FARMA TBK.
MAKALAH
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori Akuntansi yang
diampu oleh Dr. Ikin Solikin, S.E., M.Si., Ak., CA.
oleh
Hida Sukmawati (1601637)
Pria Anugrah (1604165)
Yesy Octavia Dewi (1601485)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Analisis Penerapan PSAK 15 Dan PSAK
19 pada PT. Kalbe Farma Tbk.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................1
D. Manfaat......................................................................................................2
A. Simpulan..................................................................................................24
B. Saran........................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Dikutip dari okezone.com, Menteri Perindustrian RI Airlangga Hartanto
menyatakan, sektor industri farmasi dan bahan farmasi merupakan salah satu
sektor manufaktur andalan yang mendapatkan prioritas pengembangan karena
berperan besar sebagai penggerak utama perekonomian nasional. Hal ini didukung
dengan adanya Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2016 tentang Percepatan
Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan. Regulasi ini memberi
instruksi kepada 12 kementerian dan lembaga untuk saling bersinergi dan
mendukung dalam mendorong kemandirian obat nasional. Industri farmasi dalam
negeri sendiri mampu memenuhi 75% kebutuhan obat dalam negeri. Kemenperin
mencatat, industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional tumbuh sebesar
4,46% dan memberikan kontribusi industri tersebut terhadap PDB industri
pengolahan nonmigas sebesar 2,78% dan terus meningkat selama lima tahun
terakhir. Menperin pun menuturkan bahwa industri farmasi adalah sektor yang
memiliki karakteristik capital intensive, high technology, R&D intensive, heavily
regulated, dan fragmented market.
Setiap industri memiliki ciri khas masing-masing pada proses bisninys,
termasuk industri farmasi. Ciri khas dari industri farmasi salah satunya adalah
memiliki aktiva tidak berwujud atau yang lebih dikenal dengan istilah intangible
asset. Pengertian dari aktiva tidak berwujud (intangible asset) ini menunjuk
pada aset dari perusahaan yang tidak berbentuk fisik dan memiliki sifat aset
jangka panjang. Artinya, aktiva tidak berwujud milik perusahaan ini tidak
ditujukan untuk dijual suatu hari nanti. Seluruh aktiva tidak berwujud akan
dikelola untuk menghasilkan keuntungan untuk operasional perusahaan.
Berdasarkan definisi dari aktiva tidak berwujud ini, maka dapat dimengerti
bahwa keberadaannya sangat penting untuk perusahaan. Berikut adalah
perbandingan nilai intangible asset pada emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI).
2
Emiten Farmasi Di BEI Tahun 2018 Jumlah Intangible Asset
PT Darya-Varia Laboratoria Tbk. 15.031.236.000
PT Indofarma (Persero) Tbk. 3.085.931.594
PT Kalbe Farma Tbk. 433.440.697.623
PT Pyridam Farma Tbk. 121.480.980
PT Merck Tbk. 1.230.137.000
PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk. 91.366.000.000
PT Kimia Farma (Persero) Tbk. 46.445.154.106
PT Phapros Tbk. 134.443.900.000
Tahun ini, Forbes menyatakan bahwa Kalbe Farma termasuk dalam “200
Asia’s Best Over a Billion”. Dengan sales sebesar 1,482 milyar USD, net income
sebesar 1,73 milyar USD, dan market value sebesar 4,715 milyar USD, PT Kalbe
Farma dinilai baik bersama dengan 11 emiten asal Indonesia lainnya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
1
2. Agar penulis melatih kemampuan untuk mengamati dan menganalisis
peristiwa.
Manfaat makalah bagi pembaca yaitu:
1. Agar pembaca mengetahui penyajian dan pengungkapan investasi jangka
panjang pada PT Kalbe Farma Tbk.
2. Agar pembaca mengetahui penyajian dan pengungkapan aset tidak
berwujud pada PT Kalbe Farma Tbk.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
Teori sinyal ini dicetuskan oleh Spence yang melakukan penelitian dengan
judul Job Market Signalling pada tahun 1972. Dalam penelitiannya, Spence,
(1972) menyatakan bahwa asimetri informasi terjadi pada pasar ketenagakerjaan.
