Anda di halaman 1dari 21

PPN USAHA DI BIDANG JASA

BIRO PERJALANAN

DASAR HUKUM
• UU PPN NO 42 TAHUN 2009
• PMK Nomor 121/PMK.03/2015
• SE-18/PJ.3/1989
DASAR HUKUM
1

UU PPN NO 42 Pada hakikatnya semua Barang dan Jasa yang


dikonsumsi di Indonesia terutang PPN, kecuali
TAHUN 2009 dinyatakan lain dalam UU PPN

PMK Nomor Menentapkan DPP atas Penyerahan Jasa Biro


Perjalanan adalah NILAI LAIN
121/PMK.03/2015
PMK NO.121/PMK.03/2015 mulai berlaku pada 1 Juli 2015.

3 Memberikan Penjelasan tentang Kegiatan-


Kegiatan yang termasuk dalam Jasa Biro
SE-18/PJ.3/1989 Perjalanan dan Nilai Lain sebagai DPP seperti
dimaksud dalam PMK No.121/PMK.03 Tahun
2015
DUA KELOMPOK KEGIATAN USAHA
PERUSAHAAN PERJALANAN
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 18/PJ.3/1989 TENTANG PENGENAAN PPN ATAS
JASA PERUSAHAAN PERJALANAN SERI PPN - 140

1 2

KEGIATAN KEGIATAN
YANG
DILAKUKAN AGEN
OLEH BIRO PERJALANAN
PERJALANAN
UMUM
Kelompok Kegiatan Usaha Perusahaan Perjalanan Tercantum pada point 2 SE - 18/PJ.3/1989
KEGIATAN YANG DILAKUKAN OLEH BIRO PERJALANAN UMUM
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 18/PJ.3/1989 TENTANG PENGENAAN PPN ATAS JASA PERUSAHAAN PERJALANAN SERI PPN -
140

a. Membuat dan menjual produk Biro Perjalanan Umum sendiri yang berupa
• Paket Wisata,
• Komponen dari Paket Wisata terdiri dari
• tiket pesawat, akomodasi termasuk makan, angkutan darat/laut, jasa tour
atau tour services (terdiri dari: menjemput dan mengantar tamu atau
meeting service, mengurus dokumen re-ekspor barang atau handling service,
dan jasa pendamping/penunjuk jalan atau guide service serta tontonan atau
performance service);

b. Menjualkan produk pihak lain seperti


• Paket Wisata luar negeri,
• tiket pesawat, kapal dan
• mengurus dokumen perjalanan dsb.;

c. Mengorganisir konperensi atau Professional Conference Organizer (PCO);

Kelompok Kegiatan Usaha Perusahaan Perjalanan Tercantum pada point 2 (2.1) SE - 18/PJ.3/1989
KEGIATAN AGEN PERJALANAN
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 18/PJ.3/1989 TENTANG PENGENAAN PPN ATAS JASA PERUSAHAAN PERJALANAN SERI PPN -
140

a. Menjual produk pihak lain seperti menjual Paket


Wisata dalam maupun luar negeri, tiket pesawat,
angkutan laut maupun kereta api dsb.;

b.Mengurus dokumen
perjalanan dsb

Kelompok Kegiatan Usaha Perusahaan Perjalanan Tercantum pada point 2 (2.2) SE - 18/PJ.3/1989
PENEGASAN DASAR PENGENAAN PAJAK
USAHA BIRO PERJALANAN
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 18/PJ.3/1989 TENTANG PENGENAAN PPN ATAS JASA PERUSAHAAN PERJALANAN SERI PPN -
140

Dasar Pengenaan Pajak atas penyerahan Jasa Kena Pajak menurut Pasal 1
huruf p adalah penggantian yakni:

Nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau


seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan jasa, TIDAK
TERMASUK PAJAK yang dipungut menurut Undang-Undang PPN 1984
dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.

Artinya tidak termasuk PPN yang dipungut MENURUT UU PPN atas BKP atau JKP
yang termasuk dalam paket wisata, yang mana sebenarnya terutang PPN,
misalnya tiket pesawat dalam negeri.

Dan juga tidak termasuk potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak.

Penjelasan tentang DPP Tercantum pada point 4 (4.1) SE - 18/PJ.3/1989


PENEGASAN DASAR PENGENAAN PAJAK
USAHA BIRO PERJALANAN
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 18/PJ.3/1989 TENTANG PENGENAAN PPN ATAS JASA PERUSAHAAN PERJALANAN SERI PPN - 140

Namun demikian mengingat jasa Perusahaan Perjalanan ini


mempunyai sifat yang khusus yang antara lain
• menjualkan produk berupa jasa yang dikecualikan dari PPN,
• jasa yang sudah dikenakan PPN atau
• jasa yang akan dikonsumsi di luar negeri
Maka menerapkan Pasal 1 huruf p secara harfiah akan menyebabkan
ketidakadilan serta menyebabkan persaingan yang tidak sehat yang bertentangan
dengan asas netralitas yang dianut PPN.

Seperti diketahui jasa angkutan udara dalam negeri telah dikenakan PPN atas
seluruh harga tiket termasuk komisi untuk Biro Perjalanan,

sedang jasa hotel, jasa angkutan darat/laut dikecualikan dari PPN.

Sementara itu Paket Wisata luar negeri yang dijual di Indonesia pada dasarnya jasa
tersebut akan dikonsumsi di luar negeri.

Penjelasan tentang DPP Tercantum pada point 4 (4.1) SE - 18/PJ.3/1989


PENEGASAN DASAR PENGENAAN PAJAK
USAHA BIRO PERJALANAN
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 18/PJ.3/1989 TENTANG PENGENAAN PPN ATAS JASA PERUSAHAAN PERJALANAN SERI PPN - 140

Sehubungan dengan itu


• untuk menghilangkan keraguan dan
• agar ada keseragaman dalam perhitungan PPN yang terutang
• serta untuk menghindarkan pengenaan pajak berganda
• dan menghindarkan pengenaan jasa yang seharusnya tidak terutang
PPN

maka ditetapkan pengaturan sebagai berikut:

Dasar Pengenaan Pajak:


• Dasar Pengenaan Pajak atas penjualan Paket Wisata baik dalam atau luar negeri, dan
penjualan produk pihak lain seperti jasa angkutan udara/laut dan darat ditetapkan sebesar 10%
dari nilai peredaran atau omzet (nilai invoice) tidak termasuk omzet dari penjualan tiket
angkutan udara dalam negeri.
• Dasar Pengenaan Pajak untuk kegiatan lainnya seperti pengurusan dokumen perjalanan,
mengorganisir konperensi (PCO) adalah seluruh nilai peredaran atau omzet (nilai invoice)
dikurangi dengan pungutan yang dibayar kepada Instansi Pemerintah yang besarnya sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

Penjelasan tentang DPP Tercantum pada point 4 (4.1) SE - 18/PJ.3/1989


PENEGASAN DASAR PENGENAAN PAJAK
USAHA BIRO PERJALANAN
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 18/PJ.3/1989 TENTANG PENGENAAN PPN ATAS JASA PERUSAHAAN PERJALANAN SERI PPN - 140

Sehubungan dengan itu


• untuk menghilangkan keraguan dan
• agar ada keseragaman dalam perhitungan PPN yang terutang
• serta untuk menghindarkan pengenaan pajak berganda
• dan menghindarkan pengenaan jasa yang seharusnya tidak terutang PPN

maka ditetapkan pengaturan sebagai berikut:

Dasar Pengenaan Pajak:


• Dasar Pengenaan Pajak atas penjualan Paket Wisata baik dalam atau luar negeri, dan penjualan produk pihak lain seperti jasa
angkutan udara/laut dan darat ditetapkan sebesar 10% dari nilai peredaran atau omzet (nilai invoice) tidak termasuk omzet
dari penjualan tiket angkutan udara dalam negeri.
• Dasar Pengenaan Pajak untuk kegiatan lainnya seperti pengurusan dokumen perjalanan, mengorganisir konperensi (PCO)
adalah seluruh nilai peredaran atau omzet (nilai invoice) dikurangi dengan pungutan yang dibayar kepada Instansi Pemerintah
yang besarnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

PENJELASAN TENTANG PAJAK MASUKAN


Perhitungan Dasar Pengenaan Pajak tersebut di atas sudah memperhitungkan
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan. Dengan demikian maka Pajak Masukan dari
Biro Perjalanan Umum maupun Agen Perjalanan tersebut tidak dapat dikreditkan lagi
dan oleh karenanya tidak diperkenankan untuk dibebankan sebagai biaya
perusahaan.

Penjelasan tentang DPP Tercantum pada point 4 (4.1) SE - 18/PJ.3/1989


PERHITUNGAN PPN YANG TERUTANG DAN HARUS
DISETOR USAHA BIRO PERJALANAN
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 18/PJ.3/1989 TENTANG PENGENAAN PPN ATAS JASA PERUSAHAAN PERJALANAN SERI PPN - 140

ATAS KEGIATAN PENJUALAN PAKET WISATA

PPN = 10% x 10% (nilai invoice - tiket angkutan udara dalam negeri) = Rp. X

ATAS KEGIATAN LAINNYA SEPERTI PCO

PPN = 10% x (nilai invoice - Pungutan yang dibayar kepada Instansi Pemerintah) = Rp. Y

SEHINGGA PPN YANG AKAN DISETOR ADALAH


PPN ATAS KEGIATAN PENJUALAN PAKET WISATA = Rp xxx
PPN ATAS KEGIATAN LAINNYA SEPERTI PCO = Rp yyy +
PPN YANG HARUS DISETOR = ...............

Penjelasan tentang DPP Tercantum pada point 4 (4.2) SE - 18/PJ.3/1989


FAKTUR PAJAK YANG DIBUAT OLEH PKP USAHA
BIRO PERJALANAN
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 18/PJ.3/1989 TENTANG PENGENAAN PPN ATAS JASA PERUSAHAAN PERJALANAN SERI PPN - 140

Karena penerima Jasa Perusahaan Perjalanan pada


umumnya konsumen perorangan maka kepada
Perusahaan Pelayaran ini diizinkan membuat Faktur
Pajak Sederhana yang dapat berupa business invoice
yang bersangkutan atau kwitansi.

Penjelasan tentang Jenis Faktur Pajak Usaha Biro Perjalanan Usaha Tercantum
pada point 5 SE - 18/PJ.3/1989
SAAT TERUTANG PPN USAHA BIRO PERJALANAN
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 18/PJ.3/1989 TENTANG PENGENAAN PPN ATAS JASA PERUSAHAAN PERJALANAN SERI PPN - 140

• Saat terutangnya PPN adalah pada saat penagihan atau saat penerbitan invoice,
yang sekaligus berfungsi sebagai Faktur Pajak Sederhana.

• Oleh karena itu saat penyetoran PPN selambat-lambatnya adalah tanggal 15


bulan berikutnya setelah diterbitkannya invoice tersebut,

• sedang saat melaporkan perhitungan PPN dengan SPT Masa PPN adalah
selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya setelah diterbitkannya invoice.

Penjelasan tentang Saat Terutang PPN Usaha Biro Perjalanan Usaha Tercantum
pada point 6 SE - 18/PJ.3/1989
CONTOH KASUS 1- PPN USAHA JASA PAKET WISATA
PT Super memberikan pelayanan paket wisata kepada PT Duper
Diketahui:
PT Super menyampaikan tagihan sebagai berikut:
• Nilai tangihan PAKET WISATA yang terdapat pada invoice adalah Rp300.000.000
• Nilai tagihan tersebut (termasuk harga tiket pesawat dalam negeri sebesar Rp100.000.000)

Pertanyaan:
Berapa besar PPN yang harus di pungut oleh PT Super atas penyerahan jasa Paket wisata tersebut?

Jawab:
Seperti yang telah ditegas pada SURAT EDARAN DIRJEN PAJAK NOMOR SE - 8/PJ.3/1989 point 4
(4.2), bahwa besarnya DPP atas kegiatan penjualan paket WISATA adalah 10% x (Nilai Invoice
yang tidak termasuk dengan tiket pesawat dalam Negeri), maka besar PPN yang harus dipungut
oleh PT Super adalah sebagai berikut:

PPN = 10% x {10% x ( Rp300.000.000 – Rp100.000.000)}


PPN = 10% x Rp20.000.000
PPN = Rp2.000.000

Sehingga, besarnya kas yang harus dibayarkan oleh PT Duper atas pembelian paket wisata tersebut
adalah sebesar Rp302.000.000 yang diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut:
Nilai Tagihan Paket Wisata DITAMBAH dengan PPN atas Penyerahan Paket WISATA
= Rp300.000.000 + Rp2.000.000 = Rp302.000.000
CONTOH KASUS 2- PPN USAHA JASA PAKET WISATA
PT Pratama Travelindo adalah Pengusaha Kena Pajak yang bergerak dibidang usaha perjalanan wisata.
Bertempat kedudukan di Jalan Kaliurang Nomor 25 Yogyakrta.

Identitas Pengusaha Kena Pajak


Nama : PT PRATAMA TRAVELINDO
NPWP : 56.111.222.2.541.000
Alamat : Jl. Kaliurang Nomor 25 Yogyakrta
KLU : 79120
Masa Pajak : Agustus 2018
Diketahui lawan transaksi PT Pratama Travelindo adalah PKP, kecuali yang ditentukan lain, dalam soal.

Berikut ini adalah transaksi penjualan dan pembelian yang terjadi selama masa Agustus 2018
Tanggal Transaksi Nilai Transaksi
Memberikan pelayanan paket wisata. Kepada PT Mega Jaya.Seluruh biaya
8 dilunasi pada tanggal pemesanan yaitu 8 Agustus 2018. Diketahui tanggal 300.000.000
pelaksanaan wisatanya adalah 25 Agutus 2018.
Memberikan pelayanan paket wisata kepada PT Bank Beni. Nilai paket wisata
12 tersebut termasuk tiket pesawat dalam negeri sebesar Rp200.000.000. 600.000.000
Pembayaran yang dilakukan saat pemesanan ini (tertanggal 12 Agustus 2018)
membeli komputer dan printer untuk keperluan operasional usaha secara tunai,
22 50.000.000
dari PT JAYA COMPUTER.
26 membayar biaya service printer kepada CV SERVICE COMP 3.000.000

Asumsi, Nomor urut Faktur Pajak yang masih tersedia pada PT Pratama Travelindo, dimulai dari 421 sampai 450. Sehingga
ketika menerbitkan faktur atas penjualannya, PT Pratama Travelindo menggunakan nomor urut tersebut.
CONTOH KASUS PPN USAHA JASA PAKET WISATA
PT Pratama Travelindo adalah Pengusaha Kena Pajak yang bergerak dibidang usaha perjalanan wisata.
Bertempat kedudukan di Jalan Kaliurang Nomor 25 Yogyakrta.

Identitas Pengusaha Kena Pajak


Nama : PT PRATAMA TRAVELINDO
NPWP : 56.111.222.2.541.000
Alamat : Jl. Kaliurang Nomor 25 Yogyakrta
KLU : 79120
Masa Pajak : Agustus 2018
Diketahui lawan transaksi PT Pratama Travelindo adalah PKP, kecuali yang ditentukan lain, dalam soal.

Berdasarkan informasi transaksi tersebut, lakukan hal berikut ini:


Instruksi
a. Hitunglah DPP dan PPN atas penyerahan JKP
b. Hitunglah PPN yang harus disetor ke kas Negara
c. Hitunglah PPN Masukan yang tidak dapat dikreditkan
d. Apakah PPN Masukan atas perolehan/pembelian BKP atau JKP dapat dikreditkan, berikan dasar
hukumnya.
e. Kapan batas akhir setor dan lapor PPN masa PRATAMA Travelindo
CONTOH KASUS PPN USAHA JASA PAKET WISATA
Mari kita lakukan analisa ASPEK PPN atas transaksi PT
Pratama Travelindo terlebih dahulu. Perhatikan tabel analisa
berikut ini.
Analisa Aspek PPN atas Transaksi Penjualan
Tanggal Transaksi Nilai Transaksi Analisa
Transaksi ini terutang PPN. Dan dibuatkan Faktur Pajak dengan
Memberikan pelayanan paket wisata. Kepada PT
kode dan nomor seri 040.000.18.00000421. Karena jasa biro
Mega Jaya.Seluruh biaya dilunasi pada tanggal
8 300.000.000 perjalanan wisata menggunakan DPP Nilai lain, maka kode
pemesanan yaitu 8 Agustus 2018. Diketahui tanggal
transaksi faktur pajak yang digunakan adalah "04" . DPP = 10% x
pelaksanaan wisatanya adalah 25 Agutus 2018.
Rp300.000.000 = Rp30.000.000; PPN = 10% x Rp30.000.000 =
Memberikan pelayanan paket wisata kepada PT Bank
Transaksi ini terutang PPN. Dan dibuatkan Faktur Pajak dengan
Beni. Nilai paket wisata tersebut termasuk tiket
kode dan nomor seri 040.000.18.00000422. Karena jasa biro
pesawat dalam negeri sebesar Rp200.000.000.
perjalanan wisata menggunakan DPP Nilai lain, maka kode
12 Pembayaran yang dilakukan saat pemesanan ini 600.000.000
transaksi faktur pajak yang digunakan adalah "04". DPP = 10% x
(tertanggal 12 Agustus 2018) adalah
(Rp600.000.000 -Rp200.000.000) = 10% x Rp400.000.000 =
Rp100.000.000,sedangkan sisanya akan dilunasi pada
Rp40.000.000 ; PPN = 10% x Rp40.000.000 = Rp4.000.000.
saat pelaksanaan yaitu tanggal 16 Agustus 2018.
Kode Transaksi yang wajib digunakan oleh PT Pratama Travelindo, pada saat menerbitkan FAKTUR PAJAK atas
penyerahan jasa Biro Perjalanan adalah 04. Hal ini Sesuai dengan ketentuan penggunaan nomor seri faktur
pajak, untuk penyerahan yang menggunakan DPP Nilai Lain.
CONTOH KASUS PPN USAHA JASA PAKET WISATA
Mari kita lakukan analisa ASPEK PPN atas transaksi PT
Pratama Travelindo terlebih dahulu. Perhatikan tabel analisa
berikut ini.
Analisa Aspek PPN atas Transaksi Pembelian atau Perolehan
Tanggal Transaksi Nilai Transaksi Analisa
Transaksi ini terutang PPN. Telah diterima faktur pajak. DPP =
membeli komputer dan printer untuk Rp50.000.000 ; PPN = 10% x Rp50.000.000 = Rp5.000.000. PPN
22 keperluan operasional usaha secara 50.000.000 Masukan ini adalah Pajak Masukan yang TIDAK DAPAT
tunai, dari PT JAYA COIMPUTER. DIKREDITKAN, karena dalam nilai lain telah diperhitungkan Pajak
Masukan atas Jasa Kena Pajak dalam rangka usaha jasa biro
Transaksi ini terutang PPN. Telah diterima faktur pajak. DPP =
Rp3.000.000 ; PPN = 10% x Rp3.000.000 = Rp300.000. PPN Masukan
membayar biaya service printer kepada
26 3.000.000 ini adalah Pajak Masukan yang TIDAK DAPAT DIKREDITKAN,
CV SERVICE COMP
karena dalam nilai lain telah diperhitungkan Pajak Masukan atas
Jasa Kena Pajak dalam rangka usaha jasa biro perjalanan wisata.

Asumsi atas transaksi pembelian ini, telah dibuatkan faktur pajak oleh lawan transaksi PT Pratama
Travelindo
CONTOH KASUS PPN USAHA JASA PAKET WISATA
Setelah selesai melakukan analisa aspek PPN nya, maka
lakukan rekapan perhitungan PPN atas transaksi penyerahan
seperti pada tabel berikut ini:
Rekap PPN Keluaran atas Jasa Biro Perjalanan Wisata
Masa Agustus 2018
DPP = 10% x (Nilai Invoice - Nilai jual tiket
Tanggal angkutan udara dalam negeri)
PPN = 10% x DPP

8 10% x 300.000.000 = 30.000.000 3.000.000


12 10% x 400.000.000 = 40.000.000 4.000.000
Total 70.000.000 7.000.000
Rp600.000.000 – Rp200.000.000

Berdasarkan rekapan diatas, diketahui bahwa besarnya DPP dan PPN Keluaran yang
dipungut oleh PT Pratama Travelindo selama masa Agustus 2018 adalah DPP sebesar
Rp70.000.000, dan PPN Keluaran sebesar Rp7.000.000.
CONTOH KASUS PPN USAHA JASA PAKET WISATA
Tahap selanjutnya adalah merekap PPN Masukan yang telah
dibayar pada saat melakukan pembelian, berdasarkan
Faktur Pajak yang diterima, lalu menerapkan ATURAN PPN
yang sesuai...
Rekap PPN Masukan Masa Agustus 2018
PPN (Pajak Masukan)
Tanggal DPP
Tarif x DPP = PPN
22 50.000.000 10% x 50.000.000 = 5.000.000
28 3.000.000 10% x 3.000.000 = 300.000
Total 53.000.000 5.300.000
Pajak Masukan ini merupakan Pajak Masukan yang TIDAK DAPAT DIKREDITKAN.

PENJELASAN TENTANG PAJAK MASUKAN


(Seperti yang Tercantum pada point 4 (4.1) SE - 18/PJ.3/1989)
Perhitungan Dasar Pengenaan Pajak Nilai Lain sudah memperhitungkan Pajak
Masukan yang dapat dikreditkan. Dengan demikian maka Pajak Masukan dari Biro
Perjalanan Umum maupun Agen Perjalanan tersebut tidak dapat dikreditkan lagi dan
oleh karenanya tidak diperkenankan untuk dibebankan sebagai biaya perusahaan.
CONTOH KASUS PPN USAHA JASA PAKET WISATA

Tahap terakhir adalah melakukan penyetoran dan pelaporan


SPT PPN nya...
Berdasarkan analisa dan perhitungan yang dilakukan sebelumnya diketahui:
PPN Keluaran Masa Agustus 2018 = Rp7.000.000
PPN Masukan Yang Tidak Dapat Dikreditkan Masa Agustus 2018 = Rp5.300.000

• Karena Pajak Masukan yang telah dibayar pada saat transaksi perolehan tidak
dapat dikreditkan maka, PPN yang akan disetor ke ke kas Negara adalah
Rp7.000.000.

• PPN disetor paling lambat 15 September 2018 sebelum dilapornya SPT MASA
PPN yang paling lambat juga harus dilapor pada 20 September 2018.

• Penyetoran menggunakan e-billing dengan Kode Akun Pajak 411211 dan Kode
Jenis Setoran 100.

• PPN dilapor menggunakan SPT MASA PPN 1111, BUKAN SPT MASA PPN 1111
DM.
PPN USAHA DI BIDANG JASA BIRO PERJALANAN

DASAR HUKUM
• UU PPN NO 42 TAHUN 2009
• PMK Nomor 121/PMK.03/2015
• SE-18/PJ.3/1989

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai