Anda di halaman 1dari 25

Bab 6 Analisis Cross-Section i

MAKALAH ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

CROSS-SECTION

KELOMPOK 6

Anisa Doholio 16304070

Indrisari Patioran 16304020

Linda Harilawang 16304060

Yudi Lamandoke 16304032

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

2019
Bab 6 Analisis Cross-Section ii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi ALLAH, Tuhan seru sekalian alam atas Rahmat dan karuniaNya, kami
dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul ”
Cross-Section “
Dalam kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Ramon F.
A. Tumiwa, MM selaku dosen yang mengajar mata kuliah analisis laporankeuangan yang
telah memberikan waktu dan kesempatan bagi kami kelompok 6 untuk menyelesaikan
makalah ini.

Akhir kata kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna dan
banyak kekurangannya, oleh karena itu kami mengharapkan saran, kritik, sanggahan dan
petunjuk dari berbagai pihak agar berikutnya pembuatan makalah ini menjadi lebih baik di
masa mendatang.

Semoga makalah yang telah kami buat ini dapat bermanfaat bagi para pembaca yang
budiman terutama Mahasiswa/I di Fakultas Ekonomi yang kami selalu banggakan. Terima
kasih
Bab 6 Analisis Cross-Section iii

DAFTAR ISI

Bab 6 Analisis Cross-Section 109

6.1. Perbandingan Cross Section 109


6.2. Perhitungan Rata-Rata Industri 116
6.3. Perbedaan Antarindustri 118
Bab 6 Analisis Cross-Section iv
Bab 6 Analisis Cross-Section 109

Bab 6
ANALISIS CROSS-SECTION

6.1. Perbandingan Cross Section


6.2. Perhitungan Rata-Rata Industri
6.3. Perbedaan Antarindustri
Bab 6 Analisis Cross-Section 110

Bab 6
ANALISIS CROSS-SECTION

ANALISIS keuangan akan lebih tajam apabila angka-angka keuangan dibandingkan dengan
standar tertentu. Standar tersebut bisa berupa (1) standar internal yang ditetapkan oleh
manajemen seperti target yang telah ditetapkan, (2) perbandingan historis atau perbandingan
angka-angka keuangan dengan angka-angka massa sebelumnya, dan (3) perbandingan dengan
perusahaan atau industri yang sejenis. Tanpa perbandingan tidak akan diketahui apakah
prestasi keuangan suatu perusahaan menunjukan perbaikan atau sebaliknya menunjukan
penurunan. Bab ini membicarakan analisis perbandingan cross section dalam analisis
keungan. Bab berikutnya akan membicarakan analisis historis data keuangan, yang tidak lain
merupakan analisis time series daata keuangan.

6.1 PERBANDINGAN CROSS SECTION

Analisis cross section (perbandingan dengan perusahaan atau industri yang sejenis) akan
bermanfaat untuk melihat prestasi perusahaan relatif terhadap industri dan juga bermanfaat
dalam kasus khusus seperti untuk menentukan bonus bagi manajemen perusahaan. Bonus
bagi manajemen perusahaan pada beberapa perusahaan ditentukan berdasarkan keuntungan
perusahaan relatif terhadap industri. Apabila perusahaan memperolah untung diatas industri,
manajemen perusahan akan memperoleh bonus, dan tidak memperoleh bonus apabila yang
terjadi sebaliknya.

Mendefinisikan industri sejenis bukan merupakan pekerjaan mudah. Industri yang bisa
diperbandingkan pada dasarnya mempunyai satu atau beberapa elemen yang sama dengan
perussahaan. Kesamaan tersebut antara lain :

a. Kesamaan dalam jenis bahan baku atau supplier


Perusahaan bisa dikelompokan berdasarkan bahan baku yang dipakai, bisa juga
berdasarkan proses produksi yang dipunyai. Standart Industrial Classicfication biasanya
menggunakan kriteria semacam ini (struktur fisik dan teknologi proses produksi dan
homogenitas produksi). Klasifikasi semacam ini juga banyak diipakai oleh lembaga lan.
Perhatikan klassifikasi industri yang diikeluarkan oleh laporan Jakarta Stock Exchange
(Bursa Efek Jakarta) untuk mengelompokan saham-saham yang listing berdasarkan
industri.
Bab 6 Analisis Cross-Section 111

Tabel 6.1 Klasifikasi Industri di BEJ (Bursa Efek Jakarta, 20X2)


I. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
II. Makanan ternak
III. Pertambangan dan Jasa Pertambangan
IV. Konstruksi
V. Manufacturing and Commercial
A. Makanan dan Minuman
B. Manufaktur Tembakau
C. Produk Tekstil dan sejenisnya
D. Kertas dan produk-produk sejenisnya
E. Pakaian dan Produk Tekstil lainnya
F. Produk Kertas dan sejenisnya
G. Produk Kimia dan sejenisnya
H. Produk Adhesive
I. Produk Plastik dan Gelas
J. Semen
K. Produk Besi dan sejenisnya
L. Produk Besi fbrikasi dan sejenisnya
M. Produk batu, beton dan sejenisnya
N. Mesin
O. Kabel
P. Peralatan Kantor dan Elektronik
Q. Produk Otomotif dan sejenisnya
R. Peralatan Fotografi
S. Farmasi
T. Barang Bahan Konsumsi (sbun, pasta gigi, dll)
VI. Pelayanan Transportasi
VII. Komunikasi
VIII. Perdagangan Retail dan Whole Sale
IX. Perbankan, Lembaga Keuangan Selain Bank, Lembaga Sekuritas, Asuransi, dan Real
Estate.
A. Perbankan
B. Lembaga Keuangan Selain Bank
C. Asuransi
D. Properti dan Real Estate
X. Hotel dan Pelayanan Travel
XI. Perusahaan Holding dan investasi lainnya
XII. Lainnya
Bab 6 Analisis Cross-Section 112

(2) Kesamaan dari sisi permintaan

Pendekatan ini menggunakan produk-produk yang dihasilkan sebagai kriteria


pengelompokan industri. Apabila produk-produk memenuhi kebutuhan yang sama, dan
produk-produk tersebut merupakan substitusi satu sama lainnya, maka produk-produk
tersebut masuk dalam kelompok industri yang sama. Produk-produk tersebut bisa
mempunyai horison yang pendek yaitu produk-produk yang sama saat ini, tetapi bisa
juga mempunyai horison jangka panjang yaitu produk-produk yang saling berkompetisi
pada beberapa tahun mendatang (misal sepuluh tahun mendatang). Perspektif jangka
pendek mempunyai relevansi yang tinggi karena membbicaraan situasi saat ini, tetapi
perspektif jangka panjang membuat perusahaan waspada terhadap kemungkinan
perubahan persaingan. Produk yang saat ini bukan merupakan pesaing, barangkali
merupakan pesaing potensial yang akan menjadi pesaing sesungguhnya pada masa
mendatang. Sebagai contoh, mesin fax saat ini tidak bersaing secara langsung dengan
komputer PC. Tetapi pada masa mendatang dengan semakin berkembangnya PC yang
mempunyai kemampuan fax dan modern, maka PC akan menjadi pesaing serius mesin
fax. Keduanya akan memenuhi kebutuhan generik yang sama, yaitu kebutuhan
komunikasi.

(3) Kesamaan dalam atribut keuangan

Dari sudut pandang investasi, saham-sahamnya yang mempunyai beberapa kesamaan


atribut bisa dimasukkan kedalam satu kelompok. Contoh atribut yang relevan adalah
risiko, rasio PER (Price Earning Ratio), dan kapitalisasi pasar untuk menentukan besar
kecilnya kapitalisasi saham. Investor yang ingin menginvestasikan dananya ke saham
kecil (kapitalisasi pasar kecil) barangkali akan memiilih 25% saham paling kecil, dan
membandingkan saham-saham yang mempunyai nilai kapitalisasi yang kecil.

Dalam memilih perusahaan yang akan dipakai sebagai perbandingan, analisis juga bisa
menggabungkan ketiga atribut diatas. Misalkan sebuah perusahaan transportasi dengan aset
tidak terlalu besar (misal Rp 1,5 miliar), maka perbandingan yang tepat adalah perusahaan
transportasi lainnya yang mempunyai aset yang hampir sama besarnya. Membandingkan
Bab 6 Analisis Cross-Section 113

perusahaan tersebut dengan perusahaan transportasi lain yang mempunyai aset Rp 100 miliar
barangkali tidak sepenuhnya tepat.

Di negara-negara maju, data-data yang berkaitan dengan perusahaan sejenis biasanya bisa
dicari. Tetapi tidak demikian halnya dengan data industri di negara-negara yang belum maju
seperti di Indonesia. Saat ini perusahaan yang go public dan listing di BEJ mencapai sekitar
200 saham (bandingkan dengan New York Exchange yang mencapain sekitar 1.700 saham).
Sebagian besar perusahaan di Indonesia masih belum go pubic. Perusahaan-perusahaan yang
belum go public biasanya tidak memberikan laporan keuangan kepubik, dan dengan demikian
data perbandingan akan sulit diperoleh. Kecuali bank-bank yang mempunyai data-data
keuangan nasabahnya. Tetapi data semacam ini barangkali akan sulit diakses oleh perusahaan
lain, meskipun untuk perbandingan. Kalaupun menggunakan data perusahaan yang go public,
masih bisa dipertanyakan apakah data yang dipakai sudah “respresentatif” karena data
industri tersebut tidak memasukan data perusahaan yang tidak go public (private). Masalah
ini akan semakin rumit apabila perusahaan yang tidak go public tersebut merupakan
perusahaan yang dominan dalam industri tersebut.

Penjualan (1983) Sektor Usaha

Perusahaan Publik
1. Exxon $ 88,6 Minyak dan Gas
2. General Motors 74,6 Otomotif
3. Mobil 54,6 Minyak dan Gas
4. Ford Motor 44,5 Otomotif
5. IBM 40,2 Komputer
6. Texaco 40,1 Minyak dan Gas
7. Du Pont 35,4 Kimia, Minyak dan Gas
8. Phibro Solomon 29,8 Perdagangan dan Keuangan
9. Amoco 27,6 Minyak dan Gas
10. Chevron 27,3 Minyak dan Gas

Perusahaan Private
28,6 Biji
1. Cargill
26,5 Dealer Bullion
2. Mocatta Metals
Bab 6 Analisis Cross-Section 114

Masalah lain yang mungkin timbul adalah tidak “jelasnya” industri yang akan dipakai
sebagai perbandingan. Perusahaan yang besar biasanya beroperasi tidak hanya pada satu
sektor usaha saja, tetapi melakuakan diversifikasi pada beberapa sektor. Konglomerasi
semacam Bimantara atau Salim Group mempunyai ratusan perusahaan yang bergerak dalam
bidang usaha yang sangat beragam. Apabila perusahaan semacam itu menerbitkan laporan
keuangannya per segmen usaha, maka analisis akan tertoolong, karena bisa menggunakan
segmen yang relevan dalam analisis. Tetapii biasanya perusahaan semacam itu tidak
menerbitkan laporan per segmen, laporan yang dihasilkan biasanya laporan konsolidasi yang
mencakup semua jenis usaha. Laporan konsolidasi tentu saja kurang relevan dalam analisis
perbandingan.

Banyak juga perusahaan yang mempunyai usaha pokok yang tertentu, tetapi juga
mempunyai usaha pada sektor lain yang barangkali tidak terlalu dominan proporsinya.
Kebanyakan laporan keuangan perusahaan semacam ini juga bersifat konsolidasi, tidak
melaporkan per segmen. Perhatikan urut-urutan semacam ini.

A. Perusahaan dengan kegiatan tunggal pada sektor yang relevan. Laporan keuangan
tersedia.
B. Perusahaan dengan beberapa aktivitas, tetapi mempunyai kegiatan yang dominan pada
sektor yang relevan. Laporan keuangjan tersedia.
C. Perusahaan dengan banyak aktivitas, tidak akativitas yang paling dominan (mirip
dengan konglomerasi). Sulit menentukan sektor usaha yang relevan. Laporan
keuangan per segmen tersedia.
D. Perusahaan dengan banyak aktivitas tidak ada aktivitas yang paling dominan. Sulit
menentukan sektor usaha yang relevan. Laporan keuangan hanya berupa laporang
konsolidasi.
E. Perusahaan private, tidak ada laporan keuangan yang diipublikasikan. (sektor usaha
yang relevan adalah sektor usaha yang akan dijadikan bahan perbandingan).

Perhatikan bahwa industri yang relatif “jelas” adalah industri dengan perusahaan-perusahaan
masuk dalam kategori A. Kategori lainnya memerlukan pertimbangan tersendiri untuk
menentukan bagaimana sebaiknya suatu industri didefinisikan. Perusahaan dalam kategori E
Bab 6 Analisis Cross-Section 115

barangkali sangat sulit di analisis karena tidak adanya data relevan yang tersedia. Perusahaan
dalam kategori D juga sulit dianalisis karena laporan keuangan yang tersedia masih bersifat
konsolidasi. Menentukan industri yang paling tepat untuk perbandingan dan
mengkomunikasikan kepihak eksternal kadang-kadang bukan merupakan pekerjaan yang
mudah. Sebagai contoh, Bankers Trust adalah bank yyang terlibat dalam jual beli surat-surat
berharga (sering disebut sebagai market maker). Sifat usaha semacam ini lebih berisiko
dibandingkan dengan usaha perbankan konvensional yang memfokuskan pada manajemen
tingkat bunga (mengelola spread tingkat bunga deposito dengan tingkat bunga pinjaman).
Tetapi pasar keuangan (dan juga para analisnya) mengelompokan Bankers Trust kedalam
kelompok perbankan, yang mengakibatkan usaha Bankers Trust nampak lebih berisiko
dibandingkan rata-rata industri. Akibatnya rasio PER Bankers Trust lebih rendah
dibandingkan rasio PER industri, karena ada persepsi bahwa Bankers Trust lebih berisiko
dibandingkan dengan rata-rata industri. Misalkan Bankers Trust dibandingkan dengan
kelompok invesment Bank (seperti Salomon Brothers) yang terlibat dalam jual beli saham
dan surat berharga lainnya, barangkali Bankers Trust tidak akan nampak tinggi risikonya,
dengan hasil PER-nya tidak terlalu rendah dibandingkan PER industri.

Pada beberapa situasi barangkali tidak tersedia angka industri didalam negeri. Contoh
yang paling ekstrem adalah maskapai penerbangan di Singapura. (Singapore Airlines/SIA)
yyang merupakan satu-satunya maskapai penerbangan di Singapura. Di Indonesia kita
mempunyai PT. KAI (Kereta Api Indonesia) yang merupakan satu-satunya angkutan kereta
api di Indonesia. Dalam situasi semacam ini perbandingan dengan rata-rata industri domestik
tidak mungkin dilakukan. Dalam kasus Singapore Airlines, analis barangkali bisa
dibandingkan angka-angka SIA dengan angka-angka dari maskapai lainnya seperti Malaysian
Airlines (MAS), British Airways. Dalam kasus PT KAI (Kereta Api Indonesia), barangkali
analis tidak bisa membandingkan secara langsung dengan kereta api di negara-negara
lainnya, karena meskipun sama-sama bergerak dalam industri kereta api, tetapi kondisi
lingkungan di negara-negara lain barangkali akan sangat berbeda dengan kondisi lingkungan
di Indonesia. Sebagai contoh, di Indonesia perusahaan kereta api yang merupakan BUMN
(Badan Usaha Milik Negara) akan dibebani tugas sebagai agen sosial yang mempunyai misi
menjalankan tugas sosial tanpa memikirkan keuntungan. Sementara di negara lain misi
semacam itu barangkali tidak ada. PT KAI (Kereta Api Indonesia) di Indonesia memegang
monopoli angkutan kereta api, meskipun barangkali ada pengendalian harga. Di luar negeri
barangkali persaingan yang terjadi merupakan persaingan yang sempurna. Dengan beberapa
Bab 6 Analisis Cross-Section 116

keterbatasan tadi analis membutuhkan pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan


perbandingan yang tepat untuk PT KAI (Kereta Api Indonesia). Barangkali perbandingan
dengan standar internal (target) akan lebih tepat diterapkan untuk PT KAI (Kereta Api
Indonesia) dengan asumsi target tadi disusun secara realistis.

Berikut ini rasio-rasio keuangan untuk beberapa negara. Untuk di Indonesia bisa
dilihat pada lampiran.

Tabel 6.2. Perbandingan Rasio-Rasio Keuangan Internasonal

Jepang Korea Amerika Serikat


Rasio Lancar 1,15 1,13 1,94
Total Utang ke Total Aset 0,84 0,78 0,47
Times Interest Earned 1,60 1,80 6,50
Perputaran Persediaan 5,00 6,60 6,80
Rata-rata Umur Piutang 86 hari 33 hari 43 hari
Profit Margin 0,013 0,023 0,054
Return On Total Asset 0,012 0,028 0,074

Secara umum nampak bahwa perusahaan Amerika Serikat lebih likuid, solvabel,
efisien, dan menguntungkan dibandingkan dengan perusahaan Jepang dan Korea. Apakah
perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan akuntansi? Setelah perbedaan akuntansi disesuaikan
nampak bahwa kesimpulan di atas masih tetap berlaku, sehingga perbedaan akuntansi
nampaknya tidak mempengaruhi kesimpulan di atas. Pertanyaan berikutnya adalah apakah
perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan faktor budaya dan institusional. Sampai saat ini
riset belum mengarah sampai ke riset untuk menjawab pertanyaan tersebut. Barangkali
pertanyaan tersebut akan sangat relevn untuk dijawab atas perbedaan-perbedaan yang terjadi
antarnegara tersebut.

6.2. PERHITUNGAN RATA-RATA INDUSTRI

Untuk menghitung rata-rata industri seorang analis mempunyai beberapa alternatif.

(1) Menghitung nilai tunggal sebagai perbandingan,


(2) Menghitung nilai tunggal dengan dipersinya (standar deviasinya),
Bab 6 Analisis Cross-Section 117

(3) Menghitung nilai untuk percentile tertentu (misal menghitung nilai untuk perusahaan-
perusahaan yang mempunyai ukuran 25% paling kecil).

Untuk perhitungan (1) di atas ada beberapa alternatif yang bisa dipakai:
(1) Menghitung rata-rata aritmatika,
(2) Menghitung rata-rata tertimbang,
(3) Menggunakan median,
(4) Menggunakan modus.

Misalkan kita mempunyai data suatu industri yang terdiri dari beberapa perusahaan
sebagai berikut:

Perusahaan

A B C D E F G H

ROA 10% 12% 12% 13% 9% 12% 8% 9%

Nilai Buku Saham 300 420 250 200 250 210 310 335

Nilai Pasar Saham 350 400 420 450 460 350 340 400

Dengan perhitungan rata-rata aritmatika, ROA industri bisa dihitung sebagai berikut:

1/8 (10 + 12 + 12 + 13 + 9 + 12 + 8 + 9) = 10,625%

Angka ini kemudian bisa dipakai sebagai standar untuk perbandingan. Alternatif lain
adalah dengan menghitung rata-rata tertimbang. Misalkan analis menggunakan nilai buku
saham sebagai pembobotnya, rata-rata ROA bisa dihitung sebagai berikut:

