PENDAHULUAN
untuk dapat bertahan dalam pasar global, dalam rangka untuk kuat bersaing, perusahaan
dituntut untuk memiliki adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan dipergunakan untuk kepentingan negara bagi
Indonesia menjadi salah satu negara berkembang yang secara terus menerus
melakukan pembangunan fasilitas umum pada segala bidang yang diharapkan merata di
seluruh Indonesia (Irmawati & Hidayatulloh, 2019). Indonesia merupakan salah satu
negara yang memiliki cita cita dan tujuan nasional yaitu mensejahterakan masyarakat
yang adil dan makmur sebagaimana tertuang dalam UUD 1945 (Juliarmini, 2020).
Selama periode ini, perusahaan menghadapi persaingan yang ketat untuk bertahan di
pasar global, terutama usahaan juga harus mengelola keuangannya dengan baik, artinya
perusahaan, hal ini ditunjukkan dengan tingkat keuntungan yang diperoleh pengelola.
tentang perilaku menyimpang dalam penyajian dan pelaporan informasi laba, yang
pemahaman etika dan tanggung jawab sosialnya. Manajemen laba berada di area abu-abu
antara penipuan dan merupakan aktivitas yang diizinkan oleh standar akuntansi. Karena
dalam hal tanggung jawab sosial dan pemahaman etika, ada perbedaan pendapat di antara
setiap orang. Atas dasar ini, laporan keuangan dapat disebut tanggung jawab sosial
pribadi dan mencerminkan perilaku etis orang-orang yang menyusun laporan keuangan
(Prasetya, 2016).
Gambar 1.1
Sumber : https://www.idx.co.id/media/9782/factsheet_210129_01_composite.pdf
Dari gambar 1.1 di atas terlihat bahwa Financial menjadi salah satu sektor yang besar
yang ada di indonesia. Hal ini di tunjukkan dengan fakta data dari Index Fact Sheet
Januari 2021 sektor Financials yang mencapai 37.1% dari seluruh sektor yang ada di
indonesia. Sektor properti dan real estate berada pada 4.1% juga menjadi salah satu
sektor yang industri yang besar yang ada di indonesia menurut REI (real Estate
peningkatan 0,94%.
informasi yang lebih banyak dibandingkan pihak luar yang tidak mungkin mendapatkan
seluruh informasi perusahaan. Manajer yang mendapatkan informasi relatif lebih banyak
Tabel 1.1
100,000,000,000
90,000,000,000
80,000,000,000
70,000,000,000
60,000,000,000
50,000,000,000
40,000,000,000
30,000,000,000
20,000,000,000
10,000,000,000
0
PT Natura City Developments PT Pakuwon Jati Tbk PT Armidian Karyatama Tbk
Tbk
Developments Tbk (CITY) pada tahun 2018 sebesar 88.295.451.325 dan tahun 2019
sebesar 31.486.776.057, sehingga mengalami penurunan sebesar 64,4% dari tahun 2018.
Pada tahun 2020 sebesar 65.649.232.829, sehingga mengalami kenaikan sebesar 108,5%
dari tahun 2019. Laba bersih PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) pada tahun 2018 sebesar
sebesar 13,3% dari tahun 2018. Pada tahun 2020 sebesar 1.136.408.279 sehingga
mengalami penurunan sebesar 64,8% dari tahun 2019. Laba bersih PT Armidian
Karyatama Tbk (ARMY) pada tahun 2018 sebesar 56.058.696.913 dan tahun 2019
sebesar 18.388.420.910, sehingga mengalami penurunan sebesar 67,2% dari tahun 2018.
Pada tahun 2020 sebesar 21.626.785.620 mengalami kenaikan sebesar 17,6% dari tahun
2019.
Dari tabel di atas, dapat terlihat bahwa laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan
cukup fluktuasi setiap tahunnya. Sebagai contoh, PT Natura City Developments Tbk
(CITY) mengalami penurunan dari tahun 2018-2019, lalu pada tahun 2020 mengalami
kenaikan laba bersih cukup tajam. Selanjutnya ini juga terjadi pada PT Pakuwon Jati Tbk
(PWON) mengalami kenaikan laba bersih dari tahun 2018-2019, lalu mengalami
penurunan di tahun 2020. Dari contoh diatas, kejadian serupa juga dialami PT Armidian
Karyatama Tbk (ARMY) mengalami penurunan laba bersih dari tahun 2018-2019, lalu
manajemen laba. Aktiva pajak merupakan aset pajak total yang mencakup keseluruhan
PPh yang dapat dilakukan pemulihan dalam periode selanjutnya sebagai sebab
terdapatnya suatu perbedaan temporer yang nantinya dapat dilakukan pengurangan dan
sisa atas kompensasi kerugian yang ada. Aktiva pajak tangguhan merupakan akibat dari
dampak yang disebabkan adanya PPh di masa mendatang dimana dipengaruhi adanya
suatu perbedaan tempo perlakuan akuntansi kemudian perpajakan dan kerugian fiskal
yang nantinya boleh dilakukan penggandaan di waktu selanjutnya. Yang menjadi akibat
pajak tangguhan adalah karena pemberian komisi serta beban politis terhadap besarnya
apabila didapati nilai aset pajak tangguhan mengalami pertambahan yang besar maka ada
kemungkinan adanya tindak praktik manajemen laba yang dilakukan pihak manajemen
(Fitriany, 2016).
Selain itu, Perencanaan pajak juga merupakan faktor penting untuk mempengaruhi
manajemen laba. Perencanaan pajak memiliki tujuan merekayasa agar beban pajak dapat
ditekan serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada tapi berbeda dengan
tujuan pembuat undang-undang, maka perencanaan pajak disini sama dengan tax
penghasilan setelah pajak karena pajak merupakan unsur pengurang laba yang tersedia,
baik untuk dibagikan kepada pemegang saham maupun untuk diinvestasikan kembali.
Perekayasaan yang dilakukan secara tidak langsung telah membuktikan bahwa dalam
perencanaan pajak terjadi praktik manajamen laba (Suandy 2016). Upaya manajemen
berkeinginan untuk menekan beban pajak dan menjaganya serendah mungkin, sehingga
manajemen laba cenderung meminimalkan pembayaran beban pajak, yang biasa disebut
dengan perencanaan pajak. Semakin tinggi nilai perencanaan pajak, semakin banyak
perencanaan pajak yang dapat dikenali oleh Manajemen Pendapatan. Jika perencanaan
pajak, diukur dengan tarif pemotongan pajak, telah meningkat, perkembangan rata-rata
manajemen laba, diukur dengan perubahan laba terhuyung-huyung, telah menurun pada
tahun yang sama, yang seharusnya jika perencanaan pajak, manajemen laba, juga
2017, h.7).
Faktor penting lainnya yang mempengaruhi manajemen laba adalah beban pajak
tangguhan. Adanya perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal dapat menimbulkan
kesulitan dalam penentuan besarnya laba, sehingga bisa mempengaruhi posisi laporan
keuangan dan menyebabkan tidak seimbangnya saldo akhir. Oleh karena itu, perlu
penyesuaian saldo antara laba akuntansi dengan laba fiskal melalui rekonsiliasi fiskal.
Perbedaan temporer antara laba akuntansi dan laba fiscal menimbulkan beban pajak
tangguhan. Beban pajak tangguhan merupakan beban yang timbul akibat perbedaan
temporer antara laba akuntansi yang disusun berdasarkan SAK dengan laba fiskal yang
penelitian tentang pengaruh beban pajak tangguhan dan perencanaan pajak terhadap
manajemen laba dari suatu perusahan. Untuk itu, peneliti menuliskannya dalam bentuk
skripsi dengan judul “Pengaruh Aktiva Pajak Tangguhan, Perencanaan Pajak, Dan
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti kemukakan diatas, maka rumusan
Berdasarkan uraian dari rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan memberikaan manfaat secara teori maupun manfaat secara
praktis bagi pihak yang bersangkutan. Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Secara Teoritik
itu diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya.
2. Secara Praktik
a) Bagi Instansi Pajak, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi
bagi instansi pajak terkait penerapan aktiva pajak tangguhan, perencanaan pajak,
b) Bagi Penulis, diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan penulis terkait
c) Bagi Pembaca, diharapkan penelitian ini dapat menambah bahan bacaan serta
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN LITERATUR
a. Teori Agensi
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976), yang
mendefinisikan hubungan keagenan sebagai kontrak antara satu atau lebih prinsipal, yang
mengharuskan agen untuk melakukan beberapa pekerjaan yang terkait dengan kepentingan
Teori agensi digunakan dalam menjelaskan manajemen laba karena manajemen laba
merupakan salah satu masalah keagenan yang terjadi karena adanya pemisahan antara
manajer tersebut kenyataannya, yang sering terjadi baik manajemen atau manajer
perusahaan sering mempunyai tujuan yang berbeda yang mungkin bertentangan dengan
tujuan utama antara pihak prinsipal. Permasalahan yang timbul akibat adanya konflik
b. Manajemen Laba
Menurut Wijaya et al. (2017), manajemen pendapatan adalah aktivitas yang dilakukan
manajer yang mencakup banyak estimasi, penilaian, dan akrual yang memberikan
peluang bagi manajemen pendapatan. Pengelolaan laba rugi dilakukan dengan cara
akrual merupakan komponen yang dapat dengan mudah dimanipulasi sesuai dengan
keinginan atau tujuan dari pembuat laporan keuangan tersebut.Manajemen laba bukanlah
suatu hal yang merugikan selama dilakukan pada pialang peluang, manajemen laba tidak
selalu diartikan dengan proses manipulasi laporan keuangan karena ada beberapa metode
yang dapat digunakan dan bukan sebagai larangan (Kusumawardhani, 2016). Manajer
termasuk porsi item pendapatan dan biaya pada laporan rugi laba yang tidak
dimasa depan
2) Minimisasi laba : pola ini digunakan ketika perusahaan memiliki laba yang
bonus dan saat dihadapkan pada perjanjian hutang yang tinggi dan tidak dapat
terbayarkan
4) Perataan laba : pola ini digunakan untuk mengantisipasi kondisi yang akan
accrual periode sebelumnya yang dibagi dengan selisih total assets sebagai
4) The Modified Jones Model, yaitu didesain untuk mengurangi adanya dugaan
nilainya selalu konstan dan bahwa variasi dalam faktorfaktor penentu non-
Menurut (Timuriana dan Muhamad, 2015), aset pajak tangguhan adalah efek yang
timbul dari pajak pajak kumulatif yang belum digunakan, sepanjang diizinkan oleh
peraturan perpajakan pada PSAK 46 (2012.46.2). Untuk perbedaan temporer aset pajak
tangguhan, selisih antara nilai tercatat aset atau liabilitas di neraca dengan dasar
(Suandy, 2016yusutan aset tetap dan aset tetap (aset), perbedaan akan mengakibatkan
pengakuan beban pajak perdagangan yang lebih tinggi di masa depan. Oleh karena itu,
ini dilaporkan ketika rekonsiliasi pajak berbentuk penyesuaian negatif, ketika pendapatan
menurut akun komersial lebih besar dari akun pajak dan pengeluaran menurut akun
menimbulkan suatu jumlah yang boleh dikurangkan dalam penghitungan laba fiskal
periode mendatang pada saat nilai tercatat aktiva dipulihkan atau nilai tercatat
b. Sisa kompensasi kerugian yaitu saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi pada
Dari aspek pengukuran, besarnya nilai tercatat aktiva pajak tangguhan harus
ditinjau kembali pada tanggal neraca. Paragraf ini mempunyai implikasi bahwa
laba dengan melakukan pengukuran subyektif dan beban atas kememadaian suatu
aktiva pajak tangguhan dan prediksi laba fiskal yang akan datang (Agoes &
Trisnawati, 2017).
Dari paragraf sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pembentukan cadangan jika
terjadi penurunan atau peningkatan aset atau kewajiban pajak tangguhan dapat
cadangan dan jumlah penghasilan kena pajak yang diharapkan di masa depan.
periode pajak, yang mungkin sangat berbeda dari lingkungan bisnis individu.
dengan instrumen akun aset pajak tangguhan. Karena angka-angka dalam laporan
dapat memberikan pandangan yang tidak adil terhadap laporan keuangan (Suandy,
2016).
Dari beberapa kesimpulan yang telah diuraikan tersebut, secara umum dapat
disimpulkan bahwa potensi manajemen laba dapat terjadi dalam menentukan dan
mengubah penilaian aktiva pajak tangguhan yang tercermin dalam kenaikan atau
penurunan aktiva pajak tangguhan sebagai cadangan, oleh karena itu perlu diperoleh
sebuah pedoman yang diperoleh dari fakta empiris variabel-variabel apa yang
memadai sesuai dengan yang diamanahkan dalam PSAK No 46. (Tundjung, 2015)
mengorganisasi usaha wajib pajak sedemikian rupa agar utang pajaknya baik pajak
penghasilan maupun pajak, F., & Lestari S. 2019). (Pohan, 2018) mengatakan bahwa
cermat yakni dengan melakukan penghematan biaya kas keluar, mengatur aliran cash
flow, dan juga perencanaan pajak sebenarnya merupakan suatu bagian penting dari salah
perpajakan dengan tidak benar, akan tetapi para wajib pajak berusaha memanfaatkan
pemerintah dengan cara yang legal. Jika tujuan perencanaan pajak adalah untuk
merekayasa agar beban pajak serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang
ada tetapi memiliki tujuan yang berbeda dengan pembuat undang-undang, maka
perencanaan pajak disini sama dengan tax avoidance karena secara hakekat ekonomis
Menurut (Pohan 2017, 18) ada beberapa hal yang memengaruhi perilaku wajib pajak
Semakin besar jumlah pajak yang harus dibayar, akan semakin besar pula
memberikan uang sogokan kepada fiskus dalam pelaksanaan hak dan kewajiban
perpajakannya. Makin tinggi uang sogokan yang dibayarkan, semakin kecil pula
4) Risiko deteksi
ketentuan perpajakan ini akan terdeteksi atau tidak. Makin rendah risiko terdeteksi,
pelanggaran mudah diketahui, wajib pajak akan memilih posisi konservatif dengan
5) Besarnya denda
Semakin berat sanksi perpajakan yang bisa dikenakan, maka wajib pajak akan
perpajakan. Sebaliknya makin ringan sanksi atau bahkan ketiadaan sanksi atas
pelanggaran yang dilakukan wajib pajak, maka kecenderungan untuk melanggar akan
lebih besar.
6) Moral masyarakat
Moral masyarakat akan memberi warna tersendiri dalam menentukan kepatuhan dan
biaya untuk mematuhinya. Untuk mendapatkan kepatuhan wajib pajak dengan biaya
yang murah diperlukan perencanaan pajak antara lain dengan merekrut tenaga ahli
dibidang tersebut.
b) Jumlah pajak terutang yang semakin besar akibat kekeliruan dan kesalahan
ketentuan yang berlaku antara lain dengan mengajukan keberatan, banding, dan
peninjauan kembali.
ketentuan yang berlaku, sehingga tidak mengundang pemeriksaan dari otoritas pajak.
d) Semakin baik moral masyarakat, maka akan semakin rendah keinginannya untuk
Menurut IAI dalam PSAK No. 46 Paragraf 05, pajak tangguhan adalah jumlah pajak
penghasilan untuk periode mendatang sebagai akibat dari perbedaan temporer kena pajak.
Menurut (Astutik dari pajak penghasilan masa depan karena perbedaan temporer (waktu)
antara akuntansi dan perlakuan pajak. Hal ini dapat memberikan kebebasan kepada
manajemen untuk membuat pilihan akuntansi dalam menentukan besarnya beban pajak
tangguhan
Menurut PSAK No. 46 penyebab perbedaan yang terjadi antara beban pajak
penghasilan PPh terutang, dapat dikategorikan dalam dua kelompok berikut ini:
1) Perbedaan Tetap
menghitung laba kena pajak berbeda dengan perhitungan laba SAK tanpa koreksi di
masa mendatang. Selisih ini menghasilkan laba perdagangan dan laba kena pajak
sebagai dasar penghitungan pajak yang harus dibayar. Selisih tetap terdiri dari
koreksi positif dan negatif. Koreksi positif apabila terdapat laba akuntansi yang tidak
diakui oleh peraturan perpajakan dan pembebasan pajak, sedangkan koreksi negatif
disebabkan adanya beban sebagai laba akuntansi yang tidak diakui oleh peraturan
perpajakan. Sebagai contoh, bunga deposito diakui sebagai pendapatan dalam akun
operasi tetapi tidak sebagai pendapatan dalam akun pajak, dan premi asuransi yang
dibayarkan oleh Perusahaan untuk karyawan diakui sebagai beban dalam laporan
keuangan tetapi tidak diakui sebagai pendapatan. Pengeluaran dalam rekening pajak
(Suandy, 2016).
2) Perbedaan Temporer
tercatat aktiva atau kewajiban dengan Dasar Pengenaan Pajaknya (DPP). Perbedaan
differences).
masa depan diakui sebagai liabilitas (hutang) pajak tangguhan dan entitas
disyaratkan untuk mengakui beban pajak tangguhan. Di sisi lain, perbedaan temporer
yang dapat mengurangi jumlah pajak di masa depan diakui sebagai aset pajak
negatif terjadi ketika pengakuan beban akuntansi terjadi setelah pengakuan beban
pajak atau pengakuan pendapatan akuntansi. Koreksi positif terjadi ketika peraturan
Beban (penghasilan) pajak tangguhan yang tercantum dalam laporan laba rugi
penyesuaian positif atau negatif. Ketika penyesuaian negatif terjadi, entitas mengakui
liabilitas pajak tangguhan. Kewajiban pajak tangguhan ini dikalikan dengan tarif
pajak yang berlaku dan hasilnya kemudian diakui sebagai beban pajak tangguhan
yang ditambah dengan beban (manfaat) pajak kini (dikurangi). Liabilitas pajak
terutang untuk periode mendatang atas perbedaan temporer kena pajak. Sebaliknya,
tangguhan ini dikalikan dengan tarif pajak yang berlaku dan hasilnya kemudian
diakui sebagai manfaat pajak tangguhan dikurangi (ditambah) beban (manfaat pajak)
kini.
B. PENELITIAN TERDAHULU
Nama
Peneliti Judul
N Persamaan Perbedaa Hasil
dan Peneliti
O Variabel n Variabel Penelitian
Tahun an
Penelitian
1 AA Gede Pengaru Perencanaa Aktiva Bahwa
Raka Plasa h n Pajak, Pajak Perencanaa
Negara Perenca Beban Tangguhan n
(2017) naan Pajak Pajak
Pajak Tangguhan memiliki
dan dan hubungan
Beban manajemen positif
Pajak laba terhadap
Tanggu manajeme
han n laba.
Terhada
p
Manaje
men
Laba.
Nama
Peneliti Judul
N Persamaan Perbedaa Hasil
dan Peneliti
O Variabel n Variabel Penelitian
Tahun an
Penelitian
2. Fatimatu Pengaru Beban Aset Pajak Bahwa
Cahya h Aset Pajak Tangguhan Perencanaa
Ningsih Pajak Tangguhan, n Pajak
(2017) Tanggu Perencanaa memiliki
han, n Pajak dan pengaruh
Beban manajemen negatif
Pajak laba terhadap
Tanggu Manajeme
han dan n Laba.
Perenca
naan
Pajak
terhada
p
Manaje
men
Laba.
3. Maslihah, Pengaru Aktiva Beban Aktiva
A. (2019) h Pajak Pajak pajak
profitab Tangguhan, Tangguhan tangguhan
ilitas, Perencanaa berpengaru
aktiva n Pajak dan h positif
pajak Manajemen terhadap
tangguh Laba manajeme
an, n laba.
perenca
naan
pajak,
dan
perenca
naan
pajak
terhada
p
manaje
men
laba.
4. Onasis, D., Pengaru Aktiva Beban aktiva
dan h Pajak Pajak pajak
Aquino, A. Aktiva Tangguhan Tangguhan tangguhan
(2017). Pajak dan dan tidak
Tanggu Manajemen Perencanaa berpengaru
han Laba n Pajak h terhadap
Terhada manajeme
p n laba
Nama
Peneliti Judul
N Persamaan Perbedaa Hasil
dan Peneliti
O Variabel n Variabel Penelitian
Tahun an
Penelitian
Manaje
men
Laba
Perusah
aan
Industri
Manufa
ktur
Basic
Industri
Yang
Terdaft
ar di
Bursa
Efek
Indones
ia
5. Widowati, Pengaru Beban Aktiva Beban
Rani Ayu, h beban pajak pajak pajak
M. Agus pajak tangguhan tangguhan tangguhan
Sudrajat, tangguh dan dan berpengaru
dan an manajemen perencanaa h negatif
Nikmah terhada laba n pajak terhadap
(2019) p manajeme
manaje n laba
men
laba
dengan
komite
audit
sebagai
pemode
rasi
(pada
perusah
aan
manufa
ktur sub
sektor
otomoti
f yang
terdafta
r di
bursa
efek
Nama
Peneliti Judul
N Persamaan Perbedaa Hasil
dan Peneliti
O Variabel n Variabel Penelitian
Tahun an
Penelitian
indones
ia)
6. Kanji, L. Perenca Perencanaa Aktiva Beban
(2019). naan n pajak, pajak pajak
Pajak beban tangguhan tangguhan
dan pajak tidak
Beban tangguhan memiliki
Pajak dan pengaruh
Tanggu manajemen signifikan
han laba terhadap
terhada manajeme
p n laba
Manaje
men
Laba
Pada
Perusah
aan
Manufa
ktur
yang
Terdaft
ar di
Bursa
Efek
Indones
ia.
7. Irsan Pengaru Perencanaa Aktiva Beban
Lubis h Tax n pajak, pajak pajak
(2018) Plannin beban tangguhan tangguhan
g, pajak tidak
Beban taangguhan berpengaru
Pajak dan h terhadap
Tanggu manajemen manajeme
han laba n laba.
Dan
Ukuran
Perusah
aan
Terhada
p
Manaje
men
Laba
8. Sari, S., Pengaru Aktiva Beban Aktiva
Nama
Peneliti Judul
N Persamaan Perbedaa Hasil
dan Peneliti
O Variabel n Variabel Penelitian
Tahun an
Penelitian
dan h Pajak pajak pajak
Sudjiman, Aktiva Tangguhan, tangguhan tangguhan
P. E. Pajak perencanaa berpengaru
(2021) Tanggu n Pajak dan h secara
han, manajemen signifikan
Perenca laba terhadap
naan manajeme
Pajak n laba
Terhada
p
Manaje
men
Laba
9. Lestari, D. Pengaru Perencanaa Aktiva Perencanaa
S. A., h n pajak dan pajak n Pajak
Kurnia, I., Perenca manajemen tangguhan berpengaru
dan naan laba dan beban h positif
Yuniati, Y. Pajak pajak terhadap
(2018) Dan tangguhan Manajeme
Ukuran n
Perusah Laba
aan
Terhada
p
Manaje
men
Laba
10. Putra, Y. Pengaru Beban Aktiva beban
M., dan h Aset pajak pajak pajak
Kurnia, K. Pajak tangguhan, tangguhan tangguhan
(2019) Tanggu perencanaa berpengaru
han, n pajak dan h negatif
Beban manajemen terhadap
Pajak laba manajeme
Tanggu n laba
han,
dan
Perenca
naan
Pajak
terhada
p
Manaje
men
Laba.
C. KERANGKA BERFIKIR
AKTIVA PAJAK
TANGGUHAN H1
H2 MANAJEMEN
PERENCANAAN PAJAK LABA
H3
BEBAN PAJAK
TANGGUHAN
D. HIPOTESIS PENELITIAN
a. Pengaruh Aktiva Pajak Tangguhan terhadap Manajemen Laba
Aset pajak tangguhan adalah efek yang akan dihasilkan oleh pajak penghasilan
masa depan tetapi dipengaruhi oleh perbedaan waktu antara akuntansi dan perlakuan
pajak dan rugi pajak yang mungkin belum berlipat ganda di periode mendatang.
Pengaruh pajak penghasilan masa depan harus diakui, dihitung, disajikan dan
terhadap manajemen laba. Namun lain hal dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Onasis, D., dan Aquino, A. 2017) yang menyatakan bahwa aktiva pajak tangguhan
dapat digunakan untuk melihat manajemen laba, karena manajemen selalu merespon
perubahan tarif pajak, baik, semakin tinggi perencanaan pajak yang dilakukan oleh
manajemen, maka semakin besar pula result steering yang terjadi. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh (AA Gede Raka Plasa Negara 2017), dan (Lestari, D.
S. A., Kurnia, I., dan Yuniati, Y. 2018) menyatakan bahwa perencanaan pajak
berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Namun lain hal dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Fatimatu Cahya Ningsih 2017) yang menyatakan bahwa Bahwa
Beban pajak tangguhan merupakan beban yang timbul karena perbedaan temporer
atau waktu antara tingkat laba yang diperoleh menurun dan tingkat biaya akan naik,
dengan demikian peluang untuk mendapatkan laba dimasa yang akan datang menjadi
lebih besar dan mengurangi besarnya pajak yang dibayarkan. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh (Widowati, Rani Ayu, M. Agus Sudrajat, dan Nikmah 2019), dan
(Putra, Y. M., dan Kurnia, K. 2019) menyatakan bahwa Beban pajak tangguhan
berpengaruh terhadap manajemen laba. Namun lain hal dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Kanji, L. 2019), dan (Irsan Lubis 2018) yang menyatakan bahwa
METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif
untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik dengan tujuan untuk
Penelitian ini menggunakan desain survei yaitu dengan cara menelusuri web resmi
www.idx.id . Tujuan dari desain survei ini adalah untuk mengetahui dan memahami data
dari sampel yang diambil. Penelusuran didasarkan pada tujuan penelitian yang ingin
mengetahui pengaruh aktiva pajak tangguhan, perencanaan pajak, dan beban pajak
B. OPERASIONALISASI VARIABEL
Skala
No. Variabel Definisi Indikator Pengu
kuran
1. Manajeme kegiaatan Menghitung nlai Rasio
n Laba (Y) yang Discretionary
dilakukan Accruals
oleh
manajer Rumus yang
untuk digunakan adalah:
memanipula
si laporan
TA ¿
keuangan DA ¿ = - NDA ¿
dengan A ¿−1
memilih Keterangan:
kebijakan
akuntansi DA ¿ : Discretionary
tertentu Accruals perusahaan
dengan i pada tahun t
tujuan untuk TA ¿ : Total Accruals
meningkatk perusahan i tahun t-1
an atau
menurunkan A¿−1 : Total asset
Skala
No. Variabel Definisi Indikator Pengu
kuran
jumlah laba perubahan I pada
agar sesuai akhir tahun t-1
dengan yang
NDA ¿:Non-
diinginkan
discretionary accruals
oleh
perusahaan I pada
manajer. tahun t
(Wijaya et
al. 2017)
2. Aktiva saldo akun APTit = ∆ aktiva
Pajak di neraca pajak tangguhan it
Tangguhan sebagai /aktiva pajak
(X1) manfaat tangguhan t
pajak, yang
jumlahnya
merupakan
perkiraan
jumlah yang
dapat
dipulihkan
di tahun-
tahun
mendatang
sebagai
akibat dari
perbedaan Rasio
temporer
antara
standar
akuntansi
dan
peraturan
perpajakan
dan sebagai
akibat dari
saldo
kerugian
offset pada
periode
medatanng.
(Waluyo,
2008:217)
3. Perencana proses Perencanaan pajak
an pajak mengorgani diukur dengan
(X2) sasi usaha menggunakan rumus
wajib pajak tax retention rate
sedemikian (tingkat retensi
rupa agar pajak), yang
Skala
No. Variabel Definisi Indikator Pengu
kuran
utang menganalisis suatu
pajaknya ukuran dari
baik pajak efektivitas
penghasilan manajemen pajak
maupun pada laporan
pajak keuangan perusahaan
lainnya tahun berjalan.
berada Rumus yang
dalam digunakan adalah:
jumlah
minimal, TRR =
selama hal Net Income ¿
tersebut Pretax Income( EBIT )¿
tidak
Keterangan:
melanggar
ketentuan TRRit : Tax
perundang- Retention Rate Rasio
undangan (tingkat retensi
yang pajak) perusahaan i
berlaku pada tahun t Net
(Chairil
Anwar Incomeit : Laba
2018:371). bersih perusahaan i
pada tahun t
Pretax Income
(EBITit) : Laba
sebelum pajak
perusahaan i pada
tahun t
4. Beban Beban pajak Beban pajak Rasio
Pajak tangguhan tangguhan diukur
Tangguhan dikelompok diukur dengan
(X3) kan membagi jumlah
berdasarkan beban pajak
perbedaan tangguhan dengan
temporer total asset
dan
perbedaan DTE =
permanen. Beban Pajak Tangguhan
pajak secara Total Asset
final, dan
adanya non
deductible
expense
(biaya yang
tidak boleh
Skala
No. Variabel Definisi Indikator Pengu
kuran
dikurangkan
) (Suandy,
2016)
Pada penelitian ini peneliti menggunakan sumber data sekunder yaitu sumber data
penelitian yang didapatkan secara tidak langsung dari sumbernya tetapi melalui media
perantara. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh melalui laporan keuangan yang
Populasi adalah domain generalisasi yang terdiri dari subjek atau objek yang memiliki
jumlah dan sifat tertentu yang ditentukan oleh peneliti untuk memungkinkan peneliti
adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada sektor real
estate yang berjumlah 79 perusahaan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penyelidikan.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas perusahaan sampel, serta teori-teori dan
jurnal-jurnal yang ada pada subjek pajak, pajak tangguhan. dan manajemen pendapatan.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji regresi linier berganda. Pada
menggunakan tiga variabel independen, sehingga nantinya melalui uji analisis linier
berganda ini akan mampu menjelaskan hubungan linier antara variabel independen
hipotesis. Analisis statistik dilakukan dengan bantuan perangkat statistika yaitu SPSS.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran suatu data dan untuk menuji serta
menjelaskan karakteristik sampel yang diobservasi yang dilihat dari nilai rata-rata
(mean), kurtosis, varian, maksimum, minimun, sum, range, standar deviasi dan
a. Uji normalitas
atau tidak. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik dengan
model regresi linier antara confounding error pada periode t dan confounding
1. Jika d lebih kecil dari dl atau lebih besar dari (4-dl), maka hipotesis nol
2. Jika d terletak antara du dan atau diantara (4-du), maka hipotesis nol
3. Jika d terletak antara dl dan du atau diantara (4-du) dan (4-dl), maka
d. Uji Multikolinearitas
model regresi menemukan korelasi yang kuat dan tinggi antara variabel bebas
dapat ditentukan dengan menggunakan uji VIF (Variance Inflation Factor) dan
nilai tolerance. VIF atau Variance Inflation Factor adalah standar deviasi dari
terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jika nilai VIF
e. Uji Heteroskedastisitas
dan jika variansi nya tidak sama atau berbeda maka di sebut
heteroskedastisitas. Nilai signifikansi antar variabel independen dengan absolut
Alat analisis yang digunakan didalam penelitian ini adalah regresi linear berganda
(multiple regression). Model regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis akan
Keterangan :
X2 : Perencanaan Pajak
e : error
4. Uji Hipotesis
statistik kebenaran suatu pernyataan dan menarik kesimpulan tentang apakah akan
menerima atau menolak pernyataan tersebut. Pernyataan atau asumsi sementara yang
pengujian hipotesis adalah untuk memberikan dasar bagi Anda untuk mengumpulkan
bukti berupa data guna mengambil keputusan untuk menolak atau menerima
kebenaran dari setiap pernyataan atau asumsi yang dibuat. Berikut uji hipotesis yang
(Ghozali, 2013). Uji t ini adalah uji lanjutan setelah ada uji F dan hasilnya
signifikan. Kriteria pengujian pada uji t menunjukan besaran nilai t dan nilai
< 0,05 maka hipotesisnya mendukung, sedangkan jika t hitungnya < t tabel dan
bebas dalam menjelaskan variasi variabel terikat sangat terbatas. Nilai yang
A. HASIL PENELITIAN
Manajemen Laba dengan mpel diambil berdasarkan tujuan dan kriteria tertentu yang
harus dipenuhi agar dapat digunakan dalam melakukan penelitian ini. Adapun
1. Perusahaan sektor properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak
bidang properti yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2018-2020.
Berikut ini adalah Berikut ini adalah hasil analis sampel menggunakan purposive
variabel dependen Manajemen Hasil dan variabel independen Aset Pajak Tangguhan,
Beban Pajak Tangguhan, dan Perencanaan Pajak dibahas dalam hal karakteristik
sampel yang digunakan dalam penelitian ini, termasuk jumlah sampel (N), mean,
Tabel 4.3
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Aktiva Pajak 36 -3,0000396 ,9603369 ,070208211 ,7341528950
Tangguhan
Perencanaan 36 -1,0065431 1,2379662 ,755351572 ,5772634329
Pajak
Beban Pajak 36 -,0027075 ,0073136 ,000753053 ,0023290437
Tangguhan
Manajemen Laba 36 -,1208077 ,1894565 ,010034381 ,0687976273
Valid N (listwise) 36
Sumber: hasil olah data SPSS V. 26
Pernyataan deskriptif variabel bebas aset pajak tangguhan (X1) memiliki nilai
minimum sebesar -3.0000396, nilai maksimum sebesar 0,9603369, dan untuk nilai
rata-rata sebesar -0,070208211, hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata aset pajak
sebesar -1.0065431, nilai maksimum sebesar 1.2379662, dan untuk mean sebesar
0.755351572, hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata sampel perencanaan pajak yang
digunakan bernilai positif. Selain itu, variabel independen beban pajak tangguhan
(X3) memiliki nilai minimum -0,0027075, nilai maksimum 0,0073136, dan dengan
nilai rata-rata 0,000753053, hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata beban pajak
pendapatan (Y) memiliki nilai minimum -0,1208077, nilai maksimum 0,1894565, dan
dengan nilai rata-rata 0,010034381, hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata sampel
1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah
memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini, uji
normalitas dilakukan dengan metode statistik dengan melihat grafik Normal P-P Plot dan
Berdasarkan Gambar 4.1, grafik P di atas menunjukkan garis lurus dari sudut kiri
bawah ke sudut kanan atas, atau membentuk arah diagonal, sehingga dapat disebut garis
referensi normalitas. Di sekitar garis referensi normalitas, Anda dapat melihat bahwa data
diwakili oleh titik-titik ini di sekitar garis referensi. Terlihat bahwa data menyebar
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, sehingga model regresi
memenuhi asumsi normalitas. Hal ini menunjukkan bahwa residual terdistribusi secara
Tabel 4.4
Hasil Uji Statistik Kolmogorov-Smirnof Test
normal jika nilai Asymp. Sig di atas nilai secara signifikan lebih besar dari (> 0,05).
Berdasarkan hasil output didapatkan nilai Kolmogorov-Smirnov signifikan pada 0,08 >
0.05, sehingga residual berdistribusi normal dan dapat dilanjutkan dengan uji penerimaan
klasik lainnya.
2) Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi menemukan
adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya
tidak memiliki korelasi antar variabel bebas (independen) (Ghozali, 2013). Uji
multikolinearitas dapat dilihat dengan nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF).
Multikolinearitas dapat terjadi apabila nilai tolerance > 0.10 dan/atau nilai VIF < 10.
Berdasarkan hasil analisis regresi dengan menggunakan program SPSS 26, maka nilai
tolerance dan VIF untuk masing-masing variabel bebas adalah sebagai berikut:
:
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model
Tolerance VIF
1 (Constant)
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas, dapat diketahui nilai Tolerance dan VIF untuk
a. Nilai Tolerance untuk variabel Aktiva Pajak Tangguhan sebesar 0,977 > 0,10 dan nilai VIF
sebesar 1,024 < 10, sehingga variabel Aktiva Pajak Tangguhan dinyatakan tidak terjadi
gejala multikolinieritas.
b. Nilai Tolerance untuk variabel Beban Pajak Tangguhan sebesar 0,850 > 0.10 dan nilai
VIF sebesar 1,177 < 10, sehingga variabel Beban Pajak Tangguhan dinyatakan tidak
c. Nilai Tolerance untuk variabel Perencanaan Pajak sebesar 0.864 > 0.10 dan nilai VIF
sebesar 1,158 < 10, sehingga variabel Perencanaan Pajak dinyatakan tidak terjadi
gejala multikolinieritas.
3) Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi dilakukan dengan menggunakan Uji Durbin-Watson, hasilnya dapat
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
1 ,217a
,047 -,042 ,0702284174 2,063
a. Predictors: (Constant), Beban Pajak Tangguhan, Aktiva Pajak Tangguhan, Perencanaan
Pajak
b. Dependent Variable: Manajemen Laba
Dari hasil perhitungan pada Tabel 4.6 didapatkan nilai Durbin-Watson sebesar
2.063 dan nilai ini dibandingkan dengan nilai pada tabel menggunakan nilai signifikan
hal ini berarti tidak terdapat autokorelasi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
4) Uji Heteroskedastisitas
varians residual dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya dalam model regresi.
Jika varians residual tetap dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya disebut
a) Dengan melihat apakah titik memiliki pada pola tertentu yang teratur seperti
terdapat heteroskedastisitas.
b) Jika terjadi pola tertentu yang jelas, serta titik-titik meyebar diatas atau
Gambar 4.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Tunjukkan hasil uji heteroskedastisitas pada Gambar 4.2. bahwa titik-titik pada
sumbu X dan Y tersebar secara acak dan merata serta titik-titik tersebut berkumpul di
satu tempat dan tidak membentuk pola tertentu. Dari sini dapat disimpulkan bahwa tidak
ada masalah heteroskedastisitas dalam model regresi ini karena variabel bebas tidak
saling mempengaruhi.
telah memenuhi syarat uji asumsi klasik, sehingga model persamaan regresi akan
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Coefficientsa
a. Nilai konstan sebesar 0,006 artinya jika diartikan mempunyai arti jika nilai X
= 0, maka nilai Y akan menunjukakan tingkat sebesar 0,006 atau dalam arti
yang positif terhadap manajemen laba yang berarti bahwa setiap kenaikan
yang positif terhadap manajemen laba yang berarti bahwa setiap kenaikan
e. Uji Hipotesis
Uji t atau uji secara parsial digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen yaitu Aktiva Pajak Tangguhan (X1), Perencanaan
Pajak (X2), dan Beban Pajak Tangguhan (X3) terhadap Kemampuan Auditor
df = (n – k – 1)
df = (36 – 3 – 1)
df = 32
Keterangan:
n = Jumlah Observasi
Dengan tingkat signifikan 0,05 atau 5% dan df = 32, maka t tabel adalah
2.03693. Jika t hitung < t tabel, maka Ha ditolak, dimana, tidak ada pengaruh antara
variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y). Jika t hitung > t tabel, maka Ha
diterima dan memiliki pengaruh antara variabel independen (X) dengan variabel
depeden (Y). Apabila variabel yang diuji pada tingkat signifikan 0,05 atau 5% dengan
kriteria tingkat signifikan > 0,05 maka Ho diterima, dimana variabel independen secara
parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Sedangkan jika nilai
signifikan < 0,05 maka Ho ditolak, dimana variabel independen secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hasil uji t (uji secara parsial)
Tabel 4.8
Dari hasil perhitungan uji t, diketahui bahwa t hitung < ttabel (1,172 < 2.03693)
dengan nilai signifikan dari variabel Aktiva Pajak Tangguhan (X1) sebesar 0,250 >
0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak, artinya bahwa
variabel Aktiva Pajak Tangguhan (X1) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
Manajemen Laba (Y).
Dari hasil perhitungan uji t, diketahui bahwa t hitung > ttabel (2,117 > 2.03693)
dengan nilai signifikan dari variabel Perencanaan Pajak (X2) sebesar 0,986 > 0,05.
Maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha diterima, artinya bahwa variabel
Perencanaan Pajak (X2) berpengaruh positif terhadap variabel Manajemen Laba (Y).
Dari hasil perhitungan uji t, diketahui bahwa t hitung < ttabel (0,497 < 2.03693)
dengan nilai signifikan dari variabel Beban Pajak Tangguhan (X3) sebesar 0,623 >
0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak, artinya bahwa
terhadap variabel terikat atau dependen dengan diuji pada tingkat signifikansi
0,05. Untuk menentukan apakah hipotesis dapat diterima atau ditolak, terdapat
a. Jika kepemilikan manajerial signifikan (nilai sig.) < 0,05 maka Ho ditolak.
diterima.
Uji statistik F ditemukan dengan melihat F hitung atau signifikannya (sig.) yang
ANOVAa
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regression ,008 3 ,003 ,529 ,665b
Total ,166 35
Dari hasil pengujian hipotesis simultan diatas terlihat bahwa nilai Fhitung < Ftabel
yang diperoleh sebesar 0,529 < 2,90 dan nilai signifikan (sig.) yang diperoleh
sebesar 0,665 > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian dapat
signifikan antara variabel Aktiva Pajak Tangguhan (X1), Perencanaan Pajak (X2),
dan Beban Pajak Tangguhan (X3) secara bersama-sama terhadap Manajemen Laba
(Y). Dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis ke-4 (H4) diterima, secara
Laba.
Berikut ini merupakan hasil dari (Adjusted R Square) dapat dilihat pada tabel 4.10
sebagai berikut:
Tabel 4.10
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R Square)
Model Summaryb
Berdasarkan tabel 4.10 nilai Koefisen R Square (R2) Sebesar 0,047 atau 4,7% ,
artinya pengaruh Variabel aktiva pajak tangguhan (X1), perencanaan pajak (X2), dan
beban pajak tangguhan (X3) terhadap manajemen laba sebesar 0,047 atau 4,7%.
Aktiva Pajak Tangguhan, Perencanaan Pajak, dan Beban Pajak Tangguhan dan
perusahaan. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Onasis, D.,
signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini diperkuat dan didukung oleh uji-t yang
memiliki Thitung sebesar 2,117 > 2,03693 dengan taraf signifikansi 0,986 > 0,05. Ini
memiliki efek positif pada hubungan antara perencanaan fiskal dan manajemen
untuk meminimalkan beban pajak yang dibayarkan. Oleh karena itu, hubungan
antara perencanaan pajak dan manajemen hasil menjadi signifikan. Hasil penelitian
ini didukung oleh penelitian yang dilakukan AA Gede Raka Plasa Negara (2017),
dan Lestari, D. S. A., Kurnia, I., dan Yuniati, Y. (2018), yang menyatakan bahwa
Kemudian hasil penelitian ini berlawanan dengan penelitian yang dilakukan oleh
berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan laba. Hal ini diperkuat dan didukung
oleh uji-t yang memiliki nilai Thitung sebesar 0,497<2>0,05. Ini memiliki efek
negatif pada hubungan antara beban pajak tangguhan dan pengendalian pendapatan.
Hal ini karena beban pajak tangguhan timbul ketika beban akuntansi lebih besar dari
beban pajak dasar.Ini berarti perusahaan telah membayar biaya yang lebih tinggi di
muka, mengurangi kesempatan untuk manajemen laba. Hasil penelitian ini didukung
oleh penelitian yang dilakukan Widowati, Rani Ayu, M. Agus Sudrajat, dan Nikmah
(2019), dan Putra, Y. M., dan Kurnia, K. (2019), yang menyatakan bahwa bahwa
hasil penelitian ini berlawanan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Kanji, L.
2019), dan (Irsan Lubis 2018) yang menyatakan bahwa Beban pajak tangguhan tidak
hasil pengujian hipotesis simultan diatas terlihat bahwa nilai Fhitung < Ftabel
yang diperoleh sebesar 0,529 < 2,90 dan nilai signifikan (sig.) yang diperoleh sebesar
0,665 > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian dapat diambil
kesimpulan bahwa secara simultan terdapat pengaruh positif dan signifikan antara
variabel Aktiva Pajak Tangguhan (X1), Perencanaan Pajak (X2), dan Beban Pajak
Tangguhan (X3) secara bersama-sama terhadap Manajemen Laba (Y). Dapat diambil
D. REFLEKSI TAUHID
Aset pajak tangguhan adalah efek yang akan dihasilkan oleh pajak
penghasilan masa depan tetapi dipengaruhi oleh perbedaan waktu antara akuntansi
dan perlakuan pajak dan rugi pajak yang mungkin belum berlipat ganda di periode
mendatang. Aset pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan yang akan
terpulihkan di masa mendatang sebagai akibat dari perbedaan temporer yang dapat
dikurangkan, akumulasi rugi pajak yang belum diperhitungkan dan kredit pajak
kumulatif untuk yang belum digunakan dalam hal peraturan perpajakan sampai
Pada masa Nabi Muhammad dan Khilafah Islam, pajak merupakan salah satu
sumber pendapatan pemerintah bersama dengan zakat, kekayaan yang diterima dari
musuh tanpa perang (fay), harta wakaf, invensi (luqatah), dan kekayaan alam. Pajak
dalam Islam dibagi menjadi 3 jenis yaitu Jizyah (pajak kepala), Kharaj (pajak
properti) dan Ushur (pajak atau pajak konsumsi atas barang ekspor dan impor).
Pertama, jizyah (pajak kepala). Jizyah adalah imbalan yang dipungut dari
orang-orang kafir sebagai balasan atas kekafirannya atau sebagai imbalan atas
Artinya: “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak
(pula) kepada hari Kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang
diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar
(agama Allah), (Yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai
mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam Keadaan tunduk.”
Ayat ini dijadikan dalil oleh mereka yang berpendapat bahwa jizyah tidak
dikumpulkan kecuali oleh Ahli Kitab dan ahli sihir misalnya. Pandangan ini dianut
oleh Imamasy-syafi'i dan Imam Ahmad dalam riwayat mereka yang terkenal.
Sementara itu, Abu Hanifah berpendapat bahwa jizyah dikenakan kepada semua
non-Muslim yang bukan orang Arab, kecuali Ahli Kitab. Sedangkan Imam Malik
berpendapat bahwa boleh mengumpulkan jizyah dari semua orang kafir, ahli kitab,
ahli sihir, penyembah berhala dan lain-lain. Jizyah wajib bagi laki-laki, baligh dan
akal.Dan orang-orang yang terkena Jizyah adalah mereka yang termasuk Ahli Kitab
Kedua, Kharaj (pajak properti). Kharaj adalah uang yang dibebankan pada
tanah dan mempunyai hak atasnya yang harus dipenuhi. Berbeda dengan jizyah yang
dasar hukumnya ditentukan oleh nash, kharaj didasarkan pada ijtihad karena kharaj
ini tidak ditemukan pada masa Nabi Muhammad tetapi dieksplorasi pada masa
pemerintahan Umar bin Khatabra. Menurut beberapa ulama, Kharaj diambil oleh
orang kafir dan Muslim. Pajak Kharaj, jumlah minimum dan maksimum yang
kepada pedagang asing yang melintasi batas negara Islam, dan pembayarannya dapat
berupa uang dan barang. Kepabeanan barang impor diketahui dengan keputusan
wilayah Islam dikenakan impor 10%. pajak. oleh pemerintah daerah.Oleh karena itu
ketika jizyah (pajak) diwajibkan dari umat Islam, para ulama pada masa para
sahabat, tabi ' sejauh memiliki pendapat yang berbeda, jika Anda menanggapinya.
mewujudkan kemaslahatan bagi rakyat, karena dana negara tidak mencukupi untuk
membiayai berbagai pengeluaran, dan jika pengeluaran tersebut tidak dibiayai, akan
(kewajiban jika tidak sempurna kecuali dengan sesuatu maka sesuatu itu wajib).
tahun-tahun mendatang sebagai akibat dari perbedaan temporer kena pajak. Sebagai
sukarela untuk memenuhi kewajiban yang timbul dari barang yang disimpannya :
ْ َّٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْٓوا اَ ْوفُ ْوا بِ ْال ُعقُ ْو ۗ ِد اُ ِحل
ت لَ ُك ْم بَ ِه ْي َمةُ ااْل َ ْن َع ِام اِاَّل
ي ُِر ْي ُد
ternak dihalalkan bagimu, kecuali yang akan disebutkan kepadamu, dengan tidak
menganjurkan agar setiap umat manusia memenuhi kewajiban atas harta kekayaan
yang dimilikinya. Allah SWT juga berjanji akan memberikan imbalan berupa
pahala yang sangat besar atas harta kekayaan yang diinfakkan oleh umatnya. Oleh
karena itu, masyarakat harus memiliki kesadaran dan patuh untuk memenuhi
Kesadaran dalam aspek islam ialah sesuatu yang menjadi sangat penting untuk
kehidupan yang jauh lebih baik kedepannya. Maka dari itu, setiap orang diharapkan
memiliki tingkat kesadaran yang sangat tinggi dalam hal tujuan hidup, tugas hidup
Dilihat dari aspek tujuan hidup, Allah menciptakan manusia hanya untuk
beribah kepadanya dan menjadi pemimpin untuk menjaga bumi. Dalam hal
ْ ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذي َْن ٰا َمنُوا اتَّقُوا هّٰللا َ َو ْلتَ ْنظُرْ نَ ْفسٌ َّما قَ َّد َم
ت ِل َغ ۚ ٍد َواتَّقُوا
hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa
Dari ayat diatas dapat dijelaskan bahwa manusia diciptakan untuk bertakwa
kesadaran terkait pentingnya pajak sehingga akan timbul suatu pemahaman yang
mendalam dari dalam diri wajib pajak yang dapat memperhatikan bahwasanya jika
negara, sehingga terdapat tujuan dan tugas hidup yang baik untuk hari esok.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
perusahaan Sektor Properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
Dari hasil perhitungan uji t, diketahui bahwa thitung < ttabel (1,172 <
(X1) sebesar 0,250 > 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan
Laba (Y)
Dari hasil perhitungan uji t, diketahui bahwa thitung > ttabel (2,117 >
2.03693) dengan nilai signifikan dari variabel Perencanaan Pajak (X2)
sebesar 0,986 > 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha
Dari hasil perhitungan uji t, diketahui bahwa thitung < ttabel (0,497 <
(X3) sebesar 0,623 > 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan
< Ftabel yang diperoleh sebesar 0,529 < 2,90 dan nilai signifikan (sig.) yang
diperoleh sebesar 0,665 > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan
(X1), Perencanaan Pajak (X2), dan Beban Pajak Tangguhan (X3) secara
perencanaan pajak negara. Hal ini juga dapat digunakan sebagai pertimbangan
perusahaan.
C. KETERBATASAN
manajeman laba.
D. SARAN