Anda di halaman 1dari 235

SOAL

PRE-TEST PPN
TAXMASTER CLASS 2020
Jawaban :
 Pajak Tidak Langsung
 Pajak Objektif
 Pajak atas konsumsi umum
dalam negeri
 Multi Stage Tax
 Tidak menimbulkan pengenaan
pajak berganda
 Indirect Subtraction
Method/Credit Method/Invoice
Method
Karakteristik  PPN yang diterapkan di
PPN Indonesia adalah PPN Tipe
Konsumsi (Consumption Type
VAT) & Bersifat netral
 Menggunakan tarif tunggal
• Karakter PPN sebagai pajak tidak langsung ini menimbulkan
konsekuensi yuridis bahwa antara pemikul beban pajak
(destinataris pajak) dengan penanggung jawab atas penyetoran
pajak ke kas negara berada pada pihak-pihak yang berbeda.
• Pemikul beban pajak ini berada pada pembeli Barang Kena Pajak
(BKP) atau penerima Jasa Kena Pajak (JKP).
• Sedangkan penanggung jawab atas pelaporan/penyetoran pajak ke
kas negara adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang bertindak
selaku penjual BKP atau pengusaha JKP selaku pengusaha yang
me-nyerahkan JKP.
• Oleh karena itu apabila terjadi penyimpangan pemungutan PPN,
fiskus akan meminta pertanggungjawaban kepada Penjual BKP
atau Pengusaha JKP tersebut, bukan kepada pembeli, walaupun
pembeli kemungkinan juga berstatus sebagai PKP
Sebagai Pajak Tidak Langsung, pengertian Pajak Pertambahan Nilai
dapat dirumuskan berdasar dua sudut pandang sebagai berikut:
 Sudut pandang ilmu ekonomi, beban pajak dialihkan kepada pihak
lain, yaitu pihak yang akan mengkonsumsi barang atau jasa yang
menjadi obyek pajak.
 Sudut pandang ilmu hukum, tanggung jawab pembayaran pajak
kepada kas negara tidak berada ditangan pihak yang memikul
beban pajak. Sudut pandang ilmu hukum ini membawa
konsekuensi filosofis bahwa :
• apabila pembeli atau penerima jasa telah membayar pajak yang
terutang kepada penjual atau pengusaha jasa, pada hakekatnya sama
dengan telah membayar pajak tersebut ke kas negara.
• dalam hal (PKP) penjual tidak memungut pajak dari pembeli dengan
alasan apapun, sepenuhnya menjadi tanggung jawab penjual, bukan
tanggung jawab pembeli.
Tanggung Renteng

PENJUAL

?
Pungut PPN
PEMBELI
SKPKB

TANGGUNG JAWAB
RENTENG

Kecuali

Menunjukkan PPN dapat


A
bukti telah T ditagih
membayar A
U
kepada
PPN penjual
Ps 16F UU PPN

Penjual adalah penanggung jawab PPN (menyetor PPN), namun untuk kondisi tertentu
Pembeli dapat dikenai tanggung jawab renteng.
 Timbulnya kewajiban pajak ditentukan oleh peristiwa atau perbuatan
hukum yang dapat dikenakan pajak yang juga disebut objek pajak.
 Kondisi subjektif subjek pajak tidak ikut menentukan.

 PPN tidak membedakan antara konsumen orang pribadi dengan


konsumen berbentuk badan, antara konsumen yang berpenghasilan
tinggi dengan yang berpenghasilan rendah. Sepanjang mereka
mengonsumsi barang atau jasa dari jenis yang sama, mereka
diperlakukan sama.
 Sebagai pajak objektif PPN menimbulkan dampak regresive yaitu
semakin tinggi kemampuan konsumen semakin ringan beban pajak
yang dipikul, semakin rendah kemampuan konsumen, semakin berat
beban pajak yang dipikul. Untuk mengurangi dampak regresif ini,
terhadap konsumen yang mengonsumsi BKP yang tergolong mewah
dikenakan PPnBM di samping PPN.
Pajak atas konsumsi mengandung makna bahwa:
 PPN bukan pajak atas kegiatan bisnis.
 Pemikul beban pajak adalah konsumen.

Sebagai pajak atas konsumsi umum dalam


negeri, PPN hanya dikenakan atas konsumsi
BKP dan/atau JKP yang dilakukan di dalam
negeri. Oleh karena itu, komoditi impor
dikenakan PPN dengan persentase yang
sama dengan produk domestik.
• Sebagai pajak atas konsumsi sebenarnya tujuan akhir
PPN adalah mengenakan pajak atas pengeluaran untuk
konsumsi (a tax on consumption expenditure)
baik yang dilakukan oleh perseorangan maupun oleh
badan baik badan swasta maupun badan Pemerintah
dalam bentuk belanja barang atau jasa yang
dibebankan pada APBN/APBD.
• Karena konsumen tidak semata-mata mengonsumsi
barang tetapi juga mengonsumsi jasa, maka PPN
selain dikenakan atas konsumsi barang juga
dikenakan atas konsumsi jasa.
Karakteristik PPN sbg pajak konsumsi menempatkan
PPN pada posisi netral yaitu netral baik atas pola
konsumsi, pola produksi maupun pola distribusi.
Netralitas PPN dibentuk oleh dua faktor yaitu :
• PPN dikenakan baik atas konsumsi barang maupun
jasa.
• Dalam pemungutannya, PPN menganut prinsip
tempat tujuan (destination principle).
Pasal 7 (UU No. 42 Tahun 2009)
 Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh
persen).
 Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% (nol persen)
diterapkan atas:
a. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;
b. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; dan
c. ekspor Jasa Kena Pajak.
 Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diubah menjadi paling rendah 5% (lima persen) dan
paling tinggi 15% (lima belas persen) yang perubahan
tarifnya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
• Indirect Subtraction Method adalah metode
penghitungan PPN yang akan disetor ke kas negara
dengan cara mengurangkan pajak atas perolehan
dengan pajak atas penyerahan barang atau jasa

MEKANISME PK - PM
Multi stage tax adalah karakteristik PPN yang
mempunyai makna PPN dikenakan pada setia mata
rantai jalur produksi maupun jalur distribusi.
Setiap penyerahan barang yang menjadi obyek PPN
mulai dari tingkat pabrikan (manufacturer)
kemudian ditingkat pedagang besar (wholesaler)
dalam berbagai bentuk atau nama sampai dengan
tingkat pedagang pengecer (retailer) dikenakan
PPN.
MULTI STAGE TAX namun NON KUMULATIF

PK = PPN =
KN
PABRIKAN 100.000 100.000

PPN 10%
BKP HARGA JUAL =1.000.000
100.000

PM = 100.000 PPN =
PEDAGANG BESAR 30.000
KN
PK = 130.000

HARGA BELI =1.000.000


BKP PPN 10%
NILAI TAMBAH = 300.000
HARGA JUAL =1.300.000
130.000

PM = 130.000 PPN =
PEDAGANG ECERAN 20.000
KN
PK = 150.000

HARGA BELI = 1.300.000


BKP NILAI TAMBAH = 200.000 PPN 10%
HARGA JUAL= 1.500.000 150.000

KONSUMEN BEBAN PAJAK


 Bagaimana cara Pemungutan
PPN?
 Berapa yang harus di bayar ke
kas negara?

MEKANISME
PPN
• Untuk mendeteksi atau menguji kebenaran
jumlah pajak yang terutang atas perolehan dan
jumlah pajak yang terutang atas penyerahan
tersebut diperlukan suatu dokumen pendukung.
• Dokumen ini dinamakan “tax invoice” (Faktur
Pajak), oleh karena itu metode ini dinamakan juga
“Invoice Method”.
• Oleh karena itu Faktur Pajak merupakan
persyaratan mutlak dalam indirect subtraction
method.
• Dalam hukum pajak, kegiatan mengurangkan pajak
dengan pajak dinamakan “tax credit”, oleh karena itu
metode ini juga dinamakan “credit method” yaitu
mengkreditkan pajak yang dibayar kepada penjual
atau pengusaha jasa yang dinamakan “Pajak Masukan”
(input tax) dengan pajak yang dipungut dari pembeli
atau penerima jasa yang dinamakan “Pajak Keluaran”
(output tax).
• Dalam kalimat yang lebih sederhana dan populer
adalah mengreditkan Pajak Masukan dengan Pajak
Keluaran.
MEKANISME PEMUNGUTAN PPN - 1

PKP PKP PKP


A B C

SPT Masa PPN PKP B


PENGKREDITAN PAJAK
PK = 120.000
MASUKAN (INDIRECT
PM = 100.000 SUBTRACTION METHOD)
Setor ke KN = 20.000
MEKANISME PEMUNGUTAN PPN - 2

PKP PKP PEMUNGUT


A B
KPPN
KPS Migas
Bendahara
Pemerintah
BUMN

SPT Masa PPN PKP B


PK = 120.000
Dipungut = 120.000
Setor ke KN =0
PM = 100.000
Lebih Bayar =(100.000)
Jawaban
1. penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian;
Yang dimaksud dengan "Perjanjian" meliputi jual beli, tukar-menukar,
jual beli dengan angsuran, atau perjanjian lain yang mengakibatkan
penyerahan hak atas barang

2. pengalihan BKP karena suatu perjanjian sewa beli dan/ atau perjanjian
sewa guna usaha (leasing);
adalah penyerahan Barang Kena Pajak yang disebabkan oleh perjanjian
sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi.

Barang Kena Pajak dianggap diserahkan langsung dari Pengusaha


Kena Pajak pemasok (supplier) kepada pihak yang membutuhkan
barang (lessee).
Sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi
FP

Pemasok BKP Perush. BKP


Pembeli
(supplier) Leasing (Lessee)

Jika sewa guna usaha (leasing) tanpa hak opsi maka belum
dianggap terjadi penyerahan barang
3. penyerahan BKP kpd pedagang perantara atau melalui juru
lelang;
"pedagang perantara" adalah orang pribadi atau badan yang dalam
kegiatan usaha atau pekerjaannya dengan nama sendiri melakukan
perjanjian atau perikatan atas dan untuk tanggungan orang lain
dengan mendapat upah atau balas jasa tertentu, misalnya komisioner.
Yang dimaksud dengan "juru lelang" adalah juru lelang Pemerintah
atau yang ditunjuk oleh Pemerintah
Penyerahan BKP melalui Juru Lelang

FP

Pemilik BKP Juru BKP Pembeli


(Pemenang
Barang Lelang Lelang)

Tidak ada FP

Bayar SSP

24
4. pemakaian sendiri dan/ atau pemberian cuma-cuma atas
BKP;
"pemakaian sendiri" adalah pemakaian untuk kepentingan pengusaha
sendiri, pengurus, atau karyawan, baik barang produksi sendiri
maupun bukan produksi sendiri.

"pemberian cuma-cuma" adalah pemberian yang diberikan tanpa


pembayaran baik barang produksi sendiri maupun bukan produksi
sendiri, seperti pemberian contoh barang untuk promosi kepada relasi
atau pembeli
5. BKP berupa persediaan dan/ atau aktiva yg menurut
tujuan semula tdk untuk diperjualbelikan, yg masih
tersisa pd saat pembubaran perusahaan;
Dikecualikan dari ketentuan pada huruf e ini adalah penyerahan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1A ayat (2) huruf e yaitu yang
pajak masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan
6. penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya
dan/ atau penyerahan BKP antar cabang;
7. penyerahan BKP secara konsinyasi; dan
8. penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka perjanjian
pembiayaan yg dilakukan berdasarkan prinsip syariah, yg
penyerahannya dianggap langsung dari PKP kepada pihak
yg membutuhkan BKP.
1. penyerahan BKP kpd makelar sebagaimana dimaksud dlm
KUHD;
• "makelar" adalah makelar sebagaimana dimaksud dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang, yaitu pedagang perantara yang
diangkat oleh Presiden atau oleh pejabat yang oleh Presiden
dinyatakan berwenang untuk itu. Mereka menyelenggarakan
perusahaan mereka dengan melakukan pekerjaan dengan mendapat
upah atau provisi tertentu, atas amanat dan atas nama orang-orang
lain yang dengan mereka tidak terdapat hubungan kerja
2. penyerahan BKP untuk jaminan utang-piutang;
3. penyerahan BKP dari pusat-cabang atau sebaliknya
dan/atau penyerahan BKP antar cabang, dlm hal PKP
melakukan pemusatan tempat pajak terutang;
4. pengalihan BKP dlm rangka penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha dgn
syarat pihak yg melakukan pengalihan dan yg menerima
pengalihan adalah PKP;
5. BKP berupa aktiva yg menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, yg masih tersisa pd saat pembubaran
perusahaan, dan yg Pajak Masukan atas perolehannya
tdk dpt dikreditkan sbgmn dimaksud dlm Psl 9 ayat (8)
huruf b dan huruf c
 Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan
karena tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan
usaha dan/atau
 Aktiva berupa kendaraan bermotor sedan dan station wagon
yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan
FEEDBACK
• PT KAYA adalah PKP yg usahanya menjual tas, pada bulan
Juli memberikan tas gratis kepada PT DJARUM dengan
imbalan rokok? Apakah transaksi tersebut terutang PPN?
• IYA

• PT KAYA mempunyai perantara (distributor) yang


merupakan anak perusahaan sendiri. Apakah penyerahan
tas ke distributor terutang PPN?
• IYA

• PT KAYA menyumbang tas untuk anak-anak yatim. Apakah


penyerahan sumbangan terutang PPN?
• IYA

• PT KAYA menitipkan tas kepada Gogo Mall, pembayaran


diterima jika barang sudah laku dijual. Kapan PT KAYA
harus memungut PPN?
• Pada saat penyerahan barang untuk dititipkan
Jawaban
Pengusaha adalah orang pribadi atau
badan dalam bentuk apa pun yang
dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya
 menghasilkan barang,
 mengimpor barang,
 mengekspor barang,
 melakukan usaha perdagangan,
 memanfaatkan barang tidak berwujud
dari luar Daerah Pabean,
 melakukan usaha jasa termasuk

Definisi mengekspor jasa, atau


 memanfaatkan jasa dari luar Daerah

Pengusaha Pabean.
(Pasal 1 angka 14 UU Nomor 42 Tahun 2009)
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha
Omzet 1
tahun > 4,8
Melakukan: MILYAR
Wajib
• Penyerahan BKP
• Penyerahan JKP
• Ekspor BKP
Berwujud
PKP
Dapat
• Ekspor BKP Tidak Omzet 1 Memilih
Berwujud tahun < >
• Ekspor JKP 4,8 MILYAR
Wajib
memungut,
Bermaksud menyetor, dan
Dapat
melakukan Memilih
melapor PPN
penyerahan/ekspor terutang

Pengusaha yang sejak semula bermaksud melakukan penyerahan, dapat melaporkan usaha untuk
Dikukuhkan sebagai PKP
Timeline Pelaporan Pengukuhan PKP

Penyerahan Omzet > 4,8 MILYAR


Pra
produksi

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL

Dapat lapor
PKP
Dapat lapor
PKP
Wajib lapor PKP
p.l. akhir Juni
Tidak/Terlambat
lapor PKP

Dapat dikenai sanksi

Pengusaha yang tidak/terlambat lapor untuk dikukuhkan sbg PKP, dapat


dikenai sanksi sejak omzetnya melebihi batasan pengusaha kecil
Kewajiban Pengusaha & PKP

Pengusaha yg melakukan penyerahan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a, huruf c, huruf f, huruf g, dan huruf h
UU PPN, kecuali pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh
Menteri Keuangan, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak.

Kewajiban Pengusaha Kena Pajak (PKP)


 Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak
 Memungut pajak yang terutang  membuat faktur pajak
 Menyetor pajak yang terutang  menyelenggarakan catatan
perolehan dan peredaran dan mengkreditkan PM berdasarkan
ketentuan yang berlaku
 Melaporkan pajak yang terutang  mengisi dan menyampaikan
SPT Masa PPN
FEEDBACK
• Apakah setiap Wajib Pajak adalah PKP?
• TIDAK

• PT KAYA baru beroperasi mulai 22 Januari 2015,


kapan wajib PKP?
• Paling lambat akhir bulan berikutnya setelah omsetnya
melebihi batasan pengusaha kecil

• Jika sudah PKP apakah boleh membeli barang dari


non PKP?
• BOLEH

• Jika sudah PKP apakah boleh menjual barang tanpa


memungut PPN?
• TIDAK BOLEH
SUBJEK PPN
OBJEK PPN
SUBJEK PPN

PKP
Bentuk
Pengusaha yang
Kerja Sama
melakukan atau sejak
semula bermaksud Operasi NON
melakukan penyerahan PKP
BKP/JKP

Ps. 4 ay. 1 huruf b


UU PPN Ps. 16C
1984
Ps. 4 ay. 1 huruf d & e

Ps. 4 ay. 1 huruf a


Ps. 4 ay. 1 huruf c

Ps. 4 ay. 1 huruf f, g, h


Ps. 16D
Umum
Pasal 4

Khusus (mulai ada sejak UU No 11 Tahun 1994)


Pasal 16 C
Pasal 16 D
OBJEK PPN (Pasal 4 UU PPN 1984)
Umum

PPN dikenakan atas:


1. penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh pengusaha;
2. impor Barang Kena Pajak;
3. penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh pengusaha;
4. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah
Pabean di dalam Daerah Pabean;
5. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean;
6. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak;
7. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena
Pajak; dan
8. ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak
OBJEK PPN (Pasal 16C dan 16D UU PPN 1984)
Khusus

PPN dikenakan atas:


9. kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam
kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau
badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan
pihak lain (Pasal 16C);
10. penyerahan Barang Kena Pajak berupa aktiva yang
menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh
Pengusaha Kena Pajak, kecuali atas penyerahan aktiva
yang Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan
huruf c (Pasal 16D).
• Pengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan
BKP atau JKP meliputi baik Pengusaha yang telah
dikukuhkan menjadi PKP sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3A ayat (1) maupun Pengusaha yang
seharusnya dikukuhkan menjadi PKP, tetapi belum
dikukuhkan.
• Penyerahan barang yang dikenai pajak harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
 Yang diserahkan merupakan BKP atau JKP
 penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean
 penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha
atau pekerjaannya
Barang Kena Pajak

Barang Berwujud
Barang Bergerak
Barang Tidak Bergerak
Barang Tidak Berwujud

DIKENAKAN PPN

Pada dasarnya semua barang dapat dikenakan PPN kecuali UU


menetapkan sebaliknya
Sumber : https://www.ortax.org/ortax/?mod=studi&page=show&id=17
Jawaban
1. barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang
diambil langsung dari sumbernya; meliputi:
a. minyak mentah (crude oil);
b. gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap
dikonsumsi langsung oleh masyarakat;
c. panas bumi;
d. asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung,
batu permata, bentonit, dolomit, felspar (feldspar), garam batu
(halite), grafit, granit/andesit, gips, kalsit, kaolin, leusit, magnesit,
mika, marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir dan kerikil, pasir
kuarsa, perlit, fosfat (phospat), talk, tanah serap (fullers earth),
tanah diatome, tanah liat, tawas (alum), tras, yarosif, zeolit, basal,
dan trakkit;
e. batubara sebelum diproses menjadi briket batubara; dan
f. bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih
perak, serta bijih bauksit.
2. barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat
banyak;
a. beras;
b. gabah;
c. jagung;
d. sagu;
e. kedelai;
f. garam, baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium;
g. daging
yaitu daging segar yang tanpa diolah, tetapi telah melalui proses
disembelih, dikuliti, dipotong, didinginkan, dibekukan, dikemas
atau tidak dikemas, digarami, dikapur, diasamkan, diawetkan
dengan cara lain, dan/atau direbus;

Lihat PMK-116/PMK.03/2016
h. telur
yaitu telur yang tidak diolah, termasuk telur yang dibersihkan,
diasinkan, atau dikemas;
i. susu
yaitu susu perah baik yang telah melalui proses didinginkan maupun
dipanaskan, tidak mengandung tambahan gula atau bahan lainnya,
dan/atau dikemas atau tidak dikemas;
j. buah-buahan
yaitu buah-buahan segar yg dipetik, baik yang telah melalui proses
dicuci, disortasi, dikupas, dipotong, diiris, di-grading, dan/atau
dikemas atau tidak dikemas; dan
k. sayur-sayuran
yaitu sayuran segar yg dipetik, dicuci, ditiriskan, dan/atau disimpan pd
suhu rendah, termsk sayuran segar yg dicacah.
3. makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran,
rumah makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan
dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun
tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan
oleh usaha jasa boga atau katering. Ketentuan ini
dimaksudkan untuk menghindari pengenaan pajak
berganda karena sudah merupakan objek pengenaan Pajak
Daerah
4. uang, emas batangan, dan surat berharga.
FEEDBACK
• Jika Tn Richie adalah karyawan dan bukan PKP, membeli
handphone dari ebay.com, apakah wajib membayar PPN
impor?
• IYA

• PT KAYA bergerak di bidang usaha restoran masakan Italia,


setiap tahun membayar royalti ke Spageti Co Italy. Apakah
PT KAYA wajib PKP?
• TIDAK

• Apakah penjualan batubara terutang PPN?


• TIDAK

• Apakah telur dan daging yang dijual di supermarket


terutang PPN?
• TIDAK
Jawaban :
JASA
 setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu perikatan atau
perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang, fasilitas,
kemudahan, atau hak tersedia untuk dipakai,
 termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena
pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari
pemesan.

DIKENAKAN PAJAK

JKP

Tiap jasa dapat dikenakan PPN


kecuali UU menetapkan sebaliknya
Jasa Tidak Kena Pajak (Non JKP)

1. jasa pelayanan kesehatan medis;


 jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi;
 jasa dokter hewan;
 jasa ahli kesehatan seperti ahli akupuntur, ahli gigi, ahli
gizi, dan ahli fisioterapi;
 jasa kebidanan dan dukun bayi;
 jasa paramedis dan perawat;
 jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan,
laboratorium kesehatan, dan sanatorium;
 jasa psikolog dan psikiater; dan
 jasa pengobatan alternatif, termasuk yang dilakukan oleh
paranormal.
Jasa Tidak Kena Pajak (Non JKP)

2. jasa pelayanan sosial;


 jasa pelayanan panti asuhan dan panti jompo;
 jasa pemadam kebakaran;
 jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan;
 jasa lembaga rehabilitasi;
 jasa penyediaan rumah duka atau jasa
 pemakaman, termasuk krematorium; dan
 jasa di bidang olahraga kecuali yang bersifat komersial.
Jasa Tidak Kena Pajak (Non JKP)

3. jasa keuangan;
• jasa menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, deposito
berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lain
yang dipersamakan dengan itu;
• jasa menempatkan dana, meminjam dana, atau meminjamkan
dana kepada pihak lain dengan menggunakan surat, sarana
telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek, atau sarana
lainnya;
• jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah, berupa : sewa guna usaha dengan hak opsi; anjak
piutang; usaha kartu kredit; dan/atau pembiayaan konsumen;
• jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai, termasuk
gadai syariah dan fidusia; dan
• jasa penjaminan.
Jasa Tidak Kena Pajak (Non JKP)
4. Jasa pengiriman surat dengan perangko.
Jasa pengiriman sura dengan perangko meliputi jasa pengiriman surat
dengan menggunakan perangko tempel dan menggunakan cara lain
pengganti perangko tempel.
5. Jasa asuransi.
Yang dimaksud dengan "jasa asuransi" adalah jasa pertanggungan yang
meliputi asuransi kerugian, asuransi jiwa, dan reasuransi, yang
dilakukan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis asuransi,
tidak termasuk jasa penunjang asuransi seperti agen asuransi, penilai
kerugian asuransi, dan konsultan asuransi
6. Jasa keagamaan; meliputi:
• jasa pelayanan rumah ibadah;
• jasa pemberian khotbah atau dakwah;
• jasa penyelenggaraan kegiatan keagamaan; dan
• jasa lainnya di bidang keagamaan.
Jasa Tidak Kena Pajak (Non JKP)

7. Jasa pendidikan;meliputi:
 jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah, seperti jasa
penyelenggaraan pendidikan umum, pendidikan kejuruan,
pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan
keagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan
profesional;dan
 jasa penyelenggaraan pendidikan luar sekolah.
8. Jasa kesenian dan hiburan. Jasa kesenian dan hiburan meliputi
semua jenis jasa yang dilakukan oleh pekerja seni dan hiburan.
9. Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan. Jasa penyiaran yang
tidak bersifat iklan meliputi jasa penyiaran radio atau televisi
yang dilakukan oleh instansi pemerintah atau swasta yang tidak
bersifat iklan dan tidak dibiayai oleh sponsor yang bertujuan
komersial.
Jasa Tidak Kena Pajak (Non JKP)

10. Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa


angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri.
11. Jasa tenaga kerja, meliputi:
 jasa tenaga kerja;
 jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha
penyedia tenaga kerja tidak bertanggung jawab atas
hasil kerja dari tenaga kerja tersebut; dan
 jasa penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga kerja.
Jasa Tidak Kena Pajak (Non JKP)

12. jasa perhotelan, meliputi:


 jasa penyewaan kamar, termasuk tambahannya di hotel, rumah
penginapan, motel, losmen, hostel, serta fasilitas yang terkait
dengan kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap; dan
 jasa penyewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan
di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, dan hostel.
13. jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan
pemerintahan secara umum.
Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan
pemerintahan secara umum meliputi jenis-jenis jasa yang
dilaksanakan oleh instansi pemerintah, antara lain pemberian Izin
Mendirikan Bangunan, pemberian Izin Usaha Perdagangan,
pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, dan pembuatan Kartu Tanda
Penduduk
Jasa Tidak Kena Pajak (Non JKP)

14. jasa penyediaan tempat parkir.


Yang dimaksud dengan "jasa penyediaan tempat parkir" adalah jasa
penyediaan tempat parkir yang dilakukan oleh pemilik tempat
parkir dan/atau pengusaha kepada pengguna tempat parkir dengan
dipungut bayaran.
15. jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam.
Yang dimaksud dengan "jasa telepon umum dengan menggunakan
uang logam" adalah jasa telepon umum dengan menggunakan uang
logam atau koin, yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun
swasta.
16. jasa pengiriman uang dengan wesel pos; dan
17. jasa boga atau katering.
Termasuk Pengertian Penyerahan JKP
1. setiap pemberian jasa kena pajak;
2. pemakaian sendiri jasa kena pajak;
3. pemberian cuma-cuma jasa kena pajak;
Daerah Pabean
Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia
yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang
udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di
Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang
di dalamnya berlaku Undang-Undang yang
mengatur mengenai kepabeanan.
FEEDBACK
• Apakah jasa penyelenggaraan brevet terutang PPN?
• TIDAK

• Apakah biro travel umroh dan haji khusus terutang PPN?


• IYA

• Apakah seorang notaris wajib PKP jika peredaran


usahanya melebihi 4,8 milyar dalam satu tahun?
• IYA

• Apakah seorang konsultan wajib PKP jika peredaran


usahanya melebihi 4,8 milyar dalam satu tahun?
• IYA

• Apakah kita membayar PPN pada saat makan di restoran?


• TIDAK
Jawaban :
OBJEK PPnBM

Di samping pengenaan PPN, dikenai juga PPnBM terhadap:


1. Penyerahan BKP yang tergolong mewah yang dilakukan oleh pengusaha
yang menghasilkan barang tersebut di dalam Daerah Pabean dalam kegiatan
usaha atau pekerjaannya dan
2. Impor BKP yang tergolong mewah.

Pasal 5 ayat (1) UU PPN


OBJEK PPnBM

Yang termasuk dalam pengertian menghasilkan pada ayat ini adalah kegiatan:
1. merakit, yaitu menggabungkan bagian-bagian lepas dari suatu barang
menjadi barang setengah jadi atau barang jadi, seperti merakit mobil, barang
elektronik, dan perabot rumah tangga;
2. memasak, yaitu mengolah barang dengan cara memanaskan baik dicampur
bahan lain maupun tidak;
3. mencampur, yaitu mempersatukan dua atau lebih unsur (zat) untuk
menghasilkan satu atau lebih barang lain;
4. mengemas, yaitu menempatkan suatu barang ke dalam suatu benda untuk
melindunginya dari kerusakan dan/atau untuk meningkatkan
pemasarannya; dan
5. membotolkan, yaitu memasukkan minuman atau benda cair ke dalam botol
yang ditutup menurut cara tertentu;
6. serta kegiatan lain yang dapat dipersamakan dengan kegiatan itu atau
menyuruh orang atau badan lain melakukan kegiatan tersebut.

Penjelasan Pasal 5 ayat (1) UU PPN


TUJUAN PENGENAAN PPnBM

1. perlu keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang


berpenghasilan rendah dan konsumen yang berpenghasilan tinggi;
2. perlu adanya pengendalian pola konsumsi atas BKP yang tergolong
mewah;
3. perlu adanya perlindungan terhadap produsen kecil atau
tradisional; dan
4. perlu untuk mengamankan penerimaan negara.

Penjelasan Pasal 5 ayat (1) UU PPN


KARAKTERISTIK PPnBM

PUNGUTAN TAMBAHAN
DI SAMPING PPN PPnBM TIDAK DAPAT
DIKREDITKAN

PPnBM dapat ditambahkan ke dalam


harga BKP yang bersangkutan atau
DIKENAKAN HANYA dibebankan sebagai biaya sesuai
SATU KALI ketentuan perundang-undangan PPh

Pada saat penyerahan


oleh pabrikan atau DALAM HAL BKP YG
produsen BKP yang TERGOLONG MEWAH DIEKSPOR,
tergolong mewah
MAKA PPnBM YANG DIBAYAR
SAAT PEROLEHANNYA
Pada saat impor BKP
DAPAT DIMINTA KEMBALI
yang tergolong mewah
KARAKTERISTIK PPnBM

 Pengenaan PPnBM atas impor BKP yang tergolong mewah tidak


memperhatikan siapa yang mengimpor BKP tersebut.
 Pengenaan PPnBM atas impor BKP juga tidak memperhatikan
apakah impor tersebut dilakukan secara terus-menerus atau hanya
sekali saja.
 pengenaan PPnBM terhadap suatu penyerahan BKP yang tergolong
mewah tidak memperhatikan apakah suatu bagian dari BKP
tersebut telah dikenai atau tidak dikenai PPnBM pada transaksi
sebelumnya.
PPnBM HANYA DIKENAKAN HANYA SATU KALI
SEDAN CKD

PPN PPN & PPnBM

PABRIKAN IMPORTIR

PPN & PPnBM PPN

PED. BESAR

PPN

PPN & PPnBM


PED. ECERAN PPN

PPN
PPN
KONSUMEN
YANG TERMASUK BKP YANG TERGOLONG MEWAH

barang yang bukan merupakan barang


kebutuhan pokok

barang yang dikonsumsi oleh masyarakat


BKP tertentu
TERGOLONG
barang yang pada umumnya dikonsumsi
MEWAh
oleh masyarakat berpenghasilan tinggi

barang yang dikonsumsi untuk


menunjukkan status

Penjelasan Pasal 5 ayat (1) UU PPN


TIDAK DIKENAKAN PPnBM

Atas impor atau penyerahan:


1. Kendaraan CKD;
2. Kendaraan sasis;
3. Kendaraan pengangkutan barang;
4. Kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas isi silinder sampai dengan
250 CC;
5. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan 16 (enam belas) orang atau lebih
termasuk pengemudi.

Pasal 7
PMK-33/PMK.010/2017
DIBEBASKAN PPnBM

Atas impor atau penyerahan:


1. Kendaraan bermotor berupa kendaraan ambulan, kendaraan jenazah,
kendaraan pemadam kebakaran, kendaraan tahanan, dan kendaraan
pengangkutan umum;
2. Kendaraan Protokoler Kenegaraan;
3. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan 10 (sepuluh) orang sampai
dengan 15 (lima belas) orang, termasuk pengemudi, yang digunakan untuk
kendaraan dinas TNI atau Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan
4. Kendaraan Patroli TNI atau Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Pasal 8
PMK-33/PMK.010/2017
RESTITUSI PPnBM

1. Orang Pribadi atau Badan dapat mengajukan permohonan pengembalian


PPn BM dalam hal atas impor atau penyerahan kendaraan bermotor yang
dibebaskan dari pengenaan PPn BM telah dibayar atau dipungut PPn BM-nya
2. Orang Pribadi atau Badan tersebut wajib memiliki Surat Keterangan Bebas
(SKB) PPn BM sebelum impor atau penyerahan kendaraan bermotor
dilakukan.
3. Permohonan pengembalian PPn BM diajukan kepada Direktur Jenderal Pajak
c.q. Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat pemohon terdaftar paling lambat
12 (dua belas) bulan setelah bulan terjadinya impor atau penyerahan
kendaraan bermotor.
4. Atas permohonan pengembalian PPn BM tersebut harus diterbitkan Surat
Ketetapan Pajak paling lambat 2 (dua) bulan sejak tanggal diterimanya
permohonan secara lengkap.

KEP - 229/PJ/2003
Jawaban :
Pasal 7 (UU No. 42 Tahun 2009)
 Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh
persen).
 Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% (nol persen)
diterapkan atas:
a. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;
b. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; dan
c. ekspor Jasa Kena Pajak.
 Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diubah menjadi paling rendah 5% (lima persen) dan
paling tinggi 15% (lima belas persen) yang perubahan
tarifnya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 70/PMK.03/2010
TENTANG BATASAN KEGIATAN DAN JENIS JASA KENA PAJAK
YANG ATAS EKSPORNYA DIKENAI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


2010
Pasal 1 : Definisi (1)

• Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai : Undang-Undang Nomor 8


Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009
• Jasa: setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu perikatan atau
perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang, fasilitas,
kemudahan, atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang
dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau
permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan.
• Jasa Maklon adalah jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang
karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari
pemesan.
• Jasa Kena Pajak adalah jasa yang dikenai pajak berdasarkan undang-
undang Pajak Pertambahan Nilai
Pasal 1 : Definisi (2)

• Ekspor JKP: setiap kegiatan penyerahan JKP ke luar Daerah


Pabean.
• Penggantian: nilai berupa uang, termasuk semua biaya
yang diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha
karena penyerahan JKP, ekspor JKP, atau ekspor BKP Tidak
Berwujud, tetapi tidak termasuk PPN yang dipungut
menurut Undang-Undang PPN dan potongan harga yang
dicantumkan dalam Faktur Pajak atau nilai berupa uang
yang dibayar atau seharusnya dibayar oleh Penerima Jasa
karena pemanfaatan JKP dan/atau oleh penerima manfaat
BKP Tidak Berwujud karena pemanfaatan BKP Tidak
Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean.
Pasal 2: Penghitungan PPN

• PPN dikenakan atas ekspor JKP oleh PKP


• PPN terutang = tarif PPN x DPP
• Tarif PPN = 0%
• DPP= Penggantian.
Pasal 3: Batasan Kegiatan JKP yg atas ekspornya
dikenai PPN(1)

(1) Untuk Jasa Maklon


• Pemesan/penerima JKP berada di luar DP dan
merupakan WPLN serta tidak mempunyai BUT;
• Spesifikasi dan bahan disediakan oleh
pemesan/penerima JKP;
• Bahan : bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau
bahan penolong/pembantu yang akan diproses menjadi
BKP yang dihasilkan;
• Kepemilikan atas barang jadi berada pada
pemesan/penerima JKP; dan
• Pengusaha Jasa Maklon mengirim barang hasil
pekerjaannya berdasarkan permintaan pemesan atau
penerima JKP ke luar DP
Pasal 3: Batasan Kegiatan JKP yg atas ekspornya
dikenai PPN(2)

(2) Untuk selain Jasa Maklon


• jasa yang melekat pada atau untuk barang
bergerak yang dimanfaatkan di luar Daerah
Pabean; atau
• jasa yang melekat pada atau untuk barang tidak
bergerak yang terletak di luar Daerah Pabean
Pasal 4: Jenis JKP yg atas ekspornya dikenai PPN

• Jasa Maklon;
• jasa perbaikan dan perawatan;
• jasa konstruksi, yaitu layanan jasa konsultansi
perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa
pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan
jasa konsultansi pengawasan pekerjaan
konstruksi,
Jawaban :
TARIF PPnBM

1. Tarif PPnBM ditetapkan paling rendah 10% dan paling tinggi 200%.
2. Ekspor BKP yang tergolong mewah dikenai pajak dengan tarif 0%.
3. Pengenaan tarif PPnBM pada BKP yang tergolong mewah dibagi menjadi 2
golongan:
a. BKP yang tergolong mewah berupa kendaraan bermotor
b. BKP yang tergolong mewah selain kendaraan bermotor

Pasal 8 UU PPN
PPnBM KENDARAAN BERMOTOR

Pengenaan PPnBM atas BKP yang tergolong mewah berupa kendaraan


bermotor diatur pada:
 PP 41 TAHUN 2013 tentang BKP yang tergolong mewah berupa
kendaraan bermotor yang dikenai PPnBM s.t.d.d. PP 22 TAHUN 2014
 PMK-64/PMK.011/2014 (berlaku sejak 17 April 2014) tentang jenis
kendaraan bermotor yang dikenai PPnBM dan tata cara pemberian
pembebasan dari pengenaan PPnBM
PPnBM SELAIN KENDARAAN BERMOTOR

Tarif 20%
Kelompok hunian mewah seperti rumah mewah, apartemen, kondominium,
town house, dan sejenisnya:
 Kelompok hunian mewah seperti rumah mewah, apartemen, kondominium,
town house, dan sejenisnya dengan harga jual sebesar Rp30.000.000.000,00
(tiga puluh miliar rupiah) atau lebih

Lampiran I
PMK-86/PMK.010/2019
PPnBM SELAIN KENDARAAN BERMOTOR

Tarif 40%
1. Kelompok balon udara dan balon udara yang dapat dikemudikan, pesawat
udara lainnya tanpa tenaga penggerak.
2. Kelompok peluru senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk
keperluan negara:
 Peluru dan bagiannya, tidak termasuk peluru senapan angin.

Lampiran II
PMK-
35/PMK.010/2017
PPnBM SELAIN KENDARAAN BERMOTOR

Tarif 50%
1. Kelompok pesawat udara selain yang tercantum dalam Lampiran II, kecuali
untuk keperluan negara atau angkutan udara niaga:
 Helikopter dan
 Pesawat udara dan kendaraan udara lainnya, selain helikopter.
2. Kelompok senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan
negara:
 Senjata artileri,
 Revover dan pistol, dan
 Senjata api (selain senjata artileri, revolver, dan pistol) dan peralatan
semacam itu yang dioperasikan dengan penembakan bahan peledak.
Lampiran III
PMK-35/PMK.010/2017
PPnBM SELAIN KENDARAAN BERMOTOR

Tarif 75%
Kelompok kapal pesiar mewah, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan
umum:
 Kapal pesiar, kapal ekskursi, dan kendaraan air semacam itu terutama
dirancang untuk pengangkutan orang, kapal feri dari semua jenis, kecuali
untuk kepentingan negara atau angkutan umum dan
 Yacht, kecuali untuk kepentingan negara atau angkutan umum.

Lampiran IV
PMK-
35/PMK.010/2017
Jawaban :
DEFINISI DPP
• Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual, Penggantian,
Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain yang dipakai sebagai
dasar untuk menghitung pajak yang terutang. Pasal 1 angka 17
UU Nomor 42 Tahun 2009

JENIS DASAR PENGENAAN PAJAK


(Ps. 1 angka 17 , 18, 19, 20, 26 UU PPN 1984 jo Kepmenkeu
No. 567/KMK.04/2000, 26-12- 2000 jo No. 251/KMK.03/2002, 31-5-2002)

HARGA PENGGAN NILAI NILAI


JUAL TIAN IMPOR EKSPOR

NILAI LAIN
HARGA JUAL
Harga Jual, yaitu nilai berupa uang, termasuk semua biaya
yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual
karena penyerahan BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut
menurut UU ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam
Faktur Pajak. Pasal 1 angka 18 UU Nomor 42 Tahun 2009

1. Nilai Berupa uang + semua biaya - potongan harga dalam FP =


Harga Jual
2. Semua biaya ini termasuk : biaya asuransi, biaya
pengangkutan, biaya pengiriman, biaya pemeliharaan, biaya
garansi, dan biaya lain yang diminta atau seharusnya diminta
oleh penjual karena penyerahan BKP tersebut
(Memori Penjelasan Pasal 1 huruf o UU PPN 1984)
PENGGANTIAN
• Penggantian, yaitu nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan JKP, ekspor JKP,
atau ekspor BKP Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk PPN yang dipungut
menurut UU ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak atau
nilai berupa uang yang dibayar atau seharusnya dibayar oleh Penerima Jasa
karena pemanfaatan JKP dan/atau oleh penerima manfaat BKP Tidak Berwujud
karena pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean. Pasal 1 angka 19 UU Nomor 42 Tahun 2009
1. Nilai Berupa uang + semua biaya - potongan harga dalam FP = Penggantian
2. Semua biaya ini termasuk : biaya asuransi, biaya pengangkutan, biaya
pengiriman, biaya pemeliharaan, biaya garansi, dan biaya lain yang
diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan, ekspor,
pemanfataan BKP tdk berwujud/JKP tersebut
Pasal 10 & 11 Rumus Penghitungan PPN
Kontrak atau PPN ditulis
Perjanjian terpisah
Jika Dianggap belum
Tidak termasuk PPN
ATAU

Harga sudah
termasuk PPN PPN = 10 % x harga/pembayaran

PPN = 10 . x harga/pembayaran
110

94
NILAI IMPOR & EKSPOR
• Nilai Impor, yaitu nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea
masuk ditambah pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai kepabeanan dan cukai untuk
impor BKP, tidak termasuk PPN dan PPnBM yang dipungut menurut UU ini.
Pasal 1 angka 20 UU Nomor 42 Tahun 2009

• Nilai Impor = Cost, Insurance, Freight (CIF) + Bea Masuk

• Nilai Ekspor, yaitu nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh eksportir.

• Pasal 1 angka 26 UU Nomor 42 Tahun 2009


Jawaban
DASAR PENGENAAN PAJAK
PMK - 75/PMK.03/2010 sttd PMK – 38/PMK.011/2013

PENYERAHAN JASA FREIGHT


PENYERAHAN EMAS
FORWARDING YG DI DLMNYA
PERHIASAN DPP

20% x HARGA JUAL ADA BIAYA FREIGHT CHARGE


NILAI LAIN 10% x INVOICE

PEMAKAIAN SENDIRI /
PEMBERIAN CUMA-CUMA PERSED. BKP YG MASIH TERSISA PD
HARGA JUAL/PENGGANTIAN- SAAT PEMBUBARAN PERUSAHAAN
LABA KOTOR HARGA PASAR WAJAR

AKTIVA YG MNRT TUJ. SEMULA TDK


REKAMAN SUARA & GAMBAR UTK DIPERJUALBELIKAN YG MASIH
HARGA JUAL RATA-RATA
TERSISA PD SAAT PEMBUB. PERUS.
HARGA PASAR WAJAR
PENY. KPD. PDG. PERANTARA
HARGA YG DISEPAKATI TRAVEL BIRO & PENGIR. PAKET
PDG. PERANTARA DG PEMBELI 10% X INVOICE
FILM CERITA
PERKIRAAN HASIL RATA-RATA PRODUK TEMBAKAU
PER JUDUL FILM HARGA JUAL ECERAN
PENY. BKP DARI PUSAT KE CAB.
& SEBALIKNYA & ANTAR CAB. PENY. BKP MELALUI JURU LELANG
HPP / Harga Perolehan HARGA LELANG
97
• Apabila pembayaran atau Harga Jual atau Penggantian dilakukan
dengan mempergunakan mata uang asing, maka penghitungan besarnya
Pajak yang terutang harus dikonversi ke dalam mata uang rupiah
dengan mempergunakan kurs yang berlaku menurut KMK pada saat
pembuatan Faktur Pajak.

• Dalam hal pembayaran atau Harga JuaI atau Penggantian yang dilakukan
sehubungan dengan pelaksanaan Pasal 16A Undang-undang PPN
(WAPU) mempergunakan mata uang asing, maka besarnya Pajak yang
terutang harus dikonversi ke dalam mata uang rupiah dengan
mempergunakan kurs yang berlaku menurut KMK pada saat dilakukan
pembayaran oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai
Pasal 14 Transaksi dengan Mata Uang Asing
PPN dan
Transaksi dengan Sesuai kurs
PPnBM
menggunakan mata KMK pada saat
dikonversi ke
uang asing pembuatan
dalam mata
Faktur Pajak
Termasuk transaksi penyerahan uang rupiah
kepada Pemungut PPN selain
Bendahara Pemerintah

Kurs USD: Rp9.076,00 Kurs USD: Rp9.060,00


Periode : 2-8 Januari 2012 Periode : 23-29 Januari 2012
Kurs USD : Rp9.136,00 Kurs USD: Rp8.952,00
Periode : 9-15 Januari 2012 Periode : 30 Jan – 5 Feb 2012
2 25 Januari
Januari
Pembayaran Di 11 Januari 5 Februari
Muka Pelunasan
- FP dibuat Pembayaran
Barang diserahkan - Tidak perlu buat FP Penggantian FP 11
- Kurs : Rp9.076,00
- FP dibuat Jan
- Kurs : Rp9.136,00 - Kurs : Rp9.136,00

99
Objek pajak dan
transaksi yang
bersifat spesifik
Pemakaian Sendiri dan
Pemberian Cuma-cuma
• Dalam rangka memberikan kemudahan
administrasi bagi PKP, Peraturan Pemerintah ini
mengatur bahwa atas pemakaian sendiri BKP
dan/atau JKP untuk tujuan produktif yang
terutang PPN tidak perlu dilakukan pemungutan
PPN dan penerbitan Faktur Pajak.
• Sebaliknya, untuk pemakaian sendiri BKP dan/atau
JKP untuk tujuan konsumtif, PKP wajib
menerbitkan Faktur Pajak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan.
Pemakaian Sendiri dan
Pemberian Cuma-cuma
• Pemakaian sendiri BKP dan/ atau JKP meliputi pemakaian
sendiri untuk: (Pasal 5 ayat (2) PP 1 Tahun 2012)
• tujuan produktif; atau
• tujuan konsumtif.

• Pemakaian sendiri BKP adalah pemakaian BKP untuk


kepentingan pengusaha sendiri, pengurus, atau
karyawannya, baik barang produksi sendiri maupun bukan
produksi sendiri. (Penjelasan Pasal 5 ayat (1) PP 1 Tahun
2012) dan (Penjelasan Pasal 1A ayat (1) huruf d UU Nomor
42 Tahun 2009)
• Pemakaian sendiri JKP adalah pemakaian JKP untuk
kepentingan pengusaha sendiri, pengurus, atau
karyawannya. (Penjelasan Pasal 5 ayat (1) PP 1 Tahun
2012)
PEMAKAIAN SENDIRI UNTUK
TUJUAN PRODUKTIF
• Pemakaian sendiri BKP dan/atau JKP untuk tujuan produktif
adalah pemakaian BKP dan/atau JKP yang nyata-nyata digunakan
untuk kegiatan produksi selanjutnya atau untuk kegiatan yang
mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha
Pengusaha yang bersangkutan, yang meliputi kegiatan produksi,
distribusi, pemasaran, dan manajemen.(Penjelasan Pasal 5 ayat
(2) PP 1 Tahun 2012)
• Contoh Pemakaian sendiri BKP dan/atau JKP untuk tujuan
produktif yang nyata-nyata digunakan untuk kegiatan produksi
selanjutnya :
• Pabrikan minyak kelapa sawit menggunakan limbahnya berupa kulit dari
inti sawit sebagai bahan pembakaran boiler dalam proses pabrikasi.
• Pabrikan kayu lapis (plywood) menggunakan hasil produksinya berupa
kayu lapis (plywood) untuk membungkus kayu lapis (plywood) yang akan
dipasarkan agar tidak rusak.
• Perusahaan telekomunikasi menggunakan sambungan saluran teleponnya
untuk melakukan penyerahan jasa provider internet kepada konsumennya.
PEMAKAIAN SENDIRI UNTUK
TUJUAN PRODUKTIF
• Contoh Pemakaian sendiri BKP dan/atau JKP untuk
tujuan produktif untuk kegiatan yang mempunyai
hubungan langsung dengan kegiatan usaha
Pengusaha yang bersangkutan:
• Pabrikan truk mempergunakan sendiri truk yang
diproduksinya untuk kegiatan usaha mengangkut suku
cadang.
• Pabrikan minyak kelapa sawit menggunakan limbahnya
berupa kulit dari inti sawit sebagai pengeras jalan di
lingkungan pabrik.
• Perusahaan telekomunikasi menggunakan saluran
teleponnya untuk kegiatan operasional perusahaan dalam
berkomunikasi dengan mitra bisnisnya.
PEMAKAIAN SENDIRI UNTUK
TUJUAN KONSUMTIF
• Pemakaian sendiri BKP dan/atau JKP untuk tujuan
konsumtif adalah pemakaian BKP dan/atau JKP yang tidak
ada kaitan dengan kegiatan produksi selanjutnya atau untuk
kegiatan yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan
kegiatan usaha Pengusaha yang bersangkutan, yang meliputi
kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen.
(Penjelasan Pasal 5 ayat (2) PP 1 Tahun 2012)
• Contoh Pemakaian sendiri BKP dan/atau JKP untuk tujuan
konsumtif :
• Pabrikan minuman ringan menggunakan hasil produksinya untuk
konsumsi karyawan atau para tamu.
• Pabrikan sepatu dalam rangka promosi membeli topi dengan logo
merek sepatu pabrik tersebut dan sebagian dibagikan kepada
karyawannya.
• Perusahaan telekomunikasi selular memberikan fasilitas bebas biaya
telepon selular kepada para direksinya.
Pasal 5 Pemakaian Sendiri
Tidak
Dilakukan
Pemungutan Penyerahan Terutang
OUTPUT
PPN PPN
(Tidak Dibuat
Produktif Faktur Pajak)

Pemakaian Dilakukan Penyerahan:


Sendiri pemungutan OUTPUT - Tidak Terutang PPN
BKP/JKP PPN - Dibebaskan PPN
(Terutang
PPN)
Ps 1A (1) d UU PPN

Dilakukan identitas pembeli di FP


Konsumtif pemungutan sama dengan identitas
PPN penjual.

Pemakaian sendiri untuk tujuan produktif tidak perlu dibuat Faktur Pajak, sepanjang digunakan untuk melakukan
106
penyerahan yang terutang PPN
Pasal 5 Contoh Pemakaian Sendiri
Pabrikan
Ban

OUTPUT
Tidak dilakukan
pemungutan PPN Penjualan
(Tidak Dibuat FP) Terutang Ban
PPN
Truk Pengangkut Ban

Unit Pemakaian
Produksi Sendiri
Ban Ban
OUTPUT
Dilakukan Jasa
pemungutan PPN Angkutan
Tidak
Terutang Umum
Angkutan Umum
PPN
• Pemberian cuma-cuma adalah pemberian yang diberikan
tanpa imbalan pembayaran baik barang produksi sendiri
maupun bukan produksi sendiri, termasuk pemberian contoh
barang untuk promosi kepada relasi atau pembeli.(Penjelasan
Pasal 1A ayat (1) huruf d UU PPN no. 42 Tahun 2009)

KETENTUAN PERPAJAKAN TERKAIT PEMBERIAN CUMA-CUMA


• Pemberian cuma-cuma baik produksi sendiri atau bukan
produksi sendiri terutang PPN dan harus diterbitkan faktur
pajak seperti biasa (identitas pembeli diisi identitas pihak
yang menerima BKP/JKP).
• PPN ini merupakan PM yang dapat dikreditkan oleh pihak
yang menerima apabila memang berkaitan dengan kegiatan
3M usaha.
• Penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula
tidak untuk diperjualbelikan dikenakan PPN dengan
syarat :
1. Yang menyerahkan sudah dikukuhkan sebagai PKP.
2. Aktiva yang diserahkan adalah aktiva yang mempunyai
hubungan langsung dengan kegiatan usaha (Pasal 9 ayat
8 huruf b).
3. Aktiva yang diserahkan adalah bukan berupa sedan dan
station wagon, kecuali apabila sedan atau station wagon
tersebut merupakan barang dagangan atau disewakan
(Pasal 9 ayat 8 huruf c).
Jawaban :
Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 31/PMK.03/2014
Tentang
Saat, Penghitungan dan Tata Cara Pembayaran Kembali Pajak
Pertambahan Nilai Bagi Pengusaha Kena Pajak yang
Mengalami Keadaan Gagal Berproduksi

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


2010
Pasal 1 angka 3
• Barang Modal adalah harta berwujud yang memiliki
masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, yang
menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan,
termasuk pengeluaran berkaitan dengan perolehan
barang modal yang dikapitalisasi ke dalam harga
perolehan barang modal tersebut.

112
Pasal 5
Definisi Gagal Berproduksi
Gagal Berproduksi adalah :
a. Suatu keadaan dari PKP dengan kegiatan usaha utama sebagai
produsen yang menghasilkan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa
Kena Pajak, apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak
pertama kali mengkreditkan Pajak Masukan tidak melakukan
kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena
Pajak, ekspor Barang Kena Pajak, dan/atau ekspor Jasa Kena
Pajak yang berasal dari hasil produksinya sendiri.
b. Suatu keadaan dari PKP dengan kegiatan usaha utama PKP selain
produsen sebagaimana dimaksud pada huruf a, apabila dalam
jangka waktu 1 (satu) tahun sejak pertama kali mengkreditkan Pajak
Masukan tidak melakukan kegiatan penyerahan Barang Kena
Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Barang Kena Pajak,
dan/atau ekspor Jasa Kena Pajak.
113
Pasal 4 dan Pasal 6

 Pembayaran Kembali PM
1. PKP yang Gagal Berproduksi wajib membayar kembali Pajak
Masukan sebesar Pajak Masukan atas impor dan/atau
perolehan barang modal yang telah dikreditkan dan telah
diberikan pengembalian.
2. Pajak Masukan tersebut disetorkan paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Saat Gagal Berproduksi, dengan
menggunakan SSP dengan mencantumkan keterangan
“Pembayaran kembali Pajak Masukan atas impor dan/atau
perolehan barang modal yang telah dikreditkan dan telah
diberikan pengembalian”.

114
Pasal 7

-Pajak Masukan atas perolehan dan/atau impor Barang Modal


setelah batas waktu keadaan gagal berproduksi untuk produsen
terlewati, dapat dikreditkan
-Pajak Masukan yang dikreditkan dapat dikompensasikan ke masa
pajak berikutnya atau dimintakan pengembalian
-Apabila batas waktu keadaan gagal berproduksi terlewati, atas
Pajak Masukan yang telah dikreditkan dan belum dimintakan
pengembalian (hanya dikompensasikan), dapat dikompensasikan
atau dimintakan pengembalian pada masa pajak berikutnya
-Kompensasi atau permohonan pengembalian kelebihan Pajak
Masukan hanya dapat dilakukan sampai dengan jangka waktu
paling lama 2 (dua) tahun setelah masa pajak keadaan gagal
produksi pertama telah terlewati.
Pasal 11

 Sanksi
1. Terhadap PKP yang melakukan pembayaran kembali
diterbitkan Surat Tagihan Pajak atas sanksi administrasi
berupa bunga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat
(5) Undang-Undang KUP.
2. Dalam hal PKP tidak melakukan kewajiban pembayaran
kembali, terhadap PKP diterbitkan Surat Tagihan Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf g
Undang-Undang KUP, yang terdiri dari:
a. Pajak Masukan yang wajib dibayar kembali; dan
b. sanksi administrasi berupa bunga sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 ayat (1) huruf g jo Pasal 14 ayat (5)
Undang-Undang KUP.

116
Jawaban :
Tax Refund

PMK-39/PMK.03/2018

PJ.091/KUP/S/009/2018-01
Pengusaha Kena Pajak yang
melakukan kegiatan tertentu
dan ditetapkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah
diberikan Pengembalian Pendahuluan atas kelebihan
pembayaran Pajak Pertambahan Nilai pada setiap Masa Pajak
PKP Berisiko Rendah

PENGUSAHA KENA PAJAK


yang dapat ditetapkan sebagai PKP Berisiko Rendah

meliputi:

perusahaan PKP yang PKP yang Pabrikan/pro PKP yang


perusahaan yang saham telah telah dusen yang memenuhi
yang mayoritasnya ditetapkan ditetapkan memiliki Wajib Pajak
sahamnya dimiliki secara sebagai sebagai tempat Persyaratan
diperdagan langsung oleh Mitra Operator untuk Tertentu
gkan pemerintah Utama Ekonomi melakukan
di bursa pusat/pemda Kepabeana Bersertifikat kegiatan
efek n (Authorized produksi
Economic
PKP Berisiko Rendah
KEGIATAN TERTENTU
yang harus dipenuhi untuk Pengembalian Pendahuluan PKP Berisiko Rendah

1 ekspor BKP Berwujud

4 ekspor BKP Tidak

2
Berwujud

5
penyerahan BKP/JKP
kepada Pemungut PPN

3
ekspor JKP

penyerahan
BKP/JKP
yang PPN-nya
tidak
dipungut
PERSYARATAN
PKP Berisiko Rendah

yang harus dipenuhi untuk ditetapkan sebagai PKP Berisiko Rendah

PKP tidak
PKP pabrikan/ PKP tidak dipidana
merupakan produsen karena
sedang
Pengusaha (yang memiliki melakukan
dilakukan
Kena Pajak tempat untuk tindak pidana di
pemeriksaan
yang dapat melakukan bidang
kegiatan
bukper
ditetapkan perpajakan
produksi) dan/atau berdasarkan
sebagai PKP
menyampaikan penyidikan putusan
Berisiko
SPT Masa PPN tindak pidana pengadilan
Rendah
12 bulan di bidang yang telah
terakhir tepat perpajakan mempunyai
waktu kekuatan
PKP Berisiko Rendah
TATA CARA
ditetapkan sebagai PKP Berisiko Rendah

KPP menerbitkan
PKP mengajukan KPP keputusan
permohonan ke KPP melakukan penetapan
tempat PKP dikukuhkan penelitian sbg PKP Berisiko
atas Rendah
permohonan atau pemberitahuan
penolakan

harus penelitian dilakukan paling lama


dilampiri atas pemenuhan 15 hari kerja* sejak
kelengkapan ketentuan permohonan diterima
dokumen PKP Berisiko Rendah lengkap
*Apabila sampai dengan batas waktu tersebut KPP tidak memberikan keputusan atau pemberitahuan, permohonan
Wajib Pajak dianggap dikabulkan dan Direktur Jenderal Pajak menerbitkan keputusan penetapan PKP Berisiko Rendah
PKP Berisiko Rendah

PENCABUTAN PENETAPAN
sebagai PKP Berisiko Rendah
memenuhi salah
satu atau lebih

 dilakukan pemeriksaan bukper dan/atau penyidikan tindak


pidana di bidang perpajakan
 dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai PKP yang
kekuatan hukum tetap telah
 tidak lagi memenuhi ketentuan sebagai PKP Berisiko Rendah dicabut
penetapanny
a
sebagai
Penerbitan keputusan pencabutan PKP Berisiko
penetapan sebagai PKP Berisiko Rendah
Rendah dapat
mengajukan
kembali
Keputusan pencabutan permohonan
penetapan penetapan
diberitahukan kepada
Wajib Pajak
TATA CARA
PKP Berisiko Rendah

Pengajuan Permohonan Pengembalian Pendahuluan


KPP tidak
menerbitkan
SKPPKP dan
memberitahukan
kepada Wajib
Pajak
KPP
KPP
Wajib Pajak melakukan
melakukan
mengajukan penelitian
penelitian
permohonan kewajiban
terhadap
formal

