Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Indonesia dikenal dengan sebutan negara berkembang yang dimana
negara tersebut menggunakan pajak sebagai salah satu pendapatan utamanya
untuk membiayai berbagai macam kebutuhan, dimana sumber pendapatan
terbesarnya ialah berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) di setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, pekerjaan penilaian dalam
perbaikan publik sangat dominan, sehingga ukuran komitmen tugas dapat
menjamin keamanan aksesibilitas sumber pendapatan bagi suatu negara. Tidak
hanya sebagai penyokong terbesar (PDB), bisnis perakitan juga dapat
memberikan komitmen tertinggi melalui cicilan pengeluarannya
(www.liputan6.com, 2017).
Seperti yang ditunjukkan oleh Undang-Undang Perpajakan no. 6 Tahun
1983 pajak sendiri merupakan suatu kewajiban yang dipersyaratkan untuk
menyatakan yang terutang sang orang ekslusif atau unsur yang bersifat
memaksa menurut undang-undang, dengan tidak segera memperoleh hadiah
serta dipergunakan buat keperluan negara bagi kemakmuran perseorangan
yang sebaik-baiknya.
Dengan kata lain, pajak adalah komitmen wajib untuk mengungkapkan
yang terutang oleh individu atau substansi sebagai warga negara tanpa
korespondensi langsung, membatasi, dan bermacam-macam selesai
tergantung pada hukum. Ketetapan pajak di Indonesia diawasi oleh otoritas
publik oleh Direktorat Jenderal Pajak yang langsung berada di bawah
Kementerian Keuangan.
Eksekusi pengeluaran oleh otoritas publik umumnya tidak mendapatkan
reaksi yang layak dari suatu instansi. Instansi berusaha untuk membayar biaya
pajak ke angka dasar dengan alasan bahwa biaya pajak adalah beban yang
akan menurunkan gaji atau keuntungan bersih, sedangkan otoritas publik
membutuhkan beban setinggi mungkin dengan alasan bahwa tugas

1
2

merupakan sumber pendapatan pemerintah dan digunakan untuk mendukung


organisasi pemerintah. Kontras mengingat perhatian yang sah untuk spesialis
biaya yang membutuhkan pendapatan bea besar daripada kepentingan
organisasi yang membutuhkan angsuran penilaian paling sedikit. Hal ini
diperkuat dengan penjelasan Sri Mulyani yang menyatakan bahwa negara-
negara yang bergantung pada daerah tugasnya sebagai awal pembiayaan
perbaikan akan menghadapi masalah yang sangat besar jika warganya masih
sering menjauhi pungutan (www.cnnindonesia.com, 2017).
Upaya untuk membatasi pendapatan pungutan pajak adalah kerangka
penghindaran pungutan pajak, menjadi pengendalian khusus dengan tidak
menyalahgunakan hukum dan menjadi pelaksana yang produktif bagi
organisasi secara sah atau substansial karena cacat dalam Undang-Undang
Perpajakan.
Pada tema yang berjudul The State of Tax Justice 2020 yang dilaporkan
Tax Justice News bahwa kerugian yang ditimbulkan oleh Wajib Pajak badan
yang melakukan penghindaran pajak di Indonesia sebesar  Rp 68,7 triliun.
Sedangkan sisanya, berasal dari Wajib Pajak orang pribadi dengan jumlah
mencapai US$ 78,83 juta atau setara Rp 1,1 triliun. Seperti yang ditunjukkan
oleh laporan The State of Tax Justice 2020 selama lima bulan terakhir,
terungkap bahwa situasi Indonesia dalam kasus penghindaran biaya oleh
perusahaan dan warga negara tunggal menempati posisi keempat di Asia
setelah China, India, dan Jepang (www.compas. com, 2020). ). Keajaiban ini
dapat menunjukkan adanya gerakan penghindaran penilaian yang sangat
besar, sehingga penerimaan bea negara Indonesia masih belum ideal.
Perusahaan dapat melakukan penghindaran pajak melalui Corporate
Governance, leverage, Return On Assets (ROA), dan ukuran perusahaan.
Selain dituntut untuk membayar kewajiban perpajakan, perusahaan juga harus
menerapkan Corporate Governance dimana arti Tata Kelola Perusahaan
sendiri adalah administrasi perusahaan yang memperjelas hubungan antara
anggota yang berbeda dalam memutuskan pameran organisasi. Pameran
organisasi dipengaruhi oleh dinamika, terutama pilihan untuk membayar
3

biaya yang dibuat oleh organisasi. Secara reguler pelaksanaan Tata Kelola
Perusahaan tidak sesuai dengan aturan yang seharusnya diterapkan.
Organisasi dapat membatasi tarif pajak yang harus dibayar dan ini merupakan
praktik penghindaran biaya (I Gede Hendy Darmawan, 2014). Eksplorasi
(Vera Yuliani, 2018; Annisa Fadilla, 2015; I Gede Hendy Darmawan, 2014)
membuktikan Corporate Governance berpengaruh negatif terhadap
penghindaran pajak.
Leverage menunjukkan ukuran kewajiban yang dimiliki oleh organisasi
untuk mendanai pelaksanaan kerjanya. Ini menyiratkan seberapa besar
kewajiban yang ditanggung organisasi sehubungan dengan sumber dayanya.
Kewajiban akan menimbulkan bunga, dan biaya bunga yang ditanggung oleh
organisasi dapat digunakan sebagai pengurang pembayaran yang tersedia
untuk mengurangi tarif perpajakan organisasi. Pemeriksaan (Vera Yuliani,
2018; Annisa Fadilla, 2015 dan Annisa, 2017) menunjukkan bahwa Leverage
berpengaruh positif terhadap penghindaran muatan. Bagaimanapun, itu unik
dalam kaitannya dengan efek samping dari pemeriksaan (Kurnia Wahyuni,
2019 dan I Gede Hendy Darmawan, 2014) yang membuktikan Leverage tidak
berdampak pada penghindaran pajak.
Semakin tinggi penghargaan ROA, semakin baik presentasi keuangan
organisasi. ROA diidentifikasi dengan manfaat bersih organisasi dan beban
tugas tahunan untuk warga perusahaan. Perusahaan dengan tunjangan tinggi
cenderung melatih keengganan biaya, karena tunjangan membuat tarif pajak
yang harus dibayar perusahaan juga tinggi. Akibat pemeriksaan Vera Yuliani
tahun 2018 menunjukkan bahwa laba dari sumber daya (ROA) tidak
berdampak pada penghindaran biaya pajak. Eksplorasi (Annisa, 2017 dan I
Gede Hendy Darmawan, 2014) membuktikan ROA berpengaruh positif
terhadap penghindraan biaya pajak. Namun demikian, berbeda dengan hasil
penelusuran (Vera Yuliani, 2018; Kurnia Wahyuni, 2019 dan Annisa Fadilla,
2015) yang menunjukkan bahwa ROA tidak berdampak pada penghindaran
biaya pajak.
4

Penghindaran biaya lainnya adalah ukuran instansi suatu organisasi.


Dimana ukuran instansi suatu organisasi adalah ukuran yang dapat
didelegasikan organisasi besar atau kecil yang ditunjukkan dengan berbagai
cara, yaitu: all out resources, log size, deal dan market capitalization, dan
lain-lain (Hasibuan, 2009 dalam Surbakti, 2012). Organisasi besar yang
memiliki sumber daya yang besar dapat menciptakan manfaat yang tinggi dan
memiliki kesempatan untuk menghindari biaya perpajakan. Eksplorasi
(Kurnia Wahyuni, 2019; Annisa, 2017 dan I Gede Hendy Darmawan, 2014)
menunjukkan bahwa ukuran organisasi berpengaruh negatif terhadap
penghindaran biaya. Bagaimanapun, ini unik dalam kaitannya dengan
penelitian (Annisa Fadilla, 2015) yang menunjukkan bahwa ukuran
organisasi tidak mempengaruhi penghindaran biaya perpajakan.
Mengingat efek samping dari penelitian sebelumnya yang memberikan
berbagai hasil, para ilmuwan berusaha untuk menemukan informasi
eksperimental tentang dampak pelaksanaan corporate governance, leverage,
Return On Assets, dan ukuran perusahaan pada penghindaran biaya
perpajakan. Maka dari itu penulis memberi judul pada penelitian ini yaitu
“PENGARUH PENERAPAN CORPORATE GOVERNANCE,
LEVERAGE, RETURN ON ASSETS, DAN UKURAN PERUSAHAAN
TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN YANG
TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2016-2020”.

1.2 Pembatasan Masalah


Mengingat dasar masalah yang digambarkan di atas, hambatan dari
pengujian ini adalah dampak penerapan administrasi perusahaan, pengaruh,
Return On Assets, dan ukuran perusahaan pada keengganan biaya di
organisasi manufaktur makanan dan minuman yang tercatat di BEI periode
2016-2020.
5

1.3 Rumusan Masalah


Mengingat dasar masalah yang digambarkan di atas rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah penerapan corporate governance berpengaruh terhadap
penghindaran pajak?
2. Apakah penerapan leverage berpengaruh terhadap penghindaran pajak?
3. Apakah penerapan Return On Assets berpengaruh terhadap penghindaran
pajak?
4. Apakah penerapan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran
pajak?
5. Apakah penerapan corporate governance, leverage, Return On Assets, dan
ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap penghindaran
pajak?

1.4 Tujuan Penelitian


Mengingat dasar masalah yang digambarkan di atas maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengkaji corporate governance berpengaruh terhadap
penghindaran pajak
2. Untuk mengkaji leverage berpengaruh terhadap penghindaran pajak
3. Untuk mengkaji Return On Assets berpengaruh terhadap penghindaran
pajak
4. Untuk mengkaji ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran
pajak
5. Untuk mengkaji corporate governance, leverage, Return On Assets, dan
ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap penghindaran
pajak
6

1.5 Kegunaan Penelitian


1. Kegunaan Teoritis
Bagi peneliti, dapat merealisasikan dan mengimplementasikan ilmu yang
di dapat selama perkuliahan dan menambah wawasan terkait perpajakan.
2. Kegunaan Praktis
Untuk administrasi organisasi, sebagai informasi dan dukungan yaitu
dengan cara yang signifikan dampak administrasi perusahaan, pengaruh,
Return On Assets, dan ukuran teman pada penghindaran biaya dalam
latihan fungsional organisasi

Anda mungkin juga menyukai