Anda di halaman 1dari 300

Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

dan Pajak Penjualan atas


Barang Mewah (PPnBM)
• PENDAHULUAN (PENGERTIAN PPN, KARAKTERISTIK PPN,
MEKANISME PEMUNGUTAN PPN)
• DASAR HUKUM PPN
• OBJEK DAN NON OBJEK PPN
• BARANG KENA PAJAK (BKP) BERWUJUD DAN TIDAK
BERWUJUD & JASA KENA PAJAK (JKP), PEMANFAATAN BKP
DAN/ATAU JKP DARI LUAR DAERAH PABEAN
• OBJEK PAJAK PASAL 16C KEGIATAN MEMBANGUN SENDIRI
• OBJEK PAJAK PASAL 16D PENYERAHAN BKP BERUPA AKTIVA
YANG MENURUT TUJUAN SEMULA TIDAK UNTUK
DIPERJUALBELIKAN
• PENGURANGAN PPN/PPNBM KARENA PENGEMBALIAN BKP
ATAU PEMBATALAN JKP
• SUBJEK PAJAK PPN, & PENGUSAHA KENA PAJAK
• SAAT DAN TEMPAT TERUTANG PPN
• FAKTUR PAJAK, DASAR PENGENAAN PAJAK (DPP), TARIF PPN
• PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN, DAN DEEMED PAJAK
MASUKAN
• RESTITUSI PPN, PENGEMBALIAN PENDAHULUAN
• VAT REFUND
• PPN ATAS PMSE (PERDAGANGAN MELALUI SISTEM
ELEKTRONIK)
• KARAKTERISTIK PPnBM
• TARIF PPnBM, CARA MENGHITUNG PPnBM
• MEKANISME PENGENAAN PPNBM ATAS KENDARAAN
BERMOTOR
• KELOMPOK BARANG TERGOLONG MEWAH
• PEMUNGUT PPN
• FASILITAS DI BIDANG PPN DAN PPNBM
• KEWAJIBAN PELAPORAN
• PENGISIAN SPT MASA PPN DAN PPN BM FORM 1111
• Pengertian PPN
• Karakteristik PPN
• Mekanisme Pemungutan PPN
PENGERTIAN PPN

Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan atas

penyerahan barang kena pajak dan/atau jasa kena pajak yang

dilakukan oleh Wajib Pajak yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha

Kena Pajak dan juga Pengusaha yang melakukan mengimpor barang

dan memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean.


Y= C +I
PPh PPN PBB
KARAKTERISTIK PPN DAN PPnBM
1. PPN sebagai Pajak Tidak Langsung.
2. PPN adalah pajak objektif
3. PPN menggunakan tarif tunggal
4. PPN bersifat Netral
5. PPN bersifat multi stage levy.
6. PPN tidak menimbulkan Dampak Pengenaan Pajak
Berganda
7. PPN adalah pajak atas konsumsi di dalam negeri
8. Metode Perhitungan PPN indirect subtraction method/tax
credit method/invoice method
Pajak Tidak Langsung
• Karakter PPN sebagai pajak tidak langsung ini menimbulkan
konsekuensi yuridis bahwa antara pemikul beban pajak
(destinataris pajak) dengan penanggung jawab atas penyetoran
pajak ke kas negara berada pada pihak-pihak yang berbeda.
• Pemikul beban pajak ini berada pada pembeli Barang Kena
Pajak (BKP) atau penerima Jasa Kena Pajak (JKP).
• Sedangkan penanggung jawab atas pelaporan/penyetoran pajak
ke kas negara adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang
bertindak selaku penjual BKP atau pengusaha JKP selaku
pengusaha yang me-nyerahkan JKP.
• Oleh karena itu apabila terjadi penyimpangan pemungutan PPN,
fiskus akan meminta pertanggungjawaban kepada Penjual BKP
atau Pengusaha JKP tersebut, bukan kepada pembeli, walaupun
pembeli kemungkinan juga berstatus sebagai PKP
Pajak Tidak Langsung
• Sebagai Pajak Tidak Langsung, pengertian Pajak Pertambahan Nilai
dapat dirumuskan berdasar dua sudut pandang sebagai berikut:
• Sudut pandang ilmu ekonomi, beban pajak dialihkan kepada
pihak lain, yaitu pihak yang akan mengkonsumsi barang atau jasa
yang menjadi obyek pajak.
• Sudut pandang ilmu hukum, tanggung jawab pembayaran pajak
kepada kas negara tidak berada ditangan pihak yang memikul
beban pajak. Sudut pandang ilmu hukum ini membawa
konsekuensi filosofis bahwa :
• apabila pembeli atau penerima jasa telah membayar pajak
yang terutang kepada penjual atau pengusaha jasa, pada
hakekatnya sama dengan telah membayar pajak tersebut ke
kas negara.
• dalam hal (PKP) penjual tidak memungut pajak dari pembeli
dengan alasan apapun, sepenuhnya menjadi tanggung jawab
penjual, bukan tanggung jawab pembeli.
PPN adalah PAJAK OBJEKTIF

Timbulnya kewajiban pajak sangat ditentukan oleh


adanya objek pajak
Kondisi subjektif subjek pajak tidak relevan
Tidak memperhatikan azas
keadilan pemungutan pajak

Dampak Regresif
(Kesenjangan Beban Pajak)

Untuk mengurangi regresivitas PPN, bagi konsumen


yg mengkonsumsi BKP yg tergolong Mewah
Dikenakan PPnBM disamping PPN
Tarif Tunggal

Tarif PPN
Dengan PP tarif
dinaikkan setinggi2nya
11% 15% atau diturunkan
serendah2nya 5%.

•Impor BKP/BKP TB/JKP


•Penyerahan DN 0%
•Membangun Sendiri Ekspor BKP/BKP
•Penyerahan Aktiva Psl TB/JKP
16D

PPnBM 10% - 200%


Netral

• Karakteristik PPN sbg pajak konsumsi menempatkan PPN pada


posisi netral yaitu netral baik atas pola konsumsi, pola produksi
maupun pola distribusi.
• Netralitas PPN dibentuk oleh dua faktor yaitu :
• PPN dikenakan baik atas konsumsi barang maupun jasa.
• Dalam pemungutannya, PPN menganut prinsip tempat tujuan (destination
principle).
Multi Stage Levy namun Non Kumulatif

• Multi stage tax adalah karakteristik PPN yang


mempunyai makna PPN dikenakan pada setiap mata
rantai jalur produksi maupun jalur distribusi.
• Setiap penyerahan barang yang menjadi obyek PPN
mulai dari tingkat pabrikan (manufacturer) kemudian
ditingkat pedagang besar (wholesaler) dalam berbagai
bentuk atau nama sampai dengan tingkat pedagang
pengecer (retailer) dikenakan PPN.
MULTI STAGE LEVY namun NON KUMULATIF

PABRIKAN PK = PPN =
110.000 Kas Negara
110.000
HARGA JUAL
BKP = 1.000.000 PPN 11%
110.000

PM = 110.000 PPN =
PEDAGANG BESAR PK = 143.000 33.000
Kas Negara

HARGA BELI = 1.000.000


BKP PPN 11%
NILAI TAMBAH = 300.000
143.000
HARGA JUAL = 1.300.000
PM = 143.000 PPN = Kas Negara
PEDAGANG ECERAN PK = 165.000 22.000
HARGA BELI = 1.300.000
BKP NILAI TAMBAH = 200.000 PPN 11%
165.000
HARGA JUAL = 1.500.000

KONSUMEN BEBAN PAJAK


Perbandingan antara
PERBANDINGAN PPn KUMULATIF& PPN NON KUMULATIF

PPn kumulatif dg PPN non kumulatif


KAS NEGARA PABRIKAN KAS NEGARA

PPn HARGA JUAL HARGA JUAL PPN


100.000 1.000.000 1.000.000 100.000

PEDAGANG PPN
BESAR 30.000
HARGA BELI = 1.100.000 HARGA BELI = 1.000.000
PPn NILAI TAMBAH = 300.000 NILAI TAMBAH= 300.000 PPN
140.000 HARGA JUAL=1.400.000 HARGA JUAL = 1.300.000 130.000

PEDAGANG PPN
ECERAN 20.000

PPn HARGA BELI = 1.540.000 HARGA BELI = 1.300.000


PPN
170.000 NILAI TAMBAH = 160.000 NILAI TAMBAH = 200.000
HARGA JUAL =1. 700.000 HARGA JUAL= 1. 500.000 150.000

KUMULATIF KONSUMEN NON KUMULATIF


PPN ADALAH PAJAK ATAS
KONSUMSI DALAM NEGERI

DESTINATION PRINCIPLE :
1. Pajak dikenakan di tempat tujuan barang atau jasa
akan dikonsumsi
2. Impor BKP dikenakan PPN
3. Pemanfaatan BKP TB dan JKP dikenakan PPN
4. BKP produksi dalam negeri dikonsumsi di dalam
negeri, dikenakan PPN
5. Ekspor BKP / BKP TB / JKP tidak dikenakan PPN,
namun dengan alasan ekonomi, dikenakan PPN
dengan tarif 0 %
Metode Perhitungan PPN PPN
SISTEM PEMUNGUTAN PPN atas

Nilai Tambah

HARGA BELI BIAYA HARGA JUAL


Bhn Baku = 500 Penyusutan = 50
Bhn Penolong = 300 Bunga/sewa = 100 1.700
Suku cadang dll = 200 Gaji / upah = 300
Jumlah = 1.000 Manajemen = 150
Laba usaha = 100
Jumlah = 700

SUBTRACTION METHOD Nilai Tambah = 700 ADDITION METHOD

INDIRECT SUBTRACTION/
CREDIT/INVOICE METHOD
METODE PENGHITUNGAN
(Calculation Method)

SUBTRACTION METHOD INDIRECT SUBTRACTION/


CREDIT/INVOICE METHOD

HARGA JUAL = 1.700 HARGA JUAL = 1.700


HARGA BELI = 1.000 PPN = 11% x 1.700 = 187
DPP = 700 HARGA BELI = 1.000
PPN 11% = 77 PPN = 11% x 1.000 = 110
ADDITION METHOD PPN disetor ke
Kas Negara = 77
PENYUSUTAN = 50
BUNGA = 20
SEWA = 80
GAJI/UPAH = 300
MANAJEMEN = 150
LABA USAHA = 100
Jumlah = 700
PPN 11% = 77
MEKANISME PEMUNGUTAN PPN

•Mekanisme umum
•Mekanisme khusus
Mekanisme Umum PPN

• PKP yg melakukan penyerahan BKPJKP) wajib memungut PPN dari pembeli/penerima


BKP/JKP dg membuat FP.
• PPN yg tercantum dlm FP merupakan PK (Out Put Tax) bagi PKP Penjual BKP/JKP, yg
sifatnya sbg pjk yg harus dibayar (hutang pjk).
• Pada waktu PKP di atas melakukan pembelian/perolehan BKP/JKP yg dikenakan PPN, PPN
tersebut merupakan PM (Out Put Tax), yg sifatnya sbg pajak yg dibayar di muka, sepanjang
BKP/JKP yg dibeli tersebut berhubungan langsung dengan kegiatan usahanya.
• Untuk setiap masa pajak (setiap bulan), apabila jumlah PK lebih besar dari pada PM, maka
selisihnya harus disetor ke Kas Negara. Dan sebaliknya, apabila jumlah PM lebih besar dari
pada PK, maka selisih tersebut dapat di kompensasi ke masa pajak berikutnya atau diminta
kembali (restitusi)
• Pengusaha Kena Pajak di atas wajib menyampaikan Laporan Perhitungan PPN setiap bulan
(SPT Masa PPN) ke Kantor Pelayanan Pajak
Mekanisme Khusus PPN

• Secara umum PPN yg terutang atas transaksi penyerahan BKP/JKP dipungut oleh
PKP Penjual. Dg demikian, pembeli BKP/JKP yg bersangkutan wajib membayar kpd
PKP Penjual sbsr harga jual ditambah PPN yg terutang
• Namun demikian, apabila yg bertindak sebagai pembeli BKP/JKP tsb berstatus
Pemungut PPN (Pembeli Khusus), PPN yg terutang atas transaksi penyerahan
BKP/JKP tidak dipungut oleh PKP Penjual, melainkan disetor langsung ke kas
negara oleh Pemungut PPN tsb. Dg demikian, Pemungut PPN hanya membayar
kpd PKP Penjual sebesar harga jual, sedangkan PPN-nya (10%) disetor langsung
ke kas negara.
• Pemungut PPN (Pembeli Khusus) terdiri dari ;
• Bendahara Pemerintah
• BUMN dan BUMD yang ditunjuk Menteri Keuangan
• Kontraktor Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Minyak dan Gas
Bumi
Metode Pemungutan PPN Indonesia

1.Indirect Substraction Method


2.Direct Subtraction Method
3.Self Imposition Method
Indirect Substraction Method
• Mekanisme ini merupakan mekanisme PPN yang
bersifat umum

Harga +PPN

PKP SIAPAPUN

FAKTUR PAJAK

• Setiap PKP yang menyerahkan BKP atau JKP diwajibkan membuat Faktur Pajak
untuk memungut pajak yang terutang yang disebut Pajak Keluaran
a. Pada saat PKP membeli BKP atau menerima JKP dari PKP lain, juga
membayar pajak yang terutang, yang dinamakan Pajak Masukan (input tax).
b. Pada akhir Masa Pajak, Pajak Masukan tersebut dikreditkan dengan Pajak
Keluaran.
Direct Subtraction Method

• Mekanisme ini merupakan mekanisme PPN yang


bersifat khusus
• Metode yang menggunakan Bendaharawan Pemerintah
dan KPKN sebagai pemungut PPN atas transaksi
pembayaran yang dilakukan bendaharawan dengan
menggunakan dana dari APBN/APBD

Bayar hanya sebesar harga Jual KAS


PPN NEGARA

PKP BKP/JKP WAPU


FP + SSP
Self Imposition Method

• Pemungutan PPN yang dilakukan sendiri oleh


perusahaan ataupun orang pribadi yang melakukan
usaha.
Contoh:
❑Impor JKP/BKP tak berwujud oleh PKP dan Bukan
PKP,
❑objek PPN pasal 16 C atas kegiatan membangun
sendiri dan
❑16 D penyerahan aktiva tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan

26
PERUBAHAN UU PPN
Undang-Undang No 8 Th 1983 Berlaku sejak 1 April 1985

Undang-Undang No 11 Th 1994 Berlaku sejak 1 Januari 1995

Undang-Undang No 18 Th 2000 Berlaku sejak 1 Januari 2001

Undang-Undang No 42 Th 2009 Berlaku sejak 1 April 2010

Undang-Undang No 11 Th 2020 Berlaku sejak 2 November 2020 UU Cipta Kerja

Undang-Undang No 7 Th 2021 Berlaku sejak 1 Januari 2022 UU HPP


OBJEK PAJAK
PPN dikenakan atas Pasal 4 ayat (1) UU PPN

penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean


a
yang dilakukan oleh Pengusaha
b Impor Barang Kena Pajak
Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean
c
yang dilakukan oleh Pengusaha
d Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean
di dalam Daerah Pabean
Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean
e
di dalam Daerah Pabean
f Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak

g Ekspor Barang Kena Pajak tidak Berwujud oleh PKP

Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak


h 30
Objek PPN (lanjutan)

Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak


dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi
16C atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau
digunakan pihak lain yang batasan dan tata caranya
diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan.

Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan


BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak
16D untuk diperjualbelikan oleh PKP, kecuali atas
penyerahan aktiva yang Pajak Masukannya tidak
dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c
NON OBJEK PPN Pasal 4a UU PPN

Barang non Objek

• makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah


makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman
baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan
dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering,
yang merupakan objek pajak daerah dan retribusi daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pajak
daerah dan retribusi daerah

• uang, emas batangan untuk kepentingan cadangan devisa negara,


dan surat berharga
NON OBJEK PPN Pasal 4a UU PPN

Jasa non Objek


• jasa keagamaan
• jasa kesenian dan hiburan
• jasa perhotelan
• jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan
pemerintahan secara umum
• jasa penyediaan tempat parkir
• jasa boga atau katering
Barang Kena Pajak
Barang Bergerak
Barang Berwujud

Barang Tidak Bergerak

Barang
Dikenakan
PPN
Barang Tidak Berwujud
Cth: Patent, Merk, copy right, dll

Pada dasarnya semua barang dapat dikenakan PPN kecuali UU


menetapkan sebaliknya (Ps 4A UU PPN)
Penyerahan Barang Kena Pajak dan
Bukan Penyerahan Barang Kena Pajak
Pasal 1A ayat (2)

Penyerahan BKP :
a. penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian;
b. pengalihan Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian sewa beli dan/atau
perjanjian sewa guna usaha (leasing);
c. penyerahan Barang Kena Pajak kepada pedagang perantara atau melalui juru
lelang;
d. pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma-cuma atas Barang Kena Pajak;
e. Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran
perusahaan;
f. penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau
penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang;
Dihapus di UU Ciptaker
g. penyerahan Barang Kena Pajak secara konsinyasi; dan
h. penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak dalam rangka
perjanjian pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah, yang
penyerahannya dianggap langsung dari Pengusaha Kena Pajak kepada pihak
yang membutuhkan Barang Kena Pajak.
Penyerahan Barang Kena Pajak dan
Bukan Penyerahan Barang Kena Pajak
Pasal 1A ayat (2)

Bukan Penyerahan:
a. penyerahan Barang Kena Pajak kepada makelar sebagaimana dimaksud dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang;
b. penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan utang-piutang;
c. penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f dalam hal
Pengusaha Kena Pajak melakukan pemusatan tempat pajak terutang;
d. pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, dan pengambilalihan usaha dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan
dan yang menerima pengalihan adalah Pengusaha Kena Pajak; dan

UU No.11 tahun 2020 :


pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, dan pengambilalihan usaha, serta pengalihan Barang Kena Pajak untuk tujuan
setoran modal pengganti saham, dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan yang
menerima pengalihan adalah Pengusaha Kena Pajak; dan

e. Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan,
yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, dan yang Pajak Masukan
atas perolehannya tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (8) huruf b dan huruf c.
Syarat Penyerahan Barang
dikenakan Pajak

Barang Berwujud Yang Diserahkan Merupakan


Barang Kena Pajak.

Barang Tidak Berwujud Yang Diserahkan


Merupakan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud.

Penyerahan Dilakukan Di Dalam Daerah Pabean.


Dan

Penyerahan Dilakukan Dalam Rangka Kegiatan


Usaha Atau Pekerjaannya.

Dilakukan Oleh Pengusaha→ Pengusaha Kena


Pajak
Jasa Kena Pajak

• Pasal 1 angka 5 dan 6 UU PPN 1984.


• Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan
suatu perikatan atau perbuatan hukum yang
menyebabkan suatu barang, fasilitas, kemudahan, atau
hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan
untuk menghasilkan barang karena pesanan atau
permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari
pemesan.
• Jasa Kena Pajak adalah jasa yang dikenai pajak
berdasarkan Undang-Undang ini
Penyerahan Jasa Kena Pajak

• Penyerahan Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan


pemberian Jasa Kena Pajak.
• Penyerahan jasa yang terutang pajak harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
a. jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak.
b. penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean. dan
c. penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.
d. Dilakukan oleh Pengusaha→Pengusaha Kena Pajak

• Termasuk dalam pengertian penyerahan Jasa Kena Pajak


adalah Jasa Kena Pajak yang dimanfaatkan untuk
kepentingan sendiri dan/atau yang diberikan secara
cuma-cuma.
Daerah Pabean

• Daerah Pabean adalah wilayah Republik


Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan,
dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat
tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas
kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-
Undang yang mengatur mengenai kepabeanan.
Impor Barang Kena Pajak
Pasal 4 ayat 1 huruf b

• Impor adalah setiap kegiatan memasukkan barang dari luar


Daerah Pabean ke dalam Daerah Pabean
• Pajak juga dipungut pada saat impor Barang Kena Pajak.
Pemungutan dilakukan melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
• Siapapun yang memasukkan Barang Kena Pajak ke dalam Daerah
Pabean, tanpa memperhatikan apakah dilakukan dalam rangka
kegiatan usaha atau pekerjaannya atau tidak, tetap dikenai pajak
Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud Dari
Luar Daerah Pabean Di Dalam Daerah Pabean
Pasal 4 ayat 1 huruf d

• Untuk dapat memberikan perlakuan pengenaan pajak yang sama


dengan impor Barang Kena Pajak, atas Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud yang berasal dari luar Daerah Pabean yang dimanfaatkan
oleh siapa pun di dalam Daerah Pabean juga dikenai Pajak
Pertambahan Nilai.
• Contoh :
• Pengusaha A yang berkedudukan di Jakarta memperoleh hak menggunakan
merek yang dimiliki Pengusaha B yang berkedudukan di Hongkong. Atas
pemanfaatan merek tersebut oleh Pengusaha A di dalam Daerah Pabean
terutang Pajak Pertambahan Nilai
Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean
di dalam Daerah Pabean
Pasal 4 ayat 1 huruf e

• Jasa yang berasal dari luar Daerah Pabean yang dimanfaatkan


oleh siapapun di dalam Daerah Pabean dikenai Pajak Pertambahan
Nilai
• Misalnya, Pengusaha Kena Pajak C di Surabaya memanfaatkan
Jasa Kena Pajak dari Pengusaha B yang berkedudukan di
Singapura. Atas pemanfaatan Jasa Kena Pajak tersebut terutang
Pajak Pertambahan Nilai
KEGIATAN MEMBANGUN SENDIRI
(Pasal 16C)
PMK-39/PMK.03/2010, PER-70/PJ/2010
s.d 21 Nopember 2012

Mulai 22 Nopember 2012


PMK-163/PMK.03/2012

Mulai 1 April 2022


PMK-61/PMK.03/2022
RUANG LINGKUP PPN KMS

TERUTANG
Kegiatan Membangun Sendiri PPN
OP Badan Bangunan

kegiatan membangun bangunan, baik bangunan


baru maupun perluasan bangunan lama, yang
dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau Kriteria bangunan:
pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang 1. konstruksi utamanya terdiri dari kayu, beton, pasangan
hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak batu bata atau bahan sejenis, dan/atau baja;
lain. 2. diperuntukkan bagi tempat tinggal atau tempat
termasuk kegiatan membangun bangunan oleh
kegiatan usaha; dan
pihak lain bagi orang pribadi atau badan namun
3. luas keseluruhan paling sedikit 200m2.
Pajak Pertambahan Nilai atas kegiatan tersebut tidak
dipungut oleh pihak lain.

