Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN TUGAS AKHIR

MEKANISME BEA BALIK NAMA DAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI


KANTOR UPTD SAMSAT KOTA JAMBI

Diajukan untuk memenuhi

salah satu syarat guna memperoleh gelar

Ahli madya

OLEH:

MAULI JENITRIADI

(C0D018047)

PROGRAM STUDI PERPAJAKAN


PROGRAM DIPLOMA III
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI
2021
HALAMAN PERSETUJUAN

Dengan ini dosen pembimbing laporan tugas akhir ketua program studi dan struktur
lapangan. Menyatakan bahwa laporan tugas akhir yang disusun oleh:

Nama : Mauli Jenitriadi

Nim : C0D018047

Program Studi : D-III PERPAJAKAN

Judul laporan : Mekanisme tata cara perhitungan pajak dan bea balik nama
kendaraan bermotor di samsat kota jambi

Telah disetujui dan disahkan sesuai dengan prosedur ketentuan dan kelaziman dalam
ujian koprehensif dan laporan tugas akhir pda tanggal yang tertera dibawah ini

Disetujui oleh:

Jambi, 2021

Dosen Pembimbing Tugas Akhir Instruktur Lapangan

Drs. Iskandar Sam, S.E. A.k.,M.Si.,CA Rosi Parlina, S.E

NIP: 196302141990011001 NIP: 19770202200122003

Mengetahui

Ketua Program Studi

Perpajakan

Nela Safelia. S.E, M.Si

NIP: 198007082005012005

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir ini telah dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Laporan
Tugas Akhir dan Ujian Komprehrnsif Program Studi Perpajakan Program Diploma III
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi Pada:
Hari :

Tanggal :

Jam :

Tempat :

Tanda Tangan

1. Ketua Penguji
2. Sekretaris
3. Anggota
4. Anggota

Disahkan Oleh:
Ketua Jurusan Akuntansi Ketua Program Studi

Dr. Enggar Diah Puspa Arum, S.E., M.Si., A.k., C.A Nela Safelia, S.E., M.Si

NIP: 19761003200012201 NIP: 198007082005012005

Mengetahui:

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Dr.H.,Junaidi,S.E.,M.Si
NIP: 196706021992031003

ii
ABSTRAK

Laporan tugas akhir dengan judul “Mekanisme bea balik nama dan pajak kendaraan
bermotor di samsat kota jambi”. Khususnya untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi
oleh SAMSAT kota jambi pada masyarakat dalam meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat untuk lebih meningkatkan pendapatan pajak daerah, serta untuk mengetahui
kebijakan apa yang diambil dalam meningkatkan pendapatan pajak daerah. Ada
permasalahan yang kerap terjadi dalam suatu negara atau daerah yaitu tentang perpajakan,
karena sektor pajak dapat dikatan sebagai gerbong dalam meningkatkan lajunya
perekonomian suatu daerah. Namun harapan tersebut kerap tidak sejalan dengan kesadaraan
masyarakat dalam menunaikan kewajiban membayar pajak. Dari permasalahan tersebutlah
penulis dapat memperoleh data yang diperlukan, dan selanjutnya data tersebut di analisis
dengan metode kualitatif yaitu penjelasan dengan kata-kata yang sistematis, sehingga
permasalah terungkap objektif.
Kata kunci: Bea Balik Nama dan Pajak Kendaraan Bermotor

iii
ABSTRACT

The final project report entitled "the mechanism of transfer of name and motor
vehicle tax in Samsat Kota Jambi". In particular, to find out the problems that arise in the
SAMSAT city of Jambi to the community in improving services to the community to increase
local tax revenue, as well as to see what policies are taken to increase local tax revenue. The
problem that often occurs in a country or region is about taxation, because the tax sector can
be said as a carriage in increasing the speed of a region's economy. However, these
expectations are often not in line with the awareness of the community in fulfilling their tax
obligations. From these problems, the writer can obtain the necessary data, and then the data
is analyzed by qualitative methods, namely systematic wording, so that the problem is
revealed objectively.
Key words: Transfer of Name and Motor Vehicle Tax

iv
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, wr, wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT. Atas rahmat dan

ridho-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini dengan judul

“Mekanisme Bea Balik Nama dan Pajak Kendaraan Bermotor di Samsat Kota

Jambi”. Shalawat dan salam tidak lupa kita curahkan kepada baginda Nabi

Muhammad SAW yang telah membawa seluruh umat manusia dari alam yang tidak

tau ilmu pengetahuan sampai dengan alam yang penuh ilmu pengetahuan seperti saat

ini. Laporan ini disusun sebagai tugas akhir dalam pendidikan program Diploma III

pada jurusan perpajakan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Jambi.

Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini penulis mendapat banyak bantuan

dan dukungan dari berbagai pihak lain secara langsung maupun tidak langsung. Untuk

itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Drs. H. Sutrisno, M.Sc., Ph.D. selaku rektor Universitas Jambi.

2. Bapak Dr. Junaidi, SE.,M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Jambi.

3. Ibu Dr. Enggar Diah Puspa Arum, S.E., M.Si., A.k., C.A selaku Ketua Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi.

4. Ibu Nela Safelia, S.E., M.Si selaku Ketua Program Studi Perpajakan Program

Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

5. Bapak Drs. Iskandar Sam, S.E A.k.,M. Si.,C.A. selaku Dosen Pembimbing Tugas

Akhir yang sangat berjasa memberikan bimbingan dan pengarahan selama masa

penulisan ini hingga selesai.

v
6. Seluruh Dosen Pengajar dan Staf Akademik Program Diploma III Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi.

7. Bapak Muhammad Ariansyah, S.IP,ME selaku pimpinan Kantor Samsat Kota

Jambi.

8. Ibuk Rosi Parlina, SE selaku instruktur lapangan di Kantor Samsat Kota Jambi

yang sudah memberikan bimbingan dan arahan dalam membantu penulis

menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

9. Ibuk selaku pembimbing tugas akhir di kantor samsat kota jambi yang sangat

berjasa memberikan bimbingan dan pengarahan selama masa penulisan ini hingga

selesai.

10. Seluruh staff di kantor samsat kota jambi.

11. Kepada orang tua dan keluarga yang telah memberikan motivasi dukungan serta

doa sehingga terselesaikannya laporan tugas akhir ini.

12. Kepada seluruh rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Diploma III perpajakan

Universitas Jambi khususnya anak-anak perpajakan kelas F angkatan 2018.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan tugas akhir ini mash banyak

terdapat kekerungan. Oleh sebab itu, penulis mwngharapkan keoada segenap para

pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam

perbaikan demi kesempurnaan dimasa yang akan datang.

Jambi, 2021
Penulis

Mauli Jenitriadi
NIM:C0D018047

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................. ii

ABSTRAK........................................................................................................................... iii

ABSTRACT........................................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR......................................................................................................... v

DAFTAR ISI....................................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL............................................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1

1.1........................................................................................................................Latar
Belakang........................................................................................................ 1
1.2........................................................................................................................Masa
lah Pokok Laporan........................................................................................ 4
1.3........................................................................................................................Tuju
an dan Manfaat Penulisan............................................................................. 4
1.3.1. Tujuan Penulis........................................................................ 4
1.3.2. Manfaat Penulisan................................................................... 4
1.4........................................................................................................................Meto
de Penulisan.................................................................................................. 5
1.4.1. Jenis dan Sumber Data........................................................... 5
1.4.2. Metode Pengumpulan Data.................................................... 5
1.4.3. Metode Analisis...................................................................... 5
1.5........................................................................................................................ Wak
tu dan Lokasi Magang................................................................................... 6
1.6........................................................................................................................ Sist
ematika Penulisa........................................................................................... 6

BAB II................................................................................................................................. 8
LANDASAN TEORI.......................................................................................................... 8

2.1. Pengertian Pajak........................................................................................... 8

vii
2.1.1. Fungsi Pajak....................................................................................... 8

2.1.2. Jenis-jenis Pajak................................................................................. 9

2.1.3. Hukum pajak......................................................................................11

2.1.4. Teori pemungutan pajak.....................................................................12

2.1.4 Tata cara pemungutan pajak...............................................................14

2.2. Sistem Pemungutan Pajak............................................................................15

2.3. Pengelolaan pajak........................................................................................16

2.4. Pendapatan daerah........................................................................................17

2.5. Pendapatan Asli Daerah...............................................................................20

2.6. Pajak daerah.................................................................................................21

2.7. Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB).............................22

2.8. Masa Pemutihan...........................................................................................26

BAB III PEMBAHASAN...................................................................................................27

3.1 Gambaran Umum UPTD Samsat Kota Jambi...............................................27

3.1.1. Sejarah singkat dan perkembangannya.............................................27

3.1.2 Visi dan misi........................................................................................28

3.1.3. struktur organisasi...............................................................................28

3.1.4. jumlah pegawai samsat kota jambi....................................................30

3.2 Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pencapaian Target Penerimaan

PKB dan BBNKB di Provinsi Jambi...................................................................31

BAB IV PENUTUP.............................................................................................................34

4.1 Kesimpulan.....................................................................................................34
Daftar pustaka.......................................................................................................................35

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pajak adalah perwujudan dari pengabdian dan peranan serta wajib pajak untuk

secara langsung dan sama-sama ikut melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan

untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Tanggung jawab atau pelaksanaan

pemungutan pajak sebagai cermin kewajiban masyarakat itu sendiri. Pemrintah dalam hal

ini aparat perpajakan sesuai dengan fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan,

pelayanan dan pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan

ketentuan yang digariskan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. Pajak adalah

iuran wajib dari rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang(yang dapat

dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat

ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk

melaksanakan pembangunan instruktur bagi seluruh masyarakat indonesia. Pajak sendiri

dari warga negara indonesia dan menjadi salah satu iuran yang diwajibkan dan dapat di

paksakan penagihannya. Tanpa disadari pembangunan Nasional dan infrastruktur

indonesia dilakuakan oleh masyarakat dan bersama pemerintah secara bersama-sama.

Maka dari itu peran masyarakat disini harus dibutuhkan dengan pembiayaan

pembangunan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kewajiban membayar

pajak.

Sebelum adanya tax reform (reformasi pajak) di indonesia pembangunan nasional

selalu bersumber dari dana yang sebagian besar berasal brasal dari sektor minyak dan gas

bumi namun setelah tax reform (reformasi pajak), pemerintah menjadikan sektor pajak

sebagai sumber utama dan menopong oembiayaan pembangunan Nasional. Dalam

1
kenyataannya penerimaan-penerimaan negara adalah penyumbang tebesar APBN.

Melalui APBN negara membuat rencana pendapatan dan belanja negara dalam kurun

waktu satu tahun. Semua program kerja dan besarnya biaya dicatat disini yang mencakup

seluruh daerah di wilayah indonesia.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan

tahunan pemerintah daerah sumber anggaran pendapatan daerah terdiri dari:

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

2. Bagian dana perimbangan

3. Pendapatan lain-lain yang sah

Pendapatan asli daerah (PAD) brdasarkan UU nomor 33 Tahun 2004 tentang

perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah selanjutnya disebut

PAD adalah pendapatan yang dapat diperoleh diarahkan untuk meningkatkan pendapatan

asli daerah yang dipungut berdasarkan peraturan diarahkan untuk meningkatkan

pendapatan asli daerah sebagai sumber utama pendapatan daerah dalam melaksanakan

pembangunan daerah sesuai perundang-undangan, kebjiakan keuangan daerah diarahkan

untuk meningktatkan pendapatan asli daerah sebagai sumber utama pendapatan daerah

yang dapat dipergunakan oleh daerah dalam mendapatkan dana dari tingkat atas (subsidi).

Dengan demikian usaha peningkatan pendapatan asli daerah dalam melaksanakan

pembangunan daerah sesuai dengan kebutuhan guna memperkecil ketergantungan dalam

mendapatkan dana dari tingkat atas (subsidi). Dengan demikian usaha peningkatan

pendapatan asli daerah dalam kaitannya dengan kessatuan perekonomian indonesia.

pendapatan asli daerah itu sendiri, dianggap sebagai alternatif untuk memperoleh dan

tambahan yang dapat digunakan untuk memperoleh dan tambahan yang dapat digunakan

untuk berbagai keperluan pengeluaran yang ditentukan oleh daerah sendiri khususnya

2
keperluan rutin. Oleh karena itu, peningkatkan pendapatan itu merupakan hal yang

dikehendaki setiap daerah.

Tabel 1.1

NO TAHUN JUMLAH WP PENERIMAAN


1. 2017 117846 Rp. 323.533.753.100
2. 2018 129982 Rp. 400.178.697.200
3. 2019 117670 Rp. 369.086.914.250
4. 2020 76741 Rp. 249.425.333.800
Sumber: Samsat

Salah satu cara untuk memaksimalkan penerimaan Pajak Daerah Provinsi Jambi

adalah dengan upaya meningkatkan penerimaan pajak daerah yaitu pada sektor:

1. Pajak kendaraan bermotor (PKB)

2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB)

3. Pajak Air Permukaan

4. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBB-KB)

5. Pajak Rokok

Bea Balik Nama kendaraan bermotor yaitu pajak penyerahan hak kepemilikan

kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak yang

terjadi karena jual beli, hibah, atau warisan dan permukaan kedalam usaha.

Agar dapat dipungut secara efektif, pemahaman terhadap masyarakat, petugas

pajak daerah dan setiap pihak yang berkaitan dengan pemungutan harus sesuai dengan

kententuan yang diatur dalam undang-undang serta peraturan daerah yang diatur dalam

undang-undang serta peraturan daerah yang mengatur tentang pajak dan retribusi daerah.

Guna memberi keringatan dalam melakukan bea balik nama kendaraan bermotor,

dan meningkatkan pendapatan daerah, pemerintah kota jambi memberikan program

3
pemutihan kepada masyarakat. Pemutihan denda pajak kendaraan bermotor Provinsi

Jambi tahun 2021 ini dimulai pada tanggal 1 januari hingga 30 juni 2021.

Program pemutihan pajak kendaraan bermotor kota jambi guna untuk

membebaskan pembayaran denda dan sanksi administratif pajak kendaraan bermotor,

pembebasan sanksi administratif bea balik nama kendaraan bermotor II 2021. Target

pendapatan daerah pemprov jambi dari kegiatan ini mencapai Rp 120 milliar.

Berdasarkan uraian latar belakang yang dijelaskan di atas, maka penulis tertarik

untuk membahas lebih lanjut tentang, “MEKANISME BEA BALIK NAMA DAN

PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI KANTOR UPTD SAMSAT KOTA

JAMBI”

1.2. Masalah pokok penulisan

Berdasarkan latar belakang sebagaimana diuraikan diatas, yang menjadi pokok

permasalahan laporan ini adalah:

1. Bagaimana prosedur pembayaran bea balik nama kendaraan bermotor di kantor

UPTD Samsat kota jambi?

2. Apa saja syarat-syarat membayar pajak kendaraan bermotor?

1.3 Tujuan penulisan dan manfaat penulisan

1.3.1 Tujuan Penulisan

Berdasarkan masalah pokok laporan diatas muka tujuan dari penulis melakukan

penulis adalah sebagai berikut:

1. Apa saja syarat-syarat melakukan bea balik nama kendaraan bermotor

2. Apa saja keuntungan melakukan Bea Blik Nama Kendaraan Bermotor dalam masa

pemutihan

3. Untuk mengetahui tentang pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor

1.3.2. Manfaat penulisan

4
Adapun manfaat penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi pemilih Materi Laporan Tugas Akhir

a. Sebagai informasi dan bahan masukan serta menambah wawasan,

pengetahuan dalam bidang Bea Balik Nama dan Pajak Kendaraan Bermotor.

b. Untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program studi di Fakultas

Ekonomi dan BisnisProgram Diploma III Prodi Perpajakan

2. Bagi Instansi

1. Sebagai bahan masukan dalam upaya melakukan Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor dan Pajak Kendaraan Bermotor.

2. Untuk memberikan informasi dan pengetahuan kepada mahasiswa tentang bekerja.

1.4. Mertode penulisan

1.4.1 Jenis Data dan Sumber Data

Data yang diperoleh berasal dari hasil observasi yang berasal dari sumber

yang terdiri dari:

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang dikumpulkan atau diperoleh dari hasil

wawancara peneliti dengan narasumber, (Sujarweni, 2016:89), adalah data yang

diperoleh melalui wawancara terstruktur dengan pertanyaan kepada pegwai dan staf.

2. Data Sekunder

5
Data Sekunder adalah data yang didapat dari catatan, buku, dan majalah

berupa laporan pemerintah, artikel, dan lainnya yang berhubungan dengan

permasalahan yang diangkat. (Sujarweni, 2016:89), yaitu bagaimana proses

Penyaluran Dana Bagi Hasil (DBH) Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ke

Kabupaten/Kota Provinsi Jambi.

1.4.2. Metode Pengumpulan Data

1. Metode Wawancara

Wawancara yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab

langsung kepada pegawai Kantor Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Jambi.

2. Metode Dokumentasi

Metode Dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara melihat

dokumen-dokumen resmi Badan Keuangan Daerah Provinsi Jambi

3. Studi Pustaka

Studi Pustaka yaitu metode kepustakaan yang diperoleh dengan cara mencari referensi

melalui perpustakaan maupun media internet.

1.5 Waktu dan Lokasi Magang

Pelaksanaan magang dilakukan selama 2 bulan yaitu dari tanggal 08 Februari s/d 09

April 2021 dan tempat lokasi magang terdapat pada instansi Dinas UPTD PPD Samsat Kota

Jambi.

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan laporan magang ini, akan dijabarkan sistematika pembahasan untuk

memberikan gambaran yang jelas tentang maksud dan tujuan penulisan secara garis besar

masing-masing Bab mencakup hal-hal sebagai berikut:

6
BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulisan menguraikan tentang latar belakang pemilihan judul,

masalah pokok laporan, tujuan dan manfaat penulisan, dan sistematika

penelitian sehingga diharapkan dapat menggambarkan isi laporan secara

garis besar.

BAB II : LANDASAN TEORI

Pada bab ini diuraikan mengenai landasan teori atau konsep yang

berhubungan dengan judul dari hasil praktek magang yang digunakan untuk

mendeskripsikan rumusan masalah yang akan dibahas pada bab selanjutnya.

BAB III : PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis menjelaskan tentang gambaran umum di Dinas UPTD

SAMSAT Kota Jambi yang meliputi sejarah singkat dan perkembangan

Dinas UPTD SAMSAT Kota Jambi, visi dan misi, struktur organisasi,

jumlah Kontribusi Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, dan

BAB IV : SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini penulisan membahas tentang simpulan yang dapat ditarik dari

hasil pengamatan dan saran-saran yang sesuai dalam pemaparan suatu

simpulan.

7
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pajak

2.1.1. Pengertian Pajak

Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009, Pajak adalah kontribusi wajib kepada

Negara yang terutang oleh oprang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

undang-undang untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Sedangkan menurut Waluyo (2012:2) Pajak adalah potensi yang dipaksakan sepihak

dan terutang kepada pengusaha (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum) tanpa

adanya kontaprestasi dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran.

Sementara S.I Djajadiningrat mengatakan pajak sebagai dari kekayaan kas Negara

yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan

tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah

sertadapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung untuk

memelihara kesejahteraan secara umum. (Resmi, 2018:1)

2.1.2. Fungsi Pajak

Terdapat dua fungsi adalah sebagai berikut :

1. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)

Pajak sebagai salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran

baik rutin maupun pembangunan.

2. Fungsi Regulared (Pengatur)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam

bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan.

8
2.1.3. Jenis Pajak

Menurut Resmi (2018:7) terdapat berbagai jenis pajak yang dapat dikelompokan

menjadi tiga yaitu:

1. Menurut Golongannya

Pajak dikelompokan menjadi dua:

a. Pajak langsung

Pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat

dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Pajak harus menjadi

beban wajib pajak yang bersangkutan.

Contoh: Pajak Penghasilan (PPH)

b. Pajak tidak langsung

Pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau

pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa, atau

pembuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya penyerahan barang atau jasa.

Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

2. Menurut Sifatnya

a. Pajak subjektif, pajak yang pengenaannya memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak

atau pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan subjeknya. Contoh: Pajak

Penghasilan (PPH) dalam PPH terdapat subjek pajak (wajib pajak) orang pribadi.

Pengenaan PPH untuk orang pribadi tersebut memperhatikan keadaan pribadi wajib

pajak (status perkawinan, banyaknya anak, dan tanggungan lainnya). Keadaan pribadi

wajib pajak tersebut selanjutnya digunakan untuk menentukan besarnya penghasilan

tidak kena pajak.

9
a. Pajak Objektif, pajak yang pengenaanya memperhatikan objeknya, baik berupa benda,

keadaan, perbuatan, tanpa memperhatikan keadaan pribadi subjek pajak (wajib pajak)

dan tempat tinggal.

Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan Atas Barang

Mewah (PPnBM) serta Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

3. Menurut Lembaga Pemungutnya

Pajak dikelompokan menjadi dua:

a. Pajak Negara (Pajak Pusat), pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan

untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya.

Contoh: PPH, PPN, dan PPnBM.

b. Pajak Daerah, pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah, baik daerah tingkat I

(Pajak Provinsi) maupun daerah tingkat II (Pajak Kabupaten/Kota) dan digunakan

untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing. Pajak daerah diatur dalam

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009.

Contoh: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak

Bahan Bakar Kendaraan, Pajak Air Permukaan, Pajak Rokok, Pajak

Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak

Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang

Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dsan Perkotaan Serta Bea

Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.

2.1.4. Hukum Pajak

Hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah (fiscus) selaku pemungut pajak

dengan rakyat sebagai wajib pajak, Ada 2 macam hukum pajak yaitu :

10
1. Hukum Pajak Materil

Hukum pajak materil, memuat norma-norma yang menerangkan antara lain keadaan

perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak (objek pajak) siapa yang dikenakan (subjek),

berapa besar pajak yang dikenakan (tarif), segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya utang

pajak, dan hubungan hukum antara pemerintah dan wajib pajak.

Contoh : Undang-undang pajak penghasilan

2. Hukum Pajak Formil

Hukum pajak formil, memuat bentuk/tata cara untuk mewujudkan hukum materil

menjadi kenyataan (cara melaksanakan hukum pajak materil). Hukum ini memuat antara lain:

 Tata cara penyelenggaraan (prosedur) penetapan suatu utang pajak.

 Hak-hak fiskus untuk mengadakan pengawasan terhadap para wajib pajak mengenai

keadaan, perbuatan, dan peristiwa yang menimbulkan utang pajak.

 Kewajiban wajib pajak misalnya menyelenggarakan pembukuan/pencatatan, dan hak-

hak wajib pajak misalnya mengajukan keberatan dan banding.

Contoh : Ketentuan umum dan tata cara perpajakan.

2.1.5. Teori Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2018:5) berikut ini disajikan beberapa teori yang menjelaskan

memberikan pemberian hak kepada Negara untuk memungut pajak antara lain:

1. Teori Asuransi

Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyatnya oleh karena

itu rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena

memperoleh jaminan perlindungan tersebut.

2. Teori Kepentingan

11
Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan (misalnya

perlindungan) masing-masing orang. Semakin besar kepentingan seseorang terhadap Negara,

makin tinggi pajak yang harus dibayar.

3. Teori Daya Pikul

Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak yang harus

dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing orang. Untuk mengukur daya pikul dapat

digunakan dua pendekatan yaitu:

a. Unsur objektif, dengan melihat besarnya penghasilan atau kekayaan yang dimiliki

oleh seseorang.

b. Unsur subjektif, dengan memperhatikan besarnya kebutuh materil yang harus

dipenuhi.

4. Teori Bakti

Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan negaranya.

Sebagai warga negara yang berbakti, rakyat harus selalu menyadari bahwa pembayaran pajak

adalah sebagai sumber suatu kewajiban.

5. Teori Asas Daya Beli

Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Maksudnya memungut pajak

berarti menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga negara.

Selanjutnya negara akan menyalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pemeliharaan

kesejahteraan masyarakat dengan demikian kepentingan seluruh masyarakat lebih

diutamakan.

2.1.6. Tata Cara Pemungutan Pajak

Tata cara pemungutan pajak terbagi menjadi dua yaitu sebagai berikut:

1. Stelsel Pajak

Pemungutan pajak dapat dilakukan dengan tiga stelsel, yaitu :

12
a. Stelsel Nyata (rill)

Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada objek yang

sesungguhnya terjadi (untuk PPn maka objeknya adalah penghasilan). Oleh karena itu,

pemungutan pajaknyabaru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yaitu setelah semua

penghasilan yang sesungguhnya dalam satu tahun pajak diketahui.

Kekurangan stelsel nyata adalah pajak baru dapat diketahui pada akhir periode,

sehingga :

1) Wajib pajak akan dibebani jumlah pembayaran pajak yag tinggi pada akhir tahun

sementara pada waktu tersebut belum tentu tersedia jumlah kas yang memadai.

2) Semua wajib pajak akan membayar pajak pada akhir tahun sehingga jumlah uang beredar

secara makro akan terpengaruh.

b. Stelsel Anggapan (Fiktif)

Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang

diatur oleh undang-undang. Kelebihan stelsel fiktif adalah pajak dapat dibayar selama tahun

berjalan, tanpa harus menunggu sampai akhir tahun. Kekurangan stelsel fiktif adalah pajak

yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya, sehingga penentuan pajak

menjadi tidak akurat.

2. Asas Pemungutan Pajak

Terdapat dua asas pemungutan pajak, yaitu :

a) Asas Domisili (Asas Tempat Tinggal)

Asas ini menyatakan Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan

wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam

maupun dari luar negeri. Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri.

b) Asas Sumber

13
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya

tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.

c) Asas Kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.

2.2. Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2011:7) ada beberapa sistem pemungutan pajak yang terdiri

sebagai berikut:

a. Official Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus)

untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak

Ciri-cirinya:

1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus.

2. Wajib pajak bersifat pasif

3. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

b. Self Assesment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak

untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

Ciri-cirinya:

1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak sendiri.

2. Wajib pajak aktif, mulai dari menhitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak

yang terutang.

3. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

14
c. With Holding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga

(bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukn besarnya

pajak yang terutang oleh wajib pajak.

Ciri-cirinya:

Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak

selain fiskus dan wajib pajak.

2.3. Penggolongan Pajak

Dalam hukum pajak terdapat pembagian jenis-jenis pajak yang dibagi dalam berbagai

kelompok pajak. Cara pengelompokan pajak didasarkan atas sifat-sifat tertentu yang terdapat

dalam masing-masing pajak atau didasrkan pada ciri-ciri tertentu pada setiap pajak

dimasukkan dalam suatu kelompok sehingga terjadilah pengelompokkan atau pembagian.

(Mardiasmo, 2011:5)

1. Menurut Golongannya

a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat

dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain, contoh: pajak penghasilan.

b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau

dilimpahkan kepada orang lain, contoh: pajak pertambahan nilai.

2. Menurut Sifatnya

a. Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarka pada subjeknya dalam arti

memperhatikan keadaan wajib pajak. Contoh: pajak penghasilan.

b. Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan

keadaan diri wajib pajak. Contoh: pajak pertambahan nilai atas barang mewah

3. Menurut Lembaga Pemungutannya

15
a. Pajak Pusat adalah pajak yang penggolongannya dilakukan oleh pemerintah pusat

untuk membiayai rumah tangga negara. Yang termasuk pajak pusat yang

penggolongannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak, Meliputi:

1) Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan atas penghasilannya yang

diterima oleh wajib pajak.

2) PPN dan PPnBM adalah pajak atas konsumsi Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak

didalam daerah pabean.

3) Bea Materai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen-dokumen

b. Pajak Daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk

membiayai rumah tangga daerah, pajak daerah terdiri atas:

1) Pajak Provinsi. Contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bahan Bakar

Kendaraan Bermotor.

2) Pajak Kabupaten/Kota. Contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Parkir,

dll.

2.4. Pendapatan Daerah

Pelaksanaan otonomi daerah mengharuskan pemerintah pusat melimpahkan sumber-

sumber pendapatan daerah kepada pemerintah daerah sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku, dimana pemerintah daerah mempunyai hak dan wewenang dalam

menggali dan mengelola sumber-sumber pendapatan daerah tersebut. Berdasarkan Undang-

undang Nomor 32 tahun 2004 yang sebagimana telah diperbaharui menjadi Undang-undang

23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah, pendapatan daerah adalah semua hak yang

diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang berlaku.

Pendapatan daerah dalam struktur Anggran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) merupakan

elemen yang cukup penting peranannya, baik untuk mendukung penyelenggaraan

pemerintahan maupun pemberian layanan kepada publik. Pendapatan daerah berasal dari

16
penerimaan daerah itu sendiri yang meliputi pendapatan asli daerah serta lain-lain

pendapatan daerah yang sah. Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah

adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional demokratis, transparan dan

bertanggung jawab dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi dengan

mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah serta besaran penyelenggaraan

dekonstralisai dan tugas pembantuan (Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang

Pemerintah Daerah).

Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Daerah menetapkan bahwa pemerintah daerah dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri atas

pendapatan daeraah dan pembiayaan.

Sumber pendapatan daerah terdiri atas tiga kelompok, yaitu:

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-

umber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, meliputi:

a. Pajak Daerah

b. Retribusi Daerah, termasuk hasil dari pelayanan Badan Layanan Umum (BLU)

daerah.

c. Hasil pengelolaan kekayaan antara lain bagian laba dari badan Usaha Milik Daerah

(BUMD) hasil kerjasama pihak ketiga, dan

d. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.

2. Dana perimbangan berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah Pasal 1 Ayat 19 yaitu “ Dana

perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan

kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksnaan

17
desentralisasi”. Tujuan dari dana perimbangan yaitu untuk mengurangi kesenjangan

pada bagian fiskal yang terjadi antara pemerintah pusat dan pemmerintah daerah,

sebagaimana diatur dalam Pasal 10 Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menyatakan

bahwa dan perimbangan terdiri atas:

a. Dana Bagi Hasil, adalah dana yang bersumber dari APBN yang dibagi hasilkan

kepada daerah berdasarkan angka presentase tertentu dengan memperhatikan potensi

daerah penghasil Dana Bagi Hasil, bersumber dari hasil pajak dan sumber daya alam.

b. Dana Alokasi Umum, yaitu sejumlah dana yang dialokasikan kepada daerah otonom

setiap tahunnya yang diprioritaskan untuk pembangunan daerah. Dana Alokasi Umum

dialokasikan dengan tujuan pemerataan dengan memperhatikan potensi daerah, luas

daerah, keadaan geografi, jumlah penduduk, dan tingkat pendapatan di daerah,

sehingga perbedaan antara daerah yang maju dan daerah yang belum berkembang

dapat diperkecil.

c. Dana Alokasi Khusus, adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang

dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan membantu mendanai kegiatan

khusus yang merupakan urusan daerah yang maju sesuai dengan prioritas nasional.

3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014

Pasal 295 Ayat 1 menjelaskan bahwa pendapatan daerah yang sah merupakan seluruh

pendapatan daerah selain pendapatan asli daerah, dan pendapatan transfer yang meliputi

hibah, dana darurat, dan lain-lain.pendapatan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Hibah adalah pemberian dari pihak ketiga tanpa adanya ikatan

apapun. Sedangkan, dana darurat adalah dana yang bersifat mendesak. Disebut mendesak

karena dana tersebut harus ada dalam waktu singkat atau secepatnya karena hendak

dipakai untuk menanggulangi kejadian, peristiwa atau keadaan diluar dugaan seperti

18
bencana alam, kerusuhan, dan lain-lain. Daerah yang mengalami kejadian, peristiwa dan

keadaan yang bersifat darurat dari APBN. Disamping dana hibah dan dana darurat juga

bisa mendapatkan dana lainnya seperti hadiah, komisi, atau fee.

2.5. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah merupakan tulang punggung pembiayaan daerah. Oleh karena

itu kemampuan melaksanakan ekonomi diukur dari besarnya kontribusi yang diberikan oleh

pendapatan asli daerah terhadap Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Semakin

besar kontribusi yang dapat diberikan terhadap APBD berarti semakin kecil ketergantungan

pemerintah daerah terhadap bantuan pemerintah pusat sehingga otonomi daerah yang luas,

nyata dan bertanggung jawab dapat terwujud.

Menurut Mardiasmo (2008:132) Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang

diperoleh dari sektor Pajak Daerah, Retribusi Daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil

penglolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah adalah sumber keuangan daaerah yang

digali dari wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil Pajak Daerah, hasil

Retribusi Daerah, hasil pengolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan

asli daerah yang sah.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa Pendapatan Asli

Daerah adalah semua penerimaan keuangan daerah yang bersumber dari potensi-potensi

pendapatan dalam daerah yang bersangkutan yang dikelola sendiri oleh pemerintah daerah

tersebut dan digunakan untuk pembangunan daerah itu sendiri, baik pembangunan dalam

rangka mengejar kemajuan daerah maupun membangun aspek kehidupan masyarakat agar

menciptakan masyrakat yang adil dan makmur yang merata.

19
Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah yang sebagaimana tercantum didalam Pasal 6

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerah, meliputi:

1. Hasil Pajak Daerah, adalah pajak negara yang diserahkan kepada daerah untuk

dipungut berdasarkan peraturan perundang-undangan yang digunakan untuk membiayai

pengeluaran daerah sebagai badan hukum publik

2. Hasil Retribusi Daerah, merupakan pungutan daerah sebagai wujud pembayaran atau

jasa pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemrintah

daerah untuk suatu kepentingan.

3. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang

Dipisahkan, merupakan hasil pendapatan daerah dari keuntungan yang didapat dari

perusahaan daerah yang dapat berupa pembangunan daerah dan merupakan bagian

untuk anggaran belanja daerah yang disetor ke kas daerah. Hasil perusahaan milik

daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan antara lain:

bagian laba, dividen, dan penjualan saham milik daerah.

4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah berupa jasa giro, penjualan aset tetap

daerah, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai rupiah terhadap mata uang asing,

komisi potongan, dan bentuk lain sebagai akibat dari penjualan atau pengadaan barang

dan jasa oleh daerah.

2.6. Pajak Daerah

Pajak Daerah menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 adalah kontribusi wajib

kepada daerah yang terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang-undang dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan

untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

20
Menurut Marihot Pahala Siahaan (2013:7) jenis Pajak Daerah yang diatur dalam

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 adalah sebagi berikut:

1. Pajak Provinsi terdiri atas:

a. Pajak Kendaraan Bermotor,

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor,

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor,

d. Pajak Air Permukaan,

e. Pajak Rokok.

2. Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas:

a. Pajak Hotel,

b. Pajak Restoran,

c. Pajak Hiburan,

d. Pajak Reklame,

e. Pajak Penerangan Jalan,

f. Pajak Minerel Bukan Logam dan Batuan,

g. Pajak Parkir,

h. Pajak Air Tanah,

i. Pajak Sarang Burung Walet,

2.7. Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)

Pengertian Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) adalah pajak atas

penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian 2 pihak atau perbuatan

sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli tukar menukar, hibah, wasiat, warisan atau

pemasukan ke badan usaha. Kendaraan bermotor adalah sebuah kendaraan beroda beserta

gandengannya yang digunakan disemua jenis jalan darat dan digerakan oleh peralatan teknik

berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumberdaya

21
energy tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan termasuk alat-

alat besar yang dalam oprasinya menggunakan produk alat dan motor dan melekat secara

permanen serta kendaraan bermotor yang dioprasikan di air. Bea balik nama ada dua jenis,

bbnkb 1 dan bbnkb2, bbnkb 1 adalah kendaraan baru dari dailer sedangkan bbnkb 2 adalah

kendaraan bekas.

2.7.1. Objek BBNKB

Objek Pajak Bea Balik Nama kendaraan bermotor adalah penyerahan kepemilikan

Kendaraan Bermotor. Termasuk dalam pengertian Kendaraan Bermotor adalah kendaraan

bermotor beroda beserta gandengannya, yang dioprasikan di semua jenis jalan darat dan

kendaraan bermotor yang dioprasikan di air dengan ukuran isi kotor GT 5 (Lima Gross

Tonnage) samai GT 7 (Tujuh Gross Tonnage). Penguasaan kendaraan bermotor melebihi 12

bulan dianggap sebagai penyerahan. Penguasa kendaraan bermotor tidak termasuk

penguasaan kendaraan bermotor tidak termasuk penyerahan kendaraan bermotor karena

perjanjian sewa beli.

2.7.2. Bukan Objek Pajak BBNKB

Dikecualikan dari pengertian kendaraan bermotor

a. Kereta Api

Kendaraan Bermotor yang semata-mata digunakan untuk keperluan pertahanan dan

keamanan negara

b. Kendaraan bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai kedutaan, konsultan, gara asing

dengan asas timbal balik dan lembaga-lembaga international yang memperoleh

fasilitas pembebasan pajak dari pemerintah; dan

c. Objek pajak lainnya yang ditetapkan dalam peraturan daerah.

22
2.7.3. Subjek Pajak dan Wajib Pajak BBNKB

Subjek Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan

yang dapat menerima penyerahan Kendaraan Bermotor. Wajib Pajak Bea Balik Nama

Kendaraan Bermotor adalah Orang Pribadi atau Badan yang menerima penyerahan

kendaraan.

2.7.4. Dasar Pengenaan Pajak BBNKB

Dasar pengenaan pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah Nilai Jual

Kendaraan Bermotor

2.7.5. Tarif BBNKB

Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi masing-masing

sebagai berikut:

a. Penyerahan pertama sebesar 10% (sepuluh persen) dan

b. Penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1% (satu persen).

Khusus untuk Kendaraan Bermotor alat-alat berat yang tidak menggunakan jalan umm

tarif pajak ditetapkan paling tinggi masing-masing sebagai berikut :

a. Penyerahan pertama sebesar 0,75% (nol koma tujuh puluh lima persen)

b. Penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075% (nol koma nol tujuh puluh lima

persen)

c. Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan dengan peraturan Daerah.

2.7.6. Perhitungan BBNKB

Besaran pokok BBNKB yang terhutang dihitung dengan cara mengalihkan tarif pajak

dengan dasaran pajak. Secara umum perhitungan BBNKB adalah sesuai dengan rumus

berikut :

Pajak Terhutang = Tarf Pajak x Dasar Pengenan Pajak = Tarif Pajak x Nilai Jual Kendaraan

Bermotor.

23
2.7.7. Syarat-syarat BBNKB

Syarat Bea Balik Nama kendaraan Bermotor atas dasar jual beli warisan/hibah, ganti

nama penggabungan kedalam hukum, Proses Pengenaan pajak, contoh perhitungan Pajak Bea

Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), Proses Pendaftaran STNK Pindah dari Luar

Daerah/Mutasi, sanksi Administrasi dan Sanksi Pidana BBNKB.

a. Persyaratan Pendaftaran STNK Ganti Milik atas Dasar Jual Beli

Adapun persyaratan yaitu :

1. KTP Asli

2. SKPD Terakhir

3. Kwitansi Pembelian

4. STNK Asli

5. BPKB Asli

6. Bukti hasil pemeriksaan kendaraan bermotor (Cek Fisik)

Mekanisme :

1. Wajib Pajak melakukan

a. Pengecekan fisik Kendaraan Bermotor,

b. Pendaftaran di Loket BPKB dengan menyerahkan kelengkapan persyaratan;

c. Pembayaran biaya PNBP BPKB di Loket Pembayaran untuk mendapatkan

Resi;

d. Pengecekan kepemilikan Kendaraan Bermotor di Loket Progresif;

e. Pendaftaran dan penyerahan dokumen yang telah lengkap ke Loket

Pendaftaran.

2. Petugas melakukan penetapan besaran PKB, BBNKB (0%), SWDKLLJ dan PNBP

melalui pencetakan NPPKB.

24
2.7.8. Sanksi BBNKB

Sanksi administrasi untuk setiap bulan keterlambatannya sebesar :

a) Nilai jual s/d 50.000.000,- = Rp. 250.000,- (R.2)

b) Nilai Jual 51.000.000,- s/d 300.000.000,- = Rp. 3.750.000,- (R.4)

c) Nilai Jual 301.000.000,- s/d keatas = Rp. 7.500.000,- (R.4)

2.8. Masa Pemutihan

Masa pemutihan pajak kendaraan bermotor ialah salah satu masa yang paling

ditunggu oleh banyak orang yang berurusan dengan pajak kendaraannya. Pemutihan pajak

kendaraan bermotor merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh Negara yang bertujuan

untuk mendorong para wajib pajak yang telah menunggak atau tidak membayarkan pajaknya

selama bertahun-tahun. Pada masa demikian ini tidak ada biaya atau denda keterlambatan

sama sekali yang sehingga uang yang kalian bayarkan itu murni pajak yang tertera di STNK.

25
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum UPTD Samsat Kota Jambi

3.1.1. Sejarah Singkat dan Perkembangannya

Bersama Kapolri dirjen pemerintahan umum dan otonomi daerah dan direktur

utama PT. Jasa Raharja (Persero) Nomor SKEP/06/X/1999 No.973-1220 dan

Nomor SKEP/02/X/1999 tanggal 15 Oktober 1999 tentang pedoman tata laksana

SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap), bergerak dibidang

pelayanan/pengurusan BPKB dan mutasi kendaraan bermotor dari daerah satu ke

daerah lainnya, kantor ini sudah bergerak dan berjalan lebih kurang 15 tahun .

Kantor ini tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kantor SAMSAT

(Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap) pembantu. PKB (Pajak Kendaraan

Bermotor) di Provinsi Jambi SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu

Atap) adalah kantor yang umumnya bergerak dibidang sistem pelayanan

perpajakan kendaraan bermotor dari satu daerah kewilayah daerah lainnya.

Dimana setiap masyarakat harus wajib membayar pajak kendaraan bermotor

mereka setiap tahunnya dan selama setiap 5 (lima) tahun mereka harus ganti

STNK (Surat Tanda Kendaraan Bermotor) . Mutasi masuk adalah dimana suatu

kendaraan baik itu roda dua maupun roda empat dari wilayah/daerah lainnya

masuk ke daerah kita, begitu pula sebaliknya nutasi keluar.

Kantor ini salah satu bentuk telegram Kapolri No.pol: T/673/1993 tanggal 17

Juni 1993 tentang mutasi kendaraan bermotor, sesuai dengan tata yang diperlukan,

dan terhadap RANMOR (Kendaraan Bermotor) tersebut sesuai dengan

persyaratan guna menghindari kendaraan tersebut apakah asli atau ilegal

26
(kendaraan curian) . Untuk dapat dilaksanakan, diperlukan dukungan penuh

masyarakat dan karyawan serta anggota yang bersangkutan, dan menegakkan

pelaksanaan program sistem pelayanan ini sebagai salah satu tanggung jawab

utamanya yang bertujuan menerapkan kenyamanan.

3.1.2. Visi dan Misi

 Visi

Terwujudnya pelayanan yang Profesional, Modern, dan Terpercaya bagi masyarakat

dalam memberikan pelayanan Prima bidang Registrasi dan Identifikasi Kepemilikan

Kendaraan Bermotor.

 Misi

1. Meningkatkan Kualitas Pelayanan yang Profesional, Transparan, dan Akuntabel.

2. Mewujudkan Kepuasan dan Kepercayaan Masyarakat Terhadap Pelayanan

Penerbitan BPKB.

3. Mewujudkan Pelayanan dan Sistem Informasi yang Lebih Terbuka dengan

Berbasis Teknologi Informasi.

4. Memberikan Pelayanan yang Sesuai dengan Prosedur dan Tidak Mempersulit

Masyarakat.

3.1.3. Struktur Organisasi dan Tugasnya

1) Struktur organisasi pada Kantor Samsat Kota Jambi terdiri dari :

a. Kepala Dinas

b. Sub Bagian Tata Usaha

c. Staf Tu (Tata Usaha)

d. Staf Dinas Luar

e. Staf Samsat

2) Tugas-tugas pada Kantor Samsat Kota Jambi

27
a. Kepala Dinas

Memimpin dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan sekretariat, bidang, UPTD

dan kelompok jabatan fungsional .

b. Sub Bagian Tata Usaha (TU)

- Menyiapkan pengelolaan bagian surat menyurat, pengetikan, pengadaan, tata

usaha, kearsipan, kepustakaan, dan perlengkapan.

- Mengurus administrasi.

- Melaksanakan urusan kantor dan penyelenggara rapat dinas.

- Menyiapkan badan pelaksanaan analisis jabatan dan kelembagaan atau struktur

organisasi.

b. Staf Tu

- Mengolah administrasi.

- Melaksanakan pelayanan administrasi di lingkungan samsat.

- Mengkordinasikan seluruh kegiatan dibidang pajak.

c. Staf Dinas Luar

- Merancang dan memimpin seluruh kegiatan dibidang pajak.

- Melaksanakan koordinasi dan konsultasi dengan unit kerja lainnya untuk

kelancaran pelaksanaan tugas.

- Staf Fiskal

- Merencanakan dan memimpin seluruh kegiatan dibidang fiskal.

- Melaksanakan segala usaha tentang fiskal dan kegiatan dalam rangka

pemasukan pajak.

- Menata,mengelola data subjek dan objek tentang fiskal.

d. Staf Samsat

28
- Merencanakan dan memimpin seluruh kegiatan dibidang pajak kendaraan

bermotor.

- Melaksanakan kegiatan unit-unit kerja lingkup samsat.

- Melaksanaka koordinasi dan konsultasi dengan unit kerja lain untuk kelancaran

pelaksanaan tugas.

3.1.4. Jumlah Pegawai SAMSAT Kota Jambi

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, samsat kota jambi

mempunyai Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai berikut :

1. PNS = 38 orang

2. PTT = 26 orang

Jumlah = 64 orang

Jika dilihat dari struktur pendidikan formal pegawai samsat kota Jambi adalah

sebagai berikut :

Tabel 3.1

Jumlah Pendidikan Formal Samsat Kota Jambi 2021

NO PENDIDIKAN JUMLAH

1 SD -
2 SLTP -
3 SLTA 14
4 D3 2
5 S1 40
6 S2 8
JUMLAH 64

Sumber : SAMSAT

Dari tabel diatas dapat dilihat dari pendidikan formal yang telah dimiliki yaitu :

pendidikan S2 sebanyak 8 orang, S1 sebanyak 40 orang, D3 sebanyak 2 orang, SLTA

sebanyak 40 orang, sedangkan SLTP dan SD tidak ada. Sedangkat dilihat dari golongan atau

pangkat dikantor SAMSAT Kota Jambi tahun 2021 :

29
Tabel 3.2

Golongan atau Pangkat di kantor SAMSAT Kota Jambi

NO PANGKAT/GOLONGAN JUMLAH
1. II/a -
2. II/b 2
3. II/c -
4. II/d 2
5. III/a 7
6. III/b 8
7. III /c 6
8. III/d 9
9. IV/a 1
10. IV/b 1
11. IV/c -
12. IV/d -
JUMLAH 36
Sumber : SAMSAT

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah pegawai yang pangkat/golongan IV

sebanyak 2 orang, golongan III sebanyak 30 orang, dan golongan II sebanyak 4 orang.

Setiap jenis pungutan yang dikenakan terhadap rakyat harus berdasarkan pada

peraturan pajak yang berlaku. Adapun dasar hukum pajak kendaraan bermotor, yaitu :

1. Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 Tentang Pajak Kendaraan Bermotor dan

Retribusi Daerah.

2. Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah.

3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Penghitungan Dasar

Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

Tahun 2011.

4. Peraturan Daerah Provinsi yang mengatur tentang PKB. Peraturan Daerah ini dapat

menyatu yaitu satu peraturan daerah tentang PKB.

5. Peraturan Gubernur yang mengatur tentang PKB sebagai aturan pelaksanaan

peraturan daerah tentang PKB pada provinsi yang dimaksud.

30
6. Peraturan Gubernur Jambi Nomor 31 Tahun 2011 Tentang Penghitungan Dasar PKB

BBN-KB Tahun 2011.

3.2 Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pencapaian Target Penerimaan PKB

dan BBNKB di Provinsi Jambi

Dalam meningkatkan pemungutan PKB dan BBNKB tentunya dalam

pelaksanaannya terdapat faktor pendukung maupun faktor penghambat yang dihadapi oleh

badan keuangan daerah Provinsi Jambi serta sistem administrasi manunggal satu atap

(SAMSAT) di kota maupun kabupaten untuk mencapai target penerimaan PKB danm

BBNKB yang diharapkan, Adapun faktor pendukung yang diperoleh dari hasil wawancara

adalah sebagai berikut:

1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi badan keuangan daerah Provinsi Jambi sudah dapat

diakatakan baik, hal ini dpat dilihat sebagai berikut:

a.) Bagian pendaftaran pada badan keuangan daerah Provinsi Jambi, telah

memisahkan antara bagian pendaftaran dengan bagian pembayaran.

b.) Badan keuangan daerah Provinsi Jambi telah memisahkan fungsi dalam

penanganan transaksi pemungutan pajak kendaraan bermotor.

2. Sistem Organisasi dan Prosedur Pencatatan

Dilihat dari sistem otoritas badan keuangan daerah Provinsi Jambi dinilai baik,

hal ini dapat dilihat sebagai berikut;

a.) Formulir surat pendaftaran dan pendataan kendaraan bermotor (SPPKB) yang

digunakan sudah menggunakan formulir surat pendaftaran dan pendataan

kendaraan bermotor (SPPKB) yang bernomor urut tercetak, terlihat dari blanko

pendaftaran dimana nomor unit tercetak dan setiap penggunaan blanko di catat

pada buku register secara berurut.

31
b.) Pemeriksaan yang mendadak telah dilakukan dan sifatnya tidak rutin, jadi sesuai

dengan kebutuhan, yang dilakukan oleh pejabat di lingkungan badan keuangan

daerah Provinsi Jambi maupun oleh pejabat yang berwenang.

c.) Ada bukti ata resi yang diberikan kepada wajib pajak oleh atas transaksi yang

terjadi.

d.) Penerimaan kas disetorkan pada hari yang sama atau paling lambat keesokan

harinya. Faktor penghambat dalam pencapaian target penerimaan PKB dan

BBNKB meliputi faktor internal dan faktor eksternal.

Pajak kendaraan bermotor (PKB) dan bea balik nama kendaraan bermotor

(BBNKB) merupakan sumber pendapatan daerah terbesar untuk sektor pajak

daerah. Hal ini terjadi karena seiring dengan pertambahan penduduk setiap tahun,

menyebabkan meningkatnya ketergantungan terhadap kebutuhan akan alat

transportasi seperti kendaraan bermotor baik roda empat maupun roda dua. Oleh

karena itu, penetapan target penerimaan PKB dan BBNKB di setiap daerah harus

didasarkan pada kondisi-kondisi sebenarnya agar target yang telah ditetapkan bisa

mendekati potensi riil serta sesuai dengan kemampuan daerah dalam

pemungutannya. Berdasarkan hasil temuan yang telah diuraikan sebelumnya,

bahwa penetapan target penerimaan PKB dan BBNKB baik di Badan Keuangan

Daerah Provinsi Jambi baik di Kota maupun di Kabupaten masih dilakukan secara

manual berdasarkan data capaian/realisasi tahun terakhir ditambah dengan besaran

persentase yang diperkirakan akan dicapai sesuai dengan trend peningkatan yang

ada dari tahun - tahun sebelumnya.Salah satu yang menjadi dasar pertimbangan

dalam penetapan target penerimaan PKB dan BBNKB adalah hasil perhitungan

potensi penerimaan PKB dan BBNKB berdasarkan data pertumbuhan pajak

kendaraan bermotor baru dan kendaraan keluar-masuk.

32
BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Pajak kendaraan bermotor (PKB) dan bea balik nama kendaraan bermotor

(BBNKB) merupakan sumber pendapatan daerah terbesar untuk sektor pajak

daerah. Hal ini terjadi karena seiring dengan pertambahan penduduk setiap tahun,

menyebabkan meningkatnya ketergantungan terhadap kebutuhan akan alat

transportasi seperti kendaraan bermotor baik roda empat maupun roda dua. Oleh

33
karena itu, penetapan target penerimaan PKB dan BBNKB di setiap daerah harus

didasarkan pada kondisi-kondisi sebenarnya agar target yang telah ditetapkan bisa

mendekati potensi riil serta sesuai dengan kemampuan daerah dalam

pemungutannya. Berdasarkan hasil temuan yang telah diuraikan sebelumnya,

bahwa penetapan target penerimaan PKB dan BBNKB baik di Badan Keuangan

Daerah Provinsi Jambi baik di Kota maupun di Kabupaten masih dilakukan secara

manual berdasarkan data capaian/realisasi tahun terakhir ditambah dengan besaran

persentase yang diperkirakan akan dicapai sesuai dengan trend peningkatan yang

ada dari tahun - tahun sebelumnya.Salah satu yang menjadi dasar pertimbangan

dalam penetapan target penerimaan PKB dan BBNKB adalah hasil perhitungan

potensi penerimaan PKB dan BBNKB berdasarkan data pertumbuhan pajak

kendaraan bermotor baru dan kendaraan keluar-masuk.

34
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo, 2016, perpajakan, andi : Yogyakarta

35

Anda mungkin juga menyukai