Anda di halaman 1dari 59

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN


Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan dihadapkan dengan persaingan yang keras

untuk dapat bertahan dalam pasar global, dalam rangka untuk kuat bersaing, perusahaan

dituntut untuk memiliki adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan dipergunakan untuk kepentingan negara bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Indonesia menjadi salah satu negara berkembang yang secara terus menerus

melakukan pembangunan fasilitas umum pada segala bidang yang diharapkan merata di

seluruh Indonesia (Irmawati & Hidayatulloh, 2019). Indonesia merupakan salah satu

negara yang memiliki cita cita dan tujuan nasional yaitu mensejahterakan masyarakat

yang adil dan makmur sebagaimana tertuang dalam UUD 1945 (Juliarmini, 2020).

Selama periode ini, perusahaan menghadapi persaingan yang ketat untuk bertahan di

pasar global, terutama usahaan juga harus mengelola keuangannya dengan baik, artinya

kebijakan pengelolaan keuangan harus dapat menjamin keberlangsungan operasional

perusahaan, hal ini ditunjukkan dengan tingkat keuntungan yang diperoleh pengelola.

tentang perilaku menyimpang dalam penyajian dan pelaporan informasi laba, yang

dikenal dengan praktik manajemen laba.

Manajemen hasil merupakan fenomena yang masih diperdebatkan dalam hal

pemahaman etika dan tanggung jawab sosialnya. Manajemen laba berada di area abu-abu
antara penipuan dan merupakan aktivitas yang diizinkan oleh standar akuntansi. Karena

dalam hal tanggung jawab sosial dan pemahaman etika, ada perbedaan pendapat di antara

setiap orang. Atas dasar ini, laporan keuangan dapat disebut tanggung jawab sosial

pribadi dan mencerminkan perilaku etis orang-orang yang menyusun laporan keuangan

(Prasetya, 2016).

Cara perusahaan memanipulasi kondisi perusahaan yang sebenarnya. Kondisi ini

dikenal sebagai asimetri informasi, suatu kondisi dimana terjadi ketidakseimbangan

dalam pengumpulan informasi antara manajemen sebagai penyedia informasi dan

pemegang saham dan pemangku kepentingan.

Gambar 1.1

INDEX FACT SHEET January 2021

Sumber : https://www.idx.co.id/media/9782/factsheet_210129_01_composite.pdf

Dari gambar 1.1 di atas terlihat bahwa Financial menjadi salah satu sektor yang besar

yang ada di indonesia. Hal ini di tunjukkan dengan fakta data dari Index Fact Sheet
Januari 2021 sektor Financials yang mencapai 37.1% dari seluruh sektor yang ada di

indonesia. Sektor properti dan real estate berada pada 4.1% juga menjadi salah satu

sektor yang industri yang besar yang ada di indonesia menurut REI (real Estate

Indonesia) pertumbuhan bisnis properti di Indonesia Kuartal 1 2021 mengalami

peningkatan 0,94%.

Dengan berkembangnya pertumbuhan investasi di bidang properti dan real estate

menyebabkan terjadinya manajemen laba karena manajer sebagai pengelola mempunyai

informasi yang lebih banyak dibandingkan pihak luar yang tidak mungkin mendapatkan

seluruh informasi perusahaan. Manajer yang mendapatkan informasi relatif lebih banyak

mempunyai fleksibilitas dalam mempengaruhi laporan keuangan khususnya laba yang

digunakan untuk memaksimalkan kepentingan atau nilai pasar perusahaan.

Tabel 1.1

100,000,000,000
90,000,000,000
80,000,000,000
70,000,000,000
60,000,000,000
50,000,000,000
40,000,000,000
30,000,000,000
20,000,000,000
10,000,000,000
0
PT Natura City Developments PT Pakuwon Jati Tbk PT Armidian Karyatama Tbk
Tbk

Berdasarkan tabel 1.1 diatas, menunjukkan Laba Bersih di PT Natura City

Developments Tbk (CITY) pada tahun 2018 sebesar 88.295.451.325 dan tahun 2019
sebesar 31.486.776.057, sehingga mengalami penurunan sebesar 64,4% dari tahun 2018.

Pada tahun 2020 sebesar 65.649.232.829, sehingga mengalami kenaikan sebesar 108,5%

dari tahun 2019. Laba bersih PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) pada tahun 2018 sebesar

2.851.348.911 dan tahun 2019 sebesar 3.231.425.298, sehingga mengalami kenaikan

sebesar 13,3% dari tahun 2018. Pada tahun 2020 sebesar 1.136.408.279 sehingga

mengalami penurunan sebesar 64,8% dari tahun 2019. Laba bersih PT Armidian

Karyatama Tbk (ARMY) pada tahun 2018 sebesar 56.058.696.913 dan tahun 2019

sebesar 18.388.420.910, sehingga mengalami penurunan sebesar 67,2% dari tahun 2018.

Pada tahun 2020 sebesar 21.626.785.620 mengalami kenaikan sebesar 17,6% dari tahun

2019.

Dari tabel di atas, dapat terlihat bahwa laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan

cukup fluktuasi setiap tahunnya. Sebagai contoh, PT Natura City Developments Tbk

(CITY) mengalami penurunan dari tahun 2018-2019, lalu pada tahun 2020 mengalami

kenaikan laba bersih cukup tajam. Selanjutnya ini juga terjadi pada PT Pakuwon Jati Tbk

(PWON) mengalami kenaikan laba bersih dari tahun 2018-2019, lalu mengalami

penurunan di tahun 2020. Dari contoh diatas, kejadian serupa juga dialami PT Armidian

Karyatama Tbk (ARMY) mengalami penurunan laba bersih dari tahun 2018-2019, lalu

mengalami kenaikan laba di tahun 2020.

Aktiva pajak tangguhan merupakan faktor yang penting guna mempengaruhi

manajemen laba. Aktiva pajak merupakan aset pajak total yang mencakup keseluruhan

PPh yang dapat dilakukan pemulihan dalam periode selanjutnya sebagai sebab

terdapatnya suatu perbedaan temporer yang nantinya dapat dilakukan pengurangan dan

sisa atas kompensasi kerugian yang ada. Aktiva pajak tangguhan merupakan akibat dari

dampak yang disebabkan adanya PPh di masa mendatang dimana dipengaruhi adanya

suatu perbedaan tempo perlakuan akuntansi kemudian perpajakan dan kerugian fiskal
yang nantinya boleh dilakukan penggandaan di waktu selanjutnya. Yang menjadi akibat

termotivasinya pihak manajemen dalam melakukan pembesaran dana terhadap aktiva

pajak tangguhan adalah karena pemberian komisi serta beban politis terhadap besarnya

perusahaan saat melaksanakan tindak implementasi manajemen laba. dimana nantinya,

apabila didapati nilai aset pajak tangguhan mengalami pertambahan yang besar maka ada

kemungkinan adanya tindak praktik manajemen laba yang dilakukan pihak manajemen

(Fitriany, 2016).

Selain itu, Perencanaan pajak juga merupakan faktor penting untuk mempengaruhi

manajemen laba. Perencanaan pajak memiliki tujuan merekayasa agar beban pajak dapat

ditekan serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada tapi berbeda dengan

tujuan pembuat undang-undang, maka perencanaan pajak disini sama dengan tax

avoidance karena secara hakikat ekonomis keduanya berusahan untuk memaksimalkan

penghasilan setelah pajak karena pajak merupakan unsur pengurang laba yang tersedia,

baik untuk dibagikan kepada pemegang saham maupun untuk diinvestasikan kembali.

Perekayasaan yang dilakukan secara tidak langsung telah membuktikan bahwa dalam

perencanaan pajak terjadi praktik manajamen laba (Suandy 2016). Upaya manajemen

berkeinginan untuk menekan beban pajak dan menjaganya serendah mungkin, sehingga

manajemen laba cenderung meminimalkan pembayaran beban pajak, yang biasa disebut

dengan perencanaan pajak. Semakin tinggi nilai perencanaan pajak, semakin banyak

perencanaan pajak yang dapat dikenali oleh Manajemen Pendapatan. Jika perencanaan

pajak, diukur dengan tarif pemotongan pajak, telah meningkat, perkembangan rata-rata

manajemen laba, diukur dengan perubahan laba terhuyung-huyung, telah menurun pada

tahun yang sama, yang seharusnya jika perencanaan pajak, manajemen laba, juga

meningkat , sehingga disimpulkan bahwa manajer mengelola laba dengan cara


mengurangi laba sedemikian rupa sehingga pajak yang dibayarkan menjadi minimal (Sari

2017, h.7).

Faktor penting lainnya yang mempengaruhi manajemen laba adalah beban pajak

tangguhan. Adanya perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal dapat menimbulkan

kesulitan dalam penentuan besarnya laba, sehingga bisa mempengaruhi posisi laporan

keuangan dan menyebabkan tidak seimbangnya saldo akhir. Oleh karena itu, perlu

penyesuaian saldo antara laba akuntansi dengan laba fiskal melalui rekonsiliasi fiskal.

Perbedaan temporer antara laba akuntansi dan laba fiscal menimbulkan beban pajak

tangguhan. Beban pajak tangguhan merupakan beban yang timbul akibat perbedaan

temporer antara laba akuntansi yang disusun berdasarkan SAK dengan laba fiskal yang

disusun berdasarkan peraturan perpajakan (Putra et al, 2019).

Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang pengaruh beban pajak tangguhan dan perencanaan pajak terhadap

manajemen laba dari suatu perusahan. Untuk itu, peneliti menuliskannya dalam bentuk

skripsi dengan judul “Pengaruh Aktiva Pajak Tangguhan, Perencanaan Pajak, Dan

Beban Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba (Studi Pada Perusahaan

Properti Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia) ”.

B. PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti kemukakan diatas, maka rumusan

masalah dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Apakah aktiva pajak tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba ?

2. Apakah perencanaan pajak berpengaruh terhadap manajemen laba ?

3. Apakah beban pajak tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba ?


C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan uraian dari rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh aktiva pajak tangguhan terhadap manajemen laba.

2. Untuk mengetahui pengaruh perencanaan pajak terhadap manajemen laba.

3. Untuk mengetahui pengaruh beban pajak tangguhan terhadap manajemen laba.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan memberikaan manfaat secara teori maupun manfaat secara

praktis bagi pihak yang bersangkutan. Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Secara Teoritik

Diharapkan penelitian ini mampu memberikan manfaat untuk menambah

pengetahuan perpajakan terutama yang berhubungan dengan manajemen laba, selain

itu diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya.

