Anda di halaman 1dari 29

INKONSISTENSI PENERAPAN PSAK 30 (SEWA GUNA USAHA) TERKAIT

PERLAKUAN AKUNTANSI SEWA AKTIVA TETAP PADA PT. SINAR KARYA


MEGA PERSADA

Makalah

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori Akuntansi yang diampu oleh Bapak
Dr. H. Ikin Solikin.,SE.,M.Si.,Ak.,CA

Oleh:

Ika Kartika 1602494

Intan Yustika Sari 1607924

M. Ilham Aslam 1605966

Ramdani 1601849

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KOTA BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Inkonsistensi Penerapan PSAK 30 (Sewa
Guna Usaha) Terkait Perlakuan Akuntansi Sewa Aktiva Tetap pada PT. Sinar Karya Mega
Persada”. Tidak lupa salawat serta salam penulis panjatkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW.

Makalah ini kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak
yang membuat penyusunan makalah ini berjalan dengan lancar. Maka dari itu penulis
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa di dalam makalah ini masih banyak kekurangan, mulai dari
penyusunan dan pemilihan kata sampai keabsahan materi yang disajikan. Untuk itu penulis
memohon maaf atas ketidaksempurnaan yang terdapat dalam makalah yang telah penulis susun.
Penulis pun terbuka atas kritik dan saran dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah
ini.

Penulis berharap pembaca dapat mengambil manfaat dari makalah ini. Khususnya
semoga kita, baik penulis maupun pembaca, dapat menambah wawasan yang luas mengenai
penerapan PSAK 30 (Sewa Guna Usaha). Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Bandung, November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1

A.     Latar Belakang....................................................................................................................1

B.     Rumusan Masalah...............................................................................................................2

C.    Tujuan Penulisan..................................................................................................................2

D.      Manfaat Penulisan..............................................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI..........................................................................................................3

A. Pengertian Aktiva Tetap.......................................................................................................3

B. Klasifikasi Aktiva Tetap.......................................................................................................3

C. Depresiasi Aktiva Tetap.......................................................................................................3

D. Pengertian Leasing..................................................................................................................4

E. Jenis – Jenis Leasing.............................................................................................................5

F. Mekanisme Leasing..............................................................................................................6

G. Prosedur Mekanisme Leasing...............................................................................................7

H. Penggolongan Perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing)......................................................9

I. Kriteria Yang Berlaku Baik Bagi Lesse Maupun Lessor.....................................................9

J. Manfaat Dan Kekurangan Leasing.........................................................................................10

K. Pengaruh Leasing Terhadap Laporan Keuangan..................................................................12

BAB III PEMBAHASAN............................................................................................................15

A. Perlakuan Akuntansi Sewa Aktiva Tetap pada PT Sinar Karya Mega Persada.................15

B. Perlakuan Akuntansi Sewa Operasi Menurut PSAK No. 30..............................................18

C. Pembahasan........................................................................................................................19

ii
BAB IV PENUTUP.......................................................................................................................21

A. Simpulan.............................................................................................................................21

B. Saran...................................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aktiva tetap merupakan kekayaan terpenting dalam suatu perusahaan,baik berupa tanah,
bangunan, perlengkapan, mesin, dan lain sebagainya. Untuk pengembangan perusahaan,
biasanya perusahaan ingin selalu berusaha untuk mengembangkannya dengan mengganti aktiva
tetap yang sudah lama atau ketinggalan dengan yang baru yang lebih moderen. Aktiva tetap
memiliki umur ekonomis sehingga aktiva tersebut tidak bisa digunakan terus-menerus dalam
aktivitas operasional perusahaan, sehingga mengharuskan perusahaan untuk ,menggantinya
dengan aktiva yang baru. Bagi perusahaan ini alat berat merupakan aktiva tetap perusahaan.
Untuk itu dalam kegiatannya perusahaan harus mampu mempertahankan aktiva tetap dalam hal
ini alat berat untuk tetap terjaga karena dari situlah perusahaan bisa mendapatkan pendapatan.

Kegiatan sewa-menyewa alat berat harus memiliki ketentuan-ketentuan dalam setiap


proses transaksi sewanya. Hal itu dibutuhkan agar perusahaan dapat mencatat dan melaporkan
transaksi sewa dalam laporan keuangan, sehingga akan dihasilkan suatu laporan keuangan yang
wajar dan dapat memberikan informasi yang berguna bagi para pemakai laporan keuangan.

Melihat perkembangan kegiatan sewa guna usaha, maka perlu adanya suatu standar
akuntansi keuangan yang mengatur tentang sewa guna usaha yang dapat dijadikan pedoman
untuk mencatat dan melaporkan transaksi sewa guna usaha dalam pelaporan, sehingga dapat
menghasilkan suatu laporan keuangan yang wajar dan berguna bagi para pemakai laporan
keuangan.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyusun Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan


(PSAK) No. 30 yaitu tentang sewa. Dalam PSAK No. 30 dijelaskan tentang kriteria
pengelompokan transaksi sewa, perlakuan akuntansi oleh perusahaan sewa (lessor), perlakuan
akuntansi penyewa (lessee), pelaporan dan pengungkapan transaksi sewa oleh perusahaan sewa,
serta pelaporan dan pengungkapan transaksi sewa oleh perusahaan penyewa. Laporan keuangan
yang merupakan hasil akhir dari proses akuntansi tersebut harus dapat memberikan suatu
rangkaian historis dari sumber-sumber ekonomi, kewajiban-kewajiban perusahaan serta

1
kegiatan-kegiatan yang mengakibatkan perubahan-perubahan terhadap sumber-sumber ekonomi
dan kewajiban-kewajiban tersebut. Sehingga informasi yang dihasilkan dari laporan keuangan
tersebut akan dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan perusahaan untuk periode
akuntansi berikutnya.

Perlakuan akuntansi untuk transaksi sewa aktiva tetap perlu diterapkan secara konsisten
pada PT. Sinar Karya Mega Persada yang bergerak pada konstruksi dan sewa alat berat, sesuai
dengan PSAK No.30 dalam rangka penyusunan laporan keuangan perusahaan. Untuk itu guna
menjawab berbagai pertentangan dan menjelaskan praktek sewa perlu pengkajian dari sisi
konsep akuntansi yang mendasar, sehingga dapat ditentukan perlakuan setiap transaksi sewa
secara tepat, dapat dimengerti, dapat diperbandingkan dan sesuai dengan tujuan laporan
keuangan.

B.     Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana perlakuan
akuntansi sewa aktiva tetap yang dilakukan oleh PT. Sinar Karya Mega Persada.

C.    Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui perlakuan akuntansi sewa aktiva
tetap yang dilakukan oleh PT. Sinar Karya Mega Persada.

D.      Manfaat Penulisan


Dengan dibuatnya  makalah  ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca untuk
mengetahui lebih mendalam, memahami secara konseptual dan menggunakan teknik analisis
serta menerapkannya secara empiris mengenai PSAK 30 (Sewa Guna Usaha).

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Aktiva Tetap


Herry (2011:148) menyatakan bahwa asset tetap (fixed assets) adalah asset yang secara
fisik dapat dilihat keberadaannya dan sifatnya relative permanen serta memiliki masa kegunaan
(useful life) yang panjang. Asset tetap merupakan asset yang berwujud (tangible assets). Aset
tetap berasal dari aktivitas investasi perusahaan. Perolehan aset dilakukan melalui pembelian,
penciptaan sendiri, pertukaran maupun penyerahan oleh pemegang saham sebagai pemyetoran
modal. Aset tetap dapat terdiri dari hak atas tanah, bangunan, mesin, peralatan dan lain-lain.

Aset tetap dapat didefinisikan sebagai aset yang memberikan manfaat ekonomi pada
masa yang akan datang yang sifatnya non-moneter dan jangka panjang. Sifat non-moneter dan
jangka panjang mengakibatkan nilai aset tersebut bersifat tetap, sehingga disebut aset tetap
(Marisi, 2013). PSAK No. 16 paragraf 06 menyatakan bahwa aktiva atau aset tetap adalah aset
berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk
disewakan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan diharapkan untuk digunakan
selama lebih dari satu periode. (Pangkerego & Budiarso, 2015)

B. Klasifikasi Aktiva Tetap


Klasifikasi aktiva tetap yaitu sebagai berikut :

Tanah : seperti tanah yang digunakan sebagai tempat berdirinya gedung perusahaan

Perbaikan tanah : seperti jalan-jalan diseputar lokasi perusahaan, tempat parkir, pagar dan
saluran air bawah tanah.

Gedung : seperti gedung yang digunakan untuk kantor, toko, pabrik dan gedung

Peralatan : seperti peralatan kantor, mesin pabrik, peralatan pabrik, kendaraan dan mebel.

C. Depresiasi Aktiva Tetap


Depresiasi menurut PSAK No. 16 paragraf 06 adalah alokasi sistematis jumlah yang
dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya atau pengalokasian harga perolehan

3
menjadi beban operasional akibat penggunaan aktiva tersebut. Dalam standar akuntansi
keuangan yang sudah diterima umum terdapat 4 metode yang paling sering digunakan dalam
menghitung beban depresiasi yaitu sebagai berikut (Suhayati dan Anggadini, 2009:252).

1. Metode Garis Lurus (straight line methods).

2. Metode dengan angka-angka tahunan (sum of the year digit methods).

3. Metode saldo menurun (declining balance methods).

4. Metode unit produksi (unit productive methods).

D. Pengertian Leasing
Menurut PSAK No. 30 paragraf 4 (IAI, 2012) sewa pembiayaan (finance lease) adalah
sewa yang mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan
kepemilikan suatu aset. Hak milik pada akhirnya dapat dialihkan atau dapat juga tidak dialihkan.
Sewa operasi (operating lease) adalah sewa selain sewa pembiayaan. Berdasarkan PSAK No. 30
paragraf 7 dan PSAK No. 30 paragraf 8 (IAI, 2012), klasifikasi sewa yang digunakan dalam
pernyataan ini didasarkan atas sejauh mana risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan
aset sewaan berada pada lessor atau lessee. Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa
pembiayaan jika sewa tersebut mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang
terkait dengan kepemilikan aset. Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi jika sewa
tidak mengalihkan secara substansial risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor


1169/KMK.01/1991 tentang kegiatan sewa guna usaha (leasing), sewa guna usaha (leasing)
adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna
usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease)
untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara
berkala.

Leasing bukan merupakan fenomena baru, namun di negara-negara berkembang, inisiatif


menawarkan leasing bagi usaha kecil dan mikro masih sangat jarang. Hal ini sangat mengejutkan
mengingat leasing memiliki manfaat besar atas kredit. Manfaat yang paling penting adalah
bahwa pengusaha dapat memulai peralatan sebelum mereka benar-benar memilikinya. Artinya,

4
selama periode pembayaran angsuran leasing, pengusaha telah dapat merealisasikan pendapatan
ekstra melalui penggunaan peralatan tersebut.

Lessor adalah perusahaan pembiayaan atau perusahaan sewa-guna-usaha yang telah


memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan dan melakukan kegiatan sewa-guna-usaha.
Lessor hanya diperkenankan memberikan pembiayaan barang modal kepada lessee yang telah
memiliki NPWP, mempunyai kegiatan usaha dan atau pekerjaan bebas. Lessor wajib
menempelkan plakat atau etiket pada barang modal yang disewa-guna-usahakan dengan
mencantumkan nama dan alamat lessor serta pernyataan bahwa barang modal dimaksud terikat
dalam perjanjian sewa-guna-usaha. Plakat atau etiket ini harus ditempatkan sedemikian rupa
sehingga dengan mudah barang modal tersebut dapat dibedakan dari barang modal lainnya yang
pengadaannya tidak dilakukan secara sewa-guna-usaha. Selama masa sewa-guna-usaha, lessee
bertanggung jawab untuk memelihara agar plakat atau etiket ini tetap melekat pada barang modal
yang disewa-guna-usaha.

(Husnan, 1998) Lessee adalah perusahaan atau perorangan yang menggunakan barang
modal dengan pembiayaan dari lessor. Lessee dilarang menyewa-guna-usahakan kembali barang
modal yang disewa-guna-usaha kepada pihak lain, kecuali Lessee yang memang bergerak di
bidang usaha persewaan. Dalam hal lessee memilih untuk memperpanjang jangka waktu
perjanjian sewa-guna-usaha, maka nilai sisa barang modal yang disewa-guna-usahakan
digunakan sebagai dasar dalam menetapkan piutang sewa-guna-usaha. Pada saat berakhirnya
masa sewa-guna-usaha dari transaksi sewa-guna-usaha dengan hak opsi, lessee dapat
melaksanakan opsi yang telah disetujui bersama pada permulaan masa sewa-guna-usaha. Dalam
hal lessee menggunakan hak opsi membeli maka dasar penyusutannya adalah nilai sisa barang
modal. Opsi untuk membeli dilakukan dengan melunasi pembayaran nilai sisa barang modal
yang disewa-guna-usaha.

E. Jenis – Jenis Leasing


Jenis – jenis leasing menurut (Kasmir, 2001) adalah sebagai berikut :

1. Finance Leasing (Sewa Guna Usaha Pembiayaan)    

          Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha (lessor) adalah pihak yang
membiayai penyediaan barang modal. Penyewa guna usaha (lessee) biasanya memilih barang

5
modal yang dibutuhkan dan atas nama perusahaan sewa guna usaha, sebagai pemilik barng
modal tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan dan pemeliharaan barang modal yang
menjadi objek transaksi leasing.   

         Lessor akan mengeluarkan dananya untuk membayar barang tersebut kepada supplier dan
kemudian barang tersebut diserahkan kepada lessee. Sebagai imblan atau jasa penggunaan
barang tersebut lesse akan membayar secara berkala kepada lessor sejumlah uang yang beruba
uang rental untuk jangka waktu tertentu yang telah disepakati bersama.

2. Operating Lease (Sewa Menyewa Biasa)       

          Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha membeli barang modal dan
selanjutnya disewagunakan kepada penyewa guna usaha. Berbeda dengan finance lease, jumlah
seluruh pembayaran sewa guna usaha berkala dalam operating lease tidak mencakup jumlah
biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang modal tersebut berikut dengan bunganya.
Perbedaan ini disebabkan perusahaan sewa guna usaha mengharapkan keuntungan justru dari
penjualan barang modal yang disewa guna usahakan atau melalui beberapa kontrak sewa guna
usaha lainnya.  

Perusahaan sewa guna usaha dalam operating lease biasanya bertanggung jawab atas biaya –
biaya pelaksanaan sewa guna usaha seperti asuransi, pajak maupun pemeliharaan barang modal
yang bersangkutan.

3. Sales – Typed Lease (Sewa Guna Usaha Penjualan)

          Suatu transaksi sewa guna usaha, dimana produsen atau pabrikan juga berperan sebagai
perusahaan sewa guna usaha sehingga jumlah transaksi termasuk bagian laba sudah
diperhitungkan oleh produsen atau pabrikan.           

4. Leveraged Lease     

          Suatu transaksi sewa guna usaha, selain melibatkan lessor dan lessee juga melibatkan bank
atau kreditor jangka panjang yang membiayai bagian terbesar transaksi.

5. Cross Border Lease

6
Transaksi pada jenis ini merupakan suatu transaksi leasing yang dilakukan dengan melewati
batas suatu negara. Dengan demikian antara lessor dan lesse yang dilakukan dengan melewati
batas suatu negara. Dengan demikian antara lessor dan lesse terletak pada dua negara berbeda.

F. Mekanisme Leasing
(Muharam, 2011) Dalam transaksi leasing sekurang-kurangnya melibatkan 4 pihak yang
berkepentingan, antara lain:

1. Lessor

Yaitu perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa pembiyaan kepada pihak
lesse dalam bentuk barang modal. Dalam finance lease, lessor bertujuan untuk mendapatkan
kembali biaya yang telah dikeluarkan untuk membiayai penyediaan barang modal dengan
mendapatkan keuntungan. Sedangkan dalam operating lease, lessor bertujuan untuk
mendapatkan keuntungan dari penyediaan barang dan pemberian jasa-jasa yang berkenaan
dengan pemeliharaan dan pengoperasian barang modal tersebut.

2. Lesse 

Yaitu perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiyaan dalam bentuk barang modal
dari lessor. Dalam finance lease, lesse bertujuan untuk mendapatkan pembiyaan berupa barang
atau peralatan dengan cara pembayaran angsuran atau secara berkala. Sedangkan dalam
operating lease, lesse bertujuan dapat memenuhi peralatannya disamping tenaga operator dan
perawatan alat tersebut tanpa resiko bagi lesse terhadap kerusakan.

3. Pemasok

Yaitu perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan barang untuk dijual
kepada lesse dengan pembayaran secara tunai oleh lessor. Dalam finance  lease, pemasok
langsung menyerahkan barang kepada lesse tanpa melalui pihak lessor sebagai pihak yang
memberikan pembiyaan. Sedangkan dalam operating lease, pemasok menjual barangnya
langsung kepada lessor dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak secara
tunai maupun secara berkala.

4. Bank atau Kreditor

7
Dalam suatu perjanjian kontrak leasing, pihak bank atau kreditor tidak terlibat secara
langsung dalam kontrak tersebut tetapi bank memegang peranan dalam hal penyediaan dana
kepada lessor. Dalam hal ini, tidak menutup kemungkinan pemasok menerima kredit dari bank.

G. Prosedur Mekanisme Leasing   


Dalam melakukan perjanjian leasing terdapat prosedur dan mekanisme yang harus dijalankan
yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut (Simatupang, 2003) :   

1. Lessee bebas memilih dan menentukan peralatan yang dibutuhkan, mengadakan penawaran
harga dan menunjuk supplier peralatan yang dimaksudkan.            

2. Setelah lessee mengisi formulir permohonan lease, maka dikirimkan kepada lessor disertai
dokumen lengkap.     

3. Lessor mengevaluasi kelayakan kredit dan memutuskan untuk memberikan fasilitas lease
dengan syarat dan kondisi yang disetujui lessee (lama kontrak pembayaran sewa lease), setelah
ini maka kontrak lease dapat ditandatangani.       

4. Pada yang sama, lessee dapat menandatangani kontrak asuransi untuk peralatan yang dilease
dengan perusahaan asuransi yang disetujui lessor, seperti yang tercantum dalam kontrak lease.
Antara lessor dan perusahaan asuransi terjalin perjanjian kontrak utama. Kontrak pembelian
peralatan akan ditandatangani lessor dengan supplier peralatan tersebut.

5. Supplier dapat mengirimkan peralatan yang dilease ke lokasi lesse Untuk mempertahankan
dan memelihara kondisi peralatan tersebut, supplier akan menandatangani perjanjian purna jual.    

6. Lessee menandatangani tanda terima peralatan dan menyerahkan kepada supplier.

7. Supplier menyerahkan tanda terima (yang diterima dari lesse), bukti pemilikan dan
pemindahan pemilikan kepada lessor.           

8. Lessor membayar harga peralatan yang dilease kepada supplier.   

9. Lesse membayar sewa lease secara periodik sesuai dengan jadwal pembayaran yang telah
ditentukan dalam kontrak lease. 

8
        Perjanjian yang dibuat antara lessor dengan lessee disebut lease agreement, dimana didalam
perjanjian tersebut memuat kontrak kerja bersyarat antara kedua belah pihak. Isi kontrak yang
dibuat secara umum memuat antara lain:            

1. Nama dan alamat lease       

2. Jenis barang modal yang diinginkan           

3. Jenis atau jumlah barang yang dileasekan   

4. Syarat – syarat pembayaran            

5. Syarat kepemilikan atau syarat lainnya       

6. Biaya – biaya yang dikenakan        

7. Sanksi – sanksi apabila lesse ingkar janji    

Setiap fasilitas leasing yang diberikan oleh perusahaan leasing kepada pemohon (Lessee) akan
dikenakan berbagai macam biaya yang dibebankan terhadap lesse tidaklah sama.

H. Penggolongan Perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing)  


Penggolongan perusahaan sewa guna usaha (leasing) menurut (Simorangkir, 2004) adalah
sebagai berikut :

1. Independent Leasing Company      

Perusahaan sewa guna usaha merupakan suatu perusahaan yang berdiri sendiri, tidak terkait
dengan suatu produsen barang modal sehingga dalam pembiayaan barang modal yang dilakukan
oleh independent leasing company ini dapat beragam ( tidak terfokus kepada satu merek barang
modal, tetapi dapat terdiri dari berbagai merek maupun jenisnya).        

2. Non Independent Leasing Company          

Perusahaan sewa guna usaha ini merupakan suatu perusahaan yang mempunyai hubungan
langsung dengan produsen barang modal, dimana pendirian perusahaan sewa guna usaha untuk
meningkatkan penjualan barang modal yang diproduksi oleh produsen yang bersangkutan.

9
3. Captive lessor          

    Sering juga disebut two party lessor yang melibat dua pihak.    

4. Lease broker atau packager 

Berfungsi mempertemukan calon lesse dengan pihak lessor yang membutuhkan suatu
barang modal dengan cara leasing tetapi lease broker ini tidak memiliki barang atau peralatan
untuk menangani transaksi leasing untuk atas namanya.

I. Kriteria Yang Berlaku Baik Bagi Lesse Maupun Lessor


Kriteria yang berlaku baik bagi lesee maupun lessor:

1.  Lease tersebut mengalihkan pemilikan harta kepada lesse pada ahir periode lease.

2.  Lease tersebut memuat opsi pembelian dengan harga murah.

3.  Jangka Lease sama dengan atau lebih dari 75% taksiran umur ekonomis harta yang lease.

4. Nilai sekarang pembayaran Lease mnimum, tidak termasuk bagian yang merupakan biaya
eksekutori, sama dengan atau lebih besar daripada 90% nilai pasar wajar harta.

Kriteria tambahan yang berlaku bagi lessor :

1.  Ketertagihan (collectibility) pembayaran lease minimum cukup dapat diramalkan.

2. Biaya yang masih akan dikeluarkan oleh lessor telah diketahui. 

J. Manfaat Dan Kekurangan Leasing


(Suyatno, 1999) Manfaat dan kekurangan leasing yaitu :

1. Manfaat Leasing

Pembiayaan melalui leasing memberikan beberapa keuntungan antara lain:

a. Menghemat modal

Untuk memulai usaha, lessee tidak perlu menyediakan dana dalam jumlah besar untuk
menyiapkan barang-barang modal, dana yang tersedia dapat dialokasikan untuk kebutuhan yang
lebih urgent.

10
b. Diversifikasi sumber-sumber pembiayaan

Adanya sumber pembiyaan selain dari bank akan memberikan keleluasaan dan alternatif
untuk membiayai usahanya tanpa khawatir adanya kebijaksanaan pengetatan ekspansi kredit
perbankan yang akan membahayakan kelanjutan usahanya.

c. Persyaratan yang kurang ketat dan lebih fleksibel

Dipandang dari sisi perjanjiannya, leasing lebih luwes karena dapat dengan lebih mudah
menyesuaikan dengan keadaan keuangan lessee.

d. Biaya lebih murah

Penggunaan suatu brang atau peralatan melalui metode leasing jauh lebih murah
dibandingkan dengan kredit bank berdasarkan perhitungan nilai sekarang (presen 
value)                     

e. Di luar neraca (off-balance sheet)

Tidak adanya ketentuan yang mengharuskan untuk mencantumkan transaksi leasing dalam
neraca perusahaan, memberi daya tarik tersendiri bagi lessee yang berarti prosedur pembelian
aktiva tidak perlu dipenuhi secara terperinci karena masih dalam batas kewenangan direksi.

f. Menguntungkan arus kas

Keluwesan pengaturan pembayaran sewa sangatlah penting dalam perencanaan arus dana
kerena pengaturan ini akan mempunyai dampak yang berarti bagi pendapatan lessee.

g. Proteksi inflasi

Leasing dapat memberikan perlindungan terhadap inflasi dimana dalam tahun-tahun


berikutnya setelah kontrak leasing dilakukan khususnya apabila leasing berdasarkan suku bunga
tetap maka lessee membayar dengan jumlah tetap atas sisa kewajibannya yang berasal dari
pelunasan pembelian yang dilakukan dimasa lalu.

h. Perlindungan akibat kemajuan teknologi

11
Dengan memanfaatkan leasing, lessee dapat terhindar dari kerugian akibat barang yang
disewa tersebut mengalami ketinggalan model atau system yang disebabkan oleh pesatnya
perkembangan teknologi.

i. Sumber pelunasan kewajiban

Pembatasan pembelanjaan dalam perjanjian kredit dapat diatasi melalui leasing karena
pelunasan atau pembayaran sewa hampir selalu diperkirakan berasal dari modal kerja yang
dihasilkan oleh adanya aktiva yang disewa.

j. Kapitalisasi biaya

Adanya biaya-biaya tambahan selain harga perolehan seperti biaya penyerahan, intalasi,
pemeriksaan, konsultan, percobaan, dan sebagainya dapat dipertimbangkan sebagai biaya modal
yang dapat dibiayai dalam leasing dan dapat disusutkan berdasarkan lamanya masa leasing.

k. Risiko keuangan

Dalam keadaan yang serba tidak menentu, operating lease yang berjangka waktu relatif
singkat dapat mengatasi kekhawatiran lessee terhadap risiko keuangan. sehingga lessee tidak
perlu mempertimbangkan risiko pada tahap dini yang mungkin terjadi.

2. Kekurangan Leasing

a. Pembiayaan secara leasing merupakan sumber pembiayaan yang relatif mahal bila
dibandingkan dengan kredit investasi dari bank. Hal ini terjadi karena sumber dana lessor pada
umumnya dari bank atau lembaga keuangan bukan bank.

b. Barang modal yang dilease tidak dapat dicantumkan sebagai unsur aktiva lesee untuk tujuan
"Collateral Credit" dari Bank, yaitu "Trade Creditor" mungkin akan menilai perusahaan tersebut
memiliki posisi keuangan yang lemah.

c. Bagi para perusahaan tertentu kadang-kadang timbul masalah prestise antara memiliki barang
modal sendiri atau lease.

d. Resiko yang lebih besar pada lessor, artinya adanya tanggung jawab yang menuntut pihak
ketiga jika terjadi kecelakaan atau kerusakan atas barang orang lain yang disebabkan oleh "lease
property" tersebut, dan juga lessor belum tentu yakin bahwa   barang lease tersebut bebas dari

12
berbagai ikatan seperti "liens" (gadai) "preferences","priorities", “charges" atau kepentingan-
kepentingan lainnya.

K. Pengaruh Leasing Terhadap Laporan Keuangan


Pembayaran lease dapat dicatat sebagai beban operasi pada laporan laba-rugi perusahaan,
tetapi dalam keadaan tertentu, baik aktiva lease maupun kewajiban lease sesuai kontrak lease
tidak muncul dalam neraca perusahaan. Karena itu, leasing seringkali disebut pembiayaan di luar
neraca (off balance sheet financing) (Wijaya, 1998).

Suatu lease harus diklasifikasikan sebagai lease modal, dan karenanya dikapitalisasikan
dan langsung disajikan di neraca, jika terdapat salah satu dari kondisi berikut :

1.       Berdasarkan syarat-syarat lease, pemilikan atas property secara efektif berpindah dari
lessor kepada lessee.

2.       Lessee dapat membeli property tersebut atau memperbarui perjanjian lease dengan harga
yang lebih rendah daripada harga pasar wajar pada saat perjanjian lease berakhir.

3.      Lease itu berlaku untuk periode yang sama atau lebih lama daripada 75 persen dari umur
aktiva. Jadi, jika suatu aktiva berumur 10 tahun dan lease ditulis untuk peride lebih dari 7,5
tahun, maka lease tersebut harus dikapitalisasi.

4.       Nilai sekarang pembayaran lease adalah sama atau lebih besar daripada 90 persen dari
nilai awal aktiva tersebut.

Jadi, lease pada dasarnya diakui sama seperti utang, dan mempunyai pengaruh yang sama
seperti utang terhadap tingkat pengembalian yang disyaratkan atas perusahaan. Oleh karena itu,
leasing pada umumnya tidak akan memungkinkan suatu perusahaan untuk menggunakan
leverage keuangan yang lebih besar daripada yang dapat diperolehnya dari utang konvensional.

Kapitalisasi operating lease berdampak signifikan terhadap aspek likuiditas perusahaan


di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan ketika perusahaan menggunakan operating lease, nilai
liabilitas lancar yang disajikan pada laporan posisi keuangan menjadi lebih rendah dari yang
seharusnya. Perusahaan hanya mengakui beban sewa periodik pada laporan laba rugi tanpa
mengakui bagian liabilitas sewa yang harus diselesaikan dalam periode yang bersangkutan

13
(liabilitas lancar) pada laporan posisi keuangan. Sehingga, hal tersebut akan meningkatkan rasio
likuiditas perusahaan.

