Disusun Oleh :
Kelompok 5
2. Sebutkan dan Jelaskan Pelanggaran yang dilakukan oleh PT TOYOTA dalam rangka
penghindaran pajak di Indonesia !
Jawab:
PT Toyota dalam rangka penghindaran pajak di Indonesia melakukan transfer pricing
dengan melakukan penjualan menggunakan transfer pricing di luar prinsip kewajaran dan
kelaziman usaha kepada perusahaan dan afiliasinya yang berada di singapura. Hal itu
diketahui ketika kebijakan ekspor PT Toyota Indonesia ke Toyota Motor Asia Pacific Pte,
Ltd di Singapura dibawah harga pokok penjualan.
SPT PT Toyota tahun 2007 menunjukkan bahwa perusahaan mengekspor 17.181 unit
mobil dengan merek fortuner ke Singapura dengan harga pokok penjualan sebesar Rp 161
juta per unit namun di dalam dokumen internal perusahaan mobil tersebut dijual lebih murah
3,49% dibanding nilai HPP nya.
Pada penjualan merek innova diesel maupun bensin yang dijual lebih murah
masing-masing 1,73% dan 5,14% dari HPP. lalu, pada ekspor mobil merk terios dan rush
perusahaan mendapat untung tetapi hanya 1,15% dan 2,69% dari biaya produksi.
Temuan tersebut semakin menguatkan dugaan karena PT Toyota Motor Manufacturing
Indonesia (TMMIN) melakukan penjualan produknya ke pembeli lokal di Indonesia dengan
harga yang berbeda. Pada penjualan dalam negeri, perusahaan memperoleh keuntungan bruto
sebesar 3,43% sampai 7,67% untuk mobil dengan merek yang sama seperti di atas.
Sehingga, DJP melakukan koreksi fiskal terhadap harga transaksi PT Toyota Motor
Manufacturing Indonesia (TMMIN) kepada Toyota Motor Asia Pacific Pte., Ltd Singapura.
Hasil koreksi adalah peredaran bruto penjualan TMMIN tahun 2007 meningkat drastis
menjadi Rp 27,5 T. Koreksi juga dilakukan untuk tahun 2008, karena terjadi ekspor dengan
harga transaksi diluar kewajaran. Hasil koreksi menunjukkan bahwa nilai omzet TMMIN
meningkat Rp 1,7 T menjadi Rp 34,5 T.
Pada tahun 2007, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia melaporkan penghasilan
kena pajak sebesar Rp 426,9 M dan Rp 60,6 M tahun 2008. Karena merasa sudah membayar
lebih dari nilai tersebut, Toyota meminta restitusi atas kelebihan pajak sebesar Rp 412 M. Di
sisi lain, DJP tetap berdasar pada hasil temuannya, penghasilan Toyota (TMMIN) yang harus
dikenakan pajak adalah sebesar Rp 975 M untuk tahun 2007 dan Rp 2,45 T untuk tahun
2008. Terdapat kekurangan pajak yang masih harus dibayar TMMIN adalah sebesar Rp 1,22
T. Atas dasar hal tersebut, DJP menyimpulkan bahwa terjadi transaksi antar perusahaan
afiliasi dengan harga transaksi yang tidak wajar atau disebut dengan transfer pricing dengan
tujuan penghindaran pajak.
3. Bagaimana mitigasi risiko yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Indonesia untuk mencegah
terjadinya penghindaran pajak melalui Transfer pricing ?
Jawab :
Mitigasi risiko yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Indonesia untuk mencegah terjadinya
penghindaran pajak melalui transfer pricing, yaitu dengan Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
dapat bekerja sama dengan otoritas pajak di dunia seperti negara yang tergabung dalam
OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) untuk membuat kontrak
Advance Pricing Agreement (APA) dan Mutual Agreement Procedure (MAP). Selain itu juga,
salah satu upaya pemerintah dalam mencegah praktik transfer pricing telah tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP)
Pasal 18 ayat 3 yang dalam pembaharuannya membuat regulasi yang mengatur tiga isu
penting terkait transfer pricing yaitu penambahan metode penentuan harga wajar, penerapan
benchmarking, dan secondary adjustment. Dengan demikian, UU HPP diharapkan dapat
menjadi langkah pemerintah dalam membantu mengoptimalisasikan pencegahan
penghindaran pajak melalui transfer pricing.