Anda di halaman 1dari 12

A.

LATIHAN 1

Saudara dalam posisi sebagai Direktur Keuangan perusahaan yang mengkoordinasi


bidang-bidang keuangan, akuntansi dan administrasi umum. Sebagai perusahaan
yang bergerak di bidang jasa transportasi, maka aktiva tetap merupakan salah satu
aset yang signifikan, dan oleh sebab itu, kebijakan pengelolaan aktiva tetap menjadi
salah satu perhatian saudara.
Laporan keuangan tahun buku 2005 menunjukkan bahwa perusahaan menderita rugi
bersih sebesar Rp. 400.000.000, karena beban usaha perusahaan yang cukup tinggi,
di mana salah satu komponen beba usaha tersebut adalah beban penyusutan aktiva
tetap besar Rp 2.000.000.000 sebagi akibat besarnya nilai aktiva tetap yang
dioperasikan. Kebijakan akuntansi penyusutan enggunakan metode garis lurus
(straight-line method) dengan periode manfaat aktiva tetap rata-rata 5 tahun.
Saudara masih sulit menerima kondisi rugi yang dialami perusahaan, sebab dalam
kenyataannya, kondisi keuangan perusahaan masih cukup baik (surplus kas) dan
perusahaan tidak dalam kondisi ‘tidak likuid’.

General Manager Akuntansi mengatakan kepada saudara bahwa perusahaan dapat


saja memperoleh laba untuk tahun 2005 ini namum harus dillakukan perubahan
metode penyusutan aktiva tetap menjadi ‘saldo menurun’ atau ‘declining balance
method’, dan hal ini dimungkinkan oleh prinsip akuntansi yang berlaku.

Diminta:

1. Benarkah pernyataan bahwa perusahaan masih tidak mengalami kesulitan


walaupun pada tahun 2005 mengalami rugi bersih tersebut.
2. Apakah benar bahwa beban penyusutan aktiva tetap sangat mempengaruhi hasil
usaha perusahaan pada tahun berjalan ? Jelaskan.
3. Apakah pendapat bawahan saudara (General Manager Akuntansi) dapat diterima
atau sebaliknya? Berikan alasan saudara.
4. Carilah literatur, referensi atau informasi sejenis, mengenai kemungkinan suatu
perusahaan mengganti metode penyusutan aktiva tetap sebagai salah satu strategi
dalam accounting engineering untuk perusahaan.Jawaban:
Jawaban:

1. Pernyataan tersebut dapat dibenarkan jika dari hasil analisis likuiditas perusahaan
masih dalam kondisi likuid. Tapi, walaupun dari sisi likuiditas perusahaan masih
likuid, kondisi rugi yang dialami oleh perusahaan merupakan tanda penurunan
kinerja manajemen. Kecuali jika kerugian yang terjadi sebagai akibat dari adanya
kondisi extraordinary (tidak biasa), maka kerugian yang terjadi bukan karena
terjadinya penurunan kinerja manajemen.

Ada dua kategori kondisi Extraordinary, yaitu :


1. Kejadian sifatnya tidak biasa (unusual nature)
2. Tidak berulang / sangat jarang terjadi (infrequent of their occurence)

Contohnya adalah kerugian akibat kebakaran gudang yang menyebabkan


sebagian persediaan barang dagangan terbakar adalah contoh kejadian yang
sifatnya tidak biasa serta sangat jarang terjadi. Berbeda dengan banjir tahunan,
walaupun masuk kategori bencana, tetapi karena sifatnya yang biasa dan
berulang (setiap tahun) maka peristiwa ini tidak dikategorikan sebagai kejadian
extraordinary.
Jika dalam kegiatan operasional perusahaan tidak terdapat kondisi
extraordinary dan ditahun-tahun sebelumnya perusahaan memperoleh laba, maka
kerugian yang terjadi di tahun ini adalah tanda dari menurunnya kinerja
manajemen. Jika yang dijadikan permasalahan adalah beban penyusutan, maka
dengan meggunakan metode penyusutan garis lurus maka tentulah di tahun
sebelumnya perusahaan juga memiliki jumlah beban penysutan yang sama.
Kecuali jika pada tahun berjalan perusahaan membeli aktiva tetap baru, yang
menyebabkan bertambahnya nilai beban penyusutan.
Walaupun beban penyusutan bertambah akibat adanya penambahan aktiva
baru seharusnya perusahaan mampu memanfaatkan aktiva baru tersebut sehingga
mampu menambah pendapatan untuk menandingi penambahan beban.
Kecuali terjadi kondisi perusahaan melakukan investasi baru, investasi atas
aktiva tetap tersebut harus disusutkan, dan aktiva tetap tersebut bukanlah aktiva
produktif. Contohnya perusahaan membangun bangunan untuk pabrik di kota
lain, tetapi karena dana investasi pabrik baru sangat besar dan perusahaan baru
mempunyai dana untuk membangun bangunannya saja.
Pada saat bangunan telah selesai di bangun, bangunan tersebut telah
menjadi objek penyusutan. Tetapi karena bangunan tersebut belum produktif,
maka bangunan tersebut hanya memberikan tambahan beban penyusutan bagi
perusahaan, dan kondisi tersebut yang dapat mempengaruhi laporan laba rugi
perusahaan, yaitu menyebabkan terjadinya kenaikan beban penyusutan yang
tidak dibarengi kenaikan pendapatan sehingga laba perusahaan akan mengalami
penurunan (dengan catatan kondisi tingkat pendapatan sama dengan tahun
sebelumnya), bahkan perusahaan dapat mengalami kerugian.

2. Beban penyusutan mempengaruhi hasil usaha (Laba atau Rugi) perusahaan


dengan porsi yang sesuai. Beban Penyusutan sebenarnya adalah alokasi biaya
perolehan aktiva tetap (yang dapat diususutkan - aktiva selain tanah). Metode
penyusutan menentukan jumlah alokasi biaya perolehan aktiva selama periode
manfaat (umur ekonomis) aktiva tersebut. Pengaruh beban penyususutan atas
hasil usaha (laba atau rugi) juga dipengaruhi oleh besarnya aktiva yang dimiliki
oleh perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk memanfaatkan aktiva
tersebut. Jika perusahaan memiliki jumlah aktiva yang sangat besar tetapi tidak
mampu menggunakan aktiva tersebut secara optimal maka alokasi biaya
perolehan (beban penyusutan) akan sangat mempengaruhi hasil usaha.

Contoh :

Misal perusahaan A dan B bergerak dalam bidang manufaktur mobil. Perusahaan


A dan B memiliki aktiva tetap (yang dapat disusutkan) yang sama senilai Rp.
10.000.000.000,- dengan umur ekonomis 20 tahun. Kedua perusahaan tersebut
menggunakan metode penyusutan garis lurus sehingga per tahun beban
penyusutan yang harus ditanggung sebesar Rp. 500.000.000,00

Contoh: Laporan Laba/Rugi Sederhana

Laporan Laba Rugi Perusahaan A Perusahaan B

Penjualan Mobil 4.000.0000.000,00 1.000.000.000,00

HPP (2.000.000.000,00) (500.000.000,00)

Gross Profit 2.000.000.000,00 2.000.000.000,00

Biaya Operasional 500.000.000,00 200.000.000,00

Biaya Penyusutan 500.000.000,00 500.000.000,00

Laba / Rugi 1.000.000.000,00 - 200.000.000,00

Dari tabel diatas dapat diketahui jika perusahaan A dengan aktiva senilai Rp.
10.000.000.000 mampu memperoleh pendapatan sebesar Rp. 4.000.0000,00
sehingga mampu memperoleh laba sebesar Rp. 1.000.000.000,00. Tetapi
perusahaan B kurang mampu memanfaatkan aktiva tetap yang dimilikinya
sehingga pendapatan yang diperoleh belum mampu untuk menutupi beban yang
ditanggung akibat perolehan aktiva tersebut dan beban lainnya yang terjadi akibat
kegiatan operasi perusahaan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa beban penyusutan cukup mempengaruhi hasil


perusahaan, sehingga perusahaan harus mampu memanfaatkan aktiva tetap yang
dimilikinya (terutama aktiva yang menjadi objek penyusutan) seoptimal
mungkin.
3. Pernyataan General Manager tersebut dapat diterima. Jika berdasarkan metode
garis lurus, suatu biaya perolehan aktiva tetap disusutkan selama periode
manfaatnya dengan porsi yang sama. Tetapi berdasarkan saldo menurun
“declining balance method”, biaya depresiasi dihitung dari Nilai Buku aktiva
bukan dari biaya perolehan, dan beban penyusutan yang dihitung dengan
menggunakan metode saldo menurun jumlahnya akan mengalami penurunan
setiap tahun.

Contoh:

Bangunan diperoleh senilai Rp. 5.000.000.000,- dan memiliki umur ekonomis


selama 10 tahun.

- Dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus maka biaya perolehan


yang akan dialokasikan per tahun diperoleh dari nilai perolehan sebesar Rp.
5.000.0000.0000,- dibagi dengan 10 tahun (Rp. 5.000.000.000,00 : 10) yaitu
sebesar Rp. 500.000.000,00 pertahun.

Depresiasi dengan Metode Garis Lurus

Biaya Akumulasi
  Biaya Perolehan Nilai Buku
Depresiasi Depresiasi
Tanggal Perolehan 5.000.000.000     5.000.000.000
Depresiasi Th ke 1 5.000.000.000 500.000.000 500.000.000 4.500.000.000
Depresiasi Th ke 2 5.000.000.000 500.000.000 1.000.000.000 4.000.000.000
Depresiasi Th ke 3 5.000.000.000 500.000.000 1.500.000.000 3.500.000.000
Depresiasi Th ke 4 5.000.000.000 500.000.000 2.000.000.000 3.000.000.000
Depresiasi Th ke 5 5.000.000.000 500.000.000 2.500.000.000 2.500.000.000
Depresiasi Th ke 6 5.000.000.000 500.000.000 3.000.000.000 2.000.000.000
Depresiasi Th ke 7 5.000.000.000 500.000.000 3.500.000.000 1.500.000.000
Depresiasi Th ke 8 5.000.000.000 500.000.000 4.000.000.000 1.000.000.000
Depresiasi Th ke 9 5.000.000.000 500.000.000 4.500.000.000 500.000.000
Depresiasi Th ke 10 5.000.000.000 500.000.000 5.000.000.000 -

- Perhitungan Biaya Depresiasi dengan menggunakan declining balance


method berbeda dengan metode garis lurus. Pada metode declining balance
method, biaya depresiasi dihitung dari Nilai Buku aktiva bukan dari biaya
perolehan. Nilai buku diiperoleh dari Biaya perolehan dikurangi akumulasi
depresiasi. Pada metode declining balance method, beban depresiasi akan
mengalami penurunan setiap tahun atau dengan kata lain tahun-tahun awal
masa manfaat aktiva tersebut memiliki beban depresiasi yang lebih besar dari
tahun berikutnya.
Perhitungan Depresiasi dengan declining balance method

Biaya Akumulasi
  Biaya Perolehan Nilai Buku
Depresiasi Depresiasi
Tanggal Perolehan 5.000.000.000     5.000.000.000
Depresiasi Th ke 1 5.000.000.000 500.000.000 500.000.000 4.500.000.000
Depresiasi Th ke 2 5.000.000.000 450.000.000 950.000.000 4.050.000.000
Depresiasi Th ke 3 5.000.000.000 405.000.000 1.355.000.000 3.645.000.000
Depresiasi Th ke 4 5.000.000.000 364.500.000 1.719.500.000 3.280.500.000
Depresiasi Th ke 5 5.000.000.000 328.050.000 2.047.550.000 2.952.450.000
Depresiasi Th ke 6 5.000.000.000 295.245.000 2.342.795.000 2.657.205.000
Depresiasi Th ke 7 5.000.000.000 265.720.500 2.608.515.500 2.391.484.500
Depresiasi Th ke 8 5.000.000.000 239.148.450 2.847.663.950 2.152.336.050
Depresiasi Th ke 9 5.000.000.000 215.233.605 3.062.897.555 1.937.102.445
Depresiasi Th ke 10 5.000.000.000 193.710.245 3.256.607.800 1.743.392.201

Dari contoh diatas terlihat jika perusahaan mengubah metode depresiasi dari
garis lurus ke metode penyusutan saldo menurun (declining balance method)
akan mengakibatkan laba perusahaan setelah tahun ke 1 lebih besar
dibandingkan dengan laba perusahaan dengan menggunakan metode garis
lurus.

4. Salah satu prinsip akuntansi adalah konsistensi. Konsistensi maksudnya dalam


menerapkan suatu metode akuntansi entitas haruslah konsisten (tidak berubah-
ubah). Pernyataan Standar Akuntansi No 1. tentang penyajian laporan
keuangan menyatakan bahwa :

Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode harus
konsisten kecuali:

a.terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi perusahaan atau


perubahan penyajian akan menghasilkan penyajian yang lebih tepat atas
suatu transaksi atau peristiwa; atau
b. perubahan tersebut diperkenankan oleh PSAK.

Berkaitan dengan perubahan metode penyusutan, PSAK telah memberikan


pedoman bahwa perubahan dari satu metode penyusutan ke metode lain
haruslah menunjukkan bahwa metode penyusutan atas suatu aktiva tetap harus
diubah karena metode lainnya lebih tepat.

Contoh :

Kendaraan, jika kendaraan tersebut lebih banyak digunakan pada tahun-tahun


awal dari masa manfaat (umur ekonomis) kendaraan tersebut, maka metode
depresiasi yang lebih tepat adalah metode double declining method (saldo
menurun berganda). Dengan menggunakan metode saldo menurun berganda
maka besarnya beban penyusutan pada tahun-tahun awal masa manfaat aktiva
tersebut akan lebih besar dibandingkan dengan tahun-tahun berikutnya.
Hal ini dianggap tepat karena tahun-tahun awal masa manfaat kendaraan
tersebut lebih banyak menerima manfaat dari kendaraan tersebut, sehingga
beban depreasiasi yang merupakan alokasi biaya perolehan kendaraan tersebut
dibebankan dengan jumlah yang lebih besar di awal periode (tahun-tahun awal
umur ekonomis kendaraan tersebut). Pertimbangan ini juga berlaku bagi aktiva
tetap lainnya.
B. LATIHAN 2

PT TAMAN KENCANA merupakan perusahaan jasa yang bergerak dalam bidang


agribisnis, khususnya hortikultura. Perusahaan mulai beroperasi sejak 1 Juli 1998.
Untuk kebutuhan operasionalnya, perusahaan memiliki daftar aktiva sebagai berikut:

Jenis & Nama Aktiva Tanggal Perolehan Jumlah Harga Per Metode Usia
Tetap Unit/Set Unit/Per Set Penyusutan Manfaat
(Rp) (Tahun)
Gedung Kantor 1 Juli 1998 1 500.000.000 Garis Lurus 10
Peralaan Kantor:
- Furniture 1 Juli 1998 4 Set 10.000.000

- Komputer 1 Juli 1998 2 4.000.000 Garis Lurus 5


1 Oktober 2000 4 6.000.000

- Alat Komunikasi 2 Januari 1999 1 Set 20.000.000

Kendaraan
Operasional:
- Kendaraan Kantor 1 Juli 1998 2 100.000.000

- Roda Dua 1 Juli 1998 4 5.000.000 Garis Lurus 5

- Truk 1 Juli 1998 2 100.000.000


1 April 2000 3 150.000.000

Mesin Packing 2 Januari 2000 1 100.000.000 Garis Lurus 10

Ditanya:
1. Hitung Beban Penyusutan setiap tahun sejak tanggal perolehan sampai 31-12-
2002
2. Hitung Akumulasi Penyusutan setiap Aktiva Tetap per tanggal 31-12-2002
3. Bila pada 2 Januari 2000 dilakukan overhaul terhadap truk yang dibeli pada
tahun 1998 dengan biaya Rp. 50.000.000 per unit sehingga usi manfaatnya
bertambah 2 tahun, hitung dampaknya terhadap perhitungan penyusutan aktiva
yang bersangkutan.
Jawaban:

1. Beban penyusutan setiap tahun, sejak tanggal perolehan sampai dengan 31-
12-2002.

Tahun Beban Penyusutan

1998 Rp. 71.800.000,-

1999 Rp. 147.600.000,-

2000 Rp. 226.300.000,-

2001 Rp. 252.400.000,-

2002 Rp. 252.400.000,-

Perhitungan lengkap dalam lampiran 1

2. Akumulasi Penyusutan. Akumulasi penyusutan adalah penjumlahan beban


penysutan tahun berjalan dengan tahun-tahun sebelumnya. Akumulasi
penyusutan aktiva tetap per tanggal 31-12-2002 adalah sebsar Rp.
950.500.000

Tahun Akumulasi Penyusutan

1998 Rp. 71.800.000

1999 Rp. 219.400.000

2000 Rp. 445.700.000

2001 Rp. 698.100.000

2002 Rp. 950.500.000

Perhitungan lengkap dalam Lampiran 1


3. Bila pada 2 Januari 2000 terjadi overhaul terhadap truk yang dibeli tahun
1998 dengan biaya Rp. 50.000.000 per unit sehingga masa manfaatnya
bertambah 2 tahun, maka perhitungan penyusutan aktiva yang bersangkutan
adalah:

Diketahui:

a. Nilai Perolehan Truk tahun 1998 = Rp. 100.000.000 per unit


Jumlah Truk yang diperoleh = 2 unit
Jumlah Nilai perolehan Truk tahun 1998 = Rp. 200.000.000
Usia Manfaat = 5 Tahun
Sisa Usia Manfaat = 5 tahun – 1,5 tahun penggunaan (1 tahun 6 bulan)
Sisa Usia Manfaat = 3,5 tahun
Metode Penyusutan = Garis Lurus
Nilai Penyusutan per tahun = Rp. 40.000.000,-

b. Akumulasi Penyusutan sampai dengan tahun 1999 = Rp. 60.000.000


Nilai buku Truk 2 Januari 2002 = Rp. 200.000.000 – Rp. 60.000.000
Nilai buku Truk 2 Januari 2002 = Rp. 140.000.000

c. Biaya Perbaikan = Rp. 50.000.000 per unit


Jumlah Biaya perbaikan 2 uni truk = Rp. 100.000.000,00
Tambahan Usia Manfaat = 2 tahun

Dari informasi diatas maka dilakukan perhitungan:

Nilai Truk setelah overhaul = Rp. 140.000.000 + Rp. 100.000.000


Nilai Truk setelah overhaul = Rp. 240.000.000

Usia Manfaat = 2 tahun tambahan usia akibat overhaul + Sisa usia manfaat
Usia Manfaat = 5,5 tahun

Beban Penyusutan setelah overhaul = Rp. 240.000.000 : 5,5 tahun


Beban Penyusutan setelah overhaul = Rp. 43.636.364

Jadi beban penysutan yang sebelumnya sebesar Rp. 40.000.000,- per tahun
berubah menjadi Rp. 43.636.364,- per tahun.
C. LATIHAN 3

PT BHISMA FOOD CATERING merupakan perusahaan jasa boga berskala


menengah yang melayani berbagai perusahaan di suatu kawasan industri. Perusahaan
yang berdiri pada tahun 2000 ini menunjukkan perkembangan yang cukup pesat.
Berikut adalah daftar aktiva tetap perusahaan sampai dengan akhir tahun 2002.

Jenis & Nama Aktiva Tanggal Perolehan Jumlah Harga Per Metode Usia
Tetap Unit/Set Unit/Per Set Penyusutan Manfaat
(Rp) (Tahun)
Gedung Kantor 1 April 2000 1 400.000.000 Garis Lurus 10
Peralaan Kantor:
- Furniture 1 April 200 4 Set 15.000.000

- Komputer 1 April 2000 2 4.000.000


1 Juli 2000 4 5.000.000 Garis Lurus 5
1 Januari 2002 2 6.000.000

- Alat Komunikasi 1 April 2000 1 Set 10.000.000


1 Oktober 2000 1 Set 10.000.000

Kendaraan
Operasional:
- Kendaraan Kantor 1 Juli 1998 2 80.000.000
1 Oktober 2000 2 120.000.000
Garis Lurus 5
- Roda Dua 1 Juli 1998 4 5.000.000

- Truk 1 Juli 1998 2 100.000.000


1 April 2000 3 150.000.000
1 Juli 2002 1 200.000.000

Mesin Pemasak 1 April 2000 1 set 50.000.000 Garis Lurus 8


1 Juli 2001 1 set 60.000.000

Ditanya:
1. Hitung Beban Penyusutan setiap tahun sejak tanggal perolehan sampai 31-12-
2002
2. Hitunga Akumulasi Penyusutan setiap aktiva per tanggal 31-12-2002
3. Bila pada Januari 2001 dilakukan overhaul terhadap seluruh truk yang dibeli
pada tahun 1998 dengan biaya Rp. 60.000.000 per unit sehingga usia manfaatnya
bertambah 2 tahun, hitung dampaknya terhadap perhitungan penyusutan aktiva
yang bersangkutan.
Jawaban:

1. Beban penyusutan setiap tahun sampai dengan 31-12-2002

Tahun Beban Penyusutan

1998 Rp. 38.000.000

1999 Rp. 76.000.000

2000 Rp. 204.387.500

2001 Rp. 285.600.000

2002 Rp. 311.750.000

Perhitungan lengkap dalam lampiran 2

2. Akumulasi Penyusutan. Akumulasi penyusutan adalah penjumlahan beban


penyusutan tahun berjalan dengan tahun-tahun sebelumnya. Akumulasi
penyusutan tanggal 31-12-2002 sebesar Rp. 915.737.500

Tahun Akumulasi Penyusutan

1998 Rp. 38.000.000

1999 Rp. 114.000.000

2000 Rp. 318.387.500

2001 Rp. 603.987.500

2002 Rp. 915.737.500

Perhitungan lengkap dalam Lampiran 2


3. Bila pada 2 Januari 2001 terjadi overhaul terhadap truk yang dibeli tahun
1998 dengan biaya Rp. 60.000.000 per unit sehingga masa manfaatnya
bertambah 2 tahun, maka perhitungan penyusutan aktiva yang bersangkutan
adalah:

Diketahui:

a. Nilai Perolehan Truk tahun 1998 = Rp. 100.000.000 per unit


Jumlah Truk yang diperoleh = 2 unit
Jumlah Nilai perolehan Truk tahun 1998 = Rp. 200.000.000
Usia Manfaat = 5 Tahun
Sisa Usia Manfaat = 5 tahun – 2,5 tahun penggunaan (2 tahun 6 bulan)
Sisa Usia Manfaat = 2,5 tahun
Metode Penyusutan = Garis Lurus
Nilai Penyusutan per tahun = Rp. 40.000.000,-

b. Akumulasi Penyusutan sampai dengan tahun 2000 = Rp. 100.000.000


Nilai buku Truk 2 Januari 2002 = Rp. 200.000.000 – Rp. 100.000.000
Nilai buku Truk 2 Januari 2002 = Rp. 100.000.000

c. Biaya Perbaikan = Rp. 60.000.000 per unit


Jumlah Biaya perbaikan 2 uni truk = Rp. 120.000.000,00
Tambahan Usia Manfaat = 2 tahun

Dari informasi diatas maka dilakukan perhitungan:

Nilai Truk setelah overhaul = Rp. 100.000.000 + Rp. 120.000.000


Nilai Truk setelah overhaul = Rp. 220.000.000

Usia Manfaat = 2 tahun tambahan usia akibat overhaul + Sisa usia manfaat
Usia Manfaat = 4,5 tahun

Beban Penyusutan setelah overhaul = Rp. 220.000.000 : 4,5 tahun


Beban Penyusutan setelah overhaul = Rp. 48.888.889

Jadi beban penysutan yang sebelumnya sebesar Rp. 40.000.000,- per tahun
berubah menjadi Rp. 48.888.889,- per tahun.

Anda mungkin juga menyukai