2. Secara Praktik

a) Bagi Instansi Pajak, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi

bagi instansi pajak terkait penerapan aktiva pajak tangguhan, perencanaan pajak,

dan beban pajak tangguhan terhadap manajemen laba.

b) Bagi Penulis, diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan penulis terkait

perpajakan serta dapat dijadikan sebagai implementasi ilmu perpajakan yang

telah diperoleh semasa perkuliahan.

c) Bagi Pembaca, diharapkan penelitian ini dapat menambah bahan bacaan serta

dapat memberikan informasi yang relevan terkait perpajakan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN LITERATUR

a. Teori Agensi

Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976), yang

mendefinisikan hubungan keagenan sebagai kontrak antara satu atau lebih prinsipal, yang

mengharuskan agen untuk melakukan beberapa pekerjaan yang terkait dengan kepentingan

mereka, termasuk mendelegasikan beberapa keputusan atau memberikan wewenang

kepada Agen. kontrak kerja yang telah disepakati.

Teori agensi digunakan dalam menjelaskan manajemen laba karena manajemen laba

merupakan salah satu masalah keagenan yang terjadi karena adanya pemisahan antara

pemegang saham dengan manajemen perusahan. Manajemen laba yang dilakukan

manajer tersebut kenyataannya, yang sering terjadi baik manajemen atau manajer

perusahaan sering mempunyai tujuan yang berbeda yang mungkin bertentangan dengan

tujuan utama antara pihak prinsipal. Permasalahan yang timbul akibat adanya konflik

kepentingan antara para manajer dan pemegang saham.

b. Manajemen Laba

Menurut Wijaya et al. (2017), manajemen pendapatan adalah aktivitas yang dilakukan

manajer yang mencakup banyak estimasi, penilaian, dan akrual yang memberikan

peluang bagi manajemen pendapatan. Pengelolaan laba rugi dilakukan dengan cara

mempermainkan atau memanipulasi komponen akrual dalam laporan keuangan, karena

akrual merupakan komponen yang dapat dengan mudah dimanipulasi sesuai dengan

keinginan atau tujuan dari pembuat laporan keuangan tersebut.Manajemen laba bukanlah

suatu hal yang merugikan selama dilakukan pada pialang peluang, manajemen laba tidak
selalu diartikan dengan proses manipulasi laporan keuangan karena ada beberapa metode

yang dapat digunakan dan bukan sebagai larangan (Kusumawardhani, 2016). Manajer

mengelola laba bersih berdasarkan penilaian. Menurut (Rahmawati 2012), pertimbangan

tersebut antara lain:

1) Mengendalikan bermacam-macam akrual dimana akrual didefinisikan secara luas

termasuk porsi item pendapatan dan biaya pada laporan rugi laba yang tidak

mempresentasikan aliran kas

2) Perubahan kebijakan akuntansi.

Manajer menggunakan akrual untuk mengelola earnings dalam

memaksimalkan bonus. Perilaku akrual tersebut digunakan sebagai tujuan

pencapaian bonus. Manajemen laba terdiri dari beberapa macam yaitu :

1) Taking a bath : pola ini digunakan perusahaan dalam kondisi tertekan.

Manajer cenderung melaporkan laba yang rendah dengan harapan meningkat

dimasa depan

2) Minimisasi laba : pola ini digunakan ketika perusahaan memiliki laba yang

tinggi, untuk mengurangi visilibitasnya manajer melakukan manajemen laba.

3) Maksimisasi laba : pola ini digunakan ketika manajer menginginkan kenaikan

bonus dan saat dihadapkan pada perjanjian hutang yang tinggi dan tidak dapat

terbayarkan

4) Perataan laba : pola ini digunakan untuk mengantisipasi kondisi yang akan

dihadapi oleh perusahaan.

Model-model pengukuran discretionary accruals untuk mengasumsikan bahwa

adanya komponen non- discretionary accruals berasal dari total accruals.Beberapa

bukti empiris menunjukkan bahwa perusahaan secara aktif mempraktikkan


earnings management apabila memanipulasi laporan keuangan maka disimpulkan

earnings quality bersifat positif. Pengujian Dechow et al dalam Ahim

Abdurahman (2014) mengungkapkan model-model pengukuranya sebagai berikut

1) The Healy Model, yaitu menguji adanya manajemen laba dengan

membandingkan rata-rata total accruals dengan menggunakan skala selisih

total asset terhadap variabel pemisah manajemen laba.

2) The Angelo Model, yaitu menguji adanya earnings management dengan

menghitung perbedaan pada total accruals dengan mengasumsikan jika

perbedaan tersebut diharapkan tidak ada, model ini menggunakan total

accrual periode sebelumnya yang dibagi dengan selisih total assets sebagai

ukuran non- discretionary accruals.

3) The Jones Model, yaitu mengansumsikan bahwa non- discretionary accruals

bersifat konstan, mengontrol perubahan lingkungan ekonomi perusahaan pada

non- discretionary accruals.

4) The Modified Jones Model, yaitu didesain untuk mengurangi adanya dugaan

pada jones model dalam kesalahan mengukur discretionary accruals, model

ini diestimasikan pada periode kejadian.

5) The Industry Model, yaitu mengasumsikan bahwa non- discretionary accruals

nilainya selalu konstan dan bahwa variasi dalam faktorfaktor penentu non-

discretionary accruals pada umumnya.

c. Aktiva Pajak Tangguhan

Menurut (Timuriana dan Muhamad, 2015), aset pajak tangguhan adalah efek yang

timbul dari pajak pajak kumulatif yang belum digunakan, sepanjang diizinkan oleh

peraturan perpajakan pada PSAK 46 (2012.46.2). Untuk perbedaan temporer aset pajak
tangguhan, selisih antara nilai tercatat aset atau liabilitas di neraca dengan dasar

pengenaan pajaknya dilaporkan sesuai dengan PSAK 46 (2012.46.2).

(Suandy, 2016yusutan aset tetap dan aset tetap (aset), perbedaan akan mengakibatkan

pengakuan beban pajak perdagangan yang lebih tinggi di masa depan. Oleh karena itu,

perbedaan tersebut menimbulkan liabilitas pajak tangguhan. Kewajiban pajak tangguhan

ini dilaporkan ketika rekonsiliasi pajak berbentuk penyesuaian negatif, ketika pendapatan

menurut akun komersial lebih besar dari akun pajak dan pengeluaran menurut akun

komersial lebih kecil dari akun pajak.

Aktiva Pajak Tangguhan di Indonesia, akuntansi Pajak Penghasilan diatur dalam

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 46 paragraf 07 dimana aktiva pajak

tangguhan didefinisikan sebagai jumlah pajak penghasilan terpulihkan pada periode

mendatang sebagai akibat (Agoes & Trisnawati, 2007):

a. Perbedaan temporer yang boleh dikurangkan, yaitu perbedaan temporer yang

menimbulkan suatu jumlah yang boleh dikurangkan dalam penghitungan laba fiskal

periode mendatang pada saat nilai tercatat aktiva dipulihkan atau nilai tercatat

kewajiban tersebut dilunasi

b. Sisa kompensasi kerugian yaitu saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi pada

periode yang akan datang.

Dari aspek pengukuran, besarnya nilai tercatat aktiva pajak tangguhan harus

ditinjau kembali pada tanggal neraca. Paragraf ini mempunyai implikasi bahwa

pernyataan ini dapat dimanfaatkan oleh manajemen untuk melakukan manajemen

laba dengan melakukan pengukuran subyektif dan beban atas kememadaian suatu

aktiva pajak tangguhan dan prediksi laba fiskal yang akan datang (Agoes &

Trisnawati, 2017).
Dari paragraf sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pembentukan cadangan jika

terjadi penurunan atau peningkatan aset atau kewajiban pajak tangguhan dapat

dipengaruhi secara berbeda oleh keputusan diskresi untuk menentukan pembentukan

cadangan dan jumlah penghasilan kena pajak yang diharapkan di masa depan.

periode pajak, yang mungkin sangat berbeda dari lingkungan bisnis individu.

Pertimbangan untuk mengakomodasi kondisi yang mungkin subjektif di atas

memungkinkan manajemen untuk mengelola pendapatan karena berbagai alasan

dengan instrumen akun aset pajak tangguhan. Karena angka-angka dalam laporan

keuangan dapat memiliki konsekuensi ekonomi, tindakan manajemen pendapatan

dapat memberikan pandangan yang tidak adil terhadap laporan keuangan (Suandy,

2016).

Dari beberapa kesimpulan yang telah diuraikan tersebut, secara umum dapat

disimpulkan bahwa potensi manajemen laba dapat terjadi dalam menentukan dan

mengubah penilaian aktiva pajak tangguhan yang tercermin dalam kenaikan atau

penurunan aktiva pajak tangguhan sebagai cadangan, oleh karena itu perlu diperoleh

bukti empiris bagaimana perusahaan publik mengimplementasikan PSAK No 46 dan

sebuah pedoman yang diperoleh dari fakta empiris variabel-variabel apa yang

seharusnya dipertimbangkan dalam melakukan estimasi beban pajak tangguhan yang

memadai sesuai dengan yang diamanahkan dalam PSAK No 46. (Tundjung, 2015)

membuktikan bahwa beban pajak tangguhan dapat digunakan sebagai alternatif

untuk membuktikan probabilitas manajemen laba untuk menghindari kerugian.


d. Perencanaan Pajak

Menurut Chairil Anwar (2018:371) perencanaan pajak adalah suatu proses

mengorganisasi usaha wajib pajak sedemikian rupa agar utang pajaknya baik pajak

penghasilan maupun pajak, F., & Lestari S. 2019). (Pohan, 2018) mengatakan bahwa

perencanaan pajak akan memberikan suatu kebermanfaatan apabila dilakukan dengan

cermat yakni dengan melakukan penghematan biaya kas keluar, mengatur aliran cash

flow, dan juga perencanaan pajak sebenarnya merupakan suatu bagian penting dari salah

satu fungsi manajemen perpajakan.

Tindakan perencanaan pajak ini tidak bertujuan untuk melakukan kewajiban

perpajakan dengan tidak benar, akan tetapi para wajib pajak berusaha memanfaatkan

peluang berkaitan peraturan yang menguntungkan perusahaan dan tidak merugikan

pemerintah dengan cara yang legal. Jika tujuan perencanaan pajak adalah untuk

merekayasa agar beban pajak serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang

ada tetapi memiliki tujuan yang berbeda dengan pembuat undang-undang, maka

perencanaan pajak disini sama dengan tax avoidance karena secara hakekat ekonomis

keduanya berusaha untuk memaksimalkan penghasilan setelah pajak.

Menurut (Pohan 2017, 18) ada beberapa hal yang memengaruhi perilaku wajib pajak

untuk meminimumkan kewajiban pembayaran pajak mereka, yaitu:

1) Tigkat kerumitan suatu peraturan.

Semakin rumit peraturan perpajakan, muncul kecenderungan wajib pajak untuk

menghindarinya karena biaya untuk mematuhinya menjadi tinggi.

2) Besarnya pajak yang dibayar.

Semakin besar jumlah pajak yang harus dibayar, akan semakin besar pula

kecenderungan wajib pajak untuk melakukan kecurangan dengan cara memperkecil

jumlah pembayaran pajaknya.


3) Biaya untuk negosiasi

Disengaja atau tidak, kadang-kadang wajib pajak melakukan negosiasi dan

memberikan uang sogokan kepada fiskus dalam pelaksanaan hak dan kewajiban

perpajakannya. Makin tinggi uang sogokan yang dibayarkan, semakin kecil pula

kecenderungan wajib pajak untuk melakukan pelanggaran.

4) Risiko deteksi

Risiko deteksi ini berhubungan dengan tingkat probabilitas apakah pelanggaran

ketentuan perpajakan ini akan terdeteksi atau tidak. Makin rendah risiko terdeteksi,

wajib pajak cenderung untuk melakukan pelanggaran. Sebaliknya, bila suatu

pelanggaran mudah diketahui, wajib pajak akan memilih posisi konservatif dengan

tidak melanggar aturan.

5) Besarnya denda

Semakin berat sanksi perpajakan yang bisa dikenakan, maka wajib pajak akan

cenderung mengambil posisi konservatif dengan tidak melanggar ketentuan

perpajakan. Sebaliknya makin ringan sanksi atau bahkan ketiadaan sanksi atas

pelanggaran yang dilakukan wajib pajak, maka kecenderungan untuk melanggar akan

lebih besar.

6) Moral masyarakat

Moral masyarakat akan memberi warna tersendiri dalam menentukan kepatuhan dan

kesadaran mereka dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

Dari paparan faktor-faktor tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa :

a) Peraturan perundang-undangan perpajakan yang semakin rumit akan meningkatkan

biaya untuk mematuhinya. Untuk mendapatkan kepatuhan wajib pajak dengan biaya

yang murah diperlukan perencanaan pajak antara lain dengan merekrut tenaga ahli

dibidang tersebut.
b) Jumlah pajak terutang yang semakin besar akibat kekeliruan dan kesalahan

perhitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak. Perencanaan pajak dapat dilakukan

dengan tax litigation. yaitu menyelesaikan perselisihan perpajakan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku antara lain dengan mengajukan keberatan, banding, dan

peninjauan kembali.

c) Perencanaan pajak diperlukan agar pelaksanaan kewajiban pajak sesuai dengan

ketentuan yang berlaku, sehingga tidak mengundang pemeriksaan dari otoritas pajak.

d) Semakin baik moral masyarakat, maka akan semakin rendah keinginannya untuk

melakukan perencanaan pajak.

e. Beban Pajak Tangguhan

Menurut IAI dalam PSAK No. 46 Paragraf 05, pajak tangguhan adalah jumlah pajak

penghasilan untuk periode mendatang sebagai akibat dari perbedaan temporer kena pajak.

Menurut (Astutik dari pajak penghasilan masa depan karena perbedaan temporer (waktu)

antara akuntansi dan perlakuan pajak. Hal ini dapat memberikan kebebasan kepada

manajemen untuk membuat pilihan akuntansi dalam menentukan besarnya beban pajak

tangguhan

Menurut PSAK No. 46 penyebab perbedaan yang terjadi antara beban pajak

penghasilan PPh terutang, dapat dikategorikan dalam dua kelompok berikut ini:

1) Perbedaan Tetap

Perbedaan tetap adalah perbedaan yang timbul karena peraturan perpajakan

menghitung laba kena pajak berbeda dengan perhitungan laba SAK tanpa koreksi di

masa mendatang. Selisih ini menghasilkan laba perdagangan dan laba kena pajak

sebagai dasar penghitungan pajak yang harus dibayar. Selisih tetap terdiri dari

koreksi positif dan negatif. Koreksi positif apabila terdapat laba akuntansi yang tidak

diakui oleh peraturan perpajakan dan pembebasan pajak, sedangkan koreksi negatif
disebabkan adanya beban sebagai laba akuntansi yang tidak diakui oleh peraturan

perpajakan. Sebagai contoh, bunga deposito diakui sebagai pendapatan dalam akun

operasi tetapi tidak sebagai pendapatan dalam akun pajak, dan premi asuransi yang

dibayarkan oleh Perusahaan untuk karyawan diakui sebagai beban dalam laporan

keuangan tetapi tidak diakui sebagai pendapatan. Pengeluaran dalam rekening pajak

(Suandy, 2016).

2) Perbedaan Temporer

Menurut PSAK 46 perbedaan temporer adalah perbedaan antara jumlah

tercatat aktiva atau kewajiban dengan Dasar Pengenaan Pajaknya (DPP). Perbedaan

temporer dapat berupa perbedaan temporer kena pajak (taxable temporary

differences) dan perbedaan temporer dapat dikurangkan (deductible temporary

differences).

Perbedaan temporer yang dapat meningkatkan jumlah pajak (kena pajak) di

masa depan diakui sebagai liabilitas (hutang) pajak tangguhan dan entitas

disyaratkan untuk mengakui beban pajak tangguhan. Di sisi lain, perbedaan temporer

yang dapat mengurangi jumlah pajak di masa depan diakui sebagai aset pajak

tangguhan dan entitas harus mengakui manfaat (penghasilan) pajak tangguhan.

Perbedaan waktu menyebabkan koreksi positif atau koreksi negatif. Penyesuaian

negatif terjadi ketika pengakuan beban akuntansi terjadi setelah pengakuan beban

pajak atau pengakuan pendapatan akuntansi. Koreksi positif terjadi ketika peraturan

perpajakan mengakui beban setelah pengakuan pajak atas penghasilan.

Beban (penghasilan) pajak tangguhan yang tercantum dalam laporan laba rugi

hukum niaga merupakan hasil perhitungan penyesuaian pajak dalam bentuk

penyesuaian positif atau negatif. Ketika penyesuaian negatif terjadi, entitas mengakui

liabilitas pajak tangguhan. Kewajiban pajak tangguhan ini dikalikan dengan tarif

pajak yang berlaku dan hasilnya kemudian diakui sebagai beban pajak tangguhan
yang ditambah dengan beban (manfaat) pajak kini (dikurangi). Liabilitas pajak

tangguhan (liabilitas pajak tangguhan) adalah jumlah pajak penghasilan yang

terutang untuk periode mendatang atas perbedaan temporer kena pajak. Sebaliknya,

koreksi positif berarti perusahaan mengakui aset) pajak tangguhan.Aset pajak

tangguhan ini dikalikan dengan tarif pajak yang berlaku dan hasilnya kemudian

diakui sebagai manfaat pajak tangguhan dikurangi (ditambah) beban (manfaat pajak)

kini.

B. PENELITIAN TERDAHULU
Nama
Peneliti Judul
N Persamaan Perbedaa Hasil
dan Peneliti
O Variabel n Variabel Penelitian
Tahun an
Penelitian
1 AA Gede Pengaru Perencanaa Aktiva Bahwa
Raka Plasa h n Pajak, Pajak Perencanaa
Negara Perenca Beban Tangguhan n
(2017) naan Pajak Pajak
Pajak Tangguhan memiliki
dan dan hubungan
Beban manajemen positif
Pajak laba terhadap
Tanggu manajeme
han n laba.
Terhada
p
Manaje
men
Laba.
Nama
Peneliti Judul
N Persamaan Perbedaa Hasil
dan Peneliti
O Variabel n Variabel Penelitian
Tahun an
Penelitian
2. Fatimatu Pengaru Beban Aset Pajak Bahwa
Cahya h Aset Pajak Tangguhan Perencanaa
Ningsih Pajak Tangguhan, n Pajak
(2017) Tanggu Perencanaa memiliki
han, n Pajak dan pengaruh
Beban manajemen negatif
Pajak laba terhadap
Tanggu Manajeme
han dan n Laba.
Perenca
naan
Pajak
terhada
p
Manaje
men
Laba.
3. Maslihah, Pengaru Aktiva Beban Aktiva
A. (2019) h Pajak Pajak pajak
profitab Tangguhan, Tangguhan tangguhan
ilitas, Perencanaa berpengaru
aktiva n Pajak dan h positif
pajak Manajemen terhadap
tangguh Laba manajeme
an, n laba.
perenca
naan
pajak,
dan
perenca
naan
pajak
terhada
p
manaje
men
laba.
4. Onasis, D., Pengaru Aktiva Beban aktiva
dan h Pajak Pajak pajak
Aquino, A. Aktiva Tangguhan Tangguhan tangguhan
(2017). Pajak dan dan tidak
Tanggu Manajemen Perencanaa berpengaru
han Laba n Pajak h terhadap
Terhada manajeme
p n laba
Nama
Peneliti Judul
N Persamaan Perbedaa Hasil
dan Peneliti
O Variabel n Variabel Penelitian
Tahun an
Penelitian
Manaje
men
Laba
Perusah
aan
Industri
Manufa
ktur
Basic
Industri
Yang
Terdaft
ar di
Bursa
Efek
Indones
ia
5. Widowati, Pengaru Beban Aktiva Beban
Rani Ayu, h beban pajak pajak pajak
M. Agus pajak tangguhan tangguhan tangguhan
Sudrajat, tangguh dan dan berpengaru
dan an manajemen perencanaa h negatif
Nikmah terhada laba n pajak terhadap
(2019) p manajeme
manaje n laba
men
laba
dengan
komite
audit
sebagai
pemode
rasi
(pada
perusah
aan
manufa
ktur sub
sektor
otomoti
f yang
terdafta
r di
bursa
efek
Nama
Peneliti Judul
N Persamaan Perbedaa Hasil
dan Peneliti
O Variabel n Variabel Penelitian
Tahun an
Penelitian
indones
ia)
6. Kanji, L. Perenca Perencanaa Aktiva Beban
(2019). naan n pajak, pajak pajak
Pajak beban tangguhan tangguhan
dan pajak tidak
Beban tangguhan memiliki
Pajak dan pengaruh
Tanggu manajemen signifikan
han laba terhadap
terhada manajeme
p n laba
Manaje
men
Laba
Pada
Perusah
aan
Manufa
ktur
yang
Terdaft
ar di
Bursa
Efek
Indones
ia. 
7. Irsan Pengaru Perencanaa Aktiva Beban
Lubis h Tax n pajak, pajak pajak
(2018) Plannin beban tangguhan tangguhan
g, pajak tidak
Beban taangguhan berpengaru
Pajak dan h terhadap
Tanggu manajemen manajeme
han laba n laba.
Dan
Ukuran
Perusah
aan
Terhada
p
Manaje
men
Laba
8. Sari, S., Pengaru Aktiva Beban Aktiva
Nama
Peneliti Judul
N Persamaan Perbedaa Hasil
dan Peneliti
O Variabel n Variabel Penelitian
Tahun an
Penelitian
dan h Pajak pajak pajak
Sudjiman, Aktiva Tangguhan, tangguhan tangguhan
P. E. Pajak perencanaa berpengaru
(2021) Tanggu n Pajak dan h secara
han, manajemen signifikan
Perenca laba terhadap
naan manajeme
Pajak n laba
Terhada
p
Manaje
men
Laba
9. Lestari, D. Pengaru Perencanaa Aktiva Perencanaa
S. A., h n pajak dan pajak n Pajak
Kurnia, I., Perenca manajemen tangguhan berpengaru
dan naan laba dan beban h positif
Yuniati, Y. Pajak pajak terhadap
(2018) Dan tangguhan Manajeme
Ukuran n
Perusah Laba
aan
Terhada
p
Manaje
men
Laba
10. Putra, Y. Pengaru Beban Aktiva beban
M., dan h Aset pajak pajak pajak
Kurnia, K. Pajak tangguhan, tangguhan tangguhan
(2019) Tanggu perencanaa berpengaru
han, n pajak dan h negatif
Beban manajemen terhadap
Pajak laba manajeme
Tanggu n laba
han,
dan
Perenca
naan
Pajak
terhada
p
Manaje
men
Laba.
C. KERANGKA BERFIKIR

AKTIVA PAJAK
TANGGUHAN H1

H2 MANAJEMEN
PERENCANAAN PAJAK LABA
H3
BEBAN PAJAK
TANGGUHAN

D. HIPOTESIS PENELITIAN
a. Pengaruh Aktiva Pajak Tangguhan terhadap Manajemen Laba

Aset pajak tangguhan adalah efek yang akan dihasilkan oleh pajak penghasilan

masa depan tetapi dipengaruhi oleh perbedaan waktu antara akuntansi dan perlakuan

pajak dan rugi pajak yang mungkin belum berlipat ganda di periode mendatang.

Pengaruh pajak penghasilan masa depan harus diakui, dihitung, disajikan dan

diungkapkan dalam laporan keuangan Aktiva pajak tangguhan berpengaruh positif

terhadap manajemen laba. Namun lain hal dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Onasis, D., dan Aquino, A. 2017) yang menyatakan bahwa aktiva pajak tangguhan

tidak berpengaruh terhadap manajemen laba

H 1 : Aktiva Pajak Tangguhan berpengaruh positif terhadap manajemen laba

b. Pengaruh Perencanaan Pajak Tangguhan terhadap Manajemen Laba

Perencanaan pajak merupakan upaya atau strategi administrasi untuk

meminimalkan pembayaran beban pajak sepanjang tidak melanggar peraturan

perpajakan. Dengan demikian, melalui perencanaan pajak, perusahaan dapat

mengurangi jumlah laba perusahaan untuk memperoleh keuntungan pajak tanpa

melanggar undang-undang perpajakan yang berlaku. Seharusnya perencanaan pajak

dapat digunakan untuk melihat manajemen laba, karena manajemen selalu merespon
perubahan tarif pajak, baik, semakin tinggi perencanaan pajak yang dilakukan oleh

manajemen, maka semakin besar pula result steering yang terjadi. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh (AA Gede Raka Plasa Negara 2017), dan (Lestari, D.

S. A., Kurnia, I., dan Yuniati, Y. 2018) menyatakan bahwa perencanaan pajak

berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Namun lain hal dengan penelitian yang

dilakukan oleh (Fatimatu Cahya Ningsih 2017) yang menyatakan bahwa Bahwa

Perencanaan Pajak memiliki pengaruh negatif terhadap Manajemen Laba.

H 2 : Perencanaan Pajak berpengaruh positif terhadap Manajemen Laba

c. Pengaruh Beban Pajak Tangguhan terhadap Manajemen Laba

Beban pajak tangguhan merupakan beban yang timbul karena perbedaan temporer

atau waktu antara tingkat laba yang diperoleh menurun dan tingkat biaya akan naik,

dengan demikian peluang untuk mendapatkan laba dimasa yang akan datang menjadi

lebih besar dan mengurangi besarnya pajak yang dibayarkan. Berdasarkan penelitian

yang dilakukan oleh (Widowati, Rani Ayu, M. Agus Sudrajat, dan Nikmah 2019), dan

(Putra, Y. M., dan Kurnia, K. 2019) menyatakan bahwa Beban pajak tangguhan

berpengaruh terhadap manajemen laba. Namun lain hal dengan penelitian yang

dilakukan oleh (Kanji, L. 2019), dan (Irsan Lubis 2018) yang menyatakan bahwa

Beban pajak tangguhan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

H 3 :Beban Pajak Tangguhan berpengaruh terhadap Manajemen Laba


BAB III

METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif

merupakan metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme, digunakan

untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan

instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik dengan tujuan untuk

menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Widjaja & Subardjo, 2018).

Penelitian ini menggunakan desain survei yaitu dengan cara menelusuri web resmi

www.idx.id . Tujuan dari desain survei ini adalah untuk mengetahui dan memahami data

dari sampel yang diambil. Penelusuran didasarkan pada tujuan penelitian yang ingin

mengetahui pengaruh aktiva pajak tangguhan, perencanaan pajak, dan beban pajak

tangguhan terhadap manajemen laba.

B. OPERASIONALISASI VARIABEL
Skala
No. Variabel Definisi Indikator Pengu
kuran
1. Manajeme kegiaatan Menghitung nlai Rasio
n Laba (Y) yang Discretionary
dilakukan Accruals
oleh
manajer Rumus yang
untuk digunakan adalah:
memanipula
si laporan
TA ¿
keuangan DA ¿ = - NDA ¿
dengan A ¿−1
memilih Keterangan:
kebijakan
akuntansi DA ¿ : Discretionary
tertentu Accruals perusahaan
dengan i pada tahun t
tujuan untuk TA ¿ : Total Accruals
meningkatk perusahan i tahun t-1
an atau
menurunkan A¿−1 : Total asset
Skala
No. Variabel Definisi Indikator Pengu
kuran
jumlah laba perubahan I pada
agar sesuai akhir tahun t-1
dengan yang
NDA ¿:Non-
diinginkan
discretionary accruals
oleh
perusahaan I pada
manajer. tahun t
(Wijaya et
al. 2017)
2. Aktiva saldo akun APTit = ∆ aktiva
Pajak di neraca pajak tangguhan it
Tangguhan sebagai /aktiva pajak
(X1) manfaat tangguhan t
pajak, yang
jumlahnya
merupakan
perkiraan
jumlah yang
dapat
dipulihkan
di tahun-
tahun
mendatang
sebagai
akibat dari
perbedaan Rasio
temporer
antara
standar
akuntansi
dan
peraturan
perpajakan
dan sebagai
akibat dari
saldo
kerugian
offset pada
periode
medatanng.
(Waluyo,
2008:217)
3. Perencana proses Perencanaan pajak
an pajak mengorgani diukur dengan
(X2) sasi usaha menggunakan rumus
wajib pajak tax retention rate
sedemikian (tingkat retensi
rupa agar pajak), yang
Skala
No. Variabel Definisi Indikator Pengu
kuran
utang menganalisis suatu
pajaknya ukuran dari
baik pajak efektivitas
penghasilan manajemen pajak
maupun pada laporan
pajak keuangan perusahaan
lainnya tahun berjalan.
berada Rumus yang
dalam digunakan adalah:
jumlah
minimal, TRR =
selama hal Net Income ¿
tersebut Pretax Income( EBIT )¿
tidak
Keterangan:
melanggar
ketentuan TRRit : Tax
perundang- Retention Rate Rasio
undangan (tingkat retensi
yang pajak) perusahaan i
berlaku pada tahun t Net
(Chairil
Anwar Incomeit : Laba
2018:371). bersih perusahaan i
pada tahun t
Pretax Income
(EBITit) : Laba
sebelum pajak
perusahaan i pada
tahun t
4. Beban Beban pajak Beban pajak Rasio
Pajak tangguhan tangguhan diukur
Tangguhan dikelompok diukur dengan
(X3) kan membagi jumlah
berdasarkan beban pajak
perbedaan tangguhan dengan
temporer total asset
dan
perbedaan DTE =
permanen. Beban Pajak Tangguhan
pajak secara Total Asset
final, dan
adanya non
deductible
expense
(biaya yang
tidak boleh
Skala
No. Variabel Definisi Indikator Pengu
kuran
dikurangkan
) (Suandy,
2016)

C. SUMBER DATA, TEMPAT, DAN WAKTU PENELITIAN

Pada penelitian ini peneliti menggunakan sumber data sekunder yaitu sumber data

penelitian yang didapatkan secara tidak langsung dari sumbernya tetapi melalui media

perantara. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh melalui laporan keuangan yang

diperoleh dari www.idx.co.id dengan alat bantu menggunakan SPSS.

D. POPULASI DAN SAMPLING

Populasi adalah domain generalisasi yang terdiri dari subjek atau objek yang memiliki

jumlah dan sifat tertentu yang ditentukan oleh peneliti untuk memungkinkan peneliti

mempelajarinya dan menarik kesimpulan (Sugiyono, 2015). Populasi penelitian ini

adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada sektor real

estate yang berjumlah 79 perusahaan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik non-probabilistik; H. sengaja ke samping. Purvosive sampling

adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu berdasarkan tujuan

penyelidikan.

E. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

dokumentasi. Penerapan metode dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan


mengumpulkan data sekunder berupa angka-angka dalam laporan keuangan khususnya

neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas perusahaan sampel, serta teori-teori dan

jurnal-jurnal yang ada pada subjek pajak, pajak tangguhan. dan manajemen pendapatan.

F. METODE ANALISIS DATA

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji regresi linier berganda. Pada

pengujian ini nantinya diharapkan bahwa hipotesis penelitian dikembangkan

menggunakan tiga variabel independen, sehingga nantinya melalui uji analisis linier

berganda ini akan mampu menjelaskan hubungan linier antara variabel independen

(independensi, tekanan waktu dan skeptisme profesional) dan variabel dependen

(kemampuan auditor mendeteksi kecurangan laporan keuangan) dalam pengujian

hipotesis. Analisis statistik dilakukan dengan bantuan perangkat statistika yaitu SPSS.

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran suatu data dan untuk menuji serta

menjelaskan karakteristik sampel yang diobservasi yang dilihat dari nilai rata-rata

(mean), kurtosis, varian, maksimum, minimun, sum, range, standar deviasi dan

skewness (Chandrarin, 2017).

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji normalitas

Bertujuan untuk menguji apakah data dalam penelitian berdistribusi normal

atau tidak. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik dengan

Kolmogorov-Smirnov (Ghozali, 2016). Dasar pengambilan keputusan dengan

menggunakan Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov adalah :

1) Jika signifikansi ≥ 0,05 maka data berdistribusi normal.

2) Jika signifikansi ≤ 0,05 maka data tidak berdistribusi normal


c. Uji autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah ada korelasi dalam

model regresi linier antara confounding error pada periode t dan confounding

error pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2016). Prosedur pengujian

menggunakan uji Durbin-Watson (DW test) dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jika d lebih kecil dari dl atau lebih besar dari (4-dl), maka hipotesis nol

ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi.

2. Jika d terletak antara du dan atau diantara (4-du), maka hipotesis nol

diterima, yang berarti tidak ada autokorelasi.

3. Jika d terletak antara dl dan du atau diantara (4-du) dan (4-dl), maka

tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.

d. Uji Multikolinearitas

Pengujian pada Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah

model regresi menemukan korelasi yang kuat dan tinggi antara variabel bebas

(variabel bebas). Untuk mendeteksi adanya kolinearitas pada model regresi

dapat ditentukan dengan menggunakan uji VIF (Variance Inflation Factor) dan

nilai tolerance. VIF atau Variance Inflation Factor adalah standar deviasi dari

faktor inflasi kuadrat. Toleransi mengukur variabilitas variabel independen

terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jika nilai VIF

10 dan nilai toleransi 0,1, maka gejala multikolinearitas muncul.

e. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian pada Uji Heteroskedastisitas ini dilakukan untuk

mengetahui adanya ketidaksamaan variansi dalam model regresi. Jika

residualnya mempunyai variansi yang sama maka di sebut homoskedastisitas,

dan jika variansi nya tidak sama atau berbeda maka di sebut
heteroskedastisitas. Nilai signifikansi antar variabel independen dengan absolut

residual > 0,05 maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.

3. Analisis Regresi Linier Berganda

Alat analisis yang digunakan didalam penelitian ini adalah regresi linear berganda

(multiple regression). Model regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis akan

dirumuskan sebagai berikut:

𝛾 = 𝛼 + 𝛽1𝑋1 + 𝛽2𝑋2 + 𝛽3𝑋3 + 𝑒

Keterangan :

γ : Kemampuan Auditor mendeteksi kecurangan laporan keuangan α : konstanta

β1- β5: koefisien arah regresi

X1 : Aktiva Pajak Tangguhan

X2 : Perencanaan Pajak

X3 : Beban Pajak Tangguhan

e : error

4. Uji Hipotesis

Menurut (Syafina, 2019) Pengujian hipotesis digunakan untuk menguji secara

statistik kebenaran suatu pernyataan dan menarik kesimpulan tentang apakah akan

menerima atau menolak pernyataan tersebut. Pernyataan atau asumsi sementara yang

dibuat untuk membuktikan kebenarannya disebut hipotesis atau hipotesis. Tujuan

pengujian hipotesis adalah untuk memberikan dasar bagi Anda untuk mengumpulkan

bukti berupa data guna mengambil keputusan untuk menolak atau menerima

kebenaran dari setiap pernyataan atau asumsi yang dibuat. Berikut uji hipotesis yang

digunakan dalam penelitian ini:


a. Uji Statistik t

Uji Statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh suatu

variabel independen atau variabel bebas secara individual dalam menerangkan

variasi variabel dependennya yang diformulasikan kedalam model regresi

(Ghozali, 2013). Uji t ini adalah uji lanjutan setelah ada uji F dan hasilnya

signifikan. Kriteria pengujian pada uji t menunjukan besaran nilai t dan nilai

signifikansi. Jika t hitung > t tabel dengan nilai signifikansi

< 0,05 maka hipotesisnya mendukung, sedangkan jika t hitungnya < t tabel dan

nilai signifikansinya > 0,05 maka hipotesisnya tidak mendukung.

b. Uji R2 (Koefisien Determinasi)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur kemampuan

model dalam menjelaskan variasi variabel terikat. Nilai koefisien determinasi

berkisar antara 0 sampai 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel

bebas dalam menjelaskan variasi variabel terikat sangat terbatas. Nilai yang

mendekati satu berarti bahwa variabel bebas menyediakan hampir semua

informasi yang diperlukan untuk memprediksi variasi variabel terikat.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan untuk melihat dan menganalisis pengaruh Aktiva

Pajak Tangguhan, Perencanaan Pajak, Dan Beban Pajak Tangguhan Terhadap

Manajemen Laba dengan mpel diambil berdasarkan tujuan dan kriteria tertentu yang

harus dipenuhi agar dapat digunakan dalam melakukan penelitian ini. Adapun

beberapa kriteria yang digunakan sebagai berikut.

1. Perusahaan sektor properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak

periode 2018 dan terus terdaftar sampai tahun 2020

2. Laporan Keuangan Perusahaan sektor properti terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) sejak tahun 2018-2020.

3. Laporan Keuangan Perusahaan sektor Properti menggunakan mata uang Rupiah

4. Laporan Keuangan sektor properti yang memuat informasi keseluruhan untuk

proses pengolahan data penelitian.

Berdasarkan pengumpulan data penelitian yang dilakukan pada perusahaan

bidang properti yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2018-2020.

Berikut ini adalah Berikut ini adalah hasil analis sampel menggunakan purposive

sampling dalam tabel 4.1

Tabel 4.1 Hasil Seleksi Sampel Penelitian


No Keterangan Tidak Memenuhi
Memenuhi
1 Perusahaan properti yang terdaftar di BEI - 79
2018-2020
2 Perusahaan property terus menerus terdaftar di - 79
BEI 2018-2020
3 Perusahaan properti yang menggunakan mata 79
uang Rupiah -
4 Perusahaan properti yang menyampaikan
laporan keuangan terus-menerus dari tahun 13 66
2018-2020
5 Perusahaan properti yang menyampaikan
laporan keuangan memuat informasi
keseluruhan (aktiva pajak tangguhan, 54 12
perencanaan pajak, beban pajak tangguhan,
manajemen laba) untuk proses pengolahan data
penelitian
Tahun Pengamatan 3 Tahun
Jumlah Observasi ( 3x12 ) 36

Tabel 4.2 Daftar Perusahaan Bidang Properti Objek Penelitian

No Nama Perusahaan Kode Perusahaan

1 PT Lippo Karawaci Tbk LPKR

2 PT Bakrieland Development Tbk ELTY

3 PT Ciputra Development Tbk CTRA

4 PT Lippo Cikarang Tbk LPCK

5 PT Summarecon Agung Tbk SMRA

6 PT Pikko Land Development Tbk RODA

7 PT Kota Satu Properti Tbk SATU

8 PT Bukit Darmo Properti Tbk BKDP

9 PT Binakarya Jaya Abadi Tbk BIKA


10 PT Suryamas Dutamakmur Tbk SMDM

11 PT Metropolitan Kentjana Tbk MKPI

12 PT Roda Vivatex Tbk RDTX

Sumber : www.Idx.co.id, 2022

B. HASIL ANALISIS DATA

a. Uji Analisis Deskriptif


Hasil analisis statistik deskriptif masing-masing variabel yang terdiri dari

variabel dependen Manajemen Hasil dan variabel independen Aset Pajak Tangguhan,

Beban Pajak Tangguhan, dan Perencanaan Pajak dibahas dalam hal karakteristik

sampel yang digunakan dalam penelitian ini, termasuk jumlah sampel (N), mean,

maksimum, minimum, dan standar deviasi.

Tabel 4.3

Hasil Uji Analis Deskriptif

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Aktiva Pajak 36 -3,0000396 ,9603369 ,070208211 ,7341528950
Tangguhan
Perencanaan 36 -1,0065431 1,2379662 ,755351572 ,5772634329
Pajak
Beban Pajak 36 -,0027075 ,0073136 ,000753053 ,0023290437
Tangguhan
Manajemen Laba 36 -,1208077 ,1894565 ,010034381 ,0687976273
Valid N (listwise) 36
Sumber: hasil olah data SPSS V. 26

Pernyataan deskriptif variabel bebas aset pajak tangguhan (X1) memiliki nilai

minimum sebesar -3.0000396, nilai maksimum sebesar 0,9603369, dan untuk nilai
rata-rata sebesar -0,070208211, hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata aset pajak

tangguhan yang digunakan sebagai sampel. nilai positif.

Kemudian variabel independent tax planning (X2) memiliki nilai minimum

sebesar -1.0065431, nilai maksimum sebesar 1.2379662, dan untuk mean sebesar

0.755351572, hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata sampel perencanaan pajak yang

digunakan bernilai positif. Selain itu, variabel independen beban pajak tangguhan

(X3) memiliki nilai minimum -0,0027075, nilai maksimum 0,0073136, dan dengan

nilai rata-rata 0,000753053, hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata beban pajak

tangguhan sampel memiliki nilai positif . Terakhir, variabel dependen manajemen

pendapatan (Y) memiliki nilai minimum -0,1208077, nilai maksimum 0,1894565, dan

dengan nilai rata-rata 0,010034381, hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata sampel

manajemen pendapatan yang digunakan memiliki nilai positif yang sama.

b. Uji Asumsi Klasik

1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah

memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini, uji

normalitas dilakukan dengan metode statistik dengan melihat grafik Normal P-P Plot dan

nilai Kolmogorov-Smirnov test dalam program IBM SPSS Statistics V.26


Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas P-Plot

Sumber: hasil olah data SPSS V. 26

Berdasarkan Gambar 4.1, grafik P di atas menunjukkan garis lurus dari sudut kiri

bawah ke sudut kanan atas, atau membentuk arah diagonal, sehingga dapat disebut garis

referensi normalitas. Di sekitar garis referensi normalitas, Anda dapat melihat bahwa data

diwakili oleh titik-titik ini di sekitar garis referensi. Terlihat bahwa data menyebar

disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, sehingga model regresi

memenuhi asumsi normalitas. Hal ini menunjukkan bahwa residual terdistribusi secara

normal.Jadi model regresi bisa diterapkan.

Tabel 4.4
Hasil Uji Statistik Kolmogorov-Smirnof Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 36
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. ,06715121
Deviation
Most Extreme Absolute ,174
Differences Positive ,174
Negative -,107
Test Statistic ,174
Asymp. Sig. (2-tailed) ,08c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

Sumber: hasil olah data SPSS V. 26

Untuk mendapatkan uji normalitas yang ternyata signifikan, uji Kolmogorov-

Swirnov juga digunakan dalam penelitian ini. Uji Kolmogorov-Swirnov berdistribusi

normal jika nilai Asymp. Sig di atas nilai secara signifikan lebih besar dari (> 0,05).

Berdasarkan hasil output didapatkan nilai Kolmogorov-Smirnov signifikan pada 0,08 >

0.05, sehingga residual berdistribusi normal dan dapat dilanjutkan dengan uji penerimaan

klasik lainnya.

2) Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi menemukan

adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya

tidak memiliki korelasi antar variabel bebas (independen) (Ghozali, 2013). Uji

multikolinearitas dapat dilihat dengan nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF).

Multikolinearitas dapat terjadi apabila nilai tolerance > 0.10 dan/atau nilai VIF < 10.

Berdasarkan hasil analisis regresi dengan menggunakan program SPSS 26, maka nilai

tolerance dan VIF untuk masing-masing variabel bebas adalah sebagai berikut:
:

Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa

Collinearity Statistics
Model
Tolerance VIF

1 (Constant)

Aktiva Pajak Tangguhan ,977 1,024

Perencanaan Pajak ,850 1,177

Beban Pajak Tangguhan ,864 1,158

Sumber: hasil olah data SPSS V. 26

Berdasarkan Tabel 4.5 diatas, dapat diketahui nilai Tolerance dan VIF untuk

masing masing variabel penelitian sebagai berikut :

a. Nilai Tolerance untuk variabel Aktiva Pajak Tangguhan sebesar 0,977 > 0,10 dan nilai VIF

sebesar 1,024 < 10, sehingga variabel Aktiva Pajak Tangguhan dinyatakan tidak terjadi

gejala multikolinieritas.

b. Nilai Tolerance untuk variabel Beban Pajak Tangguhan sebesar 0,850 > 0.10 dan nilai

VIF sebesar 1,177 < 10, sehingga variabel Beban Pajak Tangguhan dinyatakan tidak

terjadi gejala multikolinieritas.

c. Nilai Tolerance untuk variabel Perencanaan Pajak sebesar 0.864 > 0.10 dan nilai VIF

sebesar 1,158 < 10, sehingga variabel Perencanaan Pajak dinyatakan tidak terjadi

gejala multikolinieritas.

3) Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi dilakukan dengan menggunakan Uji Durbin-Watson, hasilnya dapat

dilihat pada Tabel 4.6 sebagai berikut:


Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
1 ,217a
,047 -,042 ,0702284174 2,063
a. Predictors: (Constant), Beban Pajak Tangguhan, Aktiva Pajak Tangguhan, Perencanaan
Pajak
b. Dependent Variable: Manajemen Laba

Sumber: hasil olah data SPSS V. 26

Dari hasil perhitungan pada Tabel 4.6 didapatkan nilai Durbin-Watson sebesar

2.063 dan nilai ini dibandingkan dengan nilai pada tabel menggunakan nilai signifikan

5%. Berdasarkan kriteria keputusan bahwa nilai Durbin-Watson adalah du<d<4-du,

hal ini berarti tidak terdapat autokorelasi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa

tidak terdapat autokorelasi pada model regresi ini.

4) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terdapat ketidaksamaan

varians residual dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya dalam model regresi.

Jika varians residual tetap dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya disebut

homoskedastisitas, jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada

tidaknya pelanggaran heteroskedastisitas dapat ditampilkan menggunakan metode

scatter plot dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Dengan melihat apakah titik memiliki pada pola tertentu yang teratur seperti

gelombang, melebar kemudian menyempit, jika terjadi maka mengindikasi

terdapat heteroskedastisitas.

b) Jika terjadi pola tertentu yang jelas, serta titik-titik meyebar diatas atau

dibawah 0 pada sumbu Y maka mengindikasikan tidak terjadi gejala


heteroskedastisitas.

Gambar 4.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas

Sumber: hasil olah data SPSS V. 26

Tunjukkan hasil uji heteroskedastisitas pada Gambar 4.2. bahwa titik-titik pada

sumbu X dan Y tersebar secara acak dan merata serta titik-titik tersebut berkumpul di

satu tempat dan tidak membentuk pola tertentu. Dari sini dapat disimpulkan bahwa tidak

ada masalah heteroskedastisitas dalam model regresi ini karena variabel bebas tidak

saling mempengaruhi.

d. Analis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui besarnya

pengaruh variabel (independen) terhadap variabel dependen (dependen). Penelitian ini

telah memenuhi syarat uji asumsi klasik, sehingga model persamaan regresi akan

mampu mengestimasi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.


Tabel 4.7

Analis Regresi Linier Berganda

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.


1 (Constant) ,006 ,022 ,288 ,775
Aktiva Pajak Tangguhan ,019 ,016 ,205 1,172 ,250
(X1)
Perencanaan Pajak (X2) ,000 ,022 ,003 ,017 ,986

Beban Pajak Tangguhan 2,725 5,484 ,092 ,497 ,623


(X3)
a. Dependent Variable: MANAJEMEN LABA

Coefficientsa

Sumber: hasil olah data SPSS V. 26

Berdasarkan tabel 4.7 tersebut, nilai-nilai pada output kemudian dimasukkan

ke dalam persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

𝑌 = (𝛼) + 𝛽1𝑋1 + 𝛽2𝑋2 + 𝛽3𝑋3 + 𝑒


Manajemen Laba (Y) = 0,006 + 0,019 (X1) – 0,00 (X2) – 2,725 (X3)

Persamaan regresi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Nilai konstan sebesar 0,006 artinya jika diartikan mempunyai arti jika nilai X

= 0, maka nilai Y akan menunjukakan tingkat sebesar 0,006 atau dalam arti

lain jika tidak ada variabel X maka variabel Y sebesar 0,006.

b. Koefisien regresi pada variabel Independensi (X1) sebesar 0,019,

menunjukkan bahwa variabel aktiva pajak tangguhan mempunyai pengaruh

yang positif terhadap manajemen laba yang berarti bahwa setiap kenaikan

satuan variabel aktiva pajak tangguhan maka akan mempengaruhi manajemen

laba sebesar 0,019.


c. Koefisien Koefisien regresi pada variabel Independensi (X2) sebesar 0,000,

menunjukkan bahwa variabel perencanaan pajak tidak berpengaruh terhadap

manajemen laba yang berarti bahwa setiap kenaikan satuan variabel

perencanaan pajak maka tidak akan mempengaruhi manajemen laba

d. Koefisien regresi pada variabel Independensi (X3) sebesar 2,725,

menunjukkan bahwa variabel beban pajak tangguhan mempunyai pengaruh

yang positif terhadap manajemen laba yang berarti bahwa setiap kenaikan

satuan variabel beban pajak tangguhan maka akan mempengaruhi manajemen

laba sebesar 2,725.

e. Uji Hipotesis

A. Uji Statistik t (Uji Parsial)

Uji t atau uji secara parsial digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh

pengaruh satu variabel independen yaitu Aktiva Pajak Tangguhan (X1), Perencanaan

Pajak (X2), dan Beban Pajak Tangguhan (X3) terhadap Kemampuan Auditor

Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan (Y). Untuk menentukan nilai t tabel

ditentukan tingkat signifikansi 0,05 atau 5% dengan menentukan degree of freedom

atau derajat kebebasan:

df = (n – k – 1)

df = (36 – 3 – 1)

df = 32

Keterangan:

n = Jumlah Observasi

k = Jumlah Variabel (Variabel Bebas dan Terikat)

Dengan tingkat signifikan 0,05 atau 5% dan df = 32, maka t tabel adalah

2.03693. Jika t hitung < t tabel, maka Ha ditolak, dimana, tidak ada pengaruh antara
variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y). Jika t hitung > t tabel, maka Ha

diterima dan memiliki pengaruh antara variabel independen (X) dengan variabel

depeden (Y). Apabila variabel yang diuji pada tingkat signifikan 0,05 atau 5% dengan

kriteria tingkat signifikan > 0,05 maka Ho diterima, dimana variabel independen secara

parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Sedangkan jika nilai

signifikan < 0,05 maka Ho ditolak, dimana variabel independen secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hasil uji t (uji secara parsial)

menggunakan SPSS V. 26 dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.8

Hasil Uji t (secara Parsial)


Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) ,006 ,022 ,288 ,775
x1 ,019 ,016 ,205 1,172 ,250
x2 ,000 ,022 ,003 2,117 ,986
x3 2,725 5,484 ,092 ,497 ,623
a. Dependent Variable: Y

Sumber: hasil olah data SPSS V. 26

Berdasarkan tabel 4.8, maka dapat diketahui pengaruh dari masing-masing

variabel independen terhadap variabel dependen sebagai berikut:

1. Pengaruh Aktiva Pajak Tangguhan (X1) terhadap Manajemen Laba (Y)

Dari hasil perhitungan uji t, diketahui bahwa t hitung < ttabel (1,172 < 2.03693)

dengan nilai signifikan dari variabel Aktiva Pajak Tangguhan (X1) sebesar 0,250 >

0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak, artinya bahwa

variabel Aktiva Pajak Tangguhan (X1) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
Manajemen Laba (Y).

2. Pengaruh Perencanaan Pajak (X2) terhadap Manajemen Laba (Y)

Dari hasil perhitungan uji t, diketahui bahwa t hitung > ttabel (2,117 > 2.03693)

dengan nilai signifikan dari variabel Perencanaan Pajak (X2) sebesar 0,986 > 0,05.

Maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha diterima, artinya bahwa variabel

Perencanaan Pajak (X2) berpengaruh positif terhadap variabel Manajemen Laba (Y).

3. Pengaruh Beban Pajak Tangguhan (X3) terhadap Manajemen Laba (Y)

Dari hasil perhitungan uji t, diketahui bahwa t hitung < ttabel (0,497 < 2.03693)

dengan nilai signifikan dari variabel Beban Pajak Tangguhan (X3) sebesar 0,623 >

0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak, artinya bahwa

variabel Beban Pajak Tangguhan (X3) berpengaruh negatif signifikan terhadap

variabel Manajemen Laba (Y).

B. Uji f (Uji Simultan)

Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel bebas atau independen

yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama

terhadap variabel terikat atau dependen dengan diuji pada tingkat signifikansi

0,05. Untuk menentukan apakah hipotesis dapat diterima atau ditolak, terdapat

kriteria pengambilan keputusan terhadap suatu hipotesis, yaitu:

a. Jika kepemilikan manajerial signifikan (nilai sig.) < 0,05 maka Ho ditolak.

b. Jika kepemilikan manajerial signifikan (nilai sig.) > 0,05 maka Ho

diterima.

Uji statistik F ditemukan dengan melihat F hitung atau signifikannya (sig.) yang

terdapat pada tabel ANOVA.


Tabel 4.9

Hasil Uji Simultan (Uji F)

ANOVAa
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regression ,008 3 ,003 ,529 ,665b

Residual ,158 32 ,005

Total ,166 35

a. Dependent Variable: Manajemen Laba

b. Predictors: (Constant), Beban Pajak Tangguhan, Aktiva Pajak Tangguhan, Perencanaan


Pajak
Sumber: hasil olah data SPSS V. 26

Dari hasil pengujian hipotesis simultan diatas terlihat bahwa nilai Fhitung < Ftabel

yang diperoleh sebesar 0,529 < 2,90 dan nilai signifikan (sig.) yang diperoleh

sebesar 0,665 > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian dapat

diambil kesimpulan bahwa secara simultan terdapat pengaruh positif dan

signifikan antara variabel Aktiva Pajak Tangguhan (X1), Perencanaan Pajak (X2),

dan Beban Pajak Tangguhan (X3) secara bersama-sama terhadap Manajemen Laba

(Y). Dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis ke-4 (H4) diterima, secara

bersama-sama memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Manajemen

Laba.

C. Uji R2 (Koefisien Determinasi)

Koefisen determinasi digunakan untuk menguji seberapa besar peranan

variabel independen untuk menjelaskan variabel dependen dalam model regresi.

Berikut ini merupakan hasil dari (Adjusted R Square) dapat dilihat pada tabel 4.10

sebagai berikut:
Tabel 4.10
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R Square)

Model Summaryb

Mode R Adjusted R Std. Error of Durbin-


l R Square Square the Estimate Watson
1 ,217a ,047 -,042 ,0702284174 2,063

a. Predictors: (Constant), Aktiva Pajak Tangguhan, Perencanaan Pajak, Beban Pajak


Tangguhan

b. Dependent Variable: Manajemen Laba Sumb

er: hasil olah data SPSS V. 26

Berdasarkan tabel 4.10 nilai Koefisen R Square (R2) Sebesar 0,047 atau 4,7% ,

artinya pengaruh Variabel aktiva pajak tangguhan (X1), perencanaan pajak (X2), dan

beban pajak tangguhan (X3) terhadap manajemen laba sebesar 0,047 atau 4,7%.

C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Pembahasan dalam penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu,

Aktiva Pajak Tangguhan, Perencanaan Pajak, dan Beban Pajak Tangguhan dan

variabel independen yaitu Manajemen Laba.

1. Pengaruh Aktiva Pajak Tangguhan terhadap Manajemen Laba

Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa aset pajak tangguhan tidak

berpengaruh tidak berpengaruh. Hal ini dikarenakan keputusan manajer untuk

mempermainkan jumlah aset pajak tangguhan dapat berdampak negatif bagi

perusahaan. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Onasis, D.,

dan Aquino, A. (2017), yang menyatakan bahwa Aktiva Pajak Tangguhan

tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba. Kemudian hasil penelitian ini


berlawanan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maslihah, A. (2019), dan Sari, S.,

dan Sudjiman, P. E. (2021) yang menyatakan bahwa Aktiva pajak tangguhan

berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba

2. Pengaruh Perencanaan Pajak terhadap Manajemen Laba

Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa perencanaan pajak berpengaruh

signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini diperkuat dan didukung oleh uji-t yang

memiliki Thitung sebesar 2,117 > 2,03693 dengan taraf signifikansi 0,986 > 0,05. Ini

memiliki efek positif pada hubungan antara perencanaan fiskal dan manajemen

hasil.Hal ini dikarenakan perencanaan pajak merupakan salah satu upaya

pengelolaan pajak, artinya dalam perencanaan pajak, manajemen telah berusaha

untuk meminimalkan beban pajak yang dibayarkan. Oleh karena itu, hubungan

antara perencanaan pajak dan manajemen hasil menjadi signifikan. Hasil penelitian

ini didukung oleh penelitian yang dilakukan AA Gede Raka Plasa Negara (2017),

dan Lestari, D. S. A., Kurnia, I., dan Yuniati, Y. (2018), yang menyatakan bahwa

bahwa Perencanaan Pajak memiliki pengaruh positif terhadap Manajemen Laba.

Kemudian hasil penelitian ini berlawanan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Fatimatu Cahya Ningsih (2017) yang menyatakan bahwa Perencanaan Pajak

memiliki pengaruh negatif terhadap Manajemen Laba.

3. Pengaruh Beban Pajak Tangguhan terhadap Manajemen Laba

Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa beban pajak tangguhan tidak

berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan laba. Hal ini diperkuat dan didukung

oleh uji-t yang memiliki nilai Thitung sebesar 0,497<2>0,05. Ini memiliki efek

negatif pada hubungan antara beban pajak tangguhan dan pengendalian pendapatan.

Hal ini karena beban pajak tangguhan timbul ketika beban akuntansi lebih besar dari
beban pajak dasar.Ini berarti perusahaan telah membayar biaya yang lebih tinggi di

muka, mengurangi kesempatan untuk manajemen laba. Hasil penelitian ini didukung

oleh penelitian yang dilakukan Widowati, Rani Ayu, M. Agus Sudrajat, dan Nikmah

(2019), dan Putra, Y. M., dan Kurnia, K. (2019), yang menyatakan bahwa bahwa

Beban Pajak Tangguhan berpengaruh negatif terhadap Manajemen Laba. Kemudian

hasil penelitian ini berlawanan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Kanji, L.

2019), dan (Irsan Lubis 2018) yang menyatakan bahwa Beban pajak tangguhan tidak

berpengaruh terhadap manajemen laba.

4. Pengaruh Aktiva Pajak Tangguhan, Perencanaan Pajak dan Beban Pajak

terhadap Manajemen Laba

hasil pengujian hipotesis simultan diatas terlihat bahwa nilai Fhitung < Ftabel

yang diperoleh sebesar 0,529 < 2,90 dan nilai signifikan (sig.) yang diperoleh sebesar

0,665 > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian dapat diambil

kesimpulan bahwa secara simultan terdapat pengaruh positif dan signifikan antara

variabel Aktiva Pajak Tangguhan (X1), Perencanaan Pajak (X2), dan Beban Pajak

Tangguhan (X3) secara bersama-sama terhadap Manajemen Laba (Y). Dapat diambil

kesimpulan bahwa hipotesis ke-4 (H 4) diterima, secara bersama-sama memiliki

pengaruh positif dan signifikan terhadap Manajemen Laba.

D. REFLEKSI TAUHID
Aset pajak tangguhan adalah efek yang akan dihasilkan oleh pajak

penghasilan masa depan tetapi dipengaruhi oleh perbedaan waktu antara akuntansi

dan perlakuan pajak dan rugi pajak yang mungkin belum berlipat ganda di periode

mendatang. Aset pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan yang akan

terpulihkan di masa mendatang sebagai akibat dari perbedaan temporer yang dapat

dikurangkan, akumulasi rugi pajak yang belum diperhitungkan dan kredit pajak

kumulatif untuk yang belum digunakan dalam hal peraturan perpajakan sampai

dengan pengecualian. PSAK 46 (2012.46.2).

Pada masa Nabi Muhammad dan Khilafah Islam, pajak merupakan salah satu

sumber pendapatan pemerintah bersama dengan zakat, kekayaan yang diterima dari

musuh tanpa perang (fay), harta wakaf, invensi (luqatah), dan kekayaan alam. Pajak

dalam Islam dibagi menjadi 3 jenis yaitu Jizyah (pajak kepala), Kharaj (pajak

properti) dan Ushur (pajak atau pajak konsumsi atas barang ekspor dan impor).

Pertama, jizyah (pajak kepala). Jizyah adalah imbalan yang dipungut dari

orang-orang kafir sebagai balasan atas kekafirannya atau sebagai imbalan atas

jaminan keamanan yang diberikan orang-orang muslim padanya. Pemungutan jizyah

disyaratkan dalam surat At-Taubah ayat 29:

Artinya: “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak

(pula) kepada hari Kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang
diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar

(agama Allah), (Yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai

mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam Keadaan tunduk.”

Ayat ini dijadikan dalil oleh mereka yang berpendapat bahwa jizyah tidak

dikumpulkan kecuali oleh Ahli Kitab dan ahli sihir misalnya. Pandangan ini dianut

oleh Imamasy-syafi'i dan Imam Ahmad dalam riwayat mereka yang terkenal.

Sementara itu, Abu Hanifah berpendapat bahwa jizyah dikenakan kepada semua

non-Muslim yang bukan orang Arab, kecuali Ahli Kitab. Sedangkan Imam Malik

berpendapat bahwa boleh mengumpulkan jizyah dari semua orang kafir, ahli kitab,

ahli sihir, penyembah berhala dan lain-lain. Jizyah wajib bagi laki-laki, baligh dan

akal.Dan orang-orang yang terkena Jizyah adalah mereka yang termasuk Ahli Kitab

(Yahudi dan Nasrani). Besaran jizyah yang terkumpul merupakan kebijaksanaan

pemerintah sesuai dengan kepentingan umum dan dipungut setahun sekali.

Kedua, Kharaj (pajak properti). Kharaj adalah uang yang dibebankan pada

tanah dan mempunyai hak atasnya yang harus dipenuhi. Berbeda dengan jizyah yang

dasar hukumnya ditentukan oleh nash, kharaj didasarkan pada ijtihad karena kharaj

ini tidak ditemukan pada masa Nabi Muhammad tetapi dieksplorasi pada masa

pemerintahan Umar bin Khatabra. Menurut beberapa ulama, Kharaj diambil oleh

orang kafir dan Muslim. Pajak Kharaj, jumlah minimum dan maksimum yang

ditetapkan oleh pemerintah, adalah dan dibayarkan setahun sekali.

Ketiga, ushur (pajak dagang/pabean). Menurut bahasa, Ushur berarti

sepersepuluh. Sedangkan ushur, menurut istilah, berarti pajak yang dikenakan

kepada pedagang asing yang melintasi batas negara Islam, dan pembayarannya dapat

berupa uang dan barang. Kepabeanan barang impor diketahui dengan keputusan

Khalifah Umar bin Khattab setelah berkonsultasi dengan teman-temannya yang

tergabung dalam Majelis Syuranya. Keputusan Umar didasarkan pada kedatangan


surat dari Gubernur Basrah, Abu Musa al-Asy'ari, yang menyatakan bahwa pedagang

Muslim yang membawa barang-barangnya ke negara-negara yang bukan bagian dari

wilayah Islam dikenakan impor 10%. pajak. oleh pemerintah daerah.Oleh karena itu

dasar dari hak impor ini adalah ijtihad.

Pemerintah pada masa Nabi jizyah (pajak) sebenarnya dipungut oleh

pemerintah Islam pada non-Muslim sebagai pembayaran jaminan keamanan, dan

ketika jizyah (pajak) diwajibkan dari umat Islam, para ulama pada masa para

sahabat, tabi ' sejauh memiliki pendapat yang berbeda, jika Anda menanggapinya.

Ada yang mengizinkan, ada yang melarang.

Menurut para ulama, diperbolehkan memungut pajak dengan motif utama

mewujudkan kemaslahatan bagi rakyat, karena dana negara tidak mencukupi untuk

membiayai berbagai pengeluaran, dan jika pengeluaran tersebut tidak dibiayai, akan

menimbulkan kerugian. Pencegahan kerugian adalah suatu keharusan. Sebagai

aturan ushulfiqh menyatakan: Ma layatimmul wajib illa bihi fahuwa wajib

(kewajiban jika tidak sempurna kecuali dengan sesuatu maka sesuatu itu wajib).

Perencanaan pajak merupakan upaya atau strategi administrasi untuk

meminimalkan pembayaran beban pajak sepanjang tidak melanggar peraturan

perpajakan. Sedangkan pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan untuk

tahun-tahun mendatang sebagai akibat dari perbedaan temporer kena pajak. Sebagai

warga negara yang beriman, seseorang diharapkan memiliki rasa kesediaan

sukarela untuk memenuhi kewajiban yang timbul dari barang yang disimpannya :
ْ َّ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْٓوا اَ ْوفُ ْوا بِ ْال ُعقُ ْو ۗ ِد اُ ِحل‬
‫ت لَ ُك ْم بَ ِه ْي َمةُ ااْل َ ْن َع ِام اِاَّل‬

‫ص ْي ِد َواَ ْنتُ ْم ُح ُر ۗ ٌم اِ َّن هّٰللا َ يَحْ ُك ُم َما‬


َّ ‫َما يُ ْت ٰلى َعلَ ْي ُك ْم َغ ْي َر ُم ِحلِّى ال‬

‫ي ُِر ْي ُد‬

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah janji-janji. Hewan

ternak dihalalkan bagimu, kecuali yang akan disebutkan kepadamu, dengan tidak

menghalalkan berburu ketika kamu sedang berihram (haji atau umrah).

Sesungguhnya Allah menetapkan hukum sesuai dengan yang Dia kehendaki”.

Arti dari surat Al-Maidah dapat menunjukan bahwasanya Allah sangat

menganjurkan agar setiap umat manusia memenuhi kewajiban atas harta kekayaan

yang dimilikinya. Allah SWT juga berjanji akan memberikan imbalan berupa

pahala yang sangat besar atas harta kekayaan yang diinfakkan oleh umatnya. Oleh

karena itu, masyarakat harus memiliki kesadaran dan patuh untuk memenuhi

kewajibannya yaitu membayar pajak.

Kesadaran dalam aspek islam ialah sesuatu yang menjadi sangat penting untuk

ditimbulkan. Dikarenakan kesadaran itu sangat dibutuhkan untuk menggapai situasi

kehidupan yang jauh lebih baik kedepannya. Maka dari itu, setiap orang diharapkan

memiliki tingkat kesadaran yang sangat tinggi dalam hal tujuan hidup, tugas hidup

maupun tantangan hidup.

Dilihat dari aspek tujuan hidup, Allah menciptakan manusia hanya untuk

beribah kepadanya dan menjadi pemimpin untuk menjaga bumi. Dalam hal

beribadah kepada Allah SWT, manusia diharapkan mampu menjalankannya dengan


penuh keikhlasan dalam melakukan ibadah. Hal ini sejalan dengan firman Allah

dalam surah Al-Hasyr ayat 18 :

ْ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذي َْن ٰا َمنُوا اتَّقُوا هّٰللا َ َو ْلتَ ْنظُرْ نَ ْفسٌ َّما قَ َّد َم‬
‫ت ِل َغ ۚ ٍد َواتَّقُوا‬

‫هّٰللا َ ۗاِ َّن هّٰللا َ َخبِ ْي ٌر ۢبِ َما تَ ْع َملُ ْو َن‬

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan

hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok

(akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa

yang kamu kerjakan”.

Dari ayat diatas dapat dijelaskan bahwa manusia diciptakan untuk bertakwa

kepada Allah dan hendak memperhatikan yang akan diperbuat kedepannya.

Apabila dikaitkan dengan perpajakan, maka wajib pajak diharapkan memiliki

kesadaran terkait pentingnya pajak sehingga akan timbul suatu pemahaman yang

mendalam dari dalam diri wajib pajak yang dapat memperhatikan bahwasanya jika

membayar pajak dikategorikan sebagai bela negara dengan berkontribusi kepada

negara, sehingga terdapat tujuan dan tugas hidup yang baik untuk hari esok.
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan untuk melihat pengaruh

aktiva pajak tangguhan, perencanaan pajak dan beban pajak tangguhan

terhadap manajemen laba. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan

menggunakan teknik Purposive Sampling terhadap manajemen laba pada

perusahaan Sektor Properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada

tahun 2018-2020. Dimana pengambilan sampel menggunakan beberapa

kriteria. Maka terpilihlah 12 perusahaan yang telah memenuhi kriteria tersebut.

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab

sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Aktiva Pajak Tangguhan (X1) tidak berpengaruh signifikan terhadap

Manajemen Laba (Y)

Dari hasil perhitungan uji t, diketahui bahwa thitung < ttabel (1,172 <

2.03693) dengan nilai signifikan dari variabel Aktiva Pajak Tangguhan

(X1) sebesar 0,250 > 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan

Ha ditolak, artinya bahwa variabel Aktiva Pajak Tangguhan (X1) tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel Manajemen Laba (Y).

2. Perencanaan Pajak (X2) berpengaruh Positif terhadap Manajemen

Laba (Y)

Dari hasil perhitungan uji t, diketahui bahwa thitung > ttabel (2,117 >
2.03693) dengan nilai signifikan dari variabel Perencanaan Pajak (X2)

sebesar 0,986 > 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha

diterima, artinya bahwa variabel Perencanaan Pajak (X2) berpengaruh

positif terhadap variabel Manajemen Laba (Y).

3. Perencanaan Pajak (X3) berpengaruh negatif signifikan terhadap

Manajemen Laba (Y)

Dari hasil perhitungan uji t, diketahui bahwa thitung < ttabel (0,497 <

2.03693) dengan nilai signifikan dari variabel Beban Pajak Tangguhan

(X3) sebesar 0,623 > 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan

Ha ditolak, artinya bahwa variabel Beban Pajak Tangguhan (X3)

berpengaruh negatif signifikan terhadap variabel Manajemen Laba (Y).

4. Aktiva Pajak Tangguhan (X1), Perencanaan Pajak (X2) Beban Pajak

Tangguhan (X3) berpengaruh positif terhadap Manajemen Laba (Y)

hasil pengujian hipotesis simultan diatas terlihat bahwa nilai Fhitung

< Ftabel yang diperoleh sebesar 0,529 < 2,90 dan nilai signifikan (sig.) yang

diperoleh sebesar 0,665 > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan

demikian dapat diambil kesimpulan bahwa secara simultan terdapat

pengaruh positif dan signifikan antara variabel Aktiva Pajak Tangguhan

(X1), Perencanaan Pajak (X2), dan Beban Pajak Tangguhan (X3) secara

bersama-sama terhadap Manajemen Laba (Y). Dapat diambil kesimpulan

bahwa hipotesis ke-4 (H4) diterima, secara bersama-sama memiliki

pengaruh positif dan signifikan terhadap Manajemen Laba.


B. IMPLIKASI

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa beban pajak aktif

dan tangguhan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Variabel

perencanaan pajak negara. Hal ini juga dapat digunakan sebagai pertimbangan

bagi perusahaan multinasional untuk lebih berhati-hati dan meninjau model

operasi fungsi pajak mereka dalam kaitannya dengan manajemen pendapatan.

Perusahaan multinasional juga harus menetapkan kebijakan transfer pricing

atau yang disebut harga tetap, dengan memperhatikan peraturan tempat

perusahaan yang terlibat dalam perusahaan terafiliasi tersebut berada, sehingga

risiko pengelolaan laba tidak mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.

perusahaan.

C. KETERBATASAN

Dalam melakukan penelitian skripsi ini, terdapat beberapa keterbatasan

yang membatasi penelitian antara lain sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya dilakukan pada perusahaan properti yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI). Sedangkan masih banyak sektor-sektor lainnya

yang dapat diteliti terkait manajemen laba.

2. Penelitian ini terbatas hanya menggunakan 3 variabel independen yaitu

aktiva pajak tangguhan, perencanaan pajak dan beban pajak tangguhan

serta faktor lain yang dapat mempengaruhi variabel dependen yaitu

manajeman laba.
D. SARAN

Adapun saran yang peneliti ajukan untuk penelitian selanjutnya untuk

melihat terjadinya manajemen laba suatu perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Penelitian selanjutnya diharapakan dapat memperpanjang periode tahun

serta memperbanyak jumlah sampel yang digunakan agar mendapatkan

hasil yang maksimal

2. Penelitian selanjutnya dapat menambah variabel yang belum terdapat

pada penelitian ini

3. Penelitian selanjutnya diharapkan meneliti dari sektor lain agar tiap

sektor dapat memiliki manfaat dan menggambarkan kondisi perusahaan

secara menyeluruh terkait manajemen laba.

Anda mungkin juga menyukai