Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH ROA DAN LEVERAGE TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK

DENGAN KOMISARIS INDEPENDEN SEBAGAI VARIABEL MODERASI


(Studi empiris pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi
yang terdaftar di BEI tahun 2018-2020)

PROPOSAL SKRIPSI
Bidang Kajian : Perpajakan
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam penyusunan skripsi
Program Sarjana Program Studi Akuntansi
Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon

Disusun oleh :
ROMANSYAH
NPM: 118040265

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2022
(Terakreditasi BAN-PT)
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk cukup

besar. Letak geografis Indonesia yang cukup strategis dan merupakan negara kepulauan

terbesar dengan memiliki kekayaan alam yang berlimpah menjadikan negara Indonesia

menjadi kawasan lalu lintas perdagangan dunia. Dengan demikian, tak heran banyak

perusahaan baik dari dalam maupun luar negeri yang mendirikan usahanya di Indonesia.

Hal ini cukup menguntungkan bagi Indonesia untuk meningkatkan pendapatan negara

khususnya penerimaan negara dalam sektor pajak.

Waluyo (2011) dalam Gemilang (2017), meyebutkan bahwa salah satu cara untuk

mewujudkan kemandirian bangsa atau negara dalam pembangunan yaitu dengan

menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri, salah satunya yaitu pendapatan

pajak. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan terbesar bagi negara, sehingga

pemerintah menaruh perhatian lebih pada sektor perpajakan. Berikut adalah kontribusi

pendapatan negara Indonesia tahun 2017-2019.

Tabel 1.1

Kontribusi Pendapatan Negara Tahun 2017-2019 (Dalam Triliun Rupiah)

Uraian 2017 % 2018 % 2019 %


Penerimaan Perpajakan 1.343,5 81 1.518,7 78 1.546,1 79
Penerimaan Negara Bukan 311,2 19 409,32 21 409,0 20
Pajak
Hibah 11,7 1 15,6 1 5,5 1
Total 1.66,4 100 1.943,6 100 1.960,5 100
Sumber: Data-apbn.kemenkeu.go.id (Kemenkeu, 2019)
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa sumber penerimaan pendapatan

negara Indonesia terbesar adalah penerimaan dari perpajakan yakni pada tahun 2017 sebesar

Rp. 1.343,5 triliun atau 81% tahun 2018 sebesar Rp. 1.518,79 triliun atau 78% dan tahun

2019 sebesar Rp. 1.546,1 triliun atau 79% dari keseluruhan total pendapatan negara yakni

pada tahun 2017-2019 berturut-turut sebesar Rp. 1.666,4 triliun, Rp. 1.943,67 triliun, dan Rp.

1.960,5 triliun. Hal ini membuktikan bahwa sumber penerimaan negara terbesar bersumber

dari pajak.

Ada fenomena kasus praktik penghindaran pajak menimpa PT. Adaro Energy. Sebuah

laporan internasional mengungkapkan perusahaan yang dipimpin Garibaldi Thohir telah

melakukan penggelapan pajak lewat anak usahanya Coaltrade Services International di

Singapura. Berdasarkan laporan Global Witness berjudul Taxing Times for Adaro yang dirilis

pada Kamis 4 Juli 2019, Adaro dikabarkan telah mengalihkan keuntungan dari batubara yang

ditambang di Indonesia. Hal ini untuk menghindari pajak di Indonesia. Dari laporan tersebut

disebutkan bahwa dari 2009-2017, perseroan melalui anak usahanya di Singapura yaitu

Coaltrade Services International telah membayar USD 125 juta 8 atau lebih sedikit dari yang

seharusnya dilakukan di Indonesia. Dengan mengalihkan lebih banyak dana melalui tempat

bebas pajak, Adaro mungkin telah mengurangi tagihan pajak Indonesia dan uang yang

tersedia untuk pemerintah Indonesia untuk layanan-layanan publik penting hampir USD 14

juta per tahun (https://www.merdeka.com).

Dari kasus tersebut dapat membuktikan bahwa masih banyaknya perusahaan yang

masih berusaha melakukan agresivitas pajak untuk mengurangi beban pajak yang harus

mereka bayar, baik dengan melakukan perencanaan pajak yang tergolong secara legal (tax

avoidance) maupun ilegal (tax evasion).


Terdapatnya fenomena terkait agresivitas pajak yang terjadi pada perusahaan

melandasi peneliti untuk melakukan penelitian terkait agresivitas pajak. Berdasarkan

penelitian terdahulu yang telah dilakukan, terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

agresivitas pajak. Menurut Simamora & Rahayu (2020), beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi agresivitas pajak adalah profitabilitas dan leverage

Profitabilitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba

selama periode tertentu pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu. Return On

Assets (ROA) merupakan salah satu pendekatan yang dapat mencerminkan profitabilitas

suatu perusahaan. ROA memperhitungkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba

yang terlepas dari pendanaan. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik performa

perusahaan dengan menggunakan aset dalam memperoleh laba bersih.

Profitabilitas berpengaruh terhadap agresivitas pajak karena perusahaan yang

memiliki ROA tinggi berarti mampu melakukan operasinya dengan efisien sehingga

perusahaan memiliki kecenderungan untuk melakukan agresivitas pajak. Penelitian mengenai

profitabilitas terhadap agresivitas pajak telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Simamora & Rahayu (2020), dan Ayem & Setyadi

(2019), menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Sedangkan

hasil berbeda ditunjukkan oleh penelitian Savitri & Rahmawati (2017), menyatakan bahwa

profitabilitas tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak.

Selain profitabilitas, variabel lain yang memiliki keterkaitan dengan agresivitas pajak

adalah Leverage yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan

dibiayai dengan menggunakan utang (Hidayat & Fitria, 2018). Perusahaan yang memiliki

leverage tinggi memiliki tingkat agresivitas pajak yang tinggi. Karena utang akan

menyebabkan timbulnya beban bunga yang dapat menyebabkan berkurangnya laba


perusahaan (Simamora & Rahayu, 2020). Penelitian mengenai Leverage terhadap agresivitas

pajak telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Penelitian terdahulu terkait

leverage memiliki hasil yang kontradiktif terhadap agresivitas pajak.. Berdasarkan penelitian

yang dilakukan oleh Hidayat dan Fitria ( 2018), serta Putri, dkk., (2019) membuktikan bahwa

variabel laverage berpengaruh terhadap agresivitas pajak. penelitian sama juga dilakukan

oleh Andhari dan Sukartha (2017) menunjukkan bahwa variabel leverage berpengaruh negatif

terhadap agresivitas pajak perusahaan. Namun, hasil berbeda ditunjukkan oleh penelitian

Windaswari dan Merkusiwati (2018) yang menunjukkan bahwa leverage tidak berpengaruh

pada agresivitas pajak.

Variabel Profitabilitas dan leverage masih layak untuk dipelajari kembali sebagai

faktor penentu agresivitas pajak, didukung dengan penelusuran riset-riset sebelumnya yang

mengkaji tentang agresivitas pajak masih ditemukan adanya research gap yang meliputi

perbedaan hasil diantara penelitian-penelitian sebelumnya. Adanya research gap di atas

memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mengajukan hipotesis dengan menghadirkan

komisaris independen sebagai variabel moderasi.

Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang berasal dari luar emiten

atau luar perusahaan dengan wajib memenuhi sejumlah persyaratan yang telah ditentukan.

Komisaris independen sebagai anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan

dengan wajib memenuhi sejumlah persyaratan yang telah ditentukan dalam Keputusan Ketua

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No. Kep-643/BL/2012 tentang

Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Hery (2017) mengatakan

bahwa komisaris independen juga bertanggung jawab dan bertugas secara kolektif untuk

mengawasi dan memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan telah

melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik. Komisaris independen merupakan bagian

dari corporate governance yang dapat mengantisipasi adanya konflik kepentingan. Semakin
besar jumlah komisaris independen maka semakin baik pula kinerjanya dalam mengawasi

dan mengontrol tindakan manajemen sehubungan dengan perilaku oportunistik mereka.

Tingginya pengawasan yang dilakukan oleh komisaris independen akan mengurangi

kesempatan manajemen dalam melakukan penghematan beban pajak secara legal maupun

ilegal untuk mempertahankan kinerja laba perusahaan. Komisaris independen diduga mampu

membatasi tindakan oportunistik manajemen, sehingga diharapkan variabel komisaris

independen akan memoderasi pengaruh variabel profitabilitas, dan leverage terhadap tingkat

agresivitas pajak.

Berdasarkan fenomena terkait agresivitas pajak dan terdapatnya research gap atau

hasil penelitian terdahulu yang tidak konsisten mengenai agresivitas pajak, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut, dengan memberi judul “PENGARUH ROA

DAN LEVERAGE TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK DENGAN KOMISARIS

INDEPENDEN SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi empiris pada perusahaan

manufaktur sektor indistri barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2018-2021).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijabarkan, maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap agresivitas pajak.

2. Apakah leverage berpengaruh terhadap agresivitas pajak.

3. Apakah komisaris independen dapat memoderasi secara signifikan pengaruh

profitabilitas terhadap agresivitas pajak.

4. Apakah komisaris independen dapat memoderasi secara signifikan pengaruh

leverage terhadap agresivitas pajak.

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai melalui

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap agresivitas

pajak.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh leverage terhadap agresivitas pajak.

3. Untuk mengetahui komisaris independen dalam memoderasi pengaruh

profitabilitas terhadap agresivitas pajak.

4. Untuk mengetahui komisaris independen dalam memoderasi pengaruh leverage

terhadap agresivitas pajak.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis

a. Penelitian ini menjadi wadah untuk menerapkan ilmu-ilmu yang telah

diperoleh selama perkuliahan.

b. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan bahan informasi dalam

rangka mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya di bidang perpajakan.

2. Bagi Universitas

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber bacaan dan sebagai referensi

bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian mengenai perpajakan.

3. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam mengambil

kebijakan atau keputusan yang akan diambil oleh perusahaan, dan memberikan

pandangan bagi perusahaan agar terhindar dari tindakan agresivitas pajak serta

agar perusahaan lebih meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perpajakan.

1.5 Unit Analisis dan Jadwal Penelitian


Unit analisisnya adalah bersumber dari laporan keuangan perusahaan manufaktur sektor

barang konsumsi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2018-2020.

Berikut adalah jadwal kegiatan penelitian yang akan dilakukan:

Tabel 1.2

Jadwal Penelitian

Februari Maret April Mei Juni


Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pendaftaran Judul

Verifikasi Judul

Penyusunan Proposal

Pendaftaran Seminar Proposal

Seminar Proposal

Masa Bimbingan Skripsi

Pendaftaran Sidang Skripsi

Sidang Skripsi

Revisi Skripsi

Sumber:Kalender Akademik FEB UGJ (2022)

Anda mungkin juga menyukai