300/2.275 (10%) + 420/2.275 (12%) + 250/2.275 (12%) + 200/2.275 (13%) + 250/2.275


(9%) + 210/2.275 (12%) + 310/2.275 (8%) + 335/2.275 (9%) = 1,31 + 2,21 + 1,32 + 1,14 +
0,98 + 1,11 + 1,09 + 1,33 = 10,50%

Misalkan analis akan menggunakan nilai pasar saham sebagai pembobotnya, rata-rata
industri bisa dihitung sebagai berikut:
Bab 6 Analisis Cross-Section 118

350/3.170 (10%) + 400/3.170 (12%) + 420/3.170 (12%) + 450/3.170 (13%) + 460/3.170


(9%) + 350/3.170 (12%) + 340/3.170 (8%) + 400/3.170 (9%) = 1,1 + 1,51 + 1,59 + 1,84 +
1,31 + 1,32 + 0,86 + 1,14 = 10,67%.

Perhitungan rata-rata sangat sensitif terhadap nilai-nilai ekstrem. Misalkan ada dua
perusahaan dengan nilai ekstrem + 30% (perusahaan I) dan 10% (perusahaan J). Misalkan
perusahaan J mengalami musibah kebakaran yang mengakibatkan rugi 10% dan perusahaan I
baru saja memperoleh lisensi impor, barangkali analis akan menghilangkan dua angka
ekstrem tersebut. Dengan cara semacam itu angka-angka outlier bisa dihilangkan dan tidak
merusak analisis. Cara lain yang bisa digunakan untuk menghilangkan pengaruh nilai ekstrem
adalah dengan menggunakan angka median atau modus. Dengan median ROA perusahaan
diurutkan sebagai berikut: 8%, 9%, 9%, 10%, 12%, 12%, 12%, 13%, dan nilai tengahnya atau
mediannya adalah 11%. Misalkan kita menggunakan modus (nilai yang paling sering keluar),
maka angka yang dipilih untuk dijadikan rata-rata industri adalah 12%.

Dari angka-angka yang dihitung di atas, berikut ini ringkasan hasil perhitungan dengan
metode yang berbeda tersebut.

ROA Rata-rata Industri

Rata-rata Aritmatik 10,63%


Rata-rata tertimbang
(dengan bobot nilai buku saham) 10,5%

Rata-rata Tertimbang
(dengan bobot nilai pasar saham) 10,67%
Medium 11,00%
Modus 12,00%

Pemilihan angka yang akan dijadikan rata-rata industri akan tergantung dari
pertimbangan analisis. Dari angka-angka di atas, ROA rata-rata industri adalah sekitar 10-
12%
Bab 6 Analisis Cross-Section 119

6.3. PERBEDAAN ANTARINDUSTRI

Pada waktu analisis menggunakan industri, analis mempunyai asumsi implisit yaitu ada
perbedaan berarti dalam rasio-rasio keuangan antarindustri. Kalau asumsi semacam itu tidak
terpenuhi maka tidak ada artinya menggunakan perbandingan dengan industri yang sejenis,
karena perbandingan dengan rasio perusahaan dalam perekonomian secara keseluruhan akan
menghasilkan analisis yang sama. Perbandingan antarindustri secara implisit juga mengakui
bahwa ada perbedaan risiko bisnis antarindustri. Apabila asumsi ini benar, maka
perbandingan dengan perusahaan-perusahaan dalam industri relevan dilakukan karena
perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lain yang mempunyai kelas risiko bisnis yang
sama. Tetapi apabila risiko bisnis antarindustri tidak berlainan, maka perbandingan
antarindustri tidak punya dasar yang cukup kuat.
Penelitian yang dilakukan oleh David F. Scott Jr. dan John D. Martin (1975)
menunjukkan bahwa memang ada perbedaan yang berarti dalam angka-angka industri.
Berikut ini hasil penelitian yang dilakukan keduanya.
Bab 6 Analisis Cross-Section 120

Tabel 6.3. Rata-Rata Rasio Modal Saham (Data Amerika Serikat, dalam %)

Industri Tahun
1972 1971 1970 1969 1968
Luar Angkasa (Aerospace) 39,1 39,8 38,5 36,3 42,8
(15,3) (12,6) (14,1) (13,6) (12,9)
Komponen dan Aksesori Otomotif 51,2 51,0 52,1 51,8 51,4
(15,5) (17,4) (16,4) (16,5) (16,0)
Kimia 47,6 50,7 48,8 50,0 48,8
(11,8) (14,7) (12,5) (13,1) (14,4)
Obat-obatan 63,3 64,0 61,1 61,9 57,6
(12,3) (13,3) (13,5) (14,0) (14,3)
Produk Gelas dan Kontainer 51,5 52,1 51,7 51,3 52,2
(11,0) (10,8) ( 11,1) ( 11,1) (13,0)
Mesin dan Peralatan Mesin 55,1 55,7 53,3 54,5 57,5
(12,9) (14,0) ( 13,6) ( 10,2) ( 9,3)
Pertambangan 63,0 63,5 62,4 65,3 60,5
(20,5) (20,1) ( 22,7) ( 17,9) (15,9)
Besi 44,4 42,0 44,6 44,2 46,1
(15,1) ( 7,6) ( 10,3) ( 8,3) (12,5)
Minyak 58,7 60,3 58,4 57,8 76,0
(20,3) (22,1) ( 21,2) (25,7) (15,9)
Kertas Produk Kehutanan 46,1 47,2 46,4 47,7 47,1
(10,4) ( 9,4) ( 9,4) (12,0) (15,1)
Retail 43,3 45,4 45,4 46,5 50,3
(14,0) (12,6) ( 14,0) (13,6) (13,4)
Baja 54,9 55,0 55,0 56,3 59,6
(3,6) (3,5) (2,9) (3,1) (3,3)
F-rasio yang diperoleh 6,34 5,54 4,29 4,75 3,40
Degree of Freedom 11.265 11.256 11.240 11.219 11.153
Nilai F-kritis
1% 1,83 1,83 1,83 1,83 1,83
5% 2,34 2,34 2,34 2,34 2,37
Catatan : Angka dalam kurung menunjukkkan standar deviasi

Dari tabel diatas nampak bahwa F-rasio yang diperoleh untuk setiap tahun, mulai tahun
1968 sampai tahun 1972, selalu lebih besar dari F-kritis. Dengan demikian bisa diperoleh
kesimpulan bahwa terdapat perbedaan rasio modal saham antarindustri yang signifikan. Hal
semacam itu juga didukung oleh penelitian yang serupa dengan menggunakan data Kanada.
Berikut ini hasil penelitian tersebut

Tabel 6.4. Rasio Utang/Modal Saham per Industri (Data Kananda)


Bab 6 Analisis Cross-Section 121

Industri 1968 1969 1970 1971 1972


Kimia 2,77518 2,74996 2,72450 2,09404 2,17406
Konstruksi dan Material 1,70373 1,69152 1,52544 1,54469 1,56155
Pemrosesan Makanan 1,44119 1,45475 1,36952 1,40465 1,39697
Automobil 3,11478 3,26718 3,20768 3,05236 3,41684
Elektronik 1,42243 1,41400 1,40583 1,58551 1,82703
Pertambangan 2,26345 2,23318 2,17862 2,07911 1,88028
Perdagangan 2,35166 2,32300 2,83477 2,83144
Minyak 2,95082
Kertas Produk Kehutanan 2,48330 2,39289 2,40433 3,09860 3,33442
Baja 2,70900 2,71590 3,08647 2,56404 2,71255
Transportasi 2,64414 2,62368 2,56113 2,37480 2,30351
Utilitas 0,13400 0,13480 0,13500 0,25600 0,25575
Manufacturing 3,38133 3,43300 3,33228 3,66126 2,98386
Nilai F rasio 1,94973 1,95253 2,12091 2,12809 2,12809
1,1980 1,1967 1,3487 1,4162 1,4979

Nilai F kritis 1,83 untuk tingkat signifikansi 5%

Dari tabel di atas Nampak bahwa tidak ada pebedaan rasio utang/modal saham
antarindustri. Nilai F hitung untuk setiap tahun lebih kecil dari nilai F-kritis dengan tingkat
signifikansi 5%. Berikut ini data rasio keuangan Indonesia untuk beberapa industri yang
dipilih secara acak (Rasio keuangan yang lebih lengkap bisa dilihat pada lampiran).
Bab 6 Analisis Cross-Section 122

Tabel 6.5. Rata-rata Industri di BEJ (Februari 1995)


Industri DER ROI ROE NPM
Semen 0,74 2,85 5,20 9,75
Keramik, Plastik 0,66 5,00 7,70 13,80
Kimia 1,13 3,00 2,80 6,54
Kertas 1,32 3,48 8,90 14,08
Ban Karet 0,36 5,65 7,70 15,80
Otomotif 1,13 4,31 7,85 8,20
Elektronik 1,16 2,72 5,30 3,98
Tekstil 1,39 3,18 5,14 8,02
Garmen 1,30 3,50 7,55 5,98
Farmasi 1,85 9,16 18,9 11,70
Makanan, Minuman, Tembakau 0,71 9,17 15,22 13,75
Barang Konsumsi 1,16 9,66 18,6 10,45
Bank 8,90 1,58 14,19 14,10
Agribisnis 0,79 8,20 14,4 9,97
Pertambangan 1,05 3,60 6,72 16,90
Penjelasan
DER : Debt Equity Ratio
ROI : Return on Investment
ROE : Return on Equity
NPM : Net Profit Margin

Rata-rata di atas dihitung dengan rata-rata aritmatika. Lampiran buku ini menyajikan
rasio-rasio keuangan yang lebih lengkap untuk perusahaan-perusahaan yang go public. Analis
bisa mempunyai fleksibilitas yang lebih besar dalam hal penentuan industri yang dipilih
(karena klasifikasi dari BEJ barangkali tidak memuaskan), dan juga dalam hal hitungan rata-
rata industri. Analisis di atas memasukkan data outlier seperti kerugian pada beberapa
perusahaan. Analis barangkali ingin menghilangkan data outlier tersebut dari analisis.
Nampak dari tabel di atas rata-rata keuangan cukup bervariasi, meskipun pengujian empiris
untuk data-data di Indonesia, untuk menguji apakah ada perbedaan risiko antarbisnis belum
dilakukan.

6.4. RANGKUMAN
Bab 6 Analisis Cross-Section 123

Supaya analisis keuangan lebih tajam, analis keuangan bisa memperoleh gambaran
yang lebih jelas mengenai prestasi perusahaan, analisis perbandingan bisa dilakukan. Analisis
ini bisa dilakukan dengan perbandingan terhadap data masa lalu (analisis time series) maupun
dengan perbandingan terhadap perusahaan lain atau rata-rata industry (analisis cross section)
pada titik waktu tertentu.mendefenisikan industri bukan merupakan pekerjaan yang mudah.
Ada beberapa cara untuk mendefenisikan industry: (1) Kesamaan dalam jenis bahan baku,
(2) Kesamaan dari sisi Permintaan, dan (3)Kesamaan dalam atribut Keuangan. Ketiga atribut
tersebut bisa dipakai secara terpisah, bisa di pakai secara bersamaan.

Masalah lain yang mungkin timbul dalam analisis pertandingan cross section adalah
tidak jelasnya industri yang relavan. Sebagai contoh, apabilah ada suatu perusahaan yang
tidak go public , padahal perusahaan tersebut cukup dominan, angkah –angkah industry
barangkali tidak represemntatif. Masalah lain adalah adanya beberapa perusahaan yang
bergerak dalam berbagai bidang (industri) dan laporan keuangan yang diterbitkan adalah
laporan keuangan konsolidasi, Informasi per segmen industri tidak dipublikasikan. Dalam
situasi di mana tidak ada industri domestic yang bisa dijadikan perbandingan, perbandingan
internasional bisa dilakukan. Interpretasiharus dilakukan lebih berhati – hati, dengan
mengingat latar belakang bisnis yang berbeda.

Perhitungan rata – rata industri bisa dilakukan dengan aritmatika, rata –rata tertimbang,
median, atau modus. Data-data outlier bisa dihilangkan apabila kita berasumsi bahwa data
tersebut merupakan kejadian yang luar biasa. Perbandingan industry mempunyai asumsi
implicit bahwa risiko bisnis antarindustri berbeda, dan dengan demikian perbandingan
dengan industri (sekelompok perusahaan yang memiliki kelas risiko yang sama) bisa
dilakukan. Pengujian empiris menunjukan adanya perbedaan kelas risisko antarindustri.
Pengujian semacam itu di Indonesia, belum sejauh ini dilakukan.
Bab 6 Analisis Cross-Section 124

6.5 BEBERAPA ISTILAH DALAM BAB INI

Standar Internal
Perbandingan historis
Perbandingan Cross Section
Industri
SIC
JSX(BEJ)
Atribut keuangan
Ketidakjelasan Industri
Laporan Keuangan Konsolidasi
Laporan Keuangan per Segmen
Bankers trust
Bank Investasi
Nilai tunggal
Disprersi
Rata – rata Aritmatika
Rata – rata Tertimbang
Data outlier
Risiko Bisnis Antarindustri
Bab 6 Analisis Cross-Section 125

6.6 PERTANYAAN REVIEW

1. Apa tujuan analisis perbandingan dalam analisis keuangan ?


2. Apa yang dimaksud dengan perbandingan Cross Section?
3. Bagaiman industri didefinisikan? Jelaskan!
4. Apa Kesulitan – Kesulitan yang mungkin muncul dalam defenisis industri? Jelaskan!
5. Jelaskan beberapa masalah apabilah dilakukan perbandingan internasional
6. Jelasakan perhitungan – perhitungan rata – rata industri!
7. Apa asumsi implisist dalam perbandingan dengan industry? Jelaskan!
8. Bagaimana pengujian empiris terhadap asumsi nomor 7 di atas?
9. Dengan menggunakan data – data pada lampiran, uji asumsi nomor 8 di atas dengan
menggunakan data Indonesia ?
Bab 6 Analisis Cross-Section 126

6.7 PROBLEM

1. Berikut ini beberapa statistic untuk beberapa sektor usaha

SECTOR 1-Day Market P/E ROE Div. Debt Price Rev EPS
Prince Cap % Yiel to to Qts vs Qts vs
Change d% Equit book Yr Yr
% y Ago Ago
Basic -0,067 1263.60 23.68 17.229 2.13 0.963 3.235 24.821 25.465
Materials B 9
Capital Goods 0,7533 670,74B 20.029 19.175 1.44 0.956 3.475 20.717 22.542
7
Conglomerates 0.525 887.10B 23.649 18.948 2.18 2.302 3.695 16.332 16.507
8
Consumer 0.126 880.63B 19.125 17.481 2.14 2.054 3.235 11.747 29.725
Cyclical 9
Consumer non- -0.052 1331,30 20.882 33.404 2.33 0.995 7.159 8.405 1.132
Cyclical B 4
Energy 0.603 2178,68 21.116 16.093 1.88 0.23 3.278 30.446 58.108
B 7
Financial -0.249 4837.53 15.916 17.355 2.37 n.a. 23.404 22.774 8.073
B
Healthcare 0.086 2231,99 27.712 17.745 2.18 0.439 5.067 14.918 22.482
B 4
Services -0.088 4678.15 27.923 12,94 2.12 0.876 3.804 13.472 18.595
B 9
Technology 0.423 2974.96 29.386 17.375 1,00 0.222 3.57 20.567 38.755
B 7
Transportation -0.018 366.26B 24.942 15.517 1.19 0.551 3.638 17.095 18.558
3
Utilities 0.344 854.43B 17.409 12.397 3.75 1.775 2.217 4.138 8.503
9
Catatan : Untuk market cap, B berarti billion atau miliar

Perhatikan table di atas! Jelaskan sebanyak – banyaknya informasih yang bisa anda peroleh
dari table di atas!
Bab 6 Analisis Cross-Section 127

2. Misalkan berikut ini data untuk perusahaan yang bergerak dibidang industry yang sama

Perusahaan ROE (%) Penjualan Aset


A 16 4.400.000 2.400.000
B 18 9.500.000 4.500.000
C -6 4.200.000 2.700.000
D 23 4.000.000 2.400.000
E 35 3.000.000 1.800.000
F 18 4.900.000 2.600.000
G 21 3.500.000 1.800.000

a. Hitung median, rata-rata ROE penjualan dan Aset untuk sector tersebut! Rata-rata
dihitung dengan tanpa bobot, menggunakan penjualan sebagai pembobotnya.
b. Jelaskan bagaimana kinerja perusahaan B dibandingkan dengan rata-rata industri!
c. Dari bermacam-macam cara perhitungan rata-rata industri di (a), mana yang lebih baik,
jelaskan!

Nama: Wilcandra Permata

NIM: 17304206

soal dan Jawabannya BAB 6

1. Di bawah ini yang paling tepat untuK mendefenisikan industry Adalah...

a. Kesamaan dari sisi Permintaan.


Bab 6 Analisis Cross-Section 128

b. Kesamaan dari konsumen

c. Kesamaan dari akun produksi

d. Kesamaan dari penjual.

Jawabannya A. Kesamaan dari sisi Permintaan.

2. Masalah lain yang mungkin timbul dalam analisis pertandingan cross section adalah tidak
jelasnya industri yang relavan. Di bawah ini contoh yang paling tepat adalah.

a. apabilah ada suatu perusahaan yang tidak go public , padahal perusahaan tersebut cukup
dominan, angkah –angkah industry barangkali tidak represemntatif.

b. Adanya kesalahan dari penyusunan laporan keuangan yang tidak accountable

c. Adanya penyelewengan kas yang di lakukan oleh manajemen keuangan

d. Perusahaan tidak menerapkan prinsip akuntansi atau menerapkan prinsip tradisional dalam
penyusunan laporan keuangan.

Jawabannya A.apabilah ada suatu perusahaan yang tidak go public , padahal perusahaan
tersebut cukup dominan, angkah –angkah industry barangkali tidak represemntatif.

3. Di bawah ini cara yang paling tepat Untuk menghitung rata-rata industri adalah...

a. Mengurangi harga penjualan dengan harga pokok penjualan

b. Menghitung laba rugu

c. Melihat akun harga pokok produksi

d. Menghitung nilai tunggal sebagai perbandingan.

Jawabannya D. Menghitung nilai tunggal sebagai perbandingan.

4. Di bawah ini yang paling tepat untuk menghutung nilai tunggal adalah...

a. Dengan mengurangi akun modal dengan akun utang.

b. Dengan mendebet akun penjualan dan mengkredit akun piutang

c. Menghitung rata-rata aritmatika


Bab 6 Analisis Cross-Section 129

d. Dengan membagi nilai pasar dengan harga jual.

Jawabannya. C Menghitung rata-rata aritmatika

5. Apa yang di maksud dengan analisis Cross section...

a. Analisis yang Menggunakan data kuantitatif

b. perbandingan dengan perusahaan atau industri yang sejenis

c. Analisis yang menggunakan data kualitatif

d. Perbandingan dengan analisis data kuantitatif dan kualitatif

Jawabannya B. perbandingan dengan perusahaan atau industri yang sejenis

Problem bab 6

Anda mungkin juga menyukai