Anda di halaman 1dari 237

AKUNTANSI

PERPAJAKAN
OUTLINE
• Konsep Kerangka Akuntansi
• Proses Akuntansi & Pembukuan untuk
Pajak
• Akuntansi PPh Potput dan PPN
• Akuntansi Piutang Usaha
• Akuntansi Persediaa
• Revaluasi Aset Tetap
• Akuntansi Aktiva Tetap
• Akuntansi Sewa Guna Usaha
• Akuntansi Investasi
• Akuntansi Selisih Kurs
• Akuntansi Pajak Penghasilan (PSAK 46)
PROSES AKUNTANSI DAN PEMBUKUAN UNTUK PAJAK
ASSUMPTIONS PRINCIPLES CONSTRAINTS
1. Economic entity 1. Measurement 1. Cost
2. Going concern 2. Revenue recognition 2. Materiality
3. Monetary unit 3. Expense recognition
Third
level
4. Periodicity 4. Full disclosure
5. Accrual

QUALITATIVE
CHARACTERISTICS ELEMENTS
1. Fundamental 1. Assets
qualities 2. Liabilities Second level
2. Enhancing 3. Equity
qualities 4. Income
5. Expenses
Illustration 2-7
Framework for Financial
Reporting OBJECTIVE
Provide information
about the reporting
entity that is useful
to present and potential First level
equity investors,
lenders, and other
creditors in their
capacity as capital
Chapter Providers. LO 2 Describe efforts to construct
2-4 a conceptual framework.
Tujuan kerangka dasar ini digunakan sebagai
acuan

1. komite penyusun standar akuntansi keuangan, dalam


pelaksanaan tugasnya.
2. penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi
masalah akuntansi yang belum diatur dalam standar
akuntansi keuangan.
3. auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah
laporan keuangan disusun sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
4. para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang
disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan.
Chapter
2-5
Tingkatan – Tingkatan (Level) Kerangka Konseptual Akuntansi

Tingkatan teori tertinggi (Level 1)


Dalam kerangka konseptual menyatakan ruang
lingkup dan tujuan pelaporan keuangan. Tujuan
pelaporan keuangan (financial reporting) tidak
terbatas pada isi dari laporan keuangan (financial
statement) tetapi juga media pelaporan lainnya
Tingkatan selanjutnya (Level 2)
Mendefinisikan dan mengidentifikasikan
karakterisitik kualitatif dari informasi keuangan
dalam elemen laporan keuangan

Chapter
2-6
Second Level: Fundamental Concepts

Illustration 2-2
Hierarchy of Accounting
Qualities

Chapter
2-7 LO 4 Identify the qualitative characteristics of accounting information.
Tingkatan selanjutnya (Level 2)

1) Relevan
⚫ Informasi dikatakan relevan apabila informasi tersebut
memiliki manfaat. Relevan merupakan kemampuan dari
suatu informasi untuk mempengaruhi keputusan
manajer atau pemakai laporan keuangan lainnya
sehingga keberadaan informasi tersebut mampu
mengubah atau mendukung harapan mereka tentang
hasil – hasil atau konsekuensi dari tindakan yang
diambil.
(2) Keandalan
⚫ Keandalan merupakan kualitas informasi yang
menyebabkan pemakaian informasi akuntansi, sangat
tergantung pada kebenaran informasi yang dihasilkan.
Chapter
2-8
Tingkatan selanjutnya (Level 2)

(3) Daya banding dan konsistensi


⚫ Suatu informasi dikatakan bermanfaat kalau informansi
tersebut dapat saling diperbandingkan baik antar
perioda maupun antar perusahaan.
(4) Pertimbangan cost-benefit
⚫ Pertimbangan cost-benefit dipandang sebagai kendala
yang dihadapi dalam penyajian informasi keuangan.
Informasi akuntansi keuangan akan diupayakan untuk
disajikan dalam laporan keuangan, selama manfaat
yang diperoleh dari penyajian informasi tersebut
melebihi biaya yang diperlukan untuk menghasilkannya.

Chapter
2-9
Tingkatan selanjutnya (Level 2)

(5) Materialitas
⚫ Materialitas merupakan faktor penting yang harus
dipertimbangkan dalam mengakui suatu informasi
akuntansi. Pertimbangan utama dalam konsep ini
adalah apakah penyajian informasi tertentu akan
mempengaruhi secara signifikan terhadap keputusan
yang diambil. Penentuan tingkat materialitas suatu
informasi akhirnya diserahkan pada pertimbangan
profesional.

Chapter
2-10
Tingkat operasional yang lebih rendah (Level 3)

asumsi/konsep dasar
a. Kesatuan usaha (The Economic Entity)
⚫ Akuntansi memandang badan usah sebagai unit usaha yang
berdiri sendiri, bertindak atas namanya sendiri dan terpisah
dari pemilik yang menanamkan modal kedalam badan usaha
tersebut. Atas dasar asumsi ini, akuntansi hanya dapat
dipraktikkan apabila ada pemisahan yang jelas antara pemilik
entitas dengan perusahaan (diwakili manajer).
b. Kontinuitas usaha (Going Concern)
⚫ Apabila tidak ada tanda-tanda atau rencana yang pasti
bahwa perusahaan akan dibubarkan, maka kegiatan
perusahaan dianggap akan berlangsung terus sampai waktu
yang tidak terbatas.

Chapter
2-11
Tingkat operasional yang lebih rendah (Level 3)

c. Penggunaan unit moneter (Monetary Unit)


⚫ Semua transaksi yang terjadi akan dinyatakan
dalam bentuk unit moneter pada saat terjadinya
transaksi.
d. Periode Pelaporan
⚫ Kegiatan perusahaan dianggap berjalan terus
dari periode ke periode.

Chapter
2-12
Debits and Credits Summary
Liabilities
Debit / Dr. Credit / Cr.
Normal Normal
Balance Balance
Debit Credit Normal Balance

Assets Chapter

Equity
3-24

Debit / Dr. Credit / Cr.


Debit / Dr. Credit / Cr.

Normal Balance
Normal Balance

Chapter

Expense
3-23

Revenue
Chapter
3-25

Debit / Dr. Credit / Cr.


Debit / Dr. Credit / Cr.

Normal Balance
Normal Balance

Chapter
3-27 Chapter
3-26

Slide
3-13 LO 2 Explain double-entry rules.
Debits and Credits Summary
Statement of Financial Position Income Statement

Asset = Liability + Equity Revenue - Expense =

Debit

Credit

Slide
3-14
LO 2 Explain double-entry rules.
The Accounting Cycle
Illustration 3-6
Transactions

9. Reversing entries 1. Journalization

8. Post-closing trail balance 2. Posting

7. Closing entries 3. Trial balance

Work
6. Financial Statements Sheet 4. Adjustments

5. Adjusted trial balance

Chapter
2-15 LO 3 Identify steps in the accounting cycle.
1. Journalizing

General Journal – a chronological record of transactions.


Journal Entries are recorded in the journal.

September 1: Shareholders invested $15,000 cash in the


corporation in exchange for ordinary shares.
Illustration 3-7

Slide LO 4 Record transactions in journals, post to


3-16 ledger accounts, and prepare a trial balance.
2. Posting
Posting – Transferring amounts from journal to ledger.

Illustration 3-8

Slide
3-17 LO 4
3. Trial Balance
Illustration 3-19

Trial Balance –
A list of each
account and its
balance; used
to prove
equality of debit
and credit
balances.

Slide LO 4 Record transactions in journals, post to


3-18 ledger accounts, and prepare a trial balance.
4. Adjusting Entries

Makes it possible to:

Report on the statement of financial position the


appropriate assets, liabilities, and equity at the statement
date.
Report on the income statement the proper revenues and
expenses for the period.
➢ Revenues are recorded in the period in which they are
earned.
➢ Expenses are recognized in the period in which they are
incurred.

Slide
3-19
LO 5 Explain the reasons for preparing adjusting entries.
Types of Adjusting Entries

Illustration 3-20

Deferrals Accruals

1. Prepaid Expenses. 3. Accrued Revenues.


Expenses paid in cash and Revenues earned but not
recorded as assets before yet received in cash or
they are used or consumed. recorded.

2. Unearned Revenues. 4. Accrued Expenses.


Revenues received in cash Expenses incurred but not
and recorded as liabilities yet paid in cash or recorded.
before they are earned.

Slide
3-20
LO 5 Explain the reasons for preparing adjusting entries.
5. Adjusted Trial Balance

Illustration 3-33
Shows the balance of all
accounts, after adjusting
entries, at the end of the
accounting period.

Slide
3-21
LO 5
6. Preparing Financial Statements
Illustration 3-34

Slide
3-22 LO 6
6. Preparing Financial Statements
Illustration 3-35

Slide
3-23 LO 6
7. Closing Entries
Illustration 3-36

Slide
3-24
LO 7
8. Post-Closing Trial Balance

Illustration 3-38

Slide
3-25 LO 7 Prepare closing entries.
PEMBUKUAN
& PENCATATAN
Subjek Pajak Orang Pribadi

WP OP yang tidak
melakukan usaha
atau pekerjaan bebas
e.g.: Karyawan, PNS, TNI/Polri

1 WP OP yang
melakukan usaha

WP OP yang melakukan
pekerjaan bebas
pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi yang
mempunyai keahlian khusus sebagai usaha untuk
memperoleh penghasilan yang tidak terikat oleh
suatu hubungan kerja
e.g. Pengacara, Akuntan, Konsultan, Penilai,
Arsitek, Notaris, Dokter, Aktuaris;
Subjek Pajak Badan
Sekumpulan ORANG dan/atau MODAL yang merupakan kesatuan
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha
yang meliputi:

PERSEROAN TERBATAS

PERSEROAN KOMANDITER

PERSEROAN LAINNYA

BUMN/BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun

Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan,


Yayasan, Ormas, Orsospol, atau Organisasi Lainnya, Lembaga, BUT,
Dan bentuk badan lainnya termasuk Kontrak Investasi Kolektif
Pembukuan Menurut UU Pajak
(Pasal 28 UU KUP)

“Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan


kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan
Wajib Pajak badan di Indonesia wajib
menyelenggarakan pembukuan.”
(Ps 28 ayat (1) UU KUP)

Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan


pembukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tetapi wajib
melakukan pencatatan, adalah Wajib Pajak orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
Peredaran <
diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan 4,8 M
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan Wajib
Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas.
(Ps 28 ayat (2) UU KUP)
Karakteristik Pembukuan menurut UU Pajak
(Pasal 28 UU KUP)

1 Iktikad baik dan mencerminkan keadaan sebenarnya Ps 28


ayat (3)

Diselenggarakan di Indonesia, huruf latin, angka


2 Arab, mata uang Rupiah, bahasa Indonesia atau Ps 28
bahasa asing yang diizinkan Menteri Keuangan ayat (4)

3 Taat asas dan dengan Stelsel Akrual atau Stelsel Kas Ps 28


ayat (5)

Catatan atas: harta, kewajiban, modal, penghasilan


4 dan biaya, serta penjualan dan pembelian Ps 28
ayat (7)

Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, kecuali


5 peraturan perpajakan menentukan lain
Ps 28
ayat (7)
penjelasan

Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan


6 mata uang selain rupiah dapat diselenggarakan Ps 28
setelah mendapat izin Menteri Keuangan ayat (8)

Ps 28
7 Wajib disimpan selama 10 tahun di Indonesia ayat (11)
Sanksi terkait Pembukuan

Sanksi Administratif (Pasal 13 ayat (3) UU KUP)


Tidak memenuhi kewajiban terkait pembukuan sehingga tidak dapat diketahui
besarnya pajak terutang:
atas SKPKB terbit, pokok pajak yang kurang ditambah sanksi kenaikan
sebesar 50% untuk PPh dan 100% untuk PPh Potput, PPN & PPNBM dari
pajak yang tidak/kurang dibayar/dipotong/ dipungut/disetor

Sanksi Pidana (Pasal 39 ayat (1) UU KUP)

•Memperlihatkan pembukuan, pencatatan atau dokumen yang palsu/dipalsukan;


•Tidak menyelenggarakan pembukuan di Indonesia/tidak meminjamkan buku,
catatan atau dokumen; maka
dipidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun
dan didenda paling sedikit 2 kali jumlah pajak tidak/kurang bayar dan paling
banyak 4 kali kali jumlah pajak tidak/kurang bayar
PENGERTIAN PEMBUKUAN
Pasal 1 angka 29 UU KUP

Proses Pencatatan secara teratur untuk mengumpulkan DATA dan


INFORMASI KEUANGAN

MELIPUTI
 Harta
 Kewajiban
 Modal
 Penghasilan dan Biaya
 Harga Perolehan dan Penyerahan Barang/Jasa

Dengan menyusun LAPORAN KEUANGAN


(NERACA & LABA RUGI)
Untuk periode Tahun Pajak tersebut
KEWAJIBAN PEMBUKUAN TAHUN PAJAK 2009 - DST
Pasal 28 ayat (1) UU KUP Jo. Pasal 14 ayat (1) UU PPh No. 36 Tahun 2008

WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YG MELAKUKAN


KEGIATAN USAHA WAJIB PAJAK
ATAU PEKERJAAN BEBAS, PEREDARAN BRUTO BADAN
DALAM SATU TAHUN >= 4,8 MILIAR

DI INDONESIA

WAJIB
MENYELENGGARAKAN
PEMBUKUAN
KEWAJIBAN PEMBUKUAN TAHUN PAJAK 2009 - DST
Pasal 28 ayat (1) UU KUP Jo. Pasal 14 ayat (1) UU PPh No. 36 Tahun 2008

KEWAJIBAN PEMBUKAN

Pembukuan harus diselenggarakan dengan cara atau sistem yang


lazim dipakai di Indonesia, misalnya berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan, kecuali peraturan perundang-undang perpajakan
menentukan lain (Pasal 28 ayat 7 UU KUP No.28 Tahun 2007)
DIKECUALIKAN DARI KEWAJIBAN PEMBUKUAN
TETAPI WAJIB PENCATATAN UNTUK TAHUN 2009 - DST
Pasal 28 ayat (2) UU KUP

TIDAK WAJIB PEMBUKUAN TETAPI


WAJIB MELAKUKAN PENCATATAN

WP ORANG PRIBADI
YANG MELAKUKAN
KEGIATAN USAHA/
WP ORANG PRIBADI
PEKERJAAN BEBAS YANG TIDAK MELAKUKAN
KEGIATAN USAHA
ATAU
PEKERJAAN BEBAS
YANG DIPERBOLEHKAN MENGHITUNG
PENGHASILAN NETO DGN MENGGUNAKAN
NORMA PENGHITUNGAN
PENGHASILAN NETO → PEREDARAN
BRUTONYA DALAM 1 (SATU) TAHUN KURANG
DARI Rp 4.800.000.000,00 (Ps. 14 ayat (2) UU
PPh No.36 Th 2008)
PENGERTIAN PENCATATAN
Pasal 28 ayat (9) UU KUP

PENGUMPULAN DATA SECARA TERATUR


tentang
 Peredaran atau penerimaan bruto dan
atau;
 Penghasilan bruto

SEBAGAI DASAR UNTUK


MENGHITUNG JUMLAH PAJAK TERUTANG,
(termasuk Penghasilan yg bukan objek pajak
dan atau yg dikenakan pajak yg
bersifat final)
KEWAJIBAN PENYIMPANAN BUKU/CATATAN/DOKUMEN
Pasal 28 ayat (11) UU KUP

PENYIMPANAN BUKU/CATATAN/DOKUMEN YANG MENJADI DASAR


PEMBUKUAN ATAU PENCATATAN & DOKUMEN LAIN TERMASUK
PEMBUKUAN SECARA ELEKTRONIK/PROGRAM APLIKASI ONLINE

SELAMA 10 TAHUN
DI INDONESIA

BADAN ORANG PRIBADI

Tempat Kegiatan
Tempat Kedudukan atau
Tempat Tinggal
KEGIATAN PENCATATAN
Pasal 28 ayat (12) UU KUP dan Peraturan Menkeu
(Keputusan Dirjen Pajak KEP-520/PJ./2000)

1. WP OP YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA ATAU PEKERJAAN


PENCATATAN BEBAS YANG DIPERBOLEHKAN MENGHITUNG PENGHASILAN
WAJIB NETO DENGAN NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO
DILAKUKAN 2. WP OP YANG TIDAK MELAKUKAN KEGIATAN USAHA ATAU
PEKERJAAN BEBAS

SYARAT PENCATATAN

1. PENCATATAN HARUS DIBUAT LENGKAP DAN BENAR


2. DIDUKUNG DENGAN DOKUMEN ;
* YANG MENJADI DASAR PENGHITUNGAN PEREDARAN ATAU
PENERIMAAN BRUTO DAN ATAU PENGHASILAN BRUTO
* PENGHASILAN YANG BUKAN OBJEK PAJAK DAN ATAU
* PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PAJAK SECARA
FINAL
3. JANGKA WAKTU PENCATATAN MELIPUTI JANGKA WAKTU 12 BULAN
MULAI TANGGAL 1 JANUARI SAMPAI DENGAN TANGGAL 31 DESEMBER
Ilustrasi Pajak Perusahaan

LABA RUGI
Laba sebelum pajak xxx
Pajak kini (current tax) (xxx)
Pajak tangguhan (deferred tax) xxx
Laba tahun bjln dari operasi dilanjutkan xxx
Kerugian/pendapan operasi dihentikan xxx
Laba tahun berjalan xxx
Pendapatan komprehensif xxx
Pajak penghasilan terkait (xxx)
Total laba komprehensif xxx
Laba yang dapat diatribusikan kepada:
Pemilik entitas induk xxx
Kepentingan non pengendali xxx

NERACA
Aktiva Pajak Tangguhan xxx atau
Kewajiban Pajak Tangguhan xxx

39
PAJAK untuk Individu

▪ Pajak atas Penghasilan Perusahaan


– Dibayar langsung oleh perusahaan :
• Angsuran pajak (PPh 25)
• Pembayaran pajak akhir tahun (PPh 28/29)
– Dipotong oleh pihak lain (final, tidak final, 22, 23)
▪ Kewajiban memotong pajak pihak lain (with holding tax)
– Orang pribadi sebagai pengusaha atau yang mempekerjakan pihak lain
▪ Pajak atas transaksi → PPN
▪ Pajak Lainnya
– PBB, pajak daerah, PPnBM → beban
– Pajak atas pengalihan hak atas tanah dan bangunan (BPHTP)
– Pajak Daerah
– Bea Materai
40
Pajak Perusahaan

Dipotong
PPh 23 atas
penghasilan jasa Badan
Memotong
PPh 21
atas gaji

PPN atas
Penghasilan PBB penyerahan
Meterai barang/jasa
Beban yang dapat dikurangkan BPHTB
Penghasilan kena pajak Pajak Daerah
X tarif pajak
Pajak terutang 1thn fiskal
Kredit pajak Lapor
• Angsuran pajak (PPh25) KPP
• Dipotong pihak lain (22,23)
• Pajak luar negeri (24) Setor
Kas negara
Pajak kurang/lebih bayar (29/28
PAJAK dalam Perusahaan
▪ Pajak atas Penghasilan Perusahaan
– Dibayar langsung oleh perusahaan :
• Angsuran pajak (PPh 25)
• Pembayaran pajak akhir tahun (PPh 28/29)
– Dipotong oleh pihak lain (final, tidak final, 22, 23)
– Laporan laba rugi akan mempengaruhi jumlah beban pajak dan
di Neraca → utang pajak / pajak dibayar dimuka
▪ Kewajiban memotong pajak pihak lain (with holding tax)
– Pajak atas penghasilan yang diterima pihak lain (21, 23, 26)
– PPN → pajak atas penyerahan barang / jasa kena pajak
– Tidak muncul dalam laporan laba rugi, tetapi di Neraca sebagai
utang atau pajak dibayar dimuka
▪ Pajak Lainnya
– PBB, pajak daerah, PPnBM → beban
– Pajak atas pengalihan hak atas tanah dan bangunan (BPHTP)
– Pajak Daerah
– Bea Materai

42
PENJURNALAN
JURNAL TRANSAKSI
PAJAK
Jenis Bagi Pihak Yang Pemotong/
Pemotongan/Pemun Dipotong/Dipungut Pemungut
gutan atau Yang
Membayar Pajak
merupakan pelunasan pajak wajib disetorkan ke negara
dan dicatat sebagai beban paling lambat pada saat
FINAL jatuh temponya & selama
belum disetorkan harus
diakui sebagai hutang
merupakan uang muka wajib disetorkan ke negara
Pajak dan dicatat sebagai paling lambat pada saat
TIDAK FINAL asset (aktiva) jatuh temponya & selama
belum disetorkan harus
diakui sebagai hutang
Penugasan-
PPh Pasal 21
Persetujuan-
Instruksi-
Pemeriksaan
Contoh Jurnal Penerima Penghasilan Menggunakan
Pembukuan

Sony Wakwaw, BKP, adalah WP OP yang melakukan


pekerjaan bebas sebagai konsultan pajak, dan memilih
menyelenggarakan pembukuan.
Pada tanggal 15 Juni 2009 menerima honor konsultasi
atas jasa yang diberikannya kepada PT. Calista sebesar
Rp.50 juta. PT. Calista memotong PPh pasal 21 sesuai
ketentuan.
Jurnal PT Calista

Tgl Uraian Dr Cr

15-Jun-09 Beban Jasa Tenaga Ahli 50.000.000

Hutang PPh Pasal 21 1.250.000

Kas 48.750.000
Jurnal pembayaran honor konsultan
Jurnal Sony Wakwaw

Tgl Uraian Dr Cr

15-Jun-09 Kas 48.750.000

UM PPh Pasal 21 1.250.000


Pendapatan
Jasa 50.000.000

Jurnal penerimaan pendapatan jasa


Contoh Jurnal PPh Pasal 21 Umum

PT. Calista melakukan pembayaran gaji pagwai tetap


bulan Januari 2009 sebesar Rp.500 juta. Dimana dari
jumlah tersebut perusahaan memotong PPh pasal 21
sebesar Rp.30 juta & iuran pensiun Rp.10 juta serta
menanggung iuran pensiun karyawan sebesar Rp.10
juta. (iuran pensiun dibayarkan bulan depan kepada
Dana Pensiun)
PT. Calista kemudian melakukan setoran PPh pasal 21
masa Januari 2009 pada tanggal 10 Februari 2009.
Jurnal PPh Pasal 21
Tgl Uraian Dr Cr
27-01-2009 Beban Gaji 500.000.000
Beban Iuran Pensiun 10.000.000
Hutang PPh
Pasal 21 30.000.000
Hutang Iuran
Pensiun 20.000.000
Kas 460.000.000
Jurnal pembayaran gaji & pemotongan PPh pasal 21 Jan 09

10-02-2009 Hutang PPh Pasal 21 30.000.000


Kas 30.000.000
Jurnal setoran PPh pasal 21 Masa Jan 09
Jurnal PPh Pasal 21 Ditanggung Pemberi Kerja

Tgl Uraian Dr Cr
27-01-2009 Beban Gaji 500.000.000
Beban Iuran Pensiun 10.000.000
Beban PPh Pasal 21 30.000.000
Hutang PPh
Pasal 21 30.000.000
Hutang Iuran
Pensiun 20.000.000
Kas 490.000.000
Jurnal pembayaran gaji & pemotongan PPh pasal 21 Jan 09
Contoh Jurnal PPh Pasal 21 Masa Desember

Pada bulan Desember 2009 data gaji yang dibayarkan PT.


Calista adalah sbb :
• - Gaji = Rp.550 juta
• - Iuran Pensiun dipotong = Rp.15 juta
• - Iuran Pensiun ditanggung perusahaaan= Rp.15 juta

Sesuai ketentuan, PT. Calista melakukan penghitungan


ulang PPh terutang pegawai tetap tahun 2009. Dari hasil
perhitungan diketahui PPh terutang Rp.360 juta. Sementara
itu PPh pasal 21 yang telah dipotong s.d. masa November
2009 adalah sebesar Rp.325 juta, sehingga kekurangannya
dipotongkan dari gaji Desember 2009.
Jurnal PPh Pasal 21

Tgl Uraian Dr Cr

27-12-2009 Beban Gaji 550.000.000

Beban Iuran Pensiun 15.000.000

Hutang PPh
Pasal 21 35.000.000

Hutang Iuran
Pensiun 30.000.000

Kas 500.000.000

Jurnal pembayaran gaji & pemotongan PPh pasal 21 Des 09


Penugasan-
PPh Pasal 22
Persetujuan-
Instruksi-
Pemeriksaan
Contoh Jurnal PPh Pasal 22 Bendaharawan

• PT. Calista (PKP) bergerak dibidang pengadaan


peralatan kantor. Pada tgl. 15 Juli 2009 menyerahkan
barang senilai Rp.50 juta kepada Ditjen Pajak.
Bendaharawan Ditjen Pajak melakukan pembayaran
pada tanggal 25 Juli 2009. Disamping memungut PPh
pasal 22, Bendaharawan Ditjen Pajak juga wajib
memungut PPN.
• PT. Calista baru menerima SSP bukti setoran PPh
pasal 22 dan PPN pada tanggal 8 Agustus 2009.
Jurnal PT Calista
Tgl Uraian Dr Cr
15-Jul-09 Piutang Dagang 55.000.000
PPN Keluaran -
Pemungut 5.000.000
Penjualan 50.000.000
Jurnal penjualan kepada Ditjen Pajak

25-Jul-09 Kas 49.250.000


Piutang
Dagang 49.250.000
Jurnal penerimaan pembayaran dari Ditjen Pajak

08-Agust-09 UM PPh pasal 22 750.000


PPN Keluaran - Pemungut 5.000.000
Piutang
Dagang 5.750.000
Jurnal penerimaan SSP PPh pasal 22 & SSP PPN
Penugasan-
PPh Pasal 23
Persetujuan-
Instruksi-
Pemeriksaan
Contoh Jurnal PPh Pasal 23 Umum

PT. Calista (PKP) melakukan pembayaran sewa mobil


kepada Roslina Rent Car (PKP) senilai Rp.10.000.000,-
pada tgl 1 Desember 2009.
Sewa mobil tersebut untuk masa 3 bulan (Des 09 s.d.
Feb 10).
Bagaimana jurnalnya di kedua belah pihak?
Jurnal PT Calista
Tgl Uraian Dr Cr
01-Des-09 Sewa Dibayar Dimuka 10.000.000
PPN Masukan 1.000.000
Hutang PPh
Pasal 23 200.000
Kas 10.800.000
Jurnal pembayaran uang muka sewa mobil Des 09-Feb 10

Tgl Uraian Dr Cr
31-Des-09 Beban Sewa 3.333.333
Sewa Dibayar
Dimuka 3.333.333
Jurnal penyesuaian utk mengakui beban sewa 2009 (1 bulan)
Jurnal Roslina Rent Car

Tgl Uraian Dr Cr
01-Des-09 Kas 10.800.000
UM PPh Pasal 23 200.000
PPN Keluaran 1.000.000

Pendapatan Sewa
Diterima Dimuka 10.000.000
Jurnal penerimaan uang muka sewa mobil Des 09-Feb 10

Tgl Uraian Dr Cr

31-Des-09 Pendapatan Sewa Diterima Dimuka 3.333.333

Pendapatan Sewa 3.333.333

Jurnal penyesuaian utk mengakui pend. sewa 2009 (1 bulan)


Contoh Jurnal Perlakuan PPN Masukan Bagi Non PKP

Karena PT. Calista bukan PKP, maka tidak ada


mekanisme untuk mengkreditkan PPN masukan
terhadap PPN Keluaran, sehingga PPN Masukan
tersebut dapat dibebankan sebagai biaya fiskal.
Jurnal PT Calista
Tgl Uraian Dr Cr
01-Des-09 Sewa Dibayar Dimuka 11.000.000

Hutang PPh
Pasal 23 200.000
Kas 10.800.000
Jurnal pembayaran uang muka sewa mobil Des 09-Feb 10

Tgl Uraian Dr Cr
31-Des-09 Beban Sewa 3.666.667
Sewa Dibayar
Dimuka 3.666.667
Jurnal penyesuaian utk mengakui beban sewa 2009 (1 bulan)
Contoh Jurnal PPh Pasal 23 Ditanggung Pemberi
Penghasilan

Bagaimana halnya jika Roslina Rent Car pada contoh di


atas tidak bersedia dipotong PPh pasal 23 ?
Dalam hal ini PT. Calista tetap memiliki kewajiban untuk
menyetorkan PPh pasal 23 sekalipan Roslina Rent Car
tidak bersedia dipotong.
Beban PPh pasal 23 yang timbul tidak dapat
dibebankan sebagai biaya fiskal oleh PT. Calista.
Jurnal PT Calista

Tgl Uraian Dr Cr

1-Des-09 Sewa Dibayar Dimuka 10.000.000

PPN Masukan 1.000.000

Beban PPh Pasal 23 200.000

Hutang PPh Pasal 23 200.000

Kas 11.000.000

Jurnal pembayaran uang muka sewa mobil. PPh ditanggung


Contoh Jurnal Gross Up

• Bagaimana halnya jika Roslina Rent Car pada contoh


di atas tidak bersedia dipotong PPh pasal 23 & PT
Calista meng-gross up Nilai Sewanya ? Dengan meng-
gross up nilai sewa, maka nilai sewa menjadi :
• Sewa / (1-tarif) = 10 juta / (1-2%) = Rp.10.204.081
Jurnal PT Calista

Tgl Uraian Dr Cr

1-Des-09 Sewa Dibayar Dimuka 10.204.081

PPN Masukan 1.020.408

Hutang PPh Pasal 23 204.082

Kas 11.020.407

Jurnal pembayaran uang muka sewa mobil-Gross Up


Contoh Jurnal Jasa & Material Dipisah

PT. Calista membayar jasa desain logo kepada PT.


Kreatif pada tanggal 5 Mei 09. PT. Kreatif menerbitkan
Invoice dengan data sbb :
- Jasa Desain = Rp.5.000.000
- Bahan = Rp.1.000.000
- Total = Rp.6.000.000
Jurnal PT Calista

Tgl Uraian Dr Cr

5-Mei-09 Beban Jasa Desain 6.000.000

PPN Masukan 600.000

Hutang PPh Pasal 23 100.000

Kas 6.500.000

Jurnal pembayaran jasa desain


Contoh Jurnal Jasa & Material Tidak Dipisah

Bagaimana jika PT. Kreatif pada contoh di atas tidak


memperinci jasa dan bahannya?
Jurnal PT Calista

Tgl Uraian Dr Cr

5-Mei-09 Beban Jasa Desain 6.000.000

PPN Masukan 600.000

Hutang PPh Pasal 23 120.000

Kas 6.480.000

Jurnal pembayaran jasa desain


Penugasan-
PPh Final
Persetujuan-
Instruksi-
Pemeriksaan
Contoh Jurnal Jasa & Material Tidak Dipisah

• PT. Calista membayar sewa gedung kantor kepada PT.


Azzam Rp.50 juta pada tgl.1 Februari 2009 untuk
periode Februari 2009 s.d. Januari 2010. Bagaimana
jurnal di kedua belah pihak ?
Jurnal PT Calista

Tgl Uraian Dr Cr

5-Mei-09 Sewa dibayar di muka 50.000.000

PPN Masukan 5.000.000

Hutang PPh Pasal


4(2) 5.000.000

Kas 50.000000

Jurnal pembayaran uang muka sewa gedung


Jurnal PT Azzam

Tgl Uraian Dr Cr

01-Feb-09 Kas 50.000.000

Beban PPh Final Pasal 4 (2) 5.000.000

PPN Keluaran 5.000.000

Pendapatan Sewa
Diterima Dimuka 50.000.000

Jurnal penerimaan uang muka sewa gedung


Contoh Jurnal Penghasilan Jual Gedung (PPh Final)

• Sule Sutisna, WP OP yg menyelenggarakan


pembukuan, menjual gedung kantornya (10 Juni 09)
dgn harga perolehan Rp.750 juta; nilai buku
komersial Rp.500 juta; nilai buku fiskal Rp.400 juta;
NJOP Rp.600 juta dan Harga jual Rp.1 milyar.
Bagaimana jurnalnya ?
Jurnal Sule Sutisna
Tgl Uraian Dr Cr

10-Jun-09 Kas 1.000.000.000


Akumulasi Penyusutan - Gedung 250.000.000
Gedung 750.000.000

Keuntungan Jual
Gedung 500.000.000
Jurnal penjualan gedung

Tgl Uraian Dr Cr
10-Jun-09 Beban PPh Final pasal 4 (2) 50.000.000
Kas 50.000.000
Jurnal pembayaran PPh final
Contoh Jurnal Penghasilan Jual Gedung Developer
(PPh Final)

• Mustafid, WP OP yg menyelenggarakan pembukuan,


usaha pokoknya adalah mengalihkan tanah /
bangunan (developer), menjual salah satu gedung
dagangannya (10 Juni 09) dgn harga pokok Rp.500
juta dan Harga jual Rp.1 milyar. Bagaimana jurnalnya
?
Jurnal Mustafid
Tgl Uraian Dr Cr
10-Jun-09 Kas 1.100.000.000
PPN Keluaran 100.000.000
Pendapatan
Jual Gedung 1.000.000.000

Harga Pokok Penjualan 500.000.000


Persediaan 500.000.000

Jurnal penjualan gedung

Tgl Uraian Dr Cr
10-Jun-09 Beban PPh Final pasal 4 (2) 50.000.000
Kas 50.000.000
Jurnal pembayaran PPh final
Penugasan-
PPN
Persetujuan-
Instruksi-
Pemeriksaan
Contoh Jurnal PPN

• Berikut ini disajikan data PPN Keluaran & PPN


Masukan PT. Calista untuk masa Januari 2009 s.d.
Mei 2009. Buatlah jurnal yang harus dilakukan untuk
mengakui kurang (lebih) bayar setiap masa.
Data PK-PM

Masa PK PM Kurang/(Lebih)

Jan-09 50.000.000 30.000.000 20.000.000

Feb-09 45.000.000 50.000.000 (5.000.000)

Mar-09 55.000.000 30.000.000 25.000.000

Apr-09 30.000.000 40.000.000 (10.000.000)

Mei-09 35.000.000 30.000.000 5.000.000


Jurnal
Tgl Uraian Dr Cr
28/02/2009 PPN Keluaran 50.000.000
PPN Masukan 30.000.000
Kas 20.000.000
Setoran PPN untuk SPT PPN masa Jan 09

Tgl Uraian Dr Cr
31/03/2009 PPN Keluaran 45.000.000
Lebih bayar PPN Feb 09 5.000.000
PPN Masukan 50.000.000
Pengakuan LB dalam SPT PPN masa Feb 09
Tgl Uraian Dr Cr
15-Apr-09 PPN Keluaran 55.000.000
PPN Masukan 30.000.000
Lebih Bayar
PPN Feb 09 5.000.000
Kas 20.000.000
Setoran PPN untuk SPT PPN masa Mar 09

Tgl Uraian Dr Cr
12-Mei-09 PPN Keluaran 30.000.000
Lebih bayar PPN Apr 09 10.000.000
PPN Masukan 40.000.000
Pengakuan LB dalam SPT PPN masa April 09

Tgl Uraian Dr Cr
15-Jun-09 PPN Keluaran 35.000.000
Lebih bayar PPN Mei 09 5.000.000
PPN Masukan 30.000.000
Lebih Bayar PPN
Apr 09 10.000.000
Setoran PPN untuk SPT PPN masa Mei 09
Contoh Jurnal PPN

• PT. Calista melakukan penyerahan BKP kepada PT.


Azzam pada tanggal 15 Mei 09 dan telah
mengirimkan invoice senilai Rp.10 juta
PT Calista

Tgl Uraian Dr Cr
15-Mei-09 Piutang Dagang 11.000.000

PPN-Keluaran 1.000.000
Penjualan 10.000.000
penjualan ke PT. Azzam
PT Azzam

Tgl Uraian Dr Cr
15-Mei-09 Inventory 10.000.000
PPN-Masukan 1.000.000
A/P 11.000.000
Pembelian dr PT Calista
AKUNTANSI
PIUTANG USAHA
Piutang Usaha

Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan:


• Disajikan sebesar Net Realizable Value
• Pengakuan Beban Piutang Tak Tertagih :
❑ Metode Langsung (direct write-off)
❑ Metode Penyisihan (Allowance)
METODE
PENGHAPUSAN PIUTANG

Penghapusan Langsung
(Direct Write-off Method)

Komersial Dasar Saldo Penjualan


(Income Statement
Penyisihan/pencadangan Approach)
Piutang
(Allowance Method) Rata-rata
Dasar Saldo Piutang
(Ballance Sheet Approach)
Umur
Piutang

Penghapusan Langsung
Fiskal
(Direct Write-off Method)
Syarat Pasal 6 ayat (1) huruf h.
FORMULA
PENYISIHAN/PENCADANGAN

% Penyisihan X Total Penjualan


Dasar Saldo Penjualan
(Income Statement
Approach) % Penyisihan X Total Penjualan Kredit

Piutang % penyisihan X (s. awal piut + s. akhir piut)


Rata-rata 2
Dasar Saldo Piutang
(Balance Sheet
Approach) - Dibuat daftar umur piutang
Umur - Setiap kelompok umur dibuat % penyisi
Piutang an masing-masing
% Penyisihan X Jml piutang masing2
kelompok umur
PENCATATAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH

Kejadian Metode Langsung Mtd. Penyisihan/cadangan


Pembentukan awal
Tidak ada D: B. Piutang Tdk Tertagih
Cadangan piutang
pencatatan K: Cad. Piutang Tak Tertagih
Tidak tertagih

Penghapusan D: B. Piutang Tak Tertagih D: Cadangan piutang tak tertagih


Piutang K: Piutang K: Piutang

Menimbulkan kembali piutang Menimbulkan kembali piutang


D: Piutang D: Piutang
Pelunasan Piutang
K: B. Piutang Tak Tertagih K: Cad. Piutang tak tetrtagih
Yang Telah di-
Mencatat pelunasan : Mencatat pelunasan :
hapus bukukan
D: Kas/Bank D: Kas/Bank
K: Piutang K: Piutang
S. akhir CPTT < Pembentukan baru
D: B. Piutang Tdk Tertagih
Pembentukan Kembali
Tidak ada K: Cad. Piutang Tak Tertagih
Cadangan piutang
pencatatan S. Akhir CPTT > Pembentukan baru
Tidak Tertagih
D: Cad. Piutang Tak Tertagih
K: Laba Piutang Tak Tertagih
Syarat Piutang Tak Tertagih Dapat
Dibebankan Secara Fiskal
Telah dibebankan sebagai biaya
dalam laporan laba rugi komersial T
Y

Telah diserahkan perkara penagihannya


kepada PN atau instansi pemerintah
yang menangani piutang negara
Atau
ada perjanjian tertulis mengenai penghapusan
Piutang piutang/pembebasan utang antara kreditur dan
T Tidak dapat
tidak debitur yang bersangkutan
dapat
dibebankan
Atau secara Fiskal
ditagih
dipublikasikan dalam penerbitan
umum atau khusus
Atau
adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya
telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu;
Dapat
Y T dibebankan
Daftar Piutang tidak tertagih diserahkan ke DJP secara Fiskal
Y
AKUNTANSI
REVALUASI AKTIVA
TETAP
PMK-79 Tahun 2008
Revaluasi Ak. Komersial Ak. Pajak
PSAK 16 R 79/PMK.03/2008
Aktiva Tetap
Akurasi
Tujuan Perpajakan
Revaluation model

Kapan saja
Kapan Setiap ada perbedaan Paling cepat
signifikan antara nilai 5 tahun sekali
Pasar dg nilai buku

Penilai Tidak perlu penilai Penilai yg diakui


Yg diakui pemerintah pemerintah

Minimal 1 kelompok Seluruh aktiva


Aktiva yg dinilai Kecuali tanah
Aktiva sejenis
(boleh Ya boleh tidak)

Selisih revaluasi
Kewajiban Tidak ada kewajiban
Dikenakan
perpajakan
PPh final 10%
Dasar Penyusutan Aktiva yg Direvaluasi

BULAN
Dasar penyusutan lama Revaluasi Nilai revaluasi

Masa manfaat penuh


CAPITAL GAIN
Terutang PPh Final
10% X Capital gain

Nilai Revaluasi
-/-
Nilai Buku Lama Dapat diangsur 12 bulan

Dibukukan pada perkiraan


Nilai Revaluasi Modal dg nama
-/- “Selisih lebih Penilaiaan
Nilai Buku Lama Kembali Aktiva Tetap”
Komersial

Pemberian saham bonus


Bukan objek pajak*
Pengalihan Aktiva yg direvaluasi

Kel 1
4 th

8 th
Kel 2

Kel 3, 4
Tanah & 10 th
bangunan
Dikenakan PPh Final
capital gain X (tarif tertinggi -10%)
Kecuali:
Force majeur : kep pemerintah/pengadilan
penggabungan, peleburan, pemekaran
Kerusakan berat
AKUNTANSI
AKTIVA TETAP
PENGELUARAN

Masa T Beban Tahun Berjalan


Manfaat >1th Ps. 6 (1) UUPPh

Y Ps. 11 UU PPh

Y
Aktiva
BERWUJUD ? Tetap
Penyusutan

T
Ps. 11 A UU PPh

Masa manfaat T Aktiva tdk


Amortisasi
Pasti ? berwujud

Y
Alokasi
B. dimuka
biaya
PSAK 16
DEFINISI AKTIVA TETAP
• Aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai
• atau dengan dibangun lebih dahulu,
• yang digunakan dalam operasi perusahaan,
• tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal
perusahaan
• dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun

PENGAKUAN AKTIVA TETAP


1. Besar kemungkinan (probable) bahwa manfaat ekonomis
dimasa yang akan datang yang berkaitan dengan aktiva
tersebut akan mengalir ke dalam perusahaan; dan
2. Biaya perolehan aktiva dapat diukur secara andal
Permasalahan Aktiva Tetap

1. Saat (timing) pengakuan aktiva


2. Penentuan jumlah tercatat
3. Pembebanan Penyususutan
Ak. Komersial Ak. Pajak
PSAK 16 UU PPh

Aktiva dalam
Timing kondisi dan tempat
siap dipergunakan

Pengakuan awal :
• Harga perolehan
• Market Price
Jumlah Tercatat
Pengukuran Setelah
Pengakuan Awal
• Cost model
• Revaluation model

Pembebanan Masa manfaat sesuai


Masa manfaat sesuai
Penyusutan jenis aktiva yang
taksiran manajemen
ditetapkan KepMenkeu
Harga Perolehan Aktiva Tetap

Akuntansi Komersial Akuntansi Pajak


PSAK No. 16 Ps. 10 UU PPh
• Jumlah kas atau setara kas Harga perolehan atau harga
yang dibayarkan atau penjualan Dalam hal terjadi jual
• nilai wajar imbalan lain yg beli harta
diberikan untuk memperoleh • Tidak dipengaruhi hubungan
suatu aktiva pada saat istimewa adalah jumlah yang
perolehan atau sesungguhnya dikeluarkan atau
• Kontruksi diterima,
sampai dengan aktiva tersebut • Terdapat hubungan istimewa
dalam kondisi dan tempat yang adalah jumlah yang seharusnya
siap untuk dipergunakan dikeluarkan atau diterima

Keduanya menganut
Historical Cost & Market Price
Masa Manfaat

Akuntansi Komersial Akuntansi Pajak


PSAK No. 16 Ps. 11 UU PPh
◼ Periode suatu aktiva diharapkan ◼ Masa Manfaat ditetapkan oleh
digunakan oleh perusahaan; atau Undang-undang sesuai kelompok
◼ Jumlah produksi atau unit serupa aktiva
yang diharapkan diperoleh dari ◼ Kelompok aktiva ditetapkan oleh
aktiva oleh suatu perusahaan KepMenKeu

Tergantung taksiran Kewajiban mengikuti


manajemen peraturan
Perolehan Aktiva Tetap

Cara Perolehan Aktiva Tetap :


1. Pembelian
2. Pertukaran
3. Setoran Modal
4. Sumbangan
5. Kontruksi Sendiri
6. Sewa Guna Usaha
7. Build Operate and Transfer
8. Merger, Penggabungan Usaha
Perolehan Aktiva Tetap

Pembelian

Ak. Komersial Ak. Pajak


Ps. 10 (1) UU PPh

Tidak Ada Ada


Hubungan Istimewa
Hubungan Istimewa

HP = Jumlah yang
sebenarnya HP = Jumlah yang
dikeluarkan seharusnya
(Historical Cost) dikeluarkan
(Market Price)
PEMBELIAN
PT ABC membeli mesin (tunai) untuk produksi
dari PT XYZ :
Harga dalam invoice = 200.000.000
PPN = 20.000.000
Ongkos angkut = 1.000.000 dibayar tunai
Biaya instalasi = 2.000.000 dibayar tunai

Harga perolehan mesin :


Harga dalam invoice = 200.000.000
Ongkos angkut = 1.000.000
Biaya instalasi = 2.000.000
HP Mesin = 203.000.000
PEMBELIAN : BIAYA UJI COBA
Sebelum digunakan untuk memproduksi secara komersial, PT ABC
melakukan uji coba atas penggunaan mesin tersebut. Biaya uji coba
yang dikeluarkan Rp 2.000.000
Hasil penjualan barang dari proses uji coba Rp 200.000

Harga perolehan mesin :


Harga dalam invoice = 200.000.000
Ongkos angkut = 1.000.000
Biaya instalasi = 2.000.000
= 203.000.000
Biaya uji coba = 2.000.000
Hasil penjualan brg proses uji coba = (200.000)
Harga Perolehan mesin = 204.800.000
PEMBELIAN : TERDAPAT HUBUNGAN ISTIMEWA

PT XYZ adalah pemilik 30% saham PT ABC.


Harga Pasar Mesin adalah 250.000.000
Harga perolehan mesin PT ABC:

Komersial Fiskal
Harga = 200.000.000 250.000.000
Ongkos angkut = 1.000.000 1.000.000
Biaya instalasi = 2.000.000 2.000.000
HP Mesin = 203.000.000 253.000.000

Dasar Penyusutan Mesin secara FISKAL adalah Rp 253.000.000

Pencatatan/jurnal tetap menggunakan akuntansi komersial


Perolehan Aktiva Tetap

Perolehan aset secara gabungan

Akuntansi Komersial Akuntansi Pajak

HP masing2 aktiva = alokasi


harga gabungan ber
dasarkan perbandingan
nilai wajar masing2 aktiva
Perolehan secara gabungan :
Harga beli tanah dan bagunan (termasuk biaya notaris, bea balik nama dan
BPHTB) Rp 600.000.000
Harga pasaran tanah = Rp 300.000.000
Nilai wajar bangunan = Rp 200.000.000
Nilai wajar = Rp 500.000.000
Harga perolehan aktiva

Jenis Aktiva Harga wajar Alokasi Harga Perolehan


Tanah 300.000.000 3/5 X 600.000.000 = Rp 360.000.000
Bangunan 200.000.000 2/5 X 600.000.000 = Rp 240.000.000
Jumlah 500.000.000 Rp 600.000.000

Jurnal :
Tanggal Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
Tanah 360.000.000
Bangunan 240.000.000
Kas 600.000.000
Perolehan Aktiva Tetap

Pertukaran

Akuntansi Komersial Akuntansi Pajak

memiliki
substansi
komersial;
Nilai T HP = H. pasar aktiva
atau
yg diterima
buku nilai wajar dapat
diukur secara GAIN/LOSS DIAKUI
andal.

Nilai wajar
Aktiva yg diterima/dilepas
mana yg lebih andal
Pertukaran Aktiva Tetap

PT Maju menukar Truk nya dengan mesin milik PT Mundur


Nilai Aset menurut pembukuan masing-masing
PT Maju -Truk PT Mundur - Mesin
Komersial Fiskal Komersial Fiskal
H. Perolehan 120.000.000 120.000.000 200.000.000 200.000.000
Ak. penyusutan 50.000.000 60.000.000 120.000.000 150.000.000
Nilai buku 70.000.000 60.000.000 80.000.000 50.000.000
Harga Pasar 75.000.000 0 60.000.000
Harga pasar Truk lebih andal

Perhitungan masing-masing entitas

PT Maju - mesin PT Mundur - Truk


Komersial Fiskal Komersial Fiskal
HP- aktiva baru 75.000.000 60.000.000 75.000.000 75.000.000
N buku Ak lama (70.000.000) (60.000.000) (80.000.000) (50.000.000)
Laba (Rugi) 5.000.000 0 (5.000.000) 25.000.000
PT Maju
Jurnal
Tanggal Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
Mesin 75.000.000
Ak. Penyusutan – Truk 50.000.000
Truk 120.000.000
Laba pertukaran aktiva 5.000.000

Akhir Tahun :
- Koreksi negatif atas laba pertukaran Rp 5.000.000
- Nilai perolehan yang menjadi dasar penyusutan fiskal = Rp 60.000.000
PT Mundur
Jurnal
Tanggal Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
Truk 75.000.000
Ak. Penyusutan – Mesin 120.000.000
Rugi Pertukaran 5.000.000
Mesin 200.000.000
Akhir Tahun :
- Koreksi positif atas laba pertukaran Rp 30.000.000
- Nilai perolehan yang menjadi dasar penyusutan fiskal = Rp 75.000.000

Pencatatan/jurnal tetap menggunakan akuntansi komersial


Pertukaran Ak. Tetap – ada penyerahan kas
Sama dengan kasus di atas tetapi PT Mundur menambah uang sebesar Rp 10.000.000

PT Maju - mesin PT Mundur - Truk


Komersial Fiskal Komersial Fiskal
HP- aktiva baru 75.000.000 60.000.000 75.000.000 75.000.000
N buku Ak lama (70.000.000) (60.000.000) (80.000.000) (50.000.000)
Tambahan Kas 10.000.000 10.000.000 (10.000.000) (10.000.000)
Laba (Rugi) 15.000.000 10.000.000 (15.000.000) 15.000.000

PT Maju
Jurnal
Tanggal Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
Mesin 75.000.000
Kas 10.000.000
Ak. Penyusutan – Truk 50.000.000
Truk 120.000.000
Laba pertukaran aktiva 15.000.000

Akhir Tahun :
- Koreksi negatif atas laba pertukaran Rp 5.000.000
- Nilai perolehan yang menjadi dasar penyusutan fiskal = Rp 60.000.000
PT Mundur
Jurnal

Tanggal Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)


Truk 75.000.000
Ak. Penyusutan – Mesin 120.000.000
Rugi pertukaran 15.000.000
Mesin 200.000.000
Kas 10.000.000

Akhir Tahun :
- Koreksi negatif atas laba pertukaran Rp 30.000.000
- Nilai perolehan yang menjadi dasar penyusutan fiskal = Rp 75.000.000

Pencatatan/jurnal tetap menggunakan akuntansi komersial


Perolehan Aktiva Tetap

Sumbangan/hibah

Akuntansi Komersial Akuntansi Pajak

Ada hubungan usaha Tdk ada hub usaha

HP = H. pasar HP= H. -pasar HP = nilai buku

Dikredit sebagai • Bagi yg menerima = • Bagi yg menerima =


modal donasi objek PPh bukan objek PPh
• Bagi yg menyumbang • Bagi yg myumbang=
Nilai buku dicatat sbg bukan biaya
biaya
Nilai pasar-nilai buku=
Gain (loss)
Sumbangan : tidak ada hubungan Usaha
PT Pemberi menyumbangkan Truk kepada PT Penerima, keduanya tidak ada hubungan
istimewa.
Pembukuan Truk PT Pemberi sbb :
Komersial Fiskal
Nilai perolehan = Rp 160.000.000 160.000.000
Akumulasi penyusutan = Rp 100.000.000 120.000.000
Nilai Buku = Rp 60.000.000 40.000.000
Harga Pasar = Rp 80.000.000
Jurnal PT Penerima
Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
Truk 80.000.000
Modal donasi 80.000.000
Akhir Tahun :Nilai perolehan yang menjadi dasar penyusutan fiskal Rp 60.000.000

Jurnal PT Pemberi
Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
B. Sumbangan 60.000.000
Ak. penyusutan 100.000.000
Truk 160.000.000
Akhir Tahun : Koreksi positif fiskal B. sumbangan Rp 60.000.000

Pencatatan/jurnal tetap menggunakan akuntansi komersial


Sumbangan : ada hubungan usaha
PT Pemberi mempunyai hubungan usaha dg PT Penerima

Perhitungan Fiskal
PT Pemberi PT Penerima
Harga pasar = Rp 80.000.000 Penghasilan = Rp 80.000.000
Nilai Buku = Rp 40.000.000
Laba pengalihan harta = Rp 40.000.000
Biaya sumbangan = Rp 80.000.000
Jurnal PT Penerima :
Sama dengan sebelumnya
Akhir Tahun : Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
Koreksi positif penghasilan Rp 80.000.000 Truk 80.000.000
Dasar penyusutan fiskal aktiva Rp 80.000.000 Modal donasi 80.000.000

Jurnal PT Pemberi : Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)


Sama dengan sebelumnya
B. Sumbangan 60.000.000
Ak. penyusutan 100.000.000
Akhir Tahun : Truk 160.000.000
Koreksi negatif B. sumbangan Rp 20.000.000
Koreksi positif Laba pengalihan harta Rp 40.000.000 (80 jt – 40jt)
Perolehan Aktiva Tetap

Membangun sendiri

Akuntansi Komersial Akuntansi Pajak

HP = Seluruh biaya yang HP = Seluruh biaya sesuai


dikeluarkan sampai aset ps. 6 yang dikeluarkan
siap pakai sampai aset siap pakai

Bunga selama kontruksi


Dikapitalisir dg syarat :
• Bunga pinjaman dpt diatribusikan
langsung dg aktiva
• Pinjaman hanya ditujukan untuk
memperoleh aktiva
• Apabila pinjaman hanya sebagian
untuk pembiayaan aktiva, pembebanan
dg rata2 tertimbang
Membangun sendiri

Akuntansi Komersial Akuntansi Pajak

• Saat dimulainya kapitalisasi =


saat pengeluaran untuk aktiva
tersebut telah mulai dilakukan
• Saat berakhir =
aktivitas untuk memperoleh,
membangun atau mem
produksi aktiva tertentu sesuai
dengan tujuannya secara
substantial telah selesai.
Perolehan Aktiva Tetap

Pembelian secara Angsuran

Akuntansi Komersial Akuntansi Pajak

HP = Harga beli
B. bunga = current expense
AKUNTANSI

SEWA GUNA USAHA


( 1169/KMK.01/1991 Jo SE-10/PJ.42/1994 )
Definisi
Sewa adalah suatu perjanjian yang mana
lessor memberikan kepada lessee hak untuk
menggunakan suatu aset selama periode
waktu yang disepakati. Sebagai imbalannya,
lessee melakukan pembayaran atau
serangkaian pembayaran kepada lessor.

Sewa pembiayaan adalah sewa yang


mengalihkan secara substansial seluruh risiko
dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan
suatu aset. Hak milik pada akhirnya dapat
dialihkan atau dapat juga tidak dialihkan.

Sewa operasi adalah sewa selain sewa


pembiayaan.
Guidelines for classifying a lease
YES
Is the lease non-cancellable?
NO

Is ownership expected to be transferred at YES


the end of the lease term?
NO

Is the lease term a major part of the YES


economic life of the leased asset?
NO

Is the PV of the minimum lease payment at least equal to


substantially all of the fair value of the leased asset? YES

Is there an option to continue the lease at a rent lower than


market?
NO

Are substantially all the risks and rewards incident to YES


ownership transferred to the lessee?
NO

Operating Lease Finance Lease


Kasus – Klasifikasi Sewa (1)
PT XYZ menyewa mobil selama 5 tahun. Masa manfaat
mobil tersebut adalah 7 tahun. PT XYZ diberikan opsi
untuk membeli mobil tersebut pada akhir masa sewa
seharga 50% dari nilai pasar mobil ditambah 0.5% dari
nilai pasar mobil pada tanggal opsi dilaksanakan. Nilai
pembayaran tersebut adalah untuk menutup biaya
penjualan mobil.
Sewa ini akan diklasifikasikan sebagai …..?
▪ Sewa Pembiayaan, karena terdapat opsi untuk membeli aset
tersebut pada harga yang cukup rendah dibandingkan nilai
wajar
Kasus – Klasifikasi Sewa (2)
Pada tanggal 1 Januari 2009, PT ABC menyewakan sebuah peralatan kepada
PT XYZ. Peralatan tersebut dibeli seharga $ 20,000 (Nilai wajar peralatan).
Perjanjian sewa mengandung klausul – klausul berikut ini:
 Masa Sewa 8 tahun
 Pembayaran tahunan setiap tanggal 1/1 setiap tahunnya sebesar $
4,500
 Masa manfaat peralatan adalah 10 tahun
 Estimasi nilai sisa pada akhir masa sewa adalah $ 3,000
Sewa ini bisa dibatalkan, dan PT XYZ akan dikenakan penalti yang tidak
signifikan. PT XYZ akan mengembalikan peralatan kepada PT ABC pada akhir
masa sewa. PV dari pembayaran sewa minimum (dihitung dengan
menggunakan tingkat bunga implisit 11.65%) adalah sebesar $ 18,271
Bagaimana pengakuan sewa ini di dalam laporan keuangan
entitas?
Kasus – Jawaban
• Apakah kepemilikan aset akan berpindah pada akhir masa sewa?
PT XYZ akan mengembalikan aset pada akhir masa sewa χ
• Apakah ada opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup rendah
dibandingkan nilai wajar?
Tidak ada cukup informasi ?
• Apakah masa sewa adalah untuk sebagian besar umur ekonomis
aset?
Masa sewa adalah 8 tahun, sama dengan 80% dari masa manfaat aset √
• Apakah aset sewaan bersifat khusus?
Tidak ada cukup informasi
?
Kasus – Jawaban


• Apakah nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum secara
substansial mendekati nilai wajar aset sewaan?
PV pembayaran sewa minimum $ 18,271
FV peralatan $ 20,000
→ PV pembayaran sewa minimum = 91.4% dari FV peralatan

 Apabila lessee membatalkan sewa, apakah kerugian lessor akan


ditanggung oleh lessee?
PT XYZ dikenakan pinalti yang tidak signifikan
χ
Kasus – Jawaban
 Apakah laba atau rugi dari fluktuasi nilai wajar residu akan dibebankan kepada
lessee?

?
Tidak ada cukup informasi

• Apakah lessee memiliki kemampuan untuk


melanjutkan sewa untuk periode kedua χ
dengan nilai rental yang secara substansial
lebih rendah dari nilai rental pasar?
Tidak ada cukup informasi
PT XYZ akan mengembalikan peralatan pada akhir masa sewa
Sewa Guna Usaha (Leasing)
Adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barang modal baik secara SGU dengan
hak opsi maupun tanpa hak opsi untuk digunakan
oleh Lessee selama jangka waktu tertentu
berdasarkan pembayaran secara berkala.
Unsur SGU (Leasing)
Unsur-unsur SGU

Lessor Badan

Lessee Badan/OP

Barang Modal AT Berwujud

Perjanjian SGU Dgn syarat tertentu


Perjanjian SGU
Minimal
harus
memuat

1. Jenis transaksi SGU;


2. Identitas masing-masing pihak;
3. Nama, jenis, tipe dan lokasi penggunaan barang;
4. Harga perolehan, nilai pembayaran, pembayaran SGU,
angsuran pokok, imbalan jasa, nilai sisa,
simpanan jaminan, dan ketentuan asuransi atas brg modal;
5. Masa SGU;
6. Ketentuan masa SGU yg dipercepat dan kerugian yg harus
ditanggung Lessee atas risiko brg modal;
7. Opsi bagi Lessee (utk finance lease);
8. Tanggungjawab atas brg modal.
Jenis
⚫ SGU dengan Hak Opsi (Finance/Capital
lease)
⚫ SGU tanpa Hak Opsi (Operating Lease)
Kriteria SGU dg Hak Opsi
(Finance Lease)
1.Jumlah pembayaran selama masa SGU I
+ nilai sisa brg, harus dpt menutup cost
brg + profit Lessor;
2.Masa SGU minimal :
- 2 th utk brg modal Gol. I
- 3 th utk brg modal Gol. II & III
- 7 th utk brg modal Gol. Bangunan;
3.Perjanjian memuat hak opsi bagi Lessee.
Kreteria SGU tanpa Hak Opsi
Operating Lease
1.Jumlah pembayaran selama masa
SGU I tidak dpt menutup cost brg +
profit Lessor;
2.Perjanjian tidak memuat hak opsi bagi
Lessee.
Perlakuan Operating Lease
(Lessor)
⚫ Sama dengan perlakuan menurut akuntansi
komersial :
– Seluruh pembayaran yang diterima/diperoleh oleh
lessor merupakan penghasilan (obyek PPh).
– Lessor berhak menyusutkan aktiva yang disewa guna
usahakan (penyusutan sesuai ketentuan fiskal)
– Lessor wajib mengenakan PPN atas jasa sewa tersebut.
Perlakuan Operating Lease
(Lessee)
⚫ Sama dengan perlakuan menurut akuntansi
komersial ;
– Jumlah sewa yang dibayar atau terutang pada
tahun yang bersangkutan merupakan biaya
yang dapat dikurangkan (deductible expense).
– Lessee tidak berhak menyusutkan aktiva yang
disewanya.
– Lessee wajib memotong PPh Pasal 23 atas
sewa.
Perlakuan Finance Lease
(Lessor)
⚫ Penghasilan lessor (obyek PPh) adalah imbalan jasa SGU
(pendapatan bunga), yaitu dihitung dari seluruh
pembayaran SGU dikurangi angsuran pokok.
⚫ Lessor tidak diperbolehkan menyusutkan aktiva yang
disewa guna usahakan.
⚫ Lessor dapat membentuk dana cadangan piutang tak
tertagih yang dapat dibiayakan maksimum = 2,5% x saldo
rata-rata piutang SGU.
⚫ Angsuran PPh Pasal 25 dihitung berdasarkan Laporan
Keuangan Triwulanan yang disetahunkan.
⚫ Pembayaran SGU tidak dikenakan PPN.
Perlakuan Finance Lease
(Lessee)
⚫ Lessee tidak boleh menyusutkan aktiva tetap yang
leasingnya.
⚫ Angsuran SGU yang dibayar atau terutang kepada
lessor (angsuran pokok maupun bunga) diakui
sebagai biaya (deductible expense)
Perlakuan Finance Lease
(Lessee)
⚫ Dalam Rekonsiliasi Fiskal lessee harus melakukan
Koreksi Fiskal atas Laporan Keuangannya sbb:
– Melakukan koreksi biaya penyusutan, yaitu tidak
membebankan biaya penyusutan atas aktiva tetap SGU.
– Melakukan koreksi biaya angsuran SGU, yaitu dengan
memasukkan angsuran pokok SGU sebagai biaya
(pengurang penghasilan bruto).
– Biaya bunga tetap dapat diakui sebagai biaya (sama
antara akuntansi komersial dengan akuntansi Fiskal)
Kasus
⚫ Tanggal 1 Januari 2007 CV LESSEE mendapat sebuah
truk dengan memperoleh pembiayaan financial lease dari
sebuah perusahaan leasing PT LESSOR. Dalam kontrak
dimuat ketentuan sebagai berikut :
– Nilai kontrak sebesar Rp 179.436.728
– Masa leasing selama 5 tahun, yaitu sejak 1 Januari 2007
– Pembayaran lease adalah Rp 50.000.000 pertahun, yg harus
dimulai 1 Januari 2007 (pada awal masa lease)
⚫ Keterangan tambahan
– Masa manfaat ekonomis truk 8 tahun
– Tingkat bunga 20%
Tabel

Pembayaran Hutang Lease Payment = Pokok + Bunga


1 Januari 2007 179.436.728 50.000.000 50.000.000
1 Januari 2008 129.436.728 50.000.000 24.112.654 25.887.346
1 Januari 2009 105.324.074 50.000.000 28.935.185 21.064.815
1 Januari 2010 76.388.889 50.000.000 34.722.222 15.277.778
1 Januari 2011 41.666.667 50.000.000 41.666.667 8.333.333
Jurnal - Lesee
01-01-07 Truk Leasing 179.436.728
Hutang Leasing 179.436.728

01-01-07 Hutang Leasing 50.000.000


Kas 50.000.000

01-01-08 Hutang Leasing 24.112.654


Biaya Bunga Leasing 25.887.346
Kas 50.000.000

31-12-08 Biaya penyusutan Truk 22.429.591


Akumulasi Penyustan Truk 22.429.591

01-01-09 Hutang Leasing 28.935.185


Biaya Bunga Leasing 21.064.815
Kas 50.000.000

31-12-09 Biaya penyusutan Truk 22.429.591


Akumulasi Penyustan Truk 22.429.591

01-01-10 Hutang Leasing 34.722.222


Biaya Bunga Leasing 15.277.778
Kas 50.000.000

31-12-10 Biaya penyusutan Truk 22.429.591


Akumulasi Penyustan Truk 22.429.591

01-01-11 Hutang Leasing 41.666.667


Biaya Bunga Leasing 8.333.333
Kas 50.000.000
Jurnal
31-12-11 Biaya penyusutan Truk 22,429,591
Akumulasi Penyustan Truk 22,429,591

31-12-12 Biaya penyusutan Truk 22,429,591


Akumulasi Penyustan Truk 22,429,591

31-12-13 Biaya penyusutan Truk 22,429,591


Akumulasi Penyustan Truk 22,429,591

31-12-14 Biaya penyusutan Truk 22,429,591


Akumulasi Penyustan Truk 22,429,591

31-12-15 Biaya penyusutan Truk 22,429,591


Akumulasi Penyustan Truk 22,429,591
Koreksi Fiskal

AKUNTANSI KOREKSI FISKAL

01-01-07 Truk Leasing 179,436,728


Hutang Leasing 179,436,728

01-01-07 Hutang Leasing 50,000,000


Kas 50,000,000 - 50,000,000 50,000,000

01-01-08 Hutang Leasing 24,112,654


Biaya Bunga Leasing 25,887,346 25,887,346 - 24,112,654 50,000,000
Kas 50,000,000

31-12-08 Biaya penyusutan Truk 22,429,591 22,429,591 + 22,429,591 -


Akumulasi Penyustan Truk 22,429,591

01-01-09 Hutang Leasing 28,935,185


Biaya Bunga Leasing 21,064,815 21,064,815 - 28,935,185 50,000,000
Kas 50,000,000

31-12-09 Biaya penyusutan Truk 22,429,591 22,429,591 + 22,429,591 -


Akumulasi Penyustan Truk 22,429,591

01-01-10 Hutang Leasing 34,722,222


Biaya Bunga Leasing 15,277,778 15,277,778 - 34,722,222 50,000,000
Kas 50,000,000
Koreksi Fiskal

AKUNTANSI KOREKSI FISKAL

31-12-10 Biaya penyusutan Truk 22,429,591 22,429,591 + 22,429,591 -


Akumulasi Penyustan Truk 22,429,591

01-01-11 Hutang Leasing 41,666,667


Biaya Bunga Leasing 8,333,333 8,333,333 - 41,666,667 50,000,000
Kas 50,000,000

31-12-11 Biaya penyusutan Truk 22,429,591 22,429,591 + 22,429,591 -


Akumulasi Penyustan Truk 22,429,591

31-12-12 Biaya penyusutan Truk 22,429,591 22,429,591 + 22,429,591 -


Akumulasi Penyustan Truk 22,429,591

31-12-13 Biaya penyusutan Truk 22,429,591 22,429,591 + 22,429,591 -


Akumulasi Penyustan Truk 22,429,591

31-12-14 Biaya penyusutan Truk 22,429,591 22,429,591 + 22,429,591 -


Akumulasi Penyustan Truk 22,429,591

31-12-15 Biaya penyusutan Truk 22,429,591 22,429,591 + 22,429,591 -


Akumulasi Penyustan Truk 22,429,591
AKUNTANSI
SAHAM DAN INVESTASI
Penjualan /penerbitan saham

Mencatat penerbitan 4.000 lbr saham nilai par


Rp 4.000.000/lembar dg harga Rp 45.000.000

Kas 45.000.000
Saham 40.000.000
Agio saham 5.000.000
Pembayaran saham dg aktiva

PT ABC menerbitkan 200 lbr saham dg nilai


par Rp 100.000/lbr untuk memperoleh
sebidang tanah dengan nilai pasar Rp 30 juta

Tanah 30.000.000
Saham 20.000.000
Agio saham 10.000.000
Metode akuntansi

Besarnya hak Hak kendali / Metode


Kepemilikan besarnya pengaruh akuntansi
Diatas 50% Hak kendali Laporan
konsolidasi
20% sd 50% Pengaruh penting Metode
ekuitas
Dibawah 20% Tidak ada pengaruh Metode biaya
penting
Pembelian saham
Perbandingan Cost & Equity Method

Metode Biaya Metode Ekuitas


Pembelian 5.000 lbr saham dengan harga Rp 20.000
Investasi saham 100.000.000 Investasi saham 100.000.000
Kas 100.000.000 Kas 100.000.000
Diterima deviden
Perbandingan Cost & Equity Method

Metode Biaya Metode Ekuitas


Diterima deviden Rp 800/lbr
Kas 4.000.000 Kas 4.000.000
Pendapatan deviden 4.000.000 investasi 4.000.000
Mengumumkan laba
Perbandingan Cost & Equity Method
Metode Biaya Metode Ekuitas
Mengumumkan laba tahun berjalan Rp 60.000.000
Tidak dijurnal Investasi saham 12.000.000
Pendapatan investasi 12.000.000

(20% x 60.000.000)
Bukan Objek Pajak
pasal 4 ayat (3) huruf c
◼ harta termasuk setoran tunai yang diterima
oleh badan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti
saham atau sebagai pengganti penyertaan
modal;
Objek Pajak
Pasal 4 ayat (1) huruf d
◼ keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk :
❑ keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan,
dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;
❑ keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu,
atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan
lainnya;
❑ keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama
dan dalam bentuk apa pun;
❑ keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam
garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan
pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang
pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak
ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan
di antara pihak-pihak yang bersangkutan; dan
❑ keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh
hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau
permodalan dalam perusahaan pertambangan;
Pasal 10(5)
◼ Penyertaan Wajib Pajak dalam permodalan suatu badan dapat dipenuhi dengan
setoran tunai atau pengalihan harta.
◼ Ketentuan ini mengatur tentang penilaian harta yang diserahkan sebagai pengganti
saham atau penyertaan modal dimaksud, yaitu dinilai berdasarkan nilai pasar dari
harta yang dialihkan tersebut.
◼ Contoh:
◼ Wajib Pajak X menyerahkan 20 unit mesin bubut yang nilai bukunya adalah Rp
25.000.000,00 kepada PT Y sebagai pengganti penyertaan sahamnya dengan nilai
nominal Rp 20.000.000,00.
◼ Harga pasar mesin-mesin bubut tersebut adalah Rp40.000.000,00. Dalam hal ini PT
Y akan mencatat mesin bubut tersebut sebagai aktiva dengan nilai Rp 40.000.000,00
dan sebesar nilai tersebut bukan merupakan penghasilan bagi PT Y.
◼ Selisih antara nilai nominal saham dengan nilai pasar harta, yaitu sebesar Rp
20.000.000,00 (Rp 40.000.000,00 - Rp 20.000.000,00) dibukukan sebagai agio. Bagi
Wajib Pajak X selisih sebesar Rp 15.000.000,00 (Rp 40.000.000,00 - Rp
25.000.000,00) merupakan Objek Pajak.
Deviden terselubung
◼ Apabila Wajib Pajak menjual harta dengan harga yang lebih tinggi dari
nilai sisa buku atau lebih tinggi dari harga atau nilai perolehan, selisih
harga tersebut merupakan keuntungan. Dalam hal penjualan harta
tersebut terjadi antara badan usaha dan pemegang sahamnya, harga
jual yang dipakai sebagai dasar untuk penghitungan keuntungan dari
penjualan tersebut adalah harga pasar.
◼ Misalnya, PT S memiliki sebuah mobil yang digunakan dalam kegiatan
usahanya dengan nilai sisa buku sebesar Rp 40.000.000,00 (empat
puluh juta rupiah). Mobil tersebut dijual dengan harga Rp 60.000.000,00
(enam puluh juta rupiah). Dengan demikian, keuntungan PT S yang
diperoleh karena penjualan mobil tersebut adalah Rp 20.000.000,00 (dua
puluh juta rupiah). Apabila mobil tersebut dijual kepada salah seorang
pemegang sahamnya dengan harga Rp 55.000.000,00 (lima puluh lima
juta rupiah), nilai jual mobil tersebut tetap dihitung berdasarkan harga
pasar sebesar Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah). Selisih
sebesar Rp 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) merupakan
keuntungan bagi PT S dan bagi pemegang saham yang membeli mobil
tersebut selisih sebesar Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah) merupakan
penghasilan.
Objek PPh Final Pasal 4 ayat (2)
huruf c
◼ penghasilan dari transaksi saham dan
sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi
penjualan saham atau pengalihan
penyertaan modal pada perusahaan
pasangannya yang diterima oleh perusahaan
modal ventura;
Contoh penjualan saham di luar bursa

◼ 2 Januari 2009 PT A membeli 1.000 lbr


saham PT B nilai nominal Rp 5.000/lbr sesuai
harga pasar Rp 60.000/lbr
◼ 2 Februari 2009 PT A menjual seluruh saham
tersebut dengan harga Rp 70.000/lbr
Contoh penjualan saham di bursa

◼ 2 Januari 2009 PT X membeli 1.000 lbr


saham PT Y yang diperdagangkan di bursa
efek nilai nominal Rp 5.000/lbr sesuai harga
pasar Rp 60.000/lbr
◼ 2 Februari 2009 PT Y menjual seluruh saham
tersebut dengan harga Rp 70.000/lbr
Deviden/bagian laba yang
bukan objek pajak
◼ Pasal 4 (3) f → dividen atau bagian laba yang diterima atau
diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri,
koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah,
dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan
bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat :
❑ dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan

❑ bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan


usaha milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham
pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua
puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;
◼ Pasal 4 (3) I → bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota
dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-
saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk
pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;
Pinjaman untuk membeli saham
penjelasan pasal 6 (1) a
◼ pinjaman yang dipergunakan untuk membeli
saham tidak dapat dibebankan sebagai biaya
sepanjang dividen yang diterimanya tidak
merupakan objek pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f. Bunga pinjaman
yang tidak boleh dibiayakan tersebut dapat
dikapitalisasi sebagai penambah harga
perolehan saham.
Deviden/bagian laba yang
bukan objek pajak
◼ Pasal 4 (3) k → penghasilan yang diterima atau
diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba
dari badan pasangan usaha yang didirikan dan
menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan
syarat badan pasangan usaha tersebut :
❑ merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang
menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
❑ dan sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.
Deviden objek pajak
pasal 4 (1) g
◼ dividen, dengan nama dan dalam bentuk
apapun, termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi;
Termasuk dividen
◼ pembagian laba baik secara langsung ataupun tidak langsung, dengan nama dan
dalam bentuk apapun;
◼ pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal yang disetor;
◼ pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran termasuk saham bonus
yang berasal dari kapitalisasi agio saham;
◼ pembagian laba dalam bentuk saham;
◼ pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran;
◼ jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yang diterima atau diperoleh
pemegang saham karena pembelian kembali saham-saham oleh perseroan yang
bersangkutan;
◼ pembayaran kembali seluruhnya atau sebagian dari modal yang disetorkan, jika
dalam tahun-tahun yang lampau diperoleh keuntungan, kecuali jika pembayaran
kembali itu adalah akibat dari pengecilan modal dasar (statuter) yang dilakukan
secara sah;
◼ pembayaran sehubungan dengan tanda-tanda laba, termasuk yang diterima sebagai
penebusan tanda-tanda laba tersebut;
◼ bagian laba sehubungan dengan pemilikan obligasi;
◼ bagian laba yang diterima oleh pemegang polis;
◼ pembagian berupa sisa hasil usaha kepada anggota koperasi;
◼ pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi pemegang saham yang
dibebankan sebagai biaya perusahaan.
penggabungan penghasilan berasal dari
luar negeri
◼ Laba Usaha/Business Profit → tahun pajak
diperolehnya penghasilan tsb (accrual basis)
◼ Penghasilan WPDN berupa deviden atas
penyertaan (sendiri/bersama dg WPDN lain)
50% atau lebih pd badan usaha di “tax heaven
country” → tahun pajak diperolehnya
penghasilan tsb (accrual basis)
◼ Penghasilan lainnya → tahun pajak diterimanya
penghasilan tsb (cash basis)
KMK Nomor 650/KMK.04/1994 (1)
Dividen tertentu (Pasal 18 ayat (2) UU PPh) adalah
dividen yang diperoleh WP dalam negeri yang:
◼ memiliki sekurang-kurangnya 50% dari jml saham yang
disetor pada badan usaha di luar negeri; atau
◼ secara bersama-sama dgn WP dalam negeri lainnya
memiliki sekurang-kurangnya 50% dari jumlah saham
yang disetor pada badan usaha di luar negeri
atas penyertaan modal pada badan usaha di beberapa
negara tertentu yang sahamnya tidak diperdagangkan
di bursa efek.
KMK Nomor 650/KMK.04/1994 (2)
Negara tertentu
◼ 1. Argentina 17. Macau
◼ 2. Bahama 18. Mauritius
◼ 3. Bahrain 19. Mexico
◼ 4. Balize 20. Nederland
◼ 5. Bermuda 21. Nikaragua
◼ 6. British Isle 22. Panama
◼ 7. British Virgin Island 23. Paraguay
◼ 8. Cayman Island 24. Peru
◼ 9. Channel Island Greensey 25. Qatar
◼ 10. Channel Island Jersey 26. St.Lucia
◼ 11. Cook Island 27. Saudi Arabia
◼ 12. El Salvador 28. Uruguay
◼ 13. Estonia 29. Venezuela
◼ 14. Hongkong 30. Vanuatu
◼ 15. Liechtenstein 31. Yunani
◼ 16. Lithuania 32. Zambia
KMK Nomor 650/KMK.04/1994 (3)

Saat perolehan dividen tertentu :


◼ Pada bulan ke empat setelah berakhirnya batas waktu
kewajiban penyampaian SPT Tahunan Pajak
Penghasilan badan usaha di luar negeri tersebut untuk
tahun pajak yang bersangkutan.
◼ Apabila di luar negeri tidak ada ketentuan batas waktu
penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan atau
tidak ada kewajiban penyampaian SPT Tahunan Pajak
Penghasilan, maka saat diperolehnya dividen ditetapkan
pada bulan ke tujuh setelah tahun pajak berakhir
AKUNTANSI
SELISIH KURS
Selisih
Kurs

Perbedaan Kurs
Transaction date >< Settlement date

Akuntansi Komersial Akuntansi Pajak


PSAK 10 Ps 4 (1) & 6 (1) PPh

Kurs tengah BI/


Penyelesaian suatu transaksi kurs sebenarnya
• Dalam satu periode akuntansi =
Laba (rugi) diakui pada
periode tsb
• Melewati satu periode =
Laba (rugi) diakui untuk setiap
periode → penilaian pada akhir
tahun dg kurs tengah BI
End of
Transaction periode Settlement
Date Date
1/6 31/12 1/6
08 08 09
Pengakuan Pengakuan
Kurs Laba (Rugi) Kurs Laba (Rugi) Kurs
Tengah BI
Selisih Kurs Per Siklus Transaksi
Pembelian

Pembelian Akhir Tahun Pelunasan


US$ 20.000 Kurs Kurs
Kurs 1 US$= 9200 US$ 1 = 9500 US$ 1 = 9300
31/12
1/11 31/1
08
08 09
Laba (Rugi)
Persediaan 184 jt Selisih Kurs Laba (Rugi)
Hutang 184 jt (9500-9200) x 20.000 Selisih Kurs
= (9300-9500) x 20.000
(6.000.000) =
4.000.000
Rugi sel kurs 6 jt Hutang 190 jt
Hutang 6 jt Bank 186 jt
Laba sel kurs 4 jt
Selisih Kurs Per Siklus Transaksi

Penjualan Akhir Tahun Pelunasan Pb ke R/K Rp


Kurs Kurs Kurs
Penjualan US$ 1 = 9500 US$ 1 = 9300 US$ 1 = 9400
US$ 20.000 31/12
Kurs 1 US$= 9200 15/2
08 31/1
09
1/11 09
08 Laba (Rugi) Laba (Rugi)
Selisih Kurs Laba (Rugi) Selisih Kurs
(9500-9200) x 20.000 Selisih Kurs (9400-9300) x 20.000
Piutang 184 jt = (9300-9500) x 20.000 =
Penjualan 184 jt 6.000.000 = 2.000.000
(4.000.000) Bank Rp 188 jt
Piutang 6 jt
Bank $ 186 jt
Laba sel kurs 6 jt Bank $ 186 jt
Laba sel kurs 2 jt
Rugi sel kurs 4 jt
Piutang 190 jt
Selisih Kurs Per Siklus Transaksi

Hutang Bank
Hutang Bank Akhir Tahun Pembayaran
US$ 200.000 Kurs bunga
Bunga 5%/th US$ 1 = 9.500 Kurs
Kurs 1 US$= 9.200 US$ 1 = 9.300

1/7 31/12 30/6


08 08 09
• Laba (Rugi) SelKurs
• Laba (Rugi) SelKurs (9300-9500) x 5000
(9500-9200) x 200.000 = 1.000.000
= (60.000.000) • B. bunga = $ 200 x 5%/2
• B. bunga = $ 200.000 x 5%/2 = $ 5.000
= $ 5.000 5.000 x 9.300 = 46,5 jt
5.000 x 9.500 = 47,5 jt
B. Bunga 46,5
Rugi S. kurs 60 jt
Bank 1.840 jt H. Bunga 47,5
H. Bank 60 jt
H. Bank 1.840 jt Laba S kurs 1 jt
B. Bunga 47,5 jt
Bank 93 jt
H. bunga 47,5 jt
AKUNTANSI
PAJAK PENGHASILAN
(PSAK 46)
PERBEDAAN PAJAK DAN AKUNTANSI
PSAK UNDANG2

AKUNTANSI PAJAK
PERBEDAAN
PPh
Terutang
BEDA BEDA
TETAP WAKTU

Pajak
Tangguhan

Pajak Kini
Karakteristik Pembukuan menurut UU Pajak
(Pasal 28 UU KUP)

1 Iktikad baik dan mencerminkan keadaan sebenarnya Ps 28


ayat (3)

Diselenggarakan di Indonesia, huruf latin, angka


2 Arab, mata uang Rupiah, bahasa Indonesia atau Ps 28
bahasa asing yang diizinkan Menteri Keuangan ayat (4)

3 Taat asas dan dengan Stelsel Akrual atau Stelsel Kas Ps 28


ayat (5)

Catatan atas: harta, kewajiban, modal, penghasilan


4 dan biaya, serta penjualan dan pembelian Ps 28
ayat (7)

Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, kecuali


5 peraturan perpajakan menentukan lain
Ps 28
ayat (7)
penjelasan

Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan


6 mata uang selain rupiah dapat diselenggarakan Ps 28
setelah mendapat izin Menteri Keuangan ayat (8)

Ps 28
7 Wajib disimpan selama 10 tahun di Indonesia ayat (11)
Kerangka Beban Pajak

Beban Pajak.

Pajak Kini. Pajak Tangguhan.

Aset Pajak Tangguhan. Liabilitas Pajak


Tangguhan.

Akibat perbedaan Akibat kompensasi Akibat perbedaan


temporer yang dapat kerugian. temporer kena pajak.
dikurangkan.
REKONSILIASI FISKAL

BEDA TETAP BEDA WAKTU


KOMERSIAL FISKAL Perbedaan periode
•Bukan Objek Pajak pengakuan penghasilan
Penghasilan •Dikenakan PPh Final dan
alokasi pembebanan
Bukan
Objek Pajak
Penghasilan

Biaya Bukan Biaya

Bukan Biaya Biaya


Berpengaruh pada
tahun berjalan dan
Tahun mendatang

Berpengaruh pada tahun berjalan


Klasifikasi Penghasilan

Penghasilan

Dikecualikan dari
Objek Pajak Objek Pajak

Dikenai
Tarif Ps. 17

Dikenai PPh
Bersifat Final
PENGHASILAN MENURUT PAJAK DAN PELAPORANNYA
DALAM SPT TAHUNAN PPh

Penghasilan
(income/revenue)

Objek PPh Objek PPh Final Dikecualikan


Psl. 4 (1) Psl. 4 (2) dari Objek PPh
Psl. 4 (3)

Sesuai UU Tidak
Sesuai UU

over under

Koreksi negatif Koreksi Koreksi Koreksi


positif negatif negatif

Page ▪ 184
Beda Tetap Beda Tetap
Penghasilan Secara Umum
Jenis Penghasilan (Pasal 4 ayat (1))

Page ▪ 186
Jenis Penghasilan

Page ▪ 187
Jenis Penghasilan

Page ▪ 188
Jenis Penghasilan

Page ▪ 189
Jenis Penghasilan

Page ▪ 190
Penghasilan Yang Dikenai
Pajak Final
Konsekuensi Pengenaan PPh Final

biaya-biaya
terkait tidak
dapat menjadi
pengurang

pajak yang
dibayar tidak
dapat
dikreditkan
penghasilan
tidak dihitung
kembali pada
saat penghitungan
pajak akhir tahun

Page ▪ 192
Penghasilan Dikenai Pajak Bersifat Final (1)
No Jenis Tarif DPP Peraturan
Penghasilan
1 Bunga deposito, 20% Jumlah Bruto PP 131/2000
tabungan, &
diskonto SBI
2 Hadiah Undian 25% Jumlah Bruto PP 132/2000
3 Bunga simpanan •0% (s.d Rp 240.000) Jumlah Bruto PP 15/2009
Koperasi •10% (> Rp 240.000)
4 Bunga Obligasi Bunga Obligasi jumlah bruto bunga PP16/2009
•15% (WP DN dan BUT)
•20%/tarif P3B (WP LN)
diskonto dari Obligasi dengan kupon selisih lebih harga
•15% (WP DN dan BUT) jual/nilai nominal di
•20%/tarif P3B (WP LN) atas harga perolehan
(bunga)
diskonto dari Obligasi tanpa bunga selisih lebih harga jual
•15% (WP DN dan BUT) /nilai nominal di atas
•20%/tarif P3B (WP LN) harga perolehan /
bunga dan/atau diskonto dari Obligasi yang
diterima dan/atau diperoleh Wajib Pajak
reksadana yang terdaftar pada Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan
•0% 2009 – 2010
Page ▪ 193 •5% 2011 – 2013
•15% 2014
Penghasilan Dikenai Pajak Bersifat Final (2)

No Jenis Tarif DPP Peraturan


Penghasilan
5 Penjualan Saham di 0,1% Jumlah Bruto PP 14/1997
Bursa Efek

0,5% tambahan untuk saham pendiri Jumlah Bruto


6 Pengalihan Tanah dan 2.5% Jumlah Bruto nilai PP 34/2016
atau bangunan bagi pengalihan atau
OP/yayasan dan
NJOP mana yang
organisasi sejenisyang
usaha pokoknya lebih tinggi
melakukan transaksi
pengalihan hak atas
tanah dan/atau
bangunan
7 Persewaan Tanah 10% Jumlah Bruto PP 5/ 2002
atau Bangunan
8 Jasa Konstruksi •Pelaksana 2% (kualifikasi us. kecil) PP40/2009 jo
•Pelaksana 4% (tidak memiliki PP 51/2008
kualifikasi usaha)
•Pelaksana 3% (untuk selain a dan b)
•Perencana/Pengawas 4% (memiliki
kualifikasi usaha)
•Perencana/Pengawas 6% (tidak
Page ▪ 194 memiliki kualifikasi usaha)
Penghasilan Yang Dikecualikan
dari Objek Pajak
Dikecualikan dari Objek Pajak (1)

a.1 bantuan atau sumbangan, termasuk zakat

Sepanjang tidak ada hubungan kerja, usaha, kepemilikan,


penguasaan

a.2 harta hibahan

Diterima keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu


derajat, badan keagamaan, pendidikan, sosial, yayasan, koperasi

b warisan

harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh


c badan sebagai pengganti saham atau sebagai
pengganti penyertaan modal
Page ▪ 196
Dikecualikan dari Objek Pajak (2)

Penggantian/imbalan sehubungan dengan


d pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh
dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan

e pembayaran perusahaan asuransi kepada OP:


asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi
jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa

dividen /bagian laba yang diterima /diperoleh PT


f sebagai WPDN, koperasi, BUMN, atau BUMD, dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan
dan bertempat kedudukan di Indonesia
• Dari R/E
• PT/BUMN/BUMD minimal memiliki 25% saham

g iuran yang diterima/diperoleh dana pensiun yang


pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan
Page ▪ 197
Dikecualikan dari Objek Pajak (3)

penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana


h pensiun, dalam bidang-bidang tertentu yang
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan

bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota


dari perseroan komanditer yang modalnya tidak
terbagi atas saham-saham, persekutuan,
i perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk
pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif

-
j

penghasilan yang diterima /diperoleh perusahaan


modal ventura berupa bagian laba dari badan
k pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan
usaha atau kegiatan di Indonesia

• perusahaan mikro, kecil, menengah/ di sektor usaha tertentu


Page ▪ 198 • sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia
Dikecualikan dari Objek Pajak (3)

l beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu


yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau


lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang
pendidikan dan/atau bidang penelitian dan
pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang
m membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam
bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan
dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka
waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya
sisa lebih tersebut

bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh


Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada
n Wajib Pajak tertentu

Page ▪ 199
Rekonsiliasi Fiskal Biaya
Beban
(cost/expense)

Dapat Dikurangkan Tidak dapat dikurangkan


Psl.6 (1) Ps.9 (1)

Sesuai UU Tidak Sesuai UU

over under

Koreksi Koreksi Koreksi


positif negatif positif

Page ▪ 201
Biaya Yang Diperbolehkan Menjadi
Pengurang Penghasilan Bruto
(Deductable)
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (1)

A
biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan
kegiatan usaha, antara lain:
1. biaya pembelian bahan;
2. biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji,
honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam
bentuk uang;
3. bunga, sewa, dan royalti;
4. biaya perjalanan;
5. biaya pengolahan limbah;
6. premi asuransi;
7. biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;
8. biaya administrasi; dan
9. pajak kecuali Pajak Penghasilan;

Page ▪ 203
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (2)

penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta


berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh
B
hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
dan Pasal 11A

C iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan


oleh Menteri Keuangan;

kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang


D dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan

Page ▪ 204
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (3)

E kerugian selisih kurs mata uang asing;

biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang


F dilakukan di Indonesia

G biaya beasiswa, magang, dan pelatihan

Page ▪ 205
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (4)

piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih


H dengan syarat:

1. telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi


komersial;
2. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak
dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan
3. telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan
Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang
negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan
piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan
umum atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa
utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu;
4. syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku
untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k;
yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

Page ▪ 206
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (5)

sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional


I yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;

sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang


J dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah;

biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya


K
diatur dengan Peraturan Pemerintah

Page ▪ 207
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (6)

sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur


L dengan Peraturan Pemerintah; dan

sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang


M ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah

Page ▪ 208
Biaya Yang Tidak Diperbolehkan
Menjadi Pengurang Penghasilan
Bruto (Non-Deductable)
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (1)

A pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti


dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi
kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk


B kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau
anggota;

Page ▪ 210
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (2)

C pembentukan atau pemupukan dana cadangan,


kecuali:
• cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha
lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi,
perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak
piutang;
• cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial
yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
• cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
• cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
• cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
• cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan
limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri, yang
ketentuan dan syarat-syaratnya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;

Page ▪ 211
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (3)

premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi


dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi,
kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai
D
penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan;

penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa


yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali
E penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta
penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di
daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

F jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada


pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan
istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan;
Page ▪ 212
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (4)

harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan


warisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3)
huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan
huruf m serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
G lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib
bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima
oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah;

H Pajak Penghasilan

Page ▪ 213
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (5)

biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan


I pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi
tanggungannya;

gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau


J perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;

sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta


sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan
K
pelaksanaan perundangundangan di bidang perpajakan.

Page ▪ 214
BEDA TETAP

Komersial Fiskal Contoh

Biaya Bukan Biaya Biaya sumbangan, biaya sanksi perpajakan


Biaya
Bukan Biaya Biaya -
Penghasilan yang
Penghasilan dikenakan PPh Final/ Bunga deposito
Penghasilan Bukan Objek
Bukan Tambahan Kekayaan Neto yang belum
Penghasilan
Penghasilan dikenakan pajak
BEDA WAKTU

Komersial Fiskal Contoh


Pembentukan penyisihan atas piutang tak
tertagih (cadangan piutang) dibebankan
Sudah diakui Belum diakui sebagai biaya untuk tujuan akuntansi,
sedangkan untuk tujuan fiskal baru diakui pada
Biaya
saat piutang benar-benar dihapuskan.
Penyusutan/amortisasi fiskal lebih besar dari
Belum diakui Sudah diakui penyusutan/amortisasi yang dibebankan untuk
tujuan komersial

untuk tujuan akuntansi pengakuan pendapatan


Sudah diakui Belum diakui atas penyertaan (investment in shares) >= 20%
diakui dgn menggunakan equity method

Penghasilan keuntungan karena ”sale and leaseback” diakui


sebagai keuntungan tahun berjalan untuk
Belum diakui Sudah diakui tujuan fiskal, sedangkan untuk tujuan akuntansi
diakui melalui proses amortisasi.
PERBEDAAN PAJAK DAN AKUNTANSI
PSAK UNDANG2

AKUNTANSI PAJAK
PERBEDAAN
PPh
Terutang
BEDA BEDA
TETAP WAKTU

Pajak
Tangguhan

Pajak Kini
Pengaruh Beda Waktu Terhadap Pajak Terutang
2009 2010 2011 2012 2013 Jumlah
KOMERSIAL
Penghasilan 800 800 800 800 800 4000
Biaya
- Lain-lain 500 500 500 500 500 2500
- PENYUSUTAN 80 80 80 80 80 400
Laba 220 220 220 220 220 1100
PAJAK 55 55 55 55 55 275
FISKAL
Penghasilan 800 800 800 800 800 3200
Biaya
- Lain-lain 500 500 500 500 500 2500
- PENYUSUTAN 100 100 100 100 0 400
Laba 200 200 200 200 300 1100
PAJAK 50 50 50 50 75 275
Pajak Tangguhan 5 5 5 5 -20 0
Penyusutan berasal dari Aset dengan cost 400
secara komersial, masa manfaat ditaksir 5 tahun
secara fiskal masuk kelompok 1 (4 tahun)
DEFFERED TAX LIABILITIES (DTL)

DTL merefleksikan adanya “future tax liability” dalam


bentuk kenaikan PPh terutang pada periode
mendatang sebagai akibat adanya ”taxable temporary
difference” pada tanggal neraca

Laba fiskal saat ini < laba Laba fiskal yad > laba
akuntansi saat ini akuntansi yad
DEFFERED TAX LIABILITIES (DTL)

JURNAL

Tax Expense xxx


Income Tax Payable xxx
Deffered Tax Liabilities xxx
DEFFERED TAX LIABILITIES (DTL)
2009 2010 2011 2012 2013 Jumlah
KOMERSIAL
Penghasilan 800 800 800 800 800 4000
Biaya
- Lain-lain 500 500 500 500 500 2500
- PENYUSUTAN 80 80 80 80 80 400
Laba 220 220 220 220 220 1100
PAJAK 55 55 55 55 55 275
FISKAL
Penghasilan 800 800 800 800 800 3200
Biaya
- Lain-lain 500 500 500 500 500 2500
- PENYUSUTAN 100 100 100 100 0 400
Laba 200 200 200 200 300 1100
PAJAK 50 50 50 50 75 275
Pajak Tangguhan 5 5 5 5 -20 0

2009-2012
Tax Expense 55
Income Tax Payable 50
Deffered Tax Liabilities 5
DEFFERED TAX LIABILITIES (DTL)
2009 2010 2011 2012 2013 Jumlah
KOMERSIAL
Penghasilan 800 800 800 800 800 4000
Biaya
- Lain-lain 500 500 500 500 500 2500
- PENYUSUTAN 80 80 80 80 80 400
Laba 220 220 220 220 220 1100
PAJAK 55 55 55 55 55 275
FISKAL
Penghasilan 800 800 800 800 800 3200
Biaya
- Lain-lain 500 500 500 500 500 2500
- PENYUSUTAN 100 100 100 100 0 400
Laba 200 200 200 200 300 1100
PAJAK 50 50 50 50 75 275
Pajak Tangguhan 5 5 5 5 -20 0

2013
Tax Expense 55
Deffered Tax Liabilities 20
Income Tax Payable 75
Pemulihan
Pajak tangguhan
75

Pajak
tangguhan
Jumlah pajak

55

50

Periode waktu
Pengaruh Beda Waktu Terhadap Pajak Terutang
2009 2010 2011 2012 Jumlah
KOMERSIAL
Penghasilan 800 800 800 800 3200
Biaya
- Lain-lain 500 500 500 500 2000
- PENYUSUTAN 200 200 400
Laba 100 100 300 300 800
PAJAK 25 25 75 75 200
FISKAL
Penghasilan 800 800 800 800 3200
Biaya
- Lain-lain 500 500 500 500 2000
- PENYUSUTAN 100 100 100 100 400
Laba 200 200 200 200 800
PAJAK 50 50 50 50 200
Pajak Tangguhan 25 25 -25 -25 0
Penyusutan berasal dari Aset dengan cost 400
secara komersial, masa manfaat ditaksir 2 tahun
secara fiskal masuk kelompok 1 (4 tahun)
DEFFERED TAX ASSET (DTA)

DTA merefleksikan adanya jumlah PPh yang dapat


diperoleh kembali(refundable) pada periode
mendatang sebagai akibat adanya“deductible
temporary differences”

Laba fiskal saat ini > laba Laba fiskal yad < laba
akuntansi saat ini akuntansi yad
DEFFERED TAX ASSET (DTA)

JURNAL

Tax Expense xxx


Deffered Tax Asset xxx
Income Tax Payable xxx
DEFFERED TAX ASSET (DTA)
2009 2010 2011 2012 Jumlah
KOMERSIAL
Penghasilan 800 800 800 800 3200
Biaya
- Lain-lain 500 500 500 500 2000
- PENYUSUTAN 200 200 400
Laba 100 100 300 300 800
PAJAK 25 25 75 75 200
FISKAL
Penghasilan 800 800 800 800 3200
Biaya
- Lain-lain 500 500 500 500 2000
- PENYUSUTAN 100 100 100 100 400
Laba 200 200 200 200 800
PAJAK 50 50 50 50 200
Pajak Tangguhan 25 25 -25 -25 0

2009
Tax Expense 25
Deffered Tax Asset 25
Income Tax Payable 50
DEFFERED TAX ASSET (DTA)
2009 2010 2011 2012 Jumlah
KOMERSIAL
Penghasilan 800 800 800 800 3200
Biaya
- Lain-lain 500 500 500 500 2000
- PENYUSUTAN 200 200 400
Laba 100 100 300 300 800
PAJAK 25 25 75 75 200
FISKAL
Penghasilan 800 800 800 800 3200
Biaya
- Lain-lain 500 500 500 500 2000
- PENYUSUTAN 100 100 100 100 400
Laba 200 200 200 200 800
PAJAK 50 50 50 50 200
Pajak Tangguhan 25 25 -25 -25 0

2010
Tax Expense 25
Deffered Tax Asset 25
Income Tax Payable 50
DEFFERED TAX ASSET (DTA)
2009 2010 2011 2012 Jumlah
KOMERSIAL
Penghasilan 800 800 800 800 3200
Biaya
- Lain-lain 500 500 500 500 2000
- PENYUSUTAN 200 200 400
Laba 100 100 300 300 800
PAJAK 25 25 75 75 200
FISKAL
Penghasilan 800 800 800 800 3200
Biaya
- Lain-lain 500 500 500 500 2000
- PENYUSUTAN 100 100 100 100 400
Laba 200 200 200 200 800
PAJAK 50 50 50 50 200
Pajak Tangguhan 25 25 -25 -25 0

2011
Tax Expense 75
Income Tax Payable 50
Deffered Tax Asset 25
DEFFERED TAX ASSET (DTA)
2009 2010 2011 2012 Jumlah
KOMERSIAL
Penghasilan 800 800 800 800 3200
Biaya
- Lain-lain 500 500 500 500 2000
- PENYUSUTAN 200 200 400
Laba 100 100 300 300 800
PAJAK 25 25 75 75 200
FISKAL
Penghasilan 800 800 800 800 3200
Biaya
- Lain-lain 500 500 500 500 2000
- PENYUSUTAN 100 100 100 100 400
Laba 200 200 200 200 800
PAJAK 50 50 50 50 200
Pajak Tangguhan 25 25 -25 -25 0

2012
Tax Expense 75
Income Tax Payable 50
Deffered Tax Asset 25
Pajak Pemulihan
tangguhan Pajak tangguhan

75
Jumlah pajak

50

25

Periode waktu
CONTOH SOAL

PT Pingin Pulang yang bergerak di bidang perdagangan


umum tahun buku 2010 memperoleh laba bersih
sebelum pajak sebesar Rp 185.643.000,- Didalam laba
tersebut sudah termasuk pembentukan cadangan
piutang tak tertagih, dimana perusahaan memperkirakan
2,5% dari penjualan kredit tidak akan tertagih.

Jika Total Penjualan Rp 1.550.000.000,- diantaranya


terdapat penjualan tunai sebesar Rp 560.000.000,-
Bagaimana perusahaan mencatat kejadian ini?
CONTOH SOAL

Total Penjualan 1,550,000,000

Penjualan Tunai 560,000,000

Penjualan Kredit 990,000,000

Laba Bersih Sebelum Pajak


(secara komersial) 185,643,000 Koreksi Fiskal dari
Pembentukan Penyisihan
Piutang
Koreksi Fiskal (Positif) 24,750,000
2,5% x Rp 990.000.000 =
Rp 24.750.000
Laba Fiskal 210,393,000

PPh Terutang 52,598,250


CONTOH SOAL

Akuntansi Fiskal
Laba 185,643,000 210,393,000
PPh 46,410,750 52,598,250

Tax Payable 52,598,250


Tax Expense 46,410,750
DTA 6,187,500

JURNAL
Tax Expense 46,410,750
Deffered Tax Asset 6,187,500
Income Tax Payable 52,598,250
LOGO

LOGO

Anda mungkin juga menyukai