2300+230=2530
19
n garmen
KELEBIHAN & KEKURANGAN PPN

Kelebihan :
1. Mencegah terjadinya Pajak Berganda
2. Netral dalam perdagangan Dalam dan Luar Negeri
3. Sangat membantu likuiditas perusahaan (Lebih Bayar PPN
dapat direstitusi)
4. Sumber penerimaan Negara (money maker)
Kelemahan :
5. Biaya administrasi relatif tinggi
6. Menimbulkan dampak Regresif
7. Rawan Penyelundupan
8. Membutuhkan pengawasan lebih dalam administrasi 20
pajak.
STRUKTUR UNDANG-UNDANG PPN 1984
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1 : Definisi (UU No. 42/2009)
Pasal 1A : Definisi Penyerahan BKP
(UU No. 11/1994 Jo. UU No. 18/2000 Jo. UU No. 42/2009)
Pasal 2 : Hubungan Istimewa
(UU No. 11/1994)

BAB II PENGUKUHAN PKP


Pasal 3 : Dihapus (tetap)
BAB IIA KEWAJIBAN MELAPORKAN USAHA
DAN KEWAJIBAN MEMUNGUT MENYETOR,
DAN MELAPORKAN PAJAK TERUTANG
(UU No. 11/1994 Jo. UU No. 18/2000 Jo. UU No. 42/2009).

Pasal 3A : PKP, Kewajiban PKP, Pengusaha


21
Kecil
(UU No. 11/1994 Jo. UU No. 18/2000 Jo. UU No. 42/2009).
BAB III OBJEK PAJAK
Pasal 4 : Objek Pajak
Pasal 4A : Pengecualian Objek
Pasal 5 : Pajak Penjualan atas Barang
Mewah
Pasal 5A : Retur
Pasal 6 : dihapus (tetap)
BAB IV TARIF & CARA MENGHITUNG PAJAK

Pasal 7 : Tarif PPN


Pasal 8 : Tarif PPn.BM
Pasal 8A : Cara Menghitung PPN
Pasal 9 : Pengkreditan Pajak Masukan
(Pasal 7 s.d. 9 >> UU No. 42/2009)
Pasal 10 : Menghitung PPn BM 22
Terutang ( >> UU No. 42/2009)
BAB V SAAT DAN TEMPAT PAJAK
TERUTANG

Pasal 11 : Saat Pajak Terutang


Pasal 12 : Tempat Pajak Terutang
Pasal 13 : Faktur Pajak
(Pasal 11 s.d. 13 >> UU No. 42/2009)
Pasal 14 : Larangan membuat
Faktur Pajak
Pasal 15 : dihapus
Pasal 15A : Penyetoran dan
Pelaporan PPN (UU No. 42/2009)

Pasal 16 : dihapus (tetap)

23
BAB VA KETENTUAN KHUSUS

Pasal 16A : Pemungut PPN


Pasal 16B : Fasilitas
Pasal 16C : Membangun Sendiri
( >> UU No. 18/2000)
Pasal 16D : Penyerahan aktiva yang
menurut tujuan semula
tidak untuk diperjualbelikan

Pasal 16E : Restitusi Turis Asing


Pasal 16F : Tanggung Renteng 24
( Pasal 16B, 16D, 16E, 16F >> UU No. 42/2009)
BAB VI KETENTUAN LAIN

Pasal 17 : Lex spesialis

BAB VII KETENTUAN PERALIHAN


Pasal 18 : Ketentuan
Peralihan

BAB VIII KETENTUAN PENUTUP


Pasal 19 : Ketentuan tentang

peraturan Pelaksanaan
Pasal 20 : Nama UU PPN
1984
25
Pasal 21 : Saat berlakunya UU
PPN 1984
Mekanisme Value Added
Tiga Metode Value Added :
• Addition
• Substraction
• Credit Method/Invoice/Indirect Substraction

Type Value Added :


• Consumption Type VAT
• Net Income
• Gross Product

26
Mekanisme PPN di Indonesia :

 Credit Method/Invoice/Indirect Substraction

 Consumption Type VAT

27
Mekanisme PPN di Indonesia (...lanjutan)
a. PKP yang melakukan penyerahan BKP/JKP wajib
memungut PPN dari pembeli BKP/JKP yang
bersangkutan, sebagai bukti pemungutan PPN, PKP
tersebut membuat faktur pajak.
b. PPN yang tercantum dalam faktur pajak merupakan
Pajak Keluaran yang PPN-nya terutang dan wajib
dipungut oleh penjual BKP/JKP
c. PPN yang telah dibayar oleh PKP pembeli BKP/JKP
merupakan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan.
d. Dalam setiap masa pajak, jumlah Pajak Masukan yang
dibayar diperhitungkan dengan Pajak Keluaran yang
dipungut. 28
Mekanisme PPN di Indonesia (....... Lanjutan)

e. Apabila terdapat selisih antara Pajak Masukan dan Pajak Keluaran,


maka hal yang terjadi adalah sbb :
 bila Pajak Keluaran lebih besar dari Pajak Masukan (PK>PM),
maka selisihnya harus disetor ke Kas Negara paling lama akhir
bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak dan sebelum
SPT disampaikan;
 bila Pajak Masukan lebih besar dari Pajak Keluaran (PM>PK),
maka selisihnya merupakan pajak Lebih Bayar, yg dpt
dikompensasikan dgn masa pajak berikutnya atau direstitusi (WP
tertentu);
 bila tidak ada selisih antara keduanya (PK=PM),
maka tidak ada pajak yang terutang atau lebih bayar dalam masa
pajak tersebut (Nihil)
f. PKP wajib menyampaikan SPT Masa PPN ke KPP dimana PKP
tersebut terdaftar paling lama akhir bulan berikutnya setelah 29
berakhirnya masa pajak.
Barang Kena Pajak (BKP)
Barang adalah barang Berwujud, yang menurut sifat atau
hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang
tidak bergerak, dan barang tidak berwujud.
Pasal 1 angka 2

Barang Kena Pajak adalah barang yang dikenai pajak


berdasarkan Undang-Undang ini.

Pasal 1 angka 3

Penyerahan Barang Kena Pajak adalah setiap


kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak.
30

Pasal 1 angka 4
Jasa Kena Pajak (JKP)
Jasa :
Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu
perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu
barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk
dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan
barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan
atas petunjuk dari pemesan ......................... (pasal 1 angka 5)
Jasa Kena Pajak :
Jasa Kena Pajak adalah jasa yang dikenai pajak berdasarkan
Undang-Undang ini ......................................... (Pasal 1 angka 6)

Penyerahan Jasa Kena Pajak:


Penyerahan Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan pemberian 31
Jasa Kena Pajak ............................................... (Pasal 1 angka 7)
DAERAH PABEAN

Daerah Pabean adalah wilayah Republik


Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan,
dan ruang udara diatasnya serta tempat-tempat
tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan Landas
Kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-
Undang yang mengatur mengenai Kepabeanan.

32
Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan
terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau
badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi,
koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa,
organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya
termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
Pasal 1 angka 13

Pengusaha adalah orang pribadi atau Badan dalam bentuk apapun yang dalam
kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang,
mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang
tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa termasuk
mengekspor jasa , atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean. (Pasal 1 angka
14)

Pengusaha Kena Pajak : pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena


Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan
Undang-Undang ini. 33
(Pasal 1 angka 15)
GARIS BESAR
PPN Subjek
?

Objek/
Non Objek
? Kewajiban Hak
Memungut Mengkreditkan
PK PM
Kegiataan/
Transaksi

Lapor Setor Faktur


SSP Pajak
SPT 34
BAB II - OBJEK PAJAK
A. OBJEK PPN :
1. Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh Pengusaha ....….........…......  a
2. Impor BKP ……………..........….……............  b
3. Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh Pengusaha ..........................  c
4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar
Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean ...  d
5. Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean …………....................  e
6. Ekspor BKP Berwujud oleh PKP ……….…......  f
7. Ekspor BKP Tidak Berwujud oleh PKP .……..  g
8. Ekspor JKP oleh PKP ……………………..….…...  h
35
Pasal 4 ayat (1) UU PPN
35
OBJEK PPN ..............(LANJUTAN)

9. Kegiatan membangun sendiri yang


dilakukan tidak dalam lingkungan
perusahaan atau pekerjaan oleh
orang pribadi atau badan yang
hasilnya digunakan sendiri atau
digunakan pihak lain
......…  Pasal 16 C

10. Penyerahan BKP berupa aktiva yang


menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan oleh PKP, kecuali atas
penyerahan aktiva yang Pajak
Masukannya tidak dapat dikreditkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (8) huruf b dan huruf c 36
......…  Pasal 16 D
Objek PPN – 1
Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh Pengusaha ............Pasal 4 (1) huruf a
PENYERAHAN BKP ?
a. Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian;
b. Pengalihan BKP oleh karena suatu perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian sewa guna
usaha (leasing);
c. Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang;
d. Pemakaian Sendiri dan atau pemberian cuma-Cuma atas BKP;
e. BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan;
f. Penyerahan BKP dari Pusat ke Cabang atau sebaliknya dan penyerahan BKP antar Cabang;
g. Penyerahan BKP secara konsinyasi;
h. Penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka perjanjian pembiayaan yang dilakukan
berdasarkan prinsip syariah, yang penyerahannya dianggap langsung dari PKP kepada
pihak yang membutuhkan BKP. 37

Pasal 1A ayat (1)


Objek PPN – 1
Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh Pengusaha ............Pasal 4 (1) huruf a
PENYERAHAN BKP ?
a. Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian;
b. Pengalihan BKP oleh karena suatu perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian sewa guna
usaha (leasing);
c. Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang;
d. Pemakaian Sendiri dan atau pemberian cuma-Cuma atas BKP;
e. BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan;
f. Penyerahan BKP dari Pusat ke Cabang atau sebaliknya dan penyerahan BKP antar Cabang;
g. Penyerahan BKP secara konsinyasi;
h. Penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka perjanjian pembiayaan yang dilakukan
berdasarkan prinsip syariah, yang penyerahannya dianggap langsung dari PKP kepada
pihak yang membutuhkan BKP. 38

Pasal 1A ayat (1)


Pemakaian Sendiri

Dipungut PPN Tidak Dipungut PPN


• Untuk Tujuan Konsumtif; • Untuk Tujuan Produktif
• Untuk Tujuan Produktif dan digunakan untuk
dan digunakan untuk melakukan penyerahan
melakukan penyerahan yang terutang PPN
yang Tidak Terutang PPN
atau mendapat fasilitas
Dibebaskan dari
Pengenaan PPN
39
Pasal 5 ayat (3) PP No. 1 Tahun 2012
Tidak Termasuk Pengertian Penyerahan BKP
Pasal 1A ayat (2)

a. Penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana dimaksud dlm Kitab UU


Hukum Dagang;
b. Penyerahan BKP untuk jaminan utang piutang;
c. Penyerahan BKP sbgmn dimaksud dalam Pasal 1A (1) hrf f dalam hal PKP
melakukan pemusatan tempat pajak terutang;
d. Pengalihan BKP dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, dan pengambilalihan usaha dengan syarat pihak yang
melakukan pengalihan dan yang menerima pengalihan adalah PKP; dan
e. BKP berupa aktiva yg menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan,
dan yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c. 40
Pengusaha ?
Pengusaha adalah orang pribadi atau Badan dalam bentuk apapun
yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang,
mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha
perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar
Daerah Pabean, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa ,
atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean

Pengusaha Kena Pajak?


Pengusaha Kena Pajak : pengusaha yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa
Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang- 41
Undang ini.
Penyerahan BKP Terutang PPN jika:

 Barang berwujud yang diserahkan


merupakan BKP;
 Barang tidak berwujud yang diserahkan
merupakan BKP tidak berwujud;
 Penyerahan dilakukan di dalam Daerah
Pabean;
 Penyerahan dilakukan dalam lingkungan
usaha atau pekerjaan yang bersangkutan;
 Yang menyerahkan adalah PKP atau
seharusnya PKP.
42
BARANG KENA PAJAK (BKP)
?

NEGATIF
LIST
(Non BKP
)

43
JENIS BARANG YANG TIDAK DIKENAI PPN ................. Pasal 4A ayat (2)

a) Barang hasil pertambangan atau pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya, meliputi:
a. minyak mentah (crude oil);
b. gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap dikonsumsi langsung oleh
masyarakat;
c. panas bumi;
d. asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung, batu permata, bentonit,
dolomit, felspar (feldspar), garam batu (halite), grafit, granit/andesit, gips, kalsit, kaolin, leusit,
magnesit, mika, marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir dan kerikil, pasir kuarsa, perlit, fosfat
(phospat), talk, tanah serap (fullers earth), tanah diatome, tanah liat, tawas (alum), tras,
yarosif, zeolit, basal, dan trakkit;
e. batubara sebelum diproses menjadi briket batubara; dan
f. bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih perak, serta bijih bauksit.

44
JENIS BARANG YANG TIDAK DIKENAI PPN ....... Pasal 4A ayat (2)

b) Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan rakyat banyak, meliputi:


a. beras;
b. gabah;
b. jagung;
c. sagu;
d. kedelai;
e. garam, baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium;
f. daging, yaitu daging segar yang tanpa diolah, tetapi telah melalui proses disembelih,
dikuliti, dipotong, didinginkan, dibekukan, dikemas atau tidak dikemas, digarami,
dikapur, diasamkan, diawetkan dengan cara lain, dan/atau direbus;
g. telur, yaitu telur yang tidak diolah, termasuk telur yang dibersihkan, diasinkan, atau
dikemas;
h. susu, yaitu susu perah baik yang telah melalui proses didinginkan maupun dipanaskan,
tidak mengandung tambahan gula atau bahan lainnya, dan/atau dikemas au tidak
dikemas;
i. buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yang dipetik, baik yang telah melalui proses
dicuci, disortasi, dikupas, dipotong, diiris, di-grading, dan/atau dikemas atau tidak
dikemas; dan 45
j. sayur-sayuran, yaitu sayuran segar yang dipetik, dicuci, ditiriskan, dan/atau disimpan
pada suhu rendah, termasuk sayuran segar yang dicacah.
JENIS BARANG YANG TIDAK DIKENAI PPN -
Pasal 4A ayat (2)
c) Makanan dan minuman yang disajikan
di hotel, restoran, rumah makan dan
sejenisnya baik dikonsumsi di tempat
maupun tidak, termasuk yang
diserahkan oleh usaha jasa
boga/katering;

d) Uang, emas batangan, dan surat-surat


berharga

46
Objek PPN – 2
Impor Barang Kena Pajak
Pasal 4 (1) huruf b

Impor adalah setiap kegiatan


memasukkan barang dari luar Daerah
Pabean ke dalam Daerah Pabean

Pengenaan PPN atas Impor:


a. Pemungutan melalui Ditjen Bea dan Cukai;
b. Subjek: siapapun yang memasukkan BKP ke dalam Daerah
Pabean;
c. Tidak harus dalam rangka kegiatan usaha atau
pekerjaannya. 47
d. Faktur Pajak: PIB dan SSP (satu kesatuan).
Objek PPN – 3
Penyerahan JKP di Dalam Daerah
Pabean Pasal 4 (1) huruf c

Jasa :
Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu perikatan
atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas
atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang
dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan
dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan (pasal 1 angka 5)

Jasa Kena Pajak :


Jasa Kena Pajak adalah jasa yang dikenai pajak berdasarkan Undang- 48
Undang ini (Pasal 1 angka 6)
Penyerahan JKP Terutang PPN jika:

 Jasa yang diserahkan merupakan JKP;


 Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean;
 Penyerahan dilakukan dalam lingkungan usaha atau
pekerjaan yang bersangkutan;
 Yang menyerahkan adalah PKP atau seharusnya PKP.
 Dimanfaatkan di dalam atau di luar Daerah Pabean.

Termasuk dalam pengertian penyerahan Jasa Kena


Pajak adalah Jasa Kena Pajak yang dimanfaatkan
untuk kepentingan sendiri dan/atau yang diberikan
secara cuma-cuma. 49
JASA KENA PAJAK (JKP)
?

NEGATIF
LIST
(Non JKP
)

50
JENIS JASA YANG TIDAK DIKENAI PPN – Pasal 4A ayat (3)

a. Jasa pelayanan kesehatan medis;


b. Jasa pelayanan sosial;
c. Jasa pengiriman surat dengan perangko;
d. Jasa keuangan;
e. Jasa asuransi;
f. Jasa keagamaan;
g. Jasa pendidikan;
h. Jasa kesenian dan hiburan;
i. Jasa penyiaran yang tdk bersifat iklan;
j. Jasa angkutan umum di darat dan di air
serta jasa angkutan udara dalam negeri yang
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
jasa angkutan udara luar negeri; 51
k. Jasa tenaga kerja;
l. Jasa perhotelan;
m. Jasa yang disediakan pemerintah dalam
rangka menjalankan Pemerintahan
secara umum;
n. jasa penyediaan tempat parkir;
o. jasa telepon umum dengan mengguna-
kan uang logam;
p. jasa pengiriman uang dengan wesel pos;
q. jasa boga atau katering.

Pasal 4A ayat (3) UU PPN 52


a. Jenis jasa pelayanan kesehatan medis, meliputi:

1. jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi;


2. jasa dokter hewan;
3. jasa ahli kesehatan seperti ahli akupunktur, ahli gigi, ahli gizi, dan ahli
fisioterapi;
4. jasa kebidanan dan dukun bayi;
5. jasa paramedis dan perawat;
6. jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium
kesehatan, dan sanatorium; 
7. jasa psikolog dan psikiater; dan
8. jasa pengobatan alternatif, termasuk yang dilakukan oleh paranormal.

53
b. Jenis jasa pelayanan sosial, meliputi :

1.jasa pelayanan panti asuhan dan panti jompo;


2. jasa pemadam kebakaran;
3. jasa pemberian pertolongan pada
kecelakaan;
4. jasa lembaga rehabilitasi;
5. jasa penyediaan rumah duka atau jasa
pemakaman, termasuk krematorium; dan
6. jasa di bidang olah raga kecuali yang
bersifat komersial.

54
c. Jasa pengiriman surat dengan perangko meliputi:

 jasa pengiriman surat


dengan menggunakan
perangko tempel
dan menggunakan cara lain
pengganti perangko tempel.

55
d. Jasa keuangan meliputi :

1. jasa menghimpun dana dari masyarakat, berupa giro,


deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan,
dan/atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu;
2. jasa menempatkan dana, meminjam dana, atau
meminjamkan dana kepada pihak lain dengan
menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun
dengan wesel unjuk, cek, atau sarana lainnya;
3. jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah, berupa:
a) sewa guna usaha dengan hak opsi;
b) anjak piutang;
c) usaha kartu kredit; dan/atau
d) pembiayaan konsumen;
4. jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai,
termasuk gadai syariah dan fidusia; dan 56
5. jasa penjaminan.
e. Jasa Asuransi

Yang dimaksud dengan “jasa asuransi” adalah jasa


pertanggungan yang meliputi asuransi kerugian, asuransi jiwa,
dan reasuransi, yang dilakukan oleh perusahaan asuransi kepada
pemegang polis asuransi, tidak termasuk jasa penunjang
asuransi seperti agen asuransi, penilai kerugian asuransi, dan
konsultan asuransi.

57
f. Jasa di bidang keagamaan, meliputi:

1. jasa pelayanan rumah ibadah;


2. jasa pemberian khotbah atau dakwah;
3. jasa penyelenggaraan kegiatan keagamaan; dan
4. jasa lainnya di bidang keagamaan.

58
g. Jenis jasa di bidang pendidikan, meliputi :

1. jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah,


seperti jasa penyelenggaraan pendidikan
umum, pendidikan kejuruan, pendidikan
luar biasa, pendidikan kedinasan,
pendidikan keagamaan, pendidikan
akademik, dan pendidikan profesional;

2. jasa penyelenggaraan
pendidikan luar sekolah.
59
h. Jasa kesenian dan hiburan meliputi:

semua jenis jasa yang dilakukan oleh


pekerja seni dan hiburan.

i. jasa penyiaran yang tidak


bersifat iklan meliputi:
jasa penyiaran radio atau televisi
yang dilakukan oleh instansi
pemerintah atau swasta yang
tidak bersifat iklan dan tidak
dibiayai oleh sponsor yang 60
bertujuan komersial.
j. jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan
udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri;

 Jasa angkutan umum di darat: Bis Umum, Kereta Api,


Angkutan Kota.
 Jasa angkutan umum di air: Kapal Laut, Kapal Ferry, Speed
Boat, Kapal angkutan antar pulau.
 Jasa angkutan udara dalam negeri yang tidak terpisahkan dari
jasa angkutan udara luar negeri:
 Penerbangan dari luar negeri menuju satu kota di dalam
negeri, dengan sebelumnya singgah/transit di satu kota
lain di di dalam negeri, sebagai satu kesatuan
penerbangan (1 tiket).
 Contoh: Penerbangan dari Paris (Perancis) tujuan
Denpasar (Bali), transit di Jakarta. 61
Penerbangan Jakarta – Denpasar: Non JKP
m. jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka
menjalankan pemerintahan secara umum

meliputi jenis-jenis jasa yang dilaksanakan


oleh instansi pemerintah, antara lain
pemberian Izin Mendirikan Bangunan,
pemberian lzin Usaha Perdagangan,
Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak
pembuatan Kartu Tanda Penduduk.
62
k. jasa tenaga kerja meliputi:

a. Jasa tenaga kerja;


b. Jasa penyediaan tenaga kerja
sepanjang Pengusaha
penyedia tenaga kerja tidak
bertanggung jawab atas hasil
kerja dari tenaga kerja
tersebut; dan
c. Jasa penyelenggaraan PMK No. 83/PMK.03/2012 Tanggal 6
pelatihan bagi tenaga kerja. Juni 2012 (Mulai berlaku 1 Juli 2012 63
l. jasa perhotelan meliputi

 jasa penyewaan kamar,


termasuk tambahannya di
hotel, rumah penginapan,
motel, losmen, hostel, serta
fasilitas yang terkait dengan
kegiatan perhotelan untuk
tamu yang menginap;
 jasa penyewaan ruangan untuk
kegiatan acara atau pertemuan
di hotel, rumah penginapan,
motel, losmen, dan hostel.
64
n. jasa penyediaan tempat parkir

 Merupakan jasa penyediaan tempat parkir yang


dilakukan oleh pemilik tempat parkir dan/atau
pengusaha kepada pengguna tempat parkir dengan
dipungut bayaran.
 Tidak termasuk jasa pengelolaan tempat parkir.

65
o. jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam

Merupakan jasa telepon umum dengan


menggunakan uang logam atau koin, yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun
swasta.

66
p. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos

merupakan layanan pengiriman dan penerimaan uang


yang memberikan solusi terhadap kecepatan, ketepatan
dan keamanan kiriman uang baik secara domestik
(nasional) maupun luar negeri (internasional).

67
q. Jasa boga atau katering

Merupakan istilah umum untuk wirausaha yang melayani


pemesanan berbagai macam masakan (makanan dan
minuman) baik untuk pesta maupun untuk penunjang
kebutuhan lainnya.

68
Review
 Transaksi manakah diantara transaksi-transaksi di bawah ini yang
termasuk dalam pengertian penyerahan dan terutang PPN:
A. Dalam rangka promosi dan memasyarakatkan penggunaan
internet, PT Acces Indonesia, Produsen komputer baik PC
maupun Laptop merk ””Acces”, membagikan 100 unit modem
untuk 100 pembeli pertama Laptop Series Acces New-1;
B. PT Usaha Sulit menyerahkan asetnya berupa tanah dan
bangunan ke PT Wang Akeh untuk mendapatkan pinjaman dana
segar sebesar Rp 4.500.000.000;
C. Pada saat pembubaran perusahaan, terdapat 3 (tiga) buah
kendaraan jenis sedan, yang merupakan kendaraan dinas
direksi, yang belum terjual;
D. PT Fantasi Indonesia, yang telah memiliki izin pemusatan
tempat pajak terutang, melakukan penyerahan barang dari
pabriknya di Tambun ke berbagai cabangnya di wilayah 69
Jabodetabek.
Review
 Dari pernyataan-pernyataan berikut ini, manakah yang tidak
termasuk dalam pengertian Penyerahan Kena Pajak:
A. pengalihan Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian
sewa beli dan/atau perjanjian sewa guna usaha (leasing);
B. pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma-cuma atas
Barang Kena Pajak;
C. penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau
sebaliknya, dalam hal Pengusaha Kena Pajak melakukan
pemusatan tempat pajak terutang;
D. penyerahan Barang Kena Pajak secara konsinyasi.

70
Review
 Diantara jenis-jenis barang dan/atau jasa berikut ini, manakah
yang dikenai Pajak Pertambahan Nilai:
• makanan dan minuman yang diserahkan oleh pengusaha
restoran;
• jasa yang diserahkan oleh perusahaan katering atau jasa
boga;
• Obat-obatan yang diserahkan oleh apotek;
• Jasa penyedia tenaga kerja, dimana perusahaan yang
menyediakan tenaga kerja tidak bertanggung jawab atas
hasil kerja pegawai yang disalurkannya.

71
Objek PPN – 4
Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean ............ Pasal 4 (1) huruf d

Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah


Pabean adalah setiap kegiatan pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak
berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean .......................................................................................................................................... (pasal 1 angka 10)

Pengenaan PPN atas Pemanfaatan BKP TB dari luar


Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean:
a. memberikan perlakuan pengenaan pajak yang
sama dengan impor BKP;
b. Faktur Pajak: SSP;
c. Subjek: siapapun yang memanfaatkan BKP TB
dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah 72
Pabean.
Objek PPN – 4
Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean ............ (Lanjutan)

Contoh:
Pengusaha A yang berkedudukan di Jakarta memperoleh hak menggunakan
merek yang dimiliki Pengusaha B yang berkedudukan di Hongkong. Atas
pemanfaatan merek tersebut oleh Pengusaha A di dalam Daerah Pabean
terutang Pajak Pertambahan Nilai.

Hk FC

Royalty
“B” Corp. (Hongkong) – Pemilik Merek

Bayar
Border.

PT “A” ( Indonesia ) 73
Objek PPN – 5
Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean .. ............ (Lanjutan)

Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean adalah


setiap kegiatan pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah
Pabean di dalam Daerah Pabean ........................... (pasal 1 angka 8)

Pengenaan PPN atas Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di


dalam Daerah Pabean:
a. Pemungutan melalui penyetoran sendiri;
b.Faktur Pajak: SSP;
c. Subjek: siapapun yang memanfaatkan JKP dari luar Daerah Pabean
di dalam Daerah Pabean;
d.Meliputi juga JKP yang dikerjakan di luar Daerah Pabean atau jasa
yang melekat pada barang bergerak atau tidak bergerak di dalam
Daerah Pabean
Contoh: Pengusaha Kena Pajak C di Surabaya memanfaatkan Jasa Kena
Pajak dari Pengusaha B yang berkedudukan di Singapura. Atas
pemanfaatan Jasa Kena Pajak tersebut terutang Pajak Pertambahan 74
Nilai.
Objek PPN – 6
Ekspor BKP Berwujud ............ Pasal 4 (1) huruf

Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud adalah


setiap kegiatan mengeluarkan Barang Kena
Pajak Berwujud dari dalam Daerah Pabean
ke luar Daerah Pabean
(pasal 1 angka 11)

PPN atas Ekspor BKP Berwujud:


a. Terutang PPN 0%;
b. Faktur Pajak: PEB dan Invoice
sebagai satu kesatuan; 75
c. Subjek: PKP.
Objek PPN – 7
Ekspor BKP Tidak Berwujud ............ Pasal 4 (1) huruf g

Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud


adalah setiap kegiatan penyerahan Barang
Kena Pajak Tidak Berwujud dari dalam
Daerah Pabean di luar Daerah Pabean.
(pasal 1 angka 28)

PPN atas Ekspor BKP Berwujud:


a. Terutang PPN 0%;
b. Faktur Pajak: Pemberitahuan Ekspor
BKP Tidak Berwujud dan Invoice
sebagai satu kesatuan; 76
c. Subjek: PKP.
BKP Tidak Berwujud? .......... Penjelasan Pasal 4 (1) huruf g

1. Penggunaan atau hak menggunakan hak cipta di bidang kesusastraan, kesenian atau karya ilmiah, paten,
desain atau model, rencana, formula atau proses rahasia, merek dagang, atau bentuk hak kekayaan
intelektual/industrial atau hak serupa lainnya;
2. penggunaan atau hak menggunakan peralatan/perlengkapan industrial, komersial, atau ilmiah;
3. pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah, teknikal, industrial, atau komersial;
4. pemberian bantuan tambahan atau pelengkap sehubungan dengan penggunaan atau hak menggunakan
hak-hak tersebut pada angka 1, penggunaan atau hak menggunakan peralatan/perlengkapan tersebut
pada angka 2, atau pemberian pengetahuan atau informasi tersebut pada angka 3, berupa :
a. penerimaan atau hak menerima rekaman gambar atau rekaman suara atau keduanya, yang disalurkan
kepada masyarakat melalui satelit, kabel, serta optik, atau teknologi yang serupa;
b. penggunaan atau hak menggunakan rekaman gambar atau rekaman suara atau keduanya, untuk siaran
televisi atau radio yang disiarkan/dipancarkan melalui satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang
serupa; dan
c. penggunaan atau hak menggunakan sebagian atau seluruh spektrum radio komunikasi;
5. penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup (motion picture films), film atau pita video untuk
siaran televisi, atau pita suara untuk siaran radio; dan
6. pelepasan seluruhnya atau sebagian hak yang berkenaan dengan penggunaan atau pemberian hak
kekayaan intelektual/industrial atau hak-hak lainnya sebagaimana tersebut di atas. 77
Objek PPN – 8
Ekspor JKP ............ Pasal 4 (1) huruf h

Ekspor Jasa Kena Pajak adalah setiap


kegiatan penyerahan Jasa Kena Pajak ke
luar Daerah Pabean.

(pasal 1 angka 29)

PPN atas Ekspor JKP Berwujud:


a. Terutang PPN 0%;
b. Faktur Pajak: PE JKP dan
Invoice sebagai satu kesatuan; 78
c. Subjek: PKP.
Ekspor JKP ........................ (Lanjutan)
PMK Nomor 32/PMK.010/2019 – Batasan Kegiatan dan Jenis JKP yang
atas Ekspornya Dikenai PPN

Kegiatan Ekspor Jasa Kena Pajak merupakan kegiatan pelayanan di dalam Daerah
Pabean yang menyebabkan suatu barang, fasilitas, kemudahan, atau hak tersedia
untuk dimanfaatkan di luar Daerah Pabean........ Pasal 3 ayat (1)

Kegiatan Pelayanan (Pasal 3 ayat (2):


a. kegiatan yang melekat pada barang bergerak yang dikeluarkan
untuk dimanfaatkan di luar Daerah Pabean;
b. kegiatan yang melekat pada barang tidak bergerak yang berada di
luar Daerah Pabean; atau
c. kegiatan selain huruf a dan b yang hasilnya diserahkan untuk
dimanfaatkan di luar Daerah Pabean dengan cara:
1. penyampaian langsung/tidak langsung (pos dan elektronik); atau
2. berupa penyediaan hak untuk diakses di luar Daerah Pabean, 79
berdasarkan permintaan Penerima Ekspor Jasa Kena Pajak.
Ekspor JKP ........................ (Lanjutan)
Pasal 4 PMK Nomor 32/PMK.010/2019

a. kegiatan yang melekat pada barang bergerak yang


dikeluarkan untuk dimanfaatkan di luar Daerah Pabean;
1. Jasa Maklon;
2. Jasa Perbaikan dan Perawatan;
3. jasa pengurusan transportasi (freight forwarding) terkait
barang untuk tujuan ekspor.
b. kegiatan yang melekat pada barang tidak bergerak yang
berada di luar Daerah Pabean, yaitu:
jasa konsultansi konstruksi yang meliputi pengkajian,
perencanaan, dan perancangan konstruksi terkait dengan
bangunan atau rencana bangunan yang berada di luar Daerah
Pabean. 80
Ekspor JKP - Pasal 4 PMK Nomor 32/PMK.010/2019 .......... (Lanjutan)

c. kegiatan selain a dan huruf b yang hasilnya diserahkan untuk


dimanfaatkan di luar Daerah Pabean dengan cara:
1) jasa teknologi dan informasi;
2) jasa penelitian dan pengembangan (research and development);
3) jasa persewaan alat angkut berupa persewaan pesawat udara
dan/atau kapal laut untuk kegiatan penerbangan atau pelayaran
internasional;
4) jasa konsultansi bisnis dan manajemen, jasa konsultansi hukum,
jasa konsultansi desain arsitektur dan interior, jasa konsultansi
sumber daya manusia, jasa konsultansi keinsinyuran engineering
Services), jasa konsultansi pemasaran (marketing Services), jasa
akuntansi atau pembukuan, jasa audit laporan keuangan, dan jasa
perpajakan;
5) jasa perdagangan berupa jasa mencarikan penjual barang di
dalam Daerah Pabean untuk tujuan ekspor; dan
6) jasa interkoneksi, penyelenggaraan satelit dan/atau 81
komunikasi/konektivitas data.
Objek PPN – 9
Kegiatan Membangun Sendiri ............ Pasal 16C

Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas


kegiatan membangun sendiri yang
dilakukan tidak dalam kegiatan usaha
atau pekerjaan oleh orang pribadi atau
badan yang hasilnya digunakan sendiri
atau digunakan pihak lain yang batasan
dan tata caranya diatur dengan
Keputusan
Menteri Keuangan.

* PMK 163/PMK.03/2012
82
Berlaku sejak 22 November 2012
Objek PPN – 9 Kegiatan Membangun Sendiri (.........Lanjutan)

 Dilakukan tidak dalam kegiatan usaha


atau pekerjaan;
 Bangunan yang didirikan merupakan
bangunan untuk tempat tinggal atau
tempat usaha;
 Luas bangunan 200 m2 atau lebih;
 Bangunan bersifat permanen;
 Kegiatan membangun sendiri yang
dilakukan secara bertahap (tidak lebih
dari 2 tahun) dianggap merupakan
satu kesatuan kegiatan
83
Objek PPN – 10
Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula
tidak untuk diperjualbelikan ............ Pasal 16D

Pajak Pertambahan Nilai dikenakan


atas penyerahan Barang Kena Pajak
berupa aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan
oleh Pengusaha Kena Pajak, kecuali
atas penyerahan aktiva yang Pajak
Masukannya tidak dapat dikreditkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9 ayat (8) huruf b dan huruf c. 84
B. Objek PPn BM

Barang Kena Pajak


Tergolong Mewah

Kendaraan Selain Kendaraan


Bermotor Bermotor
 PP No. 41 Tahun 2013 s.t.d.d.  PP No. 41 Tahun 2013 s.t.d.d.
PP No. 22 Tahun 2014 PP No. 22 Tahun 2014
 PMK No. 64/PMK.011/2014  PMK No. 35/PMK.010/2017
s.t.d.d. PMK No. 33/010/2017 s.t.d.d. PMK No. 86/010/2019

85
BAB III - SUBJEK PPN
a. Pengusaha (Orang Pribadi atau Badan) - PKP.
b. Pengusaha Kecil yang memenuhi persyaratan
untuk menjadi PKP atau memilih untuk menjadi PKP
Kriteria Pengusaha Kecil adalah :
- untuk penyerahan BKP omzetnya < 360 juta
- untuk penyerahan JKP omzetnya < 180 juta
(KMK-552/KMK.04/2000 tanggal 22 Des 2000)
- Per 1 Januari 2004 (KMK-571/KMK.03/2003)
batasan Pengusaha Kecil menjadi :< 600 juta/ thn
- (New : Rp 4.800.000.000 - PMK No. 68/2010)
c. Kerjasama Operasi/KSO (Joint Operation/JO)
d. Orang Pribadi/ Badan yang belum PKP
86
e. Pemungut PPN sebagai Subjek Pajak Pengganti
Pihak-pihak Yang
No. OBjEK PPN Paling Dekat Subyek Pajak Keterangan
Dengan Objek
Pajak
1. Penyerahan BKP Penjual dan Pembeli Penjual (PKP) Pilihan UU
PPN
2. Penyerahan JKP Penjual dan Pembeli Penjual (PKP) Pasal 1
angka
3. Penyerahan Aktiva Penjual dan Pembeli Penjual (PKP) 15
Bekas
4. Ekspor BKP Eksportir dan Pembeli Eksportir (PKP)
di Luar Negeri
5. Impor BKP Importir dan Penjual Importir (PKP/ Non Penjual ada
di Luar Negeri PKP) di LN, diluar
6. Pemanfaatan BKP Pihak yang Pihak yang yurisdiksi
Tidak Berwujud dari memanfaatkan di DN memanfaatkan di perpajakan
Luar Pabean dan Penjual BKP DN (PKP/ Non PKP) Indonesia
Tidak Berwujud di LN
7. Pemanfaatan JKP dari Pihak yang Pihak yang
Luar Pabean memanfaatkan di DN memanfaatkan di
dan Penjual JKP di LN DN (PKP/ Non PKP)
8. Kegiatan membangun Pihak yang Pihak yg Pihak yang
sendiri oleh orang membangun sendiri membangun paling dekat 87
pribadi/ badan tidak baik orang pribadi sendiri baik orang dengan
dalam kegiatan usaha/ atau badan pribadi atau badan obyek
pekerjaan (PKP/ Non PKP)
PENGELOMPOKKAN OBYEK PPN, SUBYEK PAJAK,
DAN MEKANISMENYA

NO. OBYEK SUBYEK MEKANISME DPP FAKTUR


PAJAK
I. -PENYERAHAN BKP PKP INDIRECT -HARGA JUAL - FAKTUR
-PENYERAHAN JKP SUBTRACTION -PENGGANTIAN PAJAK
-EKSPOR BKP METHOD -NILAI LAIN -DOKUMEN

-PENYERAHAN (PK-PM) TERTENTU


AKTIVA
BEKAS

II. - PENYERAHAN BKP / PEMUNGUT INDIRECT -HARGA JUAL FAKTUR


JKP KEPADA PPN SUBTRACTION -PENGGANTIAN PAJAK
PEMUNGUT PPN METHOD -NILAI LAIN

(PK-PM)
PEMUNGUT
PPN
III. -IMPOR BKP PKP SELF -NILAI IMPOR DOKUMEN
-PEMANFAATAN BKP MAUPUN IMPOSITION -JUMLAH YANG TERTENTU
TIDAK BERWUJUD NON PKP METHOD DIBAYAR ATAU (Khusus
(MEMUNGUT, Kegiatan
ATAU JKP DARI SEHARUSNYA
MENYETOR, Membangun
LUAR DP DIBAYAR
MELAPORKAN Sendiri
-KEGIATAN -20% JUMLAH

MEMBANGUN
SENDIRI)
PENGELUARAN
Tidak Ada 88
Faktur
SENDIRI
Pajak)
KEWAJIBAN PKP (Pasal 3A) :
a. Melaporkan Usaha untuk
dikukuhkan sebagai PKP
b.Memungut PPN & PPn.BM
terutang
b.Menyetor PPN & PPn.BM terutang
– pada akhir bulan berikutnya.
c. Melaporkan penghitungan pajak -
SPT Masa PPN & PPn.BM pada akhir
bulan berikutnya.
89
BAB IV - TARIF DAN DASAR PENGENAAN PAJAK

Menghitung PPN Terutang:


Dasar Pengenaan Pajak
Tarif
(DPP)

Pasal 8A

90
Tarif PPN ........ Pasal 7

o Tarif PPN : 10%


Dengan PP : 5% ≤ Tarif ≥ 15%
o Untuk Ekspor BKP Berwujud, BKP Tidak
Berwud, JKP diterapkan tarif PPN : 0%

91
TARIF DAN DASAR PENGENAAN PAJAK ......... (lanjutan)

Menghitung PPn BM Terutang:


Dasar Pengenaan Pajak
Tarif
(DPP)

Pasal 10

92
Tarif PPn BM ........ Pasal 8

o Tarif PPn BM : 10% ≤ Tarif ≥ 200%


o Untuk Ekspor BKP Mewah, dikenai
tarif PPn BM : 0%
o Kelompok BKP Mewah >>> PP
o Jenis Barang yang dikenai PPn BM
>>> PMK

93
Dasar Pengenaan Pajak
(DPP)

 Harga Jual
 Penggantian
 Nilai Impor
 Nilai Ekspor
 Nilai Lain
94
.
DPP : 1. Harga Jual

Nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta


atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan
Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan
Nilai yang dipungut menurut Undang-undang ini dan
potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak

PPn BM ?
95
DPP - Harga Jual (Pasal 9 PP No.1 Tahun 2012)

Ayat (2):
PKP yang menghasilkan BKP tergolong Barang Mewah(BM), yang menggunakan BKP BM
lainnya sebagai bagian dari BKP-BM yang dihasilkannya, dan atas perolehan BKP-BM
lainnya tersebut telah dibayar PPn BM-nya, maka:
DPP PPN (Harga Jual) adalah termasuk PPn BM yang telah dibayar atas perolehan BKP BM
lainnya tersebut.
Contoh
PT A merupakan produsen mobil, membeli AC (BM) yang akan dipasang pada mobil yang
dihasilkannya (PPn BM dibayar Rp350.000,00).
Apabila harga produksi mobil sebesar Rp110.000.000,00 dan keuntungan yang diinginkan
PT A sebesar Rp40.000.000,00 maka Harga Jual mobil tersebut sebesar Rp150.350.000,00
(Inc. PPn BM)
Dengan demikian:
- DPP atas mobil tersebut adalah sebesar Rp150.350.000,00.
- Pajak yang terutang atas penyerahan BKP-BM tersebut:
a) PPN = 10% X Rp150.350.000 = Rp15.035.000 96
b) PPn BM (tarif 20%) = 20% X Rp150.350.000 = Rp30.070.000
DPP - Harga Jual (Pasal 9 PP No.1 Tahun 2012)

Ayat (3):
DPP PPN atas penyerahan BKP-BM yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak yang
menghasilkan BKP-BM atau atas impor BKP-BM, adalah tidak termasuk PPN dan PPn BM
yang dikenakan atas penyerahan atau atas impor BKP yang tergolong mewah tersebut.

Contoh:
PT X menghasilkan BKP-BM dan menjual BKP tersebut kepada PT A dengan Harga Jual
sebesar Rp100.000.000.
Atas penjualan tersebut dikenai PPN (10%) dan PPnBM (20%).
DPP atas penyerahan BKP-BM adalah sebesar Rp100.000.000 tidak termasuk PPN
(sebesar 10%) dan PPn BM (sebesar 20%) yang dikenakan atas penyerahan Barang Kena
Pajak tersebut.
Dengan demikian jumlah yang dibayar oleh PT A adalah sbb:
=> DPP (Harga Jual) = Rp100.000.000
=> PPN (tarif 10%) = Rp100.000.000 X 10% = Rp 10.000.000
=> PPn BM (tarif 20%) = Rp100.000.000 X 20% = Rp 20.000.000
=> Jumlah yang dibayar oleh PT A = Rp130.000.000 97
DPP - Harga Jual (Pasal 9 PP No.1 Tahun 2012)

Ayat (4):
DPP atas penyerahan BKP-BM yang dilakukan oleh PKP selain:
1) PKP yang menghasilkan BKP-BM; atau
2) PKP yang melakukan impor BKP-BM,
adalah termasuk PPn BM yang dikenakan atas perolehan atau atas impor BKP-BM
tersebut.

Contoh:
Kelanjutan dari contoh pada ayat (3), PT A menjual BKP tersebut kepada PT B dengan
keuntungan Rp15.000.000,00. DPP atas penjualan tersebut termasuk PPnBM yang
dibayar atas perolehan BKP tersebut. Dengan demikian, jumlah yang dibayar oleh PT
B adalah sebagai berikut:
=> Harga Beli PT A = Rp100.000.000
=> PPn BM yang telah dibayar (tarif 20%) = Rp 20.000.000
=> Keuntungan (yang diharapkan) = Rp 15.000.000
=> Dasar Pengenaan Pajak (DPP) = Rp135.000.000
98
=> PPN = 10% X Rp135.000.000 = Rp 13.500.000
=> Jumlah yang dibayar oleh PT B = Rp148.500.000
.
DPP : 2. Penggantian

Nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau


seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan JKP,
ekspor JKP, atau ekspor BKP Tidak Berwujud, tetapi tidak
termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-Undang ini dan
potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak, atau nilai
berupa uang yang dibayar atau seharusnya dibayar oleh
Penerima Jasa karena pemanfaatan JKP dan/atau oleh penerima
manfaat BKP Tidak Berwujud karena pemanfaatan BKP Tidak
Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.

Pasal 1 angka 19 99
. Penggantian ................. (Lanjutan)

Reimbursement Penggantian

A A

2. Bayar
2. 1.
Bayar Invoice
1.
B Invoice

4. Bayar
4. Bayar

3.
(R)

Invoice 3.
(R) Invoice
100
C C
DPP : 3. Nilai Impor

Nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah
pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan
yang mengatur mengenai kepabeanan dan cukai untuk impor BKP, tidak
termasuk PPN dan PPnBM yang dipungut menurut Undang-Undang ini.

Pasal 1 angka 20

Contoh :

 Harga Barang Impor (C+I+F) : Rp 200.000.000


 Bea Masuk 20% : Rp 40.000.000
 Bea Masuk Tambahan 10% : Rp 20.000.000 101
Nilai Impor : Rp 260.000.000
.
DPP : 4. Nilai Ekspor

Nilai berupa uang, INVOICE


termasuk semua biaya No. : 000303/Exp/2019
yang diminta atau Date: 15 Mei 2019

seharusnya diminta Price of Goods : USD 25,000


oleh eksportir. Insurance : USD 1,000
Freight : USD 3.000
Selling Price : USD 29,000
Pasal 1 angka 26

Nilai Ekspor = USD 29,000


102
DPP : 5. Nilai Lain
a. Pemakaian Sendiri BKP dan/atau JKP : Harga Jual/Penggantian (dikurangi) Laba Kotor
b. Pemberian cuma-cuma BKP dan/atau JKP : Harga Jual/Penggantian (dikurangi) Laba Kotor
c. Penyerahan Rekaman Suara/gambar : Harga Jual Rata-rata (Hanya berlaku untuk
penyerahan produksi dalam negeri (Dihapus – PMK.121/ 2015)
d. Penyerahan Film Cerita : Hasil Rata-rata per judul Film (Tidak termasuk film cerita Impor
PMK 38/2013).... Film Cerita Impor: PMK No. 102/2011)
e. Penyerahan produk hasil tembakau adalah sebesar harga jual eceran (dasar
penghitungan cukai) PMK No. 174/2015 (8,7%) Jo. PMK No. 207/2016 (9,1%).
f. Persediaan BKP dan/atau Aktiva Yang Menurut Tujuan Semula Tidak Untuk
Diperjualbelikan yang tersisa saat pembubaran perusahaan : Harga Pasar Wajar;
g. Penyerahan BKP dari Pusat ke Cabang dan sebaliknya atau antar Cabang Harga Pokok
Penjualan (HPP) atau Harga Perolehan;
h. Penyerahan BKP melalui pedagang perantara adalah harga yang disepakati pedagang
perantara dengan pembeli;
i. Penyerahan Barang Kena Pajak melalui juru lelang adalah harga lelang;
j. Penyerahan jasa pengiriman paket adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah yang ditagih
atau jumlah yang seharusnya ditagih
103
PMK No. 75/PMK.03/2010 Jo. PMK No. 38/PMK.011/2013 Jo. PMK No. 56/PMK.03/2015 Jo. PMK
No.121/PMK.03/2015
Nilai Lain …..….. (lanjutan)
k. Penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah 10%
(sepuluh persen) dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya
ditagih.
l. untuk penyerahan emas perhiasan termasuk penyerahan jasa perbaikan
dan modifikasi emas serta jasa-jasa lain yang berkaitan dengan emas
perhiasan, yang dilakukan oleh pabrikan emas perhiasan adalah 20%
(dua puluh persen) dari harga jual emas perhiasan atau nilai
penggantian (DIHAPUS – PMK.56 diatur di PMK.30/2014)
m. untuk penyerahan jasa pengurusan transportasi (freight forwarding)
yang didalam tagihan jasa pengurusan transportasi tersebut terdapat
biaya transportasi (freight charges) adalah 10% (sepuluh persen) dari
jumlah yang ditagih atau seharusnya ditagih.
PMK No. 102/ 2011:
 Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar DP di dalam DP berupa Film
Cerita Impor : Rp12.000.000 / Copy Film;
 Penyerahan Film Cerita Impor : Rp12.000.000 / Copy Film
104
PMK No. 75/PMK.03/2010 Jo. PMK No. 38/PMK.011/2013 Jo. PMK No.
PMK No. 102/PMK.011/2011
56/PMK.03/2015 Jo. PMK No.121/PMK.03/2015
DPP Nilai Lain (Pasal 4 PMK Nomor 30/PMK.03/2104) :

Penyerahan Emas Perhiasan dan/atau Jasa yang terkait dengan Emas Perhiasan :
1) 20% dari harga jual Emas Perhiasan atau Nilai Penggantian;
2) Dalam hal penyerahan Emas Perhiasan dilakukan dengan cara ditukar dengan
emas batangan sebagai bahan baku, DPP adalah 20% dari selisih antara Harga
Jual Emas Perhiasan dikurangi dengan harga emas batangan 24 karat yang
terkandung dalam emas perhiasan.

105

PMK No. 30/PMK.03/2014


Penghitungan PPN atas Penyerahan Emas
Perhiasan dan/atau Jasa Terkait

Contoh 1): Jawaban:


Data Penjualan: Penghitungan PPN Terutang:
Emas Perhiasan ... Rp30.000.000
= { DPP } X { Tarif }
Emas Batangan .... Rp20.000.000
Jasa Perbaikan .... Rp10.000.000 = { 20% X (30 jt + 10 jt) } X {10%}
Data Pembelian/Biaya: = Rp 8.000.000 X 10%
Sewa Toko ........... Rp20.000.000 = Rp 800.000
(PPN sewa toko Rp2.000.000)
Hitung PPN yang Terutang atas
transaksi di atas!
Penghitungan PPN atas Penyerahan Emas
Perhiasan dan/atau Jasa Terkait

Jawaban:
Contoh 2):
Data Pesanan Toko Emas “Cahaya”: Penghitungan PPN Terutang:
• Menerima Order dari Ny. Anna 1 set
perhiasan desain khusus (kalung 25 gr;
= { DPP } X { Tarif }
gelang 20 gr; anting 10 gr, cincin 15 gr);
= { 20% X (70 jt - 40 jt)} X {10%}
• Saat order Ny. Anna menyerahkan emas
batangan 80 gr (disepakati harga emas = { 20% X 30 jt } X {10%}
batangan Rp500.000/gr) sebagai bahan baku;
• Setelah selesai, Toko Emas “Cahaya” = Rp 6.000.000 X 10%
menyerahkan 1 set perhiasan kepada
Ny.Anna dengan dengan Harga Jual = Rp 600.000
Rp70.000.000.
Hitung:
Berapa PPN Terutang yang harus disetorkan ke 107
kas negara?
Penghitungan PPN atas Penyerahan Emas Perhiasan
dan/atau Jasa Terkait

Catatan:
Pasal 6 PMK Nomor 30/PMK.03/2014:
Pengusaha Emas Perhiasan wajib melaporkan usahanya ke KPP
yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha untuk
dikukuhkan sebagai PKP.

Kewajiban ini juga berlaku bagi Pengusaha Emas Perhiasan yang
memenuhi kriteria sebagai Pengusaha Kecil (omzet < Rp4,8M).
Jawaban Soal Nomor 3 USKP Juni’19:
Walaupun Pengusaha Emas Perhiasan termasuk dalam kriteria
Pengusaha Kecil, tetap Wajib melaporkan diri untuk dikukuhkan
sebagai PKP. 108
DPP
DPPPPN
PPNAtas
AtasKegiatan
KegiatanMembangun
MembangunSendiri
Sendiri

Jumlah biaya yang dikeluarkan


20% X setiap bulan (tidak termasuk
perolehan tanah)

PPN yang terutang:

= 10% X DPP
109
Hubungan Istimewa ......... (Pasal 2 UU PPN 1984)

Hubungan Istimewa dianggap ada apabila :


Pengusaha mempunyai penyertaan langsung atau
tidak langsung sebesar 25% atau lebih pada
pengusaha lain, atau hubungan antara Pengusaha
dengan penyertaan 25% atau lebih pada dua
Pengusaha atau lebih, demikian pula hubungan
antara dua Pengusaha atau lebih yang disebut
terakhir;
Pengusaha menguasai Pengusaha lainnya atau dua
atau lebih Pengusaha berada dibawah penguasaan
Pengusaha yang sama baik langsung maupun tidak
langsung; atau
Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun
semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat 110
dan atau ke samping satu derajat.
Dalam hal harga jual atau Penggantian dipengaruhi oleh hubungan
istimewa, maka Harga Jual atau Penggantian dihitung atas dasar
harga pasar wajar pada saat penyerahan Barang Kena Pajak atau
Jasa Kena Pajak itu dilakukan

111
BAB V - SAAT DAN TEMPAT PAJAK TERUTANG
Saat Pajak Terutang
a. Penyerahan BKP;
b. Impor BKP;
c. Penyerahan BKP Tidak Berwujud;
d. Penyerahan JKP;
e. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean;
f. Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean;
g. Ekspor BKP;
h. Ekspor BKP Tidak Berwujud
i. Ekspor JKP; atau
 Dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan BKP/JKP atau dalam hal
pembayaran dilakukan sebelum dimulainya pemanfaatan BKP Tidak Berwujud
atau JKP dari luar Daerah Pabean, saat terutangnya pajak adalah pada saat
pembayaran.
 Pada saat lain yang ditetapkan Dirjen Pajak, dalam hal saat terutangnya pajak
sukar ditetapkan atau terjadi perubahan ketentuan yang dapat menimbulkan 112
ketidakadilan
Pasal 11 UU PPN
Saat Terutang pajak atas Penyerahan BKP :

a. Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian


b. Pengalihan BKP oleh karena suatu perjanjian
sewa beli dan perjanjian leasing
c. Penyerahan BKP kepada pedagang perantara
atau melalui juru lelang
d. Pemakaian Sendiri dan atau pemberian cuma-
Cuma atas BKP
e. Persediaan BKP dan aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjual belikan, sepanjang
PPN atas perolehan aktiva tsb menurut
ketentuan dapat dikreditkan.
f. Penyerahan BKP dari Pusat ke Cabang atau
sebaliknya dan penyerahan BKP antar Cabang
g. Penyerahan BKP secara konsinyasi
113
Saat Terutang Pajak atas Penyerahan
BKP bergerak:

• Saat BKP diserahkan secara


langsung kepada pembeli atau
pihak ketiga untuk dan atas nama
pembeli, atau
• Saat BKP diserahkan kepada juru
kirim atau pegusaha jasa angkutan

PP No.1 Tahun 2012

114
 Terutang Pajak atas penyerahan
BKP tidak bergerak
• Saat penyerahan hak untuk
menguasai atau menggunakan
secara yuridis
• Saat penyerahan hak untuk
menguasai atau menggunakan
secara nyata

PP No. 1 Tahun 2012

115
 Terutangnya pajak atas Penyerahan
BKP Tidak Berwujud
 Saat harga penyerahannya diakui
sebagai piutang oleh PKP yang
bersangkutan
 Saat harga penyerahannya ditagih oleh
PKP yang bersangkutan
 Saat harga penyerahannya dibayar
baik sebagian maupun keseluruhan
 Saat ditandatanganinya kontrak atau
perjanjian oleh PKP yang bersangkutan

116
Terutangnya Pajak atas penyerahan JKP:

 Untuk jasa pemborong bangunan atau


barang tidak bergerak berdasarkan termin
pembayaran

 Untuk jasa selain pemborong bangunan:


₋ Tersedianya barang atau fasilitas untuk
dipakai baik sebagian atau seluruhnya;
₋ Dilakukan penagihan penggantian;
₋ Pembayaran diterima sebelum penyerahan
JKP. 117
 Terutangnya pajak atas Impor BKP
Saat BKP tersebut dimasukkan ke dalam Daerah Pabean

 Terutangnya Pajak atas Ekspor BKP


Saat BKP tersebut dikeluarkan dari Daerah Pabean

118
Terutangnya Pajak atas persediaan BKP dan
aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjual belikan yang tersisa pada saat
pembubaran perusahaan :
 Berakhirnya jangka waktu berdirinya perseroaan
yang ditetapkan dalam anggaran dasar
 Saat ditandatangani Akta Pembubaran oleh
Notaris
 Tanggal penetapan pengadilan yang menyatakan
perseroan telah dibubarkan
 Saat diketahui telah bubar atau tidak ada
kegiatan usaha secara nyata berdasarkan hasil
pemeriksaan atau berdasarkan data atau
dokumen yang ada 119
 Terutang pajak atas pemanfaatan BKP tidak
berwujud atau JKP dari Luar Pabean
a. Saat secara nyata digunakan oleh pihak yang
memanfaatkan
b. Saat harga perolehannya dicatat sebagai utang oleh
pihak yang memanfaatkannya
c. Saat penagihan yang menyerahkannya
d. Saat pembayaran oleh pihak yang
memanfaatkannya
e. Saat ditandatangani surat perjanjian (dalam hal
kondisi pada huruf a,b,c,atau d tidak dapat
diketahui)
f. Saat lain yang ditetapkan Dirjen Pajak 120
Tempat Pajak Terutang ............... (Pasal 12 UU PPN)

Tempat Pajak Terutang :

 Tempat Tinggal/Tempat Kedudukan usaha PKP; dan/atau

 Tempat Kegiatan Usaha dilakukan

 Tempat lain yang ditetapkan Dirjen Pajak (LTO, Madya,


PMA, PMB, dll.)

 Satu atau lebih yang ditetapkan Dirjen Pajak atas


pemberitahuan tertulis dari PKP (Pemusatan)

 Tempat BKP dimasukkan dan dipungut melalui Ditjen BC


121
dalam hal Impor
Pemusatan Pajak Terutang ........... Pasal 12 ayat (2)

PER-19/PJ/2010
Penetapan satu tempat atau lebih sebagai tempat PPN Terutang:
 Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang memiliki lebih dari satu tempat
PPN terutang dapat memilih satu tempat atau lebih sebagai Tempat
Pemusatan PPN Terutang.
 PKP dimaksud wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis
kepada Kepala Kantor Wilayah DJP (Kanwil) dengan tembusan
kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang wilayah kerjanya
meliputi tempat-tempat PPN terutang yang akan dipusatkan.

122
Pasal 2
Pemusatan PPN (PER-19/PJ/2010) .............. (Lanjutan)

 Tempat tinggal, tempat kedudukan, atau tempat kegiatan


usaha PKP yang:
• berada di Kawasan Berikat;
• berada di Kawasan Ekonomi Khusus;
• berada di Kawasan bebas; atau
• mendapatkan fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor
tidak dapat dipilih sebagai Tempat Pemusatan PPN
Terutang ataupun tempat PPN Terutang yang akan
dipusatkan.
Pasal 3 123
Pemusatan PPN (PER-19PJ.2010) ................ (Lanjutan)

 Pemberitahuan secara tertulis harus memenuhi persyaratan:

 memuat nama, alamat, dan NPWP tempat PPN terutang


yang dipilih sebagai Tempat Pemusatan PPN Terutang;
 memuat nama, alamat, dan NPWP tempat PPN terutang
yang akan dipusatkan; dan
 dilampiri surat pernyataan bahwa administrasi penjualan
diselenggarakan secara terpusat pada tempat PPN
terutang yang dipilih sebagai Tempat Pemusatan PPN
Terutang
Pasal 4 124
Pemusatan PPN ....................... (Lanjutan)

Jangka Waktu Terbit Keputusan Pemusatan PPN)


 Paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya pemberitahuan,
Kepala Kantor Wilayah (a.n. Direktur Jenderal Pajak) menerbitkan:
• Surat Keputusan Pemusatan Tempat PPN Terutang, dalam hal
pemberitahuan memenuhi persyaratan;
• Surat Pemberitahuan Penolakan Pemusatan Tempat PPN Terutang,
dalam hal pemberitahuan tidak memenuhi persyaratan
 Apabila setelah jangka waktu 14 hari kerja tidak diterbitkan Keputusan
Pemusatan atau Pemberitahuan Penolakan Pemusatan, maka
pemberitahuan dari PKP dianggap disetujui, dan Surat Keputusan Direktur
Jenderal Pajak tentang Persetujuan Pemusatan Tempat Pajak Pertambahan
Nilai Terutang harus diterbitkan paling lama 5 (lima) hari kerja setelah
jangka waktu dimaksud berakhir. 125

125
Pemusatan PPN ....................... (Lanjutan)

Saat Berlaku Pemusatan:


 Masa pajak berikutnya setelah tanggal
Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak
tentang Persetujuan Pemusatan Tempat Pajak
Pertambahan Nilai Terutang diterbitkan.
 Keputusan berlaku selama 5 (lima) tahun
sejak tanggal Surat Keputusan Direktur
Jenderal Pajak tentang Persetujuan
Pemusatan Tempat Pajak Pertambahan Nilai
Terutang diterbitkan.

126

126
Pemusatan PPN ....................... (Lanjutan)

• PKP yang telah melaksanakan pemusatan PPN terutang


dapat memilih tempat PPN terutang yang lain sebagai
Tempat Pemusatan PPN Terutang yang baru dan wajib
menyampaikan pemberitahuan kepada Kepala Kantor
Wilayah DJP.
• PKP yang telah melaksanakan pemusatan PPN terutang,
wajib menyampaikan pemberitahuan kepada Kepala
Kantor Wilayah DJP, dalam hal terdapat penambahan
tempat PPN terutang yang akan dipusatkan atau
pengurangan tempat PPN terutang yang telah dipusatkan.
• Pemberitahuan perubahan Tempat Pemusatan PPN
Terutang hanya dapat dilakukan setelah jangka waktu 2
(dua) tahun sejak mulai berlakunya pemusatan. 127

127
Pemusatan PPN ....................... (Lanjutan)

Apabila setelah jangka waktu Kepala Kantor Wilayah DJP tidak


menerbitkan:
 Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang Persetujuan Pemusatan
Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang; atau
 surat pemberitahuan penolakan pemusatan Pajak Pertambahan Nilai
terutang, atau surat pemberitahuan penolakan perubahan pemusatan
Pajak Pertambahan Nilai terutang,
maka pemberitahuan dari Pengusaha Kena Pajak dianggap disetujui,
dan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang Persetujuan
Pemusatan Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang harus
diterbitkan paling lama 5 (lima) hari kerja setelah jangka waktu
dimaksud berakhir.

 Persetujuan Pemusatan Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang


mulai berlaku untuk masa pajak berikutnya setelah tanggal Surat
128
Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang Persetujuan
Pemusatan Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang diterbitkan.
128
Pemusatan PPN ....................... (Lanjutan)

• Dalam hal pemberitahuan tidak disetujui, Pengusaha Kena Pajak dapat


menyampaikan kembali pemberitahuan dengan melengkapi persyaratan.
• Pengusaha Kena Pajak yang telah melaksanakan pemusatan Pajak
Pertambahan Nilai terutang dapat menyampaikan pemberitahuan
pencabutan pemusatan tempat Pajak Pertambahan Nilai terutang
kepada Kepala Kantor Wilayah DJP.
• Pemberitahuan wajib disampaikan paling lama tanggal 10 (sepuluh)
sebelum masa pajak dimana Pengusaha Kena Pajak tidak lagi
menginginkan tempat-tempat Pajak Pertambahan Nilai terutang
dipusatkan, dengan tembusan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak
tempat-tempat Pengusaha Kena Pajak terdaftar yang semula dipusatkan.
• Kepala Kantor Wilayah DJP atas nama Direktur Jenderal Pajak dalam
jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya
pemberitahuan, menerbitkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak
tentang Pencabutan Pemusatan Tempat Pajak Pertambahan Nilai
Terutang. 129

129
Pemusatan PPN ....................... (Lanjutan)

• Pengusaha Kena Pajak yang telah melaksanakan pemusatan


Pajak Pertambahan Nilai terutang dapat memperpanjang
jangka waktu pemusatan tempat Pajak Pertambahan Nilai
terutang dan wajib menyampaikan pemberitahuan kepada
Kepala Kantor Wilayah DJP dalam jangka waktu paling lama
14 (empat belas) hari kerja sebelum batas waktu
persetujuan pemusatan Pajak Pertambahan Nilai terutang
berakhir.
• Kepala Kantor Wilayah DJP atas nama Direktur Jenderal
Pajak dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari
kerja sejak diterimanya pemberitahuan menerbitkan Surat
Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang Pemusatan
Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang yang baru.
130

130
Pemusatan PPN ....................... (Lanjutan)

• Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang mengadministrasikan


Tempat Pemusatan PPN Terutang dapat melaksanakan
evaluasi terhadap PKP yang telah melakukan pemusatan .
• Dalam hal berdasarkan hasil evaluasi diketahui bahwa PKP
tidak memenuhi syarat lagi untuk pemusatan, Kepala Kantor
Pelayanan Pajak menyampaikan laporan hasil evaluasi
kepada Kepala Kantor Wilayah DJP.
• Berdasarkan laporan hasil evaluasi dari Kepala Kantor
Pelayanan Pajak, Kepala Kantor Wilayah DJP menerbitkan
Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang Pencabutan
Pemusatan dan berlaku mulai masa pajak berikutnya setelah
dikeluarkannya surat keputusan pencabutan.
131

131
Pemusatan PPN ....................... (Lanjutan)
Bagan Pemusatan
Pemusatan Memenuhi Tdk Menerbitkan Berlaku masa
tetap berlaku kriteria Pemeriksaan memenuhi pemberitahuan Pjk berikutnya
pembatalan

14 hari
menerbitkan Penambahan/penguran
OK Berlaku untuk masa
surat gan tempat usaha yg
pajak berikutnya Terjadi
Pemberitahua Keputusan dipusatkan
selama 5 tahun Perubahan
n WP persetujuan
(self pemusatan
assessment) Penelitian
formal Surat Keputusan
14 hari Pemindahan
persetujuan
menerbitkan Pemberitahuan perubahan tempat 14 hari Pemusatan yang
surat pencabutan (2 bulan pemusatan (stlh 2 terbitkan baru
pemberitahuan sebelum masa tahun)
Tdk berlakunya
tdk dpt
OK pencabutan)
dilakukan
pemusatan Pemberitahuan
penolakan Berlaku untuk 5
pemusatan tahun
5 hari kerja menerbitkan surat
pemberitahuan pencabutan

14 hari menerbitkan Surat 2 bulan sebelum masa


Diperpanjang Masa berlaku
Keputusan Pemusatan berlaku habis
penetapan habis
yang baru memberitahukan

132
Tidak diperpanjang
BAB VI - MEKANISME PEMUNGUTAN PAJAK

 PKP yang melakukan penyerahan BKP/JKP wajib memungut PPN dari


pembeli BKP/JKP yang bersangkutan, sebagai bukti pemungutan PPN,
PKP tersebut membuat faktur pajak;
 PPN yang tercantum dalam faktur pajak merupakan Pajak Keluaran (PK)
yang PPN-nya terutang dan wajib dipungut oleh penjual BKP/JKP;
 PPN yang telah dibayar oleh PKP pembeli BKP/JKP merupakan Pajak
Masukan (PM) yang dapat dikreditkan;
 Dalam setiap masa pajak, jumlah Pajak Masukan yang dibayar
diperhitungkan dengan Pajak Keluaran yang dipungut (PPN Disetor/Lebih
Dibayar) = PK – PM;
 SPT Masa PPN Kurang Bayar (KB) : PK > PM
 SPT Masa PPN Lebih Bayar (LB) : PK < PM
133
 SPT Masa PPN Nihil (N) : PK = PM
VI.1. Mekanisme Pembayaran Pajak

1. Pembayaran PPN dengan Menitipkan ke Pihak Penjual:


o Merupakan mekanisme umum, dimana PKP yang
menyerahkan BKP/JKP menerima aliran uang masuk berupa
PPN (PK) disamping uang masuk atas Harga Jual/Penggantian;
o PPN Keluaran yang diterima PKP Penjual akan disandingkan
dengan PM yang dimiliki.
2. Pembayaran PPN secara Langsng ke Negara:
 Penyerahan BKP/JKP kepada Bendahara;
 Impor;
 Pemanfaatan JKP/BKP Tidak berwujud dari luar Daerah
Pabean di dalam Daerah Pabean;
 Kegiatan Membangun Sendiri;
134
 SPT Masa PPN status Kurang Bayar
VI. 2. FAKTUR PAJAK

Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang


dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau
penyerahan Jasa Kena Pajak.
Pasal 1 angka 23

Fungsi FP :
 Bukti Pungutan pajak bagi PKP yang
menyerahkan BKP/JKP;
 Bukti Pembayaran Pajak ditinjau dari sisi
pembeli; 135
 Sarana pengkreditan Pajak Masukan
Jenis Faktur Pajak

Macam Faktur Pajak:

 Faktur Pajak {Pasal 13 ayat (1)};


 Faktur Pajak Gabungan {Pasal 13 ayat (2)};
 Dokumen-dokumen tertentu yang
kedudukannya dipersamakan dengan faktur
pajak (Pasal 13 ayat 6).

136
DASAR HUKUM FAKTUR PAJAK

Pasal 13 ayat (1), (1a), (2), (2a) UU PPN

PER – 13/PJ/2010 s.t.d.d. PER-65/PJ/2010, tentang:


Bentuk, Ukuran, Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka
Pembuatan, Tata Cara Pengisian Keterangan, Tata Cara
Pembetulan atau Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan
Faktur Pajak (Berlaku s.d. 31 Maret 2013)

PER – 24/PJ/2012 s.t.d.t.d. PER-17/PJ/2014


Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan,
Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan,
Tata Cara Pembetulan atau Penggantian, dan Tata Cara
Pembatalan Faktur Pajak (Berlaku sejak 1 April 2013). 137
Faktur Pajak paling sedikit memuat :

a.Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan


Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak;
b.Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli
Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak;
c. Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian,
dan potongan harga;
d.Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;
e.Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang dipungut;
f. Kode, nomor seri dan tanggal pembuatan Faktur Pajak;
g.Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur
Pajak. 138
Prosedur Pemberitahuan dalam rangka
Pembuatan Faktur Pajak :

a. PKP mengajukan permohonan kode aktivasi dan


password;
b. PKP mengajukan permintaan Nomor Seri
Faktur Pajak
c. PKP menyampaikan nama pejabat/pegawai yang
berhak menandatangani faktur pajak;

139
KODE DAN NOMOR SERI FAKTUR PAJAK

0 0 0.000–0 0.0 0 0 0 0 0 0 0

Kode Nomor Urut


Kode Cabang Tahun Penerbitan
Transaksi
Kode Status

Kode Faktur PER-13/2010 jo. Nomor Seri


Pajak PER-65/2010 Faktur Pajak

Kode Faktur PER-24/2013 Nomor Seri


Pajak TMT: 01-04-2013 Faktur Pajak 140
Kode Faktur Pajak

01-kepada Selain Pemungut PPN


Kode Transaksi : 02-kepada Pemungut Bendaharawan
03-kepada Pemungut PPN lainnya
04-yang menggunakan DPP Nilai Lain
05-tidak dapat digunakan sejak 01-04-2010
06-penyerahan Lainnya kpd selain
Pemungut
07-yang PPN-nya Tidak Dipungut
08-yang dibebaskan dari pengenaan PPN
09-penyerahan Aktiva pasal 16 D

0-Normal 141
Kode Status :
1-Penggantian
SAAT
SAATPEMBUATAN
PEMBUATAN
e-FAKTUR
e-FAKTUR

142
e-Faktur Harus Dibuat pada:
Saat penyerahan BKP

Saat penyerahan JKP

Saat penerimaan pembayaran


•• dalam
dalam hal
hal penerimaan
penerimaan pembayaran
pembayaran terjadi
terjadi sebelum
sebelum penyerahan
penyerahan
BKP
BKP dan/atau
dan/atau JKP
JKP

Saat penerimaan pembayaran termin


•• dalam
dalam hal
hal penyerahan
penyerahan sebagaian
sebagaian tahap
tahap pekerjaan
pekerjaan

Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan


Peraturan Menteri Keuangan
143

Pasal 3 PER-16/PJ/2014
PEMBUATAN
PEMBUATAN
e-FAKTUR
e-FAKTUR

144
Informasi di dalam e-Faktur
Paling sedikit harus memuat:
Nama,
Nama, alamat,
alamat, dan
dan NPWP
NPWP yang
yang menyerahkan
menyerahkan BPK/JKP
BPK/JKP

Nama,
Nama, alamat,
alamat, dan
dan NPWP
NPWP pembeli
pembeli BPK/penerima
BPK/penerima JKP
JKP

Jenis
Jenis barang
barang atau
atau jasa,
jasa, jumlah
jumlah Harga
Harga Jual
Jual atau
atau Penggantian,
Penggantian, dan
dan potongan
potongan harga
harga

PPN
PPN yang
yang dipungut
dipungut

PPnBM
PPnBM yang
yang dipungut
dipungut

Kode,
Kode, nomor
nomor seri,
seri, dan
dan tanggal
tanggal pembuatan
pembuatan faktur
faktur pajak
pajak

Nama
Nama dan
dan tanda
tanda tangan
tangan yang
yang berhak
berhak menandatangani
menandatangani faktur
faktur pajak
pajak

berupa tanda tangan elektronik 145

Pasal 4 PER-16/PJ/2014
Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak

. - .
Kode transaksi & status Nomor Seri

Terdiri dari 16 digit:


- 2 digit Kode Transaksi
- 1 digit Kode Status
- 13 digit Nomor Seri Faktur Pajak (Ditentukan oleh
sistem DJP, termasuk kode tahun akan di-create
oleh sistem DJP dan kode cabang dihapus)
146
Kode Transaksi:
01 - digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP yang
terutang PPN dan PPNnya dipungut oleh PKP Penjual yang
melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP
02 - digunakan untuk penyerahan BKP dan/ atau JKP kepada
Pemungut PPN Bendahara Pemerintah yang PPNnya dipungut
oleh Pemungut PPN Bendahara Pemerintah
03 - digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP kepada
Pemungut PPN Lainnya (selain Bendahara Pemerintah) yang
PPNnya dipungut oleh Pemungut PPN Lainnya (selain
Bendahara Pemerintah)
04 - digunakan untuk penyerahan BKP dan/ atau JKP yang
menggunakan DPP Nilai Lain yang PPNnya dipungut oleh PKP
147
Penjual yang melakukan penyerahan BKP dan/ atau JKP
Kode Transaksi:
05 - Kode ini tidak digunakan
06 - digunakan untuk penyerahan lainnya yang PPNnya dipungut
oleh PKP Penjual yang melakukan penyerahan BKP dan/atau
JKP, dan penyerahan kepada orang pribadi pemegang paspor
luar negeri (turis asing) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16E
Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai.
07 - digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP yang
mendapat fasilitas PPN Tidak Dipungut atau Ditanggung
Pemerintah (DTP)
08 - digunakan untuk penyerahan BKP dan/ atau JKP yang
mendapat fasilitas Dibebaskan dari pengenaan PPN
09 - digunakan untuk penyerahan Aktiva Pasal 16D yang PPNnya
dipungut oleh PKP Penjual yang melakukan penyerahan BKP 148
Kode Status:
 Kode Status:
• 0 (nol) untuk status normal;
• 1 (satu) untuk status penggantian.
 Dalam hal diterbitkan Faktur Pajak
pengganti ke-2, ke-3, dan seterusnya,
maka Kode Status yang digunakan Kode
Status '1'.
149
Nomor Seri:
 terdiri dari 11 digit nomor urut yang dipisahkan oleh 2 digit
tahun penerbitan
 KPP tempat PKP dikukuhkan akan memberikan Nomor Seri ke
PKP sesuai dengan tata cara yang telah ditentukan ( Nomor Seri
diberikan dalam bentuk blok nomor dengan jumlah sesuai
permintaan PKP)
 Nomor Seri digunakan untuk membuat Faktur Pajak pada
tanggal yang sama dengan tanggal Surat Pemberian Nomor Seri
Faktur Pajak atau tanggal sesudahnya dalam tahun yang sama
dengan Kode Tahun Penerbitan yang tertera pada Nomor Seri
Faktur Pajak tersebut
 sejak tanggal 1 Januari 2015 permintaan Nomor Seri untuk
Tahun 2014 tidak dapat dilayani oleh KPP
150
 mulai tanggal 1 Januari 2015, pembuatan Faktur Pajak harus
sudah menggunakan Nomor Seri untuk Tahun 2015.
Contoh Tampilan
PDF/Cetakan
Kertas e-Faktur*)

*) Apabila e-Faktur dicetak di atas kertas


yang disediakan secara khusus oleh
PKP, misalnya kertas yang telah dicetak
logo perusahaan, alamat, atau informasi 151
lainnya, maka e-Faktur yang dicetak di
atas kertas tersebut tetap berfungsi
sebagai Faktur Pajak.
Perbedaan Faktur Pajak Kertas dengan e-
Faktur
No Keterangan Faktur Pajak Kertas e-Faktur
1 Bebas tidak ditentukan dan Ditentukan oleh aplikasi/sistem yang
Format/lay out dapat mengikuti contoh di ditentukan dan atau disediakan oleh DJP
lampiran PER-24/PJ/2012
2 Tanda tangan basah diatas Tanda tangan elektronik berbentuk QR
Tanda Tangan FP kertas code
3 Diwajibkan berbentuk kertas Tidak diwajibkan untuk dicetak dalam
Bentuk & lembar dan jumlah lembar diatur bentuk kertas
4 Seluruh PKP PKP yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak
PKP yang membuat
5 seluruh Penyerahan BKP/JKP saja
Jenis Transaksi
6 - e-faktur dilaporkan ke DJP dengan cara
Prosedur Lapor /upload upload dan mendapat persetujuan DJP
& persetujuan DJP
7 Rupiah dan Dollar Rupiah (Selain Rupiah, dikonversi ke
Mata Uang Rupiah dengan menggunakan kurs Menteri
Keuangan pada saat pembuatan e-Faktur)
8 Menggunakan aplikasi Menggunakan aplikasi yang sama dengan
Pelaporan SPT PPN tersendiri aplikasi pembuatan e-Faktur

152
Gambaran Umum Pembuatan e-Faktur
Pengusaha Kena Direktorat Jenderal
Pajak Pajak

Proses 9: DJP melakukan


pengelolaan data e-faktur
Proses 1: PKP menutup kontrak/kesepakatan penyerahan, untuk pelayanan dan
membuat Faktur Pajak , dan melakukan pencatatan baik secara Proses 4: DJP memberikan pengawasan
manual/dengan sistem persetujuan/approval FP

Faktur Pajak
elektronik

Proses 3: PKP melaporkan


FP ke DJP via e-faktur + online
Proses 5: PKP dapat create PKP
PDF dan cetak e-Faktur Proses 2: PKP memasukan
data faktur pajak secara manual
atau dengan impor data ke
aplikasi e-Faktur SPT PPN
.csv Proses 7: PKP
melaporkan SPT PPN
Proses 8: KPP
membuat tanda terima
Keterangan: Ilustrasi di atas adalah gambaran umum Proses 6: PKP membuat SPT langsung ke KPP atau SPT Masa PPN
pembuatan e-Faktur melalui aplikasi client PPN dalam aplikasi e-Faktur via e-filling
153
e-Faktur Client Application

Cetak FP Faktur
55 Pajak

Send melalui email Faktur


Pajak
Elektronik
INTERNET
11

E-FAKTUR CLIENT
PKP PENJUAL PKP PEMBELI
33 88

Penerbitan
66 Faktur Pajak
INTERNET
Pelaporan SPT

Nomor
Permohonan
Seri
Faktur
Nomor Seri INTERNET
Faktur

INTERNET Generate 22 Konfirmasi


Nomor Seri Faktur Pajak
Faktur

Upload FP
Send Approval Code
44 Generate 154
Send e-SPT Approval Code

NTTE 77 Generate NTTE


Download NTTE
E-FAKTUR/E-NOFA DJP
e-FAKTUR
e-FAKTUR
PENGGANTI
PENGGANTI

155
e-Faktur Pengganti
Faktur pajak yang:
• salah dalam dibuatkan
pengisian, atau tidak memuat
• salah dalam keterangan yang
sehingga
penulisan lengkap, jelas, dan
benar

melalui aplikasi atau sistem elektronik


yang ditentukan dan/atau disediakan Direktorat
Jenderal Pajak.
156

Pasal 6 PER-16/PJ/2014
PEMBATALAN
PEMBATALAN
e-FAKTUR
e-FAKTUR

157
Pembatalan
e-Faktur

Transaksi batal
e-Faktur harus dibatalkan

PKP Penjual PKP Pembeli

• didukung oleh bukti atau dokumen yang membuktikan bahwa telah


• didukung oleh bukti atau dokumen yang membuktikan bahwa telah
terjadi pembatalan transaksi
terjadi pembatalan transaksi
 berupa pembatalan kontrak atau dokumen lain
 berupa pembatalan kontrak atau dokumen lain
• PKP Penjual yang melakukan pembatalan Faktur Pajak harus
• PKP Penjual yang melakukan pembatalan Faktur Pajak harus
memiliki bukti dari PKP Pembeli yang menyatakan bahwa transaksi
memiliki bukti dari PKP Pembeli yang menyatakan bahwa transaksi
dibatalkan
dibatalkan 158
• melalui aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan dan/atau
• melalui aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan dan/atau
disediakan Direktorat Jenderal Pajak.
disediakan Direktorat Jenderal Pajak.
Pembatalan e-Faktur (lanjutan)
Jika belum  tetap melaporkan e-Faktur Pajak tersebut
melaporkan dalam SPT Masa PPN dengan
dalam SPT mencantumkan nilai 0 (nol) pada kolom
DPP, PPN atau PPN dan PPn BM

Jika sudah  melakukan pembetulan SPT Masa PPN


melaporkan Masa Pajak yang bersangkutan, dengan cara
dalam SPT tetap melaporkan e-Faktur yang dibatalkan
tersebut dan mencantumkan nilai 0 (nol)
pada kolom DPP, PPN atau PPN dan PPn
BM.

PKP Penjual
159
Pembatalan e-Faktur (lanjutan)
Jika telah melaporkan e-Faktur yang
dibatalkan tersebut dalam SPT PPN
sebagai Faktur Pajak Masukan

melakukan pembetulan SPT Masa PPN


Masa Pajak yang bersangkutan

dengan cara tetap melaporkan e-


Faktur yang dibatalkan tersebut
PKP Pembeli dengan mencantumkan nilai 0 (nol)
pada kolom DPP, PPN atau PPN dan 160
PPn BM.
e-FAKTUR RUSAK
e-FAKTUR RUSAK
ATAU
ATAUHILANG
HILANG

161
Hasil Cetak e-Faktur Rusak atau Hilang

cetak ulang melalui aplikasi


atau sistem elektronik yang
ditentukan dan/atau
disediakan Direktorat
Jenderal Pajak
PKP Penjual

162
Data e-Faktur Rusak atau Hilang

- mengajukan permintaan data


e-Faktur ke DJP (KPP tempat
PKP dikukuhkan) dengan
menyampaikan surat
permintaan data e-Faktur
- terbatas pada data e-Faktur
yang telah diunggah (upload)
ke DJP dan telah memperoleh
PKP Penjual persetujuan dari DJP

163

Pasal 8 ayat (2) dan (3) PER-16/PJ/2014


KEADAAN
KEADAAN
TERTENTU
TERTENTU

164
Dalam Hal Terjadi Keadaan Tertentu:

 PKP diperkenankan membuat Faktur Pajak


berbentuk kertas (hardcopy).
Yang  Keadaan Tertentu: keadaan yang disebabkan oleh
menyebabkan peperangan, kerusuhan, revolusi, bencana alam,
PKP tidak dapat pemogokan, kebakaran, dan sebab lainnya di luar
membuat kuasa PKP, yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pajak.
e-Faktur

Apabila keadaan tertentu ditetapkan telah


berakhir, data Faktur Pajak hardcopy yang dibuat
dalam keadaan tertentu diunggah ke DJP oleh PKP
melalui aplikasi atau sistem elektronik yang
Pasal 9 ditentukan dan/atau disediakan oleh DJP untuk
PER-16/PJ/2014 mendapatkan persetujuan. 165
HAL-HAL LAIN YANG
HAL-HAL LAIN YANG
PERLU
PERLUDIKETAHUI
DIKETAHUI

166
Hal-hal Lain Yang Perlu Diketahui
 e-Faktur berbentuk elektronik, sehingga tidak
diwajibkan untuk dicetak dalam bentuk kertas
baik oleh pihak penjual dan/atau pihak pembeli,
e-Faktur dipersilahkan untuk dicetak sesuai
dengan kebutuhan.

 e-Faktur ditandatangani secara elektronik


sehingga tidak disyaratkan lagi untuk
ditandatangani secara basah oleh
pejabat/pegawai yang ditunjuk oleh PKP.

 e-Faktur menggunakan mata uang Rupiah. 167


Sanksi Administrasi :

2. PKP menerbitkan Faktur Pajak setelah lewat


jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak saat Faktur
Pajak seharusnya dibuat  dianggap tidak
menerbitkan Faktur Pajak
Konsekuensi bagi PKP Pembeli :
tidak dapat mengkreditkan sebagai Pajak
Masukan

168
Larangan Membuat Faktur Pajak

• Orang pribadi atau badan yang tidak


dikukuhkan sebagai PKP dilarang membuat
Faktur Pajak

• Jika Faktur Pajak sudah terlanjur dibuat


orang pribadi atau badan yang bersangkutan
wajib menyetor pajak yang tercantum dalam
Faktur Pajak.

Pasal 14 UU PPN

169
Faktur Pajak Gabungan :

Faktur Pajak Gabungan


adalah Faktur Pajak untuk
semua penyerahan Barang
Kena Pajak dan/atau
penyerahan Jasa Kena
Pajak yang terjadi selama 1
(satu) bulan takwim
kepada pembeli Barang
Kena Pajak atau penerima
Jasa Kena Pajak yang sama 170
Saat Pembuatan FP Gabungan :

Faktur Pajak Gabungan harus


dibuat paling lama pada akhir
bulan penyerahan BKP
dan/atau JKP

171
Dokumen Tertentu yang kedudukannya
dipersamakan dengan Faktur Pajak:

a. SPPB Bulog/Dolog: Penyerahan Tepung Terigu;


b. Tanda pembayaran atau kwintansi untuk penyerahan jasa telekomunikasi;
c. Ticket atau tagihan surat muatan udara (Airway Bill) atau Delivery Bill;
d. Nota Penjualan Jasa untuk penyerahan jasa kepelabuhanan;
e. Tanda Pembayaran/kwitansi listrik;
f. bukti tagihan atas penyerahan BKP dan/atau JKP oleh perusahaan air minum;
g. bukti tagihan (trading confirmation) atas penyerahan JKP oleh perantara efek;
h. bukti tagihan atas penyerahan JKP oleh perbankan;
i. dokumen yang digunakan untuk pemesanan pita cukai hasil tembakau (dokumen CK-1);
j. PEB dan invoice sebagai satu kesatuan untuk Ekspor BKP;
k. Pemberitahuan Ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud dan Invoice sebagai satuPemberitahuan
Ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud kesatuan untuk ekspor BKP TB/JKP;
l. PIB dan SSP, SSCP, dan/atau Bukti Pungutan Pajak Ditjen BC sebagai satu kesatuan
dengan PIB;
m. SSP PER-13/PJ/2019 tanggal 2 Juli 2019
(berlaku 60 hari sejak ditetapkan)
172
(Pasal 2)
Dokumen Tertentu ................... (Lanjutan)

Dokumen tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a s.d. k


paling sedikit memuat:
a. Nama, alamat, dan NPWP yang melakukan ekspor atau penyerahan;
b. Dasar Pengenaan Pajak;
c. Jumlah PPN yang dipungut, kecuali dalam hal ekspor.
(Pasal 4)

Dokumen tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a s.d. h


merupakan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, sepanjang:
d. Memenuhi persyaratan formal sesuai Pasal 5 ayat (1);
e. Mencantumkan NPWP dan nama pihak yang menerima penyerahan
BKP dan/atau JKP PER-13/PJ/2019 tanggal 2 Juli 2019
(berlaku 60 hari sejak ditetapkan)
173
(Pasal 6)
Nota Retur (Pasal 5A UU PPN) : .......PMK 65/2010

 Nota retur dibuat jika terjadi Pengembalian BKP


 Nota Retur dibuat oleh pembeli yang mengembalikan BKP ....
Pasal 4 ayat (1) PMK
 Nota Retur minimal harus mencantumkan ...ayat (2):
oNo.urut Nota Retur
o No.Seri, tanggal FP atas BKP yang dikembalikan
o Nama, Alamat, NPWP pembeli
o Nama, Alamat, NPWP, No. & Tgl. Pengukuhan KPP penjual
o Macam, jenis, kuantum, harga jual yang diretur
o PPN dan PPn.BM yang dikembalikan
o Tanggal pembuatan nota retur
o Tanda Tangan pembeli
 Nota Retur dibuat saat barang dikembalikan ...ayat (3)
 Non PKP Buat Rangkap 3... Lembar ke-3 ke KPP Pembeli ....ayat
(7) 174
 Tidak memenuhi syarat di atas, tidak ada retur
Nota Pembatalan Jasa ......... Pasal 5 PMK 65/2010
 Nota Pembatalan dibuat jika terjadi Pembatalan JKP, olah
penerima jasa........ (ayat 1)
 Nota Retur minimal harus mencantumkan ...ayat (2):
oNo.urut Nota Retur
o No.Seri, tanggal FP atas BKP yang dikembalikan
o Nama, Alamat, NPWP pembeli
o Nama, Alamat, NPWP, No. & Tgl. Pengukuhan KPP penjual
o Macam, jenis, kuantum, harga jual yang diretur
o PPN dan PPn.BM yang dikembalikan
o Tanggal pembuatan nota retur
o Tanda Tangan pembeli
 Nota Pembatalan dibuat saat JKP dibatalkan ... ayat (3)
 Penerima Jasa Non PKP Buat Rangkap 3... Lembar ke-3 ke
KPP Pembeli ....ayat (7) 175
 Tidak memenuhi syarat di atas, tidak ada Pembatalan Jasa.
Pasal 5A UU PPN
BAB VII
PAJAK MASUKAN MASUKAN DAN PAJAK KELUARAN

VII.1. Pengertian Pajak Masukan:


Pajak Masukan adalah PPN yang seharusnya sudah dibayar
oleh PKP karena perolehan BKP dan/atau perolehan JKP
dan/atau pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar
Daerah Pabean dan/atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah
Pabean dan/atau impor BKP.

VII.2. Pajak Keluaran:


Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib dipungut oleh
Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang
Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Barang
Kena Pajak Berwujud, ekspor Barang Kena Pajak Tidak 176
Berwujud dan/atau ekspor Jasa Kena Pajak.
VII.3. Prinsip Dasar Pengkreditan Pajak Masukan
Pasal 9 UU PPN

 Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan


Pajak Keluaran dalam Masa Pajak yang sama;
 Bagi PKP yang belum berproduksi (belum melakukan
penyerahan) yang terutang pajak, Pajak Masukan atas
perolehan dan/atau impor barang modal dapat dikreditkan;
 Pajak Masukan yang dikreditkan harus menggunakan Faktur
Pajak yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 ayat (5) dan ayat (9).;
 Pajak Masukan yang dapat dikreditkan tetapi belum
dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak yang
sama, dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya paling
lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang
bersangkutan sepanjang belum dibebankan sebagai biaya 177
dan belum dilakukan pemeriksaan.
Pajak Masukan yang Tidak dapat dikreditkan ........... Pasal 9 ayat (8)

a. Perolehan BKP atau JKP sebelum Pengusaha


dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;
b. Perolehan BKP atau JKP yang tidak
mempunyai hubungan langsung dengan
kegiatan usaha;
c. Perolehan dan pemeliharaan kendaraan
bermotor berupa sedan dan station wagon,
kecuali merupakan barang dagangan atau
disewakan;
d. Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau
Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean
sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP; 178
Pasal 9 ayat (8) ............................. (Lanjutan)

e. Perolehan BKP atau JKP yang bukti pungutannya


berupa Faktur Pajak Sederhana; dihapus
f. Perolehan BKP atau JKP yang Faktur Pajaknya tidak
memenuhi ketentuan Pasal 13 ayat 5 UU PPN atau
ayat (9);
g. Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau pemanfaatan
JKP dari luar daerah Pabean yg Faktur Pajaknya
tidak memenuhi ketentuan Pasal13 ayat (6) UU PPN;
h. Perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya
ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak.
i. Perolehan BKP atau JKP yg Pajak Masukannya tidak
dilaporkan dalam SPT Masa PPN, yg ditemukan pada
waktu dilakukan pemeriksaan. 179
Pasal 9 ayat (8) ............................. (Lanjutan)

j. Perolehan BKP selain barang modal


atau JKP sebelum PKP berproduksi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2a).

Pasal 9 ayat (2a):


Bagi Pengusaha Kena Pajak yang belum
berproduksi sehingga belum melakukan
penyerahan yang terutang pajak, Pajak
Masukan atas perolehan dan/atau impor
barang modal dapat dikreditkan.
180
Pasal 12 PP No. 1 Tahun 2012

 Penghapusan piutang tidak mengakibatkan


dilakukan penyesuaian Pajak yang telah dilaporkan
oleh Pengusaha Kena Pajak penjual atau
Pengusaha Kena Pajak pemberi jasa, dan tidak
mengakibatkandilakukan penyesuaian Pajak yang
telah dikreditkan atau yang telah dibebankan
sebagai biaya oleh Pengusaha Kena Pajak pembeli
atau Pengusaha Kena Pajak penerima jasa
 Atas Barang Kena Pajak yang musnah atau rusak
sehingga tidak dapat digunakan lagi baik karena
bencana alam ataupun sebab lain di luar
kekuasaan Pengusaha Kena Pajak, tidak
mengakibatkan dilakukan penyesuaian Pajak yang
telah dikreditkan atau yang telah dibebankan
sebagai biaya untuk perolehan Barang Kena Pajak 181
yang musnah atau rusak tersebut
VII.4. Pedoman Pengkreditan Pajak Masukan Bagi PKP yang
melakukan kegiatan usaha tertentu dan PKP yang mempunyai
peredaran usaha tidak melebihi nilai tertentu

1. PKP yang melakukan kegiatan usaha tertentu


Dasar Hukum : Pasal 9 ayat (7a) UU PPN:
Besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan oleh Pengusaha Kena
Pajak yang melakukan kegiatan usaha tertentu dihitung dengan
menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan.

PMK No. 79/PMK.03/2010:


 Kegiatan usaha tertentu : Penyerahan Kendaraan Bermotor Bekas;
 PKP yang melakukan Kegiatan Usaha Tertentu, wajib menggunakan
Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan;
 Pedoman Pengkreditan PM ditetapkan: 90% dari Pajak Keluaran
182
 Pajak Keluaran = 10% X DPP (Peredaran Usaha)
PMK No. 79/PMK.03/2010 ............ (Lanjutan)

 Pengusaha Kena Pajak Yang menggunakan pedoman


pengkreditan PM tidak dapat membebankan PPN yang
telah dibayar atas perolehan BKP dan/atau JKP sebagai
biaya untuk penghitungan Pajak Penghasilan;
 PKP yang melakukan Kegiatan Usaha Tertentu wajib
menggunakan deemed atas dasar kegiatan walaupun
memenuhi kriteria menggunakan deemed omzet;
 Dalam hal terjadi retur, PPN atas penyerahan BKP dan/atau
JKP yang dikembalikan oleh pembeli mengurangi PPN yang
terutang oleh PKP penjual dalam Masa Pajak terjadinya
pengembalian BKP dan/atau JKP sepanjang Faktur Pajak
atas penyerahan BKP dan/atau JKP tersebut telah
dilaporkan dalam SPT Masa PPN.
183
PMK No. 79/PMK.03/2010 ............ (Lanjutan)

Contoh:
PT Mobilindo (PKP Penjualan Kendaraan Bermotor Bekas)
pada masa pajak Januari 2018 mencatat penjualan sebesar
Rp300.000.000.
Pembelian Oli Rp2.000.000 (PPN dibayar Rp200.000); Sewa
Ruko Rp40.000.000 (PPN dibayar Rp4.000.000)
Hitung PPN yang harus disetor ke kas negara.
PPN = PK - PM
PK = 10% X Peredaran Usaha (Rp300.000.000)
= Rp30.000.000
PM = 90% X PK (Rp30.000.000)
= Rp27.000.000
PPN disetor = Rp30.000.000 - Rp27.000.000
= Rp3.000.000 (= 1% X Peredaran Usaha) 184
VII.4. Pedoman Pengkreditan Pajak Masukan ................ ( Lanjutan )

2. PKP yang Peredaran Usahanya dalam 1 Tahun Buku Tidak Melebihi


Jumlah Tertentu
Dasar Hukum : Pasal 9 ayat (7) UU PPN:
Besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan oleh PKP yang
peredaran usahanya dalam 1 tahun tidak melebihi jumlah tertentu,
kecuali PKP sebagaimana dimaksud pada ayat (7a), dapat dihitung
dengan menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak
Masukan

PMK No. 74/PMK.03/2010:


 Peredaran Usaha PKP : tidak melebihi Rp 1.800.000.000;
 PKP dimaksud, dapat menggunakan Pedoman Penghitungan
Pengkreditan Pajak Masukan:
o Peredaran usaha dalam 2 tahun buku sebelumnya tidak melebihi
Rp 1.800.000.000 untuk setiap 1 tahun buku; atau 185
o Wajib Pajak yang baru dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
PMK No. 74/PMK.03/2010 ............ (Lanjutan)

 PKP wajib beralih menggunakan mekanisme PK-PM mulai


Masa Pajak berikutnya setelah peredaran usahanya melebihi
Rp 1.800.000.000 dan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
hanya Pajak Masukan Masa Pajak yang sama;
 PKP yang bermaksud menggunakan pedoman pengkreditan
Pajak Masukan harus memberitahukan secara tertulis kepada
Kepala KPP tempat PKP dikukuhkan paling lama:
 pada saat batas waktu penyampaian SPT Masa PPN Masa
Pajak pertama dalam tahun buku dimulainya penggunaan
Pedoman Pengkreditan Pajak Masukan, bagi PKP Lama;
 pada saat batas waktu penyampaian SPT Masa PPN Masa
Pajak saat dikukuhkan sebagai PKP, bagi PKP Baru. 186
PMK No. 74/PMK.03/2010 ............ (Lanjutan)

 Besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan yang


dihitung menggunakan pedoman penghitungan
pengkreditan Pajak Masukan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2, yaitu sebesar :
 60% dari Pajak Keluaran untuk penyerahan JKP; atau
 70% dari Pajak Keluaran untuk penyerahan BKP.
 Pajak Keluaran = 10% X DPP (Peredaran Usaha).

187
PMK No. 79/PMK.03/2010 ............ (Lanjutan)
Contoh:
PT Untung Bae (PKP Perdagangan barang-barang elektronik)
pada masa pajak Januari 2018 mencatat penjualan sebesar
Rp300.000.000 dan Penyerahan jasa service Rp40.000.000.
Pembelian Barang Dagangan Rp160.000.000 (PPN dibayar
Rp16.20000.000); Sewa Ruko Rp40.000.000 (PPN dibayar
Rp4.000.000)
Hitung PPN yang harus disetor ke kas negara.
PPN = PK - PM
PK-BKP = 10% X Rp300.000.000 = Rp30.000.000 (a)
PK-JKP = 10% X Rp40.000.000 = Rp 4.000.000 (b)
PM-BKP = 70% X Rp30.000.000 = Rp21.000.000 (c)
PM-JKP = 60% X Rp 4.000.000 = Rp 2.400.000 (d)
PPN disetor = Rp34.000.000 (a+b) - Rp23.400.000 (c+d)
188
= Rp10.600.000
VII.5. Pedoman Pengkreditan Pajak Masukan Bagi PKP yang
Melakukan Kegiatan Penyerahan yang Terutang Pajak dan yang Tidak
Terutang Pajak (atau PPN-nya Dibebaskan)

Dasar Hukum : Pasal 9 ayat (6) UU PPN:


Apabila dalam suatu Masa Pajak Pengusaha Kena Pajak selain
melakukan penyerahan yang terutang pajak juga melakukan
penyerahan yang tidak terutang pajak, sedangkan Pajak Masukan
untuk penyerahan yang terutang pajak tidak dapat diketahui
dengan pasti, jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan untuk
penyerahan yang terutang pajak dihitung dengan menggunakan
pedoman yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

PMK No. 78/PMK.03/2010:


Untuk memberikan kemudahan dan kepastian kepada PKP yang
melakukan penyerahan yang terutang dan tidak terutang pajak (Pajak
Masukan untuk penyerahan yang terutang pajak tidak diketahui dengan 189
pasti, cara pengkreditan Pajak Masukan dihitung berdasarkan pedoman
yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan ini.
VII.5. Pedoman Pengkreditan Pajak Masukan - PMK No. 78 ..................
(Lanjutan)

Dalam PMK ini, diatur definisi penyerahan yang terutang pajak


dan tidak terutang pajak sesuai penjelasan Pasal 9 (5) UU PPN,
sbb :
1. Penyerahan yang Terutang Pajak adalah penyerahan barang
atau jasa yang dikenai PPN sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 UU PPN, tidak termasuk penyerahan yang
dibebaskan dari pengenaan PPN sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16B UU PPN.
2. Penyerahan yang Tidak Terutang Pajak adalah penyerahan
barang dan jasa yang tidak dikenai PPN sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4A UU PPN dan yang dibebaskan dari
pengenaan PPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16B UU 190
PPN.
VII.5. Pedoman Pengkreditan Pajak Masukan - PMK No. 78 .................. (Lanjutan)

 Pengkreditan PM pada saat Perolehan BKP/JKP

PKP yang melakukan kegiatan usaha yang penyerahannya


terutang pajak & tidak terutang pajak, sedangkan PM untuk
Penyerahan yang Terutang Pajak tidak dapat diketahui dengan
pasti, jumlah PM yang dapat dikreditkan dihitung dengan
menggunakan pedoman penghitungan Pajak Masukan yang
dapat dikreditkan, yaitu:
P = PM x Z
dengan ketentuan:
P jumlah PM yang dapat dikreditkan;
PM jumlah PM atas perolehan BKP dan/atau JKP;
Z persentase yang sebanding dengan jumlah Penyerahan yang
Terutang Pajak terhadap penyerahan seluruhnya.

191
VII.5. Pedoman Pengkreditan Pajak Masukan - PMK No. 78 .................. (Lanjutan)

 Penghitungan Kembali PM yang Dapat Dikreditkan

Dilakukan setiap tahun (sesuai masa manfaat), paling lama pada


bulan ketiga setelah berakhirnya tahun buku, dengan rumus:
a. P’ = (PM/T) x Z’, => BKP & JKP yg masa manfaatnya > 1 tahun.
b. P’ = PM x Z’, => BKP & JKP yg masa manfaatnya < 1 tahun.
dengan ketentuan:
P’ adalah jumlah PM yang dapat dikreditkan dalam 1 (satu) tahun buku;
PM adalah jumlah PM atas perolehan BKP dan/atau JKP.
T adalah masa manfaat BKP dan/atau JKP yang ditentukan sebagai berikut:
- untuk BKP berupa tanah dan bangunan adalah 10 (sepuluh) tahun;
- untuk BKP, selain tanah dan bangunan, dan JKP adalah 4 (empat) tahun;
Z' adalah persentase yang sebanding dengan jumlah Penyerahan yang
Terutang Pajak terhadap seluruh penyerahan dalam 1 (satu) tahun buku;
192
VII.5. Pedoman Pengkreditan Pajak Masukan - PMK No. 78 ..................
(Lanjutan)

Contoh Penghitungan:
PKP bergerak di bidang perkebunan Apel (Non BKP-Penyerahannya
Tidak Terutang PPN) dan pabrik “Juice Apel” (BKP-Penyerahannya
Terutang PPN).

APRIL 2015:
• PKP membeli truk dengan harga Rp200 juta (PPN Rp20 juta).
• Masa manfaat truk sebenarnya 5 tahun, tetapi untuk tujuan
penghitungan PM berdasarkan PMK ini ditetapkan 4 tahun.
• Diperkirakan persentase rata-rata jumlah penyerahan yang terutang
pajak (“juice”) terhadap seluruh penyerahan adalah 70%.
• PM yang dapat dikreditkan dalam SPT Masa PPN Masa April 2011:
Rp20 juta x 70% = Rp14 juta 193
VII.5. Pedoman Pengkreditan Pajak Masukan - PMK No. 78 ..................
(Lanjutan)
Contoh Penghitungan (Tahun ke-I)

MARET 2016
• Total peredaran usaha tahun 2015 : Rp100 miliar, terdiri dari penjualan
“Apel” : Rp40 miliar dan penjualan “Juice Apel” : Rp60 miliar.
• Penghitungan kembali PM yang dapat dikreditkan atas perolehan truk
selama tahun buku 2015 yang dilakukan pada Masa Pajak Maret 2016 :
Rp60 miliar x Rp20 juta = Rp3 juta
Rp100 miliar 4
• PM atas perolehan truk yang telah dikreditkan untuk tiap tahun buku sesuai
masa manfaat truk tersebut adalah (Rp14 juta / 4) = Rp 3,5 juta
• Jadi PM yang harus diperhitungkan kembali (mengurangi PM untuk Masa
Pajak Maret 2016) adalah sebesar Rp3,5 juta – Rp3 juta = Rp500 ribu
• Penghitungan kembali Pajak Masukan seperti perhitungan di atas dilakukan
setiap tahun sampai dengan masa manfaat truk berakhir. 194

Cont.
VII.5. Pedoman Pengkreditan Pajak Masukan - PMK No. 78 ..................
(Lanjutan)
Contoh Penghitungan (Tahun ke-II)

MARET 2017

• Total peredaran usaha tahun 2016 : Rp100 miliar, terdiri dari penjualan
“Apel” : Rp10 miliar dan penjualan “Juice Apel” : Rp90 miliar.

• Penghitungan kembali PM yang dapat dikreditkan atas perolehan truk selama


tahun buku 2016 yang dilakukan pada Masa Pajak Maret 2017 adalah:
Rp90 miliar x Rp20 juta = Rp4,5 juta
Rp100 miliar 4
• PM atas perolehan truk yang telah dikreditkan untuk tiap tahun buku sesuai
masa manfaat truk tersebut adalah (Rp14 juta / 4) = Rp 3,5 juta

• Jadi PM yang harus diperhitungkan kembali (menambah PM untuk Masa


Pajak Maret 2017) adalah sebesar Rp4,5 juta – Rp3,5 juta = Rp1 juta
195

Cont.
VII.5. Pedoman Pengkreditan Pajak Masukan - PMK No. 78 ..................
(Lanjutan)
Contoh Penghitungan (Tahun ke-III)

MARET 2018

• Total peredaran usaha tahun 2017 : Rp100 miliar, terdiri dari penjualan
“Apel” : Rp30 miliar dan penjualan “Juice Apel” : Rp70 miliar.

• Penghitungan kembali PM yang dapat dikreditkan atas perolehan truk selama


tahun buku 2017 yang dilakukan pada Masa Pajak Maret 2018 adalah:

Rp70 miliar x Rp20 juta = Rp3,5 juta


Rp100 miliar 4

• PM atas perolehan truk yang telah dikreditkan untuk tiap tahun buku sesuai
masa manfaat truk tersebut adalah (Rp14 juta / 4) = Rp 3,5 juta

• Jadi PM yang harus diperhitungkan kembali adalah:

Rp3,5 juta – Rp3,5 juta = Rp 0 196

Cont.
VII.5. Pedoman Pengkreditan Pajak Masukan - PMK No. 78 ..................
(Lanjutan)

Contoh Penghitungan (Tahun ke-IV

MARET 2019
• Total peredaran usaha tahun 2018 : Rp100 miliar, terdiri dari penjualan “Apel” : Rp50
miliar dan penjualan “Juice Apel” : Rp50 miliar.
• Penghitungan kembali PM yang dapat dikreditkan atas perolehan truk selama tahun
buku 2018 yang dilakukan pada Masa Pajak Maret 2019 adalah:
Rp50 miliar x Rp20 juta = Rp2,5 juta
Rp100 miliar 4
• PM atas perolehan truk yang telah dikreditkan untuk tiap tahun buku sesuai masa
manfaat truk tersebut adalah (Rp14 juta / 4) = Rp 3,5 juta
• Jadi PM yg harus diperhitungkan kembali: Rp3,5 juta – Rp2,5 juta = Rp1 juta
• Jadi PM yang harus diperhitungkan kembali (mengurangi PM untuk Masa Pajak Maret
2019) adalah sebesar Rp3,5 juta – Rp2,5 juta = Rp 1 juta
• Penghitungan PM tersebut di atas tidak perlu lagi dilakukan pada tahun 2020. 197

Cont.
VII.5. Pedoman Pengkreditan Pajak Masukan - PMK No. 78 ..................
(Lanjutan)

 Pedoman Penghitungan PM yang lain

Pedoman penghitungan pengkreditan Pajak


Masukan berdasarkan PMK No. 78/PMK.03/2010
ini tidak berlaku bagi PKP yang telah ditetapkan
untuk menggunakan pedoman penghitungan
pengkreditan Pajak Masukan sesuai ketentuan
Pasal 9 ayat (7) dan ayat (7a) UU PPN.

198
Contoh Kasus PMK 78/2010 Jo. PMK 21/2014:

• PT Indonesia Pintar (Pemilik Toko Buku “Gerah Media”), PKP, disamping menjual BKP berupa
buku2 pelajaran umum, kitab suci, dan buku2 pelajaran agama juga menjual buku2 komersil
berupa buku cerita/novel dan alat musik/olah raga
• Pada bulan Maret 2015, PKP membayar sewa gedung untuk Toko sebesar Rp100 Juta (PPN
Masukan Rp10 Juta);
• Perkiraan Penjualan tahun 2015 adalah 40% penjualan buku2 pelajaran umum, agama, &
kitab suci, serta 60% adalah buku2 komersil dan alat musik/olah raga.
• Berdasarkan Laporan Keuangan Tahun 2015, Peredaran Usaha PT IP sebesar Rp50 M, terdiri
dari Penjualan Buku2 Pelajaran Umum, agama & Kitab Suci sebesar Rp15 M dan Buku
komersil & alat musik/olahraga sebesar Rp35 M.
• Pertanyaan:
1. Berapa PM yang dapat dikreditkan di SPT Masa Maret 2015?
2. Berapa PM yang seharusnya diperhitungkan kembali dan dimana penghitungan kembali
tersebut dilaporkan?
3. Apabila dalam Masa Pajak Maret 2016 terdapat DPP atas penyerahan yang PPN-nya harus
dipungut sendiri sebesar Rp2M dan PM yang dapat dikreditkan adalah sebesar Rp70 Juta,
berapa Jumlah PPN yang Kurang/(Lebih) dibayar PKP untuk Masa Maret 2016? 199
VII.6. Kelebihan Pembayaran Pajak
Kelebihan Pembayaran Pajak adalah:
1) Pajak Masukan > Pajak Keluaran dalam suatu masa pajak ;
2) Kelebihan Pajak Masukan dan PPn BM yang telah dibayar
atas Perolehan BKP-BM yang diekspor.

VII.7. Mekanisme Restitusi


 PM > PK = LB yang selisihnya dikompensasi ........................... Pasal 9 ayat (4) ;
 Atas LB di atas dapat direstitusi pada akhir tahun buku ........ Pasal 9 ayat (4a);
 Dikecualikan dari ketentuan di atas, permohonan pengembalian untuk setiap masa pajak
dapat diajukan oleh :
 PKP melakukan ekspor BKP Berwujud;
 PKP melakukan penyerahan BKP/JKP kepada Pemungut PPN;
 PKP melakukan penyerahan BKP/JKP yan PPN-nya “Tidak Dipungut”;
 PKP melakukan ekspor BKP Tidak Berwujud;
 PKP melakukan ekspor BKP JKP;
200
 PKP dalam tahap belum berproduksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2a).
Pasal 9 ayat (4b)
VII.7. Mekanisme Restitusi ................... (Lanjutan)

 Permohonan pengembalian disampaikan oleh PKP:


 Melalui SPT Masa PPN, yaitu dengan mengisi kolom
“dikembalikan(restitusi)”;
 Melalui Surat permohonan tersendiri.
 Dokumen-dokumen yang harus disampaikan dalam rangka permohonan
pengembalian:
 Dokumen terkait penyerahan/perolehan BKP dan/atau JKP: Faktur Pajak,
Invoice, bukti penerimaan barang, bukti pembayaran, dll.;
 Dokumen terkait impor: PIB, SSP, Bukti Pungutan Pajak oleh BC, LPS, dll.;
 Dokumen terkait Ekspor: PEB, Invoice, Bill of Lading (B/L), bukti penerimaan
uang, dll.;
 Dokume terkait penyerahan kepada Pemungut PPN: Kontrak/SPK, SSP, dll
 Dokumen terkait kompensasi masa pajak sebelumnya yang direstitusi
 Jangka Waktu Penyampaian dokumen pendukung:
o 1 bulan sejak diterimanya permohonan;
o Dokumen yang diisusulkan tetap harus dalam batas waktu 1 bulan. 201
VII.8. Jangka Waktu Penyelesaian Restitusi
 Pasal 17B UU KUP:
SKP : 12 bulan sejak permohonan diterima lengkap.
 Pasal 17C UU PPN Jo Pasal 7 ayat (2) PMK No. 39/PMK.03/2018 s.t.d.d.
PMK No.117/PMK.03/2019 (Wajib Pajak Kriteria Tertentu):
 3 bulan, untuk Pajak Penghasilan;
 1 bulan, untuk Pajak Pertambahan Nilai,
sejak permohonan diterima.
 Pasal 17D UU PPN Jo Pasal 11 ayat (2) PMK No. 39/PMK.03/2018 s.t.d.d.
PMK No.117/PMK.03/2019 (Wajib Pajak Memenuhi Persyaratan
Tertentu), SKPPKP:
 15 hari kerja, untuk Pajak Penghasilan Orang Pribadi;
 1 bulan, untuk Pajak Penghasilan Badan;
 1 bulan, untuk Pajak Pertambahan Nilai,
Sejak permohonan diterima.
 Pasal 9 ayat (4c) Jo. Pasal 17 ayat (2) PMK No. 39/PMK.03/2018 s.t.d.d.
PMK No.117/PMK.03/2019 (PKP Beresiko Rendah): 202
SKPPKP: 1 bulan sejak permohonan diterima.
VII.9. Wajib Pajak Kriteria Tertentu

 Pasal 17C UU PPN Jo Pasal 3 ayat (2) PMK No. 39/PMK.03/2018


s.t.d.d. PMK No.117/PMK.03/2019 (Wajib Pajak Kriteria Tertentu):
• tepat waktu dalam menyampaikan SPT;
• tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak,
kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh izin
mengangsur atau menunda pembayaran pajak;
• laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik atau lembaga
pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat wajar
tanpa pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut; dan
• tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima)
tahun terakhir.
203
VII.10. Wajib Pajak Kriteria Tertentu

Pasal 17D UU PPN Jo Pasal 9 ayat (2) PMK No. 39/PMK.03/2018 s.t.d.d.
PMK No.117/PMK.03/2019 (Wajib Pajak Memenuhi Persyaratan
Tertentu):
• WPOP yang tidak menjalankan usaha atau pekejaan bebas yang
menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan lebih bayar restitusi;
• WPOP yang menjalankan usaha atau pekejaan bebas yang
menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan lebih bayar restitusi
dengan jumlah lebih bayar paling banyak Rp 100.000.000;
• Wajib Pajak Badan yang menyampaikan SPT Tahunan Pajak
Penghasilan lebih bayar restitusi dengan jumlah lebih bayar paling
banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah); atau
• PKP yang menyampaikan SPT Masa PPN lebih bayar restitusi dengan
jumlah lebih bayar paling banyak Rp 1.000.000.000.
204
VII.11. PKP Beresiko Rendah

Pasal 9 ayat (4c) Jo. Pasal 17 ayat (2) PMK PKP yang melakukan
No. 39/PMK.03/2018 s.t.d.d. PMK No.117/ kegiatan tertentu:
PMK.03/2019, meliputi: a. Ekspor BKP Berwujud;
a. Perusahaan Masuk Bursa (PMB; b. Penyerahan Kepada
b. BUMN/BUMD; Pemungut;
c. PKP yang ditetapkan sebagai Mitra c. Penyerahan yang tidak
Utama Kepabeanan; Dipungut.
d. PKP yang ditetapkan sebagai Operator d. Ekspor BKP TB;
Ekonomi yang bersertifkat; e. Ekspor Jasa;
e. Pabrikan atau Produsen selain PKP
sebagaimana diuraikan a s.d. d di atas, Memenuhi syarat:
yang memiliki tempat untuk melakukan
• PKP Telah menyampaikan
kegiatan produksi;
SPT 12 bulan terakhir;
f. PKP dengan SPT Masa PPN LB paling
banyak Rp1.000.000.000; • PKP tidak sedang di
g. Pedagang Besar Farmasi ber-Sertifikat; bukper dan/atau disidik;
h. Distributor Alat Kesehatan ber- • PKP tidak pernah dipidana
Sertifikat. dalam jangka waktu 5 205
(lima) tahun terakhir.
Pasal 1
angka 27 BAB VIII PEMUNGUT PPN Pasal 16A

oleh PKP atas


Bendaharawan Memungut,
u penyerahan
Pemerintah, badan, menyetor, BKP/JKP kepada
atau instansi n dan bendaharawan
Pemerintah yang t melaporkan Pemerintah,
ditunjuk oleh Menteri u pajak yang badan, atau
Keuangan k terutang
instansi
Pemerintah tsb

Bendahara Pemerintah & KMK No:563/2003 - 1 Jan 2004

KPKN Jo. PMK No. 80/2010–5/4/2010

Kontraktor Perjanjian Kerjasama 206


PMK No: 73/PMK.03/2010
Pengusahaan Pertambangan
PMK 85/2012 stdd PMK 136/2012
Minyak & Gas Bumi, BUMN
PEMUNGUT PPN (Bendahara Pemerintah & KPPN)

Objek Pemungutan

Setiap pembayaran yang dilakukan PEMUNGUT PPN

kecuali
Pembayaran yang jumlahnya tidak lebih dari Rp1juta termasuk
PPN/PPnBM, dan tidak merupakan jumlah yang terpecah-pecah
Pembayaran untuk pembebasan tanah, kecuali pembayaran atas
penyerahan tanah oleh real estat
Pembayaran atas penyerahan BKP/JKP yang mendapat fasilitas: PPN
tidak dipungut / dibebaskan dari pengenaan PPN
Pembayaran untuk penyerahan BBM dan bukan BBM oleh Pertamina
Pembayaran atas rekening telepon
Pembayaran untuk jasa angkutan udara yang diserahkan oleh 207
perusahaan penerbangan
Menurut ketentuan tidak terutang PPN
PEMUNGUT PPN (Bendahara Pemerintah & KPPN)

Mekanisme Pemungutan

PKP Rekanan wajib membuat Faktur Pajak dan SSP pada saat
menyampaikan tagihan
Pemungut PPN wajib memungut pajak yang terutang pada saat
pembayaran

Penyerahan BKP/JKP kepada Pemungut PPN dilaporkan oleh PKP Rekanan


dalam SPT Masa PPN pada masa sesuai dengan tanggal Faktur Pajak

Pemungut PPN wajib menyetor pada:


KPPN  dicatat saat pembayaran
Bendahara  paling lambat 7 hari setelah bulan pembayaran

Pelaporan oleh Pemungut PPN:


KPPN  setiap hari kerja menyampaikan lb ke-3 Faktur Pajak 208
Bendahara  dengan SPT Masa bagi Pemungut paling lama akhir bulan
berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak
Mekanisme Pemungutan Pajak oleh Bendahara
selaku Pemungut PPN
Penyerahan
Penagihan Pembayaran Setor Lapor
BKP/JKP

20/1/18 9/2/18 23/3/18 7/4/18 30/4/18

PKP membuat: P Dengan


- FP tgl 9/2/18 e Dengan
- SSP diisi identitas & SPT MASA
m SSP
jumlah pajak u
PPN
n 1107
g PUT
Dilaporkan oleh ut
PKP dlm SPT a 209
Masa Februari n
PEMUNGUT PPN (Kontraktor Perjanjian
Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Minyak
dan Gas Bumi), BUMN

Objek Pemungutan

Setiap pembayaran yang dilakukan PEMUNGUT PPN


kecuali
Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp10juta dan tidak
merupakan jumlah yang terpecah-pecah
Pembayaran atas penyerahan BKP/JKP yang mendapat fasilitas: PPN
tidak dipungut / dibebaskan dari pengenaan PPN
Pembayaran untuk penyerahan BBM dan bukan BBM oleh Pertamina
Pembayaran atas rekening telepon
Pembayaran untuk jasa angkutan udara yang diserahkan oleh 210
perusahaan penerbangan
Menurut ketentuan tidak terutang PPN
PEMUNGUT PPN (Kontraktor Perjanjian
Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Minyak
dan Gas Bumi)
Mekanisme pemungutan

Pemungutan dan pembuatan Faktur Pajak dilakukan


paling lama pada saat:

 penyerahan BKP dan/atau JKP


 penerimaan pembayaran dalam hal pembayaran terjadi
sebelum penyerahan BKP/JKP;
 Penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan
sebagian tahap pekerjaan

 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.03/2010 tgl. 31 Maret 211


2010
PEMUNGUT PPN (Kontraktor Perjanjian
Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Minyak
dan Gas Bumi), BUMN

Mekanisme pemungutan

Penyetoran PPN dan PPnBM yang dipungut dilakukan


paling lama pada tanggal 15 (lima belas) bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

Kontraktor wajib melaporkan PPN dan PPnBM yang


dipungut ke KPP tempat Kontraktor terdaftar
menggunakan SPT Masa PPN bagi Pemungut pada masa
pajak saat terjadinya pemungutan, paling lama pada
akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa 212
Pajak.
BAB IX FASILITAS DI BIDANG PPN

FASILITAS DI BIDANG PPN (PASAL 16B)

PAJAK TERUTANG TIDAK DIPUNGUT, DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PAJAK,


SEBAGIAN/SELURUHNYA SEMENTARA WAKTU/SELAMANYA

Pajak Masukan atas perolehannya dapat Pajak Masukan atas perolehannya tidak
dikreditkan dapat dikreditkan

Fasilitas PPN di Kawasan Bebas Impor dan atau penyerahan BKP


(Batam, Bintan, Karimun) Tertentu/JKP Tertentu

Fasilitas PPN di Kawasan Berikat selain Impor dan atau penyerahan BKP Tertentu
Kawasan Bebas yang bersifat Strategis
Proyek Pemerintah yang dananya berasal dari
hibah/bantuan luar negeri
213
FASILITAS PPN - DIBEBASKAN
PP Nomor 40 Tahun 2015

• Pasal 2
Atas penyerahan air bersih oleh pengusaha dibebaskan
dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.

• Pasal 3
(1) Air bersih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 terdiri atas:
a. air bersih yang belum siap untuk diminum; dan/atau
b. air bersih yang sudah siap untuk diminum (air minum).
(2) Air bersih yang sudah siap untuk diminum (air minum) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b tidak termasuk air minum dalam
kemasan.
FASILITAS PPN - DIBEBASKAN
PP Nomor 81 Tahun 2015

IMPOR BARANG KENA PAJAK TERTENTU YANG BERSIFAT STRATEGIS YANG


DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
a. mesin dan peralatan pabrik yang merupakan satu kesatuan, baik dalam keadaan terpasang
maupun terlepas, yang digunakan secara langsung dalam proses menghasilkan Barang Kena
Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan Barang Kena Pajak tersebut, tidak
termasuk suku cadang;
b. barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang kelautan dan perikanan, baik penangkapan
maupun budidaya, sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Peraturan Pemerintah ini yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini;
c. jangat dan kulit mentah yang tidak disamak;
d. ternak yang kriteria dan/atau rinciannya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah
mendapat pertimbangan dari Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pertanian;
e. bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, atau perikanan;
f. pakan ternak tidak termasuk pakan hewan kesayangan;
g. pakan ikan;
h. bahan pakan untuk pembuatan pakan ternak dan pakan ikan, tidak termasuk imbuhan pakan dan
pelengkap pakan, yang kriteria dan/atau rincian bahan pakan diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan setelah mendapat pertimbangan dari Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan dan Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertanian; dan
i. bahan baku kerajinan perak dalam bentuk perak butiran dan/atau dalam bentuk perak batangan.
FASILITAS PPN - DIBEBASKAN
PP Nomor 81 Tahun 2015
PENYERAHAN BKP TERTENTU YANG BERSIFAT STRATEGIS YANG
DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
a. mesin dan peralatan pabrik yang merupakan satu kesatuan (terpasang maupun terlepas, yang
digunakan secara langsung dalam proses menghasilkan BKP, tidak termasuk suku cadang;
b. barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang kelautan dan perikanan (penangkapan
maupun budidaya;
c. jangat dan kulit mentah yang tidak disamak;
d. ternak yang kriteria dan/atau rinciannya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan;
e. bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, atau perikanan;
f. pakan ternak tidak termasuk pakan hewan kesayangan;
g. pakan ikan;
h. bahan pakan untuk pembuatan pakan ternak dan pakan ikan, tidak termasuk imbuhan pakan dan
pelengkap pakan, yang kriteria dan/atau rincian bahan pakan diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan setelah mendapat pertimbangan dari Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan dan Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertanian; dan
i. bahan baku kerajinan perak dalam bentuk perak butiran dan/atau dalam bentuk perak batangan.
j. unit hunian Rumah Susun Sederhana Milik (perolehannya kredit atau pembiayaan bersubsidi):
=> Luas 21 – 36 m2; => Pembangunannya mengacu kepada Peraturan Menteri PUPR;
=> Hunian Pertama, digunakan sendiri, tidak dipindah tangankan; => Harga jual tertentu.
k. listrik, kecuali untuk rumah dengan daya di atas 6.600 (enam ribu enam ratus) Voltase Amper.
BAB X PELAPORAN PAJAK TERUTANG

YANG WAJIB MENGISI SPT MASA PPN 1111

• Setiap PKP wajib mengisi & menyampaikan SPT Masa PPN 1111
• Pengecualian:
PKP yang menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak
Masukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (7) UU PPN
{PKP omzet < 1,8M} dan ayat (7a) UU PPN {PKP Kendaraan Bermotor
Bekas}.
• Khusus bagi PKP yang menghasilkan Barang dan menyerahkan BKP
Mewah yang tergolong mewah, dalam hal PKP yang bersangkutan
melakukan penyerahan BKP yang tergolong mewah, maka kolom
PPnBM pada masing-masing formulir juga harus diisi. 217
Pelaporan PPN

BATAS WAKTU PEMBAYARAN PPN KURANG BAYAR &


PELAPORAN
Pasal 15a UU PPN dijelaskan tentang jangka waktu penyetoran
dan pelaporan SPT sebagai berikut:
• Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai oleh Pengusaha Kena
Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) harus
dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya setelah
berakhirnya Masa Pajak dan sebelum Surat Pemberitahuan
Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan;
• Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai
disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya setelah
berakhirnya Masa Pajak. 218
PELAPORAN SPT MASA PPN
1111 DM

219
Formulir 1111 A DM

1. Formulir 1111 A DM berisi daftar:


a. Pajak Keluaran atas penyerahan dalam negeri dengan
Faktur Pajak dan/atau dokumen tertentu yang
kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak, yang
diterbitkan oleh PKP;
b. Nota Retur pengembalian BKP/Nota Pembatalan JKP, yang
diterima oleh PKP.
2. Bagi PKP yang menyampaikan SPT Masa PPN dalam
bentuk formulir kertas (hard copy), dalam hal tidak
ada data yang dilaporkan dalam formulir ini, formulir
ini tidak perlu diisi dan tidak perlu dilampirkan pada
Induk SPT Masa PPN.

220
1. Dalam hal Faktur Pajak tidak mencantumkan NPWP
Diisi dengan Kode dan Nomor Seri Faktur
pembeli, maka kolom ini diisi dengan angka
Pajak :
000000000000000 (angka nol sebanyak lima belas
1. yang diganti, dalam hal terdapat Faktur
digit).
Pajak Pengganti; atau
2. Dalam hal PKP melakukan penyerahan BKP kepada
2. atas BKP yang dikembalikan atau JKP
turis asing (dalam skema restitusi berdasarkan
yang dibatalkan, dalam hal terdapat
Pasal 16E UU PPN), kolom ini diisi dengan nomor
Nota Retur/Nota Pembatalan
paspor turis asing yang bersangkutan.

Dalam hal Faktur Pajak yang Dalam hal Nota Retur/Nota


diterbitkan tidak mencantumkan Pembatalan, nilai DPP, PPN, dan
identitas nama pembeli, maka kolom PPnBM ditulis dalam tanda
ini tidak diisi kurung ( ) sebagai pengurang

221
Formulir 1111 R DM

1. Formulir 1111 R DM berisi daftar Nota Retur


pengembalian BKP dan/atau Nota Pembatalan JKP
yang diterbitkan oleh PKP.
2. Bagi PKP yang menyampaikan SPT Masa PPN dalam
bentuk formulir kertas (hard copy), dalam hal tidak
ada data yang dilaporkan dalam formulir ini, formulir
ini tidak perlu diisi dan tidak perlu dilampirkan pada
Induk SPT Masa PPN.

222
Diisi dengan Kode dan Nomor Seri Faktur
Pajak atas BKP yang dikembalikan atau
JKP yang dibatalkan, dalam hal terdapat
Nota Retur/Nota Pembatalan

65.500.000

Nilai DPP, PPN, dan PPnBM


ditulis dalam tanda kurung ( )
sebagai pengurang

223
Induk SPT Masa PPN

1. Formulir 1111 DM berisi:


a. jumlah penyerahan barang dan jasa;
b.penghitungan PPN dan PPnBM Kurang atau (Lebih)
Bayar;
c. jumlah PPN terutang atas kegiatan membangun sendiri.
2. Bagi PKP yang menyampaikan SPT secara manual dalam
bentuk media elektronik, Formulir 1111 DM harus diisi
dan disampaikan dalam bentuk formulir kertas.
3. Dalam hal SPT dilaporkan NIHIL karena PKP tidak
melakukan kegiatan penyerahan dan perolehan, Formulir
1111 DM tetap dibuat dan diisi dengan angka 0 (Nol).

224
Bagian Identitas
Untuk SPT yg disampaikan
dalam bentuk formulir
Diisi apabila PKP Diisi apabila PKP kertas, kolom ini diisi oleh
menggunakan deemed menggunakan deemed petugas di KPP/KP2KP,
PM berdasarkan PMK PM berdasarkan PMK jumlah lembar SPT (Induk
No 74/PMK.03/2010 No 79/PMK.03/2010 + Lampiran)

Diisi dengan tahun buku


yang digunakan oleh PKP.
Dalam hal PKP tidak
menggunakan pembukuan,
maka diisi dengan tahun
kalender (01 s.d 12)

225
Bagian Isi (Butir I)
Diisi dengan jumlah seluruh penyerahan barang (berwujud maupun tidak
berwujud), yang meliputi:
a. ekspor;
b. penyerahan yang PPN-nya harus dipungut sendiri, dipungut oleh Pemungut PPN,
tidak dipungut, dan yang dibebaskan dari pengenaan PPN; dan
c. penyerahan yang tidak terutang PPN,
dikurangi dengan retur barang yang diterima.

Diisi dengan jumlah seluruh penyerahan jasa, yang meliputi:


a. ekspor;
b. penyerahan yang PPN-nya harus dipungut sendiri, dipungut oleh Pemungut PPN,
tidak dipungut, dan yang dibebaskan dari pengenaan PPN; dan
c. penyerahan yang tidak terutang PPN,
dikurangi dengan pembatalan jasa.

226
Bagian Isi (Butir II)
Diisi dengan:
a. 70%, bagi PKP yang menggunakan deemed PM berdasarkan
Peredaran Usaha Diisi dengan 60%, bagi PKP
b. 80%, bagi PKP pedagang emas perhiasan yang yang menggunakan deemed
menggunakan deemed PM PM berdasarkan Peredaran
c. 90%, bagi PKP pedagang mobil bekas yang menggunakan Usaha
deemed PM

227
Bagian Isi (Butir II – KB (LB))
Permohonan restitusi hanya dapat diajukan di akhir tahun buku,
karena pada prinsipnya PKP yang menggunakan deemed PM akan
selalu mengalami Kurang Bayar.
Oleh karena itu, PKP yang secara mekanisme PPN mengalami Lebih
Bayar (Pasal 9 ayat (4b)) sebaiknya tidak menggunakan deemed PM.

Seperti keterangan di
atas, PKP berisiko
rendah juga sebaiknya
tidak menggunakan
deemed PM.

228
Bagian Isi (Butir III)
Diisi dengan jumlah DPP atas kegiatan
membangun sendiri yaitu sebesar 40% (empat
puluh persen) dari jumlah biaya yang dikeluarkan
dan/atau yang dibayarkan dalam Masa Pajak yang
bersangkutan untuk membangun bangunan, tidak
termasuk harga perolehan tanah

PPN terutang atas Diisi dengan jumlah PPN


kegiatan membangun terutang yang dihitung
sendiri harus dilunasi dengan cara mengalikan
pada tanggal 15 bulan tarif 10% (sepuluh persen)
berikutnya dengan Dasar Pengenaan
Pajak

229
Bagian Isi (Butir IV)

Dalam hal terjadi lebih bayar PPnBM,


maka permohonan restitusi dibuat
dengan surat tersendiri.

230
Bagian Isi (Butir V)

Dalam hal tidak ada data yang perlu


dilaporkan dalam Lampiran 1111 A DM Contoh:
atau R DM, maka kolom ini tidak perlu a. SK penetapan sebagai WP Patuh dalam hal
diisi dan Lampiran yang bersangkutan PKP yang memenuhi Pasal 17C UU KUP
tidak perlu dilampirkan mengajukan permohonan pengembalian
pendahuluan kelebihan pajak;
b. Surat keterangan/pernyataan yang
menyatakan permohonan pengembalian
kelebihan pajak berdasarkan Pasal 17D UU
KUP dalam hal PKP yang memenuhi Pasal
17D UU KUP mengajukan permohonan
pengembalian pendahuluan kelebihan pajak.

231
Bagian Pernyataan
SPT wajib ditandatangani.
Dalam hal tidak
ditandatangani, SPT
dianggap tidak disampaikan

Dalam hal PKP adalah orang pribadi


yang kegiatan usahanya tidak
memiliki struktur organisasi, diisi
dengan “Pemilik”.

232
CONTOH SOAL
Nama Perusahaan: PT Amin Sejahtera Contoh 1
Kegiatan Usaha: Penjualan mobil bekas secara eceran
Tgl Transaksi No Dokumen Jml DPP PPN
(ribuan) (ribuan)
Transaksi Penjualan
5 Peny. Mobil bekas kpd Tn. 010.000.- 1 unit 60.000 6.000
Feb Ito Bahagia 11.00000008
12 Peny. Mobil bekas kpd PT 010.000.- 3 unit 210.000 21.000
Feb Taksi Makmur 11.00000009
23 Peny. Mobil bekas kpd Tn. 010.000.- 2 unit 180.000 18.000 Dilaporkan di
Feb Arista Jaya 11.00000010 Form A DM
26 Menerima Nota Retur dari RET-0012 (70.000) (7.000)
Feb PT Taksi Makmur
Total 380.000 38.000
Transaksi Pembelian
1 Membayar sewa toko 10.000 1.000
Feb
Tidak perlu
7 Beli perlengkapan kantor 15.000 1.500 dilaporkan
Feb dari PT Cakra Raya dalam SPT
25 Menerbitkan Nota Retur NR-00005 (5.000) (500)
Feb kepada PT Cakra Raya
Dilaporkan di
Transaksi Lainnya
Form R DM
Feb Mendirikan bangunan toko dengan luas 450 m2 dan mengeluarkan biaya
sebesar Rp50.000.000 selama bulan Februari 2011
Dilaporkan di
Form Induk
234
Pengisian dalam Formulir 1111 A DM

Pengisian dalam Formulir 1111 R DM

235
Pengisian dalam Formulir Induk

Diisi Total Penjualan dikurangi dengan


Nota Retur:
(60.000 +210.000+180.000-70.000)

Diisi dengan persentase


deemed PM bagi PKP
pedagang mobil bekas
sesuai PMK
79/PMK.03/2010

Nilai PPN Kurang


Bayar yang wajib
disetor oleh PKP

236
Pengisian dalam Formulir Induk

Diisi dengan jumlah DPP yaitu


sebesar 40% (empat puluh persen)
dari jumlah biaya yang
dikeluarkan selama bulan Februari
2011, yaitu: 40% x 50.000.000 =
20.000.000

PPN terutang atas


kegiatan membangun
sendiri harus dilunasi
paling lama tanggal 15
bulan berikutnya

237
Lanjutan dari Contoh 1

1. Pada bulan Juni 2011 diketahui adanya kesalahan


dalam pengisian SPT Masa PPN Masa Pajak Februari
2011, yaitu bahwa harga jual sebenarnya atas
penyerahan mobil bekas oleh PT Amin Sejahtera
kepada Tuan Ito Bahagia adalah sebesar
Rp46.000.000,00.

2. Atas kejadian tersebut, PT Amin Sejahtera melakukan


pembetulan SPT Masa PPN Masa Pajak Februari
2011.

238
Pengisian dalam Formulir A DM & R DM

Kolom DPP dan kolom PPN diisi


dengan nilai yang benar

Dalam hal SPT Masa PPN disampaikan dalam bentuk formulir


kertas, Formulir 1111 R DM tidak perlu dilampirkan karena tidak
mengalami perubahan

239
Pengisian dalam Formulir Induk

Diisi Total Penjualan dikurangi dengan


Nota Retur:
(46.000 +210.000+180.000-70.000)

Nilai Lebih Bayar dikompensasikan


ke SPT Juni 2011 (Masa Pajak
dilakukannya pembetulan)
240
Nama Perusahaan: PT Toryung Abadi Contoh 2
Kegiatan Usaha: Perdagangan
Tgl Transaksi No Dokumen Jml DPP PPN
(ribuan) (ribuan)
Transaksi Penjualan
4 Penjualan barang kpd Tn. 010.000.- 1 unit 5.000 500
Feb Rademan 11.00000017
10F Penjualan barang kpd PT 010.000.- 1 unit 20.000 2.000
eb Maju 11.00000018
16 Mengangkut barang PT 010.000.- 5.000 500 Dilaporkan di
Feb Damai Sejahtera 11.00000019 Form A DM
22 Meny. Jasa perdagangan 010.000.- 10.000 1.000
Feb kpd PT Uni Persada 11.00000020
28 Menerima Nota Retur dari RET-0015 (5.000) (500)
Feb PT Maju
Total 35.000 3.500
Transaksi Pembelian
2 Membayar sewa toko kpd 1 th 20.000 2.000
Feb PT Bahagia Tidak perlu
6 Beli peralatan gudang dari 010.000.- 8.000 800 dilaporkan
Feb PT Surya Bina 11.00000049 dalam SPT
24 Menerbitkan Nota Retur NR-00011 (2.000) (200)
Feb kepada PT Surya Bina
Dilaporkan di
Form R DM

241
Pengisian dalam Formulir 1111 A DM

Pengisian dalam Formulir 1111 R DM

242
Pengisian dalam Formulir Induk

Diisi Total penyerahan barang dikurangi


dengan Nota Retur:
(20.000 +5.000-5.000)
Diisi Total penyerahan jasa dikurangi
dengan Nota Pembatalan:
(5.000+10.000)

Diisi dengan persentase


deemed PM bagi PKP
dg omzet tertentu sesuai
PMK 74/PMK.03/2010

Nilai PPN Kurang


Bayar yang wajib
disetor oleh PKP

243
Pengisian
SPT MASA PPN 1111
Samyong ltd Singapura PEB-0000023 07-01-2011 2.000.000.000 BKP

7 Jan 2011
Dieskpor Televisi 21 inch kepada Samyong ltd Singapura
tanpa memakai L/C dengan Nilai Ekspor sebesar Rp. 2
Milyar. PEB telah diberikan persetujuan oleh DJBC pada
tanggal 12 Januari 2011 (PEB-0000023).

245
Samyong ltd Singapura PEB-0000023 07-01-2011 2.000.000.000 BKP
Jaehun ltd Korea EJKP 00001 10-01-2011 500.000.000 JKP

10 Jan 2011
Melakukan ekspor jasa maklon berupa pengiriman
Televisi 54” pesanan dari Jaehun ltd Korea. Fee atas jasa
maklon yang diterima adalah sebesar Rp50.000.000 dan
televisi yang dikirim bernilai Rp500.000.000 dengan
tanggal PEB yang telah diberikan persetujuan pada
tanggal 10 Januari 2011. Pemberitahuan ekspor jasa
dibuat pada tanggal 10 Januari 2011 (EJKP 00001).

2.500.000.000
246
Kemenhut Jkt xx.xxx.xxx.x-xxx.xxx 020.000-11.00000001 11-01-2011 30.000.000 3.000.000

11 Jan 2011
Diserahkan 10 unit Televisi ukuran 29” dengan harga jual
Rp. 30 juta kepada Kementerian Kehutanan di Jakarta
untuk memantau kebakaran hutan. Faktur Pajak dibuat
pada tanggal 11 Januari 2011 (020.000-11.00000001).

247
Kemenhut Jkt xx.xxx.xxx.x-xxx.xxx 020.000-11.00000001 11-01-2011 30.000.000 3.000.000
PT Angkasa Raya xx.xxx.xxx.x-xxx.xxx 010.000-11.00000002 12-01-2011 50.000.000 5.000.000

12 Jan 2011
Diterima pembayaran penuh dari PT. ANGKASA RAYA atas
penyerahan Televisi 21 inch dengan harga jual sebesar Rp.
50 juta. Faktur Pajak dibuat pada tanggal 12 Januari 2011
(010.000-11.00000002).

248
Kemenhut Jkt xx.xxx.xxx.x-xxx.xxx 020.000-11.00000001 11-01-2011 30.000.000 3.000.000
PT Angkasa Raya xx.xxx.xxx.x-xxx.xxx 010.000-11.00000002 12-01-2011 50.000.000 5.000.000
000000000000000 010.000-11.00000003 13-01-2011 1.000.000 100.000

13 Jan 2011
Pegawai yang menjaga Outlet Pabrik melaporkan bahwa
pada hari ini telah dijual Televisi 14 inch dengan nilai jual
sebesar Rp. 1 juta kepada konsumen yang tidak diketahui
identitasnya. Faktur Pajak dibuat pada tanggal 13 Januari
2011 tanpa mencantumkan identitas pembeli (010.000-
11.00000003).

249
Kemenhut Jkt xx.xxx.xxx.x-xxx.xxx 020.000-11.00000001 11-01-2011 30.000.000 3.000.000
PT Angkasa Raya xx.xxx.xxx.x-xxx.xxx 010.000-11.00000002 12-01-2011 50.000.000 5.000.000
000000000000000 010.000-11.00000003 13-01-2011 1.000.000 100.000
PT Mekar Sari xx.xxx.xxx.x-xxx.xxx 070.000-11.00000004 15-01-2011 400.000.000 40.000.000

15 Jan 2011
Diserahkan spare part Televisi kepada PT. MEKAR SARI
yang berada di kawasan berikat. Atas penyerahan tersebut
PPN yang terutang sebesar Rp. 40 juta tidak dipungut.
Faktur Pajak dibuat pada tanggal 15 Januari 2011
(070.000-11.00000004).

250
Kemenhut Jkt xx.xxx.xxx.x-xxx.xxx 020.000-11.00000001 11-01-2011 30.000.000 3.000.000
PT Angkasa Raya xx.xxx.xxx.x-xxx.xxx 010.000-11.00000002 12-01-2011 50.000.000 5.000.000
000000000000000 010.000-11.00000003 13-01-2011 1.000.000 100.000
PT Mekar Sari xx.xxx.xxx.x-xxx.xxx 070.000-11.00000004 15-01-2011 400.000.000 40.000.000
Kedubes China 000000000000000 080.000-11.00000005 18-01-2011 50.000.000 5.000.000

18 Jan 2011
Diserahkan Televisi kepada Kedutaan Besar China sebesar
Rp 50 juta. Atas penyerahan tersebut mendapat fasilitas
dibebaskan dari pengenaan PPN. Faktur Pajak dibuat pada
tanggal 18 Januari 2011 (080.000-11.00000005).

251
Kemenhut Jkt xx.xxx.xxx.x-xxx.xxx 020.000-11.00000001 11-01-2011 30.000.000 3.000.000
PT Angkasa Raya xx.xxx.xxx.x-xxx.xxx 010.000-11.00000002 12-01-2011 50.000.000 5.000.000
000000000000000 010.000-11.00000003 13-01-2011 1.000.000 100.000
PT Mekar Sari xx.xxx.xxx.x-xxx.xxx 070.000-11.00000004 15-01-2011 400.000.000 40.000.000
Kedubes China 000000000000000 080.000-11.00000005 18-01-2011 50.000.000 5.000.000
PT Recycle Mart xx.xxx.xxx.x-xxx.xxx 090.000-11.00000006 21-01-2011 120.000.000 12.000.000

21 Jan 2011
Dijual mesin pabrik dengan harga jual Rp 120 juta kepada
PT Recycle Mart. Faktur Pajak dibuat tanggal 21 Januari
2011 (090.000-11.00000006).

252
Kemenhut Jkt xx.xxx.xxx.x-xxx.xxx 020.000-11.00000001 11-01-2011 30.000.000 3.000.000
PT Angkasa Raya xx.xxx.xxx.x-xxx.xxx 010.000-11.00000002 12-01-2011 50.000.000 5.000.000
000000000000000 010.000-11.00000003 13-01-2011 1.000.000 100.000
PT Mekar Sari xx.xxx.xxx.x-xxx.xxx 070.000-11.00000004 15-01-2011 400.000.000 40.000.000
Kedubes China 000000000000000 080.000-11.00000005 18-01-2011 50.000.000 5.000.000
PT Recycle Mart xx.xxx.xxx.x-xxx.xxx 090.000-11.00000006 21-01-2011 120.000.000 12.000.000
000000000000000 040.000-11.00000007 23-01-2011 1.500.000 150.000

23 Jan 2011
Dalam rangka peresmian perusahaannya, PT. SONY
SEJAHTERA telah mengadakan undian dengan hadiah
berupa Televisi 21 inch dari jenis yang paling baru
dengan harga pokok penjualan sebesar Rp. 1.500.000.
Atas penyerahan televisi kepada pelanggan yang
beruntung tersebut PT. SONY SEJAHTERA Menerbitkan
Faktur Pajak pada tanggal 23 Januari 2011 (040.000-
11.00000007).

253
Kemenhut Jkt xx.xxx.xxx.x-xxx.xxx 020.000-11.00000001 11-01-2011 30.000.000 3.000.000
PT Angkasa Raya xx.xxx.xxx.x-xxx.xxx 010.000-11.00000002 12-01-2011 50.000.000 5.000.000
000000000000000 010.000-11.00000003 13-01-2011 1.000.000 100.000
PT Mekar Sari xx.xxx.xxx.x-xxx.xxx 070.000-11.00000004 15-01-2011 400.000.000 40.000.000
Kedubes China 000000000000000 080.000-11.00000005 18-01-2011 50.000.000 5.000.000
PT Recycle Mart xx.xxx.xxx.x-xxx.xxx 090.000-11.00000006 21-01-2011 120.000.000 12.000.000
000000000000000 040.000-11.00000007 23-01-2011 1.500.000 150.000
PT Angkasa Raya xx.xxx.xxx.x-xxx.xxx NR-05/1/2011 25-01-2011 (20.000.000) (2.000.000) 010.000-11.00000002

25 Jan 2011
Diterima Nota Retur (NR-05/1/2011) dari PT. ANGKASA RAYA
atas Faktur Pajak Nomor 010.000-11.00000002 sebesar Rp
20 juta, karena Televisi yang diserahkan rusak.

632.500.000 63.250.000
254
Soni Corp Jepang PIB-0000052 08-01-2011 450.000.000 45.000.000 BKP

8 Jan 2011
Hari ini telah dibuat PIB Nomor PIB-0000052 dan telah
dibayar PPN terutang pada tanggal 8 Januari 2011 sebesar
Rp 45 juta melalui bank Permata atas impor bahan baku
untuk pembuatan Televisi dari Soni Corp Jepang.

255
Soni Corp Jepang PIB-0000052 08-01-2011 450.000.000 45.000.000 BKP
Daisho Corp Jepang 0101020203030404 09-01-2011 500.000.000 50.000.000 JKP

9 Jan 2011
Membayar jasa konsultan dari Daisho Corp Jepang yang
melakukan kegiatan konsultasi teknik di pabrik dengan
nilai penggantian sebesar Rp500.000.000. SSP atas
pemanfaatan telah dibuat (NTPN: 0101020203030404)
untuk penyetoran PPN atas pemanfaatan JKP dari luar
Daerah Pabean pada tanggal 9 Januari 2011.

950.000.000 95.000.000
256
PT Telkom xx.xxx.xxx.x-xxx.xxx xxxxx 17-01-2011 5.000.000 500.000

17 Jan 2011
Dibayar tagihan telepon kantor sebesar Rp. 5.500.000
(termasuk PPN) kepada PT. Telkom. Atas transaksi
tersebut PT. SONY SEJAHTERA menerima bukti
pembayaran berupa kuitansi.

257
PT Telkom xx.xxx.xxx.x-xxx.xxx xxxxx 17-01-2011 5.000.000 500.000
PT Kompak xx.xxx.xxx.x-xxx.xxx 010.000-11.00000020 16-01-2011 50.000.000 5.000.000

20 Jan 2011
Diterima Faktur Pajak tertanggal 16 Januari 2011 (010.000-
11.00000020) atas perolehan komponen elektronik untuk
pembuatan televisi yang dibeli dari PT. KOMPAK dengan
harga jual sebesar Rp. 50 Juta.

258
PT Telkom xx.xxx.xxx.x-xxx.xxx xxxxx 17-01-2011 5.000.000 500.000
PT Kompak xx.xxx.xxx.x-xxx.xxx 010.000-11.00000020 16-01-2011 50.000.000 5.000.000
Aritonang xx.xxx.xxx.x-xxx.xxx 010.000-11.00000028 21-01-2011 5.000.000 500.000

21 Jan 2011
Membayar Rp. 5.500.000,- (termasuk PPN) kepada Bengkel
ARITONANG atas service mobil box yang digunakan untuk
mengirim spare part yang dijual. PPN terutang sebesar
Rp500.000 dengan Faktur Pajak nomor 010.000-
11.00000028.

259
PT Telkom xx.xxx.xxx.x-xxx.xxx xxxxx 17-01-2011 5.000.000 500.000
PT Kompak xx.xxx.xxx.x-xxx.xxx 010.000-11.00000020 16-01-2011 50.000.000 5.000.000
Aritonang xx.xxx.xxx.x-xxx.xxx 010.000-11.00000028 21-01-2011 5.000.000 500.000
PT Abadi xx.xxx.xxx.x-xxx.xxx R 01/2/04 23-01-2011 (20.000.000) (2.000.000) 010.000-11.00000034

23 Jan 2011
Menerbitkan Nota Retur Nomor R 01/2/04 tanggal 23 Januari
2011 dengan nilai DPP sebesar Rp 20 juta untuk Faktur
Pajak Nomor 010.000-11.00000034 kepada PT ABADI.

40.000.000 4.000.000
260
Kawaii ltd Jepang 000000000000000 PIB-0000064 19-01-2011 550.000.000 55.000.000

19 Jan 2011
Dikeluarkan dari pelabuhan tanjung priok mesin pembuat
spare part Televisi yang diimpor dari Kawaii ltd Jepang
dengan nilai impor sebesar Rp. 550 juta, dengan PIB
nomor PIB-0000064 tanggal 19 Januari 2011. Atas Impor
tersebut PT. SONY SEJAHTERA mendapat fasilitas PPN
dibebaskan.

550.000.000 55.000.000
A1
2.500.000.000

632.500.000 63.250.000

152.500.000 15.250.000
30.000.000 3.000.000
A2
400.000.000 40.000.000
50.000.000 5.000.000

950.000.000 95.000.000
40.000.000 4.000.000

550.000.000 55.000.000 B1
1.540.000.000 154.000.000

99.000.000

B3 B2
2.500.000.000

632.500.000 63.250.000

152.500.000 15.250.000
30.000.000 3.000.000
400.000.000 40.000.000
Dalam SPT Masa PPN Desember 2010 terdapat 50.000.000 5.000.000
kelebihan pembayaran PPN sebesar
Rp1.500.000,- yang diminta dikompensasikan ke
950.000.000 95.000.000
Masa Pajak berikutnya.
40.000.000 4.000.000

550.000.000 55.000.000
1.540.000.000 154.000.000

99.000.000

1.500.000

1.500.000
100.500.000
(85.250.000)
Terima Kasih

266

Anda mungkin juga menyukai