CROSS-SECTION
KELOMPOK 6
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
2019
Bab 6 Analisis Cross-Section ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi ALLAH, Tuhan seru sekalian alam atas Rahmat dan karuniaNya, kami
dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul ”
Cross-Section “
Dalam kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Ramon F.
A. Tumiwa, MM selaku dosen yang mengajar mata kuliah analisis laporankeuangan yang
telah memberikan waktu dan kesempatan bagi kami kelompok 6 untuk menyelesaikan
makalah ini.
Akhir kata kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna dan
banyak kekurangannya, oleh karena itu kami mengharapkan saran, kritik, sanggahan dan
petunjuk dari berbagai pihak agar berikutnya pembuatan makalah ini menjadi lebih baik di
masa mendatang.
Semoga makalah yang telah kami buat ini dapat bermanfaat bagi para pembaca yang
budiman terutama Mahasiswa/I di Fakultas Ekonomi yang kami selalu banggakan. Terima
kasih
Bab 6 Analisis Cross-Section iii
DAFTAR ISI
Bab 6
ANALISIS CROSS-SECTION
Bab 6
ANALISIS CROSS-SECTION
ANALISIS keuangan akan lebih tajam apabila angka-angka keuangan dibandingkan dengan
standar tertentu. Standar tersebut bisa berupa (1) standar internal yang ditetapkan oleh
manajemen seperti target yang telah ditetapkan, (2) perbandingan historis atau perbandingan
angka-angka keuangan dengan angka-angka massa sebelumnya, dan (3) perbandingan dengan
perusahaan atau industri yang sejenis. Tanpa perbandingan tidak akan diketahui apakah
prestasi keuangan suatu perusahaan menunjukan perbaikan atau sebaliknya menunjukan
penurunan. Bab ini membicarakan analisis perbandingan cross section dalam analisis
keungan. Bab berikutnya akan membicarakan analisis historis data keuangan, yang tidak lain
merupakan analisis time series daata keuangan.
Analisis cross section (perbandingan dengan perusahaan atau industri yang sejenis) akan
bermanfaat untuk melihat prestasi perusahaan relatif terhadap industri dan juga bermanfaat
dalam kasus khusus seperti untuk menentukan bonus bagi manajemen perusahaan. Bonus
bagi manajemen perusahaan pada beberapa perusahaan ditentukan berdasarkan keuntungan
perusahaan relatif terhadap industri. Apabila perusahaan memperolah untung diatas industri,
manajemen perusahan akan memperoleh bonus, dan tidak memperoleh bonus apabila yang
terjadi sebaliknya.
Mendefinisikan industri sejenis bukan merupakan pekerjaan mudah. Industri yang bisa
diperbandingkan pada dasarnya mempunyai satu atau beberapa elemen yang sama dengan
perussahaan. Kesamaan tersebut antara lain :
Dalam memilih perusahaan yang akan dipakai sebagai perbandingan, analisis juga bisa
menggabungkan ketiga atribut diatas. Misalkan sebuah perusahaan transportasi dengan aset
tidak terlalu besar (misal Rp 1,5 miliar), maka perbandingan yang tepat adalah perusahaan
transportasi lainnya yang mempunyai aset yang hampir sama besarnya. Membandingkan
Bab 6 Analisis Cross-Section 113
perusahaan tersebut dengan perusahaan transportasi lain yang mempunyai aset Rp 100 miliar
barangkali tidak sepenuhnya tepat.
Di negara-negara maju, data-data yang berkaitan dengan perusahaan sejenis biasanya bisa
dicari. Tetapi tidak demikian halnya dengan data industri di negara-negara yang belum maju
seperti di Indonesia. Saat ini perusahaan yang go public dan listing di BEJ mencapai sekitar
200 saham (bandingkan dengan New York Exchange yang mencapain sekitar 1.700 saham).
Sebagian besar perusahaan di Indonesia masih belum go pubic. Perusahaan-perusahaan yang
belum go public biasanya tidak memberikan laporan keuangan kepubik, dan dengan demikian
data perbandingan akan sulit diperoleh. Kecuali bank-bank yang mempunyai data-data
keuangan nasabahnya. Tetapi data semacam ini barangkali akan sulit diakses oleh perusahaan
lain, meskipun untuk perbandingan. Kalaupun menggunakan data perusahaan yang go public,
masih bisa dipertanyakan apakah data yang dipakai sudah “respresentatif” karena data
industri tersebut tidak memasukan data perusahaan yang tidak go public (private). Masalah
ini akan semakin rumit apabila perusahaan yang tidak go public tersebut merupakan
perusahaan yang dominan dalam industri tersebut.
Perusahaan Publik
1. Exxon $ 88,6 Minyak dan Gas
2. General Motors 74,6 Otomotif
3. Mobil 54,6 Minyak dan Gas
4. Ford Motor 44,5 Otomotif
5. IBM 40,2 Komputer
6. Texaco 40,1 Minyak dan Gas
7. Du Pont 35,4 Kimia, Minyak dan Gas
8. Phibro Solomon 29,8 Perdagangan dan Keuangan
9. Amoco 27,6 Minyak dan Gas
10. Chevron 27,3 Minyak dan Gas
Perusahaan Private
28,6 Biji
1. Cargill
26,5 Dealer Bullion
2. Mocatta Metals
Bab 6 Analisis Cross-Section 114
Masalah lain yang mungkin timbul adalah tidak “jelasnya” industri yang akan dipakai
sebagai perbandingan. Perusahaan yang besar biasanya beroperasi tidak hanya pada satu
sektor usaha saja, tetapi melakuakan diversifikasi pada beberapa sektor. Konglomerasi
semacam Bimantara atau Salim Group mempunyai ratusan perusahaan yang bergerak dalam
bidang usaha yang sangat beragam. Apabila perusahaan semacam itu menerbitkan laporan
keuangannya per segmen usaha, maka analisis akan tertoolong, karena bisa menggunakan
segmen yang relevan dalam analisis. Tetapii biasanya perusahaan semacam itu tidak
menerbitkan laporan per segmen, laporan yang dihasilkan biasanya laporan konsolidasi yang
mencakup semua jenis usaha. Laporan konsolidasi tentu saja kurang relevan dalam analisis
perbandingan.
Banyak juga perusahaan yang mempunyai usaha pokok yang tertentu, tetapi juga
mempunyai usaha pada sektor lain yang barangkali tidak terlalu dominan proporsinya.
Kebanyakan laporan keuangan perusahaan semacam ini juga bersifat konsolidasi, tidak
melaporkan per segmen. Perhatikan urut-urutan semacam ini.
A. Perusahaan dengan kegiatan tunggal pada sektor yang relevan. Laporan keuangan
tersedia.
B. Perusahaan dengan beberapa aktivitas, tetapi mempunyai kegiatan yang dominan pada
sektor yang relevan. Laporan keuangjan tersedia.
C. Perusahaan dengan banyak aktivitas, tidak akativitas yang paling dominan (mirip
dengan konglomerasi). Sulit menentukan sektor usaha yang relevan. Laporan
keuangan per segmen tersedia.
D. Perusahaan dengan banyak aktivitas tidak ada aktivitas yang paling dominan. Sulit
menentukan sektor usaha yang relevan. Laporan keuangan hanya berupa laporang
konsolidasi.
E. Perusahaan private, tidak ada laporan keuangan yang diipublikasikan. (sektor usaha
yang relevan adalah sektor usaha yang akan dijadikan bahan perbandingan).
Perhatikan bahwa industri yang relatif “jelas” adalah industri dengan perusahaan-perusahaan
masuk dalam kategori A. Kategori lainnya memerlukan pertimbangan tersendiri untuk
menentukan bagaimana sebaiknya suatu industri didefinisikan. Perusahaan dalam kategori E
Bab 6 Analisis Cross-Section 115
barangkali sangat sulit di analisis karena tidak adanya data relevan yang tersedia. Perusahaan
dalam kategori D juga sulit dianalisis karena laporan keuangan yang tersedia masih bersifat
konsolidasi. Menentukan industri yang paling tepat untuk perbandingan dan
mengkomunikasikan kepihak eksternal kadang-kadang bukan merupakan pekerjaan yang
mudah. Sebagai contoh, Bankers Trust adalah bank yyang terlibat dalam jual beli surat-surat
berharga (sering disebut sebagai market maker). Sifat usaha semacam ini lebih berisiko
dibandingkan dengan usaha perbankan konvensional yang memfokuskan pada manajemen
tingkat bunga (mengelola spread tingkat bunga deposito dengan tingkat bunga pinjaman).