KPP
 pemenuhan kegiatan menerbitkan
mengisi kolom tertentu
SKPPKP
Pengembalian  kebenaran penulisan dan
penghitungan pajak
Pendahuluan  Pajak Masukan yang
pada SPT dikreditkan telah
dilaporkan penerbit Faktur
Pajak
 Pajak Masukan yang
dibayar sendiri telah
PKP Berisiko Rendah

PENELITIAN
Kewajiban Formal

penetapan Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah masih berlaku,


kecuali Pengusaha Kena Pajak yang termasuk Wajib Pajak
Persyaratan Tertentu

Pengusaha Kena Pajak tidak sedang dilakukan pemeriksaan


bukper dan/atau penyidikan
tindak pidana di bidang perpajakan

Pengusaha Kena Pajak tidak dipidana karena melakukan tindak


pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5
(lima) tahun terakhir
JANGKA WAKTU
PKP Berisiko Rendah

Penerbitan SKPPKP atau Pemberitahuan

PP 1
N bulan

sejak SKPPKP/
permohonan Pemberitah
diterima uan
diterbitkan

Apabila jangka waktu tersebut terlampaui dan Direktur Jenderal Pajak tidak
menerbitkan SKPPKP atau pemberitahuan, permohonan Wajib Pajak dianggap
dikabulkan dan Direktur Jenderal Pajak menerbitkan SKPPKP setelah jangka
waktu tersebut
PKP Berisiko Rendah
Dalam hal, jumlah kelebihan
pembayaran pajak pada SKPPKP
tidak sama dengan jumlah dalam
permohonan Pengembalian
Pendahuluan Wajib Pajak dapat
minta mengajukan
dikembali permohonan
kan dengan surat
terdapat selisih kelebihan tersendiri
pembayaran pajak yang belum
dikembalikan
tidak Wajib Pajak
minta dapat melakukan
dikembali pembetulan
kan SPT
Ketentuan Khusus

Dalam hal Wajib Pajak Kriteria Tertentu dan/atau


Wajib Pajak Persyaratan Tertentu

juga ditetapkan sebagai


Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah
tata cara Pengembalian Pendahuluan PPN dilakukan tata cara
Pengembalian Pendahuluan Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah

dan jika berdasarkan hasil pemeriksaan diterbitkan


Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

jumlah kekurangan pajak ditambah sanksi administrasi


Bunga Pasal 13(2) KUP (2% per bulan maksimal 24 bulan)
Jawaban :
• Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan
Pajak Keluaran dalam Masa Pajak yang sama.
• Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar
daripada Pajak Masukan, selisihnya merupakan Pajak
Pertambahan Nilai yang harus disetor oleh Pengusaha Kena
Pajak.
• Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran, selisihnya
merupakan kelebihan pajak yang dikompensasikan ke Masa
Pajak berikutnya.
• Apakah syarat Pajak Masukan yang Bisa Dikreditkan?

• Apakah semua Pajak Masukan Bisa Dikreditkan?


131
PAJAK MASUKAN
DAPAT DIKREDITKAN

SYARAT FORMAL SYARAT MATERIIL


(Ps. 13 ay. 5 UU PPN 1984) (Ps. 9 ay. 9 UU PPN 1984)

BELUM DIBEBANKAN
FAKTUR PAJAK LENGKAP SEBAGAI BIAYA
(Ps. 9 ay. 9 UU PPN 1984)

UNTUK PEROLEHAN BKP DAN/


JKP YG BERHUB. LANGSUNG
DG KEGIATAN USAHA MELAKU-
KAN PENYER. KENA PAJAK
(Ps. 9 ay. 5 & ay. 8 huruf b
UU PPN 1984)

KRITERIA PM DPT KEGI-


DIKREDITKAN
ATAN
PRO- USAHA PEMA-
DUKSI SARAN

MANA- DISTRI-
132
JEMEN BUSI
Pasal 9 ayat (8) UU PPN No.42 Tahun 2009 Pasal 9 ayat (8) UU PPN No.18 Tahun 2000
(berlaku sejak 1 April 2010) (berlaku sejak 1 Januari 2001 s/d 31 Maret 201

• perolehan BKP atau JKP, pemanfaatan BKP tidak


berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah
Pabean sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai PKP
• perolehan BKP atau JKP, pemanfaatan BKP tidak berwujud atau
pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean sebelum Pengusaha
dikukuhkan sebagai PKP

• Perolehan BKP atau JKP yang tidak mempunyai


hubungan langsung dengan kegiatan usaha
• perolehan BKP atau JKP yang tidak mempunyai hubungan
langsung dengan kegiatan usaha

• perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor


berupa sedan dan station wagon, kecuali merupakan
barang dagangan atau disewakan
• perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor sedan, jeep,
station wagon, van, dan kombi kecuali merupakan barang
dagangan atau disewakan
• perolehan BKP atau JKP yang Faktur Pajaknya tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (5); atau tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (9); atau
tidak mencantumkan nama, alamat, dan NPWP
pembeli BKP atau penerima JKP
• perolehan BKP atau JKP yang FP-nya tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5)

• pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau


pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean yang
Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6)
• pemanfaatan BKP tidak berwujud atau pemanfaatan JKP dari
luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6)
• perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya
ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak
• perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya ditagih
dengan penerbitan ketetapan pajak

• perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya


tidak dilaporkan dalam SPT Masa PPN, yang
ditemukan pada waktu dilakukan Pemeriksaan
• perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya tidak
dilaporkan dalam SPT Masa PPN, yang diketemukan pada
waktu dilakukan pemeriksaan

• perolehan BKP selain barang modal atau JKP


sebelum Pengusaha Kena Pajak berproduksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2a)
• Belum ada ketentuan
 PM yg dpt dikreditkan, ttp blm dikreditkan dgn PK pd Masa Pajak yg
sama, dpt dikreditkan pd Masa Pajak berikutnya paling lama 3 (tiga)
bln setelah berakhirnya Masa Pajak yg bersangkutan sepanjang blm
dibebankan sbg biaya & blm dilakukan pemeriksaan.
 PM yg telah dikreditkan oleh PKP blm berproduksi dan telah diberikan
pengembalian wajib dibayar kembali oleh PKP dlm hal PKP tsb mengalami
keadaan gagal berproduksi dlm jk wkt paling lama 3 (tiga) thn sejak Masa
Pajak pengkreditan Pajak Masukan dimulai.

 Dalam hal terjadi pengalihan BKP dlm rangka penggabungan, peleburan,


pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha, PM atas BKP yg
dialihkan yg belum dikreditkan oleh PKP yg mengalihkan dpt dikreditkan
oleh PKP yg menerima pengalihan, sepanjang Faktur Pajaknya diterima
setelah terjadinya pengalihan dan PM tsb blm dibebankan sebagai biaya
atau dikapitalisasi.

136
MASA PENGREDITAN
PAJAK MASUKAN

PRINSIP PENGECUALIAN
(Ps. 9 ay. 2 UU PPN 1984) (Ps.9 ay.9 UU PPN 1984)
MASA PENGREDITAN PM

PENGREDITAN PM DLM MASA TDK


PENGREDITAN DLM MASA
SAMA PALING LAMBAT TIGA BULAN
PAJAK YANG SAMA
SETELAH AKHIR MASA PAJAK YBS.

DLM HAL FP DITERIMA STL LEWAT


BLN KETIGA TSB., PENGREDITAN DI- SYARAT :
LAKUKAN DGN CARA PEMBETULAN
1. BELUM DIBEBANKAN SEBAGAI BIAYA
SPT MASA PPN YANG BERSANGKUTAN
(PENJELASAN PS. 9 AY. (9) UU PPN 1984) 2. BELUM DIPERIKSA
( Ps. 9 ay. (8) huruf i dan ay. 9 )

SYARAT :
1. BELUM DIBEBANKAN SEBAGAI BIAYA
2. BELUM DIPERIKSA,
( Ps. 9 ay. (8) huruf i dan ay. 9 ) 137
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
78/PMK.03/2010 stdtd PMK-135/PMK.011/2014
(berlaku sejak 18 Juni 2014)

Tentang Pedoman Penghitungan Pengkreditan


Pajak Masukan Bagi PKP yang Melakukan
Penyerahan yang Terutang Pajak dan
Penyerahan yang Tidak Terutang Pajak
Pasal 9 ayat (6) UU PPN:

Apabila dalam suatu Masa Pajak PKP selain melakukan penyerahan


yg terutang pajak juga melakukan penyerahan yg tidak terutang
pajak, sedangkan PM untuk penyerahan yg terutang pajak tidak
dapat diketahui dengan pasti, jumlah PM yg dapat dikreditkan
untuk penyerahan yg terutang pajak dihitung dgn menggunakan
pedoman yg diatur dgn PMK
1. Penyerahan yang Terutang Pajak
adalah penyerahan barang atau jasa yang sesuai dengan ketentuan UU
PPN dikenai PPN. (Penjelasan Pasal 9 ayat (5) UU Nomor 42 Tahun 2009).

2. Penyerahan yang Tidak Terutang Pajak


adalah penyerahan barang dan jasa yang tidak dikenai PPN (Pasal 4A
UU PPN) dan yang dibebaskan dari pengenaan PPN (Pasal 16B UU
PPN) (Penjelasan Pasal 9 ayat (5) UU Nomor 42 Tahun 2009)
Pengkreditan PM pada saat Perolehan BKP/JKP
PKP yang melakukan kegiatan usaha yang penyerahannya terutang
pajak & tidak terutang pajak, sedangkan PM untuk Penyerahan yang
Terutang Pajak tidak dapat diketahui dengan pasti, jumlah PM yang
dapat dikreditkan dihitung dengan menggunakan pedoman
penghitungan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, yaitu (Pasal 3
PMK-78/PMK.03/2010) :

P = PM x Z

dengan ketentuan:
P jumlah PM yang dapat dikreditkan;
PM jumlah PM atas perolehan BKP dan/atau JKP;
Z % yg sebanding dgn jumlah Penyerahan yang Terutang Pajak
terhadap penyerahan seluruhnya.

PKP mengkreditkan Pajak Masukan atas perolehan BKP dan/atau JKP tersebut Pada
bulan perolehan BKP dan/atau JKP di SPT Masa PPN bulan perolehan BKP dan/atau JKP
Penghitungan Kembali PM yang Dapat Dikreditkan
Pada akhir tahun buku, setelah diketahui berapa jumlah total penyerahan yang
sebenarnya atas penyerahan yang terutang PPN, tidak terutang PPN atau
dibebaskan PPN, PKP melakukan Penghitungan kembali Pajak Masukan
berdasarkan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan sebagai berikut:
(Pasal 4 PMK-78/PMK.03/2010)
untuk BKP dan JKP yang masa manfaatnya lebih dari 1 (satu) tahun:
P’ = (PM/T) x Z’

dengan ketentuan:
P’ adalah jumlah PM yang dapat dikreditkan dalam 1 (satu) tahun buku;
PM adalah jumlah PM atas perolehan BKP dan/atau JKP.
T adalah masa manfaat BKP dan/atau JKP yang ditentukan sebagai berikut:
- untuk BKP berupa tanah dan bangunan adalah 10 (sepuluh) tahun;
- untuk BKP, selain tanah dan bangunan, dan JKP adalah 4 (empat) tahun;
Z' adalah persentase yang sebanding dengan jumlah Penyerahan yang Terutang
Pajak terhadap seluruh penyerahan dalam 1 (satu) tahun buku;
PEDOMAN PENGKREDITAN
PAJAK MASUKAN

(DEEMED PAJAK MASUKAN)


WP omset < 1,8 M Opsional
Deemed
Pajak
Masukan
Mekanisme PKP keg usaha
WAJIB
Pelaporan tertentu

PK - PM
Pedoman pengkreditan PM SEJAK 1 APRIL 2010

• Pedoman Pengkreditan PM untuk PKP yang


peredaran usahanya tidak melebihi jumlah tertentu
(1,8 M dalam satu tahun)
• Pedoman Pengkreditan PM bagi PKP yang
melakukan kegiatan usaha tertentu (emas atau
kendaraan bekas)
PEDOMAN PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PM

BAGI PKP YANG MEMPUNYAI PEREDARAN USAHA


TIDAK MELEBIHI JUMLAH TERTENTU
PMK 74/PMK.03/2010

Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal 1 April 2010
Pedoman Pengkreditan PM Bagi PKP yang peredaran
Usahanya Tidak Melebihi Jumlah Tertentu
• Pasal 9 ayat (7) dan (7b) UU Nomor 42 TAHUN 2009 (berlaku sejak 1
April 2010) tentang perubahan ketiga atas UU Nomor 8 TAHUN 1983
tentang PPN barang dan jasa dan PPnBM

• PMK-74/PMK.03/2010 (berlaku sejak 1 April 2010) tentang pedoman


penghitungan pengkreditan PM bagi PKP yang mempunyai peredaran
usaha tidak melebihi jumlah tertentu

Besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan oleh Pengusaha


Kena Pajak yang peredaran usahanya dalam 1 (satu) tahun tidak
melebihi jumlah tertentu, kecuali Pengusaha Kena Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (7a), dapat menghitung dengan
menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan.
Pedoman Pengkreditan PM Bagi PKP yang peredaran
Usahanya Tidak Melebihi Jumlah Tertentu
• Pasal 9 ayat (7) dan (7b) UU Nomor 42 TAHUN 2009 (berlaku sejak 1
April 2010) tentang perubahan ketiga atas UU Nomor 8 TAHUN 1983
tentang PPN barang dan jasa dan PPnBM

• PMK-74/PMK.03/2010 (berlaku sejak 1 April 2010) tentang pedoman


penghitungan pengkreditan PM bagi PKP yang mempunyai peredaran
usaha tidak melebihi jumlah tertentu

YANG DAPAT MENGGUNAKAN PEDOMAN PENGKREDITAN PM


Semua PKP dengan jumlah peredaran bruto tidak melebihi nilai Rp. 1,8 M
dalam satu tahun (Pasal 2, Pasal 3 ayat (2) PMK-74/PMK.03/2010)

PKP dapat menggunakan mekanisme ini apabila memenuhi syarat: (Pasal 3


ayat (1) PMK-74/PMK.03/2010)
a. Peredaran usaha 2 tahun buku (tahun kalender bagi PKP OP Pencatatan)
sebelumnya tidak melebihi RP. 1,8 M untuk setiap 1 tahun buku, atau
b. WP yang baru dikukuhkan sebagai PKP
Pedoman Pengkreditan PM Bagi PKP yang peredaran
Usahanya Tidak Melebihi Jumlah Tertentu

PKP tetap memungut PPN ke konsumen sebesar 10%


dari DPP

PPN Masukan yang dapat dikreditkan adalah sebesar:

• 60% dari PPN Keluaran untuk penyerahan JKP


• 70% dari PPN Keluaran untuk penyerahan BKP

PPN Masukan dari supplier tidak dapat dikreditkan di


SPT Masa PPN dan juga tidak dapat dijadikan sebagai
biaya pengurang pada perhitungan SPT Tahunan PPh.
PEDOMAN PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PM

BAGI PKP YG MELAKUKAN


KEGIATAN USAHA TERTENTU

PMK 79/PMK.03/2010
berlaku mulai 1 April 2010
Pedoman Pengkreditan PM bagi PKP Usaha
Tertentu (emas dan kendaraan bekas)
DASAR HUKUM
• Pasal 9 ayat 7a dan 7b UU Nomor 42 TAHUN 2009
(berlaku sejak 1 April 2010) tentang perubahan ketiga
atas UU Nomor 8 TAHUN 1983 tentang PPN barang dan
jasa dan PPnBM
• PMK-79/PMK.03/2010 (berlaku sejak 1 April 2010)
tentang pedoman penghitungan pengkreditan PM bagi
PKP yang melaukan kegiatan usaha tertentu
SEJAK 1 MARET 2014, TERKAIT PENYERAHAN EMAS PERHIASAN,
ADA KETENTUAN SENDIRI YANG MENGATUR
Pedoman Pengkreditan PM bagi PKP Usaha
Tertentu
YANG WAJIB MENGGUNAKAN PEDOMAN PENGKREDITAN PM BAGI PKP USAHA
TERTENTU

Ketentuan yang ada di PMK ini sifatnya WAJIB digunakan oleh PKP kendaraan bekas
dan pdgng emas (baik yang menggunakan pembukuan atau pencatatan biasa).
(Pasal 2 PMK-79/PMK.03/2010)

PKP kegiatan usaha tertentu adalah PKP dengan kegiatan usaha yang semata-mata
melakukan : (Pasal 1 PMK-79/PMK.03/2010)

• penyerahan kendaraan bermotor bekas secara eceran dan pdgng emas


• PKP tetap memungut PPN Keluaran kepada konsumen dengan tarif 10% dari
peredaran usaha (Pasal 4 PMK-79/PMK.03/2010)
• PPN Masukan pada setiap lembar Faktur Pajak yang diterima dari supplier, tidak
dapat dikreditkan di SPT Masa PPN sekaligus tidak dapat dijadikan biaya
pengurang untuk perhitungan di SPT Tahunan PPh (kendaraan bermotor ). (Pasal
6 PMK-79/PMK.03/2010 dan PMK -30/PMK.03/2014)
Penghitungan

Pedoman Penghitungan Pengkreditan PM adalah:


a. 90% dari PK, dalam hal PKP melakukan penyerahan kendaraan
bermotor bekas secara eceran.
b. 80% dari PK, dalam hal PKP melakukan penyerahan emas
perhiasan secara eceran
PK = 10% x DPP
DPP = peredaran usaha

PPN yg wajib disetor setiap Masa Pajak = PK – PM yg dapat dikreditkan,


sehingga:
a. Bagi PKP yg menyerahkan kendaraan bermotor bekas = 1% x DPP
b. Bagi PKP yg menyerahkan emas perhiasan secara eceran = 2% x DPP
Jawaban :
SAAT TERUTANG
TEMPAT
TERUTANG
PEMUSATAN PPN
PENYERAHAN
BKP
SAAT
IMPOR
PAJAK
BKP
TERUTA
NG PENYERAHAN
JKP
PEMANFAATAN BARANG KENA
Saat pajak terutang PAJAK TIDAK BERWUJUD DARI
diartikan sebagai LUAR DAERAH PABEAN, DI
saat mulai DALAM DAERAH PABEAN
timbulnya utang
pajak EKSPOR BKP
kepada negara, BERWUJUD
sehingga bukan
merupakan batas EKSPOR BKP TIDAK
akhir pembayaran BERWUJUD
pajak ke EKSPOR
kas negara.
JKP
PADA SAAT PEMBAYARAN,
DALAM HAL PEMBAYARAN
DITERIMA SEBELUM
PENYERAHAN/PEMANFAATAN
Saat Penyerahan
Pasal 11 UU PPN Pasal 13 UU PPN

Saat
Saat Terutang Saat
Pembuatan
Pajak Penyerahan
Faktur Pajak

“Saat penyerahan yang merupakan dasar penentuan saat terutang PPN


dan saat pembuatan Faktur Pajak disinkronisasikan dengan praktik yang
lazim terjadi dalam kegiatan usaha yang tercermin dalam praktik
pencatatan atau pembukuan berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku
umum serta diterapkan secara konsisten oleh PKP”

“Penyerahan dianggap telah terjadi, apabila resiko dan manfaat


kepemilikan barang telah berpindah kepada pembeli dan jumlah
pendapatan dari transaksi tersebut dapat diukur dengan handal”

“Pengakuan pendapatan atau pencatatan piutang dicerminkan dengan


penerbitan invoice/faktur penjualan yang sekaligus menjadi dokumen
sumber dan sebagai dasar pencatatan pengakuan pendapatan atau
pencatatan piutang”
Saat Penyerahan BKP Bergerak

a. diserahkan secara langsung kepada pembeli Penjualan langsung


atau pihak ketiga untuk dan atas nama
pembeli;
dan penjualan eceran

b. diserahkan secara langsung Pemberian cuma-cuma,


kepada penerima barang; pemakaian sendiri, dan
penyerahan antarcabang

c. diserahkan kepada juru kirim atau Penjualan dengan syarat fob


pengusaha jasa angkutan; atau shipping point

d. diakui sebagai piutang atau penghasilan, atau


pada saat diterbitkan faktur penjualan,
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku Selain kriteria di atas
umum dan diterapkan secara konsisten.
Contoh Saat Penyerahan BKP Bergerak

1 PT Aman menyerahkan Barang Kena Pajak secara langsung kepada


Tuan Igna pada tanggal 15 Mei 2016.

2 PT Berkah (Jakarta) menjual BKP kepada PT Ceria (Surabaya) dengan


syarat pengiriman fob shipping point. Barang dikeluarkan dari gudang
PT Berkah dan dikirim ke gudang PT Ceria pada tanggal 10 Juni 2016
dengan menggunakan perusahaan ekspedisi dengan tanggal DO
(delivery order) 10 Juni 2016. Barang diterima oleh PT Ceria pada
tanggal 12 Juni 2016.
Contoh Saat Penyerahan BKP Bergerak

Contoh Transaksi
Penjualan
(fob destination) 16 Agustus

12 Agustus
Penjual
menerbitkan
Faktur
13-16 Agustus
Barang keluar Penjualan
dari gudang
Penjual
Perakitan &
13 Agustus ujicoba barang
oleh Pembeli

Faktur
Barang
Pajak
diterima
Pembeli Diterbitk
an
Saat Penyerahan BKP Tidak Bergerak

Saat Penyerahan BKP


Tidak Bergerak

saat penyerahan hak untuk menggunakan atau


menguasai Barang Kena Pajak berwujud tersebut,
secara hukum atau secara nyata, kepada pihak pembeli
Contoh Saat Penyerahan BKP Tidak Bergerak

1 Perjanjian jual beli sebuah rumah ditandatangani tanggal 1 Mei 2016.


Perjanjian penyerahan hak untuk menggunakan atau menguasai rumah
tersebut dibuat atau ditandatangani tanggal 1 September 2016.

2 Bila sebelum surat atau akte tersebut dibuat atau


ditandatangani, rumah telah diserahkan atau berada dalam
penguasaan pembeli atau penerimanya, maka Faktur Pajak
harus diterbitkan pada saat barang tersebut secara nyata
diserahkan atau berada dalam penguasaan pembeli atau
penerima barang.
Saat Penyerahan BKP Tidak Berwujud
a. diakui sebagai piutang atau
penghasilan, atau pada saat Dalam hal
diterbitkan faktur penjualan oleh tidak
Pengusaha Kena Pajak, sesuai dengan diketahui
prinsip akuntansi yang berlaku umum
dan diterapkan secara konsisten

b. kontrak atau perjanjian ditandatangani,


atau saat mulai tersedianya fasilitas atau
kemudahan untuk dipakai secara nyata,
sebagian atau seluruhnya

Pemberian cuma-cuma,
pemakaian sendiri, dan
penyerahan antarcabang
Saat Penyerahan BKP (Aktiva)
Saat Penyerahan untuk persediaan dan aktiva yang masih
tersisa pada saat pembubaran perusahaan?

a. ditandatanganinya akta
pembubaran oleh Notaris

b. berakhirnya jangka waktu


berdirinya perusahaan yang
Mana yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar
terjadi lebih
dulu
c. tanggal penetapan Pengadilan yang
menyatakan perusahaan dibubarkan

d. diketahuinya bahwa perusahaan tersebut


nyata-nyata sudah tidak melakukan kegiatan
usaha atau sudah dibubarkan, berdasarkan
hasil pemeriksaan atau berdasarkan data
atau dokumen yang ada
Saat Penyerahan BKP (Restrukturisasi Usaha)

Saat Penyerahan
BKP
Perubahan bentuk usaha
ATAU
a. Saat disepakati atau ditetapkan
Penggabungan usaha
sesuai hasil Rapat Umum
Pemegang Saham yang tertuang
Peleburan usaha dalam perjanjian; atau

Pemekaran usaha
b. Saat ditandatanganinya akta
Pemecahan usaha oleh Notaris

Pengambilalihan usaha

Tidak memenuhi
Pasal 1A (2) UU PPN
Saat Penyerahan JKP

1) diakui sebagai piutang atau penghasilan atau


pada saat diterbitkan faktur penjualan sesuai Dalam hal
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum tidak diketahui
dan diterapkan secara konsisten

2) Kontrak atau perjanjian


ditandatangani

3) saat mulai tersedianya fasilitas atau


kemudahan untuk dipakai secara nyata, Pemberian cuma-cuma,
baik sebagian atau seluruhnya, dalam hal pemakaian sendiri, dan
pemberian cuma-cuma atau pemakaian penyerahan antar cabang
sendiri
Contoh Saat Penyerahan JKP
PT Semangat menyewakan satu unit ruko kepada PT Diatetupa dengan
1 masa kontrak selama 12 tahun. Dalam kontrak disepakati antara lain:
• PT Diatetupa mulai menggunakan ruko tanggal 1 September 2016;
• Nilai kontrak sewa selama 12 tahun adalah Rp 120.000.000,00
• Pembayaran sewa adalah tahunan dan disepakati dibayar setiap
tanggal 29 September dengan pembayaran sebesar Rp 10.000.000,00
(sepuluh juta rupiah) per tahun.
Pada tanggal 29 September 2016 PT Diatetupa melakukan pembayaran
sewa untuk tahun pertama.

2 1. PT Setiyakom adalah suatu perusahaan jasa telekomunikasi.


2. PT Setiyakom melakukan penagihan kepada pelanggan sesuai
dengan periode pemakaian selama satu bulan.
3. Pengumpulan data-data pemakaian dari pelanggan memerlukan
waktu beberapa hari, sehingga faktur penjualan baru dapat
diterbitkan beberapa hari setelahnya.
4. Untuk pemakaian oleh pelanggan pada tanggal 1 – 30 Juni 2016, PT
Setiyakom menerbitkan faktur penjualan (melakukan penagihan)
pada tanggal 5 Juli 2016.
Contoh Saat Penyerahan JKP
1. Tanggal 1 April 2016, perjanjian pemborongan
3
ditandatangani dan diterima uang muka sebesar 20%.
2. Tanggal 1 Mei 2016, pekerjaan selesai 20%, diterima
pembayaran tahap ke-1.
3. Tanggal 1 Juni 2016, pekerjaan selesai 50%, diterima
pembayaran tahap ke-2.
4. Tanggal 20 Juni 2016, pekerjaan selesai 80%, diterima
pembayaran tahap ke-3.
5. Tanggal 25 Agustus 2016, pekerjaan selesai 100%,
bangunan atau barang tidak bergerak diserahkan.
6. Tanggal 1 September 2016, diterima pembayaran tahap
akhir (ke-4) sebesar 95% dari harga borongan.
7. Tanggal 1 Maret 2017, diterima pembayaran pelunasan
seluruh jasa pemborongan.

Pada angka 1 sampai dengan angka 4 pajak terutang


pada tanggal diterimanya pembayaran (tahap), sedang
angka 5 sampai dengan angka 7 pajak terutang pada
tanggal 25 Agustus 2016 atau saat jasa pemborongan
(bangunan atau barang tak bergerak) selesai dilakukan
dan diserahkan kepada pemiliknya.
Jawaban :
APA ITU
FAKTUR PAJAK?
Merupakan bukti
pemungutan pajak
(PPN)

yang melakukan

Pasal 1 angka 23 UU PPN


Penyerahan BKP

Penyerahan JKP

Ekspor BKP Tidak Berwujud

Ekspor JKP

Pasal 13 UU PPN
SAAT PEMBUATAN
FAKTUR PAJAK
Saat penyerahan BKP dan/atau JKP

Saat penerimaan pembayaran

• dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan BKP dan/atau JKP

Saat penerimaan pembayaran termin

• dalam hal penyerahan sebagaian tahap pekerjaan

Saat PKP rekanan menyampaikan tagihan

• kepada Bendahara Pemerintah sebagai Pemungut PPN

Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan


Menteri Keuangan

Pasal 13 ayat (1a) UU PPN


Pasal 2 ayat (1) PER-24/PJ/2012 stdd PER_17/PJ/2014
Faktur Pajak Terlambat

Faktur Dibuat
Pajak Bukan
> 3 Bulan Faktur Pajak
sejak saat Faktur
Pajak seharusnya
dibuat

PKP dianggap tidak menerbitkan


Faktur Pajak

PPN tidak dapat dikreditkan


sebagai Pajak Masukan
Ilustrasi Faktur Pajak Terlambat

5 Jan Februari Maret 5 Apr

Saat penyerahan
= saat pembuatan FP

FP > 5 Jan s.d 4 April


FP terlambat diterbitkan FP > 5 April
- Sanksi 2% x DPP
- PM dapat dikreditkan oleh FP terlambat diterbitkan
Pembeli - Sanksi 2% x DPP
- PM tidak dapat
dikreditkan oleh
Pembeli
Jawaban :
PAJAK MASUKAN
DAPAT DIKREDITKAN

SYARAT FORMAL SYARAT MATERIIL


(Ps. 13 ay. 5 UU PPN 1984) (Ps. 9 ay. 9 UU PPN 1984)

BELUM DIBEBANKAN
FAKTUR PAJAK LENGKAP SEBAGAI BIAYA
(Ps. 9 ay. 9 UU PPN 1984)

UNTUK PEROLEHAN BKP DAN/


JKP YG BERHUB. LANGSUNG
DG KEGIATAN USAHA MELAKU-
KAN PENYER. KENA PAJAK
(Ps. 9 ay. 5 & ay. 8 huruf b
UU PPN 1984)

KRITERIA PM DPT KEGI-


DIKREDITKAN
ATAN
PRO- USAHA PEMA-
DUKSI SARAN

MANA- DISTRI-
182
JEMEN BUSI
Faktur pajak
yang tidak diisi
secara lengkap,
Nama, alamat, dan NPWP yang menyerahkan BPK/JKP jelas, benar, dan
Nama, alamat, dan NPWP pembeli BPK/penerima JKP
tidak ditanda
tangani
Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga merupakan

PPN yang dipungut


Faktur
Pajak
PPnBM yang dipungut
Tidak
Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan faktur pajak Lengkap
Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani faktur pajak

Tidak dapat
Jika diperlukan, PKP dapat menambahkan keterangan lain dikreditkan
oleh PKP
Pasal 13 ayat (5) UU PPN penerima FP
PER-24/PJ/2012 stdd PER_17/PJ/2014
Alamat yang tercantum dalam Faktur Pajak harus diisi
sesuai dengan alamat yang sebenarnya atau
sesungguhnya.

Jika berbeda dengan alamat dalam


Surat Keterangan Terdaftar atau
Surat Pengukuhan PKP

Pasal 6 ayat (3) dan (4) PER-24/PJ/2012 stdd PER_17/PJ/2014


Jawaban :
DOKUMEN YANG
DIPERSAMAKAN
DENGAN
FAKTUR PAJAK
Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)
• yang telah diberikan persetujuan ekspor oleh pejabat yang berwenang dari
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan dilampiri dengan invoice yang merupakan
satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PEB tersebut;
Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB)
• yang dibuat/dikeluarkan oleh Bulog/DOLOG untuk penyaluran tepung terigu;

Paktur Nota Bon Penyerahan (PNBP)


• yang dibuatkan/dikeluarkan oleh PERTAMINA untuk penyerahan Bahan Bakar
Minyak dan/atau bukan Bahan Bakar Minyak;
Bukti tagihan atas penyerahan jasa telekomunikasi
• oleh perusahaan telekomunikasi;

PER-10/PJ/2010 stdd PER-33/PJ/2014


Tiket, tagihan Surat Muatan Udara (Airway Bill), atau Delivery Bill,
• yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri;

Nota Penjualan Jasa


• yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa kepelabuhanan;

Tanda pembayaran atau kuitansi listrik;

Pemberitahuan Ekspor Jasa Pajak/Barang Kena Pajak Tidak Berwujud


• yang dilampiri dengan invoice yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan
Pemberitahuan Ekspor Jasa Kena Pajak/Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, untuk ekspor Jasa Kena
Pajak/Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
Pemberitahuan Impor Barang (PIB)
• yang mencantumkan identitas pemilik barang berupa nama, alamat, dan NPWP, dan dilampiri
dengan Surat Setoran Pajak, Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak (SSPCP), dan/atau bukti
pungutan pajak oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang mencantumkan identitas pemilik
barang berupa nama, alamat, dan NPWP

PER-10/PJ/2010 stdd PER-33/PJ/2014


Surat Setoran Pajak
• untuk pembayaran Pajak Pertambahan Nilai atas pemanfaatan Barang Kena Pajak
tidak berwujud atau Jasa Kena Pajak dari luar daerah Pabean.

Bukti tagihan atas penyerahan BKP dan/atau JKP oleh


perusahaan air minum

Bukti tagihan (trading confirmation) atas penyerahan JKP oleh


perusahaan perantara efek

Bukti tagihan atas penyerahan JKP oleh perusahaan perbankan

SSP untuk pembayaran PPN atas penyerahan BKP melalui juru lelang
disertai dg Risalah Lelang

PER-10/PJ/2010 stdd PER-33/PJ/2014


DOKUMEN TERTENTU YANG BISA
DIKREDITKAN
Pasal 5 PER-67/PJ/2010
PPN yang terdapat dalam dokumen tertentu tersebut
merupakan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
sepanjang:
• Memenuhi ketentuan sebagai dokumen yang dapat
dipersamakan dengan Faktur Pajak (memenuhi
persyaratan formal yaitu diisi lengkap, jelas, dan
benar); dan
• Mencantumkan NPWP dan nama pembeli BKP atau
penerima JKP atau pihak yang melakukan impor BKP,
atau pihak yang memanfaatkan JKP dan/atau BKP
tidak berwujud.
MACAM-MACAM FAKTUR PAJAK

FP yang dapat berupa


faktur penjualan
(penj. Psl 13 ay. 1)

FP Gabungan
(penj. Psl 13 ay. 2)
Bukti pungutan pajak yg dibuat
FAKTUR PKP yg melakukan penyerahan FP pedagang eceran
PAJAK BKP/JKP (PER-58/PJ.20/2010)

Dok tertentu yg
dipersamakan dg FP
(penj. Psl 13 ay. 1)

FP khusus
(PMK
76/PMK.03/2010)
Faktur Penjualan yang memuat keterangan sesuai dengan
keterangan dalam Faktur Pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (5) UU PPN dan pengisiannya sesuai dengan
tata cara sebagaimana diatur dalam PER-24/PJ/2012

dipersamakan dengan
Faktur Pajak

Pasal 14 PER-24/PJ/2012 stdd PER_17/PJ/2014


Adalah faktur pajak yang meliputi
seluruh penyerahan yang dilakukan
kepada pembeli BKP atau penerima
JKP yang sama selama 1 bulan
kalender

Harus dibuat paling lama pada


akhir bulan penyerahan BKP
dan/atau JKP

Pasal 2 ayat (2) PER-24/PJ/2012 stdd PER_17/PJ/2014


FAKTUR PAJAK
PEDAGANG
ECERAN
Pedagang Eceran
Tanpa keterangan :
identitas pembeli
nama dan tanda tangan
Pedagang penjual
Membuat Tidak diterbitkan
Eceran Faktur Pajak tidak Surat Tagihan Pajak
lengkap

Kegiatan usaha/pekerjaannya melakukan Kegiatan usaha/pekerjaannya


penyerahan BKP dengan cara : melakukan penyerahan JKP dengan
a. melalui suatu tempat penjualan eceran cara :
atau langsung datang ke tempat a. melalui suatu tempat penyerahan
konsumen akhir; jasa secara langsung kepada
b. langsung kepada konsumen akhir, konsumen akhir atau langsung
tanpa didahului dengan penawaran; datang ke tempat konsumen akhir;
dan b. langsung kepada konsumen akhir,
c. pada umumnya dilakukan secara tunai tanpa didahului dengan penawaran;
dan penjual/pembeli langsung dan
menyerahkan/membawa BKP yang c. pada umumnya dilakukan secara
dibeli. tunai.
Jawaban :
PEMUNGUT
PPN
PEMUNGUT PPN
Bendahara
• Bendaharawan Pemerintah dan Kantor Perbendaharaan dan
Kas Negara ditetapkan sebagai Pemungut PPN (Pasal 2 ayat
(1) KMK-563/KMK.03/2003)
• Bendaharawan Pemerintah adalah Bendaharawan atau Pejabat
yang melakukan pembayaran yang dananya berasal dari APBN
atau APBD, yang terdiri dari Bendaharawan Pemerintah Pusat
dan Daerah baik Propinsi, Kabupaten, atau Kota. (Pasal 1 angka 1
KMK-563/KMK.03/2003)
OBJEK PEMUNGUTAN PPN DAN PPnBM
• Pemungut PPN wajib memungut, menyetor, dan melaporkan PPN
atas :
a. Penyerahan BKP dan/atau JKP yang dilakukan oleh PKP rekanan.
b. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dan/atau JKP dari luar Daerah Pabean
di dalam Daerah Pabean.
• PPnBM hanya dipungut dalam hal PKP Rekanan adalah pabrikan
dari BKP yang tergolong mewah.
PEMBAYARAN YANG TIDAK DIPUNGUT

PPN DAN/ATAU
Pembayaran PPnBM
yang jumlahnya paling banyak Rp.1.000.000,00 (satu juta
rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;

• Pembayaran untuk pembebasan tanah;

• Pembayaran atas penyerahan BKP dan/atau JKP yang menurut ketentuan


perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut
dan/atau dibebaskan dari pengenaan PPN;

• Pembayaran atas penyerahan Bahan Bakar Minyak dan Bukan Bahan Bakar
Minyak oleh PT (PERSERO) PERTAMINA;

• Pembayaran atas rekening telepon;

• Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan


penerbangan; atau

• Pembayaran lainnya untuk penyerahan barang atau jasa yang menurut


ketentuan perundang-undangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
PEMUNGUT PPN
BUMN – BADAN USAHA TERTENTU
• Mulai tanggal 1 Juli 2012, BUMN ditunjuk sebagai Pemungut
PPN. PMK-85/PMK.03/2012
• Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan
secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan.
• BUMN yang dimaksud sebagai pemungut PPN ini adalah BUMN
yang memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam UU
Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, yaitu badan usaha yang
paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki
oleh Negara Republik Indonesia, tidak termasuk anak
perusahaan dan joint operation atau bentuk kerja sama lainnya.
(Huruf E Romawi I angka 2 SE-45/PJ/2012)
badan usaha tertentu yang dimiliki
• Termasuk
langsung oleh BUMN (PMK-37/PMK.03/2015)
PPN dan/atau PPnBM YANG TIDAK
DIPUNGUT OLEH BUMN
• pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp 10.000.000,00 (sepuluh
juta rupiah) termasuk jumlah PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang
dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
• pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena
Pajak yang menurut ketentuan perundang-undangan di bidang
perpajakan mendapat fasilitas PPN tidak dipungut atau dibebaskan dari
pengenaan PPN;
• pembayaran atas penyerahan bahan bakar minyak dan bahan bakar
bukan minyak oleh PT Pertamina (Persero);
• pembayaran atas rekening telepon;
• pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan
penerbangan; dan/ atau
• pembayaran lainnya untuk penyerahan barang dan/atau jasa yang
menurut ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan tidak
dikenai PPN atau PPN dan PPnBM,
Jawaban
FASILITAS PPN/PPnBM
Ps. 16B ayat (1)

FASILITAS SEJAK 2001


PP
PAJAK TERUTANG DIBEBASKAN DARI
TDK DIPUNGUT PENGENAAN PAJAK

1. Kegiatan di kawasan/tempat tertentu di


dlm daerah Pabean
2. Penyer. BKP Berwujud /JKP tertentu
3. Impor BKP tertentu
4. Pemanfaatan BKP tdk berwujud atau JKP
tertentu dari luar, di dlm Daerah Pabean
PENJELASAN PASAL 16B AYAT (1)
Kemudahan perpajakan yang diatur dalam Pasal ini diberikan terbatas untuk:
a. mendorong ekspor yang merupakan prioritas nasional di Tempat Penimbunan
Berikat atau untuk mengembangkan wilayah dalam Daerah Pabean yang dibentuk
khusus untuk maksud tersebut;
b. menampung kemungkinan perjanjian dengan negara lain dalam bidang
perdagangan dan investasi, konvensi internasional yang telah diratifikasi, serta
kelaziman internasional lainnya;
c. mendorong peningkatan kesehatan masyarakat melalui pengadaan vaksin yang
diperlukan dalam rangka program imunisasi nasional;
d. menjamin tersedianya peralatan Tentara Nasional Indonesia/Kepolisian Republik
Indonesia (TNI/POLRI) yang memadai untuk melindungi wilayah Republik
Indonesia dari ancaman eksternal maupun internal;
e. menjamin tersedianya data batas dan foto udara wilayah Republik Indonesia yang
dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk mendukung pertahanan
nasional;
f. meningkatkan pendidikan dan kecerdasan bangsa dengan membantu tersedianya
buku pelajaran umum, kitab suci, dan buku pelajaran agama dengan harga yang
relatif terjangkau masyarakat;
PENJELASAN PASAL 16B AYAT (1)
g. mendorong pembangunan tempat ibadah;
h. menjamin tersedianya perumahan yang harganya terjangkau oleh masyarakat lapisan bawah, yaitu
rumah sederhana, rumah sangat sederhana, dan rumah susun sederhana;
i. mendorong pengembangan armada nasional di bidang angkutan darat, air, dan udara;
j. mendorong pembangunan nasional dengan membantu tersedianya barang yang bersifat strategis,
seperti bahan baku kerajinan perak;
k. menjamin terlaksananya proyek pemerintah yang dibiayai dengan hibah dan/atau dana pinjaman
luar negeri;
l. mengakomodasi kelaziman internasional dalam importasi Barang Kena Pajak tertentu yang
dibebaskan dari pungutan Bea Masuk;
m. membantu tersedianya Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang diperlukan dalam rangka
penanganan bencana alam yang ditetapkan sebagai bencana alam nasional;
n. menjamin tersedianya air bersih dan listrik yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat; dan/atau
o. menjamin tersedianya angkutan umum di udara untuk mendorong kelancaran perpindahan arus
barang dan orang di daerah tertentu yang tidak tersedia sarana transportasi lainnya yang memadai,
yang perbandingan antara volume barang dan orang yang harus dipindahkan dengan sarana
transportasi yang tersedia sangat tinggi.
Ps. 16B ay (2)

Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan Barang


Kena Pajak dan atau perolehan Jasa Kena Pajak yang
atas penyerahannya tidak dipungut Pajak Pertambah-
an Nilai, dapat dikreditkan. FP di-cap :
PPN Tidak Dipungut se-
suai di Kwsn/tmp tertentu

FP FP

PKP A PKP B
(INDUSTRI BENANG (INDUSTRI TEKSTIL PDKB
BENANG) TEKSTIL) (INDUSTRI
DPIL DPIL GARMEN)

PPN PPN TDP


PM DPT DI-
KREDITKAN
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu
(KAPET)

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2000 tentang


Perlakuan Perpajakan di Kawasan Pengembangan
Ekonomi Terpadu sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 147 Tahun 2000.

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor


200/KMK.04/2000 Tentang Perlakuan Perpajakan Dan
Kepabeanan Di Kawasan Pengembangan Ekonomi
Terpadu. Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 11/KMK.04/2001 Tentang Perubahan
Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor
200/KMK.04/2000 Tentang Perlakuan Perpajakan Dan
Kepabeanan Dikawasan Pengembangan Ekonomi
Terpadu.
Ketentuan Perpajakannya

Kepada PDKB di dalam wilayah KAPET dapat diberikan fasilitas perpajakan berupa
Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
tidak dipungut atas :
a. impor barang modal atau peralatan lain yang berhubungan langsung
dengan kegiatan produksi PDKB yang semata-mata dipakai di PDKB;
b. impor barang dan atau bahan untuk diolah di PDKB;
c. pemasukan Barang Kena Pajak dari Daerah Pabean Indonesia Lainnya,
untuk selanjutnya disebut DPIL, ke PDKB untuk diolah lebih lanjut;
d. pengiriman barang hasil produksi PDKB ke PDKB lainnya untuk diolah
lebih lanjut;
e. pengeluaran barang dan atau bahan dari PDKB ke Perusahaan
industri di DPIL atau PDKB lainnya dalam rangka subkontrak;
f. penyerahan kembali Barang Kena Pajak hasil pekerjaan subkontrak
oleh Pengusaha Kena Pajak di DPIL atau PDKB lainnya kepada
Pengusaha Kena Pajak PDKB asal;
g. peminjaman mesin dan atau peralatan pabrik dalam rangka
subkontrak dari PDKB kepada perusahaan industri di DPIL, atau PDKB
lainnya dan pengembaliannya ke PDKB asal.
Ps. 16B ay (3)

Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan Barang


Kena Pajak dan atau perolehan Jasa Kena Pajak yang
atas penyerahannya dibebaskan dari pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai, tidak dapat dikreditkan.
FP di-cap :
PPN Dibebaskan se-
FP suai PP No. 146/2000 s.t.d.t.d.
PP No. 38/2003

PKP A
(PERCETAK-
BR CETAKAN PKP B BUKU PELA PEM-
Bk. PELAJ./ JARAN/KITAB
AN) KITAB SUCI
(PENERBIT)
SUCI
BELI

PPN PPN = Nihil


PM TIDAK
DAPAT DIKRE-
DITKANKAN
IMPOR BEBAS
Ps. 1 PP No. 146/2000 jo PP No.38/2003 PPN (PP
No.146/2000)
DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PAJAK

IMPOR
1. SENJATA, AMUNISI, ALAT ANGKUT. DI AIR, 1. KAPAL LAUT, KAPAL ANGK. SUNGAI, DANAU,
BWH AIR, UDARA, DARAT, KEND. LAPIS BA- ANGKUT. PENYEBER. SUNGAI, KPL PANDU
JA, PATROLI, DAN ANGK. KHUSUS LAINNYA TUNDA, PENANGKAPAN IKAN, TONGKANG.
SERTA SUKU CAD. YG. DIIMPOR OLEH DEP- 2. SUKU CAD. & ALAT KESELAMAT. PELAY./
HAN, TNI, POLRI/PIHAK LAIN YG DITUNJ. YG DIIMPOR & DIGUNAKAN OLEH PERUS. :
2. KOMPONEN ATAU BAHAN YANG BLM DIBU- a. PELAYARAN NIAGA NASIONAL
AT DI DLM NEGERI YG. DIIMPOR OLEH PT b. PENANGKAPAN IKAN NAS.
PINDAD YG DIGUNAKAN DLM PEMBUATAN c. PENYELENGGARA JASA KEPELAB. NAS.
SENJATA & AMUNISI UTK DEPHAN TNI/POLRI d. PENYELENGGARA JASA ANGK. SUNGAI,
DANAU, & PENYEBER. NASIONAL .

1. K.A & SK CAD. & PERAL. UTK PERBAIK-


AN/PEMEL & PRASRANA YG DIIMPOR 1. PESAW. UDARA & SK. CAD. & ALAT KE-
OLEH PT KAI SELAMATAN. PENERBANGAN/MANUSIA
2. KOMPONEN/BAHAN YG DIIMP. OLEH PI- 2. PERAL. UTK PERBAIKAN/PEMELIHAR.
HAK YG DITUNJ. OLEH PT KAI YG DIGU- MELALUI YG DIIMPOR & DIGUNAKAN
NAKAN UTK PEMBUATAN K.A, SK CD PE- OLEH PERUS. ANGK. UD.NIAGA NAS.
RAL. UTK PERBAIK-/PEMEL SERTA PRA 3. SUKU CAD. SERTA PERAL. PERBAIKAN/
SARANA YG AKAN DIGUNAKAN PT KAI PEMEL. PESAW. UDARA YG DIIMPOR O-
LEH PIHAK YG DITUNJUK OLEH PER-
PERAL. BERIKUT SK CAD. YG DIGU- USAHAAN ANGK. UDARA NIAGA NAS.
NAKAN OLEH DEPHAN/TNI UTK PE-
NYEDIAAN DATA BATAS PHOTO U-
DARA WIL.NEG. RI YG AKAN DILA-
VAKSIN POLIO DALAM
KUKAN UTK MENDUKUNG HANAS,
YG. DIIMPOR OLEH DEPHAN, TNI, RANGKA PIN
ATAU PIHAK LAIN YG DITUNJUK BUKU PELAJ. UMUM/
AGAMA & KITAB SUCI
Ps. 2 PP No. 146/2000 jo PP No.38/2003

DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PAJAK

PENYERAHAN
1. K.A & SK CAD. SERTA PERAL. UTK PER-
SENJATA, AMUNISI, ALAT ANGK. DI AIR, BWH BAIKAN/PEMEL. & PRASARANA YG DISE-
AIR, UDARA, DARAT, KEND.LAP.BAJA,PATRO- SERAH. KPD & DIGUNAKAN OLEH PT KAI
LI & ANGKUT. KHUSUS LAINNYA, DAN SK CD 2. KOMPONEN/BAH. YG DISERAHKAN PI-
YG DISERAHKAN KPD DEPHAN, TNI, POLRI, & HAK YG DITUNJ. OLEH PT KAI YG DIGU-
KOMPONEN/BH YG DIPERLUKAN DLM PEMBU NAKAN UTK PEMBUATAN KA, SK CD PEM
ATAN SENJATA & AMUNISI OLEH PT PINDAD BUATAN K.A, SK CADANG, PERAL. UTK
UTK KEPERLUAN DEPHAN, TNI ATAU POLRI PERBAIK./PEMELIAHARAAN SERTA PRA-
SARANA YG AKAN DIGUNAKAN PT KAI
VAKSIN POLIO DLM RANGKA PIN
BUKU PELAJ. UMUM/AGAMA,KITAB SUCI
1. KAP. LAUT, KAP. ANGKUT. SUNGAI, DANAU,
ANGKUT. PENYEB. SUNGAI, KPL PANDU, TUN- 1. PESAW. UDARA & SK. CAD. SERTA ALAT
DA, PENANGKAP IKAN,TONGKANG. KESELAM. PENERB./KESELAM. MANUSIA
2. SK CAD. SERTA ALAT KESELAM. PELAY./MA- 2. PERAL. UTK PERBAIKAN/PEMELIH. YG DI-
NUSIA YG DISERAHKAN KPD & DIGUNAKAN SERAHKAN KPD & DIGUNAKAN OLEH PE-
OLEH PERUSAHAAN : RUS. ANGKUTAN. UDARA NIAGA NAS.
a. PELAYARAN NIAGA NASIONAL 3. SK CAD. & PERAL. UT. PERBAIKAN/PEME-
b. PENANGKAPAN IKAN NASIONAL LIHAR. PSW. UDARA YG DIPEROLEH PIHAK
c. PENYELENGG. KEPELABUHANAN NAS. YG DITUNJ. OLEH PERUS. ANGK. UDR NIA-
d. PENYELENGG. JASA ANGKUTAN SUNGAI, GA NAS. YG DIBERIKAN DLM RANGKA PE-
DANAU, & PENYEBERANGAN NASIONAL MELIHAR. JASA PERAW./REPAR. PSW UDA-
RA KPD. PERUS. ANGK. UD. NIAGA NAS.
PERAL. BERIKUT SK CAD. YG. DIGUNA-
KAN OLEH DEPHAN/TNI UTK PENYEDI- RUMAH SDH, RSS, RUSUN SDH,PONDOK
AAN DATA BATAS & PHOTO UDARA WIL. BORO, ASRAMA MAH. & PELAJ. SERTA
NEG. RI YG AKAN DILAKUKAN UTK PER- PERUM LAINNYA YG BATASANNYA DI-
TAHAN. NAS. YG DISERAHKAN KPD DEP. TETAPKAN OLEH MENKEU STL MENDE-
HAN, TNI ATAU PIHAK LAIN YG DITUNJUK PPN-BEBAS.03.1 DENGAR PERTIMBANGAN MEN. PERUM.
UNTUNG SUKARDJI-03
RUSUNAMI
(Rumah Susun Sederhana Milik)
Ps 1 ayat (2) huruf j PP No. 81 Tahun 2015

Unit hunian Rumah Susun Sederhana Milik


yang perolehannya dibiayai melalui kredit atau
pembiayaan kepemilikan rumah bersubsidi
yang memenuhi ketentuan sebagai berikut:

Batasan harga jual dan


ph OP ditetapkan MK
Luas > 21m2 & bdsrkn Menteri PU
tdk > 36 m2

Mrpkan unit hunian pertama yg dimiliki,


Pembangunannya
Mengacu Permen PU
digunakan sendiri sbg tempat
tinggal & tdk dipindahtangankan
dlm jangka
waktu sesuai UU Rusun
Jawaban :
KEGIATAN MEMBANGUN SENDIRI

• Pasal 16C UU Nomor 42 Tahun 2009 (berlaku sejak 1 April


2010) tentang perubahan ketiga atas UU nomor 8 Tahun 1983
Tentang PPN barang dan jasa dan PPnBM
• PMK-163/PMK.03/2012 (berlaku setelah 30 hari sejak
tanggal diundangkan (diundangkan tanggal 22 Oktober
2012) tentang batasan dan tata cara pengenaan PPN atas
Kegiatan Membangun Sendiri (PMK ini mencabut PMK-
39/PMK.03/2010 (berlaku sejak 1 April 2010) tentang
batasan dan tata cara pengenaan PPN atas Kegiatan
Membangun Sendiri
• PER-25/PJ/2012 ((berlaku sejak PMK-163/PMK.03/2012
diberlakukan) tentang perubahan atas PER-23/PJ/2012
tentang tata cara penetapan secara jabatan atas jumlah biaya
yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk
membangun bangunan dalam rangka Kegiatan Membangun
Sendiri (PER ini mencabut PER-27/PJ/2010 (berlaku sejak 1
April 2010) tentang tata cara pengisian SSP, pelaporan &
pengawasan pengenaan PPN atas Kegiatan Membangun
Sendiri
” Kegiatan Membangun Sendiri adalah kegiatan
membangun bangunan yang dilakukan tidak dalam
kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi
atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau
digunakan pihak lain.”

Pasal 2 ayat (3) PMK No.163/PMK.03/2012


”Bangunan berupa satu atau lebih konstruksi
teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap
pada satu kesatuan tanah dan/atau perairan”.

Pasal 2 ayat (4) PMK No.163/PMK.03/2012


1. konstruksi utamanya terdiri dari kayu, beton, pasangan
batu bata atau bahan sejenis, dan/atau baja;
2. diperuntukkan bagi tempat tinggal atau tempat
kegiatan usaha; dan
3. luas keseluruhan paling sedikit 200m2 (dua ratus meter
persegi).

Pasal 2 ayat (4) PMK No.163/PMK.03/2012


Dalam hal kegiatan dilakukan secara bertahap,
maka dianggap merupakan satu kesatuan
kegiatan sepanjang tenggang waktu antara
tahapan-tahapan tersebut tidak lebih dari 2 (dua)
tahun.

Pasal 2 ayat (4) PMK No.163/PMK.03/2012


kegiatan membangun bangunan yang dilakukan
melalui kontraktor atau pemborong tetapi atas
kegiatan membangun tersebut tidak dipungut
PPN, dan kontraktor atau pemborong tersebut
bukan merupakan PKP.

Huruf A angka 3 SE-53/PJ/2012


Tempat dan saat
terutang PPN
Saat terutangnya PPN atas kegiatan membangun
sendiri dimulai pada saat dibangunnya bangunan
sampai dengan bangunan selesai

Tempat PPN terutang atas kegiatan membangun


sendiri adalah di tempat bangunan tersebut
didirikan

Pasal 4 ayat (1) PMK-163/PMK.03/2012


Tempat PPN terutang atas kegiatan membangun
sendiri adalah di tempat bangunan tersebut
didirikan

Pasal 4 ayat (1) PMK-163/PMK.03/2012


Tarif PPN:
10% x 20% dari Jumlah biaya yang dikeluarkan
dan/atau dibayarkan untuk membangunan
bangunan, tidak termasuk harga perolehan tanah

Pasal 3 PMK-163/PMK.03/2012
Jawaban :
• Penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula
tidak untuk diperjualbelikan dikenakan PPN dengan
syarat :
1. Yang menyerahkan sudah dikukuhkan sebagai PKP.
2. Aktiva yang diserahkan adalah aktiva yang mempunyai
hubungan langsung dengan kegiatan usaha (Pasal 9 ayat
8 huruf b).
3. Aktiva yang diserahkan adalah bukan berupa sedan dan
station wagon, kecuali apabila sedan atau station wagon
tersebut merupakan barang dagangan atau disewakan
(Pasal 9 ayat 8 huruf c).
Ps. 16D Ps. 16D

PPN dikenakan atas penyerahan BKP berupa aktiva yang


menurut tujuan semula aktiva tersebut tidak untuk
diperjualbelikan oleh PKP, kecuali atas penyerahan aktiva
yang PM-nya tidak dapat dikreditkan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c

2007 FP 2013 FP

PT MOBIL
PT MOBIL PEM
DEALER BOX TEKSTIL BOX BELI
(PKP) (PKP)

PPN non-PM Pasal 9 (8)


huruf b dan c
PPN

PPN = 10% x Harga Jual


FP dibuat,
UNTUNG SUKARDJI-2007
dan dilaporkan dalam SPT Masa PPN
Jawaban :
Jawaban :
VAT REFUND

VAT Refund dilakukan berdasarkan Pasal 17E Undang-Undang KUP.


Subjek VAT Refund adalah subjek pajak luar negeri (WPOP Luar
Negeri) yang melakukan pembelian BKP di dalam daerah pabean
yang tidak dikonsumsi di daerah pabean. Status WPOP Luar Negeri
dibuktikan dengan adanya paspor luar negri dan : 1.Bukan Warga
Negara Indonesia atau bukan permanent resident of Indonesia, yang
tinggal atau berada di Indonesia tidak lebih dari 2 bulan sejak
tanggal kedatangannya. 2.Bukan kru maskapai penerbangan
PPN yang dapat dikembalikan adalah
PPN atas barang bawaan.

Barang Bawaan adalah Barang Bawaan


Kena Pajak yang dibeli oleh Orang
Pribadi dari Toko Retail dan dibawa
keluar Daerah Pabean oleh yang
bersangkutan dengan menggunakan
moda transportasi pesawat udara,
melalui bandar udara.
Pengecualian Barang Bawaan yang
tidak dapat Diminta Restitusi

a. makanan, minuman, produk-produk


tembakau
b. Senjata api dan bahan peledak
c. Barang yang dilarang dibawa ke dalam
pesawat
Syarat Restitusi Bagi WP OP Luar Negeri
(WPOPLN)
Pasal 16E UU PPN, PMK No. 76/ PMK.03/ 2010 stdtd PMK 100/PMK.03/2013

Menunjukkan paspor
WPOPLN bukan WNI
WPOPLN bukan kru luar negeri, boarding
dan tinggal di
maskapai pass, barang bawaan,
Indonesia tidak lebih
penerbangan. dan faktur pajak
dari dua bulan.
khusus.

Dikenai PPN dengan pajak minimal Rp


Apabila PPN yang dikenakan melebihi
500.000,00 atas transaksi yang
Rp 5.000.000,00, maka restitusi
dilakukan maksimal 1 bulan
dilaksanakan melalui transfer ke
sebelumnya dalam 1 faktur, di 1 toko,
rekening WPOPLN.
dan di 1 tanggal.

233
Jawaban :
Pasal 4 Tanggung Renteng

PENJUAL
?
Pungut PPN
PEMBELI
SKPKB

TANGGUNG JAWAB
RENTENG

Kecuali

Menunjukkan AT PPN dapat


A
bukti telah U ditagih kepada
membayar PPN penjual

Ps 16F UU PPN

Penjual adalah penanggung jawab PPN (menyetor PPN), namun untuk kondisi tertentu Pembeli dapat dikenai tanggung Diatur lebih lanjut
jawab renteng. 235 di PMK
Direktorat Jenderal Pajak
Direktorat Peraturan Perpajakan I
Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 BACK 235

Anda mungkin juga menyukai