Anda di halaman 1dari 25

PENGHINDARAN PAJAK DIPENGARUH DEWAN KOMISARI,

KOMITE AUDIT, UKURAN PERUSAHAAN DENGAN LEVERAGE


SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

Fuad Jaka Pamungkas*, Fachrurrozie


Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Gedung L2,
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, Jawa Tengah, 50229, Indonesia
*e-mail: fuadjaka10@gmail.com/+6285694510372

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh dewan komisaris,
komite audit, dan ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak dengan
leverage sebagai variabel intervening. Populasi penelitian ini adalah perusahaan
property dan real estate yang terdaftar di Bursa efek indonesia (BEI) pada tahun
2015-2018 sebanyak 48 perusahaan. Pemilihan sampel dilakukan menggunakan
metode purposive sampling dan menghasilkan 60 unit analisis. Metode analisis
data menggunakan statistik deskriptif dan analisis jalur dengan software IBM
SPSS 21. Hasil penelitian menunjukkan dewan komisaris, komite audit, leverage
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penghindaran pajak. Ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Dewan komisaris
dan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap leverage. Komite audit
memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap leverage. Leverage berhasil
mengintervening pengaruh tidak langsung komite audit terhadap penghindaran
pajak. Tetapi gagal mengintervening pengaruh tidak langsung antara dewan
komisaris dan ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak. Simpulan dari
penelitian ini adalah perusahaan dengan dewan komisaris, komie audit, dan
leverage yang tinggi akan sangat mempengaruhi tingkat penghindaran pajak,
semua ukuran perusahaan tidak mempengaruhi penghindaran pajak.
Kata kunci : Dewan Komisaris; Komite Audit; Ukuran Perusahaan; Leverage;
Penghindaran Pajak

Abstract
The purpose of this study is to analyze the effect of the board of commissioners,
audit committee, and company size on tax avoidance with leverage as an intervening
variable. The purpose of this study is to obtain empirical evidence regarding the
variables studied. The population of this study were 48 property and real estate
companies listed on the Indonesian Stock Exchange (BEI) in 2015-2018. The sample
selection is done using the purposive sampling method and produces 60 units of
analysis. The data analysis method uses descriptive statistics and path analysis
with IBM SPSS 21 software. The results showed the board of commissioners, audit
committee, leverage have a positive and significant effect on tax avoidance. Company
size has no effect on tax avoidance. The board of commissioners and company size
have no influence on leverage. The audit committee has a negative and significant
influence on leverage. Leverage has successfully intervened the indirect effect of the
audit committee on tax avoidance. But it failed to intervene the indirect effect
between the board of commissioners and the size of the company on tax avoidance.
The conclusion of this research is companies with boards of commissioners, audit
commissioners, and high leverage will greatly affect the level of tax avoidance, all
company sizes do not affect tax avoidance.
Keywords : Board of Commissioners; Audit Committee; Company Size;
Leverage; Tax Avoidance
PENDAHULUAN

Penghasilan yang didapat dari suatu negara salah satunya berasal dari

rakyatnya melalui pemungutan pajak. Pemungutan pajak mengurangi penghasilan

atau kekayaan individu tetapi sebaliknya merupakan salah satu sumber

penghasilan negara yang kemudian dikembalikan lagi kepada masyarakat, melaui

pengeluaran-pengeluaran rutin, dan pengeluaran-pengeluaran pembangunan yang

akhirnya kembali lagi kepada seluruh masyarakat dan bermanfaat bagi rakyat

(Suandy, 2011). Pajak merupakan sumber penerimaan negara paling besar. Maka

dari itu perlu adanya optimalisasi agar laju pertumbuhan negara dan pelaksanaan

pembangunan dapat berjalan dengan baik.

Penghindaran pajak adalah cara untuk menghindari pembayaran pajak

secara legal yang dilakukan oleh Wajib Pajak dengan cara mengurangi jumlah

pajak terutangnya tanpa melanggar peraturan perpajakan atau dengan istilah

lainnya mencari kelemahan peraturan (Hutagaol, 2007). Dalam beberapa tahun

terakhir pemerintah dalam hal ini pihak otoritas pajak telah berupaya secara

sungguh-sungguh untuk menegaskkan batasan yang pasti antara tax avoidance

dengan tax evasion. Tidak hanya itu, pemerintah juga berupaya mencegah wajib

pajak terjebak pada penafsiran yang salah akibat dari munculnya peraturan

perpajakan tersebut (Bovi, 2005). Tujuan penghindaran pajak agar perusahaan

mendapat laba yang optimal yang diharapkan dapat berdampak pada daya saing

perusahaan sekaligus juga perusahaan tetap memenuhi tanggung jawabnya

sebagai wajib pajak kepada pemerintah.

Kasus penghindaran pajak yang terjadi salah satunya di perusahaan

property dan real estate adalah kasus dimana bocornya “The Panama Papers” yang

artinya “Dokumen Panama”, dimana dokumen tersebut merupakan dokumen yang

bersifat rahasia yang dibuat oleh penyedia jasa asal Panama. Dokumen tersebut

memuat daftar klien besar di dunia yang diduga menginginkan uang mereka
tersembunyi dari adanya pajak di negaranya. Ada 2.961 nama individu atau

perusahaan dari Indonesia yang terdeteksi skandal “The Panama Papers”. Salah

satunya PT. Ciputra Development. Tbk yang merupakan perusahaan poperti dan

real estate ternama di Indonesia dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia ternyata

juga melakukan penghindaran pajak dengan menyembinyikan kekayaan yang

mencapai USD 1.6 miliar atau setara dengan Rp 21.6 triliun (kurs Rp 13.538)

dengan tujuan menghindari pajak negara (www.kompas.com, 2016).

Berbagai faktor yang mempengaruhi penghindaran pajak telah ditemukan

oleh peneliti sebelumya dan masih menghasilkan inkonsistensi hasil sehingga

ditemukan adanya research gap. Penelitian dari Rosalia & Sapri (2017) dan

Maharani & Suardana (2014) menunjukkan bahwa dewan komisaris memiliki

hubungan negatif secara signifikan terhadapa penghindaran pajak. Namun

berbeda dengan penelitian dari Reza (2012), Indriawati (2017), Hidayati & Fidiana,

(2017) menunjukkan bahwa dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap

penghindaran pajak. Penelitian Asri & Suardana (2016) menyatakan bahwa komite

audit memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap penghindaran pajak. Namun

berbeda dengan penelitian dari Cahyono et al. (2016), kemudian Hidayati &

Fidiana (2017) menunnjukkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara komite

audit terhadap penghindaran pajak. Penelitian yang dilakukan oleh Asri &

Suardana (2016) dan (Dewinta & Setiawan, 2016) menunjukkan bahwa ukuran

perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap pemghindaran pajak. Berbeda

dengan penelitian (Barli, 2018) yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan

tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Penelitian Lanis & Richardson

(2014) memberikan bukti bahwa leverage berpengaruh signifikan secara positif

terhadap penghindaran pajak. Hal tersebut juga terbukti dari adanya uji dari

penelitian Saputra & Asyik (2017) yang membuktikan bahwa hasil dari pengujian

leverage memiliki arah positif yang signifikan. Dengan demikian semakin tinggi
tingkat leverage maka akan semakin tinggi pula usaha dalam melakukan

penghindaran pajak.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisi, mendeskripsikan, dan untuk

memperoleh bukti empiris hubungan dewan komisaris, komite audit, serta ukuran

perusahaan dengan penghindaran pajak dan leverage dalam mengintervening

hubungan tersebut. Orisinalitas Penelitian disini adalah penggunaan variabel

leverage sebagai variabel intervening. Penelitian ini memiliki pembaharuan pada

objek penelitian, yaitu studi pada perusahaan sektor properti dan real estate, yang

merupakan saran peneliti sebelumnya yang dilakukan oleh (Hidayati & Fidiana,

2017). Penelitian ini juga menggunakan pengukuran berupa kapitalisasi pasar

sebagai orisinalitas. Karena kebanyakan di dalam pengukuran ukuran perusahaan

lebih menggunakan total asset.

Penelitian ini menghadirkan model penelitian dengan analisi jalur dimana

teknik ini digunakan untuk menguji pengaruh dari variabel intervening. Penelitian

ini juga menggunakan uji sobel yang digunakan untuk menguji apakah variabel

intervening dapat mempengaruhi variabel X terhadap Y. Pengujian sobel dalam

penelitian ini menggunakan aplikasi Sobel Test Calculator for the Significance of

Mediation pada www.danielsoper.com.

Teori agensi menjelaskan bahwa adanya masalah yang akan terjadi antara

stakeholder sebagai principal dan manajemen perusahaan sebagai agent.

Hubungannya dengan penghindaran pajak, dimana masalah agensi dapat terjadi

antara perusahaan dan pemerintah. Masalah agensi berupa asimetri informasi

akan terjadi ketika pemerintah sebagai pemungut pajak menginginkan pemasukan

negara dari pemungutan pajak yang tinggi untuk meningkatakan kas negara,

sementara itu manajer (pihak perusahaan) lebih fokus pada pemenuhan

kepentingan pribadi dengan melakukan kecurangan untuk mendapatkan

keuntungan yang optimal dengan mengefisiensikan beban yang dikeluarkan oleh


perusahaan termasuk juga beban pajak. Hal itulah yang menjadikan penyebab

timbulnya konflik kepentingan atau masalah agensi antara perusahaan sebagai

wajib pajak dan pemerintah sebagai pemungut pajak.

Dewan komisaris bertugas melakukan pengawasan. Salah satunya dengan

melakukan rapat dewan komisaris yang merupakan proses yang diambil oleh

dewan komisaris terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil perusahaan

termasuk dalam melakukan efisiensi pajak. Penelitian Xie et al. (2003)

menemukan semakin sering rapat dewan komisaris maka manajemen pajak

berupa penghindaran pajak semakin kecil. Rapat dewan komisaris merupakan

media komunikasi dan koordinasi antara anggota dewan komisaris dalam

menjalankan tugasnya. Teori agensi menyatakan semakin sering rapat anggota

dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan

monitoring yang dilakukan akan semakin efektif yang pada akhirnya menaikkan

nilai perusahaan dan risiko yang ada di pada perusahaan itu semakin rendah.

Rosalia & Sapri (2017) dan Maharani & Suardana (2014) menunjukan adanya

hubungan negatif signifikan antara dewan komisaris terhadap penghindaran

pajak.

H1 : Dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak

Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan komisaris

perusahaan yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisaris.

Komite audit didalam perusahaan dapat berperan untuk mendukung dewan

komisaris dalam memonitor manajemen menyusun laporan keuangan perusahaan

dapat juga memengaruhi praktik penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan

(Guna & Herawaty, 2010). Teori agensi menunjukkan semakin tinggi keberadaan

komite audit dalam perusahaan, maka pengawasan terhadap kegiatan perusahaan

akan lebih baik dan konflik keagenan yang terjadi akibat keinginan manajemen

untuk melakukan penghindaran pajak dapat diminimalisasi. Asri & Suardana


(2016) menyatakan bahwa komite audit memiliki pengaruh negatif signifikan

terhadap penghindaran pajak.

H2 : Komite audit berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak

Ukuran perusahaan adalah cerminan besar kecilnya suatu perusahaan.

Salah satu kriteria perusahaan dapat diklasifikasikan sebagai perusahaan besar

atau kecil dapat dilihat dari kapitalisasi pasar perusahaan. Nilai kapitalisasi pasar

diukur melalui besaran jumlah saham perusahaan yang beredar dan

mengalikannya dengan harga pasar terakhir saham perusahaan. Perusahaan yang

besar akan memiliki sumber daya yang besar untuk melakukan penghindaran

pajak agar mencapai penghematan pajak yang optimal. Teori agensi menyatakan

sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan dapat digunakan oleh agen untuk

memaksimalkan kompensasi kinerja agen, yaitu dengan cara menekan beban

pajak perusahaan untuk memaksimalkan kinerja perusahaan (Dewinta &

Setiawan, 2016). Asri & Suardana (2016) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan

memiliki pengaruh positif terhadap pemghindaran pajak.

H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak

Tingkat hutang memungkinkan perusahaan dapat memaksimalkan

keuntungan yang didapat dari pemegang saham dibanding dari keuntungan

operasi ekuitas. Tingkat hutang yang maksimal tercapai saat penghematan pajak

mencapai jumlah yang maksimal. semakin tinggi nilai dari rasio leverage, berarti

semakin tinggi jumlah pendanaan dari hutang pihak ketiga yang digunakan

perusahaan dan semakin tinggi pula biaya bunga yang timbul dari hutang

tersebut. Teori agensi mempunyai implikasi bagi suatu perusahaan, yaitu biaya

bunga pada hutang akan menekan biaya pajak perusahaan, sehingga dalam hal

ini manajemen lebih memilih menggunakan hutang dalam oprasionalnya agar

mendapatkan keuntungan dari adanya biaya bunga atas hutang untuk menekan

beban pajak perusahaan. Perusahaan dengan tingkat laba yang tinggi tentu akan
berusaha mengurangi pajaknya dengan cara meningkatkan rasio hutangnya,

sehingga tambahan hutang tersebut akan mengurangi pajak (Ariani & Wiagustin,

2017). Lanis & Richardson (2014) dan Saputra & Asyik (2017) memberikan bukti

bahwa leverage berpengaruh signifikan secara positif terhadap penghindaran

pajak.

H4 : Leverage berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak

Tugas utama dewan komisaris yaitu wajib melakukan pengawasan terhadap

kebijakan direksi dalam menjalankan perseroan serta memberi nasihat keapada

direksi. Fungsi pengawasan dapat dilakukan oleh masing-masing anggota dewan

komisaris namun keputusan pemberian nasihat dilakukan atas nama Komisaris

secara kolektif (sebagai Board). Oleh karena itu, Komisaris wajib berkomitmen

tinggi untuk menyediakan waktu dan melaksanakan seluruh tugas komisaris

secara bertanggungjawab berdasarkan kepada kepentingan perseroan dan sesuai

dengan maksud dan tujuan perseroan. Teori keagenan menyatakan bahwa antara

manajer, pemegang saham dan kreditur mungkin terjadi konflik kepentingan

ketika perusahaan menggunakan hutang sebagai salah satu sumber

pendanaannya. Konflik tersebut tercermin dari kebijakan dividen, kebijakan

investasi serta penambahan hutang baru (Juanda, 2007). Ketiga kebijakan

tersebut dapat digunakan pemegang saham untuk mengatur manajemen dan

mentransfer kekayaan dari tangan kreditunr. Sunardi (2019) menyatakn bahwa

dewan komisaris memiliki pengaruh negatif terhadap leverage.

H5 : Dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap leverage

Komite audit merupakan sekelompok orang yang dipilih dari anggota dewan

komisaris yang memiliki tanggung jawab dalam pengawasan proses pelaporan

keuangan dan pengungkapan (disclosure) (Dewi & Sari, 2015). Komite audit juga

berfungsi memberikan pandangan mengenai masalah yang berhubungan dengan

kebijakan keuangan, akuntansi, dan pengendalian internal perusahaan (Diantari


& Ulupui, 2016). Sehingga peran sebagai komite audit dapat memberikan

pandangan terkait perusahaan apakah perusahaan akan didanai menggunakan

leverage. Karena leverage dapat digunakkan dalam struktur modal usaha sehingga

dapat memaksimalkan keuntungan yang diperoleh. Teori keagenan menyatakan

bahwa sumber daya, dengan semakin meningkatnya jumlah anggota membuat

komite audit memiliki lebih banyak sumber daya khususnya untuk menghadapi

masalah yang sedang dialami perusahaan. Carolina et al. (2014) serta Tjandra

(2015) menyatakan bahwa leverage berpengaruh negatif antara komite audit

terhadap leverage.

H6 : Komite audit berpengaruh negatif terhadap leverage

Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar dan telah berjalan dengan baik

dapat dengan mudah memiliki akses kepasar modal. Kemudahan dalam memiliki

akses ke pasar modal akan membuat perusahaan mempunyai kemampuan untuk

mengumpulkan dana dalam waktu yang singkat. Kemampuan perusahaan dalam

mengumpulkan dana akan membuat perusahaan semakin berkembang dan

mempunyai kemampuan untuk menghasilkan earning yang lebih besar. Teori

Agensi menyatakan bahwa perusahaan besar dituntut untuk mengungkapkan

lebih banyak informasi. Ukuran perusahaan yang besar menyebabkan perusahaan

mengalami perkembangan sehingga investor akan meningkatkan nilai perusahaan

dan perusahaan juga akan mendapat sorotan publik yang lebih dibandingkan

perusahaan kecil. Maka dengan perusahaan besar akan dengan mudah untuk

mendapatkan pinjaman dan pinjaman tersebut dapat digunakan untuk keperluan

operasional perusahaan. Erkaningrum (2008) dan Joni & Lina (2010) yang

mengatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap leverage.

H7 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap leverage

Berdasarkan Peraturan OJK No.33/POJK.04/2014, Dewan Komisaris

bertugas melakukan pengawasan dan bertanggung jawab atas pengawasan


terhadap kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik

mengenai Emiten atau Perusahaan Publik, dan memberi nasihat kepada direksi.

Teori agensi menyatakan bahwa dewan komisaris dapat mengawasi dan

mengontrol tindakan para direktur eksekutif dan tindakan direksi, sehubungan

dengan perilaku oportunistik mereka. Namun, adanya konflik keagenan antara

agen dan prinsipal juga dapat memacu para agen untuk melakukan penghindaran

pajak. Penghindaran pajak dapat dilihat dari leverage, ketika leverage tinggi maka

beban bunga yang harus dibayarkan juga tinggi sehingga laba akan menurun dan

akan berimbas pada berkurangnya besaran pajak yang harus dibayarkan kepada

perusahaan. Hal tersebut dapat menjadi pertimbangan penting bagi pemegang

saham dalam melakukan pengawasan terhadap tindakan manajemen dalam

mengambil keputusan sehubungan dengan kebijakan perusahaan. Perusahaan

menggunakan leverage untuk meningkatkan return on invesment dari modal yang

digunakan dalam perusahaan.

H8 : Leverage mengintervening pengaruh dewan komisaris terhadap

penghindaran pajak

Anggota komite audit dengan keahlian akuntansi atau keuangan lebih

mengerti celah dalam peraturan perpajakan dan cara yang dapat menghindari

risiko deteksi, sehingga dapat memberikan saran yang berguna untuk melakukan

penghindaran pajak (Puspita & Harto, 2014). Komite audit merupakan komite

tambahan yang bertujuan untuk melakukan pengawasan dalam proses

penyusunan laporan keuangan perusahaan untuk menghindari kecurangan pihak

manajemen. Dengan berjalannya fungsi komite audit yang efektif, maka

pengawasan terhadap kegiatan perusahaan akan lebih baik. Teori agensi

menjelaskan bahwa manajemen sebagai agen harus melakukan tugas sesuai yang

di perintahkan oleh prinsipal. Leverage dapat menjadi pertimbangan penting bagi

pemegang saham dalam melakukan pengawasan terhadap tindakan manajemen


dalam mengambil keputusan sehubungan dengan kebijakan perusahaan.

Perusahaan yang memiliki leverage tinggi menunjukkan bahwa perusahaan pada

risiko besar akan bangkrut sebagai akibat dari pembayaran bunga yang tinggi

sehingga perlu adanya pengawasan dari komite audit.

H9 : Leverage mengintervening pengaruh komite audit terhadap penghindaran

pajak

Ukuran perusahaan dikelompokkan berdasarkan besar kecilnya

perusahaan dan dapat menggambarkan aktivitas serta pendapatan perusahaan.

Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar usaha yang dilakukan

perusahaan untuk menarik perhatian masyarakat (Nugraha & Meiranto, 2015).

Ukuran perusahaan menjadi salah satu faktor untuk mempertimbangkan

seberapa besar kebijakan keputusan pendanaan dalam memenuhi ukuran dan

besarnya aset pendanaan. Teori agensi menjelaskan bahwa adanya tugas dan

wewenang dari prinsipal kepada agen untuk meningkatkan laba perusahaan.

Semakin besar perusahaan, semakin besar pula tugas para agen. Perusahaan yang

besar cenderung dapat mengatur pendapatan dan pembayaran pajaknya. Sehingga

besar kemungkinan untuk perusahaan besar mendapat pinjaman besar untuk

keperluan perusahaannya. Perusahaan besar dapat menggunakan sumber daya

yang dimiliki untuk melakukan perencanaan pajak. Ketika perusahaan memiliki

leverage yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan harus membayar beban

bunga yang besar untuk perusahaannya yang mengakibatkan mengurangi laba

dan berimbas pada besaranya pajak yang harus dibayarkan kepada prusahaan.

H10 : Leverage mengintervening pengaruh ukuran perusahaan terhadap

penghindaran pajak

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka model kerangka pemikiran

teoritis penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:


Gambar 1. Model Penelitian

METODE PENELITIAN

Penelitian ini berupa penelitian kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini

adalah perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

selama periode 2015-2018 sebanyak 48 perusahaan. Teknik sampel penelitian

yang digunakan adalah teknik purposive sampling dengan kriteri-kriteria tertentu

dalam pengambilan sampel. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan diperoleh

15 sampel penelitian. Periode penelitian yang dilakukan yaitu selama 4 tahun.

Unit analisis berjumlah 60 unit sebagaimana ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Proses Pengambilan Sampel

No Kriteria Melanggar Jumlah


Kriteria

1 Perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di BEI (0) 48


tahun 2015-2018

2 Perusahaan yang tidak melaporkan laporan tahunan dan (2) 46


laporan keuangan secara lengkap pada tahun 2015-2018

3 Perusahaan yang mengalami kerugian di tahun tahun (31) 15


2015-2018

Tahun pengamatan 3

Total unit analisis 60

Sumber: Data sekunder diolah, 2019.


Penjelasan dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian

disajikan dalam Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Definisi Operasional Variabel Penelitian

NO VARIABEL DEFINISI PENGUKURAN


1 Penghindaran Mengukur efektivitas perencanaan pajak ETR =
Pajak suatu perusahaan (Dittmer, 2011)
(ETR)

(Barli, 2018)
2 Dewan Merupakan anggota perusahaan yang Jumlah rata-rata
Komisaris memiliki wewenang dalam melakukan fungsi tingkat kehadiran
(DK) pengawasan dan memberikan nasihat setiap anggota
kepada direksi (Peraturan OJK No 33/POJK dalam rapat dewan
04/2014) komsaris/Total
jumlah anggota
dewan komisaris
(Reza, 2012)
3 Komite Audit Merupakan anggota yang dibentuk oleh Jumlah anggota
(KA) dewan komisaris untuk membantu komite audit dalam
melakukan pemeriksaan yang dianggap satu periode (Asri &
perlu untuk mengelola perusahaan (Guna & Suardana, 2016)
Herawaty, 2010)

4 Ukuran Mengukur perusahaan kedalam perusahaan


Perusahaan besar, menengah, atau kecil (Suwito &
(UP) Herawaty, 2005)

(Gujarati & Porter,


2010)
5 Leverage Digunakan untuk mengukur nilai asset
(DER) perusahaan yang kepemilikannya dibiayai DER=
oleh hutang (Weston & Copland, 1997)

(Saputra & Asyik,


2017)

Sumber: Data Sekunder yang diolah, 2019.

Data penelitian dikumpulkan dengan metode dokumentasi berupa laporan

tahunan (annual report) yang telah dipublikasikan oleh perusahaan sampel selama

periode penelitian dan diakses melalui website resmi Bursa Efek Indonesia dan

website resmi masing-masing perusahaan. Model penelitian dianalisis

menggunakan analisis regresi dengan metode Ordinary Least Square (OLS) dan uji

analisis jalur (path analysis) dengan alat analisis software SPSS versi 21. Tingkat
signifikansi yang digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan dalma

penelitian ini adalah 5% (0.05). Rumus yang diajukan dalam model penelitian ini

adalah :

Z = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e1.........................................................Persamaan 1

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β1Z + e2...............................................Persamaan 2

HASIL DAN PEMBAHASAN

Statistik deskriptif mencerminkan sebaran data berupa nilai minimum, nilai

maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi. Hasil analisis statistik deskriptif

disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Analisis Statistik Deskriptif


N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

DK 60 4.00 51.00 12.1167 9.16347


KA 60 2.00 4.00 2.9667 .25820
UP 60 25.55 31.13 28.6390 1.61237
DER 60 .07 1.71 .7888 .48051
ETR 60 .00 .27 .0418 .06366
60
Valid N (listwise)

Sumber: Output IMB SPSS 21, 2019


Nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov pada uji normalitas menunjukkan

nilai 1.269 yang telah melebihi syarat signifikansi sebesar 0.05 sehingga dapat

disimpulkan bahwa data residual terdistribusi secara normal. Nilai tolerance

variabel independen pada uji multikolinearitas menunjukkan nilai lebih dari 0.10

dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) pada masing- masing varaibel independen

kurang dari 10, sehingga model regresi yang diajukan dalam penelitian ini bebas

dari masalah multikolinearitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi

heteroskedastisitas (Ghozali, 2013), telah menunjukkan bahwa nilai signifikansi

pada masing-masing variabel independen melebihi 5% atau 0.05, sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas. Gejala autokor elasi

dalam penelitian ini menggunakan uji durbin watson yang menunjukkan bahwa

nilai DW hitung 2.194 lebih besar dari nilai dU 1.7274 dan kurang dari 4-dU
2.2726 (1.7274<2.194<2.2726), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

masalah autokorelasi dalam penelitian ini.

Penelitian ini menggunakan model analisi jalur yang digunakan untuk

menguji antara pengaruh variabel dewan komisaris, komite audit, dan ukuran

perusahaan terhadap penghindaran pajak melalui leverage. Dalam penelitian ini

analisis jalur dibagi menjadi dua model regresi.

DER = 1.132–0.047DK–1.402KA+0.426UP+0.894………………………….Persamaan 1

DER = -0.462+0.045DK+0.505KA-0.1007UP+0.199DER+0.883……..…Persamaan 2

Dari hasil regresi tersebut dapat dilihat ringkasan hasil uji analisis pada

Tabel 4. sebagai berikut:

Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Analisis Jalur

Koefisien Pengaruh
Variabel Total
Jalur Langsung Tidak Langsung

DK terhadap ETR (P2) 0.045 0.045 -0.047 x 0.199 = -0.009 0.036

KA terhadap ETR (P2) 0.505 0.505 -1.402 x 0.199 = -0.279 0.226

UP terhadap ETR (P3) -0.107 -0.107 0.428 x 0.199 = 0.085 -0.022

DER terhadap ETR (P4) 0.199 0.199 - 0.199

DK terhadap DER (P5) -0.047 -0.047 - -0.047

KA terhadap DER (P6) -1.402 -1.402 - -1.402

UP terhadap DER (P7) 0.428 0.428 - 0.428

e1 0.26615 0.26615 - 0.26615

e2 0.12542 0.12542 - 0.12542

Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2019.

Nilai adjusted R2 pada regresi model 1 menunjukkan nilai sebesar 0.157

atau sebesar 15.7%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan variabel

leverage sebagai variabel intervening yang dapat diterangkan oleh variasi variabel

dewan komisaris, komite audit, dan ukuran perusahaan sebesar 15.7% dan

besarnya variabel lain diluar penelitian yang mempengaruhi variabel leverage


sebesar 84.3%. Sedangkan Nilai adjusted R2 pada regresi model 2 menunjukkan

nilai sebesar 0.163 atau sebesar 16.3%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan

variasi variabel penghindaran pajak yang dapat diterangkan oleh variasi variabel

dewan komisaris, komite audit, ukuran perusahaan, dan leverage sebesar 16.3%

dan besarnya variabel lain diluar penelitian yang mempengaruhi variabel

penghindaran pajak sebesar 83.7%. Tabel 5 memuat hasil uji hipotesis yang telah

dilakukan dalam penelitian ini.

Tabel 5. Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis

Kesimpula
Hipotesis β Sig.
n

H1 Dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap


0.045 0.013 Ditolak
penghindaran pajak

H2 Komite audit berpengaruh negatif terhadap


0.505 0.022 Ditolak
penghindaran pajak

H3 Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap


-0.107 0.368 Ditolak
penghindaran pajak

H4 Leverage berpengaruh positif terhadap


0.199 0.003 Diterima
penghindaran pajak

H5 Dewa komisaris berpengaruh negatif terhadap


-0.047 0.208 Ditolak
leverage

H6 Komite audit berpengaruh negatif terhadap leverage -1.402 0.003 Diterima

H7 Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap


0.426 0.086 Ditolak
leverage

H8 Leverage mengintervening pengaruh dewan


0.036 0.238 Ditolak
komisaris terhadap penghindaran pajak

H9 Leverage mengintervening pengaruh komite audit


0,226 0,026 Diterima
terhadap penghindaran pajak

H10 Leverage mengintervening pengaruh ukuran


-0.022 0.126 Ditolak
perusahaan terhadap penghindaran pajak

Sumber: Data Sekunder yang diolah, 2019.

Pengaruh dewan komisaris terhadap penghindaran pajak


Hasil pengujian menunjukkan bahwa dewan komisaris berpengaruh positif

signifikan terhadap penghindran pajak (H1 ditolak). Hasil tidak selaras dengan

teori agensi yang menyatakan bahwa dewan komisaris dianggap sebagai

mekanisme pengendalian intern tertinggi yang bertanggungjawab untuk

memonitor tindakan manajemen puncak. Hal ini menggambarkan bahwa ketika

perusahaan memiliki dewan komisaris yang lebih sering melakukkan rapat, maka

semakin besar tingkat pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris. Namun,

berbeda dengan argumen tersebut hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa

ketika dewan komisaris lebih sering mengadakan rapat per tahunnya , hal yang

terjadi sebaliknya dimana praktik penghindaran pajak malah semakin meningkat.

Penelitian ini menduga ketika jumalah rapat semakin meningkat dapat

meningkatkan pula kinerja perusahaan dan dapat meningkatkan efisiensi beban

pajak berupa panghindaran pajak. Karena pengeluaran pajak perusahaan dapat

menurunkan laba yang akan dicapai perusahaan, maka untuk mengatasi hal

tersebut perusahan mealkukan efisiensi beban pajak dengan melakukan

penghindran pajak agar perusahaan mencapai laba yang maksimal dan dinilai

memiliki kinerja yang baik. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang

dilakukan oleh Wibawa et al. (2014) yang menunjukkan bahwa dewan komisaris

berpengaruh positif dan signifikan terhadap penghindaran pajak.

Pengaruh komite audit terhadap penghindaran pajak

Hasil pengujian menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh positif

signifikan terhadap penghindaran pajak (H2 ditolak). Hasil penelitian ini tidak

sejalan dengan teori agensi dimana, semakin tinggi keberadaan komite audit

didalam perusahaan, maka pengawasan terhadap kegiatan perusahaan akan lebih

optimal dan konflik keagenan yang terjadi akibat keinginan manajemen untuk

melakukan penghindran pajak dapat diminimalisasi. Temuan ini membuktikan

bahwa jumlah komite audit semakin banyak belum tentu praktik penghindran
pajak dapat diminimalisasi. Hal tersebut terjadi karena pembentukan srtuktur dan

pemilihan personil komite audit merupakan tanggung jawab dewan komisaris,

penelitian ini berandai jika dewan komisaris melakukan penyalahgunaan

wewenang, maka semakin bertambahknya jumlah komite audit akan juga semakin

memperparah penghindaran pajak. Komite audit disini adalah salah satu

penunjang yang dapat langsung mengawasi dan menjembatani pelaporan pihak

pengelola kepada pihak pemilik. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian

Wibawa et al. (2014) yang menemukan bukti bahwa komite audit berpengaruh

positif signifikan terhadap penghindaran pajak.