Tetapi pasar keuangan (dan juga para analisnya) mengelompokan Bankers Trust kedalam
kelompok perbankan, yang mengakibatkan usaha Bankers Trust nampak lebih berisiko
dibandingkan rata-rata industri. Akibatnya rasio PER Bankers Trust lebih rendah
dibandingkan rasio PER industri, karena ada persepsi bahwa Bankers Trust lebih berisiko
dibandingkan dengan rata-rata industri. Misalkan Bankers Trust dibandingkan dengan
kelompok invesment Bank (seperti Salomon Brothers) yang terlibat dalam jual beli saham
dan surat berharga lainnya, barangkali Bankers Trust tidak akan nampak tinggi risikonya,
dengan hasil PER-nya tidak terlalu rendah dibandingkan PER industri.
Pada beberapa situasi barangkali tidak tersedia angka industri didalam negeri. Contoh
yang paling ekstrem adalah maskapai penerbangan di Singapura. (Singapore Airlines/SIA)
yyang merupakan satu-satunya maskapai penerbangan di Singapura. Di Indonesia kita
mempunyai PT. KAI (Kereta Api Indonesia) yang merupakan satu-satunya angkutan kereta
api di Indonesia. Dalam situasi semacam ini perbandingan dengan rata-rata industri domestik
tidak mungkin dilakukan. Dalam kasus Singapore Airlines, analis barangkali bisa
dibandingkan angka-angka SIA dengan angka-angka dari maskapai lainnya seperti Malaysian
Airlines (MAS), British Airways. Dalam kasus PT KAI (Kereta Api Indonesia), barangkali
analis tidak bisa membandingkan secara langsung dengan kereta api di negara-negara
lainnya, karena meskipun sama-sama bergerak dalam industri kereta api, tetapi kondisi
lingkungan di negara-negara lain barangkali akan sangat berbeda dengan kondisi lingkungan
di Indonesia. Sebagai contoh, di Indonesia perusahaan kereta api yang merupakan BUMN
(Badan Usaha Milik Negara) akan dibebani tugas sebagai agen sosial yang mempunyai misi
menjalankan tugas sosial tanpa memikirkan keuntungan. Sementara di negara lain misi
semacam itu barangkali tidak ada. PT KAI (Kereta Api Indonesia) di Indonesia memegang
monopoli angkutan kereta api, meskipun barangkali ada pengendalian harga. Di luar negeri
barangkali persaingan yang terjadi merupakan persaingan yang sempurna. Dengan beberapa
Bab 6 Analisis Cross-Section 116
Berikut ini rasio-rasio keuangan untuk beberapa negara. Untuk di Indonesia bisa
dilihat pada lampiran.
Secara umum nampak bahwa perusahaan Amerika Serikat lebih likuid, solvabel,
efisien, dan menguntungkan dibandingkan dengan perusahaan Jepang dan Korea. Apakah
perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan akuntansi? Setelah perbedaan akuntansi disesuaikan
nampak bahwa kesimpulan di atas masih tetap berlaku, sehingga perbedaan akuntansi
nampaknya tidak mempengaruhi kesimpulan di atas. Pertanyaan berikutnya adalah apakah
perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan faktor budaya dan institusional. Sampai saat ini
riset belum mengarah sampai ke riset untuk menjawab pertanyaan tersebut. Barangkali
pertanyaan tersebut akan sangat relevn untuk dijawab atas perbedaan-perbedaan yang terjadi
antarnegara tersebut.
(3) Menghitung nilai untuk percentile tertentu (misal menghitung nilai untuk perusahaan-
perusahaan yang mempunyai ukuran 25% paling kecil).
Untuk perhitungan (1) di atas ada beberapa alternatif yang bisa dipakai:
(1) Menghitung rata-rata aritmatika,
(2) Menghitung rata-rata tertimbang,
(3) Menggunakan median,
(4) Menggunakan modus.
Misalkan kita mempunyai data suatu industri yang terdiri dari beberapa perusahaan
sebagai berikut:
Perusahaan
A B C D E F G H
Nilai Buku Saham 300 420 250 200 250 210 310 335
Nilai Pasar Saham 350 400 420 450 460 350 340 400
Dengan perhitungan rata-rata aritmatika, ROA industri bisa dihitung sebagai berikut:
Angka ini kemudian bisa dipakai sebagai standar untuk perbandingan. Alternatif lain
adalah dengan menghitung rata-rata tertimbang. Misalkan analis menggunakan nilai buku
saham sebagai pembobotnya, rata-rata ROA bisa dihitung sebagai berikut:
Misalkan analis akan menggunakan nilai pasar saham sebagai pembobotnya, rata-rata
industri bisa dihitung sebagai berikut:
Bab 6 Analisis Cross-Section 118
Perhitungan rata-rata sangat sensitif terhadap nilai-nilai ekstrem. Misalkan ada dua
perusahaan dengan nilai ekstrem + 30% (perusahaan I) dan 10% (perusahaan J). Misalkan
perusahaan J mengalami musibah kebakaran yang mengakibatkan rugi 10% dan perusahaan I
baru saja memperoleh lisensi impor, barangkali analis akan menghilangkan dua angka
ekstrem tersebut. Dengan cara semacam itu angka-angka outlier bisa dihilangkan dan tidak
merusak analisis. Cara lain yang bisa digunakan untuk menghilangkan pengaruh nilai ekstrem
adalah dengan menggunakan angka median atau modus. Dengan median ROA perusahaan
diurutkan sebagai berikut: 8%, 9%, 9%, 10%, 12%, 12%, 12%, 13%, dan nilai tengahnya atau
mediannya adalah 11%. Misalkan kita menggunakan modus (nilai yang paling sering keluar),
maka angka yang dipilih untuk dijadikan rata-rata industri adalah 12%.
Dari angka-angka yang dihitung di atas, berikut ini ringkasan hasil perhitungan dengan
metode yang berbeda tersebut.
Rata-rata Tertimbang
(dengan bobot nilai pasar saham) 10,67%
Medium 11,00%
Modus 12,00%
Pemilihan angka yang akan dijadikan rata-rata industri akan tergantung dari
pertimbangan analisis. Dari angka-angka di atas, ROA rata-rata industri adalah sekitar 10-
12%
Bab 6 Analisis Cross-Section 119
Pada waktu analisis menggunakan industri, analis mempunyai asumsi implisit yaitu ada
perbedaan berarti dalam rasio-rasio keuangan antarindustri. Kalau asumsi semacam itu tidak
terpenuhi maka tidak ada artinya menggunakan perbandingan dengan industri yang sejenis,
karena perbandingan dengan rasio perusahaan dalam perekonomian secara keseluruhan akan
menghasilkan analisis yang sama. Perbandingan antarindustri secara implisit juga mengakui
bahwa ada perbedaan risiko bisnis antarindustri. Apabila asumsi ini benar, maka
perbandingan dengan perusahaan-perusahaan dalam industri relevan dilakukan karena
perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lain yang mempunyai kelas risiko bisnis yang
sama. Tetapi apabila risiko bisnis antarindustri tidak berlainan, maka perbandingan
antarindustri tidak punya dasar yang cukup kuat.
Penelitian yang dilakukan oleh David F. Scott Jr. dan John D. Martin (1975)
menunjukkan bahwa memang ada perbedaan yang berarti dalam angka-angka industri.
Berikut ini hasil penelitian yang dilakukan keduanya.
Bab 6 Analisis Cross-Section 120
Tabel 6.3. Rata-Rata Rasio Modal Saham (Data Amerika Serikat, dalam %)
Industri Tahun
1972 1971 1970 1969 1968
Luar Angkasa (Aerospace) 39,1 39,8 38,5 36,3 42,8
(15,3) (12,6) (14,1) (13,6) (12,9)
Komponen dan Aksesori Otomotif 51,2 51,0 52,1 51,8 51,4
(15,5) (17,4) (16,4) (16,5) (16,0)
Kimia 47,6 50,7 48,8 50,0 48,8
(11,8) (14,7) (12,5) (13,1) (14,4)
Obat-obatan 63,3 64,0 61,1 61,9 57,6
(12,3) (13,3) (13,5) (14,0) (14,3)
Produk Gelas dan Kontainer 51,5 52,1 51,7 51,3 52,2
(11,0) (10,8) ( 11,1) ( 11,1) (13,0)
Mesin dan Peralatan Mesin 55,1 55,7 53,3 54,5 57,5
(12,9) (14,0) ( 13,6) ( 10,2) ( 9,3)
Pertambangan 63,0 63,5 62,4 65,3 60,5
(20,5) (20,1) ( 22,7) ( 17,9) (15,9)
Besi 44,4 42,0 44,6 44,2 46,1
(15,1) ( 7,6) ( 10,3) ( 8,3) (12,5)
Minyak 58,7 60,3 58,4 57,8 76,0
(20,3) (22,1) ( 21,2) (25,7) (15,9)
Kertas Produk Kehutanan 46,1 47,2 46,4 47,7 47,1
(10,4) ( 9,4) ( 9,4) (12,0) (15,1)
Retail 43,3 45,4 45,4 46,5 50,3
(14,0) (12,6) ( 14,0) (13,6) (13,4)
Baja 54,9 55,0 55,0 56,3 59,6
(3,6) (3,5) (2,9) (3,1) (3,3)
F-rasio yang diperoleh 6,34 5,54 4,29 4,75 3,40
Degree of Freedom 11.265 11.256 11.240 11.219 11.153
Nilai F-kritis
1% 1,83 1,83 1,83 1,83 1,83
5% 2,34 2,34 2,34 2,34 2,37
Catatan : Angka dalam kurung menunjukkkan standar deviasi
Dari tabel diatas nampak bahwa F-rasio yang diperoleh untuk setiap tahun, mulai tahun
1968 sampai tahun 1972, selalu lebih besar dari F-kritis. Dengan demikian bisa diperoleh
kesimpulan bahwa terdapat perbedaan rasio modal saham antarindustri yang signifikan. Hal
semacam itu juga didukung oleh penelitian yang serupa dengan menggunakan data Kanada.
Berikut ini hasil penelitian tersebut
Dari tabel di atas Nampak bahwa tidak ada pebedaan rasio utang/modal saham
antarindustri. Nilai F hitung untuk setiap tahun lebih kecil dari nilai F-kritis dengan tingkat
signifikansi 5%. Berikut ini data rasio keuangan Indonesia untuk beberapa industri yang
dipilih secara acak (Rasio keuangan yang lebih lengkap bisa dilihat pada lampiran).
Bab 6 Analisis Cross-Section 122
Rata-rata di atas dihitung dengan rata-rata aritmatika. Lampiran buku ini menyajikan
rasio-rasio keuangan yang lebih lengkap untuk perusahaan-perusahaan yang go public. Analis
bisa mempunyai fleksibilitas yang lebih besar dalam hal penentuan industri yang dipilih
(karena klasifikasi dari BEJ barangkali tidak memuaskan), dan juga dalam hal hitungan rata-
rata industri. Analisis di atas memasukkan data outlier seperti kerugian pada beberapa
perusahaan. Analis barangkali ingin menghilangkan data outlier tersebut dari analisis.
Nampak dari tabel di atas rata-rata keuangan cukup bervariasi, meskipun pengujian empiris
untuk data-data di Indonesia, untuk menguji apakah ada perbedaan risiko antarbisnis belum
dilakukan.
6.4. RANGKUMAN
Bab 6 Analisis Cross-Section 123
Supaya analisis keuangan lebih tajam, analis keuangan bisa memperoleh gambaran
yang lebih jelas mengenai prestasi perusahaan, analisis perbandingan bisa dilakukan. Analisis
ini bisa dilakukan dengan perbandingan terhadap data masa lalu (analisis time series) maupun
dengan perbandingan terhadap perusahaan lain atau rata-rata industry (analisis cross section)
pada titik waktu tertentu.mendefenisikan industri bukan merupakan pekerjaan yang mudah.
Ada beberapa cara untuk mendefenisikan industry: (1) Kesamaan dalam jenis bahan baku,
(2) Kesamaan dari sisi Permintaan, dan (3)Kesamaan dalam atribut Keuangan. Ketiga atribut
tersebut bisa dipakai secara terpisah, bisa di pakai secara bersamaan.
Masalah lain yang mungkin timbul dalam analisis pertandingan cross section adalah
tidak jelasnya industri yang relavan. Sebagai contoh, apabilah ada suatu perusahaan yang
tidak go public , padahal perusahaan tersebut cukup dominan, angkah –angkah industry
barangkali tidak represemntatif. Masalah lain adalah adanya beberapa perusahaan yang
bergerak dalam berbagai bidang (industri) dan laporan keuangan yang diterbitkan adalah
laporan keuangan konsolidasi, Informasi per segmen industri tidak dipublikasikan. Dalam
situasi di mana tidak ada industri domestic yang bisa dijadikan perbandingan, perbandingan
internasional bisa dilakukan. Interpretasiharus dilakukan lebih berhati – hati, dengan
mengingat latar belakang bisnis yang berbeda.
Perhitungan rata – rata industri bisa dilakukan dengan aritmatika, rata –rata tertimbang,
median, atau modus. Data-data outlier bisa dihilangkan apabila kita berasumsi bahwa data
tersebut merupakan kejadian yang luar biasa. Perbandingan industry mempunyai asumsi
implicit bahwa risiko bisnis antarindustri berbeda, dan dengan demikian perbandingan
dengan industri (sekelompok perusahaan yang memiliki kelas risiko yang sama) bisa
dilakukan. Pengujian empiris menunjukan adanya perbedaan kelas risisko antarindustri.
Pengujian semacam itu di Indonesia, belum sejauh ini dilakukan.
Bab 6 Analisis Cross-Section 124
Standar Internal
Perbandingan historis
Perbandingan Cross Section
Industri
SIC
JSX(BEJ)
Atribut keuangan
Ketidakjelasan Industri
Laporan Keuangan Konsolidasi
Laporan Keuangan per Segmen
Bankers trust
Bank Investasi
Nilai tunggal
Disprersi
Rata – rata Aritmatika
Rata – rata Tertimbang
Data outlier
Risiko Bisnis Antarindustri
Bab 6 Analisis Cross-Section 125
6.7 PROBLEM
SECTOR 1-Day Market P/E ROE Div. Debt Price Rev EPS
Prince Cap % Yiel to to Qts vs Qts vs
Change d% Equit book Yr Yr
% y Ago Ago
Basic -0,067 1263.60 23.68 17.229 2.13 0.963 3.235 24.821 25.465
Materials B 9
Capital Goods 0,7533 670,74B 20.029 19.175 1.44 0.956 3.475 20.717 22.542
7
Conglomerates 0.525 887.10B 23.649 18.948 2.18 2.302 3.695 16.332 16.507
8
Consumer 0.126 880.63B 19.125 17.481 2.14 2.054 3.235 11.747 29.725
Cyclical 9
Consumer non- -0.052 1331,30 20.882 33.404 2.33 0.995 7.159 8.405 1.132
Cyclical B 4
Energy 0.603 2178,68 21.116 16.093 1.88 0.23 3.278 30.446 58.108
B 7
Financial -0.249 4837.53 15.916 17.355 2.37 n.a. 23.404 22.774 8.073
B
Healthcare 0.086 2231,99 27.712 17.745 2.18 0.439 5.067 14.918 22.482
B 4
Services -0.088 4678.15 27.923 12,94 2.12 0.876 3.804 13.472 18.595
B 9
Technology 0.423 2974.96 29.386 17.375 1,00 0.222 3.57 20.567 38.755
B 7
Transportation -0.018 366.26B 24.942 15.517 1.19 0.551 3.638 17.095 18.558
3
Utilities 0.344 854.43B 17.409 12.397 3.75 1.775 2.217 4.138 8.503
9
Catatan : Untuk market cap, B berarti billion atau miliar
Perhatikan table di atas! Jelaskan sebanyak – banyaknya informasih yang bisa anda peroleh
dari table di atas!
Bab 6 Analisis Cross-Section 127
2. Misalkan berikut ini data untuk perusahaan yang bergerak dibidang industry yang sama
a. Hitung median, rata-rata ROE penjualan dan Aset untuk sector tersebut! Rata-rata
dihitung dengan tanpa bobot, menggunakan penjualan sebagai pembobotnya.
b. Jelaskan bagaimana kinerja perusahaan B dibandingkan dengan rata-rata industri!
c. Dari bermacam-macam cara perhitungan rata-rata industri di (a), mana yang lebih baik,
jelaskan!
NIM: 17304206
2. Masalah lain yang mungkin timbul dalam analisis pertandingan cross section adalah tidak
jelasnya industri yang relavan. Di bawah ini contoh yang paling tepat adalah.
a. apabilah ada suatu perusahaan yang tidak go public , padahal perusahaan tersebut cukup
dominan, angkah –angkah industry barangkali tidak represemntatif.
d. Perusahaan tidak menerapkan prinsip akuntansi atau menerapkan prinsip tradisional dalam
penyusunan laporan keuangan.
Jawabannya A.apabilah ada suatu perusahaan yang tidak go public , padahal perusahaan
tersebut cukup dominan, angkah –angkah industry barangkali tidak represemntatif.
3. Di bawah ini cara yang paling tepat Untuk menghitung rata-rata industri adalah...
4. Di bawah ini yang paling tepat untuk menghutung nilai tunggal adalah...
Problem bab 6