Oleh sebab itu, ia membuat suatu kriteria sinyal untuk menambah kekuatan pada
pengambilan keputusan. Bagi pelaku bisnis dan investor, informasi merupakan hal
yang penting dikarenakan terdapat informasi yang menyajikan keterangan, catatan
keadaan masa lalu, saat ini maupun masa yang akan datang mengenai prospek
bisnis perusahaan dan pasar efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan
tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis
untuk mengambil keputusan investasi.
Informasi yang dipublikasikan dianggap sebagai suatu sinyal bagi investor
dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung
nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman
tersebut diterima oleh pasar.
3
Investasi dalam bentuk saham terbagi kedalam tiga bentuk.
Pembagian bentuk tersebut berdasarkan besarnya persentase kepemilikan
saham yang dimiliki oleh investor. Pertama, investasi dalam bentuk saham
dengan persentase kepemilikan sebesar kurang dari 20 persen. Kedua,
investasi dalam bentuk saham dengan persentase kepemilikan sebesar
antara 20 persen dengan 50 persen. Ketiga, investasi dalam bentuk saham
dengan persentase kepemilikan sebesar lebih dari 50 persen. Bila besarnya
persentase kepemilikan mempengaruhi bentuk investasi, maka metode
yang digunakan dalam mengukur investasi pun berbeda.
Untuk investasi dalam bentuk saham dengan persentase
kepemilikan sebesar antara 20 persen dan 50 persen, dikenal dengan
entitas asosiasi. Menurut PSAK 15 (Revisi 2013), entitas asosiasi adalah
suatu entitas yang mana investor mempunyai pengaruh signifikan.
Menurut PSAK 15 (Revisi 2013), pengaruh signifikan adalah kekuasaan
untuk berpartisipasi dalam keputusan kebijakan keuangan dan operasional
investee, tetapi tidak mengendalikan atau mengendalikan bersama atas
kebijakan tersebut.
Dalam entitas asosiasi, pengukuran investasi menggunakan metode
ekuitas. PSAK 15 (Revisi 2013) diungkapkan bahwa dalam metode ekuitas
adalah metode akuntansi dimana investasi pada awalnya diakui sebesar
biaya perolehan dan selanjutnya disesuaikan untuk perubahan pasca
perolehan dalam bagian investor atas aset neto investee. Laba rugi investor
mencakup bagiannya atas laba atau rugi investee dan penghasilan
komprehensif lain investor mencakup bagiannya atas penghasilan
komprehensif lain investee.
Dalam laporan keuangan entitas asosiasi, laporan keuangan
investee yang paling terkini digunakan dalam metode ekuitas. Jika tanggal
pelaporan berbeda, maka penyesuaian dilakukan terhadap dampak dari
setiap transaksi atau peristiwa signifikan yang terjadi diantara tanggal
laporan keuangan entitas asosiasi dengan investor. Jika penyamaan tanggal
tidak mungkin dilakukan, laporan keuangan dapat disusun pada tanggal
4
yang berbeda, tetapi perbedaan antara akhir periode pelaporan entitas
asosiasi dengan investor tidak boleh lebih dari tiga bulan. Laporan
keuangan investor disusun dengan menggunakan kebijakan akuntansi yang
sama dengan entitas asosiasi untuk transaksi dan peristiwa dalam keadaan
yang serupa.
5
Keuntungan atau Pengaruh
Kategori Penilaian Kerugian Kepemilikan Lainnya terhadap
yang Belum Direalisasi Laba
Bunga pada saat
Dimiliki dihasilkan,
Biaya yang
sampai jatuh Tidak diakui keuntungan atau
diamortisasi
tempo kerugian dari
penjualan.
Bunga pada saat
dihasilkan,
Sekuritas Diakui dalam laba
Nilai wajar keuntungan atau
perdagangan bersih
kerugian dari
penjualan.
Diakui sebagai laba Bunga pada saat
komprehensif lainnya dihasilkan,
Tersedia
Nilai wajar dan sebagai komponen keuntungan atau
untuk dijual
terpisah dari ekuitas kerugian dari
pemegang saham penjualan.
6
bunga efektif kecuali jika metode lainnya seperti garis lurus memberikan
hasil yang sama.
Sekuritas Perdagangan
Sekuritas Perdagangan (trading securities) dimiliki dengan maksud
akan dijual dalam periode waktu yang singkat. “Perdagangan” dalam
konteks ini berarti pembelian dan penjualan sering dilakukan, dan
sekuritas perdagangan digunakan untuk menghasilkan laba dari selisih
harga jangka pendek. Periode kepemilikan atas sekuritas ini biasanya
kurang dari 3 bulan dan mungkin lebih sering diukur dalam hitungan hari
atau jam.
Sekuritas ini dilaporkan pada nilai wajar, dengan keuntungan dan
kerugian kepemilikan yang belum direalisasikan (unrealized holding gains
7
and loses) dilaporkan sebagai bagian dari laba bersih. Keuntungan atau
kerugian kepemilikan (holding gain or loss) adalah perubahan bersih
dalam nilai wajar sekuritas dari satu periode ke periode lainnya, tidak
termasuk penndapatan dividen atau bunga yang telah diakui tetapi belum
diterima. Singkatnya FASB memutuskan untuk menyesuaikan sekuritas
perdagangan ke nilai wajar, pada setiap tanggal pelaporan. Selain itu,
perubahan nilai juga dilaporkan.
8
Kategori Investasi Penilaian Klasifikasi
Sekuritas perdagangan
Nilai wajar Aktiva lancar
(hutang dan ekuitas)
Lancar atau tidak lancar
Dimiliki hingga jatuh bergantung pada tanggal
Biaya amortisasi
tempo (hutang) jatuh tempo sekuritas
individual
Bergantung pada situasi
lancar atau tidak lancar
Hutang yang tersedia bergantung pada jatuh
Nilai wajar
untuk dijual tempo serta ekspektasi
penjualan dan penebusan
pada tahun berikutnya
Bergantung pada situasi
Lancar atau tidak lancar
Ekuitas yang tersedia
Nilai wajar bergantung pada
untuk dijual
ekspektasi penjualan
pada rahun berikutnya
Penyesuaian Reklasifikasi
Pelaporan perubahan keuntungan atau kerugian yang belum
direalisasi dalam laba komprehensif bersifat langsung kecuali jika
sekuritas dijual selama tahun berjalan. Dalam situasi ini, terjadi
perhitungan ganda apabila keuntungan atau kerugian yang direalisasi
dilaporkan tidak hanya sebagai bagian dari laba bersih tetapi juga
diperlihatkan sebagai bagian dari laba komprehensif lain dalam periode
berjalan atau dalam periode sebelumnya.
Untuk memastikan bahwa keuntungan dan kerugian tidak
dihitung dua kali pada saat penjualan terjadi, diperlukan suatu
penyesuaian reklasifikasi (reclassification adjustment).
Penurunan Nilai
9
Setiap investasi harus dievaluasi pada setiap tanggal pelaporan
untuk menentukan apakah investasi itu mengalami penurunan nilai. Jika
penurunan nilai itu dianggap tidak temporer,maka dasar biaya dari setiap
sekuritas diturunkan sampai kedasar biaya yang baru. Jumlah penurunan
itu diperhitungkan sebagai kerugian yang direalisasi dan karenannya
dimasukkan dalm laba bersih.
Untuk sekuritas hutang pengujian penurunan nilai ditujukan untuk
menentukan apakah kemungkinan besar bahwa investor tidak akan bisa
menagih seluruh jumlah yang terutang menurut persyaratan
kontraktual.Untuk sekuritas ekuitas setiap kali nilai yang dapat direaliasi
jumlahnya lebih rendah dari pada jumlah tercatat investasi maka harus
dipertimbangakan bahwa telah terjadi penurunan nilai. Berikut ayat
jurnal untuk mencatat penurunan nilai.
10
Transfer Di Antara Kategori
Transfer di antara kategori, diperhitungkan sebesar nilai wajar.
Jika investasi yang dimiliki sampai jatuh tempo ditransfer menjadi
investasi yang tersedia untuk dijual, maka investasi baru dicatat pada
nilai wajarnya.
11
Kontroversi Nilai Wajar
Pengukuran Berdasarkan Niat
Sekuritas hutang dapat diklasifikasikan sebagai sekuritas yang
dimiliki sampai jatuh tempo, tersedia untuk dijual , atau perdagangan.
Akibatnya tiga sekuritas hutang yang identik bisa saja dalam laporan
keuangan. Sebagian akuntan berpendapat perlakuan seperti ini
membingungkan. Selain itu, kategori dimiliki sampai jatuh tempo hanya
didasarkan pada niat semata, yang merupakan evaluasi subjektif. Hal yang
tidak dianggap subjektif adalah harga pasar instrumen hutang itu. Dengan
kata lain, ketiga klasifikasi ini bersifat subjektif, sehingga akan dihasilkan
klasifikasi yang arbiter.
Perdagangan Keuntungan
Dalam perdagangan keuntungan, perusahaan menjual ”yang menang”
(yang harga naik), melaporkan keuntungan dalam laba, dan menyimpan yang
kalah.
Kewajiban Tidak Dinilai Secara Wajar
FASB menyatakan bahwa sekuritas hutang tertentu tetap dilaporkan
pada biaya yang diamortisasi ( sekuritas yang dimiliki sampai jatuh tempo)
dan jenis sekuritas lainnya dikecualikan dari lingkup standar ini. Selain itu,
juga timbul masalah penilaian yang serius sehubungan dengan jenis-jenis
kewajiban tertentu. Akibatnya , kewajiban dikecualikan dari pertimbangan.
Subjektvitas Nilai Wajar
Biaya yang diamortisasi akan memberikan informasi yang relevan
karena memusatkan perhatian pada keputusan untuk memperoleh aktiva,
pengaruh keputusan tersebut terhadap laba yang akan direalisasi dari waktu
ke waktu, dan nilai akhir aktiva yang dapat dipulihkan. Nilai wajar
mengabaikan konsep-konsep ini dan sebaliknya memusatkan perhatian pada
pengaruh transaksi serta peristiwa yang tidak melibatkan perusahaan, dengan
mencerminkan peluang keuntungan dan kerugian yang pengakuannya dalam
laporan keuangan tidak tepat sampai hal itu direalisasikan.
12
C. Aset Tidak Berwujud
13
2. Menggambarkan manfaat ekonomis (hak kepemilikan) yang diharapkan
dapat diberikannya dalam periode berjalan.
3. Umur manfaatnya sering kali sulit ditentukan
4. Biasanya digunakan untuk keperluan operasi
Berdasarkan masa manfaatnya, aktiva tidak berwujud terbagi atas:
1. Aktiva tidak berwujud yang masa manfaatnya dibatasi oleh undang-
undang. Misalnya hak paten, hak cipta dan franchise
2. Aktiva tidak berwujud yang masa manfaatnya tidak dibatasi oleh undang-
undang. Misalnya, goodwill dan merek dagang.
14
yang digunakan untuk mengenali suatu produk yang dihasilkan suatu
perusahaan.
d) Goodwill
Jenis aktiva tak berwujud yang dimiliki perusahaan dan dihasilkan
dari banyak faktor menguntungkan, dinamakan sebagai goodwill.
Goodwill dihasilkan dari berbagai faktor seperti lokasi, mutu produk,
reputasi dan faktor keahlian dalam manajerial pemasarannya. Semakin
kuat faktor tersebut mempengaruhi, maka semakin tinggi tingkat
pengembalian investasi yang diterima oleh perusahaan. Sehingga
kemudian semakin banyak investasi yang masuk ke perusahaan melebihi
investasi yang diterima oleh perusahaan lain yang sejenis.
15
terkait dengan biaya amortisasi, sama seperti sebelumnya dihitung melalui
estimasi waktu kegunannya.
c) Penilaian Merek Dagang
Merek dagang juga bisa dinilai asetnya berdasarkan biaya hukum
yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendaftarkan nama tersebut
menjadi merek dagangnya. Selain biaya hukum, tentunya ada biaya
administrasi dan biaya lainnya yang membuat merek dagang ini sangat
berharga. Jika merek dagang dibeli dari perusahaan lain yang mengalami
penggabungan, maka nilai beli itu pun termasuk menjadi biaya awalnya.
Sedangkan terkait penilaian dari amortisasinya, juga sama seberapa lama
merek dagang ini diestimasikan untuk digunakan.
d) Penilaian Goodwill
Penilaian dari asset tak berwujud seperti goodwill dihitung melalui
transaksi pembeliannya dari perusahaan lain. Nilai beli ini adalah nilai beli
perusahaan secara bersih mencakup asset dan kewajiban dalam perusahaan
tersebut. Lalu terkait dengan nilai amortisasinya, goodwill di Indonesia
diakui masa kegunaannya hingga tidak lebih dari 5 tahun. Namun ada
kemungkinan untuk memperpanjang amortisasi hingga tidak lebih dari 20
tahun dengan alasan yang dapat diterima.
16
Penelitian Terdahulu
Pada bagian ini dijelaskan beberapa penelitian terkait investasi jangka
panjang dan aktiva tidak berwujud. Beberapa hasil pengujian penelitian terdahulu
mengenai investasi jangka panjang dan aktiva tidak berwujud dapat dilihat dalam
tabel berikut.
17
saham pada
perusahaan
telekomunikasi
yang go public
di BEI.
Likuiditas
perusahaan
berpengaruh
positif dan
signifikan pada
risiko investasi
saham pada
perusahaan
telekomunikasi
yang go public
di BEI.
4. Trisnawati & Pengaruh Arus Arus Kas Perubahan arus
Wahidahwati, Kas Operasi, Operasi, kas investasi
(2013) Investasi dan Investasi, berpengaruh
Pendanaan Serta Pendanaan, positif dan
Laba Bersih Laba bersih, signifikan
Terhadap Return dan Return terhadap Return
Saham Saham Saham
18
BAB III
PEMBAHASAN
19
3. Aktiva tak berwujud pada laporan keuangan PT. Kalbe Farma
(persero) Tbk.
Dalam Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) PT Kalbe Farma
Tbk. Per 31 Desember 2018 mengungkapkan mengenai pengungkapan
atas aktiva tak berwujudnya adalah sebagai berikut.
Beban yang terjadi sehubungan dengan akuisisi/perolehan merek
dagang, hak paten, formula dan lisensi teknologi diamortisasi dengan
menggunakan metode garis lurus selama umur merek dagang, hak
paten, formula dan lisensi teknologi tersebut. Merek dagang, hak
paten, formula dan lisensi teknologi disajikan sebagai bagian dari
“Aset Tak Berwujud, Neto” pada laporan posisi keuangan
konsolidasian.
Biaya Perolehan Piranti Lunak computer meliputi seluruh biaya yang
dapat dikaitkan langsung dalam mempersiapkan asset tersebut hingga
siap digunakan dan diamortisasi selama empat hingga lima tahun
dengan metode garis lurus. Biaya perolehan piranti lunak disajikan
sebagai bagian dari “Aset Tak Berwujud, Neto” pada laporan posisi
keuangan konsolidasian.
Aset tak berwujud yang dimiliki perseroan adalah hak paten, merk
dagang, formula, lisensi teknologi dan piranti lunak komputer. Nilai
perolehannya dicatat berdasarkan pembelian dan biaya-biaya yang timbul
sehubungan dengan transaksi-transaksi yang terkait atas unsur-unsur
tersebut yang memiliki masa manfaat lebih dari 1 tahun.
B.
20
B. Analisis Penerapan PSAK No. 15 dan PSAK No. 19 terhadap PT Kalbe
Farma Tbk.
Kesesuaian
Indikator Perseroan Belum
Sesuai
Sesuai
Penyajian Laporan posisi keuangan √
Umur Manfaat
Metode Amortisasi
Pengungkapan √
Jumlah tercatat bruto
Akumulasi Amortisasi
21
perolehan ditambah dengan biaya-biaya yang timbul sampai piranti lunak tersebut
siap digunakan.
Merk dagang, hak paten dan formula merupakan aset perusahaan yang
harus dilindungi karena merupakan bagian kekayaan perusahaan. untuk
melindungi dari penyalahgunaan, plagiatisme atau pun pencurian ide hak-hak
tersebut harus didaftarkan ke Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual.
Merk dagang diklasifikasikan sebagai aset tak berwujud dan dinilai
sebesar biaya riset, biaya desain sampai dengan diterbitkannya sertifikat merk
dagang. Merk dagang diakui sebagai aset tak berwujud karena memiliki manfaat
ekonomis berupa penggunaan merk dagang secara eklusif.
Hak paten diklasifikasikan sebagai aset tak berwujud dan dinilai sebesar
biaya biaya yang dikeluarkan berupa biaya dalam tahap penelitian dan tahap
pengembangan sampai sertifikat hak paten diterbitkan. Hak paten diakui sebagai
aset tak berwujud karena memiliki manfaat ekonomis berupa penggunaan hak
paten secara eklusif. Formula diklasifikasikan sebagai aset tak berwujud dan
dinilai sebesar biaya yang dikeluarkan perseroan dalam rangka memperoleh hak
tersebut berupa biaya riset, biaya percobaan-percobaan, biaya perijininan dan
biaya biaya lain terkait dengan perolehan hak ini. Formula diakui sebagai aset tak
berwujud karena memiliki manfaat ekonomis berupa penggunaan hak paten secara
ekslusif.
Penyajian aset tak berwujud telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang
mengatur, yaitu PSAK No.1 paragraf 52 yang menghimbau perusahaan yang
memiliki aset tak berwujud untuk menyajiakan asetnya pada laporan posisi
keuangan dibawah aset tetap.
Aset tak berwujud yang telah diakui, diukur dan disajikan oleh perseroan
harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan dengan indikator
pengungkapan yang ditetapkan oleh PSAK No. 19 Paragraf 119 yaitu perseroan
harus mengungkapkan umur manfaat aset tak berwujud, metode amortisasi,
jumlah tercatat bruto dan akumulasi amortisasi dan laporan laba rugi
komperhensif. Dari empat indikator tersebut, PT Kalbe Farma Tbk. baru
22
mengungkapkan tiga dari empat indikator yang seharusnya, terdapat keterbatasan
pengungkapan atas aset tak berwujud yang dimiliki oleh perseroan.
23
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
PT Kalbe Farma Tbk. telah menyajikan investasi pada entitas asosiasi dan
aset tak berwujudnya didalam laporan posisi keuangan, sesuai dengan ketentuan
yang diatur dalam PSAK No.1.
Dalam indikator penilaian atas kriteria umum pengungkapan yang
ditentukan oleh peneliti yang tercantum dalam PSAK No. 19 paragraf 119. PT
Kalbe Farma Tbk Sesuai/tidak sesuai dengan ketentuan PSAK No. 19.
B. Saran
24
DAFTAR PUSTAKA
Salamudin, N., Bakar, R., Ibrahim, M. K., & Hassan, F. H. (2010). Intangible
assets valuation in the Malaysian capital market. Journal of Intellectual
Capital, 11(3), 391–405. https://doi.org/10.1108/14691931011064608
Spence, M. (1972). Job Market Signalling. The Quarterly Journal of Economics,
87(3), 355–374.
Trisnawati, W., & Wahidahwati. (2013). Pengaruh Arus Kas Operasi, Investasi
dan Pendanaan serta Laba Bersih Terhadap Return Saham. Jurnal Ilmu Dan
Riset Akuntansi, 1(1), 77–92.
Uadiale, O. M., & Uwalomwa, U. (2011). Intellectual Capital and Business
Performance: Evidence from Nigeria. Interdisciplinary Journal of Research
in Business, 1(10), 49–56.
Yanti, N. P. A. D., & Rasmini, N. K. (2014). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMENGARUHI RISIKO INVESTASI SAHAM PADA
PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI. E-Jurnal Akuntansi, 8(3), 569–583.
BUKU
Kieso, D. E., Weigent, J. J., & Warfield, a. T. (2011). Intermediate Accounting
IFRS Edition, Vol 1. New York: John Willey & Sons, Inc.
Schroeder, R. G., Clark, M. W., & Cathey, J. M. (2011). Financial Accounting
Theory and Analysis : Text and Cases (Vol. 10th Ed.). Danvers,
Massachussets: John Wiley & Sons, Inc.
BERITA ONLINE
https://economy.okezone.com/read/2019/03/29/320/2036576/industri-farmasi-
jadi-sektor-manufaktur-andalan
https://investasi.kontan.co.id/news/anggaran-kesehaan-naik-prospek-emiten-
farmasi-dan-rumahsakit-akan-membaik
25