Pengaruh ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak

Hasil pengujian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak

berpengaruh terhadap penghindaran pajak (H3 ditolak). Hasil penelitian ini tidak

sejalan dengan teori agensi yang menyatakan bahwa sumber daya yang dimiliki

perusahaan dapat digunakan oleh agen untuk memaksimalkan kompensasi

kinerja agen. Dimana hal tersebut dilakukan dengan cara menekan beban pajak

perusahaan agar kinerja dari perusahaan tersebut dapat tercapai secara maksimal

dan dapat dinilai baik kinerjanya oleh pemegang saham. Sehingga ukuran

perusahaan baik kecil maupun besar tidak mempengaruhi manjemen untuk tidak

melakukan tindakan penghindaran pajak. Hasil penelitian ini mendukung hasil

penelitian dari Tandean & Winnie (2016), Cahyono et al. (2016), Indriawati (2017),

dan Putri (2017) yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh

signifikan terhadap penghindaran pajak.

Pengaruh leverage terhadap penghindaran pajak

Hasil menunjukkan bahwa leverage yang diproksikan dengan DER

berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak (H4 diterima). Penelitian ini

sejalan dengan teori agensi yang menyatakan bahwa biaya bunga pada hutang

akan menekan biaya pajak perusahaan, sehingga dalam hal ini manajemen lebih
memilih menggunakan hutang dalam operasionalnya agar mendapatkan

keuntungan dari adanya biaya bunga atas hutang untuk menekan beban pajak

perusahaan. Biaya bunga yang dapat dugunakan sebagai laba kena pajak adalah

biaya bunga yang muncul akibat adanya pinjaman kepada pihak ketiga yang tidak

memiliki hubungan dengan perusahaan yang dapat memberikan pengaruh

terhadap penghindaran pajak. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian

yang dilakukan oleh Saputra & Asyik (2017) yang menemukan bukti bahwa

variabel leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap penghindaran pajak.

Tingginya tingkat leverage tentunya akan sangat berdampak pada biaya bunga

yang bisa dijadikan sebagai pengurang penghasilan kena pajak dan akan

meningkatnya tindak penghindaran pajak.

Pengaruh dewan komisaris terhadap leverage

Hasil pengujian menunjukkan bahwa dewan komisaris tidak berpengaruh

terhadap leverage (H5 ditolak). Penelitian ini tidak sejalan dengan teori keagenan

yang menyatakan bahwa antara manajer, pemegang saha, dan kreditur

memungkinkan terjadi konflik kepentingan ketika perusahaan menggunakan

hutang sebagai salah satu sumber pendanaannya. Disini peran dari seorang

dewan komisaris dan kreditur hanya melakukan tindak pengawasan dan

memberikan nasehat terkait kebijakan yang nantinya akan diambil oleh

manajemen perusahaan. Dengan pengawasan yang dilakukan dewan komisaris

dapat memberikan pertimbangan bagi manajemen agar lebih berhati-hati dalam

penggunaan sumber pendanaannya dari hutang. Hasil penelitian ini sejalan

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tjandra (2015) yang menyatakan

dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap variabel leverage. Rapat dewan

komisaris harus diimbangi dengan kualitas atas hasil rapat yang telah dilakukan.

Dengan kualitas rapat dewan komisaris akan menentukan apakah rapat telah

diadakan dapat berjalan dengan efektif.


Pengaruh komite audit terhadap leverage

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap leverage (H6 diterima). Hasil ini sejalan dengan teori

keagenan yang menyatakan bahwa dengan semakin banyaknya jumlah komite

audit membuat komite audit memiliki lebih banyak sumber daya khususnya

untuk menghadapai masalah yang sedang dialami perusahaan. Adanya jumlah

komite audit yang cuku di perusahaan akan lebih terbuka dan bertanggung jawab

dalam menyajikan laporan keuangan yang ada. Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Carolina et al. (2014) serta Tjandra (2015) terkait

komite audit terhadap leverage dimana tedapat pengaruh negatif antara komite

audit terhadap leverage. Hasil menunjukkan dengan adanya jumlah komite audit

yang memadai makan suatu perusahaan tersebut akan baik dalam kegiatan

operasionalnya. Karena komite audit mampu menjalankan tugas dan fungsinya

dengan baik. Sehingga laporan keuangan yang dihasilkan dapat menarik para

investor dan dapat menekan sumber pendanaan dari leverage.

Pengaruh ukuran perusahaan terhadap leverage

Hasil pengujian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak

berpengaruh terhadap leverage (H7 ditolak). Hasil penelitian ini tidak sejalan

dengan teori agensi yang menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki biaya

keagenan yang lebih besar dari pada perusahaan kecil, maka sebagai

konsekuensinya perusahaan besar dituntut untuk lebih mengungkapakan lebih

banyak informasi. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa perusahaan besar akan

lebih komplek dalam penggunaan biaya dalam kegiatan operasional perusahaan

dan cenderung akan memanfaatkan penggunaan dana tersebuat untuk mencapai

taget dari perusahaan. Namun berbeda dengan argumen tersebut dimana hasil

penelitian ini membuktkan ketika perusahaan besar ataupun kecil sama-sama

memerlukan adanya penggunaan biaya hutang sebagai sumber dalam pendanaan


perusahaan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri et

al. (2012) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh

signifikan terhadap leverage. Temuan ini menunjukkan bahwa perusahaan besar

maupun kecil memiliki fleksibilitas untuk mengakses pasar modal untuk

mendapatkan dana eksternal. Sehingga perusahaan akan cenderung

menggunakan hutang sebagai pendanaannya.

Leverage mengintervening dewan komisaris terhadap penghindaran pajak

Berdasarkan hasil uji analisis jalur menunjukkan bahwa variabel leverage

tidak berhasil mengintervening pengaruh antara dewan komisaris terhadap

penghindaran pajak (H8 ditolak). Hasil ini tidak sejalan dengan teori agensi yang

menyatakan bahwa dewan komisaris dapat mengawasi dan mengontrol tindakan

para eksekutif dan direksi, sehubungan dengan prilaku opotunistik mereka.

Dalam penelitian ini, dewan komisaris yang diproksikan dengan rapat per

tahunnya tidak mampu melakukan tugas dan fungsinya dengan baik, dimana

rapat dewan komisaris hanya merupakan kuantitas dan regulasi yang

menyebabkan terjadinya pengaruh yang tidak jelas terhadap leveragenya. Maka

rapat dewan komisaris tidak dapat menentukan perusahaan apakah akan

sepenuhnya menggunakan hutang sebagai pendanaan operasionalnya atau tidak.

Sehingga penghindaran pajak yang ada di perusahaan justru semakin meningkan

karena karena dalam penelitian ini menduga bahwa adanya pihak-pihak yang

menyalah gunakan wewenang untuk kepentingan sendiri.

Leverage mengintervening komite audit terhadap penghindaran pajak

Berdasarkan hasil uji analisis jalur, menunjukkan bahwa variabel leverage

berhasil mengintervening pengaruh antara komite audit terhadap penghindaran

pajak (H9 diterima). Penelitian ini sejalan dengan teori agensi menjelaskan bahwa

manajemen sebagai agen harus melakukan tugas sesuai yang di perintahkan oleh

prinsipal. Dimana prinsipal menginginkan agen dapat mengelola perusahaan


dengan baik sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Salah satunya

dengan pemanfaatan leverage yang dapat menjadi pengurang penghasilan kena

pajak sehingga laba yang nantinya akan diperoleh lebih maksimal. Laba yang

maksimal dapat memungkinkan perusahaan untuk menghasilkan kualitas laporan

keberlanjutan yang lebih. Sehingga, leverage sangat mempengaruhi tindakan

penghindaran pajak. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketika komite audit dalam

perusahaan itu bertambah maka dapat menekan adanya penggunaan biaya

hutang yang berlebih dalam perusahaan. Kemudian biaya dari hutang akan

muncul adanya biaya bunga yang dapat digunakan untuk melakukan

penghindaran pajak. Hasil penelitian ini terlihat bahwa ketika komite audit

mengalami penambahan jumlah komite dapat terlihat tingkat hutangnya semakin

rendah karena perna komite disini dijalankan sesuai dengan GCG yang baik.

Ketika tingkat hutang yang rendah maka diikuti pula dengan tingkat

penghindaran yang rendah karena tingkat bunga sebagai pengurang hasil kena

pajak semakin berkurang. Sehingga perusahaan akan lebih sedikit dalam

melakukan pratik penghindaran pajak.

Leverage mengintervening ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak

Berdasarkan hasil uji analisis jalur, menemukan hasil bahwa ukuran

perusahaan tidak berhasil mengintervening pengaruh antara ukuran perusahaan

terhadap penghindaran pajak (H10 ditolak). Penelitian ini tidak sejalan dengan

teori agensi menjelaskan bahwa adanya tugas dan wewenang dari prinsipal kepada

agen untuk meningkatkan laba perusahaan. Semakin besar perusahaan, semakin

besar pula tugas para agen. Perusahaan yang besar cenderung dapat mengatur

pendapatan dan pembayaran pajaknya. Sehingga besar kemungkinan untuk

perusahaan besar mendapat pinjaman besar untuk keperluan perusahaannya.

Ketika perusahaan memiliki leverage yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan

harus membayar beban bunag yang besar untuk perusahaannya yang


mengakibatkan mengurangi laba dan berimbas pada besaranya pajak yang harus

dibayarkan kepada prusahaan. Namun, penelitian ini menunjukkan hasil dimana

ketika besar kecilnya ukuran perusahaan sangat memerlukan adanya biaya dari

eksternal berupa pinjaman yang nantinya digunakan untuk kigiatan perusahaan.

Pinjaman tersebut besar kemungkinan dipergunakan untuk melakukan tindak

penghindaran pajak karena pinjaman tersebut akan muncul biaya bunga yang

dapat digunakan untuk mengurangkan penghasilan kena pajak. Sehingga laba

yang nantinya didapat akan lebih optimal.

SIMPULAN

Hasil pengujian hipotesis menampilkan dewan komisaris, komite audit,

leverage memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penghindaran pajak.

Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Dewan

komisaris dan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap leverage.

Komite audit memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap leverage. Leverage

berhasil mengintervening pengaruh tidak langsung komite audit terhadap

penghindaran pajak. Tetapi gagal mengintervening pengaruh tidak langsung

antara dewan komisaris dan ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak.

Saran untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk menambah variabel

agar hasil yang didapat beraneka ragam serta memperkaya teori yang ada. Peneliti

selanjutnya diharapkan memunculkan variabel intervening lain yang mempunyai

hubungan antar variabel yang kuat. Serta menambah periode dan memperluas

populasi sertasampel penelitian untuk mendapat hasil yang semakin akurat.

Perusahaan lebih memperhatikan tata kelola yang baik dan memperhatikan dalam

pemilihan orang yang tepat karena diperlukan untuk menjalankan peran terkait

tata kelola perusahaan agar tidak terjadi hal buruk di dalam menjalankan

perusahaan. Direktorat Jendral Pajak dirasa wajib melakukan pembaharuan dan


pengembangan perhatian akan penghindaran pajak serta melaukan pengawasan

efektif sesuai dengan azaz yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, N. K. A., & Wiagustin, N. L. P. (2017). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi


Struktur Modal Perusahaan Property & Real Estate Yang Terdftar di BEI. E-
Jurnal Manajemen Unud, 6(6), 3168–3195.
Asri, I. A. T. Y., & Suardana, K. A. (2016). Pengaruh Proporsi Komisaris
Independen, Komite Audit, Preferensi Risiko Eksekutif dan Ukuran
Perusahaan Pada Penghindaran Pajak. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana, 16(1), 72–100.
Barli, H. (2018). Pengaruh Leverage dan Firm Size Terhadap Penghindaran Pajak
(Studi Empiris pada Perusahaan sektor Property, Real Estate dan Building
Construction yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2013-
2017). Jurnal Ilmiah Akuntansi Universitas Pamulang, 6(2), 223–238.
http://openjournal.unpam.ac.id/index.php/JIA/article/view/1956
Bovi, M. (2005). Book-Tax Gap . An Income Horse Race (Working Paper No. 61).
Cahyono, D. D., Andini, R., & Raharjo, K. (2016). Pengaruh Komite Audit,
Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris, Ukuran Perusahaan (Size),
Leverage (DER) dan Profitabilitas (ROA) Terhadap Penghindaran Pajak (Tax
Avoidance) Pada Perusahaan Perbankan Yang Listing BEI Periode Tahun
2011-2013. Journal Of Accounting, 2(2), 1–10.
Carolina, V., Natalia, M., & Debbianita. (2014). Karakteristik Eksekutif Terhadap
Tax Avoidance Dengan Leverage Sebagai Variabel Intervening. Jurnal
Keuangan Dan Perbankan, 18(3), 409–419. http://jurkubank.wordpress.com
Dewi, G. A. P., & Sari, M. M. R. (2015). Pengaruh Insentif Eksekutif, Corporate Risk
dan Corporate Governance Pada Tax Avoidance. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, 13(1), 50–67.
Dewinta, I. A. R., & Setiawan, P. E. (2016). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur
Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap
Tax Avoidance. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 14(3), 1584–1613.
Diantari, P. R., & Ulupui, I. A. (2016). Pengaruh Komite Audit, Proporsi Komisaris
Independen, dan Proporsi Kepemilikan Institusional Terhadap Tax Avoidance.
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 16(1), 702–732.
Dittmer, P. (2011). U.S. Corporations Suffer High Effective Tax Rates by
International Standards (Issue 195).
Erkaningrum, I. (2008). Faktor-Faktor Penentu Financial Leverage Dalam Struktur
Modal. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, 01(02), 1–21.
Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS21
Update PLS Regresi. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gujarati, D. N., & Porter, D. C. (2010). Dasar-Dasar Ekonomi (Edisi Ke 5). Salemba
Empat.
Guna, W. I., & Herawaty, A. (2010). Pengaruh Mekanisme Good Corporate
Governace, Independen Auditor, Kualitas Audit dan Faktor Lainya Terhadap
Manajemen Laba. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, 12(1), 53–68.
Hidayati, N., & Fidiana. (2017). Pengaruh Corporate Social Responsibility Dan
Good Corporate Governance Terhadap Penghindaran Pajak. Jurnal Ilmu Dan
Riset Akuntansi, 6(3), 1052–1070.
Hutagaol, J. (2007). Perpajakan: Isu-Isu Kontemporer. Graha Ilmu.
Indriawati, W. F. (2017). Pengaruh Dewan Komisaris Independen, Komite Audit,
Kepemilikan Institusional dan Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran
Pajak Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating. In Skripsi.
Joni, & Lina. (2010). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal. Jurnal
Bisnis Dan Akuntansi, 12(2), 82–97.
Juanda, A. (2007). Pengaruh Risiko Litigasi dan Tipe Strategi Terhadap Hubungan
Antara Konflik Kepentingan dan Konservatisme Akuntansi. Simposium
Nasional Akuntansi X, 1–25.
Lanis, R., & Richardson, G. (2014). Is Corporate Social Responsibility Performance
Associated with Tax Avoidance ? Jurnal Bus Ethics, 127, 439–457.
https://doi.org/10.1007/s10551-014-2052-8
Maharani, I. G. A. C., & Suardana, K. A. (2014). Pengaruh Corporate Governance,
Profitabilitas dan Karakteristik Eksekutif Pada Tax Avoidance Perusahaan
Manufaktur. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 9(November), 525–539.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/Akuntansi/article/view/9290
Nugraha, N. B., & Meiranto, W. (2015). Pengaruh Corporate Socila Responsibility,
Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage dan Capital Intensity Terhdap
Agresivitas Pajak. Diponegoro Journal of Accounting, 4(4), 2337–3806.
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting
No.33/POJK.04/2014 Tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau
Perusahaan Publik, Pub. L. No. No.33/POJK.04/2014 (2014).
Puspita, S. R., & Harto, P. (2014). Pengaruh Tata Kelola Perusahaan Terhadap
Penghindaran Pajak. Diponegoro Journal Of Accountingurnal Of Accounting,
3(2), 1–13. https://doi.org/http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/accounting
Putri, P. A., Zaitul, & Hermawati. (2012). Pengaruh Mekanisme Corporate
Governace dan Pengungkapan Corporate Social Responsiblility Terhadap Tax
Avoidance. Ejurnal Bunghatta, 5(1), 1–15.
Putri, T. R. F. (2017). faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tax Avoidance Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdafrat di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun
2011-2015. Skripsi.
Reza, F. (2012). Pengaruh Dewan Komisaris dan Komite Audit Terhadap
Penghindaran Pajak. Skripsi.
Rosalia, Y., & Sapri. (2017). Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas dan Corporate
Governance Terhadap Penghindaran Pajak. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi,
6(3), 689–704.
Saputra, M. D. F., & Asyik, N. F. (2017). Pengaruh Profitabilitas, Leverage dan
Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Ilmu Dan Riset
Akuntansi, 6(8), 1–19.
Suandy, E. (2011). Perencanaan Pajak (Edisi Ke 5). Salemba Empat.
Sunardi, N. (2019). Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Nilai
PErusahaan Dengan Leverage Sebagai Variabel Intervening Pada PErusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek INdonesia Tahun 2012-2018. Jurnal
Ilmiah Manajemen FORKAMMA, 2(1), 48–61.
Suwito, E., & Herawaty, A. (2005). Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan
Terhadap Tindakan Perataan Laba Yang Dilakukan Oleh Perusahaan Yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VIII, 15-16
Sept.
Tandean, V. A., & Winnie. (2016). The Effect of Good Corporate Governance on Tax
Avoidance : An Empirical Study on Manufacturing Companies Listed in IDX
period 2010-2013. Asian Journal of Accounting Research, 1(1), 28–38.
Tjandra, E. (2015). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Leverage Dan
Profitabilitas Pada Perusahaan Property Dan Real Estate Di Indonesia. Jurnal
GEMA AKTUALITA, 4(2), 74–85.
Wadrianto, G. K. (2016). Ada 2.961 Nama dari Indonesia di Bocoran “Panama
Papers.”Kompas.Com.https://internasional.kompas.com/read/2016/04/04/1
9113441/Ada.2.961.Nama.dari.Indonesia.di.Bocoran.Panama.Papers. (Diakses
pada tanggal06 Juli 2020, pukul 13.00).
Weston, J. F., & Copland, R. E. (1997). Manajemen Pendanaan (A. J. Wasana &
Kibrandoko (eds.); Edisi Ke 9). Bima Rupa Aksara.
Wibawa, A., Wilopo, & Abdillah, Y. (2014). Pengaruh Good Corporate Governance
Terhadap Penghindaran Pajak. Jurnal Perpajakan (Jejak), 11(1), 1–9.
Xie, B., Davidson, W. N., & Dadalt, P. J. (2003). Earnings management and
corporate governance : the role of the board and the audit committee. Journal
of Corporate Finance, 9(3), 295–316.

Anda mungkin juga menyukai