NILAI
Y C I
PPh PPN PBB
PENGERTIAN
PAJAK ATAS
KONSUMSI BARANG
DAN JASA
Pribadi
Pemerintah DIKENAKAN BERTINGKAT
PAJAK
Badan DI TIAP JALUR
PERTAMBAHA • PRODUKSI
N NILAI • DISTRIBUSI
DALAM DAERAH
PABEAN
PERKEMBANGAN PAJAK TIDAK LANGSUNG
DI INDONESIA
PAJAK PEMBANGUNAN I
UU No 32/1956
1 Juni 1947
PAJAK PEREDARAN
mulai berlaku 1 Januari 1951
UU No 12/1950
REFORMASI SISTEM
PERPAJAKAN NASIONAL 1983
Pasal 19 : Hal-hal yang belum diatur dalam UU in diatur Lebih Lanjut dengan PP
Perkembangan ekonomi yang sangat dinamis baik di tingkat nasional, regional, serta
1
●
internasional;
2 ●
Perkembangan transaksi bisnis;
3 ●
Perubahan pola konsumsi masyarakat terhadap barang dan jasa;
Adanya gagasan untuk mendorong turis asing untuk berbelanja lebih banyak di
5
●
Indonesia dengan memberikan restitusi PPN atas barang yang dibeli oleh turis asing;
6 ●
Perubahan UU KUP.
TUJUAN
NEGARA
Penanggung Pemikul beban
jawab pajak PPN PPN
pajak
BARANG/JASA
PENJUAL
PEMBELI BKP/
BKP/ PPN PENERIMA JKP
PEMBERI JKP
PAJAK OBJEKTIF
INDUSTRI TEKSTIL
PPN Tekstil
INDUSTRI GARMEN
PPN Garmen
PEDAGANG BESAR
PPN Garmen
PEDAGANG ECERAN
PPN Garmen
KONSUMEN
12
MULTI STAGE LEVY NON KUMULATIF
PK = PPN =
100.000 SETOR
PABRIKAN 100.000
PM = 100.000 PPN =
DISTRIBUTOR SETOR
PK = 120.000 20.000
PM = 120.000 PPN =
PEDAGANG 30.000 SETOR
PK = 150.000
PEDAGANG PPN
BESAR 30.000
HARGA BELI = 1.100.000 HARGA BELI = 1.000.000
PPn NILAI TAMBAH = 300.000 NILAI TAMBAH= 300.000 PPN
140.000 HARGA JUAL=1.400.000 HARGA JUAL = 1.300.000 130.000
PEDAGANG PPN
ECERAN 20.000
INDIRECT SUBTRACTION/
SUBTRACTION METHOD
INVOICE/CREDIT METHOD
PENYUSUTAN = 100
BUNGA = 300
GAJI/UPAH = 300
LABA USAHA = 400
Jumlah = 1.100
PPN 10% = 110
d PPN adalah PAJAK ATAS KONSUMSI DALAM NEGERI
PPN
INTERNAL EKSTERNAL
NEUTRALITY NEUTRALITY
DESTINATION
CONSUMTION PRINCIPLE
PRODUCTION &
DISTRIBUTION
DESTINATION PRINCIPLE
DESTINATION
DESTINATIONPRINCIPLE
PRINCIPLE
dan NETRALITAS PPN
Destination Principle
Pemanfaatan Ekspor
BKP/JKP
PRODUKSI
DLM NEGERI PPN
19
YURIDICAL & ECONOMIC
DESTINATION PRINCIPLE
Menyimpang dr prinsip
Selain JKP dlm PMK-70/2010 stdd
PMK-30/2011 kena PPN DN
Economic
Destination Principle Destination Principle
Pemanfaatan Ekspor
BKP/JKP
PRODUKSI PPN
DLM NEGERI 20
CONTOH
BATA BATA
VAT VAT
VAT VAT
1 3 4
LN
DN PPN PPN PPN 0%
Dlm hal ekspor dikenakan PPN dg tarif 0%, maka PPN atas perolehan BKP/JKP dpt di-
kreditkan oleh Pabrik Sepatu Bata, maka tdk perlu dibebankan sbg biaya shg tdk ma-
suk ke dlm Harga Ekspor. Sepatu Bata produksi Indonesia di negara tujuan dikenakan
VAT satu kali sama dengan sepatu Bata produksi setempat.
21
e Tarif Tunggal
Tarif PPN
Dengan PP tarif
dinaikkan setinggi2nya
10% 15% atau diturunkan
serendah2nya 5%.
Ringkasan
24
Indirect Substraction Method
Mekanisme ini merupakan mekanisme PPN
yang bersifat umum
KAS
NEGARA
Harga +PPN
FAKTUR PAJAK
Setiap PKP yang menyerahkan BKP atau JKP diwajibkan membuat Faktur Pajak untuk
memungut pajak yang terutang yang disebut Pajak Keluaran
a. Pada saat PKP membeli BKP atau menerima JKP dari PKP lain, juga membayar
pajak yang terutang, yang dinamakan Pajak Masukan (input tax).
b. Pada akhir Masa Pajak, Pajak Masukan tersebut dikreditkan dengan Pajak Keluaran.
25
Direct Subtraction Method
Mekanisme ini merupakan mekanisme PPN yang bersifat
khusus
Metode yang menggunakan Bendaharawan Pemerintah dan
KPKN sebagai pemungut PPN atas transaksi pembayaran yang
dilakukan bendaharawan dengan menggunakan dana dari
APBN/APBD
Bayar hanya sebesar harga
Jual
KAS
PPN NEGARA
140.000.000 +
100.000.000 + PPN
10.000.000 SSP PPN 14.000.000
g Ekspor Barang Kena Pajak tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak
h Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak 29
OBJEK PAJAK
PPN dikenakan atas
Pasal 16C
●
MEMBANGUN SENDIRI YG DILAKUKAN TIDAK DALAM
KEGIATAN USAHA/PEKERJAAN OLEH ORANG PRIBADI/BADAN
Pasal 16D
●
PENYERAHAN BKP BERUPA AKTIVA YG MENURUT TUJUAN SEMULA TDK
UTK DIPERJUALBELIKAN OLEH PKP, KECUALI PM-NYA TDK DPT
DIKREDITKAN BERDASARKAN Ps 9 AY. (8) HURUF b & c
30
Pasal 4 ayat (1)
OBJEK PAJAK huruf a
a
PPN dikenakan atas
(Penjelasan Ps. 4
huruf a UU PPN
1984)
YANG DISERAHKAN
BKP/BKP TDK BERWUJUD
DILAKUKAN DI DLM
DAERAH PABEAN
DALAM KEGIATAN
USAHA/PEKERJAAN
PKP
(Penjelasan Ps. 4
huruf c UU PPN YANG DISERAHKAN
1984) JKP
DILAKUKAN DI DLM
DAERAH PABEAN
DALAM KEGIATAN
USAHA/PEKERJAAN
PKP
37
Pasal 4 ayat (1)
OBJEK PAJAK huruf f
f
38
Pasal 4 ayat (1)
OBJEK PAJAK huruf g
g
39
Pasal 4 ayat (1)
OBJEK PAJAK huruf h
h
Pemesan berada di luar Daerah Pabe- 1. Jasa yang melekat pada atau jasa
an & tdk memiliki BUT di Indonesia untuk br. bergerak yg dimanfaat-
Spesifikasi & bahan disediakan oleh kan di luar Daerah Pabean yaitu
pemesan jasa perbaikan dan perawatan
Bahan meliputi bahan baku, br. sete-
ngah jadi, bh. penolong yang akan
2. Jasa yang melekat pada atau jasa
diproses menjadi BKP yg dihasilkan
untuk br. tidak bergerak yg terle-
Kepemilikan BKP berada pada pemesan tak di luar Daerah Pabean yaitu
Pengusaha jasa maklon mengirimkan Jasa konstruksi meliputi konsulta-
Produknya berdasarkan permintaan si, pelaksanaan pek. konstruksi,
pemesan & pengawasan pek. Konstruksi.
41
EKSPOR JASA KENA PAJAK
DIKENAI PPN
43
KEGIATAN MEMBANGUN
SENDIRI
(Pasal 16C dan PMK-163/PMK.03/2012)
DASAR HUKUM
UU PPN Pasal 16C
PMK-163/PJ/2012
PER-23/PJ/2012 stdd PER-25/PJ/2012
SE-53/PJ/2012 stdd SE-22/PJ/2013
45
OBJEK PAJAK PASAL 16C
20%
47
PASAL 16 C : CARA PENGHITUNGAN, SAAT TERUTANG DAN PELAPORAN
Atas kegiatan membangun sendiri dikenakan PPN dengan tarif 10% dikalikan dengan Dasar
Pengenaan Pajak yaitu 20% dari jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk
membangun bangunan, tidak termasuk harga perolehan tanah.
Saat terutangnya PPN atas kegiatan membangun sendiri terjadi pada saat mulai dibangunnya
bangunan.
Tempat PPN terutang atas kegiatan membangun sendiri adalah di tempat bangunan tersebut
didirikan.
Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan secara bertahap dianggap merupakan satu kesatuan
kegiatan sepanjang tenggang waktu antara tahapan-tahapan tersebut tidak lebih dari 2 (dua) tahun.
Pembayaran PPN terutang dilakukan setiap bulan sebesar sebesar 10% x 20% x jumlah biaya yang
dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan pada setiap bulannya dan wajib disetor ke Kas Negara melalui
Kantor Pos atau Bank Persepsi paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya setelah berakhirnya masa
pajak.
Orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri wajib melaporkan penyetoran
tersebut kepada KPP yang wilayahnya meliputi tempat bangunan tersebut berada, dengan lembar
menggunakan lembar ke-3 SSP paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak.
48
PASAL 16 C : CARA PENGHITUNGAN, SAAT TERUTANG DAN PELAPORAN
Dalam hal tempat bangunan didirikan berada di wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama tempat
orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri terdaftar, kolom NPWP yang
tercantum pada Surat Setoran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diisi dengan NPWP orang
pribadi atau badan tersebut.
Dalam hal tempat bangunan didirikan berada di wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang
berbeda dengan Kantor Pelayanan Pajak tempat orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan
membangun sendiri terdaftar, Surat Setoran Pajak diisi dengan ketentuan sebagai berikut :
a. kolom NPWP diisi dengan :
1. angka 0 (nol) pada 9 (sembilan) digit pertama;
2. angka kode Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang wilayah kerjanya meliputi tempat bangunan
tersebut didirikan pada 3 (tiga) digit berikutnya; dan
3. angka 0 (nol) pada 3 (tiga) digit terakhir.
b. pada kotak "Wajib Pajak/Penyetor" diisi nama dan NPWP orang pribadi atau badan yang melakukan
kegiatan membangun sendiri.
Dalam hal orang pribadi yang melakukan kegiatan membangun sendiri belum memiliki NPWP, Surat
Setoran Pajak diisi dengan ketentuan dengan diatas tetapi pada huruf b
b. pada kotak "Wajib Pajak/Penyetor" diisi nama dan alamat orang pribadi atau badan yang
melakukan kegiatan membangun sendiri. 49
Pengaturan Baru KMS
(1) Dalam hal orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun
sendiri tidak atau kurang menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai terutang
ke kas negara, Direktorat Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar berdasarkan hasil pemeriksaan atau
verifikasi.
(2) Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan atau verifikasi, orang pribadi
atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri :
a. tidak memberikan data atau bukti pendukung biaya yang dikeluarkan dan/atau
yang dibayarkan untuk membangun bangunan; atau
b. memberikan data atau bukti pendukung biaya yang dikeluarkan dan/atau yang
dibayarkan untuk membangun bangunan, namun tidak benar atau tidak lengkap,
jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk membangun
bangunan ditetapkan secara jabatan oleh Direktur Jenderal Pajak.
Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak
kecuali,
atas penyerahan aktiva yang PM-nya tidak dapat
dikreditkan
54
BKP/JKP
SKEMA BARANG/JASA-INDONESIA
0% Ekspor
BKP/
Dipungut oleh
JKP
pemungut
10 Dipungut
BARANG 10 %
/ JASA %
Non Dipungut
FASILITA
Dibebaskan
FASILITA
BKP/ sendiri
SS
JKP
Tidak
Dipungut
Barang Kena Pajak
Barang Bergerak
Barang Berwujud
BKP
Dikenakan
PPN
Barang Tidak Berwujud
57
BKP Tidak berwujud
1. penggunaan atau hak menggunakan hak cipta di
bidang kesusastraan, kesenian atau karya ilmiah,
paten, desain atau model, rencana, formula atau
proses rahasia, merek dagang, atau bentuk hak
kekayaan intelektual/industrial atau hak serupa
lainnya;
2. penggunaan atau hak menggunakan
peralatan/perlengkapan industrial, komersial, atau
ilmiah;
3. pemberian pengetahuan atau informasi di bidang
ilmiah, teknikal, industrial, atau komersial;
58
BKP Tidak berwujud lanj..
4. pemberian bantuan tambahan atau pelengkap sehubungan dengan
penggunaan atau hak menggunakan hak-hak tersebut pada angka 1,
penggunaan atau hak menggunakan peralatan/perlengkapan tersebut
pada angka 2, atau pemberian pengetahuan atau informasi tersebut
pada angka 3, berupa:
a. penerimaan atau hak menerima rekaman gambar atau rekaman
suara atau keduanya, yang disalurkan kepada masyarakat melalui
satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa;
b. penggunaan atau hak menggunakan rekaman gambar atau
rekaman suara atau keduanya, untuk siaran televisi atau radio
yang disiarkan/dipancarkan melalui satelit, kabel, serat optik,
atau teknologi yang serupa; dan
c. penggunaan atau hak menggunakan sebagian atau seluruh
spektrum radio komunikasi;
5. penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup (motion
picture films), film atau pita video untuk siaran televisi, atau pita
suara untuk siaran radio; dan
6. pelepasan seluruhnya atau sebagian hak yang berkenaan dengan
penggunaan atau pemberian hak kekayaan intelektual/industrial atau
hak-hak lainnya sebagaimana tersebut di atas. 59
NON OBJEK PPN (NON BKP)
Telur, yaitu telur yang tidak diolah, termasuk telur yang dibersihkan, diasinkan,atau dikemas
Susu, yaitu susu perah baik yang telah melalui proses didinginkan maupun
dipanaskan, tidak mengandung tambahan gula atau bahan lainnya, dan/atau
dikemas atau tidak dikemas
Buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yang dipetik, baik yang telah melalui
proses dicuci, disortasi, dikupas, dipotong, diiris, di-grading, dan/atau dikemas
atau tidak dikemas
termasuk
63
Non Objek PPN (Non BKP)
4
64
JASA
JASA
( Ps. 1 angka 5 UU PN 1984)
setiap kegiatan pelayanan berdasar suatu perikatan
atau perbuatan hukum yg menyebabkan suatu
barang atau fasilitas atau kemudahan
atau hak tersedia utk dipakai
termasuk jasa yg dilaku-
kan utk menghasilkan barang
karena pesanan atau permin-
taan dg bahan dan atas
petunjuk Pemesan
DIKENAKAN PAJAK
67
Non Objek PPN (Non JKP)
b
JASA PELAYANAN SOSIAL
meliputi
68
Non Objek PPN (Non JKP)
c
JASA DI BIDANG PENGIRIMAN SURAT DENGAN
PRANGKO
Cara lain pengganti Prangko tempel adalah cetakan Prangko pada sampul, pada warkat
pos, pada kartu pos, dan pada formulir yang diterbitkan oleh Penyelenggara Pos, atau
cetakan mesin Prangko yang diizinkan oleh Penyelenggara Pos.
d Non Objek PPN (Non JKP)
JASA KEUANGAN
meliputi
jasa menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan,
dan/atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu
jasa menempatkan dana, meminjam dana, atau meminjamkan dana kepada pihak lain dengan
menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek, atau sarana lainnya
jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, berupa:a) sewa guna usaha
dengan hak opsi; b) anjak piutang; c) usaha kartu kredit; dan/atau d) pembiayaan konsumen
jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai, termasuk gadai syariah dan fidusia
jasa penjaminan
JASA ASURANSI
Yang dimaksud
71
Non Objek PPN (Non JKP)
f
JASA KEAGAMAAN
meliputi
72
Non Objek PPN (Non JKP)
g
JASA PENDIDIKAN
meliputi
73
Non Objek PPN (Non JKP)
h
meliputi
semua jenis jasa yang dilakukan oleh pekerja seni dan hiburan
74
Non Objek PPN (Non JKP)
i
JASA PENYIARAN YANG TIDAK BERSIFAT IKLAN
meliputi
jasa penyiaran radio atau televisi yang dilakukan oleh instansi pemerintah atau
swasta yang tidak bersifat iklan dan tidak dibiayai oleh sponsor yang bertujuan
komersial
PerMenkeu Nomor 155/PMK.03/2012
Atas penyerahan jasa di bidang periklanan yang terkait dengan penyiaran yang tidak
bersifat iklan oleh perusahaan periklanan, production house, atau pihak lainnya,
dikenai Pajak Pertambahan Nilai.
Dasar Pengenaan Pajak adalah sebesar seluruh nilai penggantian yang diminta atau
seharusnya diminta oleh perusahaan periklanan, production house, atau pihak lainnya.
Dalam hal tagihan atas penyerahan jasa di bidang periklanan dirinci dalam Faktur
Pajak dengan memisahkan antara tagihan atas penyerahan jasa di bidang periklanan
dan tagihan atas jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan, Dasar Pengenaan Pajak
adalah nilai lain adalah seluruh tagihan yang diminta atau seharusnya diminta atas
penyerahan jasa di bidang periklanan, tidak termasuk tagihan atas jasa penyiaran yang
tidak bersifat iklan.
PMK-80/PMK.03/2012 Non Objek PPN (Non JKP)
j
JASA ANGKUTAN UMUM DI DARAT DAN DI AIR SERTA JASA
ANGKUTAN UDARA DALAM NEGERI YANG MENJADI BAGIAN
YANG TIDAK TERPISAHKAN DARI JASA ANGKUTAN UDARA
LUAR NEGERI
Jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia tenaga kerja tidak
bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut
a. pengusaha penyedia jasa tenaga kerja tersebut semata-mata hanya menyerahkan jasa penyediaan tenaga
kerja, yang tidak terkait dengan pemberian Jasa Kena Pajak lainnya, seperti jasa teknik, jasa manajemen, jasa
konsultasi, jasa pengurusan perusahaan, jasa bongkar muat, dan/atau jasa lainnya;
b. pengusaha penyedia tenaga kerja tidak melakukan pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan/atau
sejenisnya kepada tenaga kerja yang disediakan;
c. pengusaha penyedia tenaga kerja tidak bertanggung jawab atas hasil kerja tenaga kerja yang disediakan
setelah diserahkan kepada pengguna jasa tenaga kerja; dan
d. tenaga kerja yang disediakan masuk dalam struktur kepegawaian pengguna jasa tenaga kerja. SE-47/PJ/2012
meliputi
78
Non Objek PPN (Non JKP)
m
JASA YANG DISEDIAKAN PEMERINTAH DALAM RANGKA
MENJALANKAN PEMERINTAHAN SECARA UMUM
meliputi
Jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan
pemerintahan secara umum merupakan jasa sehubungan dengan kegiatan
pelayanan yang hanya dapat dilakukan oleh Pemerintah sesuai
kewenangannya berdasarkan peraturan perundang-undangan dan jasa
tersebut tidak dapat disediakan oleh bentuk usaha lain.
Termasuk: Dalam hal Pemerintah melakukan
• pemberian Izin Mendirikan Bangunan, penyerahan jasa selain jasa tersebut, atas
• pemberian Izin Usaha Perdagangan, penyerahan jasa tersebut dikenai Pajak
• pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pertambahan Nilai sesuai peraturan
• pembuatan Kartu Tanda Penduduk, perundang-undangan.
• pemberian Hak Paten, pemberian Merek,
• pemberian Hak Cipta, PerMenkeu Nomor 82/PMK.03/2012
• pembuatan akte kelahiran,
• pembuatan akte nikah, dan
• pemberian Visa.
79
Non Objek PPN (Non JKP)
n
JASA PENYEDIAAN TEMPAT PARKIR
adalah
PerMenkeu Nomor 122/PMK.03/2012
Dasar Pengenaan Pajak adalah nilai penggantian yaitu nilai berupa uang, termasuk
biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh Pengusaha Pengelola
Tempat Parkir kepada Pemilik Tempat Parkir, termasuk imbalan berupa bagi hasil
yang diperoleh oleh Pengusaha Pengelola Tempat Parkir dari Pemilik Tempat 80
Non Objek PPN (Non JKP)
o
adalah
Pertimbangan :
Penggunanya adalah masyarakat kelas bawah dan pelaksanaan
pemungutannya (penerbitan Faktur Pajak-nya) sulit untuk
dilaksanakan
81
Non Objek PPN (Non JKP)
p
pertimbangan
82
Non Objek PPN (Non JKP)
q
JASA BOGA DAN KATERING
pengertian
85
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK
Pasal 1A ayat (1) huruf a
1
Jual beli
Tukar menukar
86
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK
Pasal 1A ayat (1) huruf b
2
Dalam hal penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak dalam
rangka perjanjian sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi, Barang Kena
Pajak dianggap diserahkan langsung dari Pengusaha Kena Pajak pemasok
(supplier) kepada pihak yang membutuhkan barang (lessee).
87
SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI
SE-129/PJ/2010
88
TRANSAKSI SALE AND LEASEBACK
SE-129/PJ/2010
89
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK
Pasal 1A ayat (1) huruf c
3
Penjelasan:
Yang dimaksud dengan “pedagang perantara” adalah orang pribadi atau
badan yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya dengan nama
sendiri melakukan perjanjian atau perikatan atas dan untuk tanggungan
orang lain dengan mendapat upah atau balas jasa tertentu, misalnya
komisioner.
Yang dimaksud dengan “juru lelang” adalah juru lelang Pemerintah atau
yang ditunjuk oleh Pemerintah
90
Penyerahan BKP melalui Juru Lelang
FP
Tidak ada FP
Bayar SSP
Ps 8 PP 1/2012
Kondisi umum: pemilik barang menerbitkan FP, dalam hal pemilik barang tidak dapat menerbitkan FP, Diatur lebih
pemenang lelang setor sendiri melalui SSP. lanjut di PMK
91
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK
Pasal 1A ayat (1) huruf d
4
Pemakaian sendiri dan/atau Pemberian cuma-cuma
Penjelasan :
Yang dimaksud dengan “pemakaian sendiri” adalah pemakaian untuk kepentingan
pengusaha sendiri, pengurus, atau karyawan, baik barang produksi sendiri maupun
bukan produksi sendiri.
Yang dimaksud dengan “pemberian cuma-cuma” adalah pemberian yang diberikan tanpa
pembayaran baik barang produksi sendiri maupun bukan produksi sendiri, seperti
pemberian contoh barang untuk promosi kepada relasi atau pembeli
92
Pemakaian Sendiri
Ps 5 PP 1/2012
Tidak
Dilakukan
Pemungutan OUTPUT Penyerahan Terutang PPN
PPN
(Tidak Dibuat
Produktif Faktur Pajak)
Dilakukan Penyerahan:
Pemakaian pemungutan OUTPUT - Tidak Terutang PPN
Sendiri PPN - Dibebaskan PPN
BKP/JKP FP
(Terutang PPN)
Ps 1A (1) d UU PPN
Dilakukan
Konsumtif pemungutan
PPN
FP
Pemakaian sendiri untuk tujuan produktif tidak perlu dibuat Faktur Pajak, sepanjang digunakan untuk
melakukan penyerahan yang terutang PPN
93
Contoh Pemakaian Sendiri
Pabrikan
Ban
OUTPUT
Tidak dilakukan
pemungutan PPN Penjualan
(Tidak Dibuat Faktur Terutang Ban
Pajak) PPN
Truk Pengangkut
Ban
Unit Pemakaian
Produksi Sendiri
Ban Ban
OUTPUT
Dilakukan Jasa
pemungutan Angkutan
Tidak
PPN FP Umum
Angkutan Umum Terutang
PPN
94
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK
5 Pasal 1A ayat (1) huruf e
6
Penyerahan BKP dari kantor pusat ke cabang atau
sebaliknya dan/atau penyerahan BKP antar cabang
Penjelasan :
Dalam hal suatu perusahaan mempunyai lebih dari satu tempat pajak
terutang baik sebagai pusat maupun sebagai cabang perusahaan,
pemindahan Barang Kena Pajak antar tempat tersebut merupakan
penyerahan Barang Kena Pajak.
Yang dimaksud dengan “pusat” adalah tempat tinggal atau tempat
kedudukan.
Yang dimaksud dengan “cabang” antara lain lokasi usaha, perwakilan,
unit pemasaran, dan tempat kegiatan usaha sejenisnya
96
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK
7
Pasal 1A ayat (1) huruf g
97
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK
8 Pasal 1A ayat (1) huruf h
Penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak dalam rangka perjanjian
pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah, yang penyerahannya dianggap
langsung dari Pengusaha Kena Pajak kepada pihak yang membutuhkan Barang Kena
Pajak
Penjelasan:
Dalam transaksi murabahah, bank syariah bertindak sebagai penyedia dana untuk
membeli sebuah kendaraan bermotor dari Pengusaha Kena Pajak A atas pesanan
nasabah bank syariah (Tuan B).
Meskipun berdasarkan prinsip syariah, bank syariah harus membeli dahulu kendaraan
bermotor tersebut dan kemudian menjualnya kepada Tuan B, berdasarkan Undang-
Undang ini, penyerahan kendaraan bermotor tersebut dianggap dilakukan langsung oleh
Pengusaha Kena Pajak A kepada Tuan B
98
SKEMA KREDIT PERBANKAN KONVENSIONAL
UANG
PENJUAL
PENJUAL // NASABAH
NASABAH
SUPPLIER
SUPPLIER
BARANG
T I AN A
I L G
ED B A UN
KR EM + B
N G IT
D
PE RE
K
BANK
BANK
Bank hanya memberikan kredit (uang) pada nasabah untuk beli barang
Bank tidak terlibat jual beli BKP
Penyerahan BKP yang terutang PPN dilakukan langsung dari Supplier ke Nasabah
Bunga merupakan imbalan jasa yang dibebankan Bank kepada nasabah (jasa pembiayaan)
Jasa pembiayaan termasuk jasa keuangan yang bukan merupakan Jasa Kena Pajak (ps.4A (3) d)
99
SKEMA PEMBIAYAAN SYARIAH
PENJUAL
PENJUAL // ARUS FISIK BRG
NASABAH
NASABAH
SUPPLIER
SUPPLIER
UA
BA NG IN
RA G
NG AR
M
+
A N
N G R
U
A RA G
S
B A N
BANK SYARIAH
BANK SYARIAH
Untuk memenuhi ketentuan syariah dlm memberikan pembiayaan syariah kepada nasabah, Bank
harus terlibat jual beli barang, tidak hanya memberikan uang (kredit) pada nasabah
Bank membeli dari Supplier dan menjualnya pada Nasabah
Terdapat dua transaksi penyerahan BKP yg terutang PPN, yaitu dari Supplier ke Bank Syariah dan
dari Bank Syariah ke Nasabah
Margin merupakan imbalan jasa yang dibebankan Bank kepada nasabah (jasa pembiayaan)
Jasa pembiayaan termasuk jasa keuangan yang bukan merupakan Jasa Kena Pajak (ps.4A (3) d) 100
YARRI
I A
AHH
SSYA
SKEMA MURABAHAH (Pasal 1A ayat (1) huruf h)
Pesan
PT A barang/kontrak
PT B
103
Subjek Pajak
Dalam Pasal 4, 16C dan 16D UU PPN
1984 dapat diketahui Subjek PPN
dikelompokan menjadi dua, yaitu:
1 Pengusaha Kena Pajak (PKP)
2 Bukan Pengusaha Kena Pajak (Non PKP)
104
Subjek Pajak
Pengusaha Memanfaatkan
Pengusaha
Menyerahkan BKP TB/JKP
Menyerahkan
Aktiva tdk Dari Luar di dlm
JKP
untuk dijual daerah Pabean
(Ps 4 huruf c)
(Ps. 16D) (Ps. 4 huruf d dan e)
105
KEWAJIBAN PENGUSAHA MELAPORKAN USAHANYA
UNTUK DIKUKUHKAN SEBAGAI PKP
Ps. 3 A ayat (1) dan (2)
106
KEWAJIBAN ORANG PRIBADI ATAU BADAN YANG MEMANFAATKAN
BKP TIDAK BERWUJUD DAN JKP DARI LUAR DAERAH PABEAN
Ps. 3A ayat (3)
W
W MEMUNGUT PPN
A YG
MENYETOR, DAN
J TERUTANG
I MELAPORKAN
B
PENGHITUNGAN & TATA CARANYA DIATUR DENGAN
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN
107
Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud PMK-40/PMK.03/2010
dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean
SE - 147.PJ.2010
Paling lama tgl 15 bln berikutnya sejak
Saat penyetoran
terutang pajak
108
Pengusaha Kecil
PMK-68/PMK.03/2010
Wajib melaksanakan
seluruh Kwjbn PKP
Pengusaha
Menyerahkan
Wajib Lapor Usaha utk
BKP/JKP
Dikukuhkan sbg PKP plg
Lambat Akhir bulan
berikutnya
Dalam Bag. Th Buku
PKP
Peredaran Bruto
diabaikan
> Rp 600 jt
Tidak Denda
Pengusaha Lapor
2% X DPP
Usaha Pasal 14 KUP
Wajib
Pengusaha Kecil Dapat memilih untuk melaksanakan
Dikukuhkan menjadi PKP Seluruh Kewajiban
PKP
110
Pasal 11
SAAT TERUTANG PAJAK
(1) Terutangnya pajak terjadi pada saat:
1 Penyerahan BKP;
2 Impor BKP;
3 Penyerahan JKP;
4 Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari Luar Daerah Pabean;
5 Pemanfaatan JKP dari Luar Daerah Pabean;
6 Ekspor BKP Berwujud;
7 Ekspor BKP Tidak Berwujud; Accrual Basis
8 Ekspor JKP;
(2) Dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan BKP/JKP, atau dalam hal
pembayaran dilakukan sebelum dimulainya pemanfaatan BKP Tidak Berwujud/JKP dari
Luar daerah Pabean; saat terutangnya pajak adalah pada saat pembayaran
Cash Basis
111
Pasal 17 PP 1 TAHUN 2012 Saat Penyerahan
Pasal 11 UU PPN Pasal 13 UU PPN
Saat Pembuatan
Saat Terutang Pajak Saat Penyerahan
Faktur Pajak
“Saat penyerahan yang merupakan dasar penentuan saat terutang PPN dan saat
pembuatan Faktur Pajak disinkronisasikan dengan praktik yang lazim terjadi dalam
kegiatan usaha yang tercermin dalam praktik pencatatan atau pembukuan berdasarkan
prinsip akuntansi yang berlaku umum serta diterapkan secara konsisten oleh PKP”
“Penyerahan dianggap telah terjadi, apabila resiko dan manfaat kepemilikan barang
telah berpindah kepada pembeli dan jumlah pendapatan dari transaksi tersebut dapat
diukur dengan handal”
112
BACK
SAAT TERUTANG PAJAK PER-8/PJ/2010
113
TEMPAT TERUTANGNYA PAJAK
Ps. 12 ayat (1), (3), (4)
PEMANFAATAN BKP
PKP IMPOR TDK BERWUJUD/ JKP
DARI LUAR DAERAH PABEAN
TEMPAT TINGGAL/
• TEMPAT TINGGAL,
TEMPAT KEDUDUKAN/
• TEMPAT KEDUDUKAN, TEMPAT BKP TEMPAT KEGIATAN
• TEMPAT KEGIATAN DIMASUKKAN USAHA DARI ORANG
USAHA DILAKUKAN, DAN DIPUNGUT PRIBADI/ BADAN
• TEMPAT LAIN YG MEMANFAATKAN
MELALUI DITJEN
YANG DITETAPKAN BEA CUKAI BKP TDK BERUJUD/ JKP
OLEH DIRJEN PAJAK DARI LUAR DAERAH
PABEAN TERSEBUT
114
Tempat Lain Terutang PPN
SE-27/PJ./2010 jo PER-4/PJ./2010
115
Pasal 18 PP1/2012 Pemusatan PPN
PKP
Administrasi Penjualan
wajib terpusat pada
tempat pemusatan
116
Pemusatan PPN Terutang
Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor 19/PJ/2
010 tentang
Penetapan Satu Tempat Atau Lebih Seb
agai Tempat Pajak Pertambahan Nilai T
erutang
117
PEMUSATAN TEMPAT
TERUTANGNYA PAJAK TIDAK BOLEH YG
BERADA DI KAWASAN
BERIKAT, KAWASAN
APABILA PKP MEMILIH 1 TEMPAT EKONOMI KHUSUS &
YG MENDAPAT
ATAU LEBIH SEBAGAI FASILITAS
TEMPAT PEMUSATAN PPN TERUTANG KEMUDAHAN
IMPOR TUJUAN
EKSPOR
TARIF 10 %
PPN
(Psl. 7 UU PPN) ATAS EKSPOR 0%
PPN TERUTANG
ADALAH