Dapat dikecualikan dari kewajiban PPN atas


KMS sepanjang memberikan data/informasi
paling sedikit berupa identitas dan alamat
pihak lain yang membangun bangunan
RUANG LINGKUP PPN KMS (2)
KMS Sekaligus dan Bertahap

Pembangunan sekaligus
Bangunan
OP Badan
2 tahun 2 tahun

Tahap 1 Tahap 2 Bangunan

Pembangunan bertahap (satu kesatuan KMS)


OP Badan

2 tahun 2 tahun 1 bulan

Tahap 1 Tahap 2 Bangunan

Pembangunan bertahap (satu kesatuan KMS) Pembangunan bertahap


OP Badan
(satu kesatuan KMS terpisah)

Saat terutang : mulai dibangunnya bangunan sampai dengan bangunan selesai

Tempat terutang : tempat bangunan didirikan


PENGHITUNGAN PPN TERUTANG

= 20% X TARIF PPN X DPP

Tarif PPN sesuai dengan Pasal 7 ayat (1) UU PPN

DPP berupa nilai tertentu sebesar jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk
membangun bangunan untuk setiap Masa Pajak sampai dengan bangunan selesai, tidak termasuk biaya
perolehan tanah.
OBJEK PAJAK Penyerahan Aktiva Menurut Tujuan
Semula Tidak Untuk Diperjualbelikan
(Pasal 16D)

PPN dikenakan atas :

Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak


untuk diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak

kecuali,
atas penyerahan aktiva yang PM-nya tidak dapat dikreditkan

Perolehan BKP/JKP yang tidak Perolehan dan pemeliharaan kendaraan


mempunyai hubungan langsung dengan bermotor sedan dan station wagon, kec brg
kegiatan usaha dagangan atau disewakan
(Pasal 9 ayat (8) huruf b) (Pasal 9 ayat (8) huruf c)

PKP harus buat Faktur Pajak


Syarat Penyerahan Terutang PPN Pasal 16D

yang melakukan penyerahan atau


pemindahtanganan adalah Pengusaha Kena
Pajak;

perolehan aktiva tersebut bukan untuk


diperjualbelikan atau sebagai barang
dagangan.

perolehan aktiva tersebut berhubungan


langsung dengan kegiatan usaha dan bukan
jenis kendaraan sedan dan station wagon.
Dalam hal Barang Kena Pajak yang diserahkan ternyata dikembalikan
(retur) oleh pembeli, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah dari Barang Kena Pajak yang dikembalikan tersebut
mengurangi Pajak Keluaran dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak penjual dan mengurangi
• Pajak Masukan dari Pengusaha Kena Pajak pembeli, dalam hal Pajak
Masukan atas Barang Kena Pajak yang dikembalikan telah dikreditkan;
• biaya atau harta bagi Pengusaha Kena Pajak pembeli, dalam hal pajak atas
Barang Kena Pajak yang dikembalikan tersebut tidak dikreditkan dan telah
dibebankan sebagai biaya atau telah ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga
perolehan harta tersebut; atau
• biaya atau harta bagi pembeli yang bukan Pengusaha Kena Pajak dalam hal
pajak atas Barang Kena Pajak yang dikembalikan tersebut telah dibebankan
sebagai biaya atau telah ditambahkan(dikapitalisasi) dalam harga perolehan
harta tersebut.
Yang dimaksud dengan “Jasa Kena Pajak yang dibatalkan” adalah pembatalan
seluruhnya atau sebagian hak atau fasilitas atau kemudahan oleh pihak
penerima Jasa Kena Pajak. Dalam hal Jasa Kena Pajak yang diserahkan
ternyata dibatalkan, baik sebagian maupun seluruhnya oleh penerima Jasa Kena
Pajak, Pajak Pertambahan Nilai dari Jasa Kena Pajak yang dibatalkan tersebut
mengurangi Pajak Keluaran yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak pemberi
Jasa Kena Pajak dan mengurangi:
• Pajak Masukan dari Pengusaha Kena Pajak penerima Jasa Kena Pajak, dalam
hal Pajak Masukan atas Jasa Kena Pajak yang dibatalkan telah dikreditkan;
• biaya atau harta bagi Pengusaha Kena Pajak penerima Jasa Kena Pajak,
dalam hal Pajak Pertambahan Nilai atas Jasa Kena Pajak yang dibatalkan
tersebut tidak dikreditkan dan telah dibebankan sebagai biaya atau telah
ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta tersebut; atau
• c. biaya atau harta bagi penerima Jasa Kena Pajak yang bukan Pengusaha
Kena Pajak dalam hal Pajak Pertambahan Nilai atas Jasa Kena Pajak yang
dibatalkan tersebut telah dibebankan sebagai biaya atau telah ditambahkan
(dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta tersebut.
Subjek Pajak

• Dalam Pasal 4, 16C dan 16D UU PPN 1984 dapat


diketahui Subjek PPN dikelompokan menjadi dua, yaitu:
1 Pengusaha Kena Pajak (PKP)
2 Bukan Pengusaha Kena Pajak (Non PKP)

Kewajiban Pengusaha Kena Pajak


Pasal 3A ayat (1) dan (2)
SUBJEK PAJAK PASAL 3A AYAT (1)
yang
PENGUSAHA
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean

penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean


melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud

ekspor Jasa Kena Pajak

wajib ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud

melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;


memungut ;
menyetorkan ; kecuali Pengusaha Kecil
melaporkan PPN dan PPn BM terutang yang batasannya ditetapkan Menkeu

Pengusaha Kecil dapat memilih dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak


Ps.3A ayat (1a)
PENGUSAHA
Ps. 1 angka 14

ORANG PRIBADI BADAN

DALAM KEGIATAN USAHA ATAU


PEKERJAANNYA

- MENGHASILKAN BARANG;
- MENGIMPOR BARANG;
- MENGEKSPOR BARANG;
- MELAKUKAN USAHA PERDAGANGAN;
- MELAKUKAN USAHA JASA;
- MEMANFAATKAN BARANG TIDAK BERWUJUD / JASA DARI LUAR
DAERAH PABEAN.
- EKSPOR JASA
PENGUSAHA KENA PAJAK
(PKP)
Ps. 1 angka 15

PENGUSAHA

YANG MELAKUKAN PENYERAHAN


BKP/JKP

YANG DIKENAKAN PAJAK BERDASARKAN UU PPN


Pengusaha Kecil

• Pengusaha kecil tidak wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan


sebagai PKP. Namun diperbolehkan untuk menjadi PKP
• Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.03/2010 adalah
Pengusaha yang menyerahkan BKP dan atau JKP tidak lebih dari Rp.
600.000.000,00 Sejak 1 April 2010
• PMK-197/PMK.03/2013 Batas Pengusaha Kecil per 1 Januari 2014
menjadi 4,8 Miliar
Pasal 2 Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha
Omzet 1
tahun > 4,8
Melakukan: Miliar
• Penyerahan BKP Wajib
• Penyerahan JKP
• Ekspor BKP
Berwujud
PKP
Dapat
• Ekspor BKP Tidak Omzet 1 Memilih
Berwujud tahun < 4,8
• Ekspor JKP Miliar

PMK 197/PMK.03/2013
Wajib
memungut,
Bermaksud menyetor, dan
melakukan Dapat
Memilih
melapor PPN
penyerahan/ekspor terutang

Pengusaha yang sejak semula bermaksud melakukan penyerahan, dapat


melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai PKP
Timeline Pelaporan Pengukuhan PKP

Penyerahan Omzet > 4,8 Miliar

Pra produksi

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL

Dapat lapor PKP


Ps 2 PP 1/2012
Dapat lapor PKP
PMK 197/PMK.03/2013
Wajib lapor PKP
p.l. akhir Juni

PMK 197/PMK.03/2013 Tidak/Terlambat


lapor PKP

Dapat dikenai sanksi

PMK 68/2010 jo PMK-197/2013 jo PP 74/2011

Pengusaha yang tidak/terlambat lapor untuk dikukuhkan sbg PKP, dapat dikenai sanksi sejak
omzetnya melebihi Rp4,8 Miliar

63
Pasal 11
SAAT TERUTANG PAJAK

(1) Terutangnya pajak terjadi pada saat:

1 Penyerahan BKP;
2 Impor BKP;
3 Penyerahan JKP;
4 Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari Luar Daerah Pabean;
5 Pemanfaatan JKP dari Luar Daerah Pabean;
6 Ekspor BKP Berwujud;
7 Ekspor BKP Tidak Berwujud; Accrual Basis
8 Ekspor JKP;

(2) Dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan BKP/JKP, atau dalam hal
pembayaran dilakukan sebelum dimulainya pemanfaatan BKP Tidak Berwujud/JKP dari
Luar daerah Pabean; saat terutangnya pajak adalah pada saat pembayaran

Cash Basis
LANGSUNG KEPADA
PEMBELI

BARANG BARANG KEPADA PIHAK


BERGERAK DISERAHKAN UNTUK DAN ATAS
NAMA PEMBELI
(PIHAK KE -3)

KEPADA JURU
SAAT KIRIM/ PENGUSAHA
PENYERAHAN JASA ANGKUTAN
BKP

PENYERAHAN HAK UNTUK


MENGGUNAKAN/MENGUASAI
BARANG TIDAK BKP DIMAKSUD BAIK SECARA
BERGERAK HUKUM ATAU SEDARA NYATA
KEPADA PEMBELI
Berdasarkan PMK Nomor 40/PMK.03/2010 Saat dimulainya
pemanfaatan BKP TB dan JKP dari Luar daerah Pabean di dalam
daerah pabean adalah:

68
TEMPAT TERUTANGNYA PAJAK
Ps. 12 ayat (1), (3), (4)

PEMANFAATAN BKP
PKP IMPOR TDK BERWUJUD/ JKP
DARI LUAR DAERAH PABEAN

TEMPAT TINGGAL/
• TEMPAT TINGGAL,
TEMPAT KEDUDUKAN/
• TEMPAT KEDUDUKAN,
TEMPAT KEGIATAN
• TEMPAT KEGIATAN USAHA DARI ORANG
TEMPAT BKP
USAHA DILAKUKAN, PRIBADI/ BADAN
DIMASUKKAN
• TEMPAT LAIN YG MEMANFAATKAN
DAN DIPUNGUT
YANG DITETAPKAN BKP TDK BERUJUD/ JKP
MELALUI DITJEN
OLEH DIRJEN PAJAK DARI LUAR DAERAH
BEA CUKAI
PABEAN TERSEBUT
PEMUSATAN TEMPAT
TERUTANGNYA PAJAK TIDAK BOLEH YG
BERADA DI KAWASAN
BERIKAT, KAWASAN
APABILA PKP MEMILIH 1 TEMPAT EKONOMI KHUSUS &
YG MENDAPAT
ATAU LEBIH SEBAGAI FASILITAS
TEMPAT PEMUSATAN PPN TERUTANG KEMUDAHAN
IMPOR TUJUAN
EKSPOR

PKP HARUS MENYAMPAIKAN PEMBERITAHUAN TERTULIS


KEPADA KANWIL DJP DGN TEMBUSAN KPP YG WILAYAH
KERJANYA MELIPUTI TEMPAT-TEMPAT PPN TERUTANG YG AKAN
DIPUSATKAN

KANWIL DJP DALAM JANGKA WAKTU 14 HARI KERJA SEJAK


DITERIMANYA PEMBERITAHUAN DARI PKP WAJIB MENERBITKAN SURAT
KEPUTUSAN TENTANG PERSETUJUAN ATAU PENOLAKAN PEMUSATAN
TEMPAT PPN TERUTANG

KPP YG MENGADMINSTRASIKAN TEMPAT PPN TERUTANG


DAPAT MELAKUKAN PEMERIKSAAN TERHADAP PKP YG TELAH
MELAKSANAKAN PEMUSATAN TEMPAT PPN TERUTANG TSB
70
FAKTUR PAJAK
Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak
yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak

Kewajiban dan Saat Pembuatan Faktur Pajak Faktur Pajak harus dibuat pada:
▪ saat penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP;
PKP wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap: ▪ saat penerimaan pembayaran dalam hal
▪ penyerahan BKP; penerimaan pembayaran terjadi sebelum
▪ penyerahan JKP; penyerahan BKP dan/atau JKP;
▪ ekspor BKP berwujud; ▪ saat penerimaan pembayaran termin dalam hal
penyerahan sebagian tahap pekerjaan;
▪ ekspor BKP tidak berwujud; dan/atau
▪ saat ekspor BKP berwujud, BKP tidak berwujud,
▪ ekspor JKP. dan/atau ekspor JKP; atau
▪ saat lain yang diatur berdasarkan PMK tersendiri.

Saat penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP serta saat ekspor


BKP berwujud, ekspor BKP tidak berwujud, dan/atau ekspor JKP
dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan.
NEW
→ Pasal 17 dan Pasal 17A PP-1/2012 s.t.d.d. PP-9/2021.
Cara Menghitung Pajak

• PPN dan PPnBM yang terutang dihitung dengan


cara mengalikan tarif pajak dengan Dasar
Pengenaan Pajak (DPP)

Tarif x Dasar Pengenaan Pajak


PASAL 7 UU PPN
TARIF PPN
SEBESAR

11 % 0%

Ekspor BKP Berwujud

Ekspor BKP Tidak Berwujud

Ekspor JKP

Tarif pajak dapat diubah menjadi paling rendah 5% (lima persen) dan paling tinggi
15% (lima belas persen) yang perubahan tarifnya diatur dengan Peraturan
Pemerintah
Rumus Penghitungan PPN
Kontrak PPN ditulis
atau terpisah
Perjanjian Jika Dianggap belum
ATAU Tidak termasuk PPN
Harga sudah
termasuk PPN
ATAU PPN = 11 % x harga/pembayaran

Harga termasuk
PPN & PPnBM

PPN = 11 . x harga/pembayaran
111 PPN = 11 . x harga/pembayaran
111 + t

PPnBM = t . x harga/pembayaran
111 + t

Pasal 10 & 11 PP Nomor 1 Tahun 2012 t = Tarif PPnBM


Tarif PPn BM
Pasal 8 UU PPN 1984

▪ Tarif PPnBM adalah 10 %s.d 200%


▪ Tarif PPnBM atas ekspor BKP adalah 0%
Dasar Pengenaan Pajak
Pasal 1 angka 17 UU PPN

Harga Jual

Penggantian

Nilai Impor

Nilai Ekspor

Nilai lain
Dasar Pengenaan Pajak
Pasal 1 angka 17
❑ Harga Jual: Nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan BKP [tidak termasuk PPN]
dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak. Ps 1 angka 18
❑ Penggantian: nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor
Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, tetapi tidak
termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-undang ini
dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak atau nilai berupa uang
yang dibayar atau seharusnya dibayar oleh Penerima Jasa karena pemanfaatan
Jasa Kena Pajak dan/atau oleh penerima manfaat Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud karena pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar
Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean. Ps 1 angka 19

Yang termasuk semua biaya antara lain biaya pengangkutan, biaya asuransi, biaya
bantuan teknik, biaya pemeliharaan, biaya pengiriman, biaya garansi→ jika tidak
dibayar akan menghambat kelancaran penyerahan BKP atau JKP
Dasar Pengenaan Pajak
❑ Nilai Impor = nilai berupa uang yang menjadi dasar
perhitungan bea masuk ditambah pungutan lainnya yg
dikenakan berdasarkan ketentuan dlm perUU Pabean untuk
impor BKP tidak termasuk PPN, Ps 1 angka 20
Nilai Impor = Cost, Insurance, Dan Freight (CIF) + Bea Masuk + Bea Masuk Tambahan

❑ Nilai Ekspor = Nilai berupa uang, termasuk biaya yang


diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir. Ps 1 ang 26
DPP =Nilai yang tercantum dalam dokumen PEB yg difiat
muat oleh DJBC
❑ Nilai Lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan
PMK 121/PMK.03/2015 berlaku sejak 1 Juli 2015
(perubahan ketiga PMK 75/PMK.03/2010)

DPP NILAI LAIN


Pemakaian sendiri/pemberian cuma-cuma Harga jual/penggantian dikurangi laba
BKP/JKP kotor
Film cerita Perkiraan hasil rata-rata per judul film

Penyerahan produk hasil tembakau Harga jual eceran

BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang


menurut tujuan semula tidak untuk dijual yang Harga pasar wajar
masih ada pada saat pembubaran perusahaan
Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau
HPP atau harga perolehan
sebaliknya dan/atau antar cabang
Penyerahan BKP kepada pedagang perantara Harga yang disepakati
Penyerahan BKP melalui juru lelang Harga lelang
11% x jumlah tagihan atau jumlah yg
Jasa pengiriman paket seharusnya ditagih
11% x jumlah tagihan atau jumlah yg
Jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata seharusnya ditagih
DPP NILAI LAIN

PMK-121/PMK.011/2015 (berlaku sejak 01 Juli 2015)


perubahan PMK-75/PMK.03/2010

Penyerahan jasa pengurusan transportasi (freight


forwarding) yang di dalam tagihan jasa pengurusan 11% (sepuluh persen) dari jumlah yang
transportasi tersebut terdapat biaya transportasi (freight ditagih atau seharusnya ditagih.
charges)
PMK-30/PMK.03/2014
DPP NILAI LAIN 1 Maret 2014
Mencabut:
-PMK-83/PMK.03/2002,
-PMK-75/PMK.03/2010 jo PMK-38./PMK.03/2013,
-PMK-79/PMK.03/2010

Penyerahan Emas Perhiasan dan/atau jasa yang terkait


dengan Emas Perhiasan oleh Pengusaha Emas
Perhiasan terutang Pajak Pertambahan Nilai

Pengusaha Emas Perhiasan


Pabrikan Emas Perhiasan Pedagang Emas Perhiasan
•Menghasilkan Emas Perhiasan dan Pengusaha yang semata-
• Melakukan kegiatan antara lain jual mata melakukan kegiatan
beli, jasa perbaikan/modifikasi, jual beli Emas Perhiasan.
dan/atau jasa lain yang berkaitan
dengan Emas Perhiasan.

PPN
DPP
20% dari harga jual emas perhiasan
atau nilai penggantian; 82
PMK-83/PMK.03/2012 (1 Juli 2012)
Kriteria Dan/Atau Rincian Jasa Tenaga Kerja Yang Tidak Dikenai PPN

N Jenis Transaksi DPP Nilai Lain


o
1 penyerahan jasa penyediaan tenaga Nilai lain adalah seluruh tagihan yang
kerja yang tidak memenuhi ketentuan diminta atau seharusnya diminta oleh
pasal 3 PMK-83/PMK.03/2012, jasa pengusaha jasa atas penyerahan jasa
penyediaan tenaga kerja dimaksud penyediaan tenaga kerja kepada
merupakan jasa yang dikenai PPN. pengguna jasa, tidak termasuk
•dalam hal tagihan atas penyerahan imbalan yang diterima tenaga kerja
jasa penyediaan tenaga kerja dirinci berupa gaji, upah, honorarium,
dalam Faktur Pajak dengan tunjangan, dan sejenisnya. (pasal 4
memisahkan antara tagihan atas Ayat (5) PMK-83/PMK.03/2012)
penyerahan jasa penyediaan tenaga
kerja yang diterima oleh pengusaha jasa
dan imbalan yang diterima oleh tenaga
kerja, DPP nya adalah nilai lain. (pasal 4
Ayat (4) PMK-83/PMK.03/2012)

DPP NILAI LAIN


DPP NILAI LAIN
❑PMK-102/PMK.011/2011 tentang Nilai Lain sebagai Dasar Pengenaan
Pajak atas Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari Luar Daerah Pabean di
Dalam Daerah Pabean Berupa Film Cerita Impor dan Penyerahan Film
Cerita Impor, serta Dasar Pemungutan PPh Pasal 22 atas Kegiatan Impor
Film Cerita Impor (berlaku sejak 13 Juli 2011)

❑SE-79/PJ/2011 tentang Penyampaian PMK-102/PMK.011/2011 tentang Nilai


Lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak atas Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud
dari Luar Daerah Pabean di Dalam Daerah Pabean Berupa Film Cerita Impor
dan Penyerahan Film Cerita Impor, serta Dasar Pemungutan PPh Pasal 22
atas Kegiatan Impor Film Cerita Impor
No. Jenis Transaksi DPP Keterangan
1. Pemanfaatan BKP Tidak BerwujudSebesar
dari luar Daerah Pabean di dalamRp12.000.000,00 per
Daerah Pabean berupa Film Ceritacopy Film Cerita Impor
Impor
2. Penyerahan Film Cerita Impor oleh Sebesar dipungut pada saat pertama
importir kepada Pengusaha Bioskop Rp12.000.000,00 per kali masing-masing copy Film
copy Film Cerita Impor Cerita Impor tsb diserahkan
kepada Pengusaha Bioskop.
PPN
dikenakan atas
• Penyerahan BKP/JKP
• Impor BKP
• Pemanfaatan BKP tidak berwujud/JKP EKSPOR BKP/
dari luar Daerah Pabean BKP TB /
• Kegiatan membangun sendiri JKP
• Penyerahan aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan

DENGAN TARIF DENGAN TARIF


11% x DPP 0% x DPP
CONTOH CARA MENGHITUNG PPN YANG TERUTANG

1. PENJUALAN TUNAI BKP OLEH PKP “A”


- HARGA JUAL = Rp. 25.000.000
- PPN TERUTANG 11% X Rp 25.000.000 = Rp. 2.750.000
PPN Rp. 2.750.000 MERUPAKAN :
* PAJAK KELUARAN YG DIPUNGUT OLEH PKP “A” DAN *
PAJAK MASUKAN YG DIBAYAR OLEH PEMBELI BKP

2. PENYERAHAN JKP OLEH PKP “B”


- NILAI PENGGANTIAN = Rp. 20.000.000
- PPN TERUTANG 11 % X Rp. 20.000.000 = Rp. 2.200.000
PPN Rp. 2.200.000 MERUPAKAN :
* PAJAK KELUARAN YG DIPUNGUT OLEH PKP “B” DAN
* PAJAK MASUKAN YG DIBAYAR OLEH PENERIMA JKP
3. IMPOR BKP
- NILAI IMPOR = Rp.15.000.000
- PPN TERUTANG 11 % X Rp.15.000.000 = Rp. 1.650.000
PPN Rp. 1.650.000 YANG DIPUNGUT MELALUI DJBC, MERUPAKAN PAJAK
MASUKAN YANG DIBAYAR OLEH PIHAK YANG MENGIMPOR BKP TSB.

4. EKSPOR BKP
- NILAI EKSPOR = Rp.10.000.000
- PPN TERUTANG 0 % X Rp.10.000.000 = Rp. 0
PPN Rp. 0 TERSEBUT MERUPAKAN PAJAK KELUARAN.
86
Pengkreditan Pajak Masukan (PM)
(Pasal 9 UU PPN)

• PKP berhak mengkreditkan Pajak Masukan


• PM dapat dikreditkan pada Masa Pajak yang sama atau Masa
Pajak yang tidak sama.
• Pengkreditan Masa Tidak Sama (MTS) paling lambat pada
bulan ketiga setelah Masa Pajak berakhir, syarat:
• PM belum dibebankan sebagai biaya
• Belum diperiksa, kec. Telah dicatat dlm pembukuan PKP
• Pengkreditan pada Masa Pajak lebih dari bulan ketiga
diperbolehkan dengan mekanisme pembetulan SPT Masa

88
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
Ps. 9 ayat (2), (2a), (2b), (3), (4) dan (4a)

PM DIKREDITKAN DG PK
UNTUK MASA PAJAK YG SAMA
Ps. 9 (2)

PK > PM PK < PM

SELISIH LB DIKOMPENSASI
SELISIH DIBAYAR KE MASA PAJAKBERIKUTNYA
OLEH PKP Ps. 9 (4)

Ps. 9 (3)
SELISIH LB DAPAT DIRETISTUSI
PADA AKHIR TAHUN BUKU
Ps. 9 (4a)

BAGI PKP YANG BELUM BERPRODUKSI SHG BELUM MELAKUKAN PENYERAHAN


TERUTANG PAJAK, PAJAK MASUKAN ATAS PEROLEHAN DAN/ATAU IMPOR BARANG
MODAL DAPAT DIKREDITKAN Ps. 9 ayat (2a) → Pasal 16 (2) PP 1 Tahun 2012

Pajak Masukan yang dikreditkan harus menggunakan Faktur


Pajak yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (5) dan ayat (9).
PAJAK MASUKAN
Ps. 1 angka 24

PPN YG SEHARUSNYA SUDAH


DIBAYAR OLEH PKP

KARENA

PEROLEHAN BKP

PENERIMAAN JKP
PEMANFAATAN BKP D
A LUAR
TIDAK BERWUJUD
R DAERAH
PEMANFAATAN JKP I PABEAN

IMPOR BKP
PAJAK KELUARAN
Ps. 1 angka 25

PPN YANG TERUTANG YANG WAJIB


DIPUNGUT OLEH PKP

KARENA

PENYERAHAN BKP / JKP, ATAU KARENA EKSPOR BKP BERWUJUD,


EKSPOR BKP TIDAK BERWUJUD, DAN/ATAU
EKSPOR JASA KENA PAJAK.
PM TIDAK DAPAT DIKREDITKAN
Ps. 9 ayat (8)
ATAS

UNTUK : PENGELUARAN
PEROLEHAN BKP/JKP SEBELUM PENGUSAHA DIKUKUHKAN SEBAGAI PKP

PEROLEHAN BKP/JKP YG TDK MEMPUNYAI HUBUNGAN LANGSUNG DG KEGIATAN USAHA

PEROLEHAN & PEMELIHARAAN KENDARAAN BERMOTOR SEDAN dan STATION WAGON


KECUALI MERUPAKAN BARANG DAGANGAN ATAU DISEWAKAN

PEMANFAATAN BKP TDK BERWUJUD ATAU PEMANFAATAN JKP DARI LUAR DAERAH
PABEAN SEBELUM PENGUSAHA DIKUKUHKAN SEBAGAI PKP
PEROLEHAN BKP/JKP YANG FAKTUR PAJAKNYA TIDAK MEMENUHI
KETENTUAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DLM PASAL 13 (5) ATAU AYAT (9)
ATAU TIDAK MENCANTUMKAN NAMA, ALAMAT, DAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
PEMBELI BARANG KENA PAJAK ATAU PENERIMA JASA KENA PAJAK
PEMANFAATAN BKP TDK BERWUJUD ATAU PEMANFAATAN JKP
DARI LUAR DAERAH PABEAN YG FAKTUR PAJAKNYA TDK
MEMENUHI KETENTUAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DLM PASAL 13 (6)
PEROLEHAN BKP/JKP YG PM-NYA DITAGIH DG PENERBITAN KETETAPAN PAJAK
PEROLEHAN BKP/JKP YG PM-NYA TDK DILAPORKAN
DLM SPT MASA PPN YG DIKETEMUKAN PADA WAKTUDILAKUKAN PEMERIKSAAN
PEROLEHAN BKP SELAIN BARANG MODAL ATAU JKP SEBELUM PKP
BERPRODUKSI SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (2A)
PM TIDAK DAPAT DIKREDITKAN
Ps. 9 ayat (8) setelah UU No.11 Tahun 2020
ATAS

UNTUK : PENGELUARAN
dihapus

PEROLEHAN BKP/JKP YG TDK MEMPUNYAI HUBUNGAN LANGSUNG DG KEGIATAN USAHA

PEROLEHAN & PEMELIHARAAN KENDARAAN BERMOTOR SEDAN dan STATION WAGON


KECUALI MERUPAKAN BARANG DAGANGAN ATAU DISEWAKAN

dihapus

PEROLEHAN BKP/JKP YANG FAKTUR PAJAKNYA TIDAK MEMENUHI


KETENTUAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DLM PASAL 13 (5) ATAU AYAT (9)
ATAU TIDAK MENCANTUMKAN NAMA, ALAMAT, DAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
PEMBELI BARANG KENA PAJAK ATAU PENERIMA JASA KENA PAJAK
PEMANFAATAN BKP TDK BERWUJUD ATAU PEMANFAATAN JKP
DARI LUAR DAERAH PABEAN YG FAKTUR PAJAKNYA TDK
MEMENUHI KETENTUAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DLM PASAL 13 (6)
dihapus

dihapus

dihapus
PM TIDAK DAPAT DIKREDITKAN
(PMK -75/KMK.03/2010 jo PMK-121/PMK.03/2015)

PAJAK MASUKAN YANG BERKENAAN


DENGAN PENYERAHAN :

JASA BIRO PERJALANAN ATAU


JASA BIRO PARIWISATA

JASA PENGIRIMAN PAKET

JASA PENERUSAN TRANSPORTASI

PM sehub dg penyerahan tersebut Bagi Customer


diatas tidak dapat dikreditkan karena tetap DAPAT
dalam nilai lain telah diperhitungkan PM dikreditkan
atas perolehan BKP/JKP
dalam rangka usaha tersebut diatas
KETENTUAN TAMBAHAN PM YANG DAPAT DIKREDITKAN
Sesuai UU No. 11 Tahun 2020

Pasal 9 ayat (9a)


• Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak, impor
Barang Kena Pajak serta pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Benvujud dan/atau
pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean sebelum
Pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, dapat dikreditkan oleh Pengusaha
Kena Pajak dengan menggunakan pedoman pengkreditan Pajak Masukan sebesar 80%
(delapan puluh persen) dari Pajak Keluaran yang seharusnya dipungut.

Pasal 9 ayat (9b)


• Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak, impor
Barang Kena Pajak, serta pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau
pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean yang
tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai yang
diberitahukan dan/atau ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan dapat dikreditkan
oleh Pengusaha Kena Pajak sepanjang memenuhi ketentuan pengkreditan sesuai dengan
UndangUndang ini.

Pasal 9 ayat (9c)


• Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak, impor
Barang Kena Pajak, serta pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau
pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean yang
ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak dapat dikreditkan oleh Pengusaha Kena Pajak
sebesar jumlah pokok Pajak Pertambahan Nilai yang tercantum dalam ketetapan pajak
dengan ketentuan ketetapan pajak dimaksud telah dilakukan pelunasan dan tidak dilakukan
upaya hukum serta memenuhi ketentuan pengkreditan sesuai dengan UndangUndang ini.

Ketentuan lebih lanjut diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Perolehan BKP Atau JKP Yang Pajak Masukannya Tidak Dilaporkan Dalam
SPT Masa PPN, Yang Diketemukan Pada Waktu Dilakukan Pemeriksaan.

FP 27/12/2007

96
PM YANG DAPAT DIKREDITKAN
TETAPI BELUM DIKREDITKAN DG PK
PADA MASA PAJAK YG SAMA
Ps. 9 ayat (9)

DAPAT DIKREDITKAN
PADA MASA PAJAK
BERIKUTNYA

SEPANJANG PM TSB. BELUM DIBEBANKAN


SBG BIAYA ATAU BELUM DIKAPITALISASIKAN
DGN HARGA PEROLEHAN BKP/JKP YBS.
& BELUM DILAKUKAN PEMERIKSAAN

SELAMBAT-LAMBATNYA APABILA JANGKA


TIGA BULAN SETELAH WAKTU
BERAKHIRNYA TSB. DILAMPAUI
MASA PAJAK

PENGKREDITAN PM DAPAT DILAKUKAN


MELALUI PEMBETULAN SPT MASA PPN YBS
Contoh Ps. 9(9) UU PPN 1984
Pengkreditan Masa Tidak Sama
Pajak Masukan dalam Faktur Pajak tertanggal 30 November 2006 belum
dikreditkan dalam (SPT Masa PPN) Masa Pajak November 2006, dapat
dikreditkan dengan Pajak Keluaran dalam (SPT Masa PPN) Masa Pajak
Desember 2006 atau Januari 2007, atau yang terakhir Februari 2007.
Pajak Masukan dapat dikreditkan dengan cara
melakukan pembetulan SPT Masa PPN yang
bersangkutan.
Apabila PKP Pembeli atau Penerima Jasa baru menerima Faktur Pajak
ini setelah tanggal 22 Februari 2007, berarti sudah melampaui 3 bulan
setelah akhir Masa Pajak November 2006, maka pengreditan tetap dapat
dilakukan dengan cara pembetulan SPT Masa PPN November 2006
BESARNYA PAJAK MASUKAN YANG DAPAT DIKREDITKAN OLEH
PENGUSAHA KENA PAJAK MEMILIKI JUMLAH PEREDARAN USAHA TERTENTU
DIHITUNG DENGAN MENGGUNAKAN
PEDOMAN PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
(Ps. 9(7a) UU PPN 1984 Jo PMK-74/PMK.03/2010)

Pengusaha Kena Pajak


(OP dan Badan)

➢Jumlah peredaran bruto dalam 2 tahun buku /kalender


sebelumnya tidak melebihi nilai Rp. 1,8 M untuk setiap tahun
➢PKP Baru

Penyerahan BKP Penyerahan JKP

PM = 60% x Pajak
PM = 70% x Pajak
Keluaran
Keluaran

PPN Kurang Bayar 3 % PPN Kurang Bayar 4 %


BESARNYA PAJAK MASUKAN YANG DAPAT DIKREDITKAN
OLEH PENGUSAHA KENA PAJAK YANG MELAKUKAN KEGIATAN
USAHA TERTENTU DIHITUNG DENGAN MENGGUNAKAN
PEDOMAN PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
(Ps. 9(7a) UU PPN 1984 Jo PMK-79/PMK.03/2010)

Pengusaha Kena Pajak


(OP dan Badan)

Melakukan Penyerahan BKP


hanya semata-mata
berupa:
Emas Perhiasan
Kendaraan Bermotor
Bekas secara eceran; secara eceran

PM = 80% x Pajak
PM = 90% x Pajak
Keluaran Per 1
Keluaran Maret
2014
PPN Kurang Bayar 1,1 PPN Kurang Bayar 2
% %

PMK-30/PMK.03/2014
DPP PPN = 20% X harga jual
PMK-78/PMK.03/2010
TENTANG
PEDOMAN PENGHITUNGAN
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN BAGI PENGUSAHA
KENA PAJAK YANG MELAKUKAN PENYERAHAN YANG
TERUTANG PAJAK DAN PENYERAHAN YANG TIDAK
TERUTANG PAJAK
mulai berlaku pada tanggal 1 April 2010.
Jo
PMK-21/PMK.011/2013
• PMK-135/PMK.011/2014

102
Pengusaha Kena Pajak yang melakukan
kegiatan:
1. usaha terpadu (integrated), terdiri dari:
a. unit atau kegiatan yang melakukan Penyerahan yang Terutang Pajak; dan
b. unit atau kegiatan lain yang melakukan Penyerahan yang Tidak Terutang Pajak;
2. usaha yang atas penyerahannya terutang pajak dan yang tidak terutang pajak;
3. usaha untuk menghasilkan, memperdagangkan barang, dan usaha jasa yang atas
penyerahannya terutang pajak dan yang tidak terutang pajak; atau
4. usaha yang atas penyerahannya sebagian terutang pajak dan sebagian lainnya tidak
terutang pajak,
sedangkan Pajak Masukan untuk Penyerahan yang Terutang Pajak tidak dapat diketahui
dengan pasti, jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan untuk Penyerahan yang
Terutang Pajak dihitung dengan menggunakan pedoman penghitungan Pajak Masukan
yang dapat dikreditkan.

103
Pengkreditan PM pada saat
Perolehan BKP/JKP
PKP yang melakukan kegiatan usaha yang penyerahannya terutang pajak
& tidak terutang pajak, sedangkan PM untuk Penyerahan yang Terutang
Pajak tidak dapat diketahui dengan pasti, jumlah PM yang dapat
dikreditkan dihitung dengan menggunakan pedoman penghitungan Pajak
Masukan yang dapat dikreditkan, yaitu:

P = PM x Z
dengan ketentuan:
P jumlah PM yang dapat dikreditkan;
PM jumlah PM atas perolehan BKP dan/atau JKP;
Z persentase yang sebanding dengan jumlah Penyerahan yang
Terutang Pajak terhadap penyerahan seluruhnya.
Penghitungan Kembali
3. Muatan Pajak Masukan
Pasal
Yang Dapat Dikreditkan

Dilakukan setiap tahun (sesuai masa manfaat), diperhitungkan


dengan PM yang dapat dikreditkan pada suatu Masa Pajak paling
lama pada bulan ketiga setelah berakhirnya tahun buku, dg rumus:
a. P’ = (PM/T) x Z’, u/ BKP & JKP yang masa manfaatnya > 1 tahun.
b. P’ = PM x Z’, u/ BKP & JKP yang masa manfaatnya < 1 tahun.
dengan ketentuan:
P’ adalah jumlah PM yang dapat dikreditkan dalam 1 (satu) tahun buku;
PM adalah jumlah PM atas perolehan BKP dan/atau JKP.
T adalah masa manfaat BKP dan/atau JKP yang ditentukan sebagai berikut:
- untuk BKP berupa tanah dan bangunan adalah 10 (sepuluh) tahun;
- untuk BKP, selain tanah dan bangunan, dan JKP adalah 4 (empat) tahun;
Z' adalah persentase yang sebanding dengan jumlah Penyerahan yang Terutang
Pajak terhadap seluruh penyerahan dalam 1 (satu) tahun buku;
KETENTUAN PENTING
• Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dari hasil penghitungan kembali
sebagaimana dimaksud, diperhitungkan dengan Pajak Masukan yang
dapat dikreditkan pada suatu Masa Pajak, paling lama pada bulan ketiga
setelah berakhirnya tahun buku.
Penghitungan kembali Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
sebagaimana dimaksud tidak perlu dilakukan dalam hal masa manfaat
Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak telah berakhir.
Contoh Penghitungan

PKP bergerak di bidang perkebunan jagung dan pabrik minyak jagung.

APRIL 2011
• April 2011, PKP membeli truk dengan harga Rp200 juta (PPN Rp20 juta).
• Masa manfaat truk sebenarnya 5 tahun, tetapi untuk tujuan penghitungan PM
berdasarkan PMK ini ditetapkan 4 tahun.
• Diperkirakan persentase rata-rata jumlah penyerahan yang terutang pajak
terhadap seluruh penyerahan adalah 70%.
• PM yang dapat dikreditkan dalam SPT Masa PPN Masa April 2011: Rp20 juta x
70% = Rp14 juta
Contoh Penghitungan (Thn ke-I)
MARET 2012
• Total peredaran usaha tahun 2011 : Rp100 miliar, terdiri dari penjualan jagung :
Rp40 miliar dan penjualan minyak jagung : Rp60 miliar.
• Penghitungan kembali PM yang dapat dikreditkan atas perolehan truk selama
tahun buku 2011 yang dilakukan pada Masa Pajak Maret 2012 adalah:
Rp60 miliar x Rp20 juta = Rp3 juta
Rp100 miliar 4
• PM atas perolehan truk yang telah dikreditkan untuk tiap tahun buku sesuai masa
manfaat truk tersebut adalah (Rp14 juta / 4) = Rp 3,5 juta

• Jadi PM yang harus diperhitungkan kembali (mengurangi PM untuk Masa Pajak


Maret 2012) adalah sebesar Rp3,5 juta – Rp3 juta = Rp500 ribu

• Penghitungan kembali Pajak Masukan seperti perhitungan di atas dilakukan


setiap tahun sampai dengan masa manfaat truk berakhir.
Contoh Penghitungan (Thn ke-II)
MARET 2013
• Total peredaran usaha tahun 2012 : Rp100 miliar, terdiri dari penjualan jagung : Rp10 miliar
dan penjualan minyak jagung : Rp90 miliar.

• Penghitungan kembali PM yang dapat dikreditkan atas perolehan truk selama tahun buku
2012 yang dilakukan pada Masa Pajak Maret 2013 adalah:
Rp90 miliar x Rp20 juta = Rp4,5 juta
Rp100 miliar 4

• PM atas perolehan truk yang telah dikreditkan untuk tiap tahun buku sesuai masa manfaat
truk tersebut adalah (Rp14 juta / 4) = Rp 3,5 juta

• Jadi PM yang harus diperhitungkan kembali (menambah PM untuk Masa Pajak Maret
2013) adalah sebesar Rp4,5 juta – Rp3,5 juta = Rp1 juta
Contoh Penghitungan (Thn ke-III)
MARET 2014
• Total peredaran usaha tahun 2013 : Rp100 miliar, terdiri dari penjualan jagung :
Rp30 miliar dan penjualan minyak jagung : Rp70 miliar.

• Penghitungan kembali PM yang dapat dikreditkan atas perolehan truk selama


tahun buku 2013 yang dilakukan pada Masa Pajak Maret 2014 adalah:
Rp70 miliar x Rp20 juta = Rp3,5 juta
Rp100 miliar 4

• PM atas perolehan truk yang telah dikreditkan untuk tiap tahun buku sesuai masa
manfaat truk tersebut adalah (Rp14 juta / 4) = Rp 3,5 juta

• Jadi PM yang harus diperhitungkan kembali adalah:


Rp3,5 juta – Rp3,5 juta = Rp 0
Contoh Penghitungan (Thn ke-IV)
MARET 2015
• Total peredaran usaha tahun 2014 : Rp100 miliar, terdiri dari penjualan jagung :
Rp50 miliar dan penjualan minyak jagung : Rp50 miliar.

• Penghitungan kembali PM yang dapat dikreditkan atas perolehan truk selama


tahun buku 2014 yang dilakukan pada Masa Pajak Maret 2015 adalah:
Rp50 miliar x Rp20 juta = Rp2,5 juta
Rp100 miliar 4

• PM atas perolehan truk yang telah dikreditkan untuk tiap tahun buku sesuai masa
manfaat truk tersebut adalah (Rp14 juta / 4) = Rp 3,5 juta

• Jadi PM yang harus diperhitungkan kembali (mengurangi PM untuk Masa Pajak


Maret 2015) adalah sebesar Rp3,5 juta – Rp2,5 juta = Rp 1 juta
• Penghitungan PM sebagaimana perhitungan di atas tidak perlu lagi dilakukan
pada tahun 2016.
Pedoman Penghitungan PM yang lain

Pedoman penghitungan pengkreditan Pajak


Masukan berdasarkan PMK ini tidak berlaku bagi
PKP yang telah ditetapkan untuk menggunakan
pedoman penghitungan pengkreditan Pajak
Masukan sesuai ketentuan Pasal 9 ayat (7) dan
ayat (7a) UU PPN.
KOMPENSASI DAN RESTITUSI

Sebab Kelebihan Pembayaran PPN


• Pajak Masukan lebih besar dari pajak keluaran
• Ekspor
• Penyerahan ke pemungut
• Pemungutan PPN yang seharusnya tidak terutang
Restitusi PM lebih besar dari PK

• Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar


daripada Pajak Masukan, selisihnya merupakan Pajak Pertambahan
Nilai yang harus disetor oleh Pengusaha Kena Pajak.
• Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran, selisihnya
merupakan kelebihan pajak yang dikompensasikan ke Masa Pajak
berikutnya
• Atas kelebihan Pajak Masukan diatas dapat diajukan permohonan
pengembalian pada akhir tahun buku
Restitusi PM lebih besar dari PK
• Kelebihan Pajak Masukan dapat diajukan permohonan pengembalian pada
setiap Masa Pajak oleh:
• Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;
• Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
penyerahan Jasa Kena Pajak kepada Pemungut Pajak Pertambahan Nilai;
• Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
penyerahan Jasa Kena Pajak yang Pajak Pertambahan Nilainya tidak dipungut;
• Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud;
• Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor Jasa Kena Pajak; dan/atau
• Pengusaha Kena Pajak dalam tahap belum berproduksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2a).
PEGEMBALIAN PENDAHULUAN

Pengembalian pendahuluan diberikan kepada:


• WP Kriteria Tertentu
• WP Persyaratan Tertentu
• PKP Beresiko Rendah
Wajib Pajak Kriteria tertentu

Wajib Pajak Kriteria Tertentu ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak


dalam hal Wajib Pajak memenuhi kriteria sebagai berikut:
• tepat waktu dalam menyampaikan SPT,
• tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali
tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau
menunda pembayaran pajak,
• laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik atau lembaga
pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat wajar tanpa
pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut,
• tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir
Wajib Pajak Persyaratan tertentu
Wajib Pajak Persyaratan Tertentu meliputi sebagai berikut:
• Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas yang menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan lebih bayar
restitusi,
• Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
yang menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan lebih bayar restitusi
dengan jumlah lebih bayar paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah),
• Wajib Pajak Badan yang menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan
lebih bayar restitusi dengan jumlah lebih bayar paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah),
• Pengusaha Kena Pajak yang menyampaikan SPT Masa Pajak
Pertambahan Nilai lebih bayar restitusi dengan jumlah lebih bayar paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
Pengusaha Kena Pajak Beresiko Rendah
Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan tertentu dan ditetapkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
Berisiko Rendah sebagaimana dimaksud dalam diberikan Pengembalian Pendahuluan atas kelebihan
pembayaran Pajak Pertambahan Nilai pada setiap Masa Pajak. Pengusaha Kena Pajak sebagaimana
dimaksud meliputi:
a. perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa efek di Indonesia
b. perusahaan yang saham mayoritasnya dimiliki secara langsung oleh pemerintah pusat dan/ atau
pemerintah daerah
c. Pengusaha Kena Pajak yang telah ditetapkan sebagai Mitra Utama Kepabeanan sesuai dengan
ketentuan www.jdih.kemenkeu.go.id -19 - dalam Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai
Mitra Utama Kepabeanan
d. Pengusaha Kena Pajak yang telah ditetapkan sebagai Operator Ekonomi Bersertifikat (Authorized
Economic Operatorj sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur
mengenai Operator Ekonomi Bersertifikat (Authorized Economic Operator
e. pabrikan atau produsen selain Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai
dengan huruf d, yang memiliki tempat untuk melakukan kegiatan produksi
f. Pengusaha Kena Pajak yang memenuhi persyaratan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(2) huruf d
Pengusaha Kena Pajak Beresiko Rendah
Kegiatan tertentu sebagaimana dimaksud meliputi :
1. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud
2. penyerahan Barang Kena Pajak dan/ atau penyerahan Jasa Kena Pajak kepada Pemungut Pajak
Pertambahan Nilai
3. penyerahan Barang Kena Pajak dan/ atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang Pajak Pertambahan Nilainya
tidak dipungut
4. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Benvujud; dan/ atau
5. ekspor Jasa Kena Pajak
Untuk dapat ditetapkan sebagai Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah sebagaimana dimaksud Pengusaha
Kena Pajak harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
• Pengusaha Kena Pajak merupakan Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf a s.d. e
• Pengusaha Kena Pajak pabrikan atau produsen sebagaimana dimaksud pada huruf e menyampaikan SPT
Masa Pajak Pertambahan Nilai selama 12 (dua belas) bulan terakhir dengan tepat waktu
• Pengusaha Kena Pajak tidak sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan dan/ atau penyidikan tindak
pidana di bidang perpajakan
• Pengusaha Kena Pajak tidak pemah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima)
tahun terakhir
VAT Refund

• Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang sudah
dibayar atas pembelian Barang Kena Pajak yang dibawa ke luar Daerah Pabean
oleh orang pribadi pemegang paspor luar negeri dapat diminta kembali.
• Ketentuan mengenai tata cara pengajuan dan penyelesaian permintaan kembali
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah tsb diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
• Dalam rangka menarik orang pribadi pemegang paspor luar negeri untuk
berkunjung ke Indonesia, kepada orang pribadi tersebut diberikan insentif
perpajakan. Insentif tersebut berupa pengembalian Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang sudah dibayar atas pembelian Barang
Kena Pajak di Indonesia yang kemudian dibawa oleh orang pribadi tersebut ke
luar Daerah Pabean
Restitusi turis asing
Pasal 16 E
• Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
yang dapat diminta kembali harus memenuhi syarat:
• nilai Pajak Pertambahan Nilai paling sedikit Rp500.000,00 (lima ratus ribu
rupiah) dan dapat disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah;
• pembelian Barang Kena Pajak dilakukan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan
sebelum keberangkatan ke luar Daerah Pabean; dan
• Faktur Pajak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (5), kecuali pada kolom Nomor Pokok Wajib Pajak dan alamat pembeli
diisi dengan nomor paspor dan alamat lengkap di negara yang menerbitkan
paspor atas penjualan kepada orang pribadi pemegang paspor luar negeri
yang tidak mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak.
Restitusi turis asing
Pasal 16 E
• Dokumen yang harus ditunjukkan pada saat meminta kembali Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
adalah:
• paspor;
• pas naik (boarding pass) untuk keberangkatan orang pribadi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ke luar Daerah Pabean;
dan
• Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c.
PMK- 60/PMK.03/2022
TATA CARA PENUNJUKAN PEMUNGUT, PEMUNGUTAN,
PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
ATAS PEMANFAATAN BARANG KENA PAJAK TIDAK BERWUJUD
DAN/ATAU JASA KENA PAJAK DARI LUAR DAERAH PABEAN DI
DALAM DAERAH PABEAN MELALUI
PERDAGANGAN MELALUI SISTEM ELEKTRONIK

PER-12/PJ/2020
BATASAN KRITERIA TERTENTU PEMUNGUT SERTA PENUNJUKAN
PEMUNGUT, PEMUNGUTAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS PEMANFAATAN BARANG
KENA PAJAK TIDAK BERWUJUD DAN/ATAU JASA KENA PAJAK
DARI LUAR DAERAH PABEAN DI DALAM DAERAH PABEAN
MELALUI
PERDAGANGAN MELALUI SISTEM ELEKTRONIK
Objek Pemungutan PPN
PER-12/PJ/2020

Pemanfaatan BKP tidak berwujud Pemanfaatan JKP


(termasuk Barang Digital) (termasuk Jasa Digital)

dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean melalui PMSE

Meliputi transaksi Business-to-Business (B2B) dan Business-to-Consumer


(B2C)

Contoh:
▪ e-Book, e-magazine, e-comic; Catatan:
▪ Computer software (piranti lunak), aplikasi digital, games digital; Atas pemanfaatan barang tidak
▪ Multimedia, data elektronik; berwujud dan/atau jasa yang tidak
dikenai PPN atau dibebaskan dari
▪ Virtual goods, virtual coin;
pengenaan PPN, dikecualikan dari
▪ Streaming film, streaming musik, atau konten audio-visual lainnya; pemungutan PPN PMSE
▪ Web hosting, video conference services, atau layanan jasa lainnya yang cfm. PMK-60/PMK.03/2022.
berbasis piranti lunak.
Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud
Penggunaan/hak menggunakan hak cipta di bidang kesusastraan, kesenian atau karya ilmiah, paten, desain
atau model, rencana, formula atau proses rahasia, merek dagang, atau bentuk hak kekayaan intelektual/industrial
atau hak serupa lainnya.

Penggunaan/hak menggunakan peralatan/perlengkapan industrial, komersial, atau ilmiah;

Penggunaan pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah, teknikal, industrial, atau komersial.

Pemanfaatan terkait hal-hal di atas, berupa:


• penerimaan/hak menerima rekaman gambar atau rekaman suara atau keduanya, yang disalurkan kepada
masyarakat melalui satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa;
• penggunaan/hak menggunakan rekaman gambar atau rekaman suara atau keduanya, untuk siaran televisi
atau radio yang disiarkan/dipancarkan melalui satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa; dan
• penggunaan /hak menggunakan sebagian atau seluruh spektrum radio komunikasi;

Penggunaan/hak menggunakan film gambar hidup (motion picture films), film atau pita video untuk siaran
televisi, atau pita suara untuk siaran radio;

Perolehan seluruhnya/sebagian hak yang berkenaan dengan penggunaan atau pemberian hak kekayaan
intelektual/industrial atau hak-hak lainnya sebagaimana tersebut di atas.
www.pajak.go.id
Alur Transaksi dan Subjek yang Terlibat dalam Transaksi PMSE

Pedagang Penyedia Jasa


Luar Negeri Luar Negeri

Penyelenggara PMSE
Luar Negeri
Luar Daerah Pabean

Dalam Daerah Pabean


Penyelenggara PMSE
Dalam Negeri

Pembeli Barang Penerima Jasa

Pelaku Usaha PMSE


Transaksi langsung
• Pedagang LN
Ditunjuk sebagai Transaksi melalui PPMSE LN
• Penyedia Jasa LN
• Penyelenggara PMSE LN Pemungut PPN PMSE Transaksi melalui PPMSE DN
• Penyelenggara PMSE DN
www.pajak.go.id
Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(Pasal 5,8 dan 10 UU PPN)

Karakteristik PPn BM :
▪ pungutan tambahan disamping PPN;
▪ dipungut hanya satu kali yaitu pada
• saat impor BKP atau
• penyerahan BKP oleh Pabrikan;
Yang Tergolong Mewah
▪ tidak dapat dikreditkan dengan PPN;
▪ Meskipun demikian, apabila eksportir mengekspor BKP yang tergolong
mewah, PPnBM yang dibayar saat perolehan nya Dapat Diminta
Kembali (Pasal 10 ayat 3)
▪ PPn BM yang dibayar menjadi unsur DPP (harga pokok) untuk
penghitungan PPN berikutnya;

132
ATAS PENYERAHAN BKP YANG TERGOLONG
DASAR PERTIMBANGAN MEWAH OLEH PRODUSEN ATAU ATAS IMPOR
PENGENAAN PPn BM BKP YANG TERGOLONG MEWAH, DI SAMPING
Penjelasan Ps. 5 (1) DIKENAKAN PPN, JUGA DIKENAKAN PPn BM
DENGAN PERTIMBANGAN

PERLU KESEIMBANGAN PEMBEBANAN PAJAK


ANTARA KONSUMEN YANG BERPENGHASILAN
RENDAH DENGAN KONSUMEN YANG
BERPENGHASILAN TINGGI

PERLU ADANYA PENGENDALIAN POLA


KONSUMSI ATAS BKP YANG TERGOLONG
MEWAH

PERLU ADANYA PERLINDUNGAN TERHADAP


PRODUSEN KECIL ATAU TRADISIONAL

PERLU UNTUK MENGAMANKAN PENERIMAAN


NEGARA
Tarif dan Pengelompokan Barang Mewah
(Pasal 8 UU PPN)

• Tarif PPn BM paling rendah 10% dan paling tinggi 200%.

• Pengelompokan Barang Mewah meliputi :


-Kendaraan Bermotor,
-Selain Kendaraan Bermotor,

Sebelum 1 April 2010 tarif PPnBM sebesar 10% s.d 75%

135
PPnBM Kendaaraan Bermotor
• PPnBM hanya dikenakan 1 (satu) kali yaitu pada saat Importir memasukan barang ke dalam daerah pabean
atau pada saat pabrikan menyerahkan barang kepada main dealer atau kepada konsumen langsung.
• Tarif PPnBM bervariasi sebagai berikut:
1. 10 % untuk kendaraan bermotor untuk pengangkutan 10 (sepuluh) sampai dengan 15 (lima belas) orang
termasuk pengemudi, dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel/semi diesel), dengan
semua kapasitas isi silinder dan kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang
termasuk pengemudi selain sedan atau station wagon, dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi
(diesel/semi diesel), dengan sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2), dengan kapasitas isi silinder tidak
lebih dari 1500 cc
2. 20% untuk kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk pengemudi
selain sedan atau station wagon, dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel/semi diesel),
dengan sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2), dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1500 cc sampai
dengan 2500 cc dan kendaraan bermotor dengan kabin ganda (Double Cabin), dalam bentuk kendaraan
bak terbuka atau bak tertutup, dengan penumpang lebih dari 3 (tiga) orang termasuk pengemudi, dengan
motor bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel/semi diesel), dengan sistem 1 (satu) gandar penggerak
(4x2) atau dengan sistem 2 (dua) gandar penggerak (4x4), dengan semua kapasitas isi silinder, dengan
massa total tidak lebih dari 5 (lima) ton.
3. 30% untuk kendaraan bermotor sedan atau station wagon dengan motor bakar cetus api atau nyala
kompresi (diesel/semi diesel), dengan kapasitas isi silinder sampai dengan 1500 cc dan kendaraan
bermotor selain sedan atau station wagon dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel/semi
diesel), dengan sistem 2 (dua) gandar penggerak (4x4), dengan kapasitas isi silinder sampai dengan 1500
cc
PPnBM Kendaaraan Bermotor (lanjutan)
1. 40 % untuk kendaraan bermotor selain sedan atau station wagon, dengan motor bakar cetus api, dengan sistem 1 (satu)
gandar penggerak (4x2), dengan kapasitas isi silinder lebih dari 2500 cc sampai dengan 3000 cc, kendaraan bermotor
dengan motor bakar cetus api berupa sedan atau station wagon dan selain sedan atau station wagon dengan sistem 2
(dua) gandar penggerak (4x4), dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1500 cc sampai dengan 3000 cc dan kendaraan
bermotor dengan motor bakar nyala kompresi (diesel/semi diesel), berupa sedan atau station wagon, dan selain sedan
atau station wagon dengan sistem 2 (dua) gandar penggerak (4x4), dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1500 cc
sampai dengan 2500 cc.
2. 50% untuk Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang berupa kendaraan bermotor yang dikenakan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) adalah semua jenis kendaraan
khusus yang dibuat untuk golf.
3. 60% untuk kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas isi silinder lebih dari 250 cc sampai dengan 500 cc,
kendaraan khusus yang dibuat untuk perjalanan di atas salju, di pantai, di gunung, dan kendaraan semacam itu,
kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas isi silinder lebih dari 250 cc sampai dengan 500 cc dan kendaraan
khusus yang dibuat untuk perjalanan di atas salju, di pantai, di gunung, dan kendaraan semacam itu.
4. 75% untuk kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk pengemudi, dengan
motor bakar cetus api, berupa sedan atau station wagon dan selain sedan atau station wagon dengan sistem 1 (satu)
gandar penggerak (4x2) atau dengan sistem 2 (dua) gandar penggerak (4x4), dengan kapasitas isi silinder lebih dari
3000 cc, kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk pengemudi, dengan motor
bakar nyala kompresi (diesel/semi diesel), berupa sedan atau station wagon dan selain sedan atau station wagon
dengan sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2) atau dengan sistem 2 (dua) gandar penggerak (4x4), dengan kapasitas
isi silinder lebih dari 2500 cc, kendaraan bermotor beroda 2 (dua) dengan kapasitas isi silinder lebih dari 500 cc dan
trailer, semi-trailer dari tipe caravan, untuk perumahan atau kemah.
139
Barang Tergolong Mewah
Atas penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah oleh produsen atau atas impor Barang
Kena Pajak yang tergolong mewah, di samping dikenai Pajak Pertambahan Nilai, dikenai juga
Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan pertimbangan bahwa:
1. perlu keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang berpenghasilan rendah dan
konsumen yang berpenghasilan tinggi;
2. perlu adanya pengendalian pola konsumsi atas Barang Kena Pajak yang tergolong mewah; 3.
perlu adanya perlindungan terhadap produsen kecil atau tradisional;
3. perlu untuk mengamankan penerimaan negara.
Yang dimaksud dengan ”Barang Kena Pajak yang tergolong mewah” adalah:
• barang yang bukan merupakan barang kebutuhan pokok;
• barang yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu;
• barang yang pada umumnya dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi; dan/atau
• barang yang dikonsumsi untuk menunjukkan status. Pengenaan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah atas impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah tidak memperhatikan siapa yang
mengimpor Barang Kena Pajak tersebut serta tidak memperhatikan apakah impor tersebut
dilakukan secara terus-menerus atau hanya sekali saja.
OBJEK PPn BM
Ps. 5 ayat (1), (2)

Brg bukan merupakan brg kebutuhan pokok;

Brg yg dikonsumsi oleh


masyarakat tertentu;

Brg yg umumnya
dikonsumsi oleh
masyarakat
berpenghasilan tinggi;
dan atau
Brg yg
dikonsumsi utk
menunjukan
status

142
Skema Umum Pemungutan PPN

NEGARA

PPN
Rp
Harga + PPN

PENJUAL PEMBELI
Faktur Pajak
PKP
Barang/ Jasa
Skema Pasal 16A UU PPN
(Pemungut PPN)
NEGARA

Rp PPN

Harga tanpa PPN

PENJUAL PEMBELI
Faktur Pajak PEMUNGUT
PKP PPN
Barang/ Jasa
PEMUNGUT PPN
Ps. 1 angka 27

- BENDAHARAWAN PEMERINTAH;
- BADAN;
- INSTANSI PEMERINTAH.

YANG DITUNJUK OLEH MENTERI KEUANGAN

UNTUK

MEMUNGUT PAJAK YG TERUTANG


OLEH PKP ATAS
PENYERAHAN BKP/
MENYETOR
JKP KEPADA
PEMUNGUT PPN
MELAPORKAN
DALAM HAL PKP MELAKUKAN PENYERAHAN BKP DAN/ATAU JKP KEPADA
PEMUNGUT PPN MAKA :
Pemungut PPN

wajib
memungut

menyetorkan
melaporkan PPN yang dipungut

Bendahara Pemerintah & KPPN


KMK No. :563/KMK.03/2003

Kontraktor Perjanjian Kerjasama PMK No. : 11/PMK.03/2005


Pengusahaan Pertambangan Minyak & PMK No. : 73/PMK.03/2010
Gas Bumi
PMK No. : 85/PMK.03/2012, Mulai 1
Juli 2012 jo PMK-136/PMK.03/2012,
BUMN PMK-37/PMK.03/2015
PEMUNGUT PPN (BENDAHARA PEMERINTAH & KPPN
/BUMN/KKS MIGAS)
OBJEK PEMUNGUTAN

setiap pembayaran atas penyerahan BKP dan/atau JKP


kecuali
Bendahara Pemerintah →Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp1 juta, dan
tidak merupakan jumlah yang terpecah-pecah
BUMN dan KKS migas→ Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp10 juta, dan
tidak merupakan jumlah yang terpecah-pecah
Pembayaran untuk pembebasan tanah
Pembayaran atas penyerahan BKP/JKP yang mendapat fasilitas PPN tidak
dipungut / dibebaskan dari pengenaan PPN
Pembayaran untuk penyerahan BBM dan bukan BBM oleh Pertamina
Pembayaran atas rekening telepon
Pembayaran untuk jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan
penerbangan
Pembayaran lain yang menurut ketentuan tidak terutang PPN 148
Pembuatan Faktur Pajak

Pembuatan Faktur Pajak oleh PKP Rekanan harus dilakukan pada saat,
sebagai berikut:
a. Bendahara Pemerintah/KPPN :
Pada Saat PKP rekanan menyampaikan surat tagihan
b. BUMN/KKS Migas :
1. penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP;
2. penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi
sebelum penyerahan BKP dan/atau JKP; atau
3. penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap
pekerjaan.
Pembuatan Faktur Pajak
Penggunaan Kode Transaksi pada Faktur Pajak yang dibuat oleh
Rekanan mengacu pada ketentuan yang berlaku (“02”→ Bendahara
pemerintah/KPPN dan “03” → BUMN/KKS Migas)

0 X 0.000–0 0.0 0 0 0 0 0 0 0
Kode Transaksi Kode Cabang Tahun Penerbitan Nomor Urut

Kode Status

Kode FP Nomor Seri FP


Kewajiban Pemungut

Menyetor
• Bendahara Pemerintah → Menyetorkan PPN yang telah dipungut ke Kas Negara paling
lama 7 hari setelah masa pajak dilakukannya pembayaran tagihan.
• BUMN dan KKS Migas → Menyetorkan PPN yang telah dipungut ke Bank/Kantor Pos
paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah masa pajak dilakukan pemungutan PPN
berakhir

Melapor

 Bendahara Pemerintah, BUMN, dan KKS Migas atas pemungutan PPN yang dilakukan
wajib dilaporkan dengan SPT Masa Pemungut PPN (1107 PUT) paling lama akhir bulan
berikutnya setelah masa pajak berakhir

151
Pasal 16B

FASILITAS DI BIDANG PPN


PAJAK TERUTANG TIDAK DIPUNGUT, DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PAJAK,
SEBAGIAN/SELURUHNYA SEMENTARA WAKTU/SELAMANYA

Pajak Masukan atas perolehannya dapat Pajak Masukan atas perolehannya tidak
dikreditkan dapat dikreditkan

Fasilitas PPN di Kawasan Bebas Impor dan atau penyerahan BKP


(Batam, Bintan, Karimun) Tertentu/JKP Tertentu

Fasilitas PPN di Kawasan Berikat selain Impor dan atau penyerahan BKP Tertentu
Kawasan Bebas yang bersifat Strategis
Proyek Pemerintah yang dananya berasal
dari hibah/bantuan luar negeri
Fasilitas dibebaskan atas Barang tertentu yang bersifat Strategis
PP 81 Tahun 2015 diubah dengan PP 48 Tahun 2020

Barang Kena Pajak tertentu yang bersifat strategis yang atas impornya
dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai meliputi:
• mesin dan peralatan pabrik yang merupakan satu kesatuan, baik dalam keadaan terpasang
maupun terlepas, yang digunakan secara langsung dalam proses menghasilkan Barang Kena
Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan Barang Kena Pajak tersebut, termasuk
yang atas impornya dilakukan oleh pihak yang melakukan pekerjaan konstruksi terintegrasi,
tidak termasuk suku cadang;
• barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang kelautan dan perikanan,
baik penangkapan maupun budidaya, sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran
Peraturan Pemerintah ini, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Pemerintah ini;
• jangat dan kulit mentah yang tidak disamak;
• ternak yang kriteria dan/atau rinciannya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah
mendapat pertimbangan dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pertanian;
• bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, atau perikanan;
• pakan ternak tidak termasuk pakan hewan kesayangan;
• pakan ikan;
• bahan pakan untuk pembuatan pakan ternak, dan pakan ikan, tidak termasuk imbuhan pakan
dan pelengkap pakan yang kriteria dan/atau rincian bahan pakan diatur dengan Peraturan
Menteri Keuangan setelah mendapat pertimbangan dari menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan, dan menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang pertanian;
• bahan baku kerajinan perak dalam bentuk perak butiran dan/atau dalam bentuk perak
batangan; dan
• liquified natural gas.
9/2/2022
154
Fasilitas dibebaskan atas Barang tertentu yang bersifat Strategis
PP 81 Tahun 2015 diubah dengan PP 48 Tahun 2020
Barang Kena Pajak tertentu yang bersifat strategis yang atas penyerahannya
dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai meliputi :
a. mesin dan peralatan pabrik yang merupakan satu kesatuan, baik dalam keadaan terpasang maupun terlepas, yang digunakan
secara langsung dalam proses menghasilkan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan Barang Kena
Pajak tersebut, termasuk yang atas perolehannya dilakukan oleh pihak yang melakukan pekerjaan konstruksi terintegrasi, tidak
termasuk suku cadang;
b. barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang kelautan dan perikanan, baik penangkapan maupun budidaya, sebagaimana
ditetapkan dalam Lampiran Peraturan Pemerintah ini, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini;
c. jangat dan kulit mentah yang tidak disamak;
d. ternak yang kriteria dan/atau rinciannya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah mendapat pertimbangan dari menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertanian;
e. bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, atau perikanan;
f. pakan ternak tidak termasuk pakan hewan kesayangan;
g. pakan ikan;
h. bahan pakan untuk pembuatan pakan ternak dan pakan ikan, tidak termasuk imbuhan pakan dan pelengkap pakan, yang kriteria
dan/atau rincian bahan pakan diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah mendapat pertimbangan dari menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan dan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertanian;
i. bahan baku kerajinan perak dalam bentuk perak butiran dan/atau dalam bentuk perak batangan;
j. unit hunian Rumah Susun Sederhana Milik yang perolehannya dibiayai melalui kredit/pembiayaan kepemilikan rumah bersubsidi
yang memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. luas untuk setiap hunian paling sedikit 21 m2 (dua puluh satu meter persegi) dan tidak melebihi 36 m2 (tiga puluh enam
meter persegi);
2. pembangunannya mengacu kepada peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pekerjaan
umum dan perumahan rakyat;
3. merupakan unit hunian pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat tinggal dan tidak dipindah tangankan dalam
jangka waktu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang rumah susun; dan
4. batasan terkait harga jual unit hunian Rumah Susun Sederhana Milik dan penghasilan bagi orang pribadi yang memperoleh
unit hunian Rumah Susun Sederhana Milik ditetapkan oleh Menteri Keuangan setelah mendapat pertimbangan dari menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat.
k. Listrik, termasuk biaya penyambungan listrik dan biaya beban listrik, kecuali untuk rumah dengan daya di atas 6.600 (enam ribu
enam ratus) Voltase Amper; dan
9/2/2022
l. liquified natural gas.
155
Impor & Penyerahan Dibebaskan PPN (1) (PP
146/2000)
• Senjata, amunisi, alat angkutan di air/udara, kendaraan lapis
baja, oleh PT PINDAD, untuk keperluan TNI dan POLRI
• Vaksin Polio dlm rangka pelaksanaan Program Pekan
Imunisasi Nasional (PIN).
• Buku-buku pelajaran umum, kitab suci, dan buku-buku
pelajaran agama.
• Kapal laut, kapal angkutan sungai yg digunakan oleh
Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional
• Pesawat udara dan suku cadang serta peralatan untuk
perbaikan yg digunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara
Niaga Nasional.
Impor & Penyerahan Dibebaskan PPN (2) (PP
146/2000)
• Kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk
perbaikan serta prasarana yg digunakan oleh PT Kereta Api
Indonesia.
• Peralatan yg digunakan untuk penyediaan data batas dan
photo udara wilayah Negara RI yg dilakukan oleh TNI.
• Rumah sederhana, rumah sangat sederhana, rumah susun
sederhana (khusus penyerahan)
Jasa dibebaskan dari PPN
• Jasa yang diterima oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional atau
Perusahaan Penangkapan Ikan Nasional yang meliputi
• Jasa yang diterima oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional
yang meliputi :
• Jasa perawatan/reparasi kereta api yang diterima oleh PT Kereta Api.
• Jasa yang diserahkan oleh kontraktor untuk pemborongan rumah yang
atas penyerahannya dibebaskan dari pengenaan PPN dan
pembangunan tempat yang semata-mata untuk keperluan ibadah;
• Jasa persewaan rumah susun sederhana, rumah sederhana.
• Jasa yang diserahkan oleh TNI dalam rangka tersedianya data batas
dan photo udara wilayah RI
PPN dibebaskan atas brg strategis
PP 12/2001 stdtd PP No.7 / 2007
• Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis adalah:
• barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik, baik dalam keadaan terpasang
maupun terlepas, tidak termasuk suku cadang;
• makanan ternak, unggas dan ikan dan/atau bahan baku untuk pembuatan
makanan ternak, unggas dan ikan;
• barang hasil pertanian;
• bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan,
penangkaran, atau perikanan;
• air bersih yang dialirkan melalui pipa oleh Perusahaan Air Minum; dan
• listrik, kecuali untuk perumahan dengan daya di atas 6.600 (enam ribu enam ratus)
watt;
PPN/PPn BM Dibebaskan
( 25/KMK.01/1998 )
Pembelian BKP / perolehan JKP yg dilakukan oleh:
•Perwakilan Negara Asing.
•Badan-badan Internasional yg
memperoleh kekebalan diplomatik, serta
pejabat-pejabat/tenaga ahlinya
Impor dibebaskan PPN & PPn
132/KMK.04/1999
• brg yg dimasukkan oleh anggota Perwakilan Negara Asing di
Indonesia atas dasar timbal balik.
• brg untuk keperluan Perwakilan Badan / Organisasi Internasional
beserta pejabatnya yg bertugas di Indonesia.
• brg yg merupakan hadiah / berdasarkan bantuan teknik kerja sama /
pemberian lain dg cuma-cuma dari pemerintah asing
• keperluan museum, kebun binatang, dan lain-lain yg terbuka untuk
umum.
• Peti / kemasan lain yg berisi jenazah / abu jenazah dg menunjukkan
Surat Keterangan Kematian dari pejabat yg berwenang di negara
tempat yg bersangkutan meninggal.
Impor dibebaskan PPN & PPn
132/KMK.04/1999
• brg pindahan tenaga kerja Indonesia yg bekerja di luar negeri, mahasiswa yg
belajar di luar negeri, PNS/TNI/
POLRI yg bertugas di luar negeri min 1 tahun
• brg bawaan :
Penumpang batas FOB USD 250.00 per orang / maksimum USD 1,000.00
untuk satu keluarga.
Awak sarana pengangkutan FOB USD 50.00 per orang.
• brg kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial, dan
kebudayaan.
• brg untuk keperluan LITBANG ilmu pengetahuan.
• brg untuk keperluan khusus tuna netra / cacat lainnya.
• brg oleh pemerintah pusat / daerah yg tunjukkan untuk kepentingan umum.
Kawasan Berikat

• Suatu bangunan/kawasan dg batas tertentu, yg di dlmnya


dilakukan kegiatan usaha
- pengolahan - pemeriksaan awal
- rancang bangun & akhir
- rekayasa - pengepakan
- penyortiran - pergudangan
• brg/bahan asal impor/dari daerah pabean
• Hasilnya terutama untuk ekspor
PPN & PPn BM tidak dipungut
291/KMK.05/1997 Jo KMK-292/KMK.01/1998
• Impor brg modal, peralatan pabrik, dan peralatan perkantoran
yg semata-mata dipakai oleh PKB termasuk PKB yg merangkap
sebagai PDKB
• Impor brg modal dan peralatan pabrik yg berhubungan
langsung dg kegiatan produksi PDKB yg semata-mata dipakai
di PDKB.
• Impor brg / bahan untuk diolah di PDKB.
• Pemasukan BKP dari Daerah Pabean Indonesia ke PDKB untuk
diolah lebih lanjut.
• Penyerahan brg hasil produksi PDKB kpd PDKB lainnya untuk
diolah lebih lanjut / dari PKP EPTE kpd PDKB.
PPN & PPn BM tidak dipungut
291/KMK.05/1997 Jo KMK-292/KMK.01/1998
• Penyerahan jasa dlm rangka melakukan pekerjaan sub kontrak kpd
PDKB oleh perusahaan industri di DPIL, PKP EPTE, / PDKB
lainnya.
• Peminjaman mesin / peralatan pabrik dlm rangka sub kontrak dari
PDKB kpd perusahaan industri di DPIL, PKP EPTE / PDKB lainnya
(max 24 bln).
• Penyerahan BKP dari Kawasan Berikat kpd pihak yg memperoleh
fasilitas pembebasan / penangguhan bea masuk, cukai, dan pajak
dlm rangka impor.
• Penyerahan brg hasil olahan produsen pengguna fasilitas Bapeksta
di DPIL utk diolah oleh PDKB.
• Pengeluaran mesin dan peralatan pabrik ke DPIL untuk direparasi
(lama maksimum 12 bulan)
Entrepot Produksi Tujuan Ekspor

• Suatu tempat/bagunan dr perusahaan industri dg batas


tertentu
• Di dlmnya diberlakukan ketentuankhusus di bidang pabean,
perpajakan, dan tata niaga impor
• Diperuntukan bagi pengolahan brg dan// bahan yg berasal
dari ; luar daerah pabean, kawasan berikat, EPTE lainnya, /
dari dlm Daerah Pabean Indonesia lainnya,
• Hasilnya terutama untuk ekspor
PPN & PPn BM Tidak Dipungut
PP 3 / 1996
• Impor brg modal dan peralatan pabrik yg berhubungan langsung dg
kegiatan produksi serta impor brg / bahan untuk diolah lebih lanjut oleh
PKP EPTE
• Pengeluaran mesin dan peralatan pabrik ke DPIL untuk direparasi yg
lama maksimumnya 12 bln
• Penyerahan BKP oleh produsen dari DPIL kepada PKP EPTE untuk
diolah lebih lanjut.
• Penyerahan jasa dalam rangka melakukan pekerjaan sub kontrak
kepada PKP EPTE oleh perusahaan industri di DPIL / PDKB / PKP EPTE
lainnya.
• Peminjaman mesin / peralatan pabrik dalam rangka sub kontrak dari PKP
EPTE kepada perusahaan industri di DPIL, PKP EPTE, / PDKB lainnya
(max 24 bulan).
• Penyerahan BKP antar PKP EPTE / dari PDKB kpd EPTE.
PPN & PPn BM Tidak Dipungut
PP NOMOR 42 TAHUN 1995
Proyek Pemerintah dg Dana Hibah / Pinjaman Luar Negeri atas :
• Impor BKP
• Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean
• Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean
• Penyerahan BKP/JKP
FASILITAS PPN KAWASAN BERIKAT
DAERAH INDUSTRI PULAU BATAM
TINJAUAN HISTORIS
• Kepmenkeu No. 47/KMK.01/1987, tanggal 26 Januari 1987 yang kemudian diubah dengan Kepmenkeu No.
548/KMK.04/1994 tanggal 7 Nopember 1994, mengatur tentang :
1). Memasukkan BKP dari luar daerah pabean (LN) ke KB daerah industri belum diperlakukan sebagai impor,
sehingga tidak terutang PPN/ PPnBM.
2). Memasukkan BKP dari daerah pabean Indonesia Lainnya mendapat fasilitas Pajak Yang Terutang Tidak
Dipungut.
3). Pengusaha di Kawasan Berikat Daerah Industri Pulau Batam yang menyerahkan produknya ke dalam
daerah pabean Indonesia lainnya di bebani dua kewajiban, yaitu :
a. Membayar PPN atas bahan yang ketika didatangkan dari LN belum diperlakukan sebagai impor,
sehingga tidak membayar PPN
b. Mengenakan dan memungut PPN/PPnBM apabila merupakan BKP yang tergolong mewah atau PPN
untuk penyerahan BKP lainnya dari pembeli BKP yang berada di daerah pabean Indonesia lainnya.
4). Penyerahan JKP dari daerah pabean Indonesia lainnya ke Kawasan Berikat Pulau Batam, tidak dikenakan
PPN. PP Nomor 39 Tahun 1998, tanggal 9 Maret 1998 yang pelaksanaannya mengalami lima kali penundaan.
Penundaan yang kelima dilakukan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2003.Tindak lanjut penundaan
kelima pelaksanaan PP Nomor 39 Tahun 1998, pada tanggal 31 Desember 2003 diterbitkan PP Nomor 63 Tahun
2003 tentang perlakuan PPN/ PPnBM di Kawasan Berikat (Bonded Zone) Daerah Industri Pulau Batam, mulai
berlaku 1 Januari 2004.
Peraturan Pelaksanaan Keputusan Menteri Keuangan No.
583/KMK.03/2003, tanggal 31 Desember 2003

1. PPN dan PPnBM tidak dipungut atas :


a. Penyerahan BKP kepada Pengusaha sepanjang BKP tersebut digunakan untuk
menghasilan BKP yang akan diekspor;
b. Impor BKP yang dilakukan oleh Pengusaha sepanjang BKP tersebut digunakan untuk
menghasilkan BKP yang akan diekspor.
2. Atas penyerahan BKP dan/atau Impor BKP selain dimaksud dalam huruf a dan atas
penyerahan JKP di/ke Kawasan Berikat Daerah Industri Pulau Batam, terutang PPN dan
PPnBM atau PPN yang pelaksanaannya dilaku kan secara bertahap sebagai berikut :
1). Tahap I : mulai 1 Januari 2004, PPN dan PPnBM dikenakan atas Impor atau
Penyerahan BKP berupa :
a).kendaraan bermotor berupa segala jenis kendaraan bermotor baik
beroda 2 (dua) atau lebih;
b).rokok dan hasil tembakau lainnya dan
c).minuman yang beralkohol.
2). Tahap II :mulai 1 Maret 2004, PPN dan PPnBM atau PPN
dikenakan atas impor atau penyerahan BKP berupa barang-barang elektronik yang
menggunakan tenaga baterai atau listrik.
3). Tahap selanjutnya pengenaan PPN dan PPnBM atau PPN atas
penyerahan BKP/JKP lainnya dilakukan dengan Keputusan Menkeu paling lama enam bulan.
4). Peraturan Pelaksanaan Pasal 16B UU PPN 1984, selain yang diatur dalam PP Nomor 63
Tahun 2000, tetap berlaku.

3. Atas pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabean, di dalam Kawasan
Berikat Daerah Industri Pulau Batam dikenakan PPN.
Dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 583/KMK.03/2003, antara lain di tetapkan bahwa :
a. Bagi PKP yang menyerahkan BKP memperoleh fasilitas, wajib mem buat faktur pajak yang
dibubuhi cap "PPN dan/atau PPnBM tidak di pungut sesuai PP Nomor 63 Tahun 2003".
b. Atas Impor BKP yang mendapatkan fasilitas, pejabat DJBC membu buhkan cap
sebagaimana huruf a di atas, pada setiap lembar PIB pada saat penyelesaian dokumen
impor.
c. Dalam hal BKP dimaksud ternyata tidak digunakan untuk menghasil kan BKP untuk
diekspor, maka PPN dan PPnBM atau PPN yang diberi fasilitas harus dibayar kembali ke Kas
Negara ditambah sanksi sesuai dengan ketentuan.
Kawasan Bebas

• Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, yang


selanjutnya disebut sebagai Kawasan Bebas, adalah suatu
kawasan yang berada dalam wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang terpisah dari Daerah Pabean
sehingga bebas dari pengenaan bea masuk, Pajak
Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan
cukai
PP No 2 tahun 2009
Pasal 4

• Pengusaha di Kawasan Bebas tidak perlu dikukuhkan


sebagai Pengusaha Kena Pajak.
• Penyerahan Barang di dalam Kawasan Bebas
dibebaskan dari pengenaan PPN.
PP No 2 tahun 2009
Pasal 5
• Pemasukan barang dari luar Daerah Pabean ke Kawasan
Bebas diberikan pembebasan bea masuk, pembebasan
PPN, tidak dipungut Pajak Penghasilan Pasal 22, dan/atau
pembebasan cukai.
Pemasukan Barang dari Tempat Lain Dalam Daerah
Pabean ke Kawasan Bebas dan Perlakuan Perpajakan (Psl
14 PP No 2 Th 2009)

• Pemasukan Barang dari tempat lain dalam Daerah


Pabean ke Kawasan Bebas melalui pelabuhan atau
bandar udara yang ditunjuk tidak dipungut PPN
• Pemasukan Barang dari tempat lain dalam Daerah
Pabean ke Kawasan Bebas yang tidak melalui
pelabuhan atau bandar udara yang ditunjuk, dipungut
PPN dan/atau cukai.
Pengeluaran Barang dari Kawasan Bebas ke Tempat Lain Dalam
Daerah Pabean dan Perlakuan Perpajakan
(psl 15 PP 2 Th 2009)

• Barang asal luar Daerah Pabean yang akan dikeluarkan dari


Kawasan Bebas ke tempat lain dalam Daerah Pabean wajib dilunasi
bea masuk, PPN, Pajak Penghasilan Pasal 22, dan/atau cukai.
• Barang asal Kawasan Bebas dan tempat lain dalam Daerah Pabean
yang akan dikeluarkan dari Kawasan Bebas ke tempat lain dalam
Daerah Pabean, wajib dilunasi PPN dan/atau cukai.
• Pelunasan PPN atas pengeluaran barang dilakukan oleh Orang
yang mengeluarkan barang.
PEMASUKAN BARANG DARI KAWASAN BEBAS LAINNYA
KAWASAN BEBAS DAN PENGELUARAN BARANG DARI
KAWASAN BEBAS KE KAWASAN BEBAS LAINNYA
(Pasal 17 PP No.2 Th 2009)

• Pemasukan barang dari Kawasan Bebas lainnya ke


Kawasan Bebas diberikan pembebasan bea masuk,
pembebasan PPN, tidak dipungut Pajak Penghasilan
Pasal 22, dan/atau pembebasan cukai.

@mk
Latar Belakang
Penyelarasan antara Objek PPN dan Pajak Daerah agar tidak terjadi
pengenaan pajak berganda antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah sehingga tercipta keadilan dan kepastian hukum.

Penyelarasan antara
Keadilan Kepastian Hukum
Objek PPN dan Pajak Daerah
Dasar Hukum

Pasal 4A Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang


Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah s.t.d.t.d Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan
Perpajakan
Bukan Objek PPN

Barang Jasa
meliputi: meliputi :
Makanan dan minuman ▪ jasa kesenian dan
yang disajikan hiburan
▪ di hotel ▪ jasa perhotelan
▪ restoran, rumah Barang Jasa ▪ jasa penyediaan
makan, warung dan tempat parkir
sejenisnya; atau ▪ jasa boga atau
▪ oleh Pengusaha boga katering
atau katering
Makanan dan Minuman
Makanan dan Minuman

Tidak dikenai PPN atas penyerahan makanan dan minuman yang:

Disajikan di restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya yang


menyediakan layanan penyajian makanan dan/atau minuman yang paling
sedikit berupa penyediaan fasilitas meja, kursi, dan/atau peralatan makan
dan minum baik yang dikonsumsi di tempat atau tidak.

Diserahkan oleh Pengusaha jasa boga atau katering yang paling sedikit
melakukan kegiatan pelayanan:
▪ proses penyediaan bahan baku dan bahan setengah jadi, pembuatan,
penyimpanan, serta penyajian berdasarkan pesanan;
▪ penyajian di lokasi yang diinginkan oleh pemesan dan berbeda
dengan lokasi dimana proses pembuatan dan penyimpanan
dilakukan; dan
▪ penyajian dilakukan dengan atau tanpa peralatan dan petugasnya.
Makanan dan Minuman

Dikenai PPN atas penyerahan makanan dan minuman yang disajikan oleh:

Pengusaha toko swalayan dan sejenisnya yang tidak semata-


mata menjual makanan dan/atau minuman;

Pengusaha pabrik makanan dan/atau minuman; atau

Pengusaha penyedia fasilitas yang kegiatan usaha utamanya


menyediakan pelayanan jasa menunggu pesawat (lounge) pada
bandar udara.
Jasa Kesenian & Hiburan
Jasa Kesenian dan Hiburan
Tidak Dikenai PPN Dikenai PPN
• tontonan film/tontonan audio visual • kegiatan pelayanan penyediaan tempat/ruang
• pergelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana dan/atau peralatan dan perlengkapan untuk
• kontes kecantikan permainan golf; dan
• kontes binaraga • penyerahan jasa digital berupa penayangan
• pameran (streaming) film atau audio visual lainnya
• pertunjukan sirkus, akrobat, dan sulap melalui saluran internet atau jaringan
• pacuan kuda dan perlombaan kendaraan bermotor elektronik.
• permainan ketangkasan
• olahraga permainan dengan menggunakan tempat/ruang
dan/atau peralatan dan perlengkapan untuk olahraga dan
kebugaran
• rekreasi wahana air, wahana ekologi, wahana pendidikan,
wahana budaya, wahana salju, wahana permainan,
pemancingan, agrowisata, dan kebun binatang
• panti pijat dan pijat refleksi
• diskotek, karaoke, kelab malam, bar, dan mandi uap atau
perawatan dengan air (spa)
Jasa Perhotelan
Jasa Perhotelan
Tidak Dikenai PPN
jasa penyewaan kamar
• jasa penyediaan akomodasi
• penyediaan fasilitas penunjang yang terkait secara langsung dengan jasa
penyewaan kamar (room service, air conditioning, binatu, extrabed, fixture,
telepon, safety box, internet, televisi satelit/kabel, dan minibar)
• penyediaan fasilitas yang terkait secara langsung dengan kegiatan jasa
penyewaan kamar dan hanya diperuntukkan bagi tamu yang menginap, (fasilitas
olah raga dan hiburan, fotokopi, teleks, faksimile, dan transportasi hotel);

jasa penyewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan; dan

di hotel, hostel, vila, pondok wisata, motel, losmen, wisma pariwisata,


pesanggrahan, rumah penginapan/guesthouse/bungalo/resort/cottage,
tempat tinggal pribadi yang difungsikan sebagai hotel, dan perkemahan
mewah (glamping).
Jasa Perhotelan
Dikenai PPN

jasa penyewaan ruangan untuk selain kegiatan acara atau pertemuan di hotel
hostel, vila, pondok wisata, motel, losmen, wisma pariwisata, pesanggrahan,
rumah penginapan dan sejenisnya, tempat tinggal pribadi yang difungsikan
sebagai hotel, atau perkemahan mewah (penyewaan ruangan untuk ATM, kantor,
perbankan, restoran, tempat hiburan, karaoke, apotek, toko retail, dan klinik).

jasa penyewaan unit dan/atau ruangan, termasuk tambahannya serta fasilitas


penunjang terkait lainnya, di apartemen, kondominium, dan sejenisnya
didasarkan atas izin usahanya.

jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh


pengelola jasa perhotelan.
Jasa Penyediaan Tempat Parkir
Jasa Penyediaan Tempat Parkir

Tidak Dikenai PPN


meliputi:
• penyediaan atau penyelenggaraan tempat parkir
• pelayanan memarkirkan kendaraan (parkir valet)

Dikenai PPN
jasa pengelolaan tempat parkir
PMK-71/PMK.03/2022

5
PPN atas Penyerahan
Jasa
Kena
Pajak
Tertentu
Latar Belakang PMK

1 Kemudahan Keadilan

bagi Pengusaha Kena Pajak yang menyerahkan Jasa Kena Pajak (JKP) tertentu.
Kepastian
hukum

2
Penyesuaian terhadap ketentuan yang diatur dalam:
a. PMK No. 75/PMK.03/2010 Tentang Nilai Lain Sebagai Dasar Pengenaan Pajak sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan PMK No. 121/PMK.03/2015;
b. Pasal 8 PMK No. 92/PMK.02/2020 tentang Kriteria dan/atau Rincian Jasa Keagamaan yang Tidak Dikenai Pajak
Pertambahan Nilai (PMK-92/2020); dan
c. Pasal 13 ayat (5) huruf b dan Pasal 16 ayat (4) huruf b PMK No. 6/PMK.03/2021 tentang Penghitungan dan
Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai serta Pajak Penghasilan atas Penyerahan/Penghasilan sehubungan dengan
Penjualan Pulsa, Kartu Perdana, Token, dan Voucer (PMK-6/2021)
Dasar Hukum
Pasal 16G huruf i Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang
Harmonisasi Peraturan Perpajakan

“Ketentuan lebih lanjut mengenai jumlah peredaran usaha tertentu, jenis


kegiatan usaha tertentu, jenis Barang Kena Pajak tertentu, jenis Jasa Kena
Pajak tertentu, dan besaran Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut dan disetor
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9A ayat (1), diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan.”
Besaran Tertentu

Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan 5 Jasa Kena Pajak


tertentu wajib memungut dan menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai yang
terutang dengan besaran tertentu.
DPP Nilai Lain VS Besaran Tertentu

Penyerahan JKP: Rp1.000.000 Penyerahan JKP: Rp1.000.000


DPP berupa Nilai Lain sebesar 10% Besaran tertentu sebesar 1,1%

Maka: Maka:
DPP: 10% x Rp1.000.000=Rp100.000 DPP: Rp1.000.000
PPN: 11% x Rp100.000=Rp11.000 PPN: 1,1% x Rp1.000.000=Rp11.000

Penjual dapat mengkreditkan PM Penjual tidak dapat mengkreditkan PM


Jasa
pengiriman
paket pos
1,1%
dari jumlah yang
ditagih atau yang
seharusnya ditagih
Jasa biro perjalanan
wisata dan/atau jasa
agen perjalanan wisata
berupa paket wisata, pemesanan sarana angkutan, dan
pemesanan sarana akomodasi, yang penyerahannya
tidak didasari pada pemberian komisi/imbalan atas
penyerahan jasa perantara penjualan

1,1%
dari jumlah yang
ditagih atau yang
seharusnya ditagih
Jasa pengurusan
transportasi
(freight forwarding)
yang di dalam tagihan jasa pengurusan transportasi
tersebut terdapat biaya transportasi (freight charges)*.

1,1%
dari jumlah yang
ditagih atau yang
seharusnya ditagih

* Freight charges dapat berupa biaya transportasi dengan menggunakan


moda angkutan berupa pesawat, kapal, kereta api, dan/atau angkutan
di jalan.
Jasa pemasaran dengan media voucer, jasa
penyelenggaraan layanan transaksi pembayaran
terkait dengan distribusi voucer, jasa
penyelenggaraan program loyalitas dan
penghargaan pelanggan (consumer
loyalty/reward program)
dalam hal penyerahannya tidak didasari pada
pemberian komisi dan tidak terdapat selisih (margin)

1,1% dari Harga Jual


voucer
Jasa perjalanan ke tempat
lain dalam perjalanan
ibadah keagamaan
Jika tagihan paket penyelenggaraan perjalanan ibadah
keagamaan dan tagihan paket penyelenggaraan
perjalanan ke tempat lain:

dirinci tidak dirinci

1,1%
jumlah yang jumlah yang
ditagih/seharusnya
ditagih 0.55% ditagih/seharusnya
ditagih
Jika Tarif PPN 12% Berlaku
Tarif Pajak Pertambahan Nilai yaitu sebesar 12% (dua belas persen) yang mulai berlaku paling lambat pada
tanggal 1 Januari 2025 (Pasal 7 ayat (1) huruf b UU HPP)
Ringkasan Besaran Tertentu Efektif mulai 1 Januari 2025
Jasa pengiriman paket pos 1,1% → 1,2% Jasa perjalanan ke tempat lain 1,1%→ 1,2%
dalam perjalanan ibadah
Jasa biro perjalanan wisata 1,1% → 1,2%
keagamaan dengan tagihan dirinci
dan/atau jasa agen perjalanan
wisata
Jasa perjalanan ke tempat lain 0,55%→0.6%
Jasa pengurusan transportasi 1,1% → 1,2%
dalam perjalanan ibadah
(freight forwarding) keagamaan dengan tagihan yang
Jasa pemasaran dengan media 1,1% → 1,2% tidak dirinci
voucer, jasa penyelenggaraan
layanan transaksi pembayaran
terkait dengan distribusi voucer,
jasa penyelenggaraan program
loyalitas dan penghargaan
pelanggan (consumer
loyalty/reward program)
Ketentuan Lain-Lain

Pengkreditan PM
PKP tidak dapat mengkreditkan Pajak
Masukan yang berhubungan dengan
penyerahan JKP Tertentu.

Kode Faktur Pajak 05


Faktur Pajak yang diterbitkan PKP yang
menyerahkan 5 JKP tertentu menggunakan
kode transaksi 05
PMK Nomor 64/PMK.03/2022
Pajak Pertambahan Nilai atas
Penyerahan Barang Hasil Pertanian Tertentu
OUTLINE

1 Latar Belakang
2 Objek
3 Besaran tertentu untuk Menghitung PPN terutang
4 Ketentuan Penggunaan Besaran Tertentu
5 Pengkreditan Pajak Masukan
6 Penunjukan sebagai Pemungut PPN
7 Faktur Pajak
8 Ketentuan Peralihan
LATAR BELAKANG

• Menyesuaikan ketentuan mengenai penyerahan


Barang Hasil Pertanian tertentu sebagaimana
diatur dalam PMK 89/PMK.010/2020 akibat
adanya perubahan tarif PPN berdasarkan Pasal 7
ayat (1) UU PPN

• Mengatur mengenai pemungutan dan


penyetoran PPN dengan Besaran tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9A ayat (1)
UU PPN atas Penyerahan Barang Hasil Pertanian
tertentu
OBJEK

Barang Hasil Pertanian Tertentu


(BHPT) sebagaimana yang
tercantum dalam Lampiran PMK
BESARAN TERTENTU UNTUK
MENGHITUNG PPN TERUTANG

1,1% 1,2 %
dari Harga Jual dari Harga Jual
mulai 1 April 2022 paling lambat 1 Januari 2025

diperoleh dari:
10% dari Tarif PPN yang berlaku dikalikan Harga Jual
KETENTUAN PENGGUNAAN
BESARAN TERTENTU

PKP dapat menggunakan Besaran Tertentu BHPT untuk


memungut dan menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai yang
terutang dengan menyampaikan pemberitahuan (sesuai
format yang tercantum dalam lampiran PMK ini)

Pemberitahuan disampaikan paling lambat pada saat batas


waktu penyampaian SPT Masa PPN Masa Pajak pertama
dimulainya penggunaan besaran tertentu PPN terutang atas
penyerahan BHPT
KETENTUAN PENGGUNAAN
BESARAN TERTENTU
PKP yang telah memilih menggunakan Besaran Tertentu dapat beralih
untuk memungut PPN yang terutang dengan tarif sebagaimana diatur
dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai dengan
menyampaikan pemberitahuan (sesuai format yang tercantum dalam
lampiran PMK ini)

Pemungutan dengan tarif sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (1) UU


PPN hanya dapat dilakukan di Masa Pajak pertama setelah berakhirnya
Tahun Pajak yang menggunakan besaran tertentu

PKP yang beralih sebagaimana dimaksud diatas, tidak dapat


menggunakan kembali Besaran Tertentu untuk masa-masa dan
tahun-tahun pajak berikutnya
Pengkreditan Pajak Masukan

Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak


dan/atau Jasa Kena Pajak, impor Barang Kena
Pajak, serta pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak
berwujud dan pemanfatan Jasa Kena Pajak dari
luar daerah pabean di dalam daerah pabean
sehubungan dengan kegiatan penyerahan
barang hasil pertanian tertentu tidak dapat
dikreditkan
Penunjukan sebagai Pemungut
PPN

Badan Usaha Industri yang melakukan


pengolahan barang hasil pertanian, perkebunan,
dan kehutanan yang memperoleh barang hasil
pertanian tertentu dari PKP yang menggunakan
besaran tertentu, ditunjuk sebagai pemungut
PPN
Faktur Pajak
PKP wajib menerbitkan Faktur
Pajak (FP) saat penyerahan Barang
Hasil Pertanian tertentu

PKP yang memungut dan menyetorkan PPN terutang


atas penyerahan BHP Tertentu dengan Besaran Tertentu
wajib menerbitkan Faktur Pajak (FP) sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kode Nomor Seri Faktur Pajak


▪ 03 : diterbitkan oleh PKP yang melakukan penyerahan Barang
Hasil Pertanian Tertentu dengan besaran tertentu kepada
Pemungut PPN lainnya (selain pemungut instansi Pemerintah).
▪ 05 : diterbitkan oleh PKP yang melakukan penyerahan Barang
Hasil Pertanian Tertentu dengan menggunakan besaran
tertentu kepada selain pemungut PPN
KETENTUAN PERALIHAN

PKP yang menyerahkan BHP Tertentu menggunakan


Nilai Lain sesuai PMK 89/PMK.010/2020 dianggap
memilih menggunakan Besaran Tertentu BHPT dan
dianggap telah menyampaikan pemberitahuan

PKP dapat beralih untuk memungut Pajak


Pertambahan Nilai yang terutang dengan
mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7 ayat (1) Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai
dengan Harga Jual, peralihan tersebut mengikuti
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
Peraturan Menteri ini
LAIN-LAIN

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, PMK


nomor 89/PMK.010/2020 tentang Nilai Lain sebagai
Dasar Pengenaan Pajak atas Penyerahan Barang Hasil
Pertanian Tertentu, dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal


1 April 2022
ILUSTRASI KASUS I
Pada tanggal 6 Mei 2022, PT Hindo Gula Jaya yang memilih untuk menggunakan besaran tertentu BHPT melakukan
penyerahan Batang Tebu sebanyak 70 Ton ke perusahaan-perusahaan gula. Apabila harga per tonnya adalah Rp
720.000. Berapa PPN Terutang atas penyerahan Batang Tebu tersebut?

Berdasarkan PMK Nomor 64/PMK.03/2022, Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan penyerahan barang hasil
pertanian tertentu dapat menggunakan besaran tertentu untuk memungut dan menyetorkan PPN yang terutang. Tata
cara perhitungannya adalah:

PPN BHPT = 1,1% x Harga Jual

Dengan demikian, perhitungan PPN atas transaksi tersebut adalah:


Dasar Pengenaan Pajak = 70 Ton x Rp 720.000
= Rp 50.400.000,-

PPN Terutang = 1,1% x Rp 52.500.000,-


= Rp 554.400,-
ILUSTRASI KASUS II
PT Coffeekoe merupakan perusahaan yang bergerak di industri pengolahan kopi. Pada Bulan Juni 2022 dilakukan
penyerahan biji kopi kering dengan nilai penyerahan sebesar Rp 546.000.000 dan biji kopi sangrai sebesar Rp
450.000.000. Berapakah PPN yang terutang atas penyerahan tersebut apabila PT Coffeekoe memilih untuk
menggunakan besaran tertentu dalam menghitung PPN yang terutang

Berdasarkan PMK Nomor 64/PMK.03/2022, dijelaskan bahwa biji kopi kering dan kopi sangrai masuk dalam rincian
barang hasil pertanian tertentu kena PPN. Tata cara perhitungannya adalah:

PPN BHPT = 1,1 %x Harga Jual

Dengan demikian, perhitungan PPN atas transaksi tersebut adalah:


Dasar Pengenaan Pajak = Nilai penyerahan bii kopi kering + Nilai penyerahan kopi sangrai
= Rp 546.000.000 + Rp 450.000.000
= Rp 996.000.000

PPN Terutang = 1,1% x Rp 996.000.000


= Rp 10.956.000
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS PENYERAHAN
KENDARAAN BERMOTOR BEKAS

PMK-65/PMK.03/2022
Latar Belakang dan Tujuan

Latar Belakang
Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16G huruf i UU PPN (Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983
tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi
Peraturan Perpajakan).
Tujuan
❖ Memberikan kemudahan dan kesederhanaan serta kepastian
hukum dan keadilan dalam pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) atas penyerahan kendaraan bermotor bekas.
❖ Penggantian Peraturan Menteri Keuangan Nomor
79/PMK.03/2010 tentang Pedoman Penghitungan Pengkreditan
Pajak Masukan bagi Pengusaha Kena Pajak yang Melakukan
Kegiatan Usaha Tertentu karena belum dapat menampung
perubahan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
sehingga perlu diganti.
Objek PPN dan PKP yang Wajib Menerapkan

Objek PPN:
Penyerahan kendaraan bermotor bekas

Bukan BKP berupa aktiva yang menurut


tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan
cfm. Pasal 16D UU PPN.

PKP yang Wajib Menerapkan:


Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan usaha
tertentu berupa penyerahan kendaraan bermotor bekas
wajib memungut dan menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai
yang terutang atas penyerahan kendaraan bermotor bekas
dengan besaran tertentu.
Pedagang yang melakukan penyerahan kendaraan bermotor
bekas.
Besaran Tertentu PPN

Tarif:
1,1% dari Harga Jual * → mulai tanggal 1 April 2022

1,2% dari Harga Jual ** → mulai berlaku pada saat diberlakukannya


penerapan tarif PPN cfm. Pasal 7 ayat (1) huruf b UU PPN (paling lambat
tanggal 1 Januari 2025)

Dasar Pengenaan Pajak:


Harga Jual, tidak termasuk PPN.

Diperoleh dari hasil perkalian:


* 10% x tarif PPN cfm. Pasal 7 ayat (1) huruf a UU PPN x Harga Jual
** 10% x tarif PPN cfm. Pasal 7 ayat (1) huruf b UU PPN x Harga Jual
PPN atas Penyerahan BKP Lainnya dan/atau JKP
Dalam hal PKP yang melakukan kegiatan usaha tertentu berupa penyerahan kendaraan bermotor bekas juga
melakukan penyerahan BKP lainnya dan/atau Jasa Kena Pajak, pemungutan PPN yang terutang atas
penyerahan BKP lainnya dan/atau JKP tersebut dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan.

Contoh 1: Contoh 2:
Tuan A melakukan penyerahan kendaraan PT B melakukan penyerahan kendaraan
bermotor bekas dan BKP lainnya berupa bermotor bekas dan JKP berupa jasa
aksesori kendaraan bermotor. perbaikan dan perawatan kendaraan
Dengan demikian: bermotor.
a. atas penyerahan kendaraan bermotor Dengan demikian:
bekas, Tuan A wajib memungut dan a. atas penyerahan kendaraan bermotor
menyetorkan PPN yang terutang dengan bekas, PT B wajib memungut dan
besaran tertentu; dan menyetorkan PPN yang terutang dengan
b. atas penyerahan aksesori kendaraan besaran tertentu; dan
bermotor, Tuan A wajib memungut PPN b. atas penyerahan jasa perbaikan dan
sesuai dengan ketentuan peraturan perawatan kendaraan bermotor, Tuan
perundang-undangan di bidang A wajib memungut PPN sesuai dengan
perpajakan. ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan.
Pengkreditan Pajak Masukan
❖ Pajak Masukan atas perolehan BKP dan/atau JKP,
impor BKP, serta pemanfaatan BKP tidak berwujud
dan/atau pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di
dalam Daerah Pabean, yang berhubungan dengan
Tidak dapat dikreditkan
penyerahan kendaraan bermotor bekas oleh PKP
yang melakukan kegiatan usaha tertentu berupa
penyerahan kendaraan bermotor bekas.

❖ PKP kendaraan bermotor bekas yang dalam suatu


Masa Pajak melakukan:
• penyerahan yang terutang PPN dan Pajak Penentuan Pajak Masukan
Masukan yang berkenaan dengan penyerahan yang dapat dikreditkan
dimaksud dapat dikreditkan; dan dilaksanakan berdasarkan
• penyerahan yang terutang PPN dan Pajak ketentuan Pasal 9 ayat (5)
Masukan yang berkenaan dengan penyerahan dan ayat (6) UU PPN.
dimaksud tidak dapat dikreditkan dan/atau
penyerahan yang tidak terutang PPN.
Formulir SPT Masa PPN yang Digunakan

Mulai Masa Pajak April 2022 Sebelum Masa Pajak April 2022

Dalam hal PKP eks PMK-79/PMK.03/2010


melakukan penyampaian atau pembetulan
SPT Masa PPN.
SPT Masa PPN 1111

SPT Masa PPN 1111 DM


PMK yang Dicabut dan Dinyatakan Tidak Berlaku

❖ Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/PMK.03/2010 tentang Pedoman


Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan bagi Pengusaha Kena Pajak yang Melakukan
Kegiatan Usaha Tertentu .

Saat PMK Mulai Berlaku

❖ Tanggal 1 April 2022.


Pokok-pokok Perubahan (1/2)
Substansi PMK-79/PMK.03/2010 PMK-65PMK.03/2022
Judul PMK. Pedoman Penghitungan PPN atas Penyerahan Kendaraan Bermotor Bekas.
Pengkreditan Pajak Masukan bagi
PKP yang Melakukan Kegiatan Usaha
Tertentu.
Dasar hukum Pasal 9 ayat (7b) UU PPN. Pasal 16G huruf i UU PPN.
pembentukan PMK.

PKP yang dapat PKP yang semata-mata melakukan PKP pedagang kendaraan bermotor bekas yang melakukan
menerapkan. penyerahan kendaraan bermotor kegiatan usaha tertentu berupa penyerahan kendaraan bermotor
bekas secara eceran. bekas.
→ Seluruhnya atau sebagian.
→ Bukan merupakan penyerahan cfm. Pasal 16D UU PPN.
Pajak Keluaran yang Menggunakan tarif PPN 10% x DPP Menggunakan besaran tertentu PPN sebesar 10% x tarif PPN
dipungut. (peredaran usaha). cfm. Pasal 7 ayat (1) UU PPN x Harga Jual.
→ Dengan deemed Pajak Masukan → Tarif efektif:
sebesar 90% dari Pajak Keluaran • 1,1% x Harga Jual, yang mulai berlaku pada tanggal 1 April
maka tarif efektifnya sebesar 1% x 2022; dan
DPP. • 1,2% x Harga Jual, yang mulai berlaku pada saat
diberlakukannya penerapan tarif PPN cfm. Pasal 7 ayat (1)
huruf b UU PPN.
→ Tidak diperkenankan menggunakan besaran tertentu PPN cfm.
PMK mengenai PPN atas penyerahan BKP/JKP oleh PKP yang
mempunyai peredaran usaha dalam 1 (satu) tahun buku tidak
melebihi jumlah tertentu. www.pajak.go.id
Pokok-pokok Perubahan (2/2)
Substansi PMK-79/PMK.03/2010 PMK-65/PMK.03/2022
Pajak Masukan yang Dikreditkan dengan menggunakan Tidak dapat dikreditkan.
berhubungan dengan deemed Pajak Masukan sebesar 90% Apabila PKP melakukan:
penyerahan kendaraan dari Pajak Keluaran ▪ penyerahan yang terutang PPN dan Pajak Masukan yang
bermotor bekas. berkenaan dengan penyerahannya dapat dikreditkan; dan
▪ penyerahan yang terutang PPN dan Pajak Masukan yang
berkenaan dengan penyerahannya tidak dapat dikreditkan
dan/atau penyerahan yang tidak terutang PPN,
penentuan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dilaksanakan
berdasarkan ketentuan Pasal 9 ayat (5) dan ayat (6) UU PPN.
Perlakuan atas Mengikuti ketentuan umum, Mengikuti ketentuan umum, termasuk PMK mengenai PPN atas
penyerahan BKP selain termasuk PMK-74/PMK.03/2010. penyerahan BKP dan/atau JKP oleh PKP yang mempunyai
kendaraan bermotor peredaran usaha dalam 1 (satu) tahun buku tidak melebihi jumlah
bekas dan JKP. tertentu.
SPT Masa PPN yang Formulir 1111 DM. ▪ Formulir 1111, mulai Masa Pajak April 2022.
digunakan. ▪ Dalam hal PKP eks PMK-74/2010 melakukan penyampaian atau
pembetulan SPT Masa PPN untuk Masa Pajak sebelum Masa
Pajak April 2022 → menggunakan SPT Masa PPN Formulir 1111
DM.
Contoh kasus. (Tidak diatur). Diberikan contoh kasus dalam Lampiran RPMK.

Saat mulai berlaku Tanggal 1 April 2010. Tanggal 1 April 2022.

www.pajak.go.id
PMK-62/PMK.03/2022
Latar Belakang

➢ Menyesuaikan ketentuan mengenai Nilai Lain


sebagai DPP atas penyerahan LPG Tertentu oleh
Badan Usaha sebagaimana diatur dalam
PMK-220/PMK.03/2020 akibat adanya perubahan
tarif PPN berdasarkan Pasal 7 ayat (1) UU PPN.

➢ Mengatur mengenai pemungutan dan penyetoran


PPN dengan besaran tertentu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9A ayat (1) UU PPN atas
penyerahan LPG Tertentu oleh Agen dan
Pangkalan.
Pengertian

Liquefied Petroleum Gas (LPG)


Tertentu
LPG yang merupakan bahan bakar yang mempunyai
ELPIJI
kekhususan karena kondisi tertentu seperti
penggunanya/penggunaannya, kemasannya, volume
NETTO: 3 kg BERAT KOSONG: 5,0 kg
DIPRODUKSI OLEH PERTAMINA - JAKARTA

dan/atau harganya yang masih harus diberikan subsidi

Pengguna Rumah Tangga, Pelaku Usaha Mikro, dan Nelayan Kecil


[Pasal 3 ayat (1) Perpres Nomor 104 Tahun 2007 jo. Pasal 2 Perpres Nomor 126 Tahun 2015]

Tabung Berat Isi 3 Kilogram Substitusi Penggunaan Minyak Tanah


[Pasal 1 angka 2 & Pasal 2 Perpres Nomor 104 Tahun 2007] [Pasal 2 Perpres Nomor 104 Tahun 2007]

Terdapat Bagian Harga Disubsidi Barang Penting


[Pasal 7 Perpres Nomor 104 Tahun 2007 jo. Pasal 9 Perpres Nomor 126 Tahun 2015 [Pasal 2 ayat (6) huruf b butir 3 Perpres Nomor 71 Tahun
jo. Permen ESDM Nomor 28 Tahun 2008 jo. Pasal 6 & 7 PMK Nomor 116 Tahun 2015 s.t.d.d. Pepres Nomor 59 Tahun 2020]
2016]
Pokok Pengaturan
OBJEK DPP PPN PPN TERUTANG Saat Pembuatan FP Pengkreditan PM

PPN dibayar Saat pengajuan


Bagian harga disubsidi Nilai Subsidi Tarif PPN x DPP
Pemerintah pembayaran subsidi

Bagian harga tidak PPN dibayar


disubsidi pembeli
Nilai Lain:
➢ Pajak Masukan
100 bagi Badan Usaha
Penyerahan oleh Badan Usaha x HJE Tarif PPN x DPP
(100 + 𝑡) (Pertamina) dapat
dikreditkan;

Besaran tertentu: Saat penyerahan LPG


Penyerahan oleh Agen Tertentu, atau saat
• 1,1/101,1 mulai 1 April 2022; dan
• 1,2/101,2 dalam hal tarif PPN 12%, pembayaran, dalam hal ➢ Pajak Masukan
dari selisih lebih antara HJE dan Harga Jual Agen pembayaran mendahului bagi Agen/
penyerahan. Pangkalan tidak
Besaran tertentu: dapat dikreditkan.
Penyerahan oleh Pangkalan • 1,1/101,1 mulai 1 April 2022; dan
• 1,2/101,2 dalam hal tarif PPN 12%,
dari selisih lebih antara HJ Agen dan HJ Pangkalan

Aturan sebelumnya (PMK-220/2020):


Penyerahan LPG Tertentu oleh Agen dan Pangkalan menggunakan Nilai Lain sebagai DPP, serta Pajak Masukan tidak dapat dikreditkan.
Contoh 1
Penyerahan pada titik serah Badan
Usaha

Pada tanggal 12 April 2022, PT Pertamina (Persero) sebagai badan usaha yang mendapat
penugasan dari Pemerintah untuk melaksanakan kegiatan penyediaan dan pendistribusian
LPG Tertentu menyerahkan 15.000 tabung LPG Tertentu kepada PT ABC yang telah ditunjuk
oleh PT Pertamina (Persero) sebagai Agen.

Harga Jual Eceran yang berlaku pada tanggal penyerahan sebesar Rp12.750,00 per tabung.

Maka atas penyerahan tersebut terutang Pajak Pertambahan Nilai dengan penghitungan
sebagai berikut:
• Dasar Pengenaan Pajak = 15.000 x 100/111 x Rp12.750,00
= Rp172.297.297,29
• PPN terutang = 11% x Rp172.297.297,29
= Rp18.952.702,00
Contoh 2
Penyerahan pada titik serah
Agen

Pada tanggal 15 April 2022, PT ABC selaku Agen, menyerahkan 5.000 tabung LPG Tertentu
kepada CV XYZ yang telah ditunjuk oleh PT ABC sebagai Pangkalan.

Harga Jual Agen sebesar Rp14.000,00 per tabung. Harga Jual Eceran yang berlaku sebesar
Rp12.750,00 per tabung. Dalam hal ini PT ABC telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak

Maka atas penyerahan tersebut terutang Pajak Pertambahan Nilai dengan penghitungan
sebagai berikut:
PPN terutang = 5.000 x 1,1/101,1 x (Rp14.000,00 – Rp12.750,00)
= Rp68.001,00

PPN terutang sebesar Rp68.001,00 (enam puluh delapan ribu satu rupiah) sudah termasuk
dalam selisih lebih antara Harga Jual Agen dan Harga Jual Eceran.
Contoh 3
Penyerahan pada titik serah
Pangkalan

Pada tanggal 20 April 2022, CV XYZ selaku Pangkalan, menyerahkan tabung LPG Tertentu
secara eceran 1 tabung kepada konsumen akhir.

Harga Jual Pangkalan sebesar Rp15.500,00 per tabung. Harga Jual Agen atas perolehan LPG
Tertentu tersebut sebesar Rp 14.000,00. Dalam hal ini CV XYZ telah dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak

Maka atas penyerahan tersebut terutang Pajak Pertambahan Nilai dengan penghitungan
sebagai berikut:
PPN terutang = 1 x 1,1/101,1 x (Rp15.500,00 – Rp14.000,00)
= Rp16,00

PPN terutang sebesar Rp16,00 (enam belas rupiah) sudah termasuk dalam selisih lebih antara
Harga Jual Pangkalan dan Harga Jual Agen.
Faktur Pajak
atas penyerahan LPG tertentu oleh Agen dan Pangkalan

A A. KODE & NO SERI FAKTUR PAJAK

Kode Transaksi : 05
yaitu kode untuk penyerahan Barang Kena Pajak menggunakan
besaran tertentu.
Kode status dan nomor seri Faktur Pajak
diisi sesuai dengan ketentuan yang mengatur mengenai tata
cara pembuatan Faktur Pajak.

B. DASAR PENGENAAN PAJAK


Diisi dengan Dasar Pengenaan Pajak yaitu:
• pada titik serah Agen, sebesar selisih lebih antara Harga Jual
Agen dan Harga Jual Eceran;
• pada titik serah Pangkalan, sebesar selisih lebih antara Harga
Jual Pangkalan dan Harga Jual Agen.

C. PPN
B
C Diisi dengan jumlah Pajak Pertambahan Nilai yang terutang
sebesar besaran tertentu.
SAAT BERLAKU

Peraturan Menteri Keuangan Nomor


PMK-62/PMK.03/2022 berlaku pada tanggal
1 April 2022
BATAS AKHIR PENYETORAN
DAN PELAPORAN

AKHIR BULAN
BERIKUTNYA SETELAH
PENYETORAN PAJAK PALING
BERAKHIRNYA MASA
LAMA
OLEH PKP PAJAK DAN SEBELUM
SPT MASA PPN
DISAMPAIKAN

PELAPORAN AKHIR BULAN


PALING
SPT MASA PPN LAMA
BERIKUTNYA SETELAH
BERAKHIRNYA MASA
OLEH PKP PAJAK
SPT Masa PPN

Mulai 1 Januari 2011 SPT masa PPN terdiri dari:


a. SPT Masa PPN 1111
HardCopy dan eSPT
b. SPT Masa PPN 1111DM

Pelaporan
• SPT Masa PPN harus disampaikan dalam keadaan lengkap, yaitu sesudah dibubuhkan
tanda tangan dan nama jelas baik pada SPT induk maupun pada setiap lampiran yang telah
dibakukan. Apabila ketentuan ini tidak dipenuhi maka PKP dianggap tidak pernah
memasukkan SPT.
Dalam hal SPT dilaporkan NIHIL karena PKP tidak
melakukan kegiatan penyerahan dan perolehan, maka
SPT yang dilaporkan hanya Induknya sedangkan
Lampiran SPT tidak perlu disampaikan

240
FAKTUR PAJAK
Ps. 1 angka 23

BUKTI PUNGUTAN PAJAK YG


DIBUAT OLEH :

PKP

KARENA

PENYERAHAN
BKP/JKP
KEWAJIBAN MEMBUAT FAKTUR PAJAK Pasal 13 (1) UU PPN

wajib buat untuk setiap


PENGUSAHA KENA PAJAK
penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean (Ps. 4 ayat (1) huruf a)

penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean (Ps.4 ayat (1) huruf c)
melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud (Ps.4 ayat (1) huruf f)
ekspor Jasa Kena Pajak (Ps.4 ayat (1) huruf h)
ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud (Ps.4 ayat (1) huruf g)
penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak (Ps.16 D)
kecuali atas penyerahan aktiva yang PM-nya tidak dapat dikreditkan
sbgmn dimaksud Ps. 9 ayat (8) huruf b dan c
Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), PKP dapat membuat 1
(satu) Faktur Pajak meliputi seluruh penyerahan yang dilakukan kepada pembeli BKP atau
penerima JKP yang sama selama 1 (satu) bulan kalender {Pasal 13 ayat (2) UU PPN}

FAKTUR PAJAK GABUNGAN


JENIS FAKTUR PAJAK
FAKTUR PAJAK KHUSUS
PMK-76/KMK.03/2010

FAKTUR PENJUALAN yang memuat


keterangan sesuai dengan keterangan dalam
Faktur Pajak sebagaimana dimaksud dalam Ps.
FAKTUR PAJAK GABUNGAN 13 ayat (5) UU PPN dan pengisiannya sesuai
dengan tata cara pengisian keterangan pada
Faktur Pajak

Pasal 13 ayat (2) Penjelasan Pasal 13 ayat (6)

DOKUMEN TERTENTU YANG


FAKTUR PAJAK KEDUDUKANNYA DIPERSAMAKAN
DENGAN FP
Pasal 1 angka 23 Pasal 13 ayat (6)

FAKTUR PAJAK EKS


FAKTUR PAJAK FAKTUR PAJAK
SEDERHANA– PKP
LENGKAP TIDAK LENGKAP
PE
Pasal 14 (1) KUP PER-58/PJ/2010
SAAT PEMBUATAN FAKTUR PAJAK PASAL 13 AYAT (1a)

Faktur Pajak harus dibuat pada :

saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak

saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum


penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak
saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan

saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

FAKTUR PAJAK GABUNGAN


Paling lama akhir bulan penyerahan

pada saat PKP rekanan menyampaikan tagihan kepada bendahara Pemerintah


sebagai Pemungut PPN
(PER-24/PJ/2012 s.t.d.t. d. PER-17/PJ/2014)
Pokok-Pokok Perubahan (PER-03/PJ/2022)
Pencantuman NIK/nomor paspor Aplikasi e-Faktur H2H
e-Faktur atas penyerahan kepada pembeli orang pribadi, Aplikasi e-Faktur Host-to-Host hanya untuk PJAP
harus mencantumkan NPWP atau NIK/nomor paspor.

Pengisian jenis barang dalam Faktur Pajak Pembatasan waktu upload e-Faktur
• Jenis barang untuk penyerahan BKP berupa kendaraan
bermotor baru minimal diisi merek, tipe, varian, dan nomor
15 e-Faktur harus di-upload paling lambat tanggal 15 bulan
berikutnya setelah tanggal pembuatan e-Faktur.
rangka.
• Jenis barang untuk penyerahan BKP berupa tanah dan/atau
bangunan minimal diisi alamat lengkap. Pengaturan kembali Faktur Penjualan
Faktur Penjualan merupakan e-Faktur sepanjang di-upload
Transaksi dalam mata uang asing menggunakan aplikasi e-Faktur Host-to-Host dan memperoleh
Dikonversi dengan kurs KMK yang berlaku pada saat Faktur persetujuan DJP.
Pajak seharusnya dibuat.
Cap/keterangan fasilitas PPN dalam e-Faktur
Pemberian Nomor Seri Faktur Pajak Pembubuhan cap/keterangan mengenai fasilitas PPN/PPnBM
• Pemberian NSFP dengan jumlah tertentu. dilakukan melalui aplikasi e-Faktur.
• NSFP digunakan untuk pembuatan Faktur Pajak mulai
tanggal surat pemberian NSFP.
Pengaturan kembali Faktur Pajak PKP PE
Kode Transaksi Pengaturan mengenai Faktur Pajak bagi PKP Pedagang Eceran
05 Penambahan kode transaksi 05 untuk penyerahan yang PPN-
nya dipungut dengan besaran tertentu cfm. Pasal 9A UU PPN.
disesuaikan dengan PMK-18/PMK.03/2021.

Sengketa pajak terkait dengan Pajak Masukan


Pengaturan kembali penanda tangan e-Faktur PKP pembeli dapat mengkreditkan Pajak Masukan yang Faktur
Pihak yang berhak menandatangani e-Faktur ditunjuk dengan Pajaknya “tidak lengkap” cfm. PER-24/PJ/2012 karena
mendaftarkannya sebagai admin di aplikasi e-Faktur. kesalahan PKP penjual yang di luar kuasa PKP pembeli.
Ketentuan yang Dihapus

▪ Pengadaan Faktur Pajak (Pasal 4 PER-24).


▪ Faktur Pajak tidak lengkap karena NSFP ganda (Pasal 10 (1) PER-24).
▪ Pengembalian NSFP yang tidak digunakan ke KPP (Pasal 10 (2) PER-24).
Sudah e-Faktur ▪ Pemberitahuan dan perubahan nama penanda tangan Faktur Pajak ke KPP (Pasal 13 (4) PER-24).
▪ Permintaan copy Faktur Pajak dalam hal Faktur Pajak hilang (Pasal 15 PER-24).
▪ Cetak ulang e-Faktur yang rusak/hilang (Pasal 8 PER-16).

▪ Kriteria PKP PE dari sisi penjual (Pasal 1 angka 7 PER-24, Pasal 1 PER-58) disesuaikan PMK-18/PMK.03/2021

▪ Pengajuan Kode Aktivasi dan Password pertama kali (Pasal 8 PER-24)


mengikuti PER registrasi PKP
▪ Pengajuan dan pemberian Sertifikat Elektronik (Pasal 9A PER-17)

▪ Permintaan cetak ulang surat pemberian NSFP (Pasal 9 (7) PER-24) dapat dilihat di aplikasi e-Nofa

▪ Kode dan nomor seri FP VAT refund (Pasal 18 PER-24) mengikuti PMK VAT Refund

▪ PKP wajib e-Faktur ditetapkan dengan Kepdirjen (Pasal 1 (2) PER-16)


sudah tidak relevan lagi
▪ Rincian media elektronik penyimpanan data FP PKP PE (Pasal 6 (3) PER-58)

www.pajak.go.id
Keterangan dalam Faktur Pajak
Keterangan tentang penyerahan BKP dan/atau JKP yang harus dicantumkan dalam Faktur Pajak:
▪ nama, alamat, dan NPWP yang menyerahkan BKP/JKP;
▪ identitas pembeli BKP atau penerima JKP yang meliputi: NE
• nama, alamat, dan NPWP, bagi Wajib Pajak dalam negeri badan dan instansi pemerintah; W

• nama, alamat, dan NPWP atau NIK, bagi subjek pajak dalam negeri orang pribadi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;
• nama, alamat, dan nomor paspor, bagi subjek pajak luar negeri orang pribadi; atau
• nama dan alamat, bagi subjek pajak luar negeri badan atau bukan merupakan subjek pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 UU PPh;
▪ jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;
▪ PPN yang dipungut;
▪ PPnBM yang dipungut;
▪ kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
▪ nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.

NIK mempunyai kedudukan yang sama


dengan NPWP dalam rangka pembuatan
Faktur Pajak dan pengkreditan Pajak Masukan
→ Pasal 19A ayat (3) PP-1/2012 s.t.d.d. PP-9/2021.
Faktur Pajak Untuk Pedagang Eceran
(Pasal 13 ayat (5a))

UU No.11 Tahun 2020 :


Pengusaha Kena Pajak pedagang eceran dapat membuat Faktur Pajak
tanpa mencantumkan keterangan mengenai identitas pembeli serta
nama dan tanda tangan penjual dalam hal melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak kepada pembeli dengan
karakteristik konsumen akhir yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Menteri Keuangan.
KODE DAN NOMOR SERI FAKTUR PAJAK

0 0 0.000–0 0.0 0 0 0 0 0 0 0

Kode Transaksi Kode Cabang Tahun Penerbitan Nomor Urut

Kode Status

Lama Kode Faktur Pajak Nomor Seri Faktur Pajak

Baru Nomor Seri Faktur Pajak


Kode Faktur Pajak Jumlah Digit:
13 digit
Ditentukan oleh sistem DJP, termasuk kode tahun akan dicreate
oleh sistem DJP dan kode cabang dihapus. 250
Catatan: Untuk pelaporan CK-1 atas penyerahan hasil tembakau dalam Formulir
Kode Transaksi dalam Faktur Pajak 1111 A2 SPT Masa PPN pada aplikasi e-Faktur yang semula menggunakan kode
transaksi 06 diubah menjadi menggunakan kode transaksi 04.

Penyerahan BKP/JKP yang PPN/PPnBM-nya dipungut oleh PKP


01 Urutan Prioritas Penggunaan Kode Transaksi
yang melakukan penyerahan BKP/JKP.
Penyerahan BKP/JKP kepada pemungut PPN instansi pemerintah Kode Transaksi
02 yang PPN/PPnBM-nya dipungut oleh instansi pemerintah.
Penyerahan BKP/JKP kepada pemungut PPN lainnya (selain instansi
03 pemerintah) yang PPN/PPnBM-nya dipungut oleh pemungut PPN Termasuk Ya
07/08
lainnya. 07/08?

Penyerahan BKP/JKP yang DPP-nya menggunakan nilai lain cfm. Tidak


04 Pasal 8A ayat (1) UU PPN yang PPN/PPnBM-nya dipungut oleh PKP
yang melakukan penyerahan BKP/JKP. Termasuk Ya
02/03
Penyerahan BKP/JKP yang PPN-nya dipungut dengan besaran 02/03?
05 tertentu cfm. Pasal 9A ayat (1) UU PPN oleh PKP yang melakukan
Tidak
penyerahan BKP/JKP.
Penyerahan lainnya yang PPN/PPnBM-nya dipungut oleh PKP yang Termasuk Ya
06 melakukan penyerahan BKP/JKP (menggunakan tarif selain Pasal 7 06?
06
ayat (1) UU PPN, penyerahan BKP kepada turis).
Tidak
Penyerahan BKP/JKP yang PPN/PPnBM-nya mendapatkan fasilitas
07 tidak dipungut atau ditanggung pemerintah.
Termasuk Ya
Penyerahan BKP/JKP yang mendapatkan fasilitas dibebaskan dari 04/05
08 04/05?
pengenaan PPN/PPnBM.
Tidak
Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak
09 untuk diperjualbelikan cfm. Pasal 16D UU PPN yang PPN-nya 01
dipungut oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP.
Tata Cara Pengisian Keterangan dalam Faktur Pajak (1/2)
Identitas PKP Penjual
Nama, alamat, dan NPWP wajib diisi sesuai dengan nama, alamat, dan NPWP yang tercantum *) Dalam hal nama/alamat
dalam Surat Pengukuhan PKP. *) yang tercantum dalam
SKT/SPPKP berbeda
Identitas Pembeli BKP/Penerima JKP dengan nama/alamat yang
▪ Nama, alamat, NPWP, NIK, dan nomor paspor wajib diisi sesuai dengan nama, alamat, NPWP, sebenarnya/sesungguhny
NIK, dan nomor paspor yang sebenarnya/sesungguhnya. a, WP harus mengajukan
permohonan perubahan
▪ Bagi subjek pajak dalam negeri, nama dan alamat dapat diisi sesuai dengan nama dan alamat data berupa nama/alamat
yang tercantum dalam Surat Keterangan Terdaftar atau Surat Pengukuhan PKP. *) dalam SKT/SPPKP agar
▪ Dalam hal penyerahan BKP/JKP dilakukan kepada Pembeli BKP/ Penerima JKP yang sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya/
merupakan tempat dilakukannya pemusatan tempat PPN terutang, tetapi BKP/JKP dimaksud
sesungguhnya.
dikirim/ diserahkan ke tempat PPN terutang yang dipusatkan, berlaku ketentuan sebagai berikut:
• nama dan NPWP diisi nama dan NPWP PKP tempat dilakukannya pemusatan PPN
terutang; dan
• alamat diisi alamat tempat PPN terutang yang dipusatkan yang menerima BKP/JKP.
▪ Contoh pengisian alamat pada Lampiran huruf A angka 2 PER.

Jenis Barang/Jasa
▪ Wajib diisi dengan keterangan yang sebenarnya/sesungguhnya mengenai BKP/JKP yang diserahkan.
▪ Untuk penyerahan BKP ke Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas → ditambah HS Code.
▪ Untuk penyerahan BKP berupa kendaraan bermotor baru untuk dilakukan registrasi kendaraan bermotor baru sesuai
ketentuan yang berlaku, PKP dealer harus mencantumkan keterangan berupa merek, tipe, varian, dan nomor rangka.
▪ Untuk penyerahan BKP berupa tanah dan/atau bangunan diisi dengan keterangan yang paling sedikit memuat
informasi berupa alamat lengkap tanah dan/atau bangunan dimaksud.
Tata Cara Pengisian Keterangan dalam Faktur Pajak (2/2)
R Dasar Pengenaan Pajak
▪ nilai pada jumlah Harga Jual/Penggantian/Uang Muka/Termin sebagaimana dimaksud pada
p angka 5 dikurangi dengan potongan harga dan uang muka yang telah diterima;
▪ dasar pengenaan pajak berupa nilai lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang perpajakan; atau
▪ nilai tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan, yang
menjadi dasar penghitungan PPN yang dipungut dan disetor dengan besaran tertentu sebagaimana
diatur dalam Pasal 9A ayat (1) UU PPN.

R PPN yang Dipungut


▪ tarif PPN Pasal 7 ayat (1) UU PPN x Dasar Pengenaan Pajak; atau
p ▪ besaran tertentu PPN yang dipungut berdasarkan Pasal 9A ayat (1) UU PPN.

01
Kode dan NSFP
02
03
Total 16 digit: 2 digit kode transaksi, 1 digit kode status, dan 13 NSFP.

Nama dan Penanda Tangan Faktur Pajak


▪ Nama diisi sesuai KTP/paspor yang berlaku.
▪ Telah didaftarkan sebagai penanda tangan Faktur Pajak pada aplikasi e-Faktur.
▪ PKP dapat menunjuk lebih dari 1 (satu) pejabat/pegawai untuk menandatangani e-Faktur.
→ Termasuk pejabat/pegawai di cabang dalam hal PKP melakukan pemusatan tempat PPN
terutang.
▪ Tanda tangan berupa Tanda Tangan Elektronik.
Contoh Pengisian DPP dan PPN dalam Faktur Pajak
▪ DPP normal:
Penyerahan garmen dengan Harga Jual sebesar Rp100.000.000,00 yang PPN-nya dipungut dengan
tarif 11%.
▪ DPP Nilai Lain:
Pemakaian sendiri BKP dengan Harga Jual sebesar Rp100.000.000,00 dan laba kotor sebesar
Rp10.000.000,00 yang PPN-nya dipungut dengan tarif 11%.
▪ Besaran Tertentu PPN:
Penyerahan kendaraan bermotor bekas dengan Harga Jual sebesar Rp100.000.000,00 yang PPN-
nya dipungut dengan besaran tertentu sebesar 1,1% dari Harga Jual.

Dari ketiga contoh di atas maka pengisian DPP dan PPN dalam Faktur Pajak yaitu sebagai berikut:

Besaran
Keterangan Normal Nilai Lain
Tertentu PPN
Harga Jual 100.000.000 100.000.000 100.000.000
DPP 100.000.000 90.000.000 100.000.000
PPN 11.000.000 9.900.000 1.100.000
Bentuk Faktur Pajak dan Aplikasinya
FAKTUR PAJAK:
▪ berbentuk elektronik; e-Faktur
▪ dibuat menggunakan aplikasi atau sistem yang
disediakan dan/atau ditentukan oleh DJP; dan
▪ dicantumkan tanda tangan elektronik. Aplikasi e-Faktur
▪ aplikasi e-Faktur Client Desktop
▪ aplikasi e-Faktur Web Based
PENGECUALIAN: ▪ aplikasi e-Faktur Host-to-Host
(H2H)
Faktur Pajak atas:
• H2H Penyelenggara (PJAP)
▪ penyerahan BKP/JKP kepada pembeli BKP/penerima JKP
dengan karakteristik konsumen akhir cfm. Pasal 13 ayat (5a)
UU PPN (eceran); PKP di TLDDP, TPB, atau KEK wajib
▪ penyerahan BKP/JKP dan/atau ekspor BKP/BKP tidak membuat e-Faktur atas penyerahan
berwujud/ JKP, yang bukti pungutan PPN-nya berupa dokumen BKP kepada pembeli BKP di Kawasan
tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Pajak cfm. Pasal 13 ayat (6) UU PPN (dokumen tertentu); dan Bebas.
▪ penyerahan BKP kepada orang pribadi pemegang paspor luar
negeri cfm. Pasal 16E UU PPN (VAT refund),
→ dibuat sesuai dengan peraturan terkait.
Tampilan PDF atau Cetakan Kertas e-Faktur

e-Faktur
Tidak Wajib
Dicetak

Tidak lagi
mencantumka
n persentase
(%) tarif PPN
Sertifikat Elektronik dan Aktivasi Akun PKP
Memiliki:
Syarat PKP dapat ▪ Sertifikat Elektronik
membuat e-Faktur ▪ Akun PKP yang telah diaktivasi
▪ NSFP yang diberikan oleh DJP

Sertifikat Elektronik Aktivasi Akun PKP

▪ Permintaan dan pemberian Sertifikat Elektronik ▪ Permintaan dan pemberian keputusan aktivasi akun
dilaksanakan berdasarkan PER-04/PJ/2020. PKP dilaksanakan berdasarkan PER-04/PJ/2020.
▪ Dalam hal atas permintaan aktivasi akun memenuhi
syarat, Kepala KPP/KP2KP:
• menyerahkan surat pemberitahuan Kode Aktivasi
secara langsung kepada PKP; dan
• mengirimkan Password kepada PKP melalui alamat
posel (email) yang telah terdaftar di DJP.
▪ Contoh format surat pemberitahuan Kode Aktivasi
pada Lampiran huruf E PER.
Nomor Seri Faktur Pajak
NE
Permintaan NSFP Jumlah NSFP yang Diberikan
W

PKP dapat mengajukan permintaan NSFP secara: ▪ Paling banyak 75 NSFP, bagi PKP baru dikukuhkan,
▪ elektronik melalui laman yang disediakan/ditentukan PKP yang belum pernah membuat dan melaporkan
oleh DJP (berdasarkan user manual aplikasi e-Nofa Faktur Pajak, atau PKP yang 3 Masa Pajak
atau sebelumnya membuat dan melaporkan ≤75 Faktur
Pajak.
▪ langsung ke KPP/KP2KP dengan cara menyampaikan
surat permintaan NSFP. ▪ Paling banyak 120% dari jumlah Faktur Pajak yang
dibuat dan dilaporkan dalam SPT Masa PPN 3 Masa
Syarat Pemberian NSFP Pajak sebelumnya, bagi PKP yang 3 Masa Pajak
▪ Memiliki Kode Aktivasi dan Password; sebelumnya membuat dan melaporkan Faktur Pajak
(jika hilang/lupa, dapat mengajukan cetak ulang Kode >75 Faktur Pajak.
Aktivasi/kirim ulang Password secara langsung ke ▪ Jumlah tertentu, bagi PKP baru dikukuhkan, PKP
KPP). pemusatan, atau PKP yang mengalami peningkatan
▪ Memiliki akun PKP yang telah diaktivasi. usaha yang karena kegiatan usahanya membutuhkan
NSFP dengan jumlah teretntu.
▪ Telah melaporkanNE SPT Masa PPN untuk 3 Masa Pajak
W
terakhir yang telah jatuh tempo. → Permintaan NSFP dengan jumlah tertentu
NE harus
W
disampaikan langsung ke KPP/KP2KP.
Penggunaan NSFP
Format Surat Permintaan dan Pemberian NSFP
NSFP digunakan untuk pembuatan Faktur Pajak mulai
tanggal surat pemberian NSFP sesuai dengan tahun ▪ Contoh format surat permintaan NSFP pada Lampiran
peruntukan yang tercantum dalam surat pemberian huruf F PER.
NSFP. ▪ Contoh format surat pemberian NSFP pada Lampiran
huruf G dan huruf H PER.
Batas Waktu Upload e-Faktur

e-Faktur wajib diunggah (di-upload) menggunakan


aplikasi e-Faktur untuk memperoleh persetujuan
DJP.
e-Faktur yang tidak memperoleh persetujuan DJP
→ BUKAN FAKTUR PAJAK
UPLOAD
PALING LAMBAT
Syarat untuk memperoleh persetujuan DJP:
▪ NSFP yang digunakan untuk penomoran e-Faktur TANGGAL
merupakan NSFP yang diberikan oleh DJP; dan
▪ e-Faktur diunggah (di-upload) dalam jangka waktu 15
paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya setelah BULAN BERIKUTNYA
tanggal pembuatan e-Faktur. setelah tanggal e-Faktur

Catatan:
Untuk e-Faktur yang dibuat dengan mencantumkan tanggal
sebelum tanggal 1 April 2022, wajib diunggah (di-upload)
menggunakan aplikasi e-Faktur untuk memperoleh
Contoh kasus pada Lampiran huruf A
persetujuan DJP paling lambat tanggal 15 Mei 2022. angka 3 PER
Contoh Kasus Batas Waktu Upload e-Faktur
Contoh 1:
PT H yang merupakan PKP melakukan penyerahan BKP pada tanggal 11 April 2022. PT H membuat e-
Faktur pada tanggal 11 April 2022 menggunakan aplikasi e-Faktur dengan mengisi kolom tanggal Faktur
Pajak 11 April 2022. Namun, e-Faktur tersebut baru diunggah (di-upload) ke Direktorat Jenderal Pajak
dengan menggunakan aplikasi
e-Faktur pada tanggal 14 Mei 2022.
Dengan demikian, e-Faktur yang dibuat dan diunggah (di-upload) oleh PT H tersebut dapat diberikan
persetujuan dari DJP karena diunggah (di-upload) ke DJP dalam jangka waktu paling lama tanggal 15
Mei 2022.

Contoh 2:
PT H yang merupakan PKP melakukan penyerahan BKP pada tanggal 18 April 2022. PT H membuat e-
Faktur pada tanggal 18 April 2022 menggunakan aplikasi e-Faktur dengan mengisi kolom tanggal Faktur
Pajak 18 April 2022. Namun, e-Faktur tersebut baru diunggah (di-upload) ke Direktorat Jenderal Pajak
dengan menggunakan aplikasi e-Faktur pada tanggal 16 Mei 2022.
Dengan demikian, DJP tidak memberikan persetujuan (reject) atas e-Faktur yang diunggah (di-upload)
tersebut karena diunggah (di-upload) setelah tanggal 15 Mei 2022.
→ e-Faktur yang tidak memperoleh persetujuan dari DJP (reject) tersebut bukan merupakan Faktur
Pajak.
Cap/Keterangan Fasilitas PPN/PPnBM

PPN ATAU PPN & PPnBM


TIDAK DIPUNGUT
Harus diberikan keterangan melalui aplikasi
e-Faktur mengenai:
PPN ATAU PPN & PPnBM ▪ PPN atau PPN dan PPnBM tidak dipungut,
dibebaskan, atau ditanggung pemerintah; dan
DIBEBASKAN
▪ peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan yang mendasarinya.
PPN ATAU PPN & PPnBM
DITANGGUNG PEMERINTAH
Tata Cara Pembetulan/Penggantian Faktur Pajak
▪ Dilakukan oleh PKP yang membuat Faktur Pajak dengan
menggunakan aplikasi e-Faktur atas permintaan pembeli
Pembetulan/Pengganti BKP/penerima JKP atau kemauan sendiri.
an ▪ SPT Masa PPN Masa Pajak dilaporkannya Faktur Pajak yang
Salah dalam
diganti masih dapat disampaikan atau dilakukan pembetulan
pengisian/penulisan sehingga
sesuai ketentuan.
tidak memuat keterangan yang
benar, lengkap, dan jelas. ▪ NSFP Faktur Pajak pengganti sama dengan NSFP Faktur Pajak
yang diganti.
▪ Kode status diisi 1 (satu), kode transaksi yang digunakan sesuai
peruntukan.
▪ Tanggal Faktur Pajak pengganti yaitu tanggal pada saat Faktur
Pajak pengganti dibuat.
▪ Dalam hal PKP penjual telah melaporkan Faktur Pajak yang diganti
dalam SPT Masa PPN maka PKP penjual harus melakukan
pembetulan SPT Masa PPN yang bersangkutan untuk melaporkan
Faktur Pajak pengganti.
▪ Dalam hal PKP pembeli telah melaporkan Faktur Pajak yang diganti
dalam SPT Masa PPN maka PKP pembeli harus melakukan
Dengan implementasi aplikasi e-Faktur 3.0, pembetulan SPT Masa PPN yang bersangkutan untuk melaporkan
pelaporan e-Faktur pengganti dilakukan secara
prepopulated. Faktur Pajak pengganti.
Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak
▪ Dilakukan oleh PKP yang membuat Faktur Pajak dengan menggunakan
aplikasi e-Faktur.
Pembatalan ▪ SPT Masa PPN Masa Pajak dilaporkannya Faktur Pajak yang
dibatalkan masih dapat disampaikan atau dilakukan pembetulan
▪ Penyerahan BKP/JKP yang sesuai ketentuan.
transaksinya dibatalkan. ▪ Dalam hal pembatalan Faktur Pajak karena terjadi pembatalan transaksi,
▪ Penyerahan barang/jasa harus didukung bukti/dokumen yang membuktikan bahwa telah terjadi
yang seharusnya tidak pembatalan transaksi.
dibuatkan e-Faktur. ▪ Dalam hal PKP penjual belum melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan
dalam SPT Masa PPN maka PKP penjual harus tetap melaporkan
Faktur Pajak yang dibatalkan tersebut dalam SPT Masa PPN dengan
mencantumkan nilai DPP, PPN, dan PPnBM sebesar 0 (nol).
▪ Dalam hal PKP penjual telah melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan
dalam SPT Masa PPN maka PKP pembeli harus melakukan
pembetulan SPT Masa PPN yang bersangkutan dengan cara
melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan tersebut dengan
mencantumkan nilai DPP, PPN, dan PPnBM sebesar 0 (nol).
▪ Dalam hal PKP pembeli telah melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan
dalam SPT Masa PPN maka PKP pembeli harus melakukan
pembetulan SPT Masa PPN yang bersangkutan dengan cara
Dengan implementasi aplikasi e-Faktur 3.0,
pelaporan e-Faktur yang dibatalkan
melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan tersebut dengan
dilakukan secara prepopulated. mencantumkan nilai DPP, PPN, dan PPnBM sebesar 0 (nol).
Faktur Pajak bagi PKP Pedagang Eceran

▪ PKP yang melakukan penyerahan BKP/JKP kepada pembeli BKP/


penerima JKP dengan karakteristik konsumen akhir, termasuk yang
Penyerahan dilakukan melalui PMSE, merupakan PKP Pedagang Eceran.
Bukan → Tidak ditentukan berdasarkan KLU.
PKP Konsumen Akhir ▪ PKP Pedagang Eceran dapat membuat Faktur Pajak eceran atas
penyerahan BKP/JKP kepada konsumen akhir tanpa
BKP/JKP mencantumkan identitas pembeli serta nama dan tanda tangan
Termasuk melalui PMSE penjual.
• Faktur Pajak eceran dapat berupa: bon kontan, faktur penjualan, segi
cash register, karcis, kuitansi, atau tanda bukti penyerahan atau
pembayaran lain yang sejenis
BKP/JKP
Termasuk melalui PMSE Konsumen Akhir → Dapat berbentuk elektronik.

Faktur Pajak eceran dapat juga dibuat atas:


Karakteristik Konsumen Akhir ▪ pemakaian sendiri BKP/JKP; dan
▪ pembeli barang dan/atau penerima jasa mengonsumsi
▪ pemberian cuma-cuma BKP/JKP kepada
secara langsung barang dan/atau jasa yang dibeli/diterima;
konsumen akhir.
dan
▪ penyerahan BKP/JKP yang mendapatkan
▪ pembeli barang dan/atau penerima jasa tidak fasilitas tidak dipungut PPN atau dibebaskan
menggunakan atau memanfaatkan barang dan/atau jasa dari pengenaan PPN.
yang dibeli/diterima untuk kegiatan usaha.
Persyaratan Formal dan Material Faktur Pajak

Faktur Pajak harus memenuhi:

Persyaratan Formal Persyaratan Material


Berisi keterangan yang sebenarnya atau
Diisi secara benar, lengkap, dan jelas
sesungguhnya mengenai penyerahan BKP
sesuai dengan ketentuan Pasal 13 ayat
dan/atau JKP, ekspor BKP berwujud, ekspor
(5) UU PPN atau ketentuan Pasal 13 ayat
BKP tidak berwujud, ekspor JKP, impor BKP,
(6) UU PPN untuk dokumen tertentu yang
atau pemanfaatan BKP tidak berwujud
kedudukannya dipersamakan dengan
dan/atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah
Faktur Pajak
Pabean di dalam Daerah Pabean
Faktur Pajak Tidak Lengkap, Terlambat Dibuat, dan Dianggap Tidak Dibuat

Tidak memenuhi
TIDAK LENGKAP persyaratan TERLAMBAT DIBUAT
formal
▪ e-Faktur tidak mencantumkan keterangan cfm. Tanggal yang tercantum dalam Faktur Pajak melewati saat
Pasal 5 PER atau Faktur Pajak PKP pedagang eceran seharusnya Faktur Pajak dibuat.
tidak mencantumkan keterangan cfm. Pasal 26 ayat
(2) PER.
▪ Mencantumkan keterangan yang tidak sebenarnya DIANGGAP TIDAK DIBUAT
atau sesungguhnya.
▪ Berisi keterangan yang tidak sesuai dengan Faktur Pajak dibuat setelah melewati jangka waktu 3 bulan
ketentuan pengisian keterangan cfm. PER. sejak saat Faktur Pajak seharusnya dibuat.

PKP yang membuat Faktur Pajak tidak lengkap, terlambat membuat Faktur Pajak, dan/atau
dianggap tidak membuat Faktur Pajak dikenai sanksi Pasal 14 ayat (4) UU KUP.

PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak tidak lengkap dan/atau yang dianggap tidak
dibuat merupakan Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan.
Kewajiban dan Saat Pembuatan Faktur Pajak

Faktur Pajak harus dibuat pada:


▪ saat penyerahan BKP dan/atau
PKP wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap: penyerahan JKP;
▪ penyerahan BKP;
▪ saat penerimaan pembayaran dalam hal
▪ penyerahan JKP; penerimaan pembayaran terjadi sebelum
▪ ekspor BKP berwujud; penyerahan BKP dan/atau JKP;
▪ ekspor BKP tidak berwujud; dan/atau ▪ saat penerimaan pembayaran termin
▪ ekspor JKP. dalam hal penyerahan sebagian tahap
pekerjaan;
▪ saat ekspor BKP berwujud, BKP tidak
berwujud, dan/atau ekspor JKP; atau
▪ saat lain yang diatur berdasarkan PMK
Saat penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP serta saat ekspor
NE
W
BKP berwujud, eksportersendiri.
BKP tidak berwujud, dan/atau ekspor JKP
dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan.
→ Pasal 17 dan Pasal 17A PP-1/2012 s.t.d.d. PP-9/2021.
Kewajiban Pelaporan Faktur Pajak

▪ PKP yang membuat Faktur Pajak wajib melaporkan Faktur Pajak dalam SPT
Masa PPN pada Masa Pajak yang sama dengan tanggal pembuatan
Faktur Pajak.
▪ Tata cara pelaporan Faktur Pajak dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang
mengatur mengenai SPT Masa PPN.
→ PER-29/PJ/2015.
▪ PKP yang tidak memenuhi kewajiban melaporkan Faktur Pajak dikenai sanksi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan.
Faktur Pajak Gabungan
PKP dapat membuat Faktur Pajak gabungan:
▪ 1 (satu) Faktur Pajak yang meliputi seluruh penyerahan yang
dilakukan kepada pembeli BKP dan/atau penerima JKP yang sama
selama 1 (satu) bulan kalender.
▪ Harus dibuat paling lama pada akhir bulan penyerahan BKP
dan/atau JKP.
NE
▪ Dalam hal terdapat pembayaran baik sebagian maupun seluruhnya sebelum W
penyerahan BKP dan/atau JKP yang diterima dalam bulan penyerahan,
Faktur Pajak gabungan tetap dibuat paling lama pada akhir bulan
penyerahan BKP dan/atau JKP.
▪ Dalam hal PKP melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP yang wajib dibuat
Faktur Pajak dengan menggunakan lebih dari 1 (satu) kode transaksi, PKP
dapat membuat Faktur Pajak gabungan atas penyerahan dengan kode
transaksi yang sama, untuk tiap-tiap kode transaksi.
▪ Contoh kasus pada Lampiran huruf A angka 1 PER.

PENGECUALIAN:
Faktur Pajak gabungan tidak dapat dibuat atas penyerahan BKP dan/atau
JKP yang mendapat fasilitas PPN atau PPN dan PPnBM tidak dipungut
sesuai dengan ketentuan yang mengatur mengenai penyerahan BKP
dan/atau JKP ke dan/atau dari kawasan tertentu atau tempat tertentu.
Contoh Pembuatan Faktur Pajak Gabungan (1/2)
Contoh 1:
PT A yang merupakan PKP melakukan penyerahan BKP kepada PT B dan menerima pembayaran dari PT B selama
bulan April 2022 sebagai berikut:

Dalam hal atas penyerahan tersebut hanya menggunakan 1 (satu) kode transaksi dan PT A memilih membuat Faktur
Pajak gabungan maka PT A wajib membuat Faktur Pajak gabungan pada tanggal 30 April 2022 yang meliputi seluruh
penyerahan yang dilakukan dan pembayaran uang muka yang diterima pada bulan April 2022, yaitu dengan Dasar
Pengenaan Pajak sebesar Rp10.250.000,00 (Rp1.000.000,00 + Rp1.500.000,00 + Rp2.000.000,00 + Rp2.500.000,00 +
Rp250.000,00 + Rp3.000.000,00).
Contoh Pembuatan Faktur Pajak Gabungan (2/2)
Contoh 2:
PT A yang merupakan PKP melakukan penyerahan BKP kepada CV C sebagai berikut:
a. penjualan BKP berupa komputer pada tanggal 2, 9, 16, 23, dan 30 April 2022; dan
b. pemberian cuma-cuma BKP berupa keyboard dan mouse komputer pada tanggal 4, 11, 18, dan 25
April 2022.
Berdasarkan data di atas maka PT A wajib membuat Faktur Pajak dengan menggunakan kode transaksi
01 atas penyerahan (penjualan) BKP berupa komputer dan kode transaksi 04 atas penyerahan
(pemberian cuma-cuma) BKP berupa keyboard dan mouse komputer. Dalam hal PT A memilih untuk
membuat Faktur Pajak gabungan maka PT A wajib membuat:
a. 1 (satu) Faktur Pajak gabungan pada tanggal 30 April 2022 dengan menggunakan kode transaksi 01
yang meliputi seluruh penyerahan BKP berupa komputer yang dilakukan pada bulan April 2022; dan
b. 1 (satu) Faktur Pajak gabungan pada tanggal 25 April 2022 atau paling lama tanggal 30 April 2022
dengan menggunakan kode transaksi 04 yang meliputi seluruh penyerahan BKP berupa keyboard dan
mouse komputer yang dilakukan pada bulan April 2022.
Transaksi yang Menggunakan Mata Uang Asing
NE
W
Dalam hal penyerahan BKP/JKP dilakukan
dengan menggunakan mata uang asing,
penghitungan PPN/PPnBM terutang harus
dikonversi ke dalam satuan mata uang
Rupiah menggunakan kurs yang ditetapkan
dalam KMK yang berlaku pada saat Faktur
Pajak seharusnya dibuat

❖ Untuk Faktur Pajak pengganti, kurs


yang digunakan yaitu kurs yang
ditetapkan dalam KMK yang berlaku pada
saat Faktur Pajak yang diganti pertama
kali seharusnya dibuat.
Faktur Pajak bagi PKP Pedagang Eceran
NE
W

PENGECUALIAN BKP/JKP Tertentu


PKP Pedagang Eceran yang ▪ Penyerahan dan penyewaan:
melakukan penyerahan BKP • angkutan darat: kendaraan bermotor.
tertentu atau JKP tertentu kepada • angkutan air: kapal pesiar, kapal ekskursi,
Konsumen Akhir wajib membuat e- kapal feri, yacht.
Faktur.
• tanah/bangunan.
• angkutan udara: pesawat terbang,
helikopter, balon udara.
▪ Penyerahan:
• senjata api dan peluru senjata api.
Permintaan & Pemberian Data e-Faktur yang Rusak/Hilang

Penyampaian Permintaan
Permintaan disampaikan secara online atau langsung ke
KPP.
Contoh format surat permintaan pada Lampiran huruf L PER.

Data e-Faktur yang Diminta


Terbatas pada e-Faktur yang telah dibuat, di-upload, dan
memperoleh persetujuan DJP.

Penyelesaian
KPP memberikan data e-Faktur yang diminta, secara
langsung paling lama 20 hari kerja.
Ketentuan Lain-Lain
e-Faktur yang telah diunggah (di-upload) ke DJP dengan menggunakan aplikasi e-Faktur dan telah
1 memperoleh persetujuan dari DJP merupakan Faktur Pajak yang dibuat oleh PKP.

Pengkreditan Pajak Masukan


2 PPN yang tercantum dalam e-Faktur atau dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan
Faktur Pajak merupakan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan oleh PKP pembeli sepanjang PPN
dimaksud:
▪ bukan merupakan PPN atas pengeluaran cfm. Pasal 9 ayat (8) UU PPN; dan
▪ tercantum dalam Faktur Pajak yang memenuhi persyaratan formal dan material cfm. Pasal 13 ayat
(9) UU PPN.

Pengujian Pajak Masukan


3
Pengkreditan Pajak Masukan oleh PKP pembeli tidak tergantung pada pelaporan e-Faktur atau
dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak dalam SPT Masa PPN PKP
penjual.
▪ Untuk mengetahui pelaporan PKP penjual dilakukan menggunakan aplikasi/ data/informasi dalam
sistem informasi DJP.
▪ Tidak perlu konfirmasi PK-PM ke KPP tempat PKP penjual dikukuhkan.
→ KEP-754/PJ/2001 dicabut.
Ketentuan Peralihan

Pajak Masukan Dapat Dikreditkan


PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak yang dibuat berdasarkan PER-24/PJ/2012, yang:
a. mencantumkan alamat pembeli yang berbeda dengan alamat yang tercantum dalam SPPKP
pembeli, sepanjang alamat dimaksud merupakan alamat yang sebenarnya/sesungguhnya;
b. dibuat sebelum implementasi aplikasi e-Faktur dan menggunakan NSFP selain yang diberikan
oleh DJP;
c. dibuat sebelum implementasi aplikasi e-Faktur dan menggunakan NSFP ganda;
d. dibuat sebelum implementasi aplikasi e-Faktur dan tanggal pembuatannya mendahului
tanggal surat pemberian NSFP; dan/atau
e. ditandatangani oleh PKP orang pribadi atau pejabat/pegawai yang berhak menandatangani
Faktur Pajak atau e-Faktur, tetapi tidak diberitahukan atau terlambat diberitahukan ke KPP.

Aplikasi e-Faktur H2H Pengguna


Aplikasi e-Faktur H2H cfm. Pasal 1A ayat (2) huruf a PER-16/PJ/2014, tetap dapat digunakan
sampai dengan dicabutnya Kepdirjen penetapan sebagai PKP yang menggunakan aplikasi e-
Faktur H2H.
Dokumen Tertentu Sebagai Faktur Pajak
(PER-13/PJ./2019 )

a. Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat/dikeluarkan oleh BULOG/DOLOG


untuk penyaluran tepung terigu;
b. Bukti tagihan atas penyerahan jasa telekomunikasi oleh perusahaan telekomunikasi;
c. Tiket, tagihan Surat Muatan Udara (airway bill), atau delivery bill, yang dibuat/dikeluarkan
untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri;
d. Nota penjualan jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa kepelabuhanan;
e. Bukti tagihan atas penyerahan listrik oleh perusahaan listrik;
f. Bukti tagihan atas penyerahan BKP dan/atau JKP oleh perusahaan air minum;
g. Bukti tagihan (trading confirmation) atas penyerahan JKP oleh perantara efek;
h. Bukti tagihan atas penyerahan JKP oleh perbankan;
i. Dokumen yang digunakan untuk pemesanan pita cukai hasil tembakau (dokumen CK-1);
j. Pemberitahuan Ekspor Barang yang dilampiri Nota Pelayanan Ekspor, invoice dan bill of
lading atau airway bill yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan
Pemberitahuan Ekspor Barang tersebut, untuk ekspor BKP;
k. Pemberitahuan Ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud dan dilampiri dengan invoice yang
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Pemberitahuan Ekspor JKP/BKP
Tidak Berwujud, untuk ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud;
Dokumen Tertentu Sebagai Faktur Pajak
(PER-13/PJ./2019 )

l. Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang mencantumkan identitas pemilik barang berupa nama, alamat,
dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), yang dilampiri dengan SSP, Surat Setoran Pabean, Cukai dan
Pajak (SSPCP), dan/atau bukti pungutan pajak oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang
mencantumkan identitas pemilik barang berupa nama, alamat, dan NPWP, yang merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PIB tersebut, untuk impor BKP;
m. PIB yang mencantumkan identitas pemilik barang berupa nama, alamat, dan NPWP, yang dilampiri
dengan SSP dan surat penetapan tarif dan/atau nilai pabean, surat penetapan pabean, atau surat
penetapan kembali tarif dan/atau nilai pabean yang mencantumkan identitas pemilik barang berupa
nama, alamat, dan NPWP, yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari PIB tersebut,
untuk impor BKP dalam hal terdapat penetapan kekurangan nilai PPN Impor oleh Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai;
n. SSP untuk pembayaran PPN atas pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabean
di dalam Daerah Pabean, dengan melampirkan tagihan dan rincian berupa jenis dan nilai BKP Tidak
Berwujud atau JKP serta nama dan alamat penyedia BKP Tidak Berwujud atau JKP;
o. SSP untuk pembayaran PPN atas penyerahan BKP melalui juru lelang disertai dengan kutipan Risalah
Lelang, yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan SSP tersebut; dan
p. SSP untuk pembayaran PPN atas pengeluaran dan/atau penyerahan BKP dan/atau JKP dari Kawasan
Bebas ke Tempat Lain Dalam Daerah Pabean yang dilampiri dengan:
1. Pemberitahuan Pabean untuk pengeluaran BKP; atau
2. invoice atau kontrak, untuk penyerahan JKP dan/atau BKP Tidak Berwujud.
PMK-65/PMK.03/2010 Nota Retur
• Pasal 5A UU PPN 1984
• PMK-65/PMK.03/2010 tentang Tata Cara Pengurangan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah Untuk Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak yang Dikembalikan
• Nota Retur dibuat apabila PKP pembeli mengembalikan BKP/JKP.
• Fungsi Nota Retur Bagi pengembalian BKP mengurangi:
a) Pajak Masukan dari Pengusaha Kena Pajak Pembeli, dalam hal Pajak Masukan atas Barang Kena
Pajak yang dikembalikan telah dikreditkan;
b) biaya atau harta bagi Pengusaha Kena Pajak Pembeli, dalam hal pajak atas Barang Kena Pajak yang
dikembalikan tersebut tidak dikreditkan dan telah dibebankan sebagai biaya atau telah ditambahkan
(dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta tersebut; atau
c) biaya atau harta bagi Pembeli yang bukan Pengusaha Kena Pajak dalam hal Pajak Pertambahan Nilai
atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas Barang Kena Pajak yang
dikembalikan tersebut telah dibebankan sebagai biaya atau telah ditambahkan (dikapitalisasi) dalam
harga perolehan harta tersebut.
• Nota Retur harus dibuat dalam Masa Pajak yang sama dengan Masa Pajak terjadinya pengembalian Barang
Kena Pajak.
Nota Retur
PMK-65/PMK.03/2010

Fungsi Nota Retur Bagi pengembalian JKP mengurangi:


a) Pajak Masukan dari Pengusaha Kena Pajak Penerima Jasa, dalam hal
Pajak Masukan atas Jasa Kena Pajak yang dibatalkan telah dikreditkan;
b) biaya atau harta bagi Pengusaha Kena Pajak Penerima Jasa, dalam hal
Pajak Pertambahan Nilai atas Jasa Kena Pajak yang dibatalkan
tersebut tidak dikreditkan dan telah dibebankan sebagai biaya atau
telah ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta
tersebut; atau
c) biaya atau harta bagi Penerima Jasa yang bukan Pengusaha Kena
Pajak dalam hal Pajak Pertambahan Nilai atas Jasa Kena Pajak yang
dibatalkan tersebut telah dibebankan sebagai biaya atau telah
ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta tersebut.
Keterangan pada Nota Retur
Nota Retur paling sedikit memuat :
a. Nomor urut;
b. Nomor dan tanggal Faktur Pajak dari BKP yang dikembalikan;
c. Nama, alamat dan NPWP pembeli;
d. Nama, alamat, NPWP, serta nomor dan tanggal
pengukuhanPengusaha Kena Pajak;
e. Macam, jenis, kuantum, dan harga jual BKP yang dikembalikan;
f. PPN atas BKP yang dikembalikan
g. PPnBM atas BKP tergolong mewah yang dikembalikan;
h. Tanggal pembuatan nota retur;
i. Tanda tangan pembeli
EFAKTUR

eFaktur adalah Faktur Pajak yang


dibuat melalui aplikasi atau sistem
elektronik yang ditentukan
dan/atau disediakan oleh
Direktorat Jenderal Pajak
283
Gambaran Umum Pembuatan e-Faktur

Pengusaha Kena Pajak Direktorat Jenderal Pajak

Proses 9: DJP
melakukan pengelolaan
Proses 1: PKP menutup kontrak/kesepakatan data e-faktur untuk
penyerahan, membuat Faktur Pajak , dan melakukan Proses 4: DJP memberikan pelayanan dan pengawasan
pencatatan baik secara manual/dengan sistem persetujuan/approval FP

Faktur
pajak 2014
Pajak
elektronik
Proses 3: PKP melaporkan
FP ke DJP via e-faktur + online
Proses 5: PKP dapat create PKP
PDF dan cetak e-Faktur Proses 2: PKP memasukan
data faktur pajak secara
manual atau dengan impor
data ke aplikasi e-Faktur SPT
.csv
PPN Proses 7: PKP
melaporkan SPT PPN
Proses 8: KPP
Proses 6: PKP membuat membuat tanda
langsung ke KPP atau terima SPT Masa PPN
SPT PPN dalam aplikasi e-
via e-filling
Faktur
Alur Aplikasi eFaktur

Lakukan penyesuaian terhadap


kredit pajak apabila ada, isi POSTING DATA SPT E-SPT
tanggal spt dan isi ntpn dan
keterangan pembayaran
apabila ada ISI SPT MASA PPN APPROVE FAKTUR Rekam FP Keluaran dan
Masukan, FP Batal, FP
Pengganti dan Retur serta
lakukan upload faktur. Sesuai
Rekam nomor seri faktur pajak REKAM REFERENSI REKAM FAKTUR dengan petunjuk penggunaan
yang telah didapatkan
sebelumnya melalui aplikasi e-
nofa ataupun dari kpp
REKAM RANGE NSFP Apabila diperlukan, pengguna
dapat membuat db untuk
mengatur jumlah data yang
Siapkan Model Penggunaan tidak menumpuk pada satu db
berdasarkan Nature Organisasi
SETTING DATABASE dan memudahkan backup
PKP.
Pengguna Aplikasi dibagi Dilakukan untuk mengisi
menjadi dua yaitu Admin dan ADMINISTRASI USER profile yang terdapat dalam
User Perekam SPT PPN 1111 yaitu kode
pos, No Telp, HP, Nama dan
REGISTRASI SETTING PROFILE Jabatan Penandatangan SPT
Persiapan

Minimum Requirements
Yang pasti sebuah pc atau laptop.
Diusahakan memiliki bukan pinjam ☺
Ditambah dengan koneksi internet baik
menggunakan direct connection atau proxy

Operating System Software Requirements


Sistem Operasi Windows, Linux,
Minimal Besaran disk drive 50 GB;
dan MacOS 32/64 bit, dengan
Adobe Reader atau perangkat lunak
tampilan Graphical User Interface
penampil PDF, dan Java versi 1.7
(GUI) .
(included).

Hardware Requirements
Rekomendasi minimal 3 GB RAM atau
Others
sesuai dengan kebutuhan (jumlah data Koneksi Internet menggunakan
faktur, user pengakses); direct connection atau proxy
Resolusi Tampilan Layar minimal
1024 x 768 pixels.
Persiapan

Tentukan Jenis Aplikasi


Aplikasi eFaktur dibuat dengan dua versi yaitu 32 bit dan
64 bit.
Sesuaikan dengan jenis Sistem Operasi Anda.
Masuk ke menu Control Panel → System

Start Application
Pilih file Aplikasi dengan nama
ETaxInvoice.exe

Username : Admin
Password : 123
Registrasi

Masukkan
Input Kode Sertifikat Input Buat Admin
Input NPWP
Aktivasi Elektronik Passphrase
Password
Utama Next
Akun PKP

Masukkan Username dan


Password Aplikasi, beserta
Masukkan NPWP 15 Digit, dan Kode Nama Lengkap
Aktivasi yang diberikan melalui Surat Download Sertifikat Elektronik Penandatangan Faktur yang
Pemberitahuan Kode Aktivasi dari Aplikasi e-Nofa Online, telah dilaporkan ke KPP
pilih sertifikat elektronik dan
Masukkan Passphrase yang
telah Anda masukkan
Persiapkan Dokumen dan File
Pendukung Sebelum Melakukan
Registrasi Aplikasi antara lain:
1. Surat Pemberitahuan Kode Aktivasi
2. Password Akun PKP
3. File Sertifikat Elektronik
4. Passphrase Sertifikat Setelah mengisi kode “Captcha”, masukkan
password Akun PKP
Memulai
Dilakukan untuk mengisi informasi yang
belum tersedia, yaitu kode pos, No Telp, HP,
Profile PKP Nama dan Jabatan Penandatangan SPT, untuk
keperluan Data Induk SPT, dilakukan pertama
kali setelah registrasi

Siapkan Model Penggunaan berdasarkan Nature


Administrasi User Organisasi Perusahaan Anda.
Pengguna Aplikasi dibagi menjadi dua yaitu Admin
dan User Perekam

Apabila diperlukan, pengguna dapat membuat database


Setting Database untuk mengatur jumlah data yang tidak menumpuk
pada satu database dan memudahkan recovery
management

Sebelum membuat Faktur, Pengguna harus


Referensi telah mendapatkan Range Nomor Seri yang
Nomor Seri didapatkan dari Aplikasi e-Nofa Online atau
dari KPP
Apabila digunakan selayaknya Aplikasi Point of
Input Referensi Sales, maka disarankan pengguna melakukan
7 Bila Perlu perekaman data referensi Barang dan Lawan
Transaksi Sebelum memulai membuat Faktur
Membuat Faktur Pajak Keluaran
Pengisian Detail
Pengisian Data Dokumen Pengisiaan Data Cetak Faktur
Penyerahan Upload Faktur
Faktur Lawan Transaksi Pajak Elektronik
Barang/ Jasa
1 2 3 4 5

1 Input Data Jenis penyerahan, jenis


faktur, tanggal penerbitan, masa pajak,
tahun pajak, nomor seri faktur dan
Kolom Informasi Keterangan Tambahan
2 Isi Data NPWP, nama, alamat Lawan
Transaksi (Identitas Lengkap Pembeli)
3 Isi Kode barang, nama barang, jumlah
barang, harga satuan, diskon, PPN, dan
PPnBM sesuai dengan Data Penyerahan
4 Pengiriman data transaksi ke DJP
5 User dapat melakukan Pembuatan File
PDF untuk Faktur Pajak Elektronik,
Setelah Status Approve Sukses
dihasilkan
Rekam Faktur Pajak Masukan
Pengisian Sesuaikan Sesuaikan
Pengisian Nomor Isi Tanggal Isi Nilai
NPWP Lawan Masa Pajak Status Upload Data
Faktur Pajak Transaksi Faktur Pajak
Transaksi Pengkreditan Pengkreditan

Hasil Approval, apabila


Faktur Pajak Keluaran
Valid Jika :
A Faktur Pajak Keluaran
dari Aplikasi e-Faktur
akan menghasilkan
status Approval Sukses
B Faktur Pajak Keluaran
Bukan dari Aplikasi e-
Faktur akan
menghasilkan status
Bukan Faktur e-Tax
Keduanya tetap dianggap
sah dan Valid
Faktur Pajak Keluaran -pdf

Kementerian
Kehutanan

PT Angkasa Raya Kedutaan Besar Cina

PT Recycle Mart

292
Let’s Do It
SPT Masa PPN 1111

• SPT Masa PPN 1111 ini wajib digunakan oleh setiap PKP selain PKP
yang menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak
Masukan, untuk pelaporan SPT Masa PPN mulai Masa Pajak Januari
2011.
• SPT Masa PPN 1111 terdiri dari:
1. Induk SPT Masa PPN; dan
2. Lampiran SPT Masa PPN, baik dalam bentuk formulir kertas (hard copy) atau data elektronik,

• yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, yang masing-


masing diberi nomor, kode, dan nama formulir.
Nomor, kode dan nama formulir SPT Masa PPN 1111
Nomor dan Kode
No. Nama Formulir Keterangan
Formulir
1. 1111 (F.1.2.32.04) Surat Pemberitahuan Masa Pajak Induk SPT Masa PPN
Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN)
2. 1111 AB (D.1.2.32.07) Rekapitulasi Penyerahan dan Perolehan Lampiran SPT Masa PPN sebagai Sub Induk SPT Masa PPN (memuat keterangan
rekapitulasi penyerahan, perolehan dan penghitungan Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan)
3. 1111 A1 (D.1.2.32.08) Daftar Ekspor BKP Berwujud, BKP Tidak Lampiran SPT Masa PPN untuk melaporkan Pemberitahuan Ekspor Barang,
Berwujud, dan/atau JKP Pemberitahuan Ekspor Jasa Kena Pajak/Barang Kena Pajak Tidak Berwujud)
4. 1111 A2 (D.1.2.32.09) Daftar Pajak Keluaran atas Penyerahan Lampiran SPT Masa PPN untuk melaporkan:
Dalam Negeri Dengan Faktur Pajak - Faktur Pajak selain Faktur Pajak yang menurut ketentuan diperkenankan untuk
tidak mencantumkan identitas pembeli serta nama dan tanda tangan penjual, yang
diterbitkan; dan/atau;
- Nota Retur/Nota Pembatalan yang diterima
5. 1111 B1 (D.1.2.32.10) Daftar Pajak Masukan yang Dapat Lampiran SPT Masa PPN untuk melaporkan Pemberitahuan Impor Barang atas impor
Dikreditkan atas Impor BKP dan Barang Kena Pajak dan/atau SSP atas Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak
Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud/JKP dari Berwujud/Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean
Luar Daerah Pabean
6. 1111 B2 (D.1.2.32.11) Daftar Pajak Masukan yang Dapat Lampiran SPT Masa PPN untuk melaporkan:
Dikreditkan atas Perolehan BKP/JKP - Faktur Pajak yang dapat dikreditkan, yang diterima; dan/atau
Dalam Negeri - Nota Retur/Nota Pembatalan atas pengembalian Barang Kena Pajak/pembatalan
Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya dapat dikreditkan, yang diterbitkan

7. 1111 B3 (D.1.2.32.12) Daftar Pajak Masukan yang Tidak Dapat Lampiran SPT Masa PPN untuk melaporkan:
Dikreditkan atau yang Mendapat Fasilitas - Faktur Pajak yang tidak dapat dikreditkan atau mendapat fasilitas, yang diterima;
dan/atau
- Nota Retur/Nota Pembatalan atas pengembalian Barang Kena Pajak/pembatalan
Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan atau mendapat
Hasil Akhir untuk Induk SPT Masa PPN 1111

296
Hasil Akhir untuk Lampiran SPT Masa PPN 1111

297
SPT Masa PPN 1111DM

• SPT Masa PPN 1111 DM ini wajib digunakan oleh setiap PKP yang
menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan,
untuk pelaporan SPT Masa PPN mulai Masa Pajak Januari 2011.
• SPT Masa PPN 1111 DM terdiri dari:
1. Induk SPT Masa PPN; dan
2. Lampiran SPT Masa PPN, baik dalam bentuk formulir kertas (hard copy) atau data elektronik,

• yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, yang masing-


masing diberi nomor, kode, dan nama formulir.
Nomor, kode dan nama formulir SPT Masa PPN 1111 DM
Nomor dan Kode
No Nama Formulir Keterangan
Formulir
1. 1111 DM (F.1.2.32.05) Surat Pemberitahuan Masa Pajak Induk SPT Masa PPN
Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN)
Bagi PKP Yang Menggunakan
Pedoman Penghitungan Pengkreditan
Pajak Masukan
2. 1111 A DM Daftar Pajak Keluaran atas Penyerahan Lampiran SPT Masa PPN untuk
(D.1.2.32.13) Dalam Negeri Dengan Faktur Pajak melaporkan:
- Faktur Pajak selain Faktur Pajak
yang menurut ketentuan
diperkenankan untuk tidak
mencantumkan identitas pembeli
serta nama dan tanda tangan
penjual, yang diterbitkan; dan/atau
- Nota Retur/Nota Pembatalan yang
diterima
3. 1111 R DM Daftar Pengembalian BKP dan Lampiran SPT Masa PPN untuk
(D.1.2.32.14) Pembatalan JKP oleh PKP yang melaporkan daftar Nota Retur dan Nota
Menggunakan Pedoman Penghitungan Pembatalan yang diterbitkan
Pengkreditan Pajak Masukan
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai