Anda di halaman 1dari 33

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, INTENSITAS MODAL, DAN

INTENSITAS PERSEDIAAN TERHADAP EFFECTIVE TAX RATE


(STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN REAL ESTATE & PROPERTY
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2017-2020)

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Lulus

Mata Kuliah Metode Penelitian

Oleh:

Iris Santoso

11180128

Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora

Program Studi Akuntansi

Universitas Bunda Mulia

Jakarta/Tangerang

2021
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Identifikasi Masalah

1.3 Pembatasan Masalah

1.4 Rumusan Masalah

1.5 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.5.1 Tujuan Penelitian

1.5.2 Kegunaan Penelitian

1.6 Sistematika Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kerangka Teori

2.1.1 Teori Stakeholder

2.1.2 Teori Agensi

2.1.3 Pajak
2.1.4 Tarif Pajak Efektif

2.1.5 Ukuran Perusahaan

2.1.6 Intensitas Modal

2.1.7 Intensitas Persediaan

2.2 Penelitian Terdahulu

2.3 Paradigma Penelitian

2.4 Hipotesis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Subjek dan Objek Penelitian

3.2 Metode Pengumpulan Data

3.2.1 Jenis Penelitian

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

3.2.3 Populasi dan Sampel

3.3 Definisi Operasional Variabel

3.4 Metode Analisis Data

DAFTAR REFERENSI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak merupakan salah satu alat bagi pemerintah untuk mencapai tujuan

agar dapat mendapatkan penerimaan baik bersifat langsung maupun tidak

langsung dari orang pribadi maupun perusahaan atau badan. Pajak dapat berguna

untuk membiayai pengeluaran negara seperti pembangunan nasional, infrastruktur

ekonomi, subsidi, serta mengatur laju pertumbuhan negara dan juga ekonomi

masyarakat yang bersifat memaksa yang berdasarkan dengan Undang-Undang.

Peranan pajak yaitu sebagai salah satu penerimaan negara yang terbesar, sehingga

pemerintah menaruh perhatian khusus pada sektor perpajakan. Menurut data

APBN 2019, pajak memberikan sumbangan terbesar untuk negara dengan jumlah

Rp. 1.786,4T dibandingkan dengan penerimaan bukan pajak. (Sjahril, et al. 2020).

Dalam sektor ekonomi, pajak merupakan pemindahan sumber daya dari

perusahaan atau badan ke sektor publik, dimana pemindahan tersebut dapat

mempengaruhi daya beli atau kemampuan belanja dari sektor privat. Sedangkan,

dalam bidang akuntansi, pajak merupakan salah satu komponen yang dapat

mempengaruhi laba yang akan diterima oleh perusahaan (Sjahril, et al.. 2020).

Realisasi penerimaan pajak di Indonesia tidak dapat tercapai karenagnya

kurangnya kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak. Menteri Keuangan, Sri

Mulyani menyatakan bahwa realisasi penerimaan pajak sepanjang tahun 2020

sebesar Rp 1.070T dibandingkan tahun 2019 yang mencapai Rp 1.332,7T. Beliau


juga menyatakan bahwa seluruh sektor usaha mengalami penurunan akibat

COVID-19 sehingga penerimaan pajak juga menurun. Beliau Kembali

menyatakan bahwa enam sektor utama penerimaan pajak mengalami kontraksi

selama tahun 2020 diantaranya, sektor pengolahan yang mengalami penurunan

sebesar 20,21% year on year, sektor pergadangan mengalami penurunan sebesar

18,94%, sektor jasa keuangan dan asuransi mengalami kontraksi sebesar 14,31%

year on year, sektor kontruksi dan real estate mengalami penurunan sebesar

22,56% sektor transportasi dan pergudangan mengalami penurunan sebesar

15,41%, serta sektor pertambangan yang mengalami penurunan sebesar 43%.

(www.nasional.kontan.co.id)

Bagi perusahaan, pajak merupakan beban yang akan mengurangi laba

bersih yang akan diterima oleh perusahaan, sehingga perusahaan berusaha unuk

membayar beban pajak serendah mungkin (Setiawan dan Al-Ahsan, 2016).

Namun, terdapat perbedaan kepentingan antara pemerinrah yang berusaha untuk

mendapat penerimaan pajak sebesar-besarnya dari setiap perusahaan sedangkan

perusahaan berusaha untuk membayar pajak serendah mungkin. Dari perbedaan

antara pemerintah dan perusahaan, membuat perusahaan-perusahaan melakukan

manajemen pajak (tax planning) sebagai salah satu cara untuk mengurangi beban

pajak yang harus dibayar (Sinaga dan Sukartha, 2018).

Tarif pajak efektif (effective tax rate) didefinisikan sebagai akumulasi dari

total pemungutan pajak (total income taxes) yang dibagi dengan pendapatan

sebelum pajak perusahaan (Soenarno, 2017). Tarif pajak efektif digunakan untuk

melihat jumlah pajak yang harus dibayarkan sebagai ukuran pendapatan


perusahaan. Hubungannya dengan ukuran perusahaan adalah dapat dilihat dari

seberapa besar dan kecilnya suatu perusahaan yang dapat diketahui dengan

melihat jumlah pendapatan yang diterima perusahaan. Jika pendapatan yang

diterima suatu perusahaan tinggi, maka beban pajak yang harus ditanggung oleh

perusahaan juga tinggi dan sebaliknya jika pendapatan yang diterima suatu

perusahaan rendah, maka beban pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan

juga rendah (Erawati dan Jega, 2019).

Tarif pajak efektif (effective tax rate) merupakan presentase tarif efektif

yang akan digunakan untuk menghitung pajak yang harus ditanggung oleh wajib

pajak. Perusahaan dapat melakukan perencenaan pajak (tax planning) untuk

meminimalkan beban pajak yang harus dibayarkan dengan berbagai kebijakan

yang dapat diterapkan sehingga dapat menurunkan tarif pajak efektif perusahaan

(Nugroho, 2019).

Fenomena perusahaan yang berusaha untuk menekan effective tax rate

banyak terjadi di Indonesia. Diantaranya yaitu yang dilakukan oleh PT Adaro

Energy Tbk. (2019) diduga melakukan tax avoidance dimana perusahaan tersebut

hanya membayar pajak sebesar Rp 1,75T lebih rendah dari seharusnya

(www.merdeka.com).

Ukuran perusahaan merupakan suatu pengukuran yang dikelompokkan

sesuai dengan besar kecilnya suatu perusahaan dan juga dapat menggambarkan

kegiatan operasional serta pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan. Semakin

besar suatu perusahaan, maka kecenderungan perusahaan untuk membutuhkan

dana juga akan lebih besar dibandingkan perusahaan yang lebih kecil dikarenakan
perusahaan yang lebih besar cenderung menginginkan pendapatan yang lebih

besar (Setiawan dan Al-Ahsan, 2017).

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui besar kecilnya

suatu perusahaan yaitu dengan melihat seberapa besar aset yang dimiliki oleh

suatu perusahaan. Aset digunakan sebagai dasar untuk mengetahui besar kecilnya

suatu perusahaan karena aset dinilai memiliki tingkat kestabilan yang lebih baik

dibandingkan dengan lainnya dan cenderung berkesinambungan antara satu

peiode dengan periode yang lain (Afifah dan Hasyimi, 2020).

Intensitas modal (capital intensity) merupakan gambaran dari seberapa

besar modal yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk memperoleh pendapatan

(Rivandi dan Ariska, 2019). Intensitas modal juga dapat didefinisikan sebagai

aktivitas investasi yang dikaitkan dengan investasi aset tetap dan persediaan suatu

perusahaan serta bagaimana perusahaan berkorban untuk mengeluarkan dana

untuk aktivasi operasional perusahaan dan pendanaan aktiva untuk memperoleh

keuntungan bagi perusahaan. Rasio dari intensitas modal juga dapat menunjukkan

efisiensi pengunaan aktiva suatu perusahaan untuk menghasilkan penjualan

(Indradi, 2018).

Intensitas persediaan (inventory intensity) merupakan suatu pengukuran

untuk mengukur seberapa besar persediaan yang diinvestasikan pada suatu

perusahaan. Intensitas persediaan juga menggambarkan bagaimana suatu

perusahaan menginvestasikan kekayaannya kepada perusahaan. Besarnya

intensitas persediaan dapat menimbulkan biaya tambaharin yang diantaranya


adalah biaya penyimpanan dan biaya yang timbul akibat adanya kerusakan barang

(Ahmad, 2018).

Intensitas persediaan juga merupakan persediaan terdapat jumlah

persediaan yang tinggi. Hal tersebut dapat menimbulkan biaya tambahan untuk

penyimpanan serta terjadinya resiko kerusakan atas persediaan tersebut. Intensitas

perusahaan suatu perusahaan yang tinggi dapat menambah beban dan

menyebabkan laba semakin berkurang. Jika jumlah laba suatu perusahaan

semakin menurun, maka akan menyebabkan turunnya tarif pajak dari perusahaan

(Khumairoh dan Soliklah, 2017).

Intensitas persediaan yang tinggi biasanya memiliki ETR yang tinggi pula.

Hal tersebut dikarenakan perusahaan yang berinvestasi dalam bentuk persediaan

tidak dapat melakukan hal yang serupa ketika perusahaan mempunyai intensitas

modal yang tinggi yakni dalam hal depresiasi dapat dijadidikan pengurang dalam

penghasilan kena pajak (Siregar, 2016).

1.2 Identifikasi Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah banyak perusahaan yang

berusaha untuk membayar pajaknya serendah mungkin bahkan menghindari

pembayaran pajak sehingga menyulitkan pemerintah untuk melakukan

pembangunan nasional serta menyejahterahkan ekonomi masyarakat, dan lain-

lain. Ada beebrapa faktor yang kemungkinan berpengaruh dalam masalah ini
diantaranya adalah ukuran perusahaan, intensitas modal (capital intensity), dan

intensitas persediaan (inventory intensity).

1.3 Pembatasan Masalah

Dikarenakan keterbatasan waktu dan juga keterbatasan teori dan

pengetahuan, penulis membatasi penelitian ini sampai mengetahui pengaruh

ukuran perusahaan, intensitas modal (capital intensity), dan intensitas persediaan

(inventory intensity) terhadap tarif pajak efektif pada perusahaan real estate &

property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017-2020.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan judul penelitian diatas, maka rumusan masalah yang akan

menjadi fokus dalam penelitian ini adalah:

 Apa pengaruh ukuran perusahaan terhadap tarif pajak efektif pada

perusahaan real estate & property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2017-2020?

 Apa pengaruh intensitas modal (capital intensity) terhadap tarif pajak

efektif pada perusahaan real estate & property yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2017-2020?


 Apa pengaruh intensitas persediaan (inventory intensity) terhadap tarif

pajak efektif pada perusahaan real estate & property yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode 2017-2020?

1.5. Tujuan dan Kegunaan Penilitian

1.5.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja yang

mempengaruhi ukuran perusahaan, intensitas modal, dan intensitas perusahaan

terhadap tarif pajak efektif serta sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar

Sarjana Akuntansi.

1.5.2 Kegunaan Penelitian

Penulis berharap dengan adanya penelitian ini dapat memberikan

pemikiran untuk para mahasiswa terkait tarif pajak efektif dan juga memberikan

wawasan tentang tarif pajak efektif kepada orang awam.

1.6 Sistematika Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah,

pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta

sistematika pembahasan.
BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini memuat kerangka teori hingga penelitian terdahulu dan juga

paradigma penelitian serta hipotesis penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini memuat gambaran umum subjek dan objek penelitian, metode

pengumpulan data, hingga definisi operasional variabel dan metode analisis data

yang dilakukan oleh peneliti.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kerangka Teori

2.1.1 Teori Stakeholder

Teori stakeholder adalah teori yang mengungkapkan bahwa perusahaan

tidak hanya beroperasi untuk kepentingan pribadi, tetapi juga harus memberikan

manfaat kepada para stakeholders. Tujuan utama teori stakeholder ialah

membantu manajemen dalam perusahaan untuk meningkatkan nilai sebagai efek

dari aktivitas yang dilakukan dan mengurangi kerugian yang timbul (Putri dan

Mulyani, 2020).

Umumnya perusahaan mempunyai kewajiban atas aktivitasnya kepada

para stakeholder yaitu pemerintah dan masyarakat. Perusahaan juga perlu menjaga

hubungan yang baik dengan para stakeholder serta memenuhi harapan yang

diingin oleh stakeholder. Salah satu bentuk pemenuhan harapan stakeholder yaitu

dengan membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang telah diberlakukan oleh

pemerintah (Rahman dan Cheisviyanny, 2020).

Salah satu stakeholder suatu perusahaan yaitu pemegang saham, dimana

pemegang saham mendukung kegiatan operasional perusahaan melalui

pendanaan, dan pendanaan tersebut dapat digunakan pihak manajemen untuk

transaksi investasi perusahaan (Kumalasari dan Wahyudin, 2020). Berdasarkan

penjelasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa teori stakeholder disini
menjelaskan pentingnya suatu perushan untuk memberikan kepuasan sesuai

dengan harapan stakeholder. Hubungan yang telah dibangun antara perusahaan

dengan stakeholder berdasarkan konsep kebermanfaatan dapat membangun

kesinambungan suatu perusahaan (Meiliawati, 2020).

2.1.2 Teori Agensi (Agency Theory)

Teori keagenan disini digunakan untuk mengetahui pengaruh, ukuran

perusahaan, intensitas modal, dan intensitas persediaan terhadap tarif pajak

efektif. Teori keagenan merupakan teori yang menjelaskan hubungan agent

(manajemen) dengan principal (pemilik perusahaan) yang sering memiliki

perbedaan kepetingan (Putri dan Irawati, 2019).

Hubungan keagenan merupakan hubungan kontrak dimana satu orang

atau lebih (prinsipal) memerintah orang lain (agent) untuk melakukan suatu jasa

atas nama prinsipal dan juga memberikan wewenang kepada agent untuk

membuat keputusan yang tepat untuk prinsipal. Jika kedua pihak mempunyai

tujuan yang sama atau sesuai, maka agent akan menentukan cara yang sesuai

dengan kepentingan prinsipial (Ahmad, 2018).

Teori agensi menyatakan bahwa adanya perbedaan kepentingan antara

pemegang saham dengan manajer, dimana manajer ingin mempeoroleh laba

sebanyak mungkin sedangkan pemegang saham ingin kesejahteraanya terjamin

(Arianandini dan Ramantha, 2018).


Teori agensi menyatakan bahwa pihak agen lebih mengetahui kondisi perusahaan

yang sebenarnya karena agen berperan dalam operasional perusahaan sedangkan

pihak principal hanya mengetahui kondisi perusahaan melalui pihak agen. Hal

tersebut dapat menimbulkan konfilik kepentingan jika informasi yang

disampaikan oleh agen kepada prinsipal tidak sesuai dengan keadaan (Maharani

dan Juliarto, 2019).

Pemegang saham telah mempercayai dan memberikan manajer tanggung

jawab untuk menjalankan perusahaan supaya tujuan yang diinginkan dapat

tercapai. Perusahaan memiliki salah satu tujuan untuk memaksimalkan laba untuk

para pemegang saham sehingga manajer berusaha menjalankan tugas untuk

kepentingan para pemegang saham. Namun, banyak manajer yang mengkhianati

kepercayaan para pemegang saham dan lebih mementingkan kepentingan

individua tau pribadi (Sutrisno dan Sari, 2020).

Dalam hal ini, prinsipal juga agen diasumsikan sebagai pihak yang lebih

mementingkan kepentingan pribadi serta memiliki rasio ekonomi. Informasi

dalam teori agensi digunakan untuk mengambil keputusan yang tepat serta untuk

mengevaluasi dan membagi hasil sesuai kontrak kerja yang disepakati Bersama.

Hal tersebut tentunya akan memotivasi agen untuk dapat berusaha seoptimal

mungkin dan berusaha untuk menyajikan laporan keuangan yang sesuai dengan

harapan prinsipal, sehingga hal itu dapat meningkatkan kepercayaan prinsipal

kepada agent (Fajriana, 2019).

Pada prinsipnya, teori keagenen menjelaskan tentang bagaimana untuk

menyelesaikan konflik kepentinan antara pihak prinsipal dengan pihak agen dalam
kegiatan berbisnis yang berdampak kerugian bagi perusahaan. Untuk,

menghindari konfik, kerugian, diperlukan prinsip dasar pengelolaan perusahaan

yang tepat (Sjahril, et al. 2020).

2.1.3 Pajak

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang utama dan

penerimaan tersebut digunakan oleh pemerintah untuk pembangunan nasional

maupun pengeluaran rutin negara. Besar pajak yang harus dibayar biasanya

dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari faktor internal maupun eksternal.

Secara administratif, pajak yang dipungut dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu

pajak langsung dimana pajak langsung dikenakan atas masukan sumber daya

seperti penghasilan, dan pajak tidak langsung dimana pajak tidak langsung

dikenakan atas pengeluaran sumber daya untuk konsumsi barang dan jasa

(Silalahi, et al. 2020).

Beban pajak (tax incidence) pada umumnya ditanggung oleh orang

pribadi atau badan (perusahaan) yang menerima penghasilan. Bagi orang pribadi

maupun perusahaan sebagai wajib pajak, pajak merupakan beban yang akan

mengurangi pendapatan yang dihasilkan atau laba bersih. Maka dari itu, banyak

perusahaan ataupun orang pribadi yang berusaha untuk membayar beban pajak

serendah mungkin agar mereka masih bisa menerima laba atau penghasilan yang

lebih banyak.

Pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan pendapatan dari sektor

pajak dengan mengeluarkan Undang-Undang No.36 Tahun 2008 Pasal 17 Ayat


2(B), yang berisi tentang pemberian insentif penurunan pajak dari pemerintah

untuk wajib pajak badan yang ada di dalam negeri. Selain itu pemerintah juga

mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2013, tentang penyederhanaan

perhitungan pajak (Rimadani, et al. 2020).

Untuk penerimaan pajak yang lebih baik lagi, pemerintah telah

melakukan beberapa kali perubahan terhadap tarif pajak penghasilan badan

dimana yang awalnya perusahaan menghitung pajak menggunakan tarif progresif

sebesar 10%, 15%, dan 30% dan tarif tersebut diubah menjadi tarif tunggal

dengan tarid 28% untuk tahun pajak 2009 juga 25% untuk tahun pajak 2010 dan

Pasal 31E melalui Undang-Undang No.36 Tahun 2008 mengenai perubahan

keempat atas Undang-Undang No.7 Tahun 1983 mengenai pajak penghasilan.

Pada pasal 17 ayat 2(B) Undang-Undang No.36 Tahun 2008, wajib pajak badan

dalam negeri dapat memperoleh tarif yang lebih rendah 5% dari tarid jika wajib

pajak badan berbentuk perseroan terbuka menyetor saham paling tidak 40% yang

diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Tidak hanya itu, dengan adanya

Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2013 mengenai penyederhanaan perhitungan

pajak, dimana apabila penghasilan yang dihasilkan oleh usaha diperoleh wajib

pajak badan tidak lebih dari 4,8M dalam setahun maka akan dikenarif tarif sebesar

1% dan peraturan ini juga berubah ke Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 2008

dimana tarif tersebut diturunkan menjadi 0,5%. Dengan penurunan tarif pajak ini,

pemerintah berhadap hal tersebut dapat menguntungkan wajib pajak sehingga

penerimaan pajak dari wajib pajak menjadi meningkat (Susilawaty, 2020).

Para pelaku ekonomi sadar akan kewajiban pajak mereka namun mereka

beranggapan bahwa pajak merupakan suatu beban yang tidak menguntungkan


dalam arti kata tidak memberikan kontribusi langsung kepada pelaku ekonomi.

Hal ini dijadikan alasan para pelaku ekonomi untuk melakukan berbagai cara

demi menekan beban pajak yang harus dibayar (Yenti dan Tipa, 2020).

Selain tidak memberikan kontribusi secara langsung kepada pelaku

ekonomi, terdapat perbedaan pandangan tentang pajak antara wajib pajak badan

dengan pemerintah. Wajib pajak badan berusaha sebisa mungkin untuk membayar

pajak serendah-rendahnya sedangkan pemerintah berharap untuk melakukan

pungutan pajak setinggi-tingginya (Yenti dan Tipa, 2020). Di Indonesia sendiri,

besar target pajak yang diterima sangat sulit untuk direalisasikan, penerimaan

pajak terealisasi terakhir adalah pada tahun 2008 (Fajriana, 2019).

Sistem pemungutan pajak yang dipakai di Indonesia yaitu self

assessment system, dimana wajib pajak mempunyai peran untuk menghitung,

melaporkan, dan membayar pajaknya sendiri. Dari sistem pemungutan pajak ini

terdapat kekurangan yaitu wajib pajak akan berusaha untuk membayar beban

pajaknya sekecil mungkin (Rimadani, et al. 2020).

2.1.4 Tarif Pajak Efektif (Effective Tax Rate)

Masalah yang cukup sering muncul dalam pajak suatu perusahaan yaitu

perdebatan antara tarif pajak dengan tarif pajak efektif. Berdasarkan United States

Government Accountability Office, tarif pajak efektif berbeda dengan tarif pajak

yang berlaku dimana tarif pajak sebagai ukuran keberhasilan suatu perusahaan

dalam menjalankan perencanaan pajak (Purnama, 2020). Namun, dengan

diterapkannya sistem self assessment dalam memenuhi kewajiban sebagai wajib


pajak, wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, menyetor, serta

melaporkan pajaknya sehingga memberikan peluang bagi wajib pajak untuk

meminimalkan beban pajak dengan memperkecil laba sebelum pajak (Sarwoasih

dan Indarto, 2018).

Tarif pajak efektif ialah perbandingan nilai pajak sebenarnya dengan

laba sebelum pajak. Tarif pajak efek umumnya digunakan untuk mengukur

perubahan peraturan perpajakan atas beban pajak suatu perusahaan. Suatu

perusahaan dianggap efektif dalam melakukan pembayaran beban pajak jika tarid

pajak perusahaan tersebut dibawah 20%, apabila tarid pajak suatu perusahaan

diatas 20% maka dapat dikatakan bahwa suatu perusahaan kurang efektif dalam

melakukan pembayaran beban pajak (Sjahril, et al. 2020).

Perusahaan memanfaatkan Effective Tax Rate (ETR) seperti salah satu

acuran untuk penetapan kebijakan sistem perusahaan (Ardiansyah dalam Putri,

2018). Effective Tax Rate (ETR) merupakan ukuran hasil yang berdasarkan dari

laporan laba rugi yang biasanya dipakai untuk mengukur efektifitas strategi

pengurangan pajak oleh suatu perusahaan dan menunjukkan laba setalah pajak

yang tinggi (Reinaldo, 2017). Effective Tax Rate dapat dihitung dengan

menggunakan konsep pembagian kewajiban pajak perusahaan dan arus kas setelah

pajak (Hanlon dan Heitzman dalam Putri, 2018).

Pendapatan yang terdapat di laporan laba rugi tidak menggambarkan

pendapatan yang dihitung pada perpajakan. Hal tersebut disebabkan karena

perbedaan pengakuan pendapatan antara akuntansi dan perpajakan. Salah satu


contoh yaitu masa manfaat suatu aset tetap yang menimbulkan perbedaan

pengakuan biaya depresiasi (Tanujaya dan Valentine, 2020).

Effective Tax Rate umunya berupa persentase, dimana persentase tersebut

merupakan besaran tarif pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan. Effective

Tax Rate dihitung sesuai dengan informasi keuangan yang dibuat oleh suatu

perusahaan sehingga effective tax rate ialah perhitungan dari tarif pajak kepada

perusahaan (Sjahril, et al. 2020).

2.1.5 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan ialah suatu ukuran yang dapat menunjukkan

besar dan kecilnya ukuran suatu perusahaan dengan beberapa cara seperti total

aktiva, nilai pasar saham, dan lainnya. Pengukuran ini juga dapat memperlihatkan

kegiatan operasional dan pendapatan yang didapatkan suatu perusahaan. Jika

ukuran perusahaan semakin besar, maka perusahaan juga akan mengeluarkan dana

lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang berukuran kecil, hal tersebut

dapat menyebabkan perusahaan yang berukuran lebih besar menginginkan

pendapatan yang lebih banyak (Silalahi, et al. 2020).

Perusahaan berukuran besar umumnya memiliki sumber daya lebih

banyak dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. Laba yang cukup besar

yang diperoleh oleh perusahaan berukuran besar membuat perusahaan untuk

melakukan pembayaran pajak dengan rendah (Wijayanti dan Merkusiwati, 2017).


Ukuran perusahaan dapat diukur menggunakan total aktiva dengan

memakai perhitungan nilai log total aktiva. Maka dari itu, kualitas dari laporan

keuangan harus terpercaya, dan terbebas dari manajemen laba dikarenakan dapat

memudarkan informasi yang ada, terutama informasi yang berkaitan dengan

minimalisasi laba untuk mengurangi pendapatan kena pajak sehingga beban pajak

yang harus dibayar menjadi minim (Leksono, et al. 2019).

Tarif pajak efektif dipakai untuk melihat beban pajak yang harus dibayar

oleh perusahaan sebagai ukuran pendapatan perusahaan. Hubungan tarif pajak

efektif dengan ukuran perusahaan ialah dilihat dari besar kecilnya ukuran sebuah

perusahaan yang dapat diketahui juga jumlah pendapatan yang diperoleh. Apabila

pendapatan yang diperoleh besar, maka beban pajak yang harus dibayar

perusahaan juga besar dan sebaliknya apabila pendapatan yang diperoleh kecil,

maka beban pajak yang harus dibayar juga kecil. Besar dan kecilnya pendapatan

yang diperoleh perusahaan akan mempengaruhi aset dan hutang yang dimilikinya

(Erawati dan Jega, 2019).

Sesuai dengan teori stakeholder, semakin besar ukuran perusahaan

semakin besar pula tuntutan stakeholder atas manfaat keberadaan perusahaan

yang cenderung lebih besar (Rofikqoh, 2016) serta perusahaan besar memiliki

stakeholder yang lebih banyak maka informasi yang akan diungkap menjadi lebih

luas (Putri, 2017).

Sesuai dengan teori agensi, sumber daya yang ada di perusahaan dapat

dimanfaatkan oleh manajer untuk mengoptimalkan unjuk kerja manajer, dengan


cara meminimalkan biaya pajak perusahaan untuk mengoptimalkan kinerja

perusahaan (Putri, 2016).

2.1.6 Intensitas Modal (Capital Intensity)

Intensitas modal adalah perbandingan dari aset tetap dan total aset perusahaan.

Aset tetap perusahaan ialah tolak ukur untuk menentukan tarif pajak efektif (Putri,

2016). Intensitas modal juga merupakan berapa besar modal yang diperlukan oleh

suatu perusahaan untuk memperoleh penghasilan. Dalam melakukan investasi

perusahaan perlu menaruh perhatian pada peluang serta kemungkinan perusahaan

dalam menarik pasar. Intensitas modal dideskripsikan sebagai proporsi dari fixed

asset dengan berbagai property kepada total aset (Putri, 2016).

Pemanfaatan pengurangan beban pajak dapat dilakukan oleh suatu

perusahaan yang mengambil investasi dalam wujud aset maupun modal dalam hal

depresiasi. Perusahaan yang berinvestasi dalam wujud aset tetap mampu

menjadikan biaya depresiasi seperti biaya yang dikurangkan serta pada akhirnya

bisa mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar oleh perusahaan (Puspita dan

Febrianti, 2017).

Proporsi aset tetap suatu perusahaan dapat meminimalisir beban pajak

dari depresiasi aset tetap yang timbul. Perusahaan juga dapat menaikkan biaya

depresiasi aset tetap untuk mengurangi laba yang diperoleh perusahaan. Biaya

depresiasi aset tetap bisa dikurangi dengan laba sebelum pajak sehingga rasio aset

tetap dalam suatu perusahaan mampu mempengaruhi effective tax rate suatu

perusahaan. Maka dari itu, semakin besar rasio aset tetap dan beban depresiasi
modal, perusahaan dapat memperoleh effective tax rate yang rendah (Susilowati,

et al. 2018).

Di dalam teori agensi, beban depresiasi dapat digunakan manajer untuk menekan

beban pajak perusahaan dimana manajer dapat mengiventasikan dana yang tidak

dipakai untuk berinvestasi ke aset tetap, yang tujuannya adalah untuk memperoleh

keuntungan berbentuk depresiasi yang dapat dimanfaatkan sebagai pengurang

pajak. Dengan menggunakan depresiasi, manajer dapat menaikkan kemampuan

perusahaan supaya tercapai kompensasi kinerja yang diharapkan (Susilawaty,

2020).

Teori stakeholder berasumsi bahwa sebuah perusahaan membutuhkan

dukungan dari para stakeholder yang salah satunya adalah pemegang saham.

Pemegang saham membantu perusahaan dengan pendanaan. Pendanaan dapat

digunakan pihak manajemen di dalam aktivitas transaksi investasi perusahaan

yang berhubungan dengan aset tetap, dikarena aset tetap ialah salah satu modal

terbesar suatu perusahaan. Semakin besar pendanaan yang berhubungan dengan

aset tetap, hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar pula intensitas modal

sebuah perusahaan (Kumalasari dan Wahyudin, 2020).

2.1.7 Intensitas Persediaan (Inventory Intensity)

Intensitas persediaan merupakan perbandingan antara total persediaan

dan total aset. Jika suatu perusahaan memiliki total persediaan yang tinggi maka

hal tersebut dapat menyebabkan persediaan yang tidak terpakai, menambah

pengeluaran untuk penyimpanan serta terjadinya resiko kerusakan atas banyaknya


persediaan tersebut. Saat intensitas perusahan tinggi, hal tersebut dapat

menyebabkan beban bertambah serta laba menjadi berkurang. Jika total laba yang

diperoleh perusahaan menurun, maka tarif pajak perusahaan juga akan menurun

(Khumairoh & Soliklah, 2017).

Intensitas persediaan dalam suatu perusahaan menggambarkan besarnya

pendapatan perusahaan yang diinvestasikan dalam bentuk persediaan. Persediaan

yang dimiliki suatu perusahaan dapat digunakan untuk kegiatan operasional

perusahan yang menyebabkan harga pokok penjualan dalam perhitungganya

selaku pengurang beban pajak penghasilan. Beban tersebut dapat mengurangi laba

bersih dan jumlah tarif pajak yang harus dibayar oleh suatu perusahaan (Putri dan

Lautania, 2016). PSAK No.14 mengatur mengenai biaya yang muncul akibat

persediaan yang besar maka perlu dikeluarkan dari biaya tambahan sehingga tidak

mengurangi laba perusahaan (Syamsuddin dan Suryarini, 2019).

Banyak cara yang dapat dilakukan oleh manajer seperti meminimalisir

beban pajak supaya tidak mengurang laba, adapun membebankan biaya tambahan

untuk mengurangi laba yang diperoleh sehingga dapat menekan jumlah biaya

pajak. Jika laba yang dibebankan menurun maka pajak yang dibayarkan oleh

perusahaan juga menurun (Syamsuddin dan Suryarini, 2019).

Dalam teori agensi, manajer akan berusahan untuk mengurangi beban

tambahan dikarenakan banyaknya persediaan yang tersedia supaya tidak

mengurangi laba yang diperoleh perusahaan. Namun di satu sisi, manajer akan

memaksimalkan beban tambahan yang mau tak mau ditanggung untuk

mengurangi beban pajak. Cara yang dapat digunakan oleh manajer ialah dengan
membebankan biaya tambahan dari persediaan untuk mengurangi laba yang

diperoleh perusahaan agar dapat menurunkan beban pajak yang harus dibayarkan

perusahaan. Jika laba perusahaan berkurang, maka hal tersebut akan menyebabkan

beban pajak yang harus dibayar perusahaan juga berkurang (Putri dan Lautania.

2016).

2.2 Penelitian Terdahulu

Berikut hasil penelitian dari peneliti terdahulu dengan topik atau bahasan yang

sama:

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

Judul

Penelitian
No
Variabel Metodologi Hasil
.
(Nama Peneliti

dan Tahun)
1. Analisis Variabel Kuantitatif, - Leverage

Faktor-Faktor Independen: dengan data berpengaruh

yang Leverage, sekunder (annual negatif

Mempengaruh Profitabilitas, report 30 terhadap

i Tarif Pajak dan Intensitas perusahaan real tarif pajak

Efektif (Studi Aset Tetap. estate & efektif

Perusahaan property), teknik - Profitabilitas

Real Estate & Variabel analisis regresi berpengaruh


Property yang
positif
Terdaftar di
terhadap
Bursa Efek
tarif pajak
Indonesia
efektif
Periode 2016-
- Intensitas
2018. (Rizki Dependen: Tarif
berganda Aset Tetap
Firdi Sjahril, I Pajak Efektif
berpengaruh
Nyoman Putra
negative
Yasa, Gusti
terhadap
Ayu Ketut
tarif pajak
Rencana Dewi,
efektif.
2020).
2. Pengaruh Size, Variabel Kuantitatif - Size,

Leverage, Independen: Komite

Profitability, Size, Leverage, Audit, dan

Komite Audit, Profitability, Investor

Komisaris Komite Audit, Konstitusion

Independen, Komisaris al

dan Investor Independen, berpengaruh

Konstitusional Investor signifikan

terhadap Konstitusional terhadap

Effective Tax effective tax

Rate (Ade Variabel rate

Setiawan dan Dependen:

Muhammad Effective Tax - Leverage


Kholiq Al- Rate (ETR) dan

Ahsan, 2016). Komisaris

Independen

tidak

berpengaruh

terhadap

effective tax

rate
2. Pengaruh Size, Variabel Kuantitatif - Size,

Leverage, Independen: Komite

Profitability, Size, Leverage, Audit, dan

Komite Audit, Profitability, Investor

Komisaris Komite Audit, Konstitusion

Independen, Komisaris al

dan Investor Independen, berpengaruh

Konstitusional Investor signifikan

terhadap Konstitusional terhadap

Effective Tax effective tax

Rate (Ade Variabel rate

Setiawan dan Dependen:

Muhammad Effective Tax - Leverage

Kholiq Al- Rate (ETR) dan

Ahsan, 2016). Komisaris

Independen

tidak
berpengaruh

terhadap

effective tax

rate
4. Analisis Variabel Kuantitatif - Ukuran

Faktor-Faktor Independen: perusahaan

yang Ukuran Analisis regresi dan Capital

Mempengaruh Perusahaan, linear berganda Intensity

i Effective Tax Profitabilitas, berpengaruh

Rate (Diana Leverage, terhadap

Rimadani, Capital Intensity Effective

Suhendro, dan Tax Rate

Riana R Dewi, Variabel - Profitabilitas

2020). Dependen: dan

Effective Tax Leverage

Rate tidak

berpengaruh

terhadap

effective tax

rate
5. Analisis Variabel Kuantitatif - Intensitas

Pengaruh Independen: Persediaan

Intensitas Intensitas berpengaruh

Modal, Modal, positif

Intensitas Intensitas signifikan


Persediaan, terhadap

Komisaris ETR

Independen, - Intensitas

dan Persediaan, dan Modal,

Kepemilikan Kepemilikan Komisaris

Manajerial Manajerial Independen,

terhadap ETR dan

(Muhammad Variabel Kepemilikan

Syamsuddin Dependen: Manajerial

dan Trisni Effective Tax tidak

Suryarini, Rate berpengaruh

2019). signifikan

terhadap

ETR
Sumber: data diolah oleh peneliti

2.3 Paradigma Penelitian

Ukuran Perusahaan

Intensitas Modal Tarif Pajak Efektif

(Capital Intensity) (Effective Tax Rate)


Sumber: data diolah oleh penulis

Intensitas Persediaan

(Inventory
Ukuran Intensity)
perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tarif pajak efektif

dikarenakan semakin besar ukuran suatu perusahaan semakin besar pula beban

pajak yang harus dikeluarkan oleh perusahaan tersebut sehingga perusahaan

berusaha untuk meminimalkan beban pajak yang harus dibayar agar dapat

mendapat laba yang lebih banyak. Intensitas modal tidak berpengaruh terhadap

tarif pajak efektif dikarenakan perusahaan dapat memanfaatkan beban depresiasi

dari aset tetap untuk menjadi pengurang dari beban pajak sehingga beban pajak

juga menurun. Intensitas persediaan tidak berpengaruh terhadap tarif pajak efektif

dikarenakan intensitas persediaan hanya mengurangi laba dan jumlah tarif pajak

yang harus dibayarkan suatu perusahaan.

2.4 Hipotesis

Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Tarif Pajak Efektif

Menurut Afifah dan Hasyimi (2020) ukuran perusahaan merupakan

ukuran yang memperlihatkan suatu perusahaan berdasarkan besar dan kecilnya

perusahaan serta dapat memperlihatkan juga kegiatan operasional suatu

perusahaan dan pendapatan yang diperoleh perusahaan.


Penelitian yang dilakukan oleh Rimadani, et al (2020) menyatakan bahwa

ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tarif pajak efektif atau effective tax rate.

Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2019) serta

Setiawan dan Al-Ahsan (2016) yang menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh

signifikan terhadap tarif pajak efektif. Perusahaan dengan ukuran besar

mempunyai sumber daya yang besar juga sehingga perusahaan dapat

menggunakan sumber daya tersebut untuk tujuan tertentu misalnya sumber daya

digunakan oleh manajer untuk mengoptimalkan kinerjanya. Berdasarkan

penelitian yang telah diuraikan, maka penulis menyatakan hipotesis pertama

dalam penelitian ini, yaitu:

H1: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap Effective Tax Rate

Pengaruh Intensitas Modal terhadap Tarif Pajak Efektif

Menurut Putri dan Lautania (2016) intensitas modal merupakan modal

perusahaan yang diinvestasikan terhadap aset tetap. Adapula menurut Putri (2016)

intensitas modal ialah perbandingan dari aset tetap dengan total aset perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Lautania (2016) serta Rimadani, et al

(2020) menyatakan bahwa intensitas modal berpengaruh terhadap tarif pajak

efektif. Namun, penelitian yang dilakukan Nugroho (2019) mengatakan bahwa

intensitas modal tidak berpengaruh terhadap tarif pajak efektif. Perusahaan

memanfaatkan beban depresiasi dari aset tetap sebagai pengurang dari pendapatan

sehingga beban pajak juga menurun. Berdasarkan penelitian yang telah diuraikan

maka penulis memperlihatkan hipotesis kedua dari penelitian ini, yaitu:


H2: Intensitas modal tidak berpengaruh terhadap tarif pajak efektif

Pengaruh Intensitas Persediaan terhadap Tarif Pajak Efektif

Menurut Khumairoh dan Soliklah (2017) intensitas persediaan merupakan

perbandingan antara total persediaan dan total aset dimana jika perusahaan

memiliki persediaan yang tinggi maka perusahaan perlu menambah pengeluaran

untuk penyimpanan. Adapula menurut Putri dan Lautania (2016) intensitas

persediaan dalam suatu perusahaan menggambarkan besar pendapatan perusahaan

yang diinvestasikan terhadap persediaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Fadjriana (2019) menyatakan bahwa intensitas

persediaan berpengaruh terhadap tarif pajak efektif. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Lautania (2016) yang juga menyatakan

bahwa intensitas persediaan berpengaruh terhadap tarif pajak efektif. Dalam hal

ini, manajer berusaha sebisa mungkin untuk menimalkan biaya tambahan

dikarenakan banyaknya persediaan. Berdasarkan penelitian yang telah diuraikan

maka penulis memperlihatkan hipotesis ketiga dalam penelitian ini yaitu:

H3: Intensitas Persediaan berpengaruh terhadap Tarif Pajak Efektif


BAB III

METODE PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai