ABSTRAK
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba.
Namun praktik dalam pengelolaan pajak selalu terjadi kontraversi maka dilakukan
penghindaran pajak. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami terjadi
penghindaran pajak pada perusahaan dikarenakan undang-undang perpajakan tidak
menjelaskan secara tegas sehingga digunakan wajib pajak orang pribadi maupun
badan untuk mengambil kesempatan. Metode yang digunakan adalah metode
deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan literatur, yang
menggambarkan secara sistematis mengenai fakta-fakta dari berbagai sumber,
jurnal, artikel, dan media informasi lainnya. Faktor-faktor penghindaran pajak
dalam penelitian ini adalah jumlah pajak yang harus dibayar, biaya untuk menyuap
fiskus, kemungkinan untuk terdeteksi, dan besarnya sanksi.
ABSTRACT
Profitability is the ability of the company in obtaining profits. But practices
in tax management always occurs controversy, tax avoidance is carried out. This
article aims to know and understand tax avoidance in the company because the tax
law does not explain it firmly so that the taxpayer is used by individuals and
agencies to take the opportunity. The method used is a qualitative descriptive
method using a literature approach, which describes systematically about the facts
of various sources, journals, articles and other information media. The tax
avoidance factors in this study are the amount of tax that must be paid, the cost of
bribing the fiscus, the possibility of detecting, and the amount of sanctions.
Keywords: Tax, Tax Avoidance, Profitability, Company.
2
PENDAHULUAN
Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang menyumbang
sekitar 70% dari seluruh penerimaan negara. Tanpa pajak sebagian besar kegiatan
negara akan sulit dilaksanakan. Salah satu fungsi pajak adalah untuk membantu
membiayai kegiatan pemerintah dalam memakmurkan dan mensejahterakan
masyarakat. Oleh karena itu, Negara Indonesia berusaha untuk mengoptimalkan
penerimaan sektor pajak setiap tahunnya dengan memberikan berbagai macam
program untuk memudahkan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban sebagai
wajib pajak untuk membayar dan melaporkan pajaknya. Di Indonesia sistem pajak
yang digunakan yaitu sistem yang bersifat self assessment yang artinya pungutan
pajak bersifat memaksa kepada setiap wajib pajak, khususnya yang berbentuk
badan (perusahaan). Pajak yang dipungut dari perusahaan merupakan sumber dana
yang terbesar yang diterima. Namun jika dilihat dari sudut pandang perusahaan,
pajak termasuk komponen yang mengurangi laba perusahaan yang dihasilkan.
Semakin besar laba yang dihasilkan, semakin besar pula pajak yang harus
dibayarkan. Akibatnya banyak perusahaan yang berusaha untuk melakukan
manajemen pajak agar pajak yang dibayarkan menjadi lebih rendah. Sehingga
mempunyai kendala dalam mengoptimalkan penerimaan sektor ini. Kendala dalam
mengoptimalkan penerimaan pajak ini yaitu dengan adanya penghindaran pajak
(Budiman dan Setiyono, 2012).
Menurut Hutagaol (2003) tax reform pada awal tahun 1984 mengubah
sistem perpajakan di Indonesia yang awalnya adalah sistem official assessment
berubah menjadi sistem self assessment. Sistem official assessment merupakan
sistem pemungutan pajak yang memberikan tanggung jawab sepenuhnya dalam
pemungutan pajak kepada pemerintah. Sedangkan sistem self assessment
merupakan sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang dan
kepercayaan kepada wajib pajak orang pribadi maupun badan untuk menghitung,
memperhitungkan, menyetorkan, dan melaporkan pajak yang terutang kepada
negara. Tax reform di Indonesia terjadi karena tata cara penyelenggaraan
perpajakan yang tidak dikelola dan tidak diatur dengan baik. Perubahan sistem
pemungutan pajak menjadi self assessment merupakan salah satu upaya yang
dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kemandirian dan melepas
ketergantungan dari negara lain serta beralih pada kemampuan bangsa,. Dimana
salah satu caranya adalah dengan meningkatkan penerimaan negara dalam sektor
pajak.
Praktik penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan marak terjadi
di Amerika Serikat dan praktik ini pun juga marak terjadi di Asia. Tingkat
kepatuhan untuk pembayar pajak perorangan untuk negara-negara berkembang di
Asia yaitu antara 1,5% dan 3% (Cahyani, 2010). Di Indonesia sendiri persentase
tingkat kepatuhan wajib pajak relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara di
Asia lainnya. Terkait juga dengan peneliatan yang telah dilakukan oleh Uppal
(2005) mengenai kasus penghindaran pajak di Indonesia, ia menyatakan bahwa
3
Perkiraan nilai penghindaran pajak itu juga setara 5,16% dibandingkan realisasi
penerimaan pajak 2019 yang senilai Rp 1.332 triliun (kontan.co.id).
Menurut Kementerian Keuangan Republik Indonesia (2017) Indonesia telah
bersepakat untuk menerapkan The Automatic Exchange of Information (AEOI)
dalam rangka mengurangi upaya-upaya penghindaran pajak tersebut. Pemerintah
Indonesia antara lain telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti UU
(Perppu) No 1 Tahun 2017 tentang Akses Informasi Keuangan untuk kepentingan
perpajakan. Perppu ini telah disetujui untuk menjadi Undang-Undang oleh Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) Juli 2017. Hasil salah satu penelitian yang menunjukkan
rendahnya jumlah pembayar pajak di Indonesia yang hanya sekitar 25% dari jumlah
tenaga kerja dan sekitar 60% dari total wajib pajak yang melaporkan SPT tahun
2016. Hasil program tax amnesty juga mendukung data tersebut. Praktik-praktik
penghindaran pajak lintas juridiksi juga terjadi dengan cara menyembunyikan aset
di beberapa negara tax haven seperti Swiss, Hong Kong dan Singