Disusun Oleh :
Kelompok 5
A. Pendahuluan
Laba dari suatu perusahaan asing yang beroperasi di negara lain hanya dapat dikenakan
pajak di negara mana tersebut berdomisili atau didirikan kecuali perusahaan tersebut memiliki
BUT (Permanent Establishment) di negara lain tersebut dan pajak yang dikenakan hanya
terkait dengan laba usaha BUT di negara lain tersebut.
Contoh, YY Ltd. yang berdomisili di Amerika Serikat mendapatkan kontrak dari PT PLN
di Indonesia berupa proyek Instalasi Turbin dengan nilai kontrak sebesar USD 3 juta. Lama
pekerjaan berlangsung selama 3 bulan. Estimasi laba proyek tersebut adalah 7% dari nilai
kontrak. Sesuai dengan Tax Treaty Indonesia - AS apabila pekerjaan tersebut lebih dari 120
hari dianggap sebagai BUT, jika tidak maka Indonesia tidak berhak mengenakan pajak atas
laba YY Ltd. jika pemajakan atas laba yang diperoleh perusahaan YY Ltd. tersebut di negara
Indonesia berlangsung selama lebih dari 120 hari sebesar 7% x USD 3 juta = USD 210.000.000
A. Pendahuluan
Tax Treaty yang mengatur pemajakan atas laba perusahaan pelayaran dan penerbangan
internasional diatur dalam pasal 8 (kecuali Indonesia - AS diatur dalam pasal 9).
Laba yang diperoleh dari perusahaan pengoperasia pesawat dari suatu negara pada jalur
internasional dapat dikenakan pajak :
● Di negara tempat perusahaan pengelola pesawat udara tersebut berada, atau
● Di negara tempat manajemen efektif berada
Contoh: pesawat udara beryurisdiksi hong kong milik perusahaan hong kong beroperasi di
jalur internasional indonesia. Laba operasi dikenakan pajak di hongkong.
Laba yang diperoleh dari perusahaan pengoperasian kapal laut dari suatu negara pada jalur
internasional dapat dikenakan pajak :
● Di negara lain tempat kapal laut tersebut beroperasi yang dikurangi dengan suatu nilai
persentase tertentu sesuai perjanjian yang disepakati, atau
● Di negara tempat manajemen efektif berada
Contoh: kapal laut berbendera indonesia milik perusahaan indonesia beroperasi di jalur
internasional hongkong. Laba operasi dikenakan pajak di hongkong dengan tarif 5%
(kebijakan yang berlaku di hong kong.
Berlaku juga terhadap bagian laba yang diperoleh karena ikut serta dalam gabungan
perusahaan usaha patungan/kerja sama atau perwakilan internasional. Termasuk penghasilan
seperti: penjualan tiket, operasional bus antar kota dan bandara, iklan dan komersial, dan
operasional pengangkutan barang dengan truk antara depo dan pelabuhan atau bandara.
C. Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak Perusahaan Pelayaran dan Penerbangan Luar Negeri
Ketentuan wajib pajak Perusahaan Pelayaran dan Penerbangan Luar Negeri yang
melakukan usaha melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 417/KMK.04/1996 tanggal 14 Juni 1996.
Perhitungan pajak perusahaan pelayaran dan penerbaangan luar negeri didasarkan pada
peredaran bruto wajib pajak yaitu semua pengganti atau imbalan berupa uang atau nilai uang
dari pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat suatu pelabuhan ke pelabuhan lain di
Indonesia dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar negeri.
Besarnya Norma penghasil Neto bagi wajib pajak perusahaan pelayaran dan/atau
penerbangan luar negeri adalah sebesar 6% dari peredaran bruto. Besarnya PPh yang wajib
dilunasi oleh wajib pajak perusahaan pelayaran dan/atau penerbangan luar negeri adalah
sebesar 2,64% dari peredaran bruto dan bersifat final.
Pelunasan atau pembayaran PPh Wajib Pajak perusahaan pelayaran dan/atau penerbangan
luar negeri dilakukan sebagai berikut :
a. Penghasilan diperoleh berdasarkan perjanjian charter, maka pihak yang membayar
atau pihak yang men-charter wajib :
1) Memotong PPh yang terutang pada saat pembayaran atau terutangnya imbalan/nilai
pengganti
2) Memberikan Bukti Pemotongan PPh atas Penghasilan Perusahaan Pelayaran
dan/atau Penerbangan Luar Negeri (final) kepada pihak yang menerima atau
memperoleh penghasilan.
3) Menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro selambat-
lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya setelah bulan pembayaran atau terutangnya
imbalan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP).
4) Melaporkan pemotongan dan penyetoran yang dilakukan ke Kantor Pelayanan
Pajak selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya setelah bulan pembayaran
atau terutangnya imbalan.
b. Penghasilan diperoleh selain sebagaimana dimaksud pada huruf a, maka wajib pajak
Perusahaan dan/atau Penerbangan Luar Negeri :
1) Menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro selambat-
lambatnya tanggal 15 bulan berikut setelah bulan diterima atau diperolehnya
penghasilan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) final.
2) Melaporkan penyetoran yang dilakukan ke Kantor Pelayanan Pajak selambat-
lambatnya tanggal 20 bulan berikut setelah bulan diterima atau diperolehnya
penghasilan.
Dalam hal wajib pajak juga menerima atau memperoleh penghasilan lainnya selain
penghasilan dari peredaran bruto diatas, maka atas penghasilan lainnya tersebut dikenakan
PPh berdasarkan ketentuan yang berlaku. Tarif PPh Perusahaan Pelayaran Luar Negeri
sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 417/KMK.04/1996 dan Surat Edaran
Dirjen Pajak Nomor SE-32/PJ.4/1996 tanggal 29 Agustus. 1996 tentang Norma
Penghitungan Khusus Penghasilan Neto bagi Wajib Pajak yang bergerak di bidang usaha
Pelayaran dan/atau Penerbangan Luar Negeri adalah PPh Pasal 15 dengan tarif 2,64% dari
Penghasilan Bruto yang bersifat final, dengan perhitungan sebagai berikut :
Norma Penghasilan Neto 6,00%
PPh Pasal 15 Final = 30% x 6% 1,80%
Laba Setelah PPh Pasal 15 4,20%
Branch Profit Tax (PPh Pasal 26) = 20% x 4,20% 0,84%
Laba setelah PPh 3,36%
Tarif efektif PPh (PPh Pasal 15) = 1,80% + 0,84% 2,64%