Kapitalisasi operating lease berdampak signifikan terhadap aspek aktivitas perusahaan di


Indonesia. Hal tersebut dikarenakan nilai total aset yang disajikan pada laporan posisi keuangan
ketika perusahaan menggunakan operating lease menjadi lebih rendah dari seharusnya, sebab
perusahaan tidak mengakui aset sewa yang dimilikinya sebagai bagian dari aset perusahaan
sehingga rasio aktivitas perusahaan akan meningkat.

Kapitalisasi operating lease berdampak signifikan terhadap aspek solvabilitas (leverage)


perusahaan di Indonesia. Hal tersebut terjadi karena, dengan menggunakan operating lease,
perusahaan tidak harus mengakui liabilitas sewa dalam laporan posisi keuangan perusahaan.
Dengan demikian, nilai liabilitas lancar maupun tidak lancar yang dilaporkan menjadi lebih
rendah dari seharusnya. Sehingga, akan mengurangi rasio solvabilitas (leverage) perusahaan.

Kenaikan rasio solvabilitas (leverage) yang tinggi pada suatu perusahaan merupakan
perkembangan yang merugikan bagi suatu perusahaan. Perusahaan dengan rasio debt to
equity yang tinggi akan mengalami kesulitan dalam memperoleh dana tambahan dari pihak
kreditor bahkan perusahaan terancam melanggar perjanjian utang (Priantinah, 2009). Akibatnya,
investor mungkin akan menarik kembali investasi mereka pada perusahaan, sedangkan kreditor
mungkin akan menarik kembali pinjaman (atau menolak untuk memperpanjang kredit) yang
mereka berikan kepada perusahaan. Selain itu, pemegang saham juga mungkin akan menjual
saham mereka, sehingga harga saham akan menurun.

Kapitalisasi operating lease tidak berdampak signifikan terhadap aspek profitabilitas


perusahaan di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya perubahan signifikan yang
terjadi pada tingkat pengembalian atas aset dan modal yang diinvestasikan oleh perusahaan
akibat kapitalisasi operating lease. Kondisi ini disebabkan oleh adanya pengurangan nilai beban
sewa periodik atas operating lease pada beban operasi perusahaan ketika kapitalisasi dilakukan,
yang disertai dengan adanya penambahan beban penyusutan atas aset sewa dan beban bunga atas
liabilitas sewa pada laporan laba rugi perusahaan. Sehingga, tidak memberikan pengaruh yang
besar terhadap laba bersih. Dengan demikian, kapitalisasi operating lease tidak memberikan
dampak signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. 

14
Penggunaan operating lease tidak mengindikasikan adanya tindakan income
minimization yang dilakukan oleh perusahaan. Akan tetapi, perusahaan dapat
memanfaatkan accounting choice atas penggunaan operating lease untuk meningkatkan kinerja
perusahaan, terutama dalam hal meningkatkan rasio likuiditas dan aktivitas serta menurunkan
rasio hutang atau solvabilitas perusahaan.

15
BAB III
PEMBAHASAN

A. Perlakuan Akuntansi Sewa Aktiva Tetap pada PT Sinar Karya Mega Persada
PT. Sinar Karya Mega Persada selain merupakan perusahaan jasa konstruksi juga
memiliki aktiva tetap yang dapat disewakan untuk mendapatkan profit yang lebih. Untuk itu
dalam prosedur penyewaan terlebih dahulu harus ada komunikasi, konfirmasi dan kesepakatan
antara pihak penyewa dan pihak pemberi sewa (lessee & lessor).

Tahap awalnya adalah komunikasi antara pihak lessor dan lessee untuk membicarakan
jangka waktu penggunaan Truk/alat berat yang akan disewa. Kemudian konfirmasi kepastian
dari penyewaan alat tersebut, dan selanjutnya memutuskan kesepakatan tentang penyewaan alat
dengan mengisi surat kontrak dari lessor dalam hal ini PT. Sinar Karya Mega Persada.Untuk itu,
adapun syarat yang harus dipenuhi oleh penyewa (lessee) yaitu sebagai berikut.

Mengisi dan menandatangani formulir atau surat kontrak yang dibuat oleh pihak lessor
untuk bertanggung jawab atas peralatan yang di sewa.

Membayar 50% dari nilai sewa aktiva tetap yang tertera dalam surat kontrak.

Tepat waktu dalam pengembalian peralatan yang di sewa.

Perlakuan akuntansi sewa aktiva tetap pada PT. Sinar Karya Mega Persada di sesuaikan dengan
jangka waktu dan jenis alat yang disewakan karena ada bermacam-macam jenis alat yang
disewakan yang dihitung per jam untuk sewa jangka pendek dan per bulan atau per tahun untuk
jangka panjang, yaitu sebagai berikut.

16
Tabel 1. Daftar Harga Sewa Alat

No. Jenis Alat Harga /Jam


1. Motor Grader Rp. 636.496,09
2. Vibratory Roller Rp. 66.041,54 PT. Sinar Karya Mega Persada
3. Stone Crusher Rp. 800.642,40 juga memiliki aktiva tetap
4. Wheel Loader Rp. 551.888,62 berupa alat berat excavator
5. Asphalt Mixing Plant Rp.3.473.091, 24 dan truk yang disewakan pada
6. Dump Truk Rp. 484.928,67 CV. X dengan jangka waktu

7. Asphalt Spayer Rp. 69.450,74 36 bulan atau tiga tahun.

8. Asphalt Finisher Rp. 387.494,06 Pencatatan transaksi yang


9. Tyre Roller Rp. 248.878,69 berkaitan dengan sewa yang
10. Tandem Roller Rp. 310.894,90 dilakukan oleh PT. Sinar
11. Excavator Rp. 593.566,62 Karya Mega Persada adalah
sebagai berikut.

1. Pencatatan aktiva tetap sebagai modal sewa, jurnalnya adalah sebagai berikut.
Peralatan Rp. 17.384.320.133

Modal Rp.17.384.320.133
(untuk mencatat aktiva tetap peralatan sebagai modal (sewa) dalam kegiatan sewa)
Perusahaan mencatat sewa sebagai peralatan pada kelompok aktiva tetap karena peralatan
merupakan aktiva tetap perusahaan yang disewakan.

2. Pada saat penerimaan 50% dari nilai sewa peralatan yang disewa oleh lessee jurnal yang
dibuat adalah sebagai berikut.

Kas Rp. xxx

Pendapatan sewa Rp. xxx

Disini perusahaan mencatat penerimaan kas yaitu uang muka yang diberikan oleh lessee dan
mencatat kredit pendapatan sewa.

17
Pada saat penerimaan pembayaran sewa 25% dari lessee dan selanjutnya dibayar per bulan jurnal
yang dibuat sebagai berikut.

Kas Rp. xxx

Pendapatan Sewa Rp. Xxx

Perusahaan mencatat pendapatan sewa sebagai penerimaan dari sewa peralatan dari lessee, dan
akun kas karena langsung di terima tunai. Pembayaran yang dilakukan dihitung per bulan.

Pelaporan dan Pengungkapan Transaksi Sewa dalam Neraca dan Laporan Laba Rugi
Perusahaan

Setelah perusahaan melakukan pencatatan transaksi atas sewa yang dilakukan oleh pihak
lessor, selanjutnya perusahaan membuat laporan keuangan yang mencantumkan transaksi sewa
yang telah dibuat. Laporan keuangan berupa Neraca dan laporan Laba Rugi akan menunjukkan
posisi keuangan perusahaan dan hasil usaha yang dicapai perusahaan dalam kegiatan sewa.

Tabel 2. Neraca PT. Sinar Karya Mega Persada (31 Desember 2014)

Aktiva Lancar Kewajiban dan Ekuitas

Kas dan setara kas Rp. 12.010.890.468 Hutang Bank Rp. 16.433.426.339

Piutang Usaha Rp. 4.521.852.800 Hutang Usaha Rp. 1.401.497.866

Aktiva Tetap Rp. 17.384.320.133 Modal Rp. 30.327.504. 214

Sumber: PT. Sinar Karya Mega Persada

18
Laporan keuangan dalam hal ini neraca yang di sajikan oleh penulis hanya sebagian saja
yang berkaitan dengan pembahasan. Aktiva tetap yang di sajikan dalam Neraca yaitu sebesar Rp.
17.384.320.133 sudah termasuk dengan pengurangan akumulasi penyusutan pada 31 Desember
2014. Peralatan yang disewakan di laporkan sebagai aktiva tetap dan belum di pisahkan dengan
aktiva tetap yang di sewakan.

Tabel 3. Laporan Laba Rugi PT. Sinar Karya Mega Persada (31 Desember 2014)

Pendapatan: Jumlah
Pendapatan sewa Rp. 1.327.624.000
Biaya Operasional:
Beban Penyusutan Aktiva Tetap Rp. 19.749.305.720
Biaya pemeliharaa Aktiva tetap Rp. 64.749.300

Sumber :PT. Sinar Karya Mega Persada


Laporan Laba Rugi PT. Sinar Karya Mega Persada yang penulis sajikan hanya sebagian
yang berkaitan dengan transaksi sewa perusahaan. Penyusutan aktiva tetap yang dilakukan oleh
perusahaan menggunakan metode garis lurus. Penyusutan yang disajikan dalam laporan laba rugi
adalah penyusutan seluruh aktiva tetap yang belum dipisahkan dengan aktiva tetap yang
disewakan.

B. Perlakuan Akuntansi Sewa Operasi Menurut PSAK No. 30


Dalam penggunaan metode sewa operasi, perusahaan dalam hal ini akan mencatat
perolehan peralatan sebagai aktiva tetap berdasarkan harga perolehan dikurangi dengan
akumulasi penyusutan. Dalam penyajian aktiva sewa perusahaan telah menjurnal peralatan yang
disewakan sebagai kelompok aktiva tetap yang tidak dipisahkan dengan aktiva tetap lain yang
tidak disewakan. Pencatatan perolehan yang tepat menurut PSAK No. 30 seharusnya dijurnal
terpisah dari kelompok aktiva tetap yang tidak disewakan, yaitu sebagai berikut.

Untuk mencatat pemisahan antara aktiva tetap sewa dengan aktiva tetap yang tidak
disewakan diperlukan jurnal koreksi yaitu sebagai berikut.

19
Aktiva tetap sewa Rp.xxx

Aktiva Tetap Rp. xxx

Selanjutnya untuk mencatat aktiva tetap sebagai modal sewa yaitu sebagai berikut.

Aktiva Tetap Sewa Rp.xxx

Modal Sewa Rp.xxx

Dan pada saat pihak lessee memberikan uang muka sebesar 50% dari nilai sewa jurnal yang
harus dibuat adalah sebagai berikut.

Kas Rp. xxx

Pendapatan Sewa Rp. xxx

Selanjutnya pada saat penerimaan kas dari pihak lessee untuk pembayaran 25% dan selanjutnya
pembayaran rutin perbulan atas sewa aktiva tetap, dijurnal sebagai berikut.

Kas Rp.xxx

Pendapatan Sewa Rp. xxx

C. Pembahasan
Pencatatan yang dilakukan oleh PT. Sinar Karya Mega Persada terlihat bahwa perlakuan
akuntansi sewa aktiva tetap tergolong pada jenis sewa operasi (operating leasing). Hal ini
disebabkan karena dalam perlakuan akuntansi sewa yang dilakukan oleh perusahaan dimana
pada akhir periode sewa peralatan yang disewakan tetap menjadi milik perusahaan dan tidak
untuk dijual. Terlihat jelas dalam pelaporan akuntansi capital lease menurut PSAK No. 30
bahwa:

1. Aktiva yang disewa guna usahakan dilaporkan sebagai bagian aktiva tetap dalam
kelompok tersendiri. Kewajiban sewa guna usaha yang bersangkutan harus disajikan
terpisah dari kewajiban lainnya.
2. yang layak harus di cantumkan dalam catatan atas laporan keuangan mengenai hal-
hal sebagai berikut:
a. Jumlah pembayaran sewa guna usahakan yang paling tidak untuk dua tahun berikutnya.
b. Penyusutan aktiva yang disewa guna usahakan yang dibebankan dalam tahun berjalan.
20
c. Jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha.
d. Keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta amortisasinya sehubungan dengan
transaksi penjualan dan penyewaan kembali. Ikatan-ikatan penting yang dipersyaratkan
dalam perjanjian sewa guna usaha.

Sedangkan dalam pencatatan dan pengungkapan akuntansi sewa yang dilakukan oleh PT.
Sinar Karya Mega Persada selain aktiva yang disewakan tidak dipisahkan dengan aktiva tetap,
juga sewa yang dilakukan oleh perusahaan tidak menyertakan simpanan jaminan dari pihak
lessee dan mengakuinya sebagai pendapatan sewa. Dan pada akhir periode penyewaan lessor
tidak memberikan aktiva yang disewakan untuk dijual kepada lessee.

Setelah mengetahui bahwa perlakuan akuntansi sewa yang dilakukan oleh PT. Sinar
Karya Mega Persada tidak sesuai dengan kriteria yang dijabarkan dalam jenis akuntansi sewa
pembiayaan, maka dapat diklasifikasikan bahwa perlakuan akuntansi oleh PT. Sinar Karya Mega
Persada digolongkan sebagai sewa operasi (operating lessee).

21
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan
Kesimpulan dari penelitian ini:Kegiatan sewa yang dilakukan PT. Sinar Karya Mega
Persada tergolong pada sewa operasi (operating lease), karena kegiatan-kegiatan sewa yang
dilakukan oleh perusahaan tidak menggambarkan perusahaan melakukan kegiatan sewa
pembiayaan (capital lease). Pada akhir masa sewa tidak ada opsi dari lessor untuk menyerahkan
peralatan yang di sewa menjadi milik dari lessee, melainkan peralatan sewa tersebut ditarik
kembali dari lessee sesuai dengan perjanjian sewa.

Perbandingan akuntansi sewa aktiva tetap antara perusahaan dan PSAK No. 30 tidaklah
jauh berbeda. Hanya masih ada sedikit perbedaan-perbedaan dalam hal pencatatan dan
pengungkapan pada perusahaan, antara lain tidak dipisahkannya aktiva tetap sewa dengan aktiva
tetap yang disewakan dan tidak ada pemisahan antara penyusutan aktiva tetap yang disewakan
dan aktiva tetap yang tidak disewakan.

B. Saran
Saran yang dapat diberikan yaitu: Perusahaan dapat mengikuti standar akuntansi
keuangan yang berlaku dan mencatat serta menyajikan perlakuan akuntansi sewa aktiva tetap
sesuai dengan PSAK No. 30. Untuk itu penulis memberikan bahan masukan sebagai saran bagi
perusahaan supaya dapat menyajikan laporan keuangan yang wajar dan lebih dapat dipahami,
yaitu sebagai berikut:

1. Mencatat secara terpisah peralatan atau aktiva tetap yang disewakan dengan yang tidak
disewakan, agar dapat terlihat jelas dalam laporan keuangan perusahaan.
2. Menghitung akumulasi penyusutan secara terpisah antara penyusutan peralatan yang
disewakan dengan yang tidak disewakan. Dan melaporkannya dalam laporan keuangan
perusahaan.

22
3. Menyertakan asuransi atas aktiva tetap yang disewakan dengan tanggungan penyewa atau
lessee, agar tidak terjadi kekeliruan bila ada kerusakan atau kejadian yang disebabkan
oleh kelalaian dalam pemakaian aktiva dari lessee.
4. Membuat Laporan Keuangan yang sesuai dengan standar pelaporan keuangan dan
menurut PSAK No. 30.
5. Selalu mengikuti standar akuntansi keuangan yang berlaku, agar dapat menyajikan
laporan keuangan yang wajar dan dapat dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

23
DAFTAR PUSTAKA
Asyhadie, Z. (2009). Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia. Jakarta: Rajawali
Pers.

Brigham, F., & Houston, J. (2001). Manajemen Keuangan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Esenha. (2012, April 5). Diambil kembali dari Leasing sebagai salah satu lembaga pembiayaan:
http://esenha.wordpress.com/2012/04/05/leasing-sebagai-salah-satu-lembaga-pembiayaan

Hartono, D. (2012). Bank dan Lembaga Keuangan Lain Konsep Umum dan Syariah.
Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Husnan, S. (1998). Manajemen Keuangan Teori dan Terapan (Keputusan Jangka Pendek).
Yogyakarta: BPFE - Yogyakarta.

Kasmir. (2001). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Minnick, Kristina, & Noga, T. (2010). Do Corporate Governance Characteristics Influence Tax
Management. Journal of Corporate Finance, 703-718.

Muharam, S. (2011). Istilah - Istilah dalam Waralaba. SM Franchise.

Pangkerego, R. M., & Budiarso, N. (2015). Penerapan PSAK No. 30 Tentang Perlakuan
Akuntansi Sewa Aktiva Tetap Pada PT. Sinar Karya Mega Persada. JURNAL RISET
AKUNTANSI UNIVERSITAS SAMRATULANGI.

Schroeder, Clark, & Cathey. (2009). Financial Accounting Theory and Analysis 9th Edition.
John Wiley & Sons, Inc. (SSC).

Simatupang, R. (2003). Aspek Hukum dalam Bisnis. Jakarta: Rineka Cipta.

Simorangkir, O. (2004). Pengantar Lembaga Keuangan dan Non Bank. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sunarto, J. (2012, Juni). Diambil kembali dari Leasing Sewa Guna Usaha:
http://jokosunarto27.blogspot.com/2012/06/leasing-sewa-guna-usaha.html

24
Suyatno, T. (1999). Kelembagaan Perbankan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.

Wijaya, F. (1998). Perkreditan, Bank, dan Lembaga Keuangan. Yogyakarta: BPFE - Yogyakarta

25

Anda mungkin juga menyukai