Anda di halaman 1dari 10

Adalah Pajak Penghasilan yang dikenakan atas penghasilan yang

bersumber dari Indonesia yang diterima atau diperoleh WP LN selain


Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia.

WP LN dapat menerima pembayaran pendapatan dari Indonesia berupa :

1. Penghasilan usaha atau pekerjaan bebas misalnya laba usaha,


honorarium, gaji, komisi dan sejenisnya.
2. Penghasilan modal yaitu dividen, bunga dan royalti.
 Badan Pemerintah
 Subyek Pajak Dalam Negeri
 Penyelenggara Kegiatan
 Bentuk Usaha Tetap (BUT)
 Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya

 WP LN Badan Memperoleh penghasilan


 WP LN Orang Pribadi dari Indonesia

1. Pemenuhan sendiri bagi WP LN yang menjalankan kegiatan


usaha melalui BUT di Indonesia.
2. Pemotongan oleh pihak yg wajib membayarkan bagi WPLN
selain BUT.
A. Tarif 20% dari jumlah bruto penghasilan berupa
1. Deviden
2. Bunga
3. Royalti
4. Imbalan sehubungan dgn jasa, kegiatan dan pekerjaan
5. Hadiah

B. Tarif sebesar 20% dari perkiraan penghasilan neto


 Atas pengh dari penjualan harta di Indonesia, kecuali yg diatur
dalam Pasal 4 ayat 2 yg diterima WPLN selain BUT.
Besarnya perkiraan penghasilan neto adalah 25%
 Atas penghasilan premi asuransi termasuk premi reasuransi
 50% dari premi yg dibayarkan kepada perusahaan asuransi LN.
 10% dari premi yg dibayarkan kepada perusahaan asuransi LN
berkedudukan di Indonesia.
 5% dari premi yg dibayarkan reasuransi berkedudukan di
Indonesia kepada perusahaan di LN.
C. Tarif 20 % dari Penghasilan Kena Pajak setelah dikurangi pajak BUT

Laba setelah PPh atas BUT tidak akan dikenakan PPh Pasal 26 (4) jika
ditanamkan kembali di Indonesia. Aturan tentang bentuk penanaman
kembali adalah sbb :
a) Penyertaan modal dalam perusahaan yang didirikan di Indonesia
sebagai pendiri atau peserta pendiri;
b) Penyertaan modal dilakukan dalam tahun pajak berjalan atau paling
lambat tahun pajak berikutnya;
c) Penyertaan modal tersebut tidak boleh dijual dalam 2 tahun setelah
perusahaan mulai berproduksi komersial yang ditandai dengan
memproduksi produk yang siap dipasarkan. Saat berproduksi komersial
diberitahukan secara tertulis oleh WP dan ditetapkan oleh KPP;
d) Bentuk penanaman kembali dalam penyertaan modal dilaporkan dalam
SPT Tahunan;
e) Bila penghasilan BUT dikenakan PPh Final maka Dasar Pengenaan PPh
adalah PKP hasil rekonsiliasi fiskal dikurangi PPh Final.

D. Tarif berdasarkan P3B (Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda)


BUT adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, untuk
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia
Walaupun BUT adalah WPLN tetapi pengenaan pajaknya disamakan
dengan WPDN.
Bentuk Usaha Tetap dapat berupa :
1. tempat kedudukan manajemen;
2. cabang perusahaan;
3. kantor perwakilan (Representative Office);
4. gedung kantor;
5. pabrik;
6. bengkel;
7. pertambangan dan penggalian sumber alam, wilayah kerja
pengeboran yang digunakan untuk eksplorasi pertambangan;
8. perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan;
9. proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan.
Prinsip pemotongan PPh 26 tergantung pada jenis-jenis pembayaran
pendapatan ke luar negeri serta ada tidaknya Bentuk Usaha Tetap
(BUT) di Indonesia.

1. Ada Treaty
a) Bebas PPh Psl 26  Seluruh pekerjaan dilakukan di LN.
 Pekerjaan dilakukan di Indonesia
tetapi tdk melebihi time test.

b) Tarif sesuai Treaty  Apabila ada SKD

c) Tarif sebesar 20%  Apabila tidak ada SKD

d) Jika ada BUT, maka dianggap WPDN dan dipotong PPh 23

2. Tidak Ada Treaty


 Terutang tarif 20%
Pemotongan PPh Pasal 26 didasarkan atas ada tidaknya Surat
Keterangan Domisili (SKD) = Certificate of Residence Taxpayer.

SKD adalah surat yang diterbitkan oleh Competent Authority atau


wakilnya yang sah atau Pejabat Kantor Pajak tempat WPLN terdaftar yang
menyatakan WPLN yang bersangkutan benar-benar berkedudukan di
negara tersebut.
Bentuk SKD bebas sesuai kelaziman di negara masing-masing. SKD
berlaku selama 1 tahun dan harus diperbaharui (renew) kecuali bagi WP
Bank. Bagi WP Bank SKD berlaku selama bank tersebut memiliki alamat
yang sama dengan alamat yang tercantum dalam SKD.

Dalam hal SKD akan digunakan untuk lebih dari satu pembayar
penghasilan, maka WPLN dapat menyampaikan fotokopi SKD yang telah
dilegalisir oleh Kepala KPP tempat salah satu pembayar penghasilan
terdaftar kepada pembayar penghasilan.
Pada dasarnya PPh Pasal 26 bersifat Final kecuali PPh Pasal 26 yang
dipotong atas :

a) Pembayaran kepada Kantor Pusat BUT atas kegiatan, penjualan


barang atau pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan yang
dijalankan oleh BUT di Indonesia.

b) Pembayaran kepada Kantor Pusat BUT atas kegiatan, penjualan


barang atau pemberian jasa di Indonesia, sepanjang terdapat
hubungan efektif antara BUT dengan harta atau kegiatan yang
memberikan penghasilan dimaksud.

c) Pembayaran atas penghasilan yang diterima WP Luar Negeri yang


berubah status menjadi WP Dalam Negeri.
Hanya utk pelaporan Masa / Bulanan &
Tidak ada Pelaporan Tahunan

1. Bukti Pemotongan PPh Pasal 26 lembar ke-3


2. Daftar bukti Potong
3. SPT Masa PPh Pasal 23/26
4. SSP lembar ke-3

KMK No.541/KMK.04/2000 Setor paling lambat tgl 10 bln berikutnya


Lapor paling lambat tgl 20 bln berikutnya
Latihan Soal

BUT. X Corp. yang mempunyai usaha perdagangan yang banyak berhubungan dengan
dunia internasional mempunyai laporan Laba Rugi tahun 2005 sebagai berikut :

Penjualan 10.000.000.000

Harga Pokok Penjualan 4.500.000.000

Laba Bruto 5.500.000.000

Biaya-biaya Operasional
- Gaji pegawai 660.000.000
- Biaya royalti hak paten 250.000.000
- Biaya bunga pinjaman 330.000.000
- Biaya asuransi peralatan 100.000.000
- Biaya lain-lain 75.000.000
1.415.000.000

Laba Bersih 4.085.000.000

Keterangan :
1 Pembayaran gaji pegawai telah dipotong PPh Pasal 21 dengan benar.
2 Biaya penggunaan royalti hak paten dibayarkan kepada perusahaan Nishio Jepang.
Tarif tax treaty Indonesia-Jepang untuk royalti adalah 10%. Perusahaan dari Jepang
dpt menunjukkan SKD (Surat Keterangan Domisili)
3 Biaya bunga sebesar Rp. 200 juta merupakan pinjaman yang diperoleh dari Singtel
Singapura (tarif tax treaty 10%). Sedangkan sisanya diperoleh dari kreditur Liu Thai
Hongkong (tidak ada P3B antara Ind-Hongkong)
4 BUT X Corp. mengansuransikan peralatannya ke perusahaan Amerika.
5 Laba bersih setelah pajak BUT X Corp. dikirimkan ke perusahaan induk di Amerika
Serikat. Tarif treaty Branch Profit Tax sebesar 15%

Pertanyaan :
Hitung obyek PPh Pasal 26 terutang !!

Anda mungkin juga menyukai