Anda di halaman 1dari 25

Pengantar PPN

Pelatihan Pajak Brevet A/B


JAKARTA
2019
PENGERTIAN PPN

APA SICH
UNTUK PPN ITU ??? ????
APA
PPN
ITU ??
PAJAK ADALAH :

Kontribusi kepada Negara


Berdasarkan Undang-
undang
Dapat dipaksakan
Tidak memberikan imbalan
secara langsung
Dipergunakan untuk
keperluan Negara
Pembagian Jenis Pajak
Langsung

Sifatnya

Tidak Langsung
Menurut

Subjektif

Sasaran/Objeknya

Objektif
JENIS-JENIS PAJAK
PAJAK PUSAT
Pajak Penghasilan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM)
Bea Meterai
Pajak Bumi dan Bangunan ( Khusus PBB
perkotaan dan pedesaan paling lambat 2014
menjadi Pajak Daerah)
JENIS-JENIS PAJAK :
PAJAK DAERAH
(dikelola oleh Pemda)
Pajak Hotel, Pajak Restoran,
Pajak Hiburan, Pajak
Reklame, Pajak Penerangan
jalan, Pajak Kendaraan
Bermotor.
Value Added
Dipakainya Faktor-Faktor Produksi pada setiap jalur
perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan,
menyalurkan dan memperdagangkan barang atau
pemberian pelayanan jasa kepada para konsumen

Selisih harga Jual (Ouput) dengan harga beli (Input)


Karakteristik PPN
LEGAL KARAKTER PPN

a PAJAK TIDAK LANGSUNG


b PAJAK OBJEKTIF
c MULTI STAGE LEVY (NON KUMULATIF)
d INDIRECT SUBTRACTION METHOD
e PAJAK ATAS KONSUMSI DALAM NEGERI
f CONSUMPTION-TYPE VAT
g TARIF TUNGGAL

9
KARAKTERISTIK DASAR
(LEGAL CHARACTER) PPN :
PPN merupakan Pajak Tidak Langsung
PPN merupakan pajak atas konsumsi di dalam
negeri yang dikenakan pada setiap penyerahan
BKP/ JKP (Multi Stage Level)
PPN bersifat Objektif dan non-komulatif
PPN menggunakan sistem Credit Method/
Indirect Subtraction Method (invoice method)
dengan menggunakan sarana faktur pajak
PPN bersifat netral dan diharapkan tidak
menimbulkan Pajak Berganda.

10
KARAKTERISTIK (LEGAL CHARACTER)
PPn.BM
 Merupakan pungutan tambahan
disamping PPN
 Merupakan Pajak Tidak Langsung
 Hanya dipungut 1 (satu) kali (Single
Stage Level) yaitu pada tingkat
Pabrikan atau pada saat impor
 Merupakan Pajak Obyektif
 Dikenakan terhadap barang-barang
yang tergolong Mewah
 Menggunakan beberapa kelompok
tarif.

11
Karakter PPN sebagai PAJAK TIDAK LANGSUNG

Penanggung
jawab pajak

NEGARA
Pemikul
Beban pajak
PPN PPN

BARANG/JASA
PENJUAL
PEMBELI BKP/
BKP/ PPN PENERIMA JKP
PEMBERI JKP
Legal Karakter PPN sebagai PAJAK OBJEKTIF

PAJAK OBJEKTIF

Timbulnya kewajiban pajak sangat ditentukan oleh


adanya objek pajak

Kondisi subjektif subjek pajak tidak relevan

Tidak memperhatikan azas keadilan pemungutan


pajak

Dampak regresif (kesenjangan beban pajak)

Untuk mengurangi regresivitas PPN, bagi


konsumen BKP Mewah dikenakan PPnBM di
14
samping PPN
INDIRECT SUBTRACTION/CREDIT/INVOICE METHOD
SISTIM PENGHITUNGAN PPN

Nilai Tambah
(Value Added)

HARGA BELI BIAYA + LABA

BH. BAKU = 300 PENYUSUTAN = 100


BH. PEMBANTU = 200
Lain-lain = 400
+ BUNGA/SEWA
GAJI/UPAH
= 300
= 300
= HARGA JUAL
----------- LABA USAHA = 400 2000
JUMLAH = 900
JUMLAH = 1100

Nilai Tambah = 1100


SUBTRACTION METHOD ADDITION METHOD
INDIRECT
SUBTRACTION/CREDIT
/ 15
INVOICE METHOD
Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pengusa Aktivitas Nilai Harga PPN Setor ke Harga yg
ha Tambah Jual 10% Kas dibayar
Negara
Industri Menyerahka 1000 1000 100 100
Benang n
Industri Membeli - - - - 1000+100=1100
benang
Textile Menyerahka 400 1000+400=14 140 140- -
n textile 00 100=40
Industri Membeli - - - - 1400+140=1540
textile
Garmen Menyerahka 350 1400+350=17 175 175- -
n garmen 50 140=35
Pedagang Membeli - - - - 1750+175=1925
garmen
Besar Menyerahka 300 1750+300=20 205 205- -
n garmen 50 175=30
Pedagang Membeli - - - - 2050+205=2255
garmen
Eceran Menyerahka 250 2050+250=23 230 230- -
n garmen 00 205=25
Konsumen Membeli - - - - 2300+230=2530
garmen 16
KELEBIHAN & KEKURANGAN PPN

Kelebihan :
1. Mencegah terjadinya Pajak Berganda
2. Netral dalam perdagangan Dalam dan Luar Negeri
3. Sangat membantu likuiditas perusahaan (Lebih Bayar PPN
dapat direstitusi)
4. Sumber penerimaan Negara (money maker)
Kelemahan :
1. Biaya administrasi relatif tinggi
2. Menimbulkan dampak Regresif
3. Rawan Penyelundupan
4. Membutuhkan pengawasan lebih dalam administrasi pajak.

17
PERUBAHAN UU PPN
Undang-Undang Berlaku sejak
No 8 Th 1983 1 April 1985

Undang-Undang Berlaku sejak


No 11 Th 1994 1 Januari 1995

Undang-Undang Berlaku sejak


No 18 Th 2000 1 Januari 2001

Undang-Undang Berlaku sejak


No 42 Th 2009 1 April 2010
PASAL YANG DIUBAH DAN ATAU DI TAMBAH

Pasal 1 : Definisi Pasal 12 : Tempat terutang PPN


Pasal 1A : Pengertian Penyerahan & bukan Penyerahan Pasal 13 : Faktur Pajak
Pasal 2 : Hubungan Istimewa (Tidak Diubah) Pasal 14 : Larangan Membuat FP (Tidak Diubah)
Pasal 3 : Dihapus (Tidak Diubah) Pasal 15 : Dihapus (Tidak Diubah)
Pasal 3A : Pengukuhan PKP & pengusaha kecil Pasal 15A : Saat Penyetoran dan Pelaporan PPN
Pasal 4 : Objek PPN Pasal 16 : Dihapus (Tidak Diubah)
Pasal 4A : Non BKP & Non JKP Pasal 16A : Pemungut PPN (Tidak Diubah)
Pasal 5 : PPn BM Pasal 16B : Fasilitas PPN
Pasal 5A : Retur Barang dan Jasa Pasal 16C : Kegiatan Membangun Sendiri (Tidak
Diubah)
Pasal 6 : Dihapus (Tidak Diubah) Pasal 16D : Penyerahan aktiva
Pasal 7 : Tarif PPN Pasal 16E : Restitusi Turis Asing
Pasal 8 : Tarif PPn BM Pasal 16F : Tanggung Renteng PPN
Pasal 8A : Cara Mengitung PPN dan Penetapan Nilai Lain Pasal 17 : Ketentuan lain-lain (Tidak Diubah)
Pasal 9 : Pengkreditan Pajak Masukan Pasal 18 : Ketentuan Peralihan (Tidak Diubah)
Pasal 10 : Cara Menghitung PPnBM (Tidak Diubah) Pasal 19 : Ketentuan Penutup (Tidak Diubah)
Pasal 11 : Saat terutang PPN

Perubahan yang dilakukan ada yang bersifat substansi dan ada yang hanya bersifat
perbaikan gramatikal
POKOK-POKOK PERUBAHAN KETIGA UU PPN

1. DEFINISI (Pasal 1)
2. OBJEK PPN (Pasal 4)
3. PENYERAHAN AKTIVA YG TUJUAN SEMULA TDK UTK DIPERJUALBELIKAN (Pasal 16D)
4. PENGERTIAN PENYERAHAN BKP DAN BUKAN PENYERAHAN BKP (Pasal 1A)
5. NON BKP & NON JKP (Pasal 4A)
6. PENGUSAHA KENA PAJAK
7. RETUR PPN ATAS PENYERAHAN JKP (Pasal 5A)
8. KRITERIA & TARIF PPnBM (Pasal 8)
9. RESTITUSI (Pasal 9 (4b), (4c) & Pasal 16E)
10. DEEMED PAJAK MASUKAN (Pasal 9 (7), (7a), (7b))
11. PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN (Pasal 9 (2a) & (14))
12. PEMUSATAN TEMPAT PPN TERUTANG (Pasal 12 (2))
13. FAKTUR PAJAK (Pasal 13)
14. SAAT PENYETORAN DAN PELAPORAN PPN (Pasal 15A)
15. FASILITAS PERPAJAKAN (Pasal 16B)
16. TANGGUNG RENTENG (Pasal 16F)
UNDANG-UNDANG PPN
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1 : Definisi
Pasal 1A : Penyerahan BKP
Pasal 2 : Hubungan Istimewa
BAB II PENGUKUHAN PKP
Pasal 3 : Dihapus
BAB IIA KEWAJIBAN MELAPORKAN USAHA
DAN KEWAJIBAN MEMUNGUT,
MENYETOR,
DAN MELAPORKAN PAJAK TERUTANG
Pasal 3A : Kewajiban PKP

21
BAB III OBJEK PAJAK
Pasal 4 : Objek Pajak
Pasal 4A : Pengecualian Objek
Pasal 5 : Pajak Penjualan atas
Barang Mewah
Pasal 5A : Retur
Pasal 6 : dihapus
BAB IV TARIF & CARA
MENGHITUNG PAJAK

Pasal 7 : Tarif PPN


Pasal 8 : Tarif PPn.BM
Pasal 8A : Penghitungan PPN
Pasal 9 : Pengkreditan Pajak
Masukan
Pasal 10 : Menghitung PPnBM
22
BAB V SAAT DAN TEMPAT PAJAK TERUTANG

Pasal 11 : Saat Pajak Terutang


Pasal 12 : Tempat Pajak Terutang
Pasal 13 : Faktur Pajak
Pasal 14 : Larangan membuat faktur pajak
Pasal 15 : dihapus
Pasal 15 A : Penyetoran dan Pelaporan
Pasal 16 : dihapus

BAB VA KETENTUAN KHUSUS


Pasal 16A : Pemungut PPN
Pasal 16B : Fasilitas
Pasal 16C : Membangun Sendiri
Pasal 16D : Penyerahan aktiva
Pasal 16E : Restitusi PPN/PPnBM atas pembelian BKP
yg dibawa keluar daerah pabean
Pasal 16F : Tanggung Jawab Renteng Pembeli
23
BAB VI KETENTUAN LAIN
Pasal 17 : Lex spesialis

BAB VII KETENTUAN PERALIHAN


Pasal 18 : Ketentuan Peralihan

BAB VIII KETENTUAN PENUTUP


Pasal 19 : Ketentuan tentang
peraturan Pelaksanaan
Pasal 20 : Nama UU PPN 1984
Pasal 21 : Saat berlakunya UU
PPN 1984

24
MEKANISME PPN di Indonesia

a. PKP yang melakukan penyerahan BKP/JKP wajib memungut


PPN dari pembeli BKP/JKP yang bersangkutan, sebagai bukti
pemungutan PPN, PKP tersebut membuat faktur pajak.
b. PPN yang tercantum dalam faktur pajak merupakan Pajak
Keluaran yang PPN-nya terutang dan wajib dipungut oleh
penjual BKP/JKP
c. PPN yang telah dibayar oleh PKP pembeli BKP/JKP
merupakan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan.
d. Dalam setiap masa pajak, jumlah Pajak Masukan yang
dibayar diperhitungkan dengan Pajak Keluaran yang
dipungut.

25
e. Apabila terdapat selisih antara Pajak Masukan dan Pajak
Keluaran, maka hal yang terjadi adalah sbb :
1) bila Pajak Keluaran lebih besar dari Pajak Masukan,maka
selisihnya harus disetor ke Kas Negara paling lambat
akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak
dan sebelum SPT PPN disampaikan.
2) bila Pajak Masukan lebih besar dari Pajak Keluaran maka
selisihnya merupakan pajak Lebih Bayar, yang dapat
dikompensasikan dgn masa pajak berikutnya
3) bila tidak ada selisih antara keduanya (PK=PM),
maka tidak ada pajak yang terutang atau lebih
bayar dalam masa pajak tersebut (Nihil)

f. PKP wajib menyampaikan SPT Masa PPN ke KPP dimana PKP


tersebut terdaftar paling lambat akhir bulan berikutnya
setelah berakhirnya masa pajak.

26

Anda mungkin juga menyukai