ASING
Kelompok 3
• Nama Anggota :
Mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2008 yang merupakan
perubahan keempat atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan disebutkan
dalam Pasal 31A kepada wajib pajak yang melakukan penanaman modal di bidang usaha tertentu
dan/atau di daerah tertentu diberikan fasilitas perpajakan dalam bentuk:
1. Pengurangan penghasilan neto paling tinggi 30% dari jumlah penanaman yang dilakukan.
2. Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat.
3. Kompensasi kerugian yang lebih lama, tapi tidak lebih dari 10 tahun.
4. Pengenaan Pajak Penghasilan atas dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 sebesar 10%,
kecuali apabila tarif menurut perjanjian perpajakan yang berlaku menetapkan lebih rendah.
Syarat Mendirikan Perusahaan Penanaman Modal Asing
yaitu :
1. Memiliki kelengkapan akta pendirian perseroan terbatas, Surat
Keputusan Menteri Hukum dan HAM untuk pengesahan badan hukum
perseroan terbatas, dan NPWP perusahaan.
2. Penanam modal memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp10 miliar yang
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil
penjualan tahunan lebih dari Rp50 miliar.
3. Memiliki total nilai investasi lebih dari Rp10 miliar.
4. Penanam modal asing wajib memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB)
sesuai dengan sektor bisnis perusahaan.
PERBEDAAN PENANAMAN MODAL ASING DAN MODAL DALAM NEGERI
Apa yang terjadi jika PT Lokal perpindah status menjadi PT PMA? Apabila
suatu saat PT lokal merubah statusnya menjadi PT PMA PT local harus melaporkan
perubahannya ke KPP. Dokumen yang harus dibawa yaitu Perubahan Akta Pendirian
dan Dokumen Pendukung lainnya. Nnatinya DI KPP hanya cukup mengisi form
perubahan data dengan dibubuhi tanda tangan direktur dan stemple perusahaan.
Perubahan status PT PMA menjadi PT PMDN tidak berlaku secara otomatis. Ada prosedur yang harus
dipenuhi agar status PT PMA berubah menjadi PT PMDN secara sah. Ketentuan tersebut diatur dalam
Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor: 57/SK/2005 Tentang Pedoman dan Tata
Cara Permohonan Penanaman Modal Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri
Dan Penanaman Modal Asing (KBKPM 57/2004). Tepatnya dalam Pasal 19 KBKPM 57/2004, yang
berbunyi:
1.Perusahaan PMA yang seluruh sahamnya telah dimiliki oleh peserta/pemegang saham Indonesia wajib
mengajukan permohonan perubahan status menjadi perusahaan PMDN.
2. Setelah permohonan disetujui, selanjutnya perusahaan akan memperoleh surat persetujuan perubahan
status perusahaan yang diteruskan ke instansi terkait.
3.Penerbitan surat persetujuan diterbitkan selambat-lambanya 7 hari kerja sejak diterimanya dokumen
permohonan yang lengkap dan benar.
4.Bagi perusahaan PMA yang telah memiliki Surat Izin Usaha/Izin Usaha Tetap, setelah berubah status
menjadi PMDN wajib mengajukan perubahan status Surat Izin Usaha/Izin Usaha Tetap kepada BKPM.
5.Persetujuan perubahan status Surat Izin Usaha/Izin Usaha Tetap diterbitkan selambat-lambatnya 7 hari
kerja sejak diterimanya permohonan yang lengkap dan benar.
6.Terakhir, pastikan Anda mengikuti prosedur tersebut secara urut dan benar, supaya persetujuan
perubahan cepat disahkan
Dampak Adanya Penanaman Modal Asing atau adanya
Investor Asing di Indonesia
Dampak Positif:
1) Kita sebagai golongan muda apabila ada investor-investor asing kita bisa
belajar hal baru
2) Dapat bekerja sama dengan baik di berbagai negara
Dampak Negatif
3) Orang asing Sewenang-wenangnya di adanya investor asing terhadap
pengembangan masyarakat di indonesia yaitu terbengkalainya sektor
pertanian,kerusakan lingkungan,berkurangnya lahan produktif, eksplorasi
sumber daya alam secara berlebihan dan hasil usaha lebih banyak dibawa ke
negara asalnya.
STUDI KASUS
Berikut ini adalah contoh penghitungan PPh untuk perusahaan PMA :
PT PMA mendapat fasilitas pengurangan penghasilan neto sebesar 30% dari jumlah Penanaman
Modal yang dilakukan. Penanaman modal yang dilakukan adalah sebesar Rp 50.000.000.000.
Tahun 2010 perusahaan melaporkan penghasilan netto komersial sebesar Rp 25.000.000.000 yang
terdiri dari penghasilan netto dalam negeri Rp 20.000.000.000 dan penghasilan netto luar negeri
Rp 5.000.000.000 dengan pajak yang telah dibayar di luar negeri Rp 750.000.000. Koreksi fiskal
positif Rp 2.000.000.000 dan koreksi fiskal negatif Rp 500.000.000. Kredit pajak atas PPh yang
dipotong atau dipungut pihak lain terdiri dari PPh pasal 22 Rp 200.000.000 dan PPh pasal 23 Rp
500.000.000. Angsuran PPh pasal 25 yang telah dibayar sendiri oleh perusahaan sebesar Rp
3.750.000.000
Penghitungan PPh kurang (lebih) bayar sebagai berikut :
Penghasilan Neto Komersial
Penghasilan neto dalam negeri 20.000.000.000
Penghasilan neto dari luar negeri 5.000.000.000
Jumlah penghasilan neto komersial 25.000.000.000
Koreksi fiskal positif 2.000.000.000
Koreksi Fiskal negatif (500.000.000)
Penghasilan netto 27.500.000.000
Fasilitas PMA 2.500.000.000
Penghasilan netto fiskal 25.000.000.000
Penghasilan kena pajak 25.000.000.000
PPh Terutang (25%) 6.250.000.000
Lanjutan
Kredit Pajak
PPh pasal 22 100.000.000
PPh pasal 23 500.000.000
PPh pasal 24 750.000.000
PPh pasal 25 3.750.000.000
Jumlah kredit pajak 5.100.000.000
PPh Kurang bayar (pasal 29) 1.150.000.000
Kesimpulan dari studi kasus di atas yaitu :