Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH AKUNTANSI PERPAJAKAN

Persediaan
Diajukan sebagai Tugas Mata Kuliah Akuntansi Perpajakan
Dosen Pengajar : Aviani Widyastuti S.E., Ak

Disusun oleh :
1.
2.
3.
4.

Rani Nirmala Amien


Karlina Tri Damayanti
Siti Aisah
Lidya Fandika Zelvian

(201310170311273)
(201310170311285)
(201310170311286)
(201310170311290)

AKUNTANSI VI PILIHAN C
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
MALANG
2015/2016

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehinnga kita bisa menyelesaikan
laporan penelitian ini dengan judul Persediaan. Penyusun menyadari bahwa makalah
ini jauh dari kesempurnaan serta masih ada kekurangan-kekurangan karena
terbatasnya pengetahuan dan kemampuan. Maka dari itu, penyusun sangat
membutuhkan kritik dan saran dari pembaca.
Adapun keberhasilan penyusun dalam penyelesaian makalah ini tidaklah sematamata karena kemampuan penyusun sendiri, melainkan karena adanya bantuan
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah memberikan keteranganketerangan dan penjelasan yang berharga kepada penyusun, sehinnga terwujudlah
makalah ini.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah turut serta membantu hingga
selesainya makalah ini, maka penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada:
1. Kepada Allah SWT
2. Yang terhormat Ibu Aviani Widyastuti S.E.,Ak selaku dosen Akuntansi
Perpajakan
Sebagai manusia yang tak luput dari kesalahan, tidak ada kata yang dapat kami
ucapkan selain kata maaf yang sebesar besarnya apabila dalam penulisan makalah
ini terdapat kesalahan baik dari segi penulisan maupun isi dari penulisan makalah ini.
Kami sangat membutuhkan kritik dan saran para pembaca yang bersifat membangun
demi penulisan makalah selanjutnya. Besar harapan kami semoga apa yang kami
sajikan dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan bagi seluruh pihak
yang membaca. Dan semoga Allah senantiasa memberi hidayah kepada setiap
hamba-Nya yang mau selalu berusaha dan belajar.
Malang, 16 Maret 2016
Penyusun,

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii

Akuntansi Perpajakan Investasi pada Efek Tertentu| 2

DAFTAR ISI................................................................................................................. iii


BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................01
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Investasi pada Efek Tertentu Menurut PSAK.................................02
2.2 Definisi Investasi pada Efek Tertentu Menurut Perpajakan .......................03
BAB III KASUS PENERAPAN/APLIKASI ....................................................................
3.1 Perbedaan Mendasar ................................................................................
3.2 Analisis Perusahaan...................................................................................
3.3 Dampak Bagi Perusahaan dan Pemerintah...............................................
BAB IV KESIMPULAN ................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................

Akuntansi Perpajakan Investasi pada Efek Tertentu| 3

BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Persediaan Menurut PSAK
Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009: 52), persediaan adalah asset
untuk dijual dalam kegiatan usaha normal; dalam proses produksi untuk kemudian
dijual; atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses
produksi atau pembelian kerja. Dari pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa
persediaan merupakan asset yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan usaha
normal dalam perusahaan dagang maupun dalam perusahaan manufaktur yang
membutuhkan proses produksi.
Menurut Weygant, Kimmel dan Kieso (2011: 200201), aktivitas perusahaan
dagang adalah untuk menghasilkan pendapatan yang digunakan untuk membeli
barang dagangan yang kemudian dijual kembali kepada pelanggan. Pendapatan
dari barang dagang yang telah dijual dilaporkan sebagai penjualan (sales).
Sedangkan beban dari membeli barang dagang tersebut dilaporkan sebagai Harga
Pokok Penjualan-HPP (Cost of Good Sold-COGS). HPP dikurangkan dari
penjualan untuk memperoleh laba bruto (gross profit).
Menurut Wild dan Kwok (2011: 157-158), biaya angkut dibagi 2 (dua) yaitu
sebagai berikut.
1. FOB Destination
Biaya angkut dibayar oleh penjual dan kepemilikan barang dagang akan
berpindah pada saat barang telah sampai di gudang pembeli.
2. FOB Shipping Point
Biaya angkut dibayar oleh pembeli dan kepemilikan barang dagang
berpindah pada saat barang sampai di pelabuhan atau barang sampai di
perusahaan pengangkutan (carrier)
Biaya angkut yang dibayar oleh pembeli akan menambah HPP yang dibeli.
Sedangkan, biaya angkut yang dibayar oleh penjual akan dicatat dalam beban
operasional pada Laporan Laba Rugi.
Apabila pembeli merasa tidak puas dengan keadaan barang dagangan yang
dibelinya karena barang tersebut rusak atau cacat atau tidak sesuai dengan
pesanan sehingga pembei mengembalikan barang tersebut, maka hal ini akan
dicatat dalam akun retur pembelian (purchase return). (Wild dan Kwok, 2011: 156157). Sebaliknya, ketika pembeli mengembalikan barang dagang yang dibelinya

Akuntansi Perpajakan Persediaan | 1

kepada pihak penjual maka atas transaksi tersebut oleh penjual dicatat dalam
akun retur penjualan (sales return). (Wild dan Kwok, 2011: 160-161).
Sedangkan, menurut Wild dan Kwok (2011: 155-156), akun diskon pembelian
(purchase discount) adalah untuk transaksi pembelian yang dilakukan secara
kredit di mana pembeli melakukan pembayaran dalam jangka waktu tertentu
sehingga pembeli mendapatkan potongan harga dan penjual dapat dengan segera
mengkonversi piutang usaha menjadi kas ataupun bank. Demikian juga sebaliknya
(Wild dan Kwok, 2011: 159)

akun diskon penjualan (sales discount) dicatat

apabila potongan penjualan yang diberikan pihak penjual untuk pembayaran yang
segera dilakukan oleh pembeli, sebesar nilai jual yang tertera dalam faktur setelah
dikurangi dengan retur.
Jenis Persediaan
Pengadaan barang untuk usaha dagang dimaksudkan untuk dijual kembali,
sedangkan pengadaan untuk usaha manufaktur untuk diolah menjadi barang jadi
sebelum dijual. Jenis persedian usaha manufaktur yaitu sebagai berikut :
1. Bahan baku (raw material) dan bahan pelengkap
Biaya perolehan bahan baku (raw material)
terdiri atas harga
pembelian, ongkos angkut, biaya gudang, dan biaya lain-lain yang
berhubungan dengan penyimpanan sampai bahan tersebut dipakai dlm
produksi.
Bahan baku digolongkan : bahan baku langsung (bahan-bahan yang
dapat diidentifikasikan langsung dlm produk) misal : bahan kayu untuk
pembuat lemari dan bahan

pembantu

(bahan yang tidak dapat

diidentifikasikan langsung dlm produk) misal: kertas amplas, minyak


pelumas.
2. Barang dalam pengolahan
Adalah barang yang masih

dalam

tahap

penyelesaian.

Untuk

menyelesaikan membutuhkan biaya tenaga dan biaya tidak langsung


lainnya.
3. Barang jadi (finished good)
Adalah produk yang telah selesai diolah dan siap untuk dijual. Semua
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya tidak langsung telah
selesai dibebankan.
4. Barang dalam perjalanan (goods in transit)
Adalah barang yang dikirim atas dasar FOB Shipping Point yang masih
berada dalam perjalanan pada akhir periode akan menjadi milik pembeli
dan harus diperhitungkan pada catatan pembeli.
5. Barang konsinyasi (consigned goods)

Akuntansi Perpajakan Persediaan | 2

Adalah barang yang telah diserahkan kepada consignee tetap


merupakan

kepemilikan

dari

consignor

dan

dimasukan

dalam

persediaan consignor sebesar harga beli atau biaya produksi.


Sistem Pencatatan Persediaan
Menurut Weygant, Kimmel, dan Kieso (2011: 202-203), ada dua sistem yang
dikenal dalam pencatatan persediaan, yaitu sistem periodik dan sistem perpetual.
Berikut ini akan dibahas secara singkat.
A. Sistem Periodik
Setaip pembelian dicatat dalam akun pembelian dan penjualan dicatat
dalam akun penjualan. Perusahaan menentukan HPP hanya pada saat akhir

Persedian Awal + Pembelian (neto)


Persedian Akhir = Harga Pokok
Penjualan

periode akuntansi dengan rumus:

Persedian dihitung dengan melakukan perhitungan fisik pada setiap akhir


periode. Dengan sistem ini perhitungan persediaan dapat dilakukan dengan
akurat dan benar.
Kelemahannya jika jumlah dan jenis persediannya banyak, cara ini sangat
mahal. Sistem ini tidak bertentangan dengan perpajakan karena berdasarkan
perhitungan yang benar.
B. Sistem Perpetual
Setiap pencatatan dilakukan secara terus menerus dimana setiap
pembelian dan penjualan barang dagangan dicatat dalam akun Persediaan.
Perusahaan mencatat secara detail harga pokok dari setiap persedian barang
dagangan yang dijual dan dibeli.
Sistem Penilaian Persediaan
Menurut Wild dan Kwok (2011: 201-220) penilaian persediaan barang dagang
dibagi atas:
A. Specific Identification Method
Menurut Wild dan Kwok (2011: 201-202), metode ini digunakan dengan cara
mengidentifikasikan setiap barang yang dijual dan setiap barang dalam akun
persediaan. Biaya barang-barang yang telah terjual dimasukkan dalam HPP,
sementara biaya barang yang masih ada dimasukkan pada persediaan.
Metode ini dapat diterapkan pada situasi yang melibatkan sejumlah kecil item
berharga tinggi dan dapat dibedakan. Contoh: perhiasan, mobil, dan furniture.
Metode ini menandingkan arus biaya dengan arus fisik barang. Namun,
metode ini memiliki kelemahan, yaitu perusahaan dapat memanipulasi laba
neto dan biaya-biaya yang terjadi dialokasikan secara arbiter.

Akuntansi Perpajakan Persediaan | 3

B. Gross Profit Method


Akuntan, auditor dan manajer sering menggunakan metode ini untuk menguji
kewajaran nilai persediaan akhir. Selain itu juga dapat untuk mendeteksi
kesalahan yang besar dalam menilai persediaan akhir. Tetapi, metode ini tidak
seharusnya digunakan untuk menyiapkan laporan keuangan pada akhir tahun.
(Wild dan Kwok, 2011:220)
C. Retail Inventory Method
Metode ini sering dipakai oleh peritel, seperti pasar swalayan dan toserba,
untuk menaksir nilai persediaan guna penyusunan laporan perhitungan laba
rugi atau untuk menentukan apakah terjadi kekurangan persediaan. Anggapan
yang dipakai dalm metode ini ialah bahwa perbandingan (rasio) biaya terhadap
harga ritel barang yang tersedia dijual selama satu periode. Syarat yang perlu
dipenuhi agar metode ini dapat dipakai adalah adanya catatan harga jual ritel
setiap barang yang dibeli.
2.2 Persediaan Menurut Perpajakan
Dalam UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 sistem pencatatan persediaan tidak
diatur secara jelas. Selama system pencatatan tersebut dapat menunjukkan
kebenaran pencatatan, konsisten, dan taat asas maka ketentuan perpajakan dapat
menerimanya.
System perpetual tidak menggunakan cara penaksiran dalam menghitung nilai
persediaan, bahkan pemeriksaan masih digunakan sebagai pelengkap. Dengan
demikian, system ini tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan. Cara yang
tidak sesuai dengan prinsip perpajakan adalah apabila persediaan dinilai
berdasarkan penaksiran atau perkiraan.
Apabila contoh penilaian pemakaian persediaan yang diuraikan pada
penjelasan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 10 ayat (6) diperhatikan, maka
system pencatatan yang diperkenalkan adalah system pencatatan perpetual. Atas
dasar pertimbangan itulah dalam pedoman penyusunan laporan keuangan fiskal
ditegaskan agar pencatatan sedapat mungkin dilakukan dengan sistem perpetual.
Akan tetapi, untuk hal-hal tertentu yang karena sifatnya mengalami kesulitan
dalam menggunakan sistem perpetual seperti pasar swalayan dan sistem lain
dapat digunakan.
Penilaian pemakaian persediaan untuk penghitungan HPP hanya boleh
dilakukan dua cara menurut ketentuan perpajakan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008
Pasal 10 ayat (6), yaitu: Metode rata-rata (average), atau metode mendahulukan
persediaan yang didapat pertama (FIFO). Pemilihan metode tersebut harus
dilakukan secara taat asas, artinya sekali WP memilih salah satu cara penilaian

Akuntansi Perpajakan Persediaan | 4

pemakaian persediaan untuk penghitungan HPP, maka untuk selanjutnya harus


digunakan cara yang sam.
Metode rata-rata mudah diterapkan, objektif dan tidak dapat dimanfaatkan
untuk memanipulasi laba. Dalam metode FIFO, perusahaan juga tidak dapat
memanipulasi laba, dan mendekatkan nilai persediaan akhir dengan biaya
berjalan. Tetapi kelemahannya yaitu biaya berjalan tidak dapat ditandingkan
dengan pendapatan berjalan pada laporan laba rugi.
Ketentuan perpajakan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 dalam menghitung
Penghasilan Kena Pajak (PKP) harus berdasarkan data yang benar dan bukan
berdasarkan penaksiran. Penilaian persediaan akhir tidak boleh dihitung dengan
asumsi seperti penggunaan metode Gross Profit Method dan Retail Inventory
Method, melainkan sesuai dengan penilaian persediaan dengan dasar harga
perolehan melalui metode average atau metode FIFO.

BAB III
KASUS PENERAPAN/APILKASI
3.1 Perbedaan Mendasar Antara Akuntansi dan Perpajakan.
Menurut kelompok kami Persediaan berdasarkan PSAK dan berdasarkan
Perpajakan berbeda. Dalam PSAK terdapat dua sistem pencatatan persediaan,
yaitu sistem periodic dan sistem perpetual dan terdapat tiga sistem penilaian
persediaan, yaitu specific identification method, cost flow method (FIFO dan
average cost), dan estimasi persediaan (gross profit method dan retail inventory
method). Namun dalam UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 sistem pencatatan
persediaan tidak diatur secara jelas. Selama sistem pencatatan tersebut dapat
menunjukkan kebenaran pencatatan, konsisten, dan taat asas maka ketentuan
perpajakan dapat menerimanya. Sedangkan untuk sistem penilaian persediaan
hanya boleh dilakukan dua cara menurut ketentuan UU PPh Nomor 36 Tahun
2008 Pasal 10 ayat (6), yaitu metode rata-rata dan metode FIFO.
3.2 Analisis Pada Perusahaan
Berdasarkan data yang telah kami analisis, yaitu berdasarkan Laporan
Keuangan PT. Gudang Garam Tbk, perusahaan melakukan penilaian berdasarkan
Standar Akuntansi Keuangan Indonesia yaitu dinilai menurut harga yang lebih

Akuntansi Perpajakan Persediaan | 5

rendah antara biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi atau bisa
disebut Lower of cost or net realizable value. Sedangkan untuk yang lainnya
seperti :
Biaya perolehan barang jadi rokok dihitung berdasarkan biaya produksi
rata-rata sebenarnya, ditambah biaya pembungkusan dan pita cukai
(termasuk PPn dan pajak rokok) untuk rokok yang telah dibungkus dan
diberi pita cukai.
Biaya perolehan barang jadi kertas karton dihitung berdasarkan biaya
produksi rata-rata sebenarnya, ditambah biaya pembungkusan.
Biaya perolehan barang dagangan dihitung dengan metode FIFO
Biaya perolehan barang dan pengolahan dihitung berdasarkan biaya
produksi rata-rata sebenarnya sesuai dengan tingkat penyelesaiannya.
Biaya perolehan bahan baku/pembantu, suku cadang, dan keperluan
pabrik dihitung dengan metode rata-rata.
Biaya perolehan pita cukai (termasuk

PPN

dan

pajak

rokok)

diperthitungkan berdasarkan identifikasi khusus terhadap harga beli


aktualnya.

3.3 Dampak Bagi Perusahaan dan Pemerintah (Perpajakan)


Semua transaksi pasti akan menimbulkan dampak tertentu bagi yang
melakukan transaksi tersebut, begitu pula dengan transaksi mengenai Persediaan.
Transaksi ini akan menimbulkan dampak, baik pada perusahaan maupun pada
Pemerintah yaitu dalam bentuk pengenaan Pajak.
3.3.1

Dampak Bagi Perusahaan


Dampak yang akan diterima oleh perusahaan PT. Gudang Garam Tbk

tentang Investasi Pada Efek tertentu menurut kami adalah dengan adanya
pengenaan Pajak. Namun dampak tersebut ada yang dirasakan secara langsung
dan tidak dirasakan secara langsung, karena banyak investasi-investasi yang tidak
dilakukan secara langsung juga, yaitu melalui anak-anak perusahaan yang ada.
Sehingga akan mengurangi laba dari perusahaan tersebut dengan adanya
pengenaan pajak atas transaksi yang telah dilakukan sebelumnya.
3.3.2 Dampak Bagi Pemerintah
Menurut kami dampak yang akan dirasakan pemerintah adalah sama dengan apa
yang menjadi dampak bagi perusahaan PT. Gudang Garam Tbk, yaitu tentang
pengenaan Pajak mengenai transaksi atas Investasi Pada Efek Tertentu hanya
saja pemerintah menerima dan perusahaan yang membayarkan. Dengan adanya
transaksi tersebut pemerintah akan menerima pajak atas PPh Pasal 23 dan PPh

Akuntansi Perpajakan Persediaan | 6

Final ( PPh Pasal 4 ayat 2) sesuai dengan peraturan yang ada dalam UU PPh
Nomor 36 Tahun 2006 Pasal 4 ayat 1.

Akuntansi Perpajakan Persediaan | 7

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dengan terselesaikannya makalah tentang Investasi pada Efek Tertentu ini,
penulis mengharapkan untuk para pembaca agar dapat mengambil nilai-nilai positif
tentang transaksi Investasi pada Efek Tertentu menurut PSAK dan Perpajakan
sehingga pembaca mampu memanfaatkan apa yang ada dalam isi makalah. Penulis
tidak membatasi kritikan maupun saran yang ingin masuk. Karena Tak ada gading
yang tak retak, maka dari itu, penulis sendiri merasa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan sangat mengharapkan sekali kritikan dari para pembaca.

Akuntansi Perpajakan Persediaan | 8

DAFTAR PUSTAKA
1. Agoes, Sukrisno.2014.Akuntansi Perpajakan, Salemba Empat : Jakarta.

Akuntansi Perpajakan Persediaan | 9

Anda mungkin juga menyukai