Anda di halaman 1dari 17

Apakah Transparansi Perusahaan Memoderasi Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Penghindaran Pajak? (Studi Empiris Atas


Perusahaan Pertambangan Batu Bara Indonesia)

Irwan Supriyadi1, Waluyo2


1)irwan.supriyadi@gmail.com, Magister Akuntansi, Universitas Mercu Buana, Jakarta, Indonesia
2)waluyo@mercubuana.ac.id, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mercubuana, Jakarta, Indonesia

Abstract

The purpose of this research is to examine and analyze influence of company size, and leverage on
tax avoidance with company transparency as a moderating variable in mining companies listed on
the Indonesia Stock Exchange in 2015 – 2019. Data is obtained by accessing the company's financial
statement and annual reports through the company's website or www.idx.co.id. The research sample
was searched by purposive sampling methode using criteria so that 9 sample companies are
obtained for 5 years of observation (2015-2019). The data analysis methode used is the path analysis
methode with Partial Least Square which processed using SmartPLS 3.0 software. The result of this
research indicate that the size of the company has a significant effect on tax avoidance. Leverage
has no effect on tax avoidance. Corporate transparency cannot moderate the effect of company size
on tax avoidance, but corporate transparency can weaken the effect of leverage on tax avoidance.
Keywords: Company Size, Leverage, Tax Avoidance, and Corporate Transparency.

Abstrak

Penelitian ini ditujukan untuk menguji dan menganalisis pengaruh ukuran perusahaan, dan tingkat
leverage pada upaya penghindaran pajak dengan moderasi transparansi perusahaan pada perusahaan
pertambangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2015 – 2019. Data diperoleh dari
laporan tahunan perusahaan yang diakses dari laman masing-masing perusahaan. Sampel penelitian
dicari dengan teknik purposive sampling berdasarkan beberapa kriteria sehingga terpilih 9 badan
usaha dari 49 populasi dalam rentang waktu 5 tahun pengamatan (2015-2019). Data dianalisis
melalui analisis jalur pada Partial Least Square dengan alat bantu software SmartPLS versi 3.0.
Penelitian ini menghasilkan simpulan bahwa secara signifikan ukuran perusahaan mampu
mempengaruhi upaya penghindaran pajak. Sebaliknya leverage tidak mempengaruhi adanya upaya
penghindaran pajak. Sementara transparansi perusahaan tidak mampu memoderasi pengaruh ukuran
perusahaan terhadap penghindaran pajak, namun transparansi mampu melemahkan pengaruh
leverage terhadap upaya penghindaran pajak.
Kata kunci: Ukuran Perusahaan, Leverage, Penghindaran Pajak, dan Transparansi
Perusahaan.

PENDAHULUAN
Kontribusi penerimaan pajak Indonesia mendominasi penerimaan negara,
bahkan cenderung terus meningkat dari beberapa tahun terakhir. Dari total
penerimaan negara sebesar 2.233,2 trilyun rupiah pada APBN 2020, sebesar
1.865,7 trilyun rupiah atau 83.5% nya berasal dari perpajakan. Itu artinya sumber
pendanaan negara ini sebagian besar berasal dari pajak.
Menurut Waluyo (2017), penghindaran pajak dikatakan sebagai skema
transaksi untuk mengurangi jumlah pajak melalui pemanfaatan loopholes atas
ketentuan pajak suatu negara. Tax loophole dijelaskan dalam Collins Dictionary
sebagai cara penghindaran pembayaran pajak secara legal karena adanya
kesenjangan ketentuan perpajakan (Prianto, 2016).
Salah satu bidang usaha yang menunjukkan adanya potensi penghindaran
pajak menurut Ganiswari & Sasongko (2019) adalah sektor usaha pertambangan.
Sektor ini menjadi sektor strategis andalan Indonesia. Namun transparansi
pengelolaan sektor ini masih kurang sehingga belum mengoptimalkan potensi
penerimaan pajak bagi negara.
Fenomena terjadinya penghindaran pajak di Indonesia, salah satunya
berdasarkan laporan investigasi yang dikeluarkan oleh LSM Internasional Global
Witness yang menyorot dugaan penghindaran pajak pada PT Adaro Energy Tbk.
sebagai pengelola usaha tambang batubara, melalui skema transfer pricing dengan
anak perusahaannya di Singapura. Akibat transaksi ini, ada kecenderungan terjadi
pengurangan pembayaran pajak senilai 125 juta USD dalam kurun waktu 2009 –
2017. Indikasi terjadinya praktik penghindaran pajak pada sektor pertambangan
diperkuat dengan paparan menteri keuangan Republik Indonesia di hadapan Komisi
XI DPR RI, saat melaporkan realisasi APBN tahun 2020, yang menyatakan adanya
penurunan penerimaan pajak yang signifikan dari sektor pertambangan.
Berdasarkan data dari Kementerian Keuangan, tahun 2020 penerimaan pajak dari
sektor pertambangan terjadi penurunan hingga 43% jika dibandingkan penerimaan
tahun 2019.
Ribeiro et al. (2015) mengungkapkan bahwa ukuran perusahaan adalah
salah satu komponen yang diharapkan bisa mempengaruhi penghindaran pajak.
Penelitian pengaruh ukuran perusahaan pada upaya penghindaran pajak
menemukan hasil beragam. Sebagian menyimpulkan pengaruh positif antara
ukuran perusahaan (SIZE) terhadap penghindaran pajak. Sebagaimana penelitian
Salaudeen & Eze (2018), Ogbeide (2017), dan Ilaboya et al. (2017). Sebaliknya
Rani et al. (2018) dan Irianto et al. (2017) menunjukkan pengaruh negatif ukuran
perusahaan (SIZE) atas penghindaran pajak.
Selain ukuran perusahaan, leverage juga menjadi komponen karakteristik
perusahaan yang diharapkan dapat mempengaruhi penghindaran pajak. Tarihoran
(2016) menyebutkan bahwa leverage merupakan rasio pengukur besarnya proporsi
hutang terhadap modal perusahaan. Perusahaan yang menggunakan hutang dalam
jumlah besar, baik hutang jangka pendek ataupun jangka panjang sering menikmati
perlindungan pajak dan selalu berupaya mengurangi jumlah pembayaran pajaknya
(Ogbeide, 2017).
Penelitian Salaudeen & Eze (2018), Mourikis (2016), Ogbeide (2017),
Ilaboya et al. (2017), dan Siregar & Widyawati (2016) menemukan bahwa leverage
signifikan dan memberikan pengaruh negatif pada penghindaran pajak. Perusahaan
dengan leverage tinggi dihadapkan pada beban bunga yang tinggi. Karena beban
bunga dapat dikurangkan dari pajak, maka cenderung akan menurunkan nilai
effective tax rate (ETR), yang berarti bahwa kecenderungan untuk melakukan
penghindaran pajak semakin meningkat.
Sebaliknya penelitian Rani et al. (2018), Irianto et al. (2017), dan Dharma
& Ardiana (2016) menunjukkan adanya pengaruh positif leverage pada
penghindaran pajak, yang berarti jika leverage perusahaan meningkat akan ada
peningkatan nilai effective tax rate (ETR) yang menunjukkan bahwa perusahaan
2
mengurangi langkah-langkah penghindaran pajak. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Novita et al. (2019) dan Batmomolin (2018) menunjukkan tidak ada
pengaruh antara besar kecilnya leverage terhadap penghindaran pajak.
Penelitian ini juga mengkaji mengenai keterkaitan transparansi perusahaan
dengan faktor penyebab terjadinya penghindaran pajak atau tax avoidance.
Menurut Tarihoran (2016), transparansi adalah keterbukaan informasi pada proses
pengambilan keputusan dan pengungkapan materialitas dan relevansi informasi
perusahaan kepada pihak luar. Penelitian ini ingin menguji dan menganalisis
tingkat signifikansi atas pengaruh ukuran perusahaan, dan leverage terhadap
kegiatan penghindaran pajak (tax avoidance). Penelitian mengenai hal ini secara
spesifik telah dilakukan oleh Selviani et al. (2018) dengan populasi perusahaan sub
sektor kimia. Yang membedakan dari penelitian sebelumnya, populasi dalam
penelitian ini adalah perusahaan pertambangan, dan menambahkan transparansi
perusahaan sebagai variabel moderasi.

KAJIAN PUSTAKA
Teori Stakeholder
Teori ini dikembangkan dari pandangan hubungan perusahaan dengan
seluruh pemangku kepentingan. Perusahaan diharapkan untuk memperhatikan
pihak-pihak yang berkepentingan, tidak terbatas kepada investor saja. Selain
tuntutan etis, hal ini daharapkan akan mendatangkan manfaat ekonomis dan
menjaga sustainability perusahaan.
Dalam Stakeholder theory, Donaldson & Preston (2016) menjelaskan
bahwa stakeholder akan mempengaruhi kinerja sebuah organisasi, karena itu para
manager bertanggung jawab memberikan manfaat kepada seluruh seluruh pihak
yang berkepentingan terhadap kinerja organisasi. Pihak-pihak tersebut meliputi
orang atau kelompok yang berkepentingan dan terlibat dengan organisasi.
Berkaitan dengan penghindaran pajak, teori stakeholder menggambarkan
bahwa pemerintah sebagai stakeholder memiliki kepentingan terhadap perusahaan.
Pemerintah berharap adanya kontribusi perusahaan dari penerimaan pajak,
sementara manajemen menganggap pajak sebagai beban perusahaan dan menjadi
pengurang laba, dengan demikian manajemen berusaha meminimalkan beban pajak
dengan tetap mematuhi ketentuan yang ditetapkan pemerintah.
Teori Biaya Politik (Political Cost Theory)
Political cost theory adalah teori yang berhubungan dengan ukuran
perusahaan. Menurut Jensen & Meckling (1976), bahwa semakin besar skala suatu
badan usaha akan memiliki tingkat visibilitas publik yang lebih luas dan karenanya
akan menjadi sorotan publik dengan tekanan sosial melebihi perusahaan yang lebih
kecil. Alasan di balik political cost theory dapat dibagi menjadi 2 pendapat utama.
Pertama, perusahaan besar lebih tunduk pada peraturan pemerintah dibanding
perusahaan kecil. Kedua, mereka secara politis lebih rentan terhadap tekanan dan
pengawasan publik, yang memaksa mereka dengan tanggung jawab sosial, dan
berperilaku sesuai dengan harapan lingkungan social mereka (Belz et al., 2015).
Teori biaya politik dapat diuji secara empiris dengan mempertimbangkan
hubungan antara pajak sebagai salah satu komponen biaya politik dan ukuran
perusahaan. Belz et al. (2015) mengungkapkan bahwa skala perusahaan semakin
3
besar akan menghadapi tarif pajak efektif lebih tinggi dari perusahaan yang lebih
kecil, berarti hasil dari penelitian tersebut konsisten dengan teori biaya politik,
sebagaimana temuan dalam penelitian Ribeiro et al. (2015), Ogbeide (2017), dan
Salaudeen & Eze (2018).
Trade-off Theory of Leverage
Sjahrial (2014) mendefinisikan leverage sebagai penggunaan sumber dana
perusahaan dari pinjaman dengan beban bunga tetap untuk meningkatkan potensi
keuntungan bagi pemegang saham. Teori ini dapat diartikan juga sebagai teori
tentang struktur modal. Dimana modal perusahaan bersumber dari internal (saham)
dan berasal dari eksternal (hutang).
Dalam Trade-off theory of Leverage, perusahaan menggabungkan (trade-
off) manfaat dari pembiayaan utang dalam hal ini pengurang pajak perusahaan
dengan tingkat bunga yang lebih tinggi dan biaya-biaya kebangkrutan. Teori ini
menyatakan bahwa dalam pembiayaan dengan utang, perusahaan harus
memperhitungkan antara cost dan benefitnya. Cost yang timbul akibat pembiayaan
dengan utang adalah beban bunga dan meningkatnya risiko kebangkrutan,
sedangkan benefitnya adalah manfaat berupa pengurangan pajak dari beban bunga
sebagai deductible expense (Ardiansyah, 2018).
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance).
Menurut Waluyo (2017), penghindaran pajak dikatakan sebagai skema
transaksi untuk mengurangi jumlah pajak melalui pemanfaatan loopholes atas
ketentuan pajak suatu negara. Tax loophole dijelaskan dalam Collins Dictionary
sebagai cara penghindaran pembayaran pajak secara legal karena adanya
kesenjangan ketentuan perpajakan (Prianto, 2016). Agar praktik penghindaran
pajak ini tidak melanggar aturan yang ada, maka perusahaan harus membuat
manajemen perpajakan. Pohan (2015) menjelaskan bahwa manajemen perpajakan
adalah upaya para manajer pajak dalam mengelola perpajakan perusahaan secara
efisien dan ekonomis, guna memaksimalkan kontribusi bagi perusahaan.
Penelitian oleh Salaudeen & Eze (2018) terhadap 59 lembaga non keuangan
tercatat di Bursa Efek Nigeria dalam rentang waktu 2010 - 2014, membuktikan
bahwa selama periode penelitian tersebut, Effective Tax Rate (ETR) perusahaan-
perusahaan tersebut lebih rendah dari tarif pajak menurut Undang-undang yang
berlaku (Statutory Tax Rate). Hal ini menunjukkan adanya indikasi upaya
perusahaan untuk meminimalkan beban pajaknya. Temuan Ogbeide (2017) juga
membuktikan bahwa average ETR perusahaan yang diteliti adalah 24,37% lebih
rendah dari statutory tax rate yang 30%. Hasil ini mengindikasikan tingginya
agresifitas pajak perusahaan-perusahaan tersebut. Kondisi ini menyimpulkan
perusahaan yang memiliki ahli manajemen pajak dan konsultan pajak yang
menerapkan strategi legal yang mengambil keuntungan dari celah peraturan pajak
(loopholes) untuk meminimalkan kewajiban pajak, dapat meningkatkan
pendapatan bersihnya dan memaksimalkan kesejahteraan bagi pemegang saham.
Ukuran Perusahaan
Definisi ukuran perusahaan merupakan suatu skala untuk
mengklasifikasikan besarnya perusahaan atas dasar berbagai kriteria semisal
jumlah aset yang dikuasai, total penjualan, atau harga per lembar saham.
4
Umumnya, skala perusahaan terbagi menjadi 3 kategori, yaitu skala perusahaan
besar, menengah, dan kecil (Agustina & Aris (2016).
Penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dengan kriteria total aset
memiliki korelasi dengan pengurangan kewajiban pajak. Sebagaimana penelitian
Ogbeide (2017), Ilaboya et al. (2017), Ganiswari & Sasongko (2019), dan
Salaudeen & Eze (2018). Karena itu penelitian ini memakai formula LN Total Aset
sebagai indikator dari ukuran perusahaan.
Leverage (Rasio Solvabilitas)
Sumber dana yang dimiliki perusahaan biasanya berasal dari modal para
pendirinya atau modal sendiri dan ada juga dana yang berasal dari pinjaman.
Dimana ketika perusahaan membiayai usahanya dengan pinjaman maka perusahaan
memiliki kewajiban untuk melunasi pinjaman yang disertai dengan bunga
pinjaman. Leverage timbul karena adanya penggunaan aktiva yang dimiliki
perusahaan yang diperoleh dari dana pinjaman atau biasa kita sebut sebagai hutang.
Kreditor umumnya tidak mau memberikan pinjaman tanpa perlindungan
yang diberikan oleh pembiayaan modal sendiri (equity). Leverage mengacu pada
jumlah pinjaman dalam struktur modal perusahaan. Ini menunjukkan bahwa
perusahaan memanfaatkan modal sebagai basis pinjaman dengan harapan dapat
menuai surplus pengembalian (Subramanyam, 2014). Penelitian ini memakai Debt
to Assets Ratio (DAR) sebagai indikator dari leverage untuk melihat risiko
perusahaan pada perbandingan total hutang dengan keseluruhan aset perusahaan,
sebagaimana penelitian oleh Batmomolin (2018),
Transparansi Perusahaan
Menurut Tarihoran (2016), transparansi didefinisikan sebagai ketersediaan
dan keterbukaan informasi bagi pihak luar, dalam pengambilan keputusan maupun
pengungkapan materialitas dan relevansi informasi perusahaan. Pengungkapan
informasi meliputi gambaran umum, visi dan misi, susunan pengurus, sasaran
usaha, saham yang dimiliki oleh anggota direksi, komisaris maupun keluarganya
yang memiliki benturan kepentingan, kondisi keuangan, sistem kontrol dan
pengendalian internal, pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) beserta
tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting lain yang berpengaruh terhadap kondisi
perusahaan (Zarkasyi, 2008). Tarihoran (2016) mengukur transparansi perusahaan
dengan rumus :
𝑛
Transparansi = 𝑘
n = Score pengungkapan sukarela yang dilaporkan perusahaan.
k = Total score pengungkapan sukarela yang ditentukan dalam penelitian.
Kerangka Kerja Konseptual dan Hipotesis
Tujuan perusahaan adalah untuk memaksimalkan keuntungan dengan
memperkecil semua beban yang timbul, termasuk beban pajak. Upaya memperkecil
beban pajak dapat dilakukan dengan penghindaran pajak, yaitu penghindaran
pembayaran pajak tanpa melanggar peraturan yang sudah ada. Kepentingan ini
tentu bertolak belakang dengan kepentingan pemerintah sebagai stakeholder yang
ingin menarik pajak sebanyak-banyaknya dan menjadikan pajak sebagai target
utama penerimaan negara.
Selviani et al. (2018), menyebutkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
penghindaran pajak adalah ukuran perusahaan dan leverage. Faktor ini mempunyai
5
kecenderungan dapat mempengaruhi terjadinya penghindaran pajak oleh
perusahaan. Kerangka berpikir dari penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Penghindaran Pajak
Berdasar pada teori biaya politik, secara alamiah perusahaan yang lebih
besar dengan rekam jejak kesuksesan yang nampak, akan lebih disorot dan
terkena pengawasan politik yang lebih baik yang cenderung untuk mengurangi
kesempatan untuk melakukan agresifitas pajak (Ogbeide, 2017). Teori biaya
politik dapat diuji secara empiris dengan pertimbangan hubungan antara pajak
sebagai salah satu komponen biaya politik dan ukuran perusahaan. Jika
perusahaan yang lebih besar akan menghadapi tarif pajak efektif lebih tinggi
secara sistematis dibanding perusahaan yang lebih kecil, berarti hasil penelitian
tersebut konsisten dengan teori biaya politik (Belz et al., 2015). Kenyataannya,
penelitian yang menguji hubungan ukuran perusahaan dan penghindaran pajak
menunjukkan hasil beragam. Hasil penelitian yang menunjukkan pengaruh
positif ukuran perusahaan terhadap tax avoidance antara lain dilakukan oleh
Salaudeen & Eze (2018), Mourikis (2016), Ribeiro et al. (2015), Ogbeide
(2017), Swingly & Sukartha (2015), Siregar & Widyawati (2016), dan Ilaboya
et al. (2017).
Sebaliknya hasil penelitian yang menunjukkan pengaruh negatif ukuran
perusahaan terhadap tax avoidance antara lain dilakukan oleh Rani et al. (2018),
Irianto et al. (2017), dan Dharma & Ardiana (2016). Berbeda lagi dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ariani & Hasymi (2018), yang menyimpulkan
bahwa tidak ada pengaruh antara ukuran perusahaan (SIZE) terhadap tax
avoidance.
b) Pengaruh Leverage terhadap Penghindaran Pajak
Berdasar pada Trade-off Theory of Leverage dapat ditarik kesimpulan
bahwa faktor pajak berperan dalam menentukan tingkat leverage yang tinggi.
Teori ini menjelaskan bahwa semakin besar proporsi utang semakin
meningkatkan benefit dan nilai perusahaan akibat dari pengurangan pajak (tax
shield) dengan tetap menganggap adanya risiko kebangkrutan (cost of
bankruptcy). Dalam hal ini, perusahaan cenderung untuk memperbesar
pembiayaan dengan utang dan meminimalkan pembiayaan dengan ekuitas.
Tingkat leverage tinggi dihadapkan pada beban bunga yang tinggi.
Sementara beban bunga adalah pengurang pajak, hal ini cenderung untuk
mendapatkan tarif pajak efektif yang lebih rendah. Leverage dapat
mempengaruhi operasional, profitabilitas maupun ukuran sebuah perusahaan.
Perusahaan yang menggunakan utang dalam jumlah besar, baik utang jangka
pendek atau jangka panjang sering menikmati perlindungan pajak dan selalu
berupaya mengurangi jumlah pembayaran pajak (Ogbeide, 2017). Dapat
diindikasikan bahwa perusahaan yang mempunyai tingkat leverage tinggi
berusaha melakukan penghindaran pajak atas peraturan perpajakan yang
diterapkan.
Penelitian oleh (Salaudeen & Eze, 2018), (Mourikis, 2016), (Ribeiro et
al., 2015), (Ogbeide, 2017), (Anouar & Houria, 2017), (Ilaboya et al., 2017),
dan (Siregar & Widyawati, 2016) menemukan bahwa leverage signifikan dan
memberikan pengaruh negatif pada penghindaran pajak. Sebaliknya penelitian
6
yang dilakukan oleh Rani et al. (2018), Irianto et al. (2017), dan Dharma &
Ardiana (2016) menemukan adanya pengaruh positif leverage terhadap
penghindaran pajak, yang berarti jika leverage perusahaan meningkat akan ada
peningkatan nilai tarif pajak efektif yang menunjukkan bahwa perusahaan
mengurangi langkah-langkah penghindaran pajak. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Novita et al. (2019) dan Batmomolin (2018) menunjukkan tidak
ada pengaruh antara besar kecilnya leverage terhadap penghindaran pajak.
c) Keterkaitan Transparansi Perusahaan terhadap Penghindaran Pajak
Salah satu prinsip dari tata kelola perusahaan adalah transparansi
perusahaan. Transparansi merupakan keterbukaan informasi baik dalam proses
pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi material dan
relevan mengenai perusahaan kepada pihak luar (Tarihoran, 2016).
Upaya untuk mengendalikan konflik kepentingan dan memenuhi
kepentingan dari para stakeholder adalah dengan tata kelola perusahaan yang
baik (good corporate governance). Dalam penelitiannya, Tarihoran (2016)
menjadikan transparansi perusahaan sebagai moderasi atas pengaruh
penghindaran pajak dan leverage pada nilai perusahaan. Sementara Ilaboya et
al. (2017) menjadikan good corporate governance sebagai moderasi pengaruh
karakteristik perusahaan terhadap tax avoidance.
Berdasarkan studi literatur dan penelitian sebelumnya, diketahui bahwa
faktor ukuran perusahaan, dan leverage ini mempunyai kecenderungan
mempengaruhi terjadinya penghindaran pajak oleh perusahaan. Kerangka
konseptual dalam penelitian ini dapat diilustrasikan dalam gambar 1 berikut:

Gambar 1. Kerangka Konseptual

Sumber: Hasil Olahan Penulis (2021)

Berdasarkan kerangka konseptual di atas, hipotesis yang diajukan yaitu:


H1 : Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak.
H2 : Leverage berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak.
H3 : Transparansi Perusahaan dapat memoderasi pengaruh ukuran perusahaan
terhadap penghindaran pajak.
H4 : Transparansi Perusahaan dapat memoderasi pengaruh leverage terhadap
penghindaran pajak.

METODE PENELITIAN
Variabel dan Pengukuran Variabel
7
Penelitian ini menggunakan dua variabel independen (X) yaitu ukuran
perusahaan dan leverage, satu variabel terikat (Y) penghindaran pajak serta satu
variabel moderasi (Z) transparansi perusahaan. Variabel-variabel tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a) Ukuran Perusahaan
Agustina & Aris (2016) membagi ukuran perusahaan ke dalam 3
kategori, yaitu large firm, medium firm dan small firm. Ukuran perusahaan
dapat diidentifikasi dengan total kepemilikan aktiva perusahaan menggunakan
penghitungan nilai logaritma total aktiva. Indikator variabel ini adalah :
Ukuran Perusahaan = Ln Total Assets
b) Leverage
Menurut Sjahrial (2014), leverage adalah penggunaan aktiva dan
sumber dana oleh perusahaan yang berasal dari pinjaman karena memiliki
bunga sebagai beban tetap dengan maksud untuk meningkatkan keuntungan
potensial pemegang saham. Subramanyam (2014) menyebutkan bahwa
leverage keuangan mengacu pada jumlah pinjaman dalam struktur modal
perusahaan. Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini
adalah:
total utang
Debt to Assets Ratio = Total Aset

c) Tax Avoidance
Menurut Sugiyono (2018) variabel terikat adalah variabel yang menjadi
akibat atau dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel ini sering disebut sebagai
variabel output, kriteria, atau konsekuen. Dalam penelitian ini yang menjadi
variabel terikat atau dependen (Y) adalah penghindaran pajak. Indikator yang
digunakan untuk mengukur variabel ini adalah:
𝑇𝑎𝑥 𝐸𝑥𝑝𝑒𝑛𝑠𝑒
ETR = 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝑏𝑒𝑓𝑜𝑟𝑒 𝑡𝑎𝑥

d) Variabel Moderator
Menurut Sugiyono (2018) variabel moderator adalah variabel yang
dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh atau hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat. Variabel ini juga disebut sebagai variabel bebas
kedua. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel moderasi (Z) adalah
transparansi perusahaan. Indikator dari transparansi perusahaan ini diukur
dengan rumus:
𝑛
Transparansi =
𝑘

n = Jumlah pengungkapan sukarela yang dilakukan perusahaan.


k = Total pengungkapan sukarela yang disyaratkan dalam penelitian.

Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi dalam penelitian adalah perusahaan sektor pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia kurun waktu 2015-2019. Sampel diperoleh
dengan teknik purposive sampling melalui pertimbangan beberapa kriteria :
8
1) Perusahaan sektor pertambangan batubara yang tercatat berturut-turut di Bursa
Efek Indonesia dalam kurun waktu 2015-2019.
2) Perusahaan sektor pertambangan batubara yang tidak menderita kerugian pada
periode tersebut.
3) Perusahaan tersebut menyajikan laporan keuangan dalam mata uang US Dolar.
Setelah dilakukan pengamatan dari 49 perusahaan didapatkan 9 perusahaan
sampel, sehingga total pengamatan dalam rentang 5 tahun dari 2015-2019 sejumlah
45 pengamatan.
Metode Analisis
Data penelitian diolah dengan teknik analisis jalur (Path Analysis)
memanfaatkan software SmartPLS versi 3.0. Dalam SmartPLS, path analysis
terdiri dari outer model dan inner model, dimana Outer model menspesifikasi
korelasi antara variabel laten dengan indikatornya (measurement model),
sedangkan inner model menspesifikasi korelasi antar variabel laten (Ghozali &
Kusumadewi, 2016).
1. Model Pengukuran (measurement model) atau Outer Model
Model ini akan menunjukkan variabel manifest mempresentasi variabel
laten untuk diukur atau dapat dikatakan bahwa outer model mendefinisikan
bagaimana setiap indikator berhubungan dengan variabel lainnya. Tujuan Model
ini untuk menguji validitas dan reliabilitas setiap indikator pada variabel laten.
Pengujian ini mutlak dilakukan untuk jenis indikator reflektif, sebaliknya untuk
indikator formatif, tidak diperlukan adanya pengujian validitas dan reliabilitas.
Menurut Ghozali & Kusumadewi (2016), untuk memperoleh signifikansi weight
harus melalui prosedur resampling (jackknifing atau bootstrapping). Selain itu
Ghozali & Kusumadewi (2016) menambahkan bahwa uji multikolinearitas untuk
konstruk formatif diperlukan dengan menghitung nilai Variance Inflation Factor
(VIF) dengan nilai yang direkomdasikan < 10 atau < 5.
2. Model Struktural (structural model) atau Inner Model
Model ini menggambarkan kekuatan estimasi antar variabel laten atau
konstruk. Model bertujuan untuk memprediksi hubungan antar variabel laten yang
dihipotesiskan. Inner model dievaluasi dengan melihat besarnya prosentase
variance yang dijelaskan pada nilai R-Square pada konstruk laten endogen atau
variabel dependen untuk menguji predictive relevance, dan signifikansi t-statistik
dengan menggunakan prosedur resampling seperti bootstrapping untuk
memperoleh stabilitas dari estimasi. Uji untuk inner model adalah:
a) Estimate for Path Coefficients, merupakan nilai koefisien jalur atau besarnya
hubungan/pengaruh konstruk laten.
Fit Model, atau disebut dengan goodness of fit dilakukan untuk mengetahui
kebaikan model. Uji ini diukur menggunakan R-square variabel laten dependen
dengan interpretasi yang sama dengan regresi. Nilai R-square > 0 menunjukkan
model memiliki predictive relevance sebaliknya jika nilai R-square < 0
menunjukkan model kurang memiliki predictive relevance. Uji goodness of fit juga
dapat dilihat dari nilai Standardized Root Mean square Residual (SRMR) dan nilai
NFI. Nilai yang ditargetkan adalah SRMR kurang dari 0,1 dan nilai NFI antara 0
dan 1. Model semakin baik jika Nilai NFI mendekati 1.

9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif diperlukan untuk menggambarkan secara umum data
terkumpul. Deskripsi data tersebut mengenai nilai rata-rata, maksimum, minimum
dan standar deviasi pada tiap variabel. Uji statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel
1, dan berikut penjelasannya:
1) Nilai mean atas ukuran perusahaan sebesar 19.846, nilai tertinggi yaitu sebesar
22.7 untuk PT Adaro Energy Tbk. pada 2019, nilai terendah sebesar 18.406
untuk PT. Resource Alam Indonesia Tbk. tahun 2015 dan 2016. Nilai standar
deviasi 1.236 menandakan data ukuran perusahaan yang baik, dengan standar
deviasi lebih kecil dari rata-ratanya.
2) Leverage menghasilkan nilai mean 0.356, nilai tertinggi yaitu 0.584 untuk PT
TBS Energi Utama Tbk. pada 2019, nilai terendah untuk leverage sebesar 0.144
pada PT Resource Alam Indonesia Tbk. tahun 2016. Standar deviasi 0.114
menandakan data leverage yang baik, dengan standar deviasi lebih kecil dari
rata-ratanya.
3) Transparansi Perusahaan memiliki nilai mean 0.782, nilai tertinggi yaitu 0.840
untuk PT Adaro Energy Tbk. pada 2019, PT Baramulti Suksessarana Tbk. tahun
2019, PT Samindo Resources Tbk. tahun 2018 dan 2019, dan nilai terendah
sebesar 0.720 untuk PT Baramulti Suksessarana Tbk. pada 2015 dan 2016, PT
Darma Henwa Tbk. pada 2015,2016, dan 2017, PT Mitrabara Adiperdana Tbk.
pada 2015-2017. Standar deviasi 0.035 menandakan data transparansi
perusahaan yang baik, dengan standar deviasi lebih kecil dari rata-ratanya.
4) Nilai mean pada penghindaran Pajak sebesar 0.352, nilai tertinggi yaitu 0.914
untuk PT Darma Henwa Tbk. pada 2015 dan terendah sebesar 0.058 untuk PT
Darma Henwa Tbk. pada 2019. Standar deviasi 0.158 menandakan data
penghindaran pajak yang baik, dengan standar deviasi lebih kecil dari rata-
ratanya.

Tabel 1. Analisis Deskriptif


DAR TA
Variabel Size (X1) Trans (Z)
(X2) (Y)
Minimum 18.406 0.144 0.720 0.058
Maksimum 22.700 0.584 0.840 0.914
Mean (Avg) 19.846 0.356 0.782 0.352
Std_Deviasi 1.236 0.114 0.035 0.158
Sumber: SmartPLS

Evaluasi Model Struktural atau Inner Model


Pengujian pada model struktural menjelaskan hasil pengujian koefisien jalur
dan kebaikan model. Evaluasi Inner model terlihat pada besarnya prosentase
variance pada nilai R-Square konstruk endogen atau variabel dependen sebagai
penguji predictive relevance, juga signifikansi t-statistik melalui prosedur
10
bootstrapping untuk mendapatkan estimasi yang stabil.
Uji Path Coefficient.
Pengujian koefisien jalur untuk memperlihatkan kekuatan efek variabel
independen terhadap variabel terikat. Skema inner model pada gambar 2
menjelaskan bahwa koefisien jalur pengaruh ukuran perusahaan atas penghindaran
pajak senilai 2.05 lebih besar dari koefisien jalur pengaruh leverage atas
penghindaran pajak sebesar 0.766. Sedangkan nilai path coefficient dari pengaruh
transparansi perusahaan yang merupakan variabel moderasi terhadap penghindaran
pajak menunjukkan nilai tertinggi yaitu sebesar 3.113. Kedua variabel independen
menunjukkan koefisien jalur positif, yang berarti semakin besar nilai koefisien jalur
akan semakin kuat pengaruh satu variabel bebas terhadap variabel terikat.

Gambar 2. Inner Model

Sumber: SmartPLS

Uji Kebaikan Model (Goodness Fit).


Besarnya determinasi koefisien (R-Square) diperuntukkan sebagi pengukur
banyaknya variabel dependen dipengaruhi oleh variabel lainnya, dengan kesamaan
interpretasi pada regresi. Model dikatakan memiliki predictive relevance jika nilai
R-square > 0 dan bila R-square ≤ 0 menandakan model kurang memiliki predictive
relevance. Pada tabel 2, R-Square 0.384 menjelaskan pengaruh ukuran perusahaan
(X1), leverage (X2), dan transparansi perusahaan (Z) bernilai 0.384 dengan
interpretasi bahwa variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebas sebesar
38,4% dan 61,6% dijelaskan melalui variabel lainnya di luar penelitian.
Adjusted R-Square bernilai 0.305 menunjukkan ada 30.5% variasi pada
variabel Y yang dijelaskan melalui variabel bebas, dan sisanya dijelaskan melalui
variabel lain. Interval nilai Adjusted R-Square antara 0 – 1. Semakin mendekati 1,
berarti semakin baik variabel independen (X) menjelaskan variasi dari variabel
dependen (Y).
Tabel 2. R-Square
Adjusted
Dependent Variable R-Square
R-Square

TAX AVOIDANCE (TA) 0.384 0.305


Sumber: SmartPLS
11
Pengujian Hipotesis
Penelitian ini mengajukan 4 hipotesis. Pengujian hipotesis dapat dilakukan
dengan melihat P values, atau melalui perbandingan nilai t-statistics yang
dihasilkan dari SmartPLS dengan nilai t-table. Hipotesis ini diterima, jika P value
kurang dari 0.05, atau apabila t-statistic > t-table. Nilai original sample
memperlihatkan arah pengaruh variabel independen pada variabel dependen.

Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Penghindaran Pajak.


Tabel 3 menunjukkan uji pengaruh ukuran perusahaan pada penghindaran
pajak dengan nilai original sample 0.326, t-statistik 2.012, dan P value 0.045. Nilai
t-statistic lebih besar dari t-table (tingkat sig. 5%=1.96) yaitu sebesar 2.012, dan P
value < 0.05, berarti hipotesis pertama diterima. Temuan ini menunjukkan pengaruh
positf ukuran perusahaan atas upaya penghindaran pajak pada perusahaan
pertambangan batubara secara signifikan. Artinya semakin besar skala perusahaan
akan menghadapi Tarif Pajak Efektif lebih tinggi, dan semakin tinggi ETR maka
potensi upaya penghindaran pajak semakin rendah.
Penelitian ini mengkonfirmasi teori biaya politik dimana hasilnya
menggambarkan bahwa perusahaan besar dengan rekam jejak kesuksesan yang
nampak, akan disorot oleh para stakeholder dan terkena pengawasan politik yang
lebih baik yang cenderung untuk mengurangi kesempatan untuk melakukan
agresifitas pajak. Apalagi perusahaan sektor pertambangan batubara yang sering
disorot oleh publik dengan banyaknya transaksi ekspor yang melibatkan pihak-
pihak yang berafiliasi di luar negeri. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
Salaudeen & Eze (2018), yang meneliti sampel perusahaan non keuangan di Bursa
Efek Nigeria periode 2010-2014 dan menemukan pengaruh positif secara signifikan
ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak, namun tidak sesuai dengan
penelitian Fitria (2018) yang menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan aset
suatu perusahaan, semakin besar juga biaya operasionalnya sehingga dimungkinkan
perusahaan akan melakukan penghindaran pajak.

Tabel 3. Nilai Inner Weights

Original t Statistics P-
Path Coefficient Notes
Sample (O) ([O/STDEV]) Values
SIZE →TA 0.326 2012 0.045 Significant
DAR → TA 0.119 0.743 0.458 Not significant
TRANS → TA -0.539 2,910 0.004 Significant
ME TRANS - SIZE
→ TA -0.080 0.289 0.773 Not significant
ME TRANS - DAR
→ TA -0.539 2.451 0.015 Significant
Sumber: SmartPLS

Pengaruh Leverage terhadap Penghindaran Pajak.


12
Pada tabel 3, uji pengaruh leverage terhadap penghindaran pajak
mendapatkan nilai original sample 0.119, t-statistik 0.743, dan P value 0.458. Nilai
t-statistic kurang dari nilai t-table, dan P value > 0.05, berarti hipotesis kedua
ditolak. Temuan ini menunjukkan bahwa tingkat leverage tidak berpengaruh
terhadap upaya penghindaran pajak pada perusahaan pertambangan batubara,
dengan interpretasi bahwa besar kecilnya hutang (leverage) tidak berpengaruh pada
tinggi rendahnya Effective Tax Rate (ETR) sehingga tidak menunjukkan adanya
upaya penghindaran pajak.
Tidak berpengaruhnya leverage ini dapat terjadi karena perusahaan
menggunakan hutang tidak hanya untuk modal kerja, tatapi perusahaan
menggunakan hutang untuk investasi jangka panjang, sehingga biaya bunga tidak
tercatat hanya pada satu periode laporan keuangan dan tidak terlalu berdampak
dalam mengurangi beban pajak perusahaan. Bunga pinjaman untuk investasi
tersebut bisa juga dikapitalisasi sehingga tidak nampak pada laporan laba rugi.
Temuan ini tidak mendukung teori Trade-off Theory of Leverage yang
menyimpulkan semakin besar proporsi utang akan semakin meningkatkan benefit
dan nilai perusahaan akibat dari pengurangan pajak (tax shield). Adanya batasan
rasio hutang terhadap ekuitas yang diakui oleh otoritas pajak di Indonesia ikut
berperan dalam pemilihan struktur modal perusahaan. Perusahaan lebih memilih
untuk penambahan modal dari saham dibanding dengan hutang untuk menghindari
resiko kesulitan finansial. Hasil ini sesuai dengan penelitian Novita et al. (2019),
yang meneliti 29 perusahaan properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia
periode 2015-2017, menemukan tidak ada pengaruh besar kecilnya leverage
terhadap penghindaran pajak, namun tidak mendukung penelitian Sormin (2019)
yang menyimpulkan bahwa semakin tinggi dana pinjaman yang digunakan untuk
mendanai aset mereka, maka perusahaan berpotensi melakukan penghindaran pajak
melalui pembebanan biaya bunga hutang.
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Penghindaran Pajak dengan
Moderasi Transparansi Perusahaan.
Pengujian efek moderasi “ME TRANS - SIZE → TA” yang berarti
hubungan antara Moderated Effect variabel Transparansi Perusahaan dan Ukuran
Perusahaan dengan variabel Pengendalian Pajak, mendapatkan nilai original
sample -0.080, t-statistik 0.289, dan P value 0.773. Nilai t-statistic di bawah t-table,
dan P value > 0.05, berarti hipotesis ketiga ditolak. Hasil ini dapat diinterpretasikan
bahwa transparansi perusahaan tidak dapat menguatkan ataupun memperlemah
pengaruh besar kecilnya perusahaan terhadap upaya penghindaran pajak.
Temuan ini mengkonfirmasi bahwa perusahaan yang lebih besar akan lebih
memberikan keterbukaan informasi kepada para stakeholdernya dibanding
perusahaan kecil, sehingga dengan atau tanpa transparansi di dalam perusahaan
tidak akan berpengaruh bagi perusahaan dalam upaya penghindaran pajak. Hasil ini
memiliki kesamaan dengan penelitian Soviana et al. (2018) yang menjadikan 21
perusahaan sektor pertambangan batubara di Bursa Efek Indonesia pada tahun
2014-2018 sebagai sampel penelitian, yang menyimpulkan bahwa transparansi
perusahaan tidak dapat memoderasi pengaruh ukuran perusahaan terhadap upaya
penghindaran pajak.
13
Pengaruh Leverage terhadap Penghindaran Pajak dengan Moderasi
Transparansi Perusahaan.
Pengujian efek moderasi “ME TRANS - DAR → TA” yang berarti
hubungan antara Moderated Effect dari variabel Transparansi Perusahaan dan
Leverage dengan variabel Pengendalian Pajak, mendapatkan nilai original sample
-0.539, t-statistik 2.451 dan P value 0.015. Nilai t-statistic melebihi nilai t-table,
dan P value < 0.05, menunjukkan hipotesis keempat diterima. Hasil ini dapat
diinterpretasikan bahwa transparansi perusahaan dapat melemahkan pengaruh
tingkat leverage terhadap penghindaran pajak. Hal ini juga mengindikasikan
semakin luas keterbukaan informasi perusahaan, pihak manajemen akan lebih teliti
dalam menggunakan modal dari hutang dan berusaha menghindari resiko yang
tinggi dalam upaya penghindaran pajak, karena mereka akan terbebani dengan
bunga yang dapat beresiko mengakibatkan kesulitan keuangan. Temuan ini
berlawanan dengan penelitian Savitra & Andyarini (2020) yang meneliti 33
perusahaan sampel pada sektor manufaktur di Bursa Efek Indonesia dalam kurun
tahun 2016-2018, yang menyimpulkan bahwa transparansi perusahaan tidak dapat
menguatkan ataupun melembahkan pengaruh leverage terhadap penghindaran
pajak.

KESIMPULAN
Uji hipotesis menyimpulkan adanya pengaruh positif ukuran perusahaan
terhadap penghindaran pajak secara signifikan, yang menunjukkan makna semakin
besar ukuran suatu perusahaan, akan menghadapi tarif pajak efektif yang semakin
tinggi, berarti pula makin rendahnya potensi perusahaan untuk melakukan upaya
penghindaran pajak. Sementara tingkat Leverage tidak berpengaruh pada
penghindaran pajak, yang berarti bahwa tingkat leverage perusahaan tidak
berdampak pada besarnya Effective Tax Rate (ETR). Hasil interaksi antara
transparansi perusahaan dengan ukuran perusahaan menunjukkan hasil bahwa
transparansi perusahaan tidak dapat memoderasi efek ukuran perusahaan pada
upaya penghindaran pajak, yang berarti bahwa pengaruh besar kecilnya ukuran
perusahaan pada penghindaran pajak tidak dipengaruhi oleh luasnya keterbukaan
informasi perusahaan. Sedangkan nilai interaksi antara transparansi dengan
leverage menunjukkan bahwa transparansi mampu memoderasi pengaruh leverage
pada penghindaran pajak.

KETERBATASAN
Penelitian ini memiliki keterbatasan informasi tentang bagaimana
perusahaan mengelola beban pajaknya, dan populasi terbatas pada sektor usaha
pertambangan batubara, karenanya hasil penelitian ini tidak mencerminkan kondisi
industri lain secara umum.

DAFTAR PUSTAKA

Anouar, D., & Houria, Z. (2017). The Determinants of Tax Avoidance within
Corporate Groups: Evidence from Moroccan Groups. International Journal
of Economics, Finance and Management Sciences, 5(1), 57.
14
https://doi.org/10.11648/j.ijefm.20170501.15
Ariani, M., & Hasymi, M. (2018). Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage,
Size, dan Capital Intensity Ratio terhadap Effective Tax Rate (ETR).
Akuntansi, Komunikasi Ilmiah Vol, Perpajakan, 11(3), 452–463.
Batmomolin, S. (2018). Analisis leverage, firm size, intensitas aset tetap, dan
intensitas persediaan terhadap tarif pajak efektif. Jurnal Ilmiah Buletin
Ekonomi, 22(2), 36–42.
Belz, T., von Hagen, D., & Steffens, C. (2015). Taxes and Firm Size: Political
Cost or Political Power? A Meta-Regression Analysis. SSRN Electronic
Journal, January. https://doi.org/10.2139/ssrn.2697468
Darussalam, Hutagaol, J., & Septriadi, D. (2010). Konsep dan Aplikasi
Perpajakan Internasional. Danny Darussalam Tax Center.
De la Bruslerie, H., & Gabteni, H. (2010). Voluntary financial disclosure, the
introduction of IFRS and long-term communication policy: An empirical test
on French firms. Multinational Financial Society, January, 1–54.
https://halshs.archives-ouvertes.fr/halshs-00636602
Donaldson, T., & Preston, L. E. E. E. (2016). The Stakeholder Theory of the
Corporation : Concepts , Evidence , and Implications Author ( s ): Thomas
Donaldson and Lee E . Preston Source : The Academy of Management
Review , Vol . 20 , No . 1 ( Jan ., 1995 ), pp . 65-91 Published by : Academy
of Manag. 20(1), 65–91.
Fitria, G. N. (2018). Pengaruh Kepemilikan Institusional, Komisaris Independen,
Karakter Eksekutif Dan Size Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Profita :
Komunikasi Ilmiah Akuntansi Dan Perpajakan, 11(3), 94–104.
http://publikasi.mercubuana.ac.id/index.php/profita/article/view/4315
Ganiswari, R. A., & Sasongko, N. (2019). Pengaruh Profitabilitas, Leverage,
Ukuran Perusahaan Dan Capital Intensity Terhadap Tax Avoidance (Studi
Empiris padda Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2013-2017). Electronic Theses and Dissertations
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/71687
Ghozali, I., & Kusumadewi, K. A. (2016). Model Persamaan Struktural
Menggunakan Program XLSTAT-PLS. Yoga Pratama.
Hanlon, M., & Heitzman, S. (2010). A review of tax research. Journal of
Accounting and Economics, 50(2–3), 127–178.
https://doi.org/10.1016/j.jacceco.2010.09.002
Ilaboya, O. J., Obasi, R., & Izevbekhai, M. O. (2017). Firm Level Characteristics
and Effective Tax Rate. Journal of Accounting and Finance, 2(1), 47–63.
Irianto, B. S., Sudibyo, Y. A., & Wafirli, A. (2017). The Influence of Profitability,
15
Leverage, Firm Size and Capital Intensity Towards Tax Avoidance.
International Journal of Accounting and Taxation, 5(2), 33–41.
https://doi.org/10.15640/ijat.v5n2a3
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of the Firm:Managerial
Behaviour, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial
Economics, 3(4), 305–360.
Mourikis, I. (2016). Corporate Effective Tax Rates:Evidence Determinants of the
Variability of from Greece. Emerging Markets Finance & Trade,
50(September), 113–131. https://doi.org/10.2753/REE1540-496X5004S4007
Novita, T. B., Titisari, K. H., & Suhendro. (2019). Corporate Governance
,Profitabilitas , Firm Size, Capital Intensity, dan Tax Avoidance. Open
Journal Unpam.Ac.Id, 2(1).
Ogbeide, S. O. (2017). Firm Characteristics and Tax Aggressiveness of Listed
Firms in Nigeria : Empirical Evidence. International Journal of Academic
Research in Public Policy and Governance, 4(1), 556–569.
https://doi.org/10.6007/IJARPPG/v4-i1/562
Pohan, C. A. (2018). Optimizing Corporate Tax Management: Kajian Perpajakan
dan Tax Planning-nya Terkini. Bumi Aksara.
Prianto, B. S. (2016). Manajemen Pajak: Teori & Aplikasi (2nd ed.). Pratama
Indomitra Konsultan.
Rani, S., Susetyo, D., & Fuadah, L. L. (2018). The effects of the corporate’s
characteristics on tax avoidance moderated by earnings management
(Indonesian evidence). Journal of Accounting, Finance and Auditing Studies,
4(3), 149–169.
Ribeiro, A., Cerqueira, A., & Brandao, E. (2015). The Determinants of Effective
Tax Rates: Firms’Characteristics and Corporate Governance. FEP Working
Papers, 567(December), 1–45. https://doi.org/0870-8541
Salaudeen, Y. M., & Eze, U. C. (2018). Firm specific determinants of corporate
effective tax rate of listed firms in Nigeria. Journal of Accounting and
Taxation, 10(2), 19–28. https://doi.org/10.5897/jat2017.0288
Savitra, M. A., & Andyarini, K. T. (2020). Pengaruh Leverage Dan Firm Size
Terhadap Tax Avoidance Dengan Transparansi Perusahaan Sebagai
Variabel Moderasi (Studi Kasus Pada Perusahaan ….
http://repository.stei.ac.id/id/eprint/1206
Selviani, R., Supriyanto, J., & Fadillah, H. (2018). Pengaruh Ukuran Perusahaan
dan Leverage terhadap Penghindaran Pajak Studi Kasus Empiris Pada
Perusahaan Sub Sektor Kimia di Bursa Efek Indonesia Periode 2013 – 2017.
Jurnal Online Mahasiswa Bidang Akuntansi, 2(5), 1–15.
Sjahrial, D. (2014). Manajemen Keuangan Lanjutan (Revisi). Mitra Wacana
16
Media.
Sormin, F. (2019). Analysis of the Effect of Operational Profitability and Debt to
Asset Ratio (DAR), Debt to Equity (DER) on Tax Avoidance. Empirical
studies on Food and Beverage Sub-sector Manufacturing Industry companies
are listed on the Stock Exchange in 2014-2017. European Journal of
Business and Management, 11(16). https://doi.org/DOI: 10.7176/EJBM
Soviana, I., Amboningtyas, D., & Azis, F. (2018). the Effect of Company Size,
Leverage, Firm Value on Tax Avoidance With Company Transparency As
an Moderating Variable. Journal of Management, XIII(1), 54–57.
Subramanyam, K. R. (2014). Financial Statement Analysis (11th ed.). McGrow-
Hill Education.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Alfabeta.
Tarihoran, A. (2016). Pengaruh Penghindaran Pajak dan Leverage Terhadap Nilai
Perusahaan dengan Transparansi Perusahaan Sebagai Variabel Moderasi.
Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil, 6, 149–164.
Waluyo. (2017). the Effect of Good Corporate Governance on Tax Avoidance:
Empirical Study of the Indonesian Banking Company. The Accounting
Journal of Binaniaga, 2(02), 1–10. https://doi.org/10.33062/ajb.v2i02.92
Waluyo, & Doktoralina, C. M. (2018). Factors affecting tax avoidance through
thin capitalisation: Multinational enterprises in Indonesia. International
Journal of Management and Business Research, 8(3), 210–216.
https://doi.org/10.2139/ssrn.3436024
Wati, L. N. (2018). Metodologi Penelitian Terapan: Aplikasi SPSS, EVIEWS,
Smart PLS dan AMOS. Pustaka Amri.
Yusuf, A. M. (2015). Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian
Gabungan. Prenadamedia Group.
Zaina. (2017). Thin Capitalization Rules , Firm’s Financing Decision , and
Corporate Tax Avoidance in Developing Country : Evidence from Indonesia.
Erasmus School of Economics Journal, 1–57.

17

Anda mungkin juga menyukai