Dosen Pengampu:
Dr. Karsam Sunaryo, SE., Ak., CA., M.Ak., QMS
Disusun oleh :
Nama : Siti Anisa Retno
NPM : 171210281
Kelas: V AKT E Pagi/S1
FAKULTAS BISNIS
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan sebagai wajib pajak dengan tidak mendapatkan timbal balik secara langsung,
bersifat memaksa, dan pemungutannya dilakukan berdasarkan undang-undang (Darmawan
dan Sukartha, 2014). Di negara Indonesia, penerimaan negara yang berasal dari pajak
masih menjadi yang terbesar yaitu sekitar 70% dari total penerimaan pemerintah. Wajib
pajak badan berupa perusahaan merupakan kontribusi terbesar penerimaan pajak negara.
Namun hal ini berbeda antara pemerintah dan perusahaan. Perusahaan akan berusaha
mengelola pembayaran pajaknya seminimum mungkin agar laba yang diperoleh maksimal
(Hendy dan Sukartha, 2014)
Perbedaan kepentingan dari fiskus yang menginginkan penerimaan pajak yang
besar dan kontinyu tentu bertolak belakang dengan kepentingan dari perusahaan yang
menginginkan pembayaran pajak seminimal mungkin (Hardika, 2007). Fluktuasi kegiatan
perekonomian yang dialami perusahaan kerap tidak mendapatkan toleransi dari pihak
fiskus, dikarenakan fiskus menginginkan perolehan pajak yang progresif dan stabil.
Pengaruh fluktuasi kegiatan perekonomian tersebut, tentu akan berakibat terhadap
pelaporan keuangan perusahaan dan pelaporan pajaknya (Maria dan Tommy, 2013)..
Untuk sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia adalah self assessment
system. Sistem tersebut memberikan wewenang penuh kepada wajib pajak untuk
menghitung, memperhitungkan, menyetorkan, dan melaporkan sendiri Surat
Pemberitahuan (SPT) dan Surat Setoran Pajak (SSP) ke kantor pajak (Burton dan Ilyas,
2010). Secara eksplisit, self assessment system merupakan sistem perpajakan yang sangat
rentan menimbulkan penyelewengan dan pelanggaran. Penyelewengan dan pelanggaran
tersebut merupakan suatu bentuk dari penghindaran atau perlawanan pajak (Mulyani,
2014).
Menurut Supramono dan Theresia (2010: 5) perlawanan pajak dapat berupa
perlawanan pasif maupun aktif. Perlawanan pasif merupakan perlawanan dalam bentuk
hambatan yang mempersulit pemungutan pajak dan memiliki hubungan erat dengan
struktur ekonomi. Sedangkan perlawanan aktif merupakan perlawanan yang dapat dilihat
secara nyata dalam bentuk perbuatan secara langsung yang ditujukan kepada aparat pajak
dengan tujuan untuk mengurangi pajak. Perlawanan aktif terhadap pajak dapat dilakukan
dengan penghindaran pajak (tax avoidance) dan tax evasion.
Menurut Chasbiandani dan Martani (2012), Tax avoidance merupakan upaya wajib
pajak untuk tidak melakukan perbuatan yang dikenakan pajak atau upaya-upaya yang
masih dalam kerangka ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan untuk
memperkecil jumlah pajak yang terhutang.
Dilansir dalam Tribunnews.com (20 November 2017), berdasarkan laporan yang
dibuat bersama antara Ernesto Crivelly, penyidik dari IMF tahun 2016, berdasarkan survei,
lalu di analisa kembali oleh Universitas PBB menggunakan database International Center
for Policy and Research (ICTD), dan International Center for Taxation and Development
(ICTD) muncullah data penghindaran pajak perusahaan 30 negara. Indonesia masuk ke
peringkat 11 terbesar dengan nilai diperkirakan 6,48 miliar dolar AS, pajak perusahaan
tidak dibayarkan perusahaan yang ada di Indonesia ke Dinas Pajak Indonesia. Sedangkan
Jepang termasuk ketiga terbesar dengan nilai penghindaran pajak senilai 46,7 miliar dolar
AS.
Fenomena penghindaran pajak di Indonesia dapat dilihat dari rasio pajak (tax ratio)
negara Indonesia (Darmawan dan Sukartha, 2014). Data resmi dari Kementerian
Keuangan Republik Indonesia mencatat bahwa tax ratio Indonesia merosot sejak tahun
2015. Pada tahun 2018, tax ratio tercatat berada di level 11,5%. Menteri Keuangan Sri
Mulyani Indrawati pun menyebut bahwa tax ratio Indonesia berada di bawah standar
regional serta standar global.
Fenomena perbedaan kepentingan antara wajib pajak dengan pemerintah dan rata-
rata rasio pajak yang belum mencapai target dapat mengindikasikan adanya aktivitas
penghindaran pajak yang cukup besar, sehingga penerimaan pajak negara Indonesia masih
belum optimal (Annisa dan Kurniasih, 2012).
Sebagai salah satu contoh perusahaan yang melakukan praktik penghindaran pajak
adalah PT RNI. PT RNI adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang kesehatan
terafiliasi perusahaan di Singapura. Banyak modus yang dilakukan, mulai dari administrasi
hingga kegiatan yang dilakukan untuk menghindari kewajiban pajak. Misalnya saja, PT
RNI memanfaatkan Peraturan Pemerintah 46/2013 tentang Pajak Penghasilan khusus
UMKM, dengan tarif PPh final 1 persen.
Selain PT RNI, contoh lain perusahaan multinasional yang terbukti ketahuan
mangkir dari tanggung jawabnya untuk membayar pajak adalah perusahaan Apple. Skema
penghindaran pajak yang dilakukan Apple yaitu memanfaatkan yurisdiksi bebas pajak
untuk membebaskan keuntungannya sebesar 252 miliar dolar AS dari beban pajak di
Afrika, Asia, dan Eropa.
Adanya kasus praktik penghindaran pajak ini berdampak pada berkurangnya
pendapatan pemerintah terutama dari sektor pajak.
Beberapa faktor yang dapat diindikasikan memengaruhi adanya penghindaran
pajak (tax avoidance) antara lain: ukuran perusahaan, leverage, dan profitabilitas,
Ukuran perusahaan merupakan skala yang dapat membagi perusahaan menjadi
perusahaan kecil dan besar menurut bermacam macam cara seperti jumlah aset
perusahaan, jumlah penjualan,nilai pasar saham dan rata-rata tingkat penjualan. Ada 3
kategori ukuran perusahaan, yaitu large firm, medium firm, dan small firm (Machfoedz,
1994 dalam Suwito dan Herawati., 2005). Perusahaan yang memiliki total aset yang besar
cenderung lebih mampu dan stabil untuk menghasilkan laba jika dibandingkan dengan
perusahaan dengan total aset yang kecil (Indriani, 2005 dalam Rachmawati dan Triatmoko,
2007). Sementara itu, perusahaan berskala kecil tidak dapat optimal dalam mengelola
beban pajaknya dikarenakan kekurangan ahli dalam perpajakan (Nicodeme, 2007 dalam
Darmadi, 2013). Contoh kasus perusahaan besar seperti Google pernah didenda Rp 7,7
triliun di Perancis karena menghindari pajak dengan cara memanfaatkan celah di hukum
pajak internasional.
Leverage merupakan penambahan jumlah utang yang mengakibatkan timbulnya
pos biaya tambahan berupa bunga atau interest dan pengurangan beban pajak penghasilan
WP Badan (Maria dan Tommy, 2013). Beban bunga yang hanya berasal dari pinjaman
pihak ketiga atau kreditur yang dapat dijadikan pengurang laba kena pajak yang tidak
memiliki hubungan dengan perusahaan sebagaimana diatur dalam UU No. 36 Tahun 2008
pasal 6 ayat 1a dan pasal 18 ayat 3 (Hendy dan Sukartha, 2014).
Kasus lainnya berdasarkan laporan Lembaga Tax Justice Network, perusahaan
tembakau milik British American Tobacco (BAT) yaitu PT Bentoel Internasional
Investama pun telah melakukan praktik penghindaran pajak di Indonesia. Banyaknya
pinjaman yang diambil Bentoel antara tahun 2013 dan 2015 dari perusahaan terkait di
Belanda yaitu Rothmans Far East BV untuk pembiayaan ulang utang bank dan membayar
mesin dan peralatan. Oleh karenanya Bentoel harus membayar total bunga pinjaman
sebesar Rp 2,25 triliun setara US$ 164 juta. Bunga ini akan dikurangkan dari penghasilan
kena pajak di Indonesia.
Profitabilitas merupakan salah satu alat dalam mengukur kinerja perusahaan.
Profitabilitas dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
Salah satu indikator dari profitabilitas adalah Return On Asset (ROA). ROA berfungsi
untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam penggunaan sumber daya yang dimilikinya
(Siahan, 2004). Robert (2019), penurunan profitabilitas perusahaan mendorong penurunan
basis PPh pasal 21, meski tak secara masif sampai menyebabkan penurunan utilisasi
tenaga kerja formal.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis berminat untuk melakukan penelitian
ysng berjudul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, dan Profitabilitas terhadap
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) (Studi Empiris pada Perusahaan Sektor
Manufaktor yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”.
2. Bagi Praktisi/Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan dan evaluasi dalam
mengambil keputusan/kebijakan manajemen.
3. Bagi Regulator
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi untuk
terkait kebijakan atau peraturan yang berlaku untuk pihak-pihak yang berkepentingan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tax avoidance is a term used to describe the legal arrangement of tax payer’s
affairs so as reduce his tax liability. It’s often to pejorative offertones, for example it is
used to describe avoidance achieved by artificial arrangements of personal or business
affair to take advantage of loopholes, ambiguities, anomalies, or other deficiencies of
tax law. Legislation designed to counter avoidance has become more commonplace
and often involves highly complex provision (Lyons Susan M., 1996).
2.2.4 Leverage
Menurut (Agusti, 2014) Financial leverage diukur dengan persentase dari total
hutang terhadap ekuitas perusahaan pada suatu periode yang disebut juga Debt to
Equity Ratio (DER). DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang
digunakan untuk membayar hutang. Selain itu DER juga dapat memberikan gambaran
mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan.
total debt
Debt ¿ Equity Ratio= ×100 %
equity
2.2.5 Profitabilitas
Peneliti Ida Ayu Rosa D dan Putu Ery Setiawan (2016) dalam penelitiannya yang
berjudul Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Dan
Pertumbuhan Penjualan, Terhadap Tax Avoidance berdasarkan Studi Empiris pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2014.
Hasil analisis menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, umur perusahaan, profitabilitas,
dan pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap tax avoidance.
H2 Penghidaran Pajak
Leverage (X2) (Tax Avoidance)
Y
Profitabilitas (X3) H3
Gambar 2.3
Kerangka Berfikir
2.4 Hipotesis
METODE PENELITIAN
Pembayaran pajak
CETR=
Laba sebelum pajak
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan yang diukur dari total aset akan ditransformasikan dalam
bentuk logaritma dengan tujuan untuk menyamakan dengan variabel lain, karena
nilai total aset perusahaan relatif lebih besar dibandingkan dengan variabel-variabel
lain dalam penelitian ini (Oktamawati, 2017). Ukuran perusahaan dirumuskan
sebagai berikut:
Leverage
Leverage adalah rasio yang mengukur kemampuan utang baik jangka panjang
maupun jangka pendek membiayai aktiva perusahaan. Leverage diukur dengan
total debt to equity ratio dengan rumus sebagai berikut.
Jumlah hutang
DER=
Modal
Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
Profitabilitas dapat diukur dengan ROA. ROA adalah rasio perbandingan antara
laba bersih dengan total aset pada akhir periode.
Laba bersih
Return On Asset=
Total Aset
Tabel 3.1
Variabel Pengukuran Skala
Penghindaran Mengukur antara kas yang dibayarkan Rasio
Pajak (Y) untuk pembayaran pajak dengan laba
penghasilan sebelum pajak.
Ukuran Logaritma natural total aset Rasio
Perusahaan (X1)
Leverage (X2) Rasio
Debt ¿ Equity Ratio
total debt
¿ ×100 %
equity
Y =α + β 1 X 1+ β 2 X 2+ β 3 X 3+e
Keterangan:
α =Konstanta
X 1=Ukuran Perusahaan
X 2=Leverage
X 3=Profitabilitas
3.6.4.3 Uji T
Uji t digunakan untuk melakukan pengujian kemampuan masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam pengujian uji 35 t dasar
pengambilan keputusannya, jika nilai signifikasi t < 0,05 maka variabel independen
secara individual dikatakan memiliki pengaruh terhadap variabel dependen.
Sebaliknya jika nilai signifikasi t > 0,05 maka variabel independen secara
individual tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (Rosyada, 2018).
Daftar Pustaka
(n.d.).
I Made Surya Dharma, P. A. (2016). PENGARUH LEVERAGE, INTENSITAS ASET TETAP, UKURAN
PERUSAHAAN DAN KONEKSI POLITIK TERHADAP TAX AVOIDANCE. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, 584-613.
Ida Ayu Rosa Dewinta, P. E. (2016). PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, UMUR PERUSAHAAN,
PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN PERTUMBUHAN PENJUALAN TERHADAP TAX
AVOIDANCE. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 1584-1613.
Kevin, A. (2019, Juli 26). CNBC Indonesia. Miris! Ternyata Tax Ratio Indonesia Terendah di Asia
Pasifik.
Muthahhari, T. (2017, November 10). Tirto.id. Paradise Papers Mengungkap Kecurangan Pajak
Apple.
Pertiwi, W. K. (2019, September 15). Kompas.com. Google Didenda Rp 7,7 Triliun di Perancis
karena Menghindari Pajak, pp.
https://tekno.kompas.com/read/2019/09/15/08300097/google-didenda-rp-7-7-triliun-di-
perancis-karena-menghindari-pajak.
Prima, B. (2019, Mei 15). Kontan.co.id. Tax Justice laporkan Bentoel lakukan penghindaran pajak,
Indonesia rugi US$ 14 juta, pp. https://nasional.kontan.co.id/news/tax-justice-laporkan-
bentoel-lakukan-penghindaran-pajak-indonesia-rugi-rp-14-juta.
Prof. Niki Lukviarman, M. D. (2016). Corporate Governance. Solo: PT Era Adicitra Intermedia.
Raharjo, S. (2019, Maret 28). SPSS Indonesia. Makna Koefisien Determinasi (R Square) dalam
Analisis Regresi Linear Berganda, pp. https://www.spssindonesia.com/2017/04/makna-
koefisien-determinasi-r-square.html.
Suandy, E. (2016). Perencanaan Pajak, Edisi 6. Jakarta Selatan: Penerbit Salemba Empat.
Suryowati, E. (2016, April 6). Kompas.com. Terkuak, Modus Penghindaran Pajak Perusahaan Jasa
Kesehatan Asal Singapura.
Agama : Islam
Alamat : Jl. Raya Puncak No. 15 Kp, Seuseupan Kaum Rt/Rw 03/07
Email : Ichaichol98@gmail.com
No HP : 085718107402
Pendidikan
S1 Akuntansi