Anda di halaman 1dari 24

METODOLOGI PENELITIAN

“Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, dan Profitabilitas Terhadap


Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
(Studi Empiris: Pada Perusahaan Sektor Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode Tahun 2016-2018)”

Dosen Pengampu:
Dr. Karsam Sunaryo, SE., Ak., CA., M.Ak., QMS
Disusun oleh :
Nama : Siti Anisa Retno
NPM : 171210281
Kelas: V AKT E Pagi/S1

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS BISNIS

INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA KESATUAN BOGOR

2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan sebagai wajib pajak dengan tidak mendapatkan timbal balik secara langsung,
bersifat memaksa, dan pemungutannya dilakukan berdasarkan undang-undang (Darmawan
dan Sukartha, 2014). Di negara Indonesia, penerimaan negara yang berasal dari pajak
masih menjadi yang terbesar yaitu sekitar 70% dari total penerimaan pemerintah. Wajib
pajak badan berupa perusahaan merupakan kontribusi terbesar penerimaan pajak negara.
Namun hal ini berbeda antara pemerintah dan perusahaan. Perusahaan akan berusaha
mengelola pembayaran pajaknya seminimum mungkin agar laba yang diperoleh maksimal
(Hendy dan Sukartha, 2014)
Perbedaan kepentingan dari fiskus yang menginginkan penerimaan pajak yang
besar dan kontinyu tentu bertolak belakang dengan kepentingan dari perusahaan yang
menginginkan pembayaran pajak seminimal mungkin (Hardika, 2007). Fluktuasi kegiatan
perekonomian yang dialami perusahaan kerap tidak mendapatkan toleransi dari pihak
fiskus, dikarenakan fiskus menginginkan perolehan pajak yang progresif dan stabil.
Pengaruh fluktuasi kegiatan perekonomian tersebut, tentu akan berakibat terhadap
pelaporan keuangan perusahaan dan pelaporan pajaknya (Maria dan Tommy, 2013)..
Untuk sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia adalah self assessment
system. Sistem tersebut memberikan wewenang penuh kepada wajib pajak untuk
menghitung, memperhitungkan, menyetorkan, dan melaporkan sendiri Surat
Pemberitahuan (SPT) dan Surat Setoran Pajak (SSP) ke kantor pajak (Burton dan Ilyas,
2010). Secara eksplisit, self assessment system merupakan sistem perpajakan yang sangat
rentan menimbulkan penyelewengan dan pelanggaran. Penyelewengan dan pelanggaran
tersebut merupakan suatu bentuk dari penghindaran atau perlawanan pajak (Mulyani,
2014).
Menurut Supramono dan Theresia (2010: 5) perlawanan pajak dapat berupa
perlawanan pasif maupun aktif. Perlawanan pasif merupakan perlawanan dalam bentuk
hambatan yang mempersulit pemungutan pajak dan memiliki hubungan erat dengan
struktur ekonomi. Sedangkan perlawanan aktif merupakan perlawanan yang dapat dilihat
secara nyata dalam bentuk perbuatan secara langsung yang ditujukan kepada aparat pajak
dengan tujuan untuk mengurangi pajak. Perlawanan aktif terhadap pajak dapat dilakukan
dengan penghindaran pajak (tax avoidance) dan tax evasion.
Menurut Chasbiandani dan Martani (2012), Tax avoidance merupakan upaya wajib
pajak untuk tidak melakukan perbuatan yang dikenakan pajak atau upaya-upaya yang
masih dalam kerangka ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan untuk
memperkecil jumlah pajak yang terhutang.
Dilansir dalam Tribunnews.com (20 November 2017), berdasarkan laporan yang
dibuat bersama antara Ernesto Crivelly, penyidik dari IMF tahun 2016, berdasarkan survei,
lalu di analisa kembali oleh Universitas PBB menggunakan database International Center
for Policy and Research (ICTD), dan International Center for Taxation and Development
(ICTD) muncullah data penghindaran pajak perusahaan 30 negara. Indonesia masuk ke
peringkat 11 terbesar dengan nilai diperkirakan 6,48 miliar dolar AS, pajak perusahaan
tidak dibayarkan perusahaan yang ada di Indonesia ke Dinas Pajak Indonesia. Sedangkan
Jepang termasuk ketiga terbesar dengan nilai penghindaran pajak senilai 46,7 miliar dolar
AS.
Fenomena penghindaran pajak di Indonesia dapat dilihat dari rasio pajak (tax ratio)
negara Indonesia (Darmawan dan Sukartha, 2014). Data resmi dari Kementerian
Keuangan Republik Indonesia mencatat bahwa tax ratio Indonesia merosot sejak tahun
2015. Pada tahun 2018, tax ratio tercatat berada di level 11,5%. Menteri Keuangan Sri
Mulyani Indrawati pun menyebut bahwa tax ratio Indonesia berada di bawah standar
regional serta standar global.
Fenomena perbedaan kepentingan antara wajib pajak dengan pemerintah dan rata-
rata rasio pajak yang belum mencapai target dapat mengindikasikan adanya aktivitas
penghindaran pajak yang cukup besar, sehingga penerimaan pajak negara Indonesia masih
belum optimal (Annisa dan Kurniasih, 2012).
Sebagai salah satu contoh perusahaan yang melakukan praktik penghindaran pajak
adalah PT RNI. PT RNI adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang kesehatan
terafiliasi perusahaan di Singapura. Banyak modus yang dilakukan, mulai dari administrasi
hingga kegiatan yang dilakukan untuk menghindari kewajiban pajak. Misalnya saja, PT
RNI memanfaatkan Peraturan Pemerintah 46/2013 tentang Pajak Penghasilan khusus
UMKM, dengan tarif PPh final 1 persen.
Selain PT RNI, contoh lain perusahaan multinasional yang terbukti ketahuan
mangkir dari tanggung jawabnya untuk membayar pajak adalah perusahaan Apple. Skema
penghindaran pajak yang dilakukan Apple yaitu memanfaatkan yurisdiksi bebas pajak
untuk membebaskan keuntungannya sebesar 252 miliar dolar AS dari beban pajak di
Afrika, Asia, dan Eropa.
Adanya kasus praktik penghindaran pajak ini berdampak pada berkurangnya
pendapatan pemerintah terutama dari sektor pajak.
Beberapa faktor yang dapat diindikasikan memengaruhi adanya penghindaran
pajak (tax avoidance) antara lain: ukuran perusahaan, leverage, dan profitabilitas,
Ukuran perusahaan merupakan skala yang dapat membagi perusahaan menjadi
perusahaan kecil dan besar menurut bermacam macam cara seperti jumlah aset
perusahaan, jumlah penjualan,nilai pasar saham dan rata-rata tingkat penjualan. Ada 3
kategori ukuran perusahaan, yaitu large firm, medium firm, dan small firm (Machfoedz,
1994 dalam Suwito dan Herawati., 2005). Perusahaan yang memiliki total aset yang besar
cenderung lebih mampu dan stabil untuk menghasilkan laba jika dibandingkan dengan
perusahaan dengan total aset yang kecil (Indriani, 2005 dalam Rachmawati dan Triatmoko,
2007). Sementara itu, perusahaan berskala kecil tidak dapat optimal dalam mengelola
beban pajaknya dikarenakan kekurangan ahli dalam perpajakan (Nicodeme, 2007 dalam
Darmadi, 2013). Contoh kasus perusahaan besar seperti Google pernah didenda Rp 7,7
triliun di Perancis karena menghindari pajak dengan cara memanfaatkan celah di hukum
pajak internasional.
Leverage merupakan penambahan jumlah utang yang mengakibatkan timbulnya
pos biaya tambahan berupa bunga atau interest dan pengurangan beban pajak penghasilan
WP Badan (Maria dan Tommy, 2013). Beban bunga yang hanya berasal dari pinjaman
pihak ketiga atau kreditur yang dapat dijadikan pengurang laba kena pajak yang tidak
memiliki hubungan dengan perusahaan sebagaimana diatur dalam UU No. 36 Tahun 2008
pasal 6 ayat 1a dan pasal 18 ayat 3 (Hendy dan Sukartha, 2014).
Kasus lainnya berdasarkan laporan Lembaga Tax Justice Network, perusahaan
tembakau milik British American Tobacco (BAT) yaitu PT Bentoel Internasional
Investama pun telah melakukan praktik penghindaran pajak di Indonesia. Banyaknya
pinjaman yang diambil Bentoel antara tahun 2013 dan 2015 dari perusahaan terkait di
Belanda yaitu Rothmans Far East BV untuk pembiayaan ulang utang bank dan membayar
mesin dan peralatan. Oleh karenanya Bentoel harus membayar total bunga pinjaman
sebesar Rp 2,25 triliun setara US$ 164 juta. Bunga ini akan dikurangkan dari penghasilan
kena pajak di Indonesia.
Profitabilitas merupakan salah satu alat dalam mengukur kinerja perusahaan.
Profitabilitas dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
Salah satu indikator dari profitabilitas adalah Return On Asset (ROA). ROA berfungsi
untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam penggunaan sumber daya yang dimilikinya
(Siahan, 2004). Robert (2019), penurunan profitabilitas perusahaan mendorong penurunan
basis PPh pasal 21, meski tak secara masif sampai menyebabkan penurunan utilisasi
tenaga kerja formal.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis berminat untuk melakukan penelitian
ysng berjudul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, dan Profitabilitas terhadap
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) (Studi Empiris pada Perusahaan Sektor
Manufaktor yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka identifikasi masalah
dapat dirumuskan berikut:
1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak (tax
avoidance)?
2. Apakah leverage berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak (tax avoidance)?
3. Apakah profitabilitas berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak (tax
avoidance)?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap
penghindaran pajak (tax avoidance)
2. Untuk mengetahui apakah leverage berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak
(tax avoidance)?
3. Untuk mengetahui apakah profitabilitas berpengaruh positif terhadap penghindaran
pajak (tax avoidance)?
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Akademisi
 Bagi penulis: hasil penelitian ini memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan
wawasan baru sekaligus menambah pengalaman penulis dalam meneliti. Dan
penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai aplikasi dari teori yang diperoleh penulis
selama masa perkuliahan.
 Bagi pembaca: hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur dan sebagai
tambahan informasi bagi pihak-pihak yang memerlukan.

2. Bagi Praktisi/Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan dan evaluasi dalam
mengambil keputusan/kebijakan manajemen.

3. Bagi Regulator
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi untuk
terkait kebijakan atau peraturan yang berlaku untuk pihak-pihak yang berkepentingan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Grand Teori


Teori Agensi (Agency Theory)
Menurut Niki Lukviarman (2016: 38) dalam bukunya menyatakan bahwa Teori
Agensi memberikan fokus terhadap fakta yang berkembang bahwa dalam setiap
organisasi individu (disebut dengan the agent) akan bertindak sebagai pihak yang
dipercaya oleh individua atau sekelompok individu lainnya (disebut the principal).
Hubungan keduanya akan terjadi dalam suatu organisasi perusahaan antara pengelola
(manajer) yang disebut sebagai agent dengan pemegang saham (stockholder) yang
disebut sebagai principal. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan
keagenan sebagai kontrak antara satu atau beberapa orang (pemberi kerja atau
principal) yang mempekerjakan orang lain (agent) untuk melakukan sejumlah jasa dan
memberikan wewenang dalam pengambilan keputusan. Disamping itu, para ahli
agency theory menggunakan asumsi bahwa kedua pihak tersebut (baik agent maupun
principal) memiliki kepentingan masing-masing (self interest) dan kepentingan
tersebut lebih banyak mengalami sudut pandang keduanya (divergence of intersest)
(Niki Lukviarman, 2016: 38). Hal ini menunjukkan adanya asimetri informasi diantara
pihak internal perusahaan/manajer (agent) dengan pemegang saham dan/ stakeholder
lainnya (principal).
Adanya perbedaan kepentingan antara manjer dengan stakeholder
menyebabkan adanya konflik. Manajer selaku orang yang diberi wewenang dapat
mengambil keputusan terkait penghindaran pajak, seperti memanipulasi laba demi
kepentingan dirinya atau perusahaan. Berbeda dengan stakeholder yang dalam hal ini
bisa dirugikan karena manajer tidak bekerja untuk memakmurkan mereka sebagai
stakeholder. Disisi lain ada pula perbedaan kepentingan antara perusahaan yang ingin
meminimalkan pembayaran pajak dengan fiskus atau pemerintah yang menginginkan
penerimaan pajak.
2.2 Kajian Pustaka
2.2.1 Pajak
Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang
perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan pada pasal 1 ayat 1 berbunyi pajak adalah kontribusi
wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
Sedangkan menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H., pajak adalah iuran
rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan
tiada mendapatkan jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur:
1. Iuran dari rakyat kepada negara. Yang berhak memungut pajak adalah negara.
Iuran tersebut berupa uang (bukan barang).
2. Berdasarkan Undang-Undang. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan
undang-undang serta aturan pelaksanaannya.
3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat
ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi
individual oleh pemerintah.
4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-pengeluaran
yang bermanfaat bagi masyarakat. (Mardiasmo, 2016: 3)

2.2.2 Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

Menurut Erly Suandy (2016 : 8) penghindaran pajak adalah rekayasa ‘tax


affairs’ yang masih tetap berada dalam bingkai ketentuan perpajakan (lawful). Tax
avoidance adalah suatu usaha pembayaran pajak secara legal yang masih berada dalam
ketentuan Undang-Undang yang berlaku.

Tax avoidance is a term used to describe the legal arrangement of tax payer’s
affairs so as reduce his tax liability. It’s often to pejorative offertones, for example it is
used to describe avoidance achieved by artificial arrangements of personal or business
affair to take advantage of loopholes, ambiguities, anomalies, or other deficiencies of
tax law. Legislation designed to counter avoidance has become more commonplace
and often involves highly complex provision (Lyons Susan M., 1996).

Menurut Heru (1997), penghindaran pajak merupakan usaha mengurangi pajak,


tetapi masih mentaati kaidah aturan perpajakan misalnya memanfaatkan pengecualian
dan potongan yang diperkenankan maupun penundaan pajak yang belum diatur dalam
aturan perpajakan yang berlaku. Tiga cara penghindaran pajak menurut Merks (2007),
yaitu:

1. Memindahkan subyek pajak atau obyek pajak ke negara-negara yang memberikan


perlakuan pajak khusus atau keringanan pajak atas suatu jenis penghasilan.
2. Usaha penghindaran pajak dengan mempertahankan substansi ekonomi dari
transaksi melalui pemilihan formal yang memberikan beban pajak yang paling
rendah.
3. Ketentuan Anti Avoidance atas transaksi transfer pricing, treaty shopping, dan
transaksi yang tidak mempunyai substansi bisnis

2.2.3 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat mengklasifikasikan


perusahaan dengan berbagai cara yaitu total asset, jumlah penjualan, jumlah tenaga
kerja, dan lain-lain (Suwito dan Herawaty, 2005: 138). Dan definisi ukuran
perusahaan menurut Riyanto (2008: 313) yaitu besar kecilnya perusahaan dilihat dari
besarnya nilai equity, nilai penjualan atau nilai aktiva. Dari definisi-definisi tersebut
dapat diketahui bahwa total asset dijadikan sebagai ukuran perusahaan yang
menentukan suatu perusahaan termasuk perusahaan besar, menengah, atau kecil.

Tahap kedewasaan perusahaan ditentukan berdasarkan total aktiva, semakin


besar total aktiva menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek baik dalam jangka
waktu yang relatif panjang. Hal ini juga menggambarkan bahwa perusahaan lebih
stabil dan lebih mampu dalam menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total
aktiva yang kecil (Indriani, 2005 dalam Rachmawati dan Triatmoko, 2007).
Variabel ukuran perusahaan diukur dengan Logaritma (Ln) dari total aset.

2.2.4 Leverage

Leverage perusahaan adalah merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur


sejauhmana aktiva perusahaan di biayai dengan utang (Kasmir:2010;112). Definisi
leverage menurut Sartono (dalam Kurniasih dan Sari, 2013:59) adalah penggunaan
hutang untuk membiayai investasi. Leverage merupakan rasio yang mengukur
seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang dalam pembiayaan. Leverage juga
menggambarkan hubungan antara total assets dengan modal saham biasa atau
menunjukkan penggunaan hutang untuk meningkatkan laba menurut Husnan (dalam
Kurniasih dan Sari, 2013: 59).

Menurut (Ngadiman, 2014) Leverage ini menjadi sumber pendanaan


perusahaan dari eksternal dari hutang. Hutang yang dimaksud adalah hutang jangka
panjang. Beban bunga secara jangka panjang akan mengurangi beban pajak yang ada.
Variabel leverage diukur dengan membagi total kewajiban jangka panjang dengan total
asset perusahaan.

Menurut (Agusti, 2014) Financial leverage diukur dengan persentase dari total
hutang terhadap ekuitas perusahaan pada suatu periode yang disebut juga Debt to
Equity Ratio (DER). DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang
digunakan untuk membayar hutang. Selain itu DER juga dapat memberikan gambaran
mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan.

total debt
Debt ¿ Equity Ratio= ×100 %
equity

2.2.5 Profitabilitas

Menurut Kasmir (2008:196), “Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk


menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan”. Menurut (Agusti, 2014)
rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal
ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.
Pada dasarnya penggunaan rasio ini yakni menunjukkan tingkat efesiensi suatu
perusahaan. Tingkat profitabilitas yang tinggi pada perusahaan akan meningkatkan
daya saing antar perusahaan. Perusahaan yang menghasilkan profit tinggi akan
membuka lini atau cabang yang baru, kemudian cenderung memperbesar investasi atau
membuka investasi baru terkait dengan perusahaan induknya.

Menurut Hanafi dan Halim (2003:27) Return on Asset (ROA) merupakan


rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan profitabilitas mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba pada tingkat pendapatan
dan asset. Profitabilitas diproksikan dengan menggunakan Return on Assets yaitu
perbandingan antara laba bersih dengan total aset pada akhir periode, yang digunakan
sebagai indikator kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Kurniasih &
Sari, 2013), dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Laba setelah pajak


ROA= × 100 %
Total aset

2.3 Kerangka Berfikir

Beberapa penelitian serupa mengenai penghindaran pajak antara lain:

Peneliti Ida Ayu Rosa D dan Putu Ery Setiawan (2016) dalam penelitiannya yang
berjudul Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Dan
Pertumbuhan Penjualan, Terhadap Tax Avoidance berdasarkan Studi Empiris pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2014.
Hasil analisis menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, umur perusahaan, profitabilitas,
dan pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap tax avoidance.

Peneliti Mayarisa Oktamawati (2017) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh


Karakter Eksekutif, Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Leverage, Pertumbuhan Penjualan,
DanProfitabilitas Terhadap Tax Avoidance berdasarkan Studi Empiris perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010-2014. Hasil penelitian adalah
karakter eksekutif dan leverage berpengaruh positif terhada[ tax avaidance. Pertumbuhan
penjualan, ukuran perusahaan, dan profitabilitas berpengaruh negative terhadap tax
avoidance. Sedangkan komite audit tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.
Peneliti I Made Surya Dharma dan Putu Agus Ardiana (2016) dalam penelitiannya
yang berjudul Pengaruh Leverage, Intensitas Aset Tetap, Ukuran Perusahaan, Dan Koneksi
Politik Terhadap Tax Avoidance berdasarkan Studi Empiris pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2014. Hasil analisis
menunjukkan bahwa leverage dan intensitas aset tetap berpengaruh negatif terhadap tax
avoidance. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi leverage dan intensitas aset tetap
akan menyebabkan menurunnya tingkat tax avoidance. Ukuran Perusahaan berpengaruh
positif terhadap tax avoidance. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi ukuran perusahaan
maka tindakan tax avoidance akan tinggi. Sementara koneksi politik tidak berpengaruh
terhadap tindakan tax avoidance.
Peneliti Ngadiman dan Christiany Puspitasari (2014) dalam penelitiannya yang
berjudul Pengaruh Leverage, Kepemilikan Institusional, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) Pada Perusahaan Sektor Manufaktur Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia 2010-2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel
leveragetidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Sedangkan variabel
kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tax
avoidance.
Peneliti Rizka Oktagiani (2015) dalam peneliriannya yang berjudul Analisa Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) berdasarkan Studi
Empiris pada perusahaan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010
– 2012. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa ROA, ukuran perusahaan dan kompesasi
mempengaruhi signifikan terhadap tax avoidance. Sebaliknya leveragi tidak
mempengaruhi tax avoidance.
Peneliti I Gusti Ayu Cahya Maharani dan Ketut Alit Suardana (2016) dalam
penelitiannya yang berjudul Pengaruh Corporate Governance, Profitabilitas Dan
Karakteristik Eksekutif Pada Tax Avoidance Perusahaan Manufaktur berdasarkan Studi
Empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode tahun pengamatan
2008-2012. Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda, diperoleh hasil bahwa
variabel yang berpengaruh negatif adalah proporsi dewan komisaris, kualitas audit, komite
audit, dan ROA, sedangkan risiko perusahaan berpengaruh positif terhadap tax avoidance.
Dari hasil penelitian terdahulu, diketahui bahwa penghidaran pajak (tax avoidance)
dipengaruhi oleh ukuran perusahaan, leverage, dan profitabilitas yang tercermin pada
ROA. Peneliti ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang secara signifikan berpengaruh
terhadap penghindaran pajak (tax avoidance). Dengan pengujian antara masing-masing
variabel penelitian tersebut, maka dapat diketahui pengaruh dari masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen.

Ukuran Perusahaan (X1)


H1

H2 Penghidaran Pajak
Leverage (X2) (Tax Avoidance)
Y

Profitabilitas (X3) H3

Gambar 2.3
Kerangka Berfikir

2.4 Hipotesis

Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Tax Avoidance


(I Made Surya Dharma, 2016) menyatakan bahwa berdasarkan teori agensi,
sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan dapat digunakan oleh agent untuk
memaksimalkan kompensasi kinerja agent, yaitu dengan cara menekan beban pajak
perusahaan untuk memaksimalkan kinerja perusahaan. Teori biaya politik
menjelaskan bahwa perusahaan besar cenderung untuk tidak melakukan
penghindaran pajak karena perusahaan besar akan menjadi sorotan pemerintah.
Teori kekuasaan politik memberikan arti yang berlawanan, yakni perusahaan besar
akan lebih agresif untuk melakukan penghindaran pajak agar mencapai
penghematan beban pajak yang optimal.
Derashid dan Zhang (2003) dalam (Ngadiman, 2014) menyatakan bahwa
perusahaan yang termasuk dalam skala besar membayar pajak lebih rendah
dibandingkan perusahaan yang berskala kecil. Semakin besar perusahaan maka
akan semakin besar juga sumber daya yang dimilikinya, sehingga perusahaan besar
lebih mampu untuk membuat suatu perencanaan pajak yang baik dan lobi politik.
H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap tax avoidance.

Pengaruh Leverage terhadap Tax Avoidance

Menurut (Oktamawati, 2017) teori trade off menyatakan bahwa


penggunaan utang oleh perusahaan dapat digunakan untuk penghematan pajak
dengan memperoleh insentif berupa beban bunga yang akan menjadi pengurang
penghasilan kena pajak. Apabila suatu perusahaan memiliki utang yang tinggi
maka perusahaan tersebut akan mengurangi pembayaran pajaknya karena
perusahaan yang memiliki utang tidak mampu untuk membayar pajaknya. Semakin
tinggi utang perusahaan, maka akan semakin rendah nilai CETR perusahaan. Dari
teori dan penjelasan peneliti terdahulu diatas, hipotesis dalam penelitian ini sebagai
berikut:

H2: Leverage berpengaruh positif terhadap tax avoidance

Pengaruh Profitabilitas terhadap Tax Avoidance


Profitabilitas adalah suatu indikator kinerja manajemen dalam mengelola
kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan, Sudarmadji dan
Sularto (2007). Profitabilitas dalam bentuk bersih dialokasikan untuk
mensejahterakan pemegang saham dalam bentuk membayar dividen dan laba
ditahan, Nuringsih (2010).
Return On Asset (ROA) merupakah rasio yang digunakan dalam mengukur
profitabilitas perusahaan.
Apabila rasio profitabilitas tinggi, berarti menujukkan adanya efisiensi yang
dilakukan oleh pihak manejemen. Laba yang meningkat mengakibatkan
profitabilitas perusahaan juga meningkat. Peningkatan laba mengakibatkan jumlah
pajak yang harus dibayar juga semakin tinggi. Atau dapat dikatakan ada
kemungkinan upaya untuk melakukan tindakan tax avoidance (Agusti, 2014).
H3: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap tax avoidance
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian asosiatif/hubungan.
Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2005). Maksud dari penelitian ini untuk
mengetahui korelasi antar variabel-variabel dengan dukungan jenis data yang
digunakan adalah kuantitatif,

3.2 Objek Penelitian


Objek penelitian dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
m
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan dari objek menjadi objek penelitian. Populasi
dalam penelitian ini yaitu seluruh perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek. Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode tahun 2016 sampai dengan 2018. Teknik
yang digunakan untuk pengambilan sampel menggunakan sampling purposive.
Menurut Sugiyono (2005;78), sampling purposive adalah teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan yang dipilih adalah sebagai berikut.
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode
2016-2018.
2. Perusahaan yang memublikasikan laporan keuangan secara lengkap berturut-turut.
3. Perusahaan yang menerbitkan dengan mata uang rupiah.
4. Perusahaan manufaktur yang memberikan kelengkapan data sesuai variabel yang
diteliti.
5. Perusahaan manufaktur dengan laba sebelum dan sesudah pajak positif.
3.4 Metode Penelitian
3.4.1 Operasionalisasi Variabel
3.4.1.1 Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi
oleh variabel lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penghindaran pajak
(tax avoidance).
Penghindaran pajak (tax avoidance) dalam penelitian ini diukur
menggunakan model Cash Effective Tax Rates (CETR) yaitu dengan
memperhitungkan pembayaran pajak secara kas terhadap laba perusahaan sebelum
pajak penghasilan. Sesuai dengan penelitian-penelitian terdahulu.

Pembayaran pajak
CETR=
Laba sebelum pajak

3.4.1.2 Variabel Independen (X)


Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi variabel dependen (terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah ukuran perusahaan, leverage, dan profitabilitas perusahaan.

Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan yang diukur dari total aset akan ditransformasikan dalam
bentuk logaritma dengan tujuan untuk menyamakan dengan variabel lain, karena
nilai total aset perusahaan relatif lebih besar dibandingkan dengan variabel-variabel
lain dalam penelitian ini (Oktamawati, 2017). Ukuran perusahaan dirumuskan
sebagai berikut:

Ukuran perusahaan = Log (total aset)

Leverage
Leverage adalah rasio yang mengukur kemampuan utang baik jangka panjang
maupun jangka pendek membiayai aktiva perusahaan. Leverage diukur dengan
total debt to equity ratio dengan rumus sebagai berikut.
Jumlah hutang
DER=
Modal

Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
Profitabilitas dapat diukur dengan ROA. ROA adalah rasio perbandingan antara
laba bersih dengan total aset pada akhir periode.
Laba bersih
Return On Asset=
Total Aset

Tabel 3.1
Variabel Pengukuran Skala
Penghindaran Mengukur antara kas yang dibayarkan Rasio
Pajak (Y) untuk pembayaran pajak dengan laba
penghasilan sebelum pajak.
Ukuran Logaritma natural total aset Rasio
Perusahaan (X1)
Leverage (X2) Rasio
Debt ¿ Equity Ratio

total debt
¿ ×100 %
equity

Pofitabilitas (X3) Rasio


Laba setelah pajak
ROA= × 100 %
Total aset

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan sumber data sekunder.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari data yang sudah ada, umumnya berasal
dari pihak atau lembaga yang telah menggunakan atau yang telah dipublikasikan. Data
yang digunakan oleh peneliti diperoleh dari web Bursa Efek Indonesia yaitu
https://www.idx.co.id/ melalui dokumentasi atau data historis yakni laporan keuangan
perusahaan pada tahun 2016 – 2018.
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis
Data yang telah dikumpzxulkan akan diolah langsung menggunakan program
komputer SPSS versi 16.0. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik, analisis regresi linier dan uji
hipotesis baik itu parsial maupun simultan.

3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif


Statistik Deskriptif adalah metode yang menggambarkan karakteristik
secara umum variabel-variabel yang diteliti sehingga dapat diketahui nilai
maksimal, nilai minimal, mean (rata-rata) dan standar deviasi dari masing-masing
variabel.

3.6.2 Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui apakah data memenuhi
asumsi-asumsi dasar (Rosyada, 2018). Pengujian ini dilakukan agar dapat terhindar
dari estimasi bias.

3.6.2.1 Uji Normalitas


Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui normalitas distribusi. Data yang
baik adalah data yang berdistribusi normal. Jika variasi yang dihasilkan dari
distribusi data yang tidak normal, maka tes statistik yang dihasilkan tidak valid.
Selanjutnya normalitas dibutuhkan dalam melakukan statistik uji t. Alat diagnostik
yang dapat digunakan dalam menguji distribusi normal data adalah dengan
menggunakan pembuktian pengujian statistik uji Kolmogorov-Smirnov (Oktagiani,
2015). Pengujian Kolmogorov-Smirnov (K-S) dapat dengan melihat nilai
probabilitasnya, apabila nilai probabilitasnya > 0,05 maka ditribusi data dikatakan
normal. Sebaliknya jika nilai probabilitasnya < 0,05 maka distibusi data dikatakan
tidak normal (Rosyada, 2018).

3.6.2.2 Uji Heteroskedastisitas


Pengujian heterokedasitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain dalam model regresi. Kriteria penerimaan terlihat dari nilai
signifikansinya di atas 5% yang berarti tidak mengandung heteroskedastisitas
(Oktamawati, 2017). Untuk mengetahui terjadi atau tidaknya hetoroskedastisitas
dapat diuji, salah satunya dengan grafik scatterplot. Apabila didalam grafik
statterplot terlihat titik-titik menyebar secara acak, tidak ada pola yang jelas serta
tersebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka dapat disimpulkan tidak
terjadi heteroskedastisitas. Namun jika titik-titik yang terlihat didalam grafik
statterplot tidak menyebar dan membentuk suatu pola tertentu yang teratur maka
disimpulkan terjadi heteroskedastisitas (Rosyada, 2018).

3.6.2.3 Uji Autokorelasi


Uji autokorelasi bertujuan untuk menentukan apakah dalam suatu regresi
linier berganda terdapat korelasi antara residual pada periode t dengan residual
periode t-1 (Oktamawati, 2017). Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi
digunakan uji Durbin Waston, dimana dalam pengambilan keputusan dengan
melihat berapa jumlah sampel yang diteliti yang kemudian dilihat angka
ketentuannya pada tabel Durbin Waston. Apabila du < dw < 4-du, maka dapat
disimpulkan tidak terjadi autokorelasi (Oktagiani, 2015).

3.6.2.4 Uji Multikolinieritas


Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji keberadaan korelasi antara
variabel independen dan model regresi. Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi di antara variabel independennya (Ghozali, 2016). Jika nilai
tolerance< 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10, maka terdapat multikolinearitas
yang tidak dapat ditoleransi dan variabel tersebut harus dikeluarkan dari model
regresi agar hasil yang diperoleh tidak bias (Oktamawati, 2017).
3.6.3 Analisis Regresi Linier
Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah model
analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda untuk menguji
pengaruh dari beberapa variabel bebas terhadap satu variabel terikat (Rosyada,
2018). Model regresi linier berganda dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y =α + β 1 X 1+ β 2 X 2+ β 3 X 3+e

Keterangan:

Y = Penghindaran pajak (tax avoidance)

α =Konstanta

β 1=Koefisien regresi variabel Ukuran Perusahaan

β 2=Koefisien regresi variabel Leverage

β 3=Koefisien regresi variabel Profitabilitas

X 1=Ukuran Perusahaan

X 2=Leverage

X 3=Profitabilitas

3.6.4 Uji Hipotesis


Untuk mengetahui bahwa garis regresi yang diperoleh merupakan garis
regresi yang terbaik, maka dapat dilakukan dengan pengujian tiga cara yaitu:

3.6.4.1 Koefisien Determinasi


Koefisien determinasi (R Square atau R kuadrat) atau disimbolkan dengan
"R2" yang bermakna sebagai sumbangan pengaruh yang diberikan variabel bebas
atau variabel independent (X) terhadap variabel terikat atau variabel dependent (Y),
atau dengan kata lain, nilai koefisien determinasi atau R Square ini berguna untuk
memprediksi dan melihat seberapa besar kontribusi pengaruh yang diberikan
variabel X secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel Y.
3.6.4.2 Uji F
Uji F dilakukan untuk menguji apakah model yang digunakan signifikan
atau tidak, sehingga dapat dipastikan apakah model tersebut dapat digunakan untuk
memprediksi pengaruh variabel eksogen secara bersama-sama terhadap variabel
endogen. Jika Fhitung > dari Ftabel, maka koefisien regresi dapat dilanjutkan atau
diterima. Dengan tingkat kepercayaan untuk pengujian hipotesis adalah 95% atau
(α) = 0,05. (Agusti, 2014)

3.6.4.3 Uji T
Uji t digunakan untuk melakukan pengujian kemampuan masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam pengujian uji 35 t dasar
pengambilan keputusannya, jika nilai signifikasi t < 0,05 maka variabel independen
secara individual dikatakan memiliki pengaruh terhadap variabel dependen.
Sebaliknya jika nilai signifikasi t > 0,05 maka variabel independen secara
individual tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (Rosyada, 2018).
Daftar Pustaka

(n.d.).

Agusti, W. Y. (2014). PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN CORPORATE GOVERNANCE


TERHADAP TAX AVOIDANCE (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di BEI tahun 2009-2012). Artikel Ilmiah.

I Gusti Ayu Cahya Maharani, K. A. (2014). PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, PROFITABILITAS


DAN KARAKTERISTIK EKSEKUTIF PADA TAX AVOIDANCE PERUSAHAAN MANUFAKTUR. E-
jurnal Akuntansi Universitas Udayana 9.2 , 525-539.

I Made Surya Dharma, P. A. (2016). PENGARUH LEVERAGE, INTENSITAS ASET TETAP, UKURAN
PERUSAHAAN DAN KONEKSI POLITIK TERHADAP TAX AVOIDANCE. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, 584-613.

Ida Ayu Rosa Dewinta, P. E. (2016). PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, UMUR PERUSAHAAN,
PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN PERTUMBUHAN PENJUALAN TERHADAP TAX
AVOIDANCE. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 1584-1613.

Kevin, A. (2019, Juli 26). CNBC Indonesia. Miris! Ternyata Tax Ratio Indonesia Terendah di Asia
Pasifik.

Mardiasmo, P. D. (2016). Perpajakan. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Muthahhari, T. (2017, November 10). Tirto.id. Paradise Papers Mengungkap Kecurangan Pajak
Apple.

Ngadiman, C. P. (2014). PENGARUH LEVERAGE, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN UKURAN


PERUSAHAAN TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK (TAX AVOIDANCE) PADA PERUSAHAAN
SEKTOR MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA 2010-2012. Jurnal
Akuntansi/Volume XVIII, No. 03, 408-421.

Oktagiani, R. (2015). ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGHINDARAN PAJAK


(TAX AVOIDANCE). Jom FEKON Vol. 2 No. 2.

Oktamawati, M. ( 2017). PENGARUH KARAKTER EKSEKUTIF, KOMITE AUDIT, UKURAN


PERUSAHAAN, LEVERAGE, PERTUMBUHAN PENJUALAN, DAN PROFITABILITAS TERHADAP
TAX AVOIDANCE. Jurnal Akuntansi Bisnis, Vol. 15, No. 1.

Pertiwi, W. K. (2019, September 15). Kompas.com. Google Didenda Rp 7,7 Triliun di Perancis
karena Menghindari Pajak, pp.
https://tekno.kompas.com/read/2019/09/15/08300097/google-didenda-rp-7-7-triliun-di-
perancis-karena-menghindari-pajak.

Prima, B. (2019, Mei 15). Kontan.co.id. Tax Justice laporkan Bentoel lakukan penghindaran pajak,
Indonesia rugi US$ 14 juta, pp. https://nasional.kontan.co.id/news/tax-justice-laporkan-
bentoel-lakukan-penghindaran-pajak-indonesia-rugi-rp-14-juta.
Prof. Niki Lukviarman, M. D. (2016). Corporate Governance. Solo: PT Era Adicitra Intermedia.

Purwanto, A. (2016). "PENGARUH LIKUIDITAS, LEVERAGE, MANAJEMEN LABA,DAN KOMPENSASI


RUGI FISKAL TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN
PERTANIAN DAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
PERIODE 2011-2013. JOM Fekon, Vol. 3 No. 1.

Raharjo, S. (2019, Maret 28). SPSS Indonesia. Makna Koefisien Determinasi (R Square) dalam
Analisis Regresi Linear Berganda, pp. https://www.spssindonesia.com/2017/04/makna-
koefisien-determinasi-r-square.html.

Rosyada, R. A. (2018). PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, KOMITE AUDIT, LEVERAGE,


INTENSITAS MODAL, DAN PROFITABILITAS TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE
TAHUN 2014 – 2016. Skripsi.

Suandy, E. (2016). Perencanaan Pajak, Edisi 6. Jakarta Selatan: Penerbit Salemba Empat.

Sugiyono, P. D. (2005). Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta.

Suryowati, E. (2016, April 6). Kompas.com. Terkuak, Modus Penghindaran Pajak Perusahaan Jasa
Kesehatan Asal Singapura.

Susilo, R. (2017, November 20). Laporan Koresponden Tribunnews.com. Indonesia Masuk


Peringkat ke-11 Penghindaran Pajak Perusahaan, Jepang No.3.
Daftar Riwayat Hidup

Nama : Siti Anisa Retno Adianti

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 22 Juli 1998

Agama : Islam

Tinggi, Berat Badan : 161cm, 40kg

Alamat : Jl. Raya Puncak No. 15 Kp, Seuseupan Kaum Rt/Rw 03/07

Desa Bendungan, Kec. Ciawi, Bogor 16720

Email : Ichaichol98@gmail.com

No HP : 085718107402

Pendidikan

2004 – 2010 : SD Negeri Ciawi 1

2010 – 2013 : SMP Negeri 1 Ciawi

2013 – 2016 : SMA Negeri 1 Ciawi

2017 – Sekarang : Institut Bisnis dan Informatika Kesatuan,

S1 Akuntansi

Anda mungkin juga menyukai