Anda di halaman 1dari 25

PERSEDIAAN DAN HARGA

POKOK PENJUALAN

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 7 :

Putri Nur Halizah


Putri Safari Yantina
Yunita Sari
Samsinar Bahri
Sitti Samsia
Yunita Anggraini
PENGENDALIAN INTERNAL ATAS
PERSEDIAAN

• Pengendalian Internal atas persedian


bertujuan untuk mengamankan atau
mencegah aktiva perusahaan
(persedian) dari tindakan pencurian
,penyelewengan ,penyalahgunaan dan
kerusakan .
Salah Satu Bentuk Pengendalian Internal:

• Penggunaan sistem pencatatan perpetual


Untuk menjamain keakuratan besarnya
persedian dalam laporan keuangan perusahaan
seharusnya melakukan pemeriksaan fisik.
Dalam sistem perpetual hasil dari perhitungan
fisik akan dibandingkan dengan persedian yang
tercatat di buku besar untuk menentukan
besarnya kekurangan yang ada atas saldo fisik
persedian.
KESALAHAN DALAM PERHITUNGAN
PERSEDIAAN

• Kesalahan yang terjadi dalam melakukan perhitungan atas


persediaan akan mempengaruhi neraca maupun laopran laba
rugi. Kesalahan dalam mencatat besarnya fisik persediaan
akan menyebabkan salah saji dalam saldo persedian akhir.
Karena persedian merupakan aktiva lancar, maka besarnya
aktiva lancar maupun total aktiva perusahaan akan menjadi
salah uji di neraca . Di samping itu , kesalahan dalam
melakukan perhitungan akan mengakibatkan besarnya harga
pokok penjualan ,laba kotor,dan laba bersih yang tersaji
dalam laporan laba rugi menjadi keliru.
KESALAHAN DALAM PERHITUNGAN
PERSEDIAAN
Efeknya terhadap harga pokok penjualan rumus
nya sebagai berikut .
• Persedian awal + Harga Pokok Pembelian – Persedian Akhir =
Harga Pokok Penjualan
Efeknya terhadap laba kotor yang ditentukan dengan rumus
berikut.
• Penjualan Bersih – Harga Pokok Penjualan = Laba Kotor
Sedangkan efeknya terhadap laba bersih
ditentukan dengan rumus berikut .
• Laba Kotor – Beban Operasional +/- Pendapatan (beban ) Lain –
lain = Laba Bersih
METODE PENILAIAN PERSEDIAAN

Ada 3 metode yang dapat digunakan dalam menghitung besarnya


nilai persediaan akhir, yaitu :

• metode FIFO (first in, first out)


• metode LIFO (last in, first out),
• dan metode rata-rata (average
cost method).
METODE PENILAIAN PERSEDIAAN

• Metode FIFO, harga


pokok dari barang yang
pertama kali dibeli • Metode LIFO, harga
adalah yang akan diakui pokok dari barang yang
pertama kali sebagai terakhir kali dibeli
harga pokok penjualan adalah yang akan diakui • Metode rata-
pertama kali sebagai rata, harga pokok
dan yang akan menjadi harga pokok penjualan. penjualan per
nilai persediaan akhir Dengan menggunakan unit dihitung
adalah harga pokok dari metode LIFO, yang akan berdasarkan rata-
unit atau barang yang menjadi nilai persediaan rata harga
terakhir kali dibeli. akhir adalah harga perolehan per
pokok dari unit atau unit dari barang
barang yang pertama
yang tersedia
kali dibeli.
untuk dijual.
PENILAIAN PERSEDIAAN DALAM
SISTEM PENCATATAN PERPETUAL

Dalam sistem persediaan perpetual, setiap pembelian barang


dagangan dari pemasok akan dicatat oleh perusahaan dengan
cara mendebet akun persediaan barang dagangan dan
mengkredit akun kas atau utang usaha.

Demikian juga, pada setiap transaksi penjualan barang


dagangan ke pelanggan, harga pokok dari barang yang dijual
akan dicatat dengan cara mendebet akun harga pokok
penjualan dan mengkredit akun persediaan barang dagangan.
Contoh Soal

Kuantitas
Tanggal Keterangan (Unit) Harga Perolehan
Per Unit
1 Maret Persediaan Awal 120 Rp 200.000
5 Maret Penjualan 84
12 Maret Pembelian 96 Rp 210.000
19 Maret Penjualan 48
23 Maret Penjualan 24
27 Maret Pembelian 60 Rp 220.000
31 Maret Pembelian 60 Rp 220.000
1. Metode FIFO
Pembelian Harga Pokok Penjualan Saldo Persediaan
Tgl
Unit HP Total Unit HP Total Unit HP Total

1-Mar 120 200.000 24 jt

5-Mar 84 200.000 16.8 jt 36 200.000 7.2 jt

12-Mar 96 210.000 20.16 jt 36 200.000 7.2 jt

96 210.000 20.16 jt
19-Mar 36 200.000 7.2 jt

12 210.000 2.52 jt 84 210.000 17.64 jt

23-Mar 24 210.000 5.04 jt 60 210.000 12.6 jt

27-Mar 60 220.000 13.2 jt 60 210.000 12.6 jt

60 220.000 13.2 jt

31-Mar 60 220.000 13.2 jt 60 210.000 12.6 jt

120 220.000 26.4 jt


2. Metode LIFO
Pembelian Harga Pokok Penjualan Saldo Persediaan
Tgl
Unit HP Total Unit HP Total Unit HP Total
01-Mar 120 200,000 24 jt
05-Mar 84 200,000 16.8 jt 36 200,000 7.2 jt
12-Mar 96 210,000 20.16 jt 36 200,000 7.2 jt
96 210,000 20.16 jt
19-Mar 48 210,000 10.08 jt 36 200,000 7.2 jt
48 210,000 10.08 jt
23-Mar 24 210,000 5.04 jt 36 200,000 7.2 jt
24 210,000 5.04 jt
27-Mar 60 220,000 13.2 jt 36 200,000 7.2 jt
24 210,000 5.04 jt
60 220,000 13.2 jt
31-Mar 60 220,000 13.2 jt 36 200,000 7.2 jt
24 210,000 5.04 jt
120 220,000 26.4 jt
3. Metode Rata-rata
Pembelian Harga Pokok Penjualan Saldo Persediaan
Tgl
Unit HP Total Unit HP Total Unit HP Total

1-Mar 120 200.000 24 jt

5-Mar 84 200.000 16.8 jt 36 200.000 7.2 jt

12-Mar 96 210.000 20.16 jt 132 207,272.7 7.2 jt

19-Mar 48 207,272.7 9.95 jt 84 207,272.7 17.41 jt

23-Mar 24 207,272.7 4.975 jt 60 207,272.7 12.436 jt

27-Mar 60 220.000 13.2 jt 120 213,633 25.636 jt

31-Mar 60 220.000 13.2 jt 180 215,756 38.836 jt


E. PENILAIAN PERSEDIAAN DALAM
SISTEM PENCATATAN PEROIDIK

Jika system persediaan periodik digunakan, maka hanya


pendapatan saja yang akan dicatat ketika penjualan terjadi,
tidak ada ayat jurnal yang dibuat untuk mencatat besarnya
harga pokok penjualan. Nantinya, pada setiap akhir periode
akuntansi, perhitungan fisik atas persediaan akan dilakukan
untuk menentukan besarnya persediaan akhir dan harga
pokok penjualan.

Harga pokok penjualan dihitung dengan cara mengurangkan


besarnya harga pokok dari barang yang tersedia untuk dijual
dengan besarnya persediaan akhir yang diperoleh lewat
perhitungan fisik tadi.
Contoh Soal

Tgl Keterangan Kwantitas Harga Total Harga


Unit Perolehan Per Perolehan
Unit

1 Jan Persediaan Awal 200 Rp. 90.000 Rp. 18.000.000


5 Mar Pembelian 300 Rp. 100.000 Rp. 30.000.000
18 Agst Pembelian 400 Rp. 110.000 Rp. 44.000.000
26 Des Pembeliaan 100 Rp. 120.000 Rp. 12.000.000
Tersedia untuk Dijual 1.000 Rp. 104.000.000
Penyelesaian ...
1. Metode Penilaian FIFO

Dalam ilustrasi ini, besarnya persediaan akhir sebanyak 300 unit yang akan disajikan dalam neraca
per 31 Desember, tediri atas dua lapis:
100 unit x Rp 120.000 = Rp 12.000.000
200 unit x Rp 110.000 = Rp 22.000.000
300 unit Rp 34.000.000

Karena barang yang tersedia untuk dijual adalah 1.000 unit, dimana 300 unit-nya masih tersedia di
gudang, maka berarti banyak unit yang sudah terjual adalah 700 unit ini dapat ditentukan sebagai
berikut.
200 unit x Rp 90.000 = Rp 18.000.000
300 unit x Rp 100.000 = Rp 30.000.000
200 unit x Rp 110.000 = Rp 22.000.000
700 unit Rp 70.000.000
Besarnya harga pokok penjualan di atas dapat juga dihitung dengan cara biasa, yaitu:
= harga pokok dari barang yang tersedia untuk dijual – Harga pokok persediaan akhir
= Rp 104.000.000 – RP 34.000.000
= Rp 70.000.000
2. Metode Penilaian LIFO

Dalam ilustrasi ini, maka besarnya persediaan akhir sebanyak 300 unit yang akan
disajikan dalam neraca per 31 Desember, terdiri atas dua lapis:
200 unit x Rp 90.000 = Rp 18.000.000
100 unit x Rp 100.000 = Rp 10.000.000
300 unit Rp 28.000.000
Besarnya harga pokok penjualan untuk 700 unit dapat ditentukan sebagai berikut.
100 unit X Rp 120.000 = Rp 12.000.000
400 unit x Rp 110.000 = Rp 44.000.000
200 unit x Rp 100.000 = Rp 20.000.000
700 unit Rp 76.000.000
Besarnya harga pokok penjualan di atas dapat juga dihitung dengan :
= harga pokok dari barang yang tersedia untuk dijual – Harga pokok persediaan akhir
= Rp 104.000.000 – RP 28.000.000
= Rp 76.000.000
3. Metode Penilaian Rata-rata

Besarnya harga pokok rata-rata tertimbang dari 1.000


unit yang tersedia untuk dijual adalah Rp 104.000.000 :
1.000 unit = RP 104.000 per unit. Jadi, besarnya harga
pokok penjualan untuk 700 unit adalah Rp 104.000 per
unit x 700 unit = Rp 72.800.000. sedangkan nilai
persediaan akhir adalah Rp 104.000 per unit x 300 unit
= Rp 31.200.000.
F. PENILAIAN PERSEDIAAN SELAIN
HARGA PEROLEHAN

Harga pasar yang digunakan dalam metode Lower of cost or


market method (LCM) adalah harga pokok untuk membeli
barang yang sama pada saat ini (sekarang) dari pemasok
yang biasa dan dalam jumlah yang bisa.Untuk lebih
jelasnya, harga barang pengganti saat ini merupakan harga
pokok untuk menggantikan barang yang sama pada tanggal
di mana persediaan dilaporkan sedangkan harga pokok
pada saat persediaan pertama kali dibeli merupakan biaya
historis (historical cost).
Untuk mengilustraikan penerapan metode LCM, berikut
adalah data PT. Jaya Makmur mengenai persediaan
barang dagangan pada akhir tahun 2010 :

Units Cost Replacement Sales Selling Normal


Cost Price Cost Profit
Category 1 :
Commodity A 3.000 5.500 5.250 8.000 900 2.000
Commodity B 1.650 6.000 6.000 9.250 800 1.250

Category 2 :
Commodity C 5.000 2.500 2.000 4.200 950 500
Commodity D 3.250 7.000 7.500 7.500 1.200 1.750
Market
Commodity Floor Replacement Ceiling Market Units (ribuan
Cost dibatasi Floor RP)
& Ceiling

A 5.100 5.250 7.100 5.250 3.000 15.750

B 7.200 6.000 8.450 7.200 1.650 11.880

C 2.750 2.000 3.250 2.750 5.000 13.750

D 4.550 7.500 6.300 6.300 3.250 20.475


(ribuan RP) (ribuan RP)
Komoditas Cost Market LCM
Individual Inventory Total
Items Categories Inventory
Kategori 1 :
Komoditas A 16.500 15.750 15.750
Komoditas B 9.900 11.880 9.900
26.400 27.630 25.650 26.400

Kategori 2 :
Komoditas C 12.500 13.750 12.500
Komoditas D 22.750 20.475 20.475
35.250 34.225 32.975 34.225
Nilai persediaan akhir tahun 2010, menurut :
1. Metode harga pokok = Rp 61.650.000
2. LCM (individual) = Rp 58.625.000
3. LCM (kategori) = Rp 60.625.000
4. LCM (agregat) = Rp 61.650.000
Ayat jurnal penyesuaian yang diperluakan
Untuk metode harga pokok, tidak ada jurnal peyesuaian karena persediaan telah
disajikan sebesar harga pokok (harga perolehan).
Untuk LCM (individual)
Kerugian dari penurunan nilai persediaan Rp 3.025.000
Persediaan Rp 3.025.000
(Rp 61.650.000 – Rp 58.625.000)

Untuk LCM (kategori)


Kerugian dari penurunan persediaan Rp 1.025.000
Cadangan atas penurunan nilai persediaan Rp 1.025.000
Untuk LCM (agregat), tidak ada jurnal penyesuian karena harga pasar (Rp
61.855.000) melebihi harga perolehan (Rp 61.650.000).
G. ESTIMASI PERSEDIAAN

Teknisi estimasi persediaan digunakan untuk menentukan nilai


persediaan ketika catatan persediaan perpetual tidak
diselnggarakandan penghitungan fisik atas persediaan dirasakan tidak
praktis atau tidak memungkinkan untuk dilakukan.

Sebagai contoh, perusahaan yang menggunakan metode pencatatan


persediaan priodik mungkin membutuhkan laporan keuangan bulanan,
akan tetapi perhitungan fisik persediaan yang harus dilakukan setiap
bulannya tentu saja akan menjadi sangat tidak praktis. Belum lagi
ketika terjadi bencana (musibah), seperti kebakaran. Dalam kasus
musibah kebakaran ini, perhitungan fisik atas persediaan tidak
mungkin lagi dapat dilakukan, dan bahkan jika pencatatan persediaan
perpetual diselenggarakan, catatan persediaan tersebut mungkin juga
ikut terbakar.
Metode Harga Ecer (Harga Jual)
• Metode harga ecer banyak dipakai oleh
perusahaan pengecer untuk menghitung
nilai persediaan akhir menurut estimasi
Metode laba harga pokok (harga perolehan). Metode
kotor harga ecer akan tetapi lebih fleksibel
dibanding dengan metode laba kotor,
• Metode laba kotor karna dengan metode harga ecer
menggunakan memungkinkan perusahaan untuk
mengistemasi nilai persediaan
estimasi laba kotor berdasarkan metode penilaian
untuk mengestimasi FIFO,LIFO,biaya rata-rata, dan bahkan
besarnya persediaan metode harga yang terendah antara
pada akhir periode. harga perolehan dengan harga
pasar(metode LCM)
SEKIAN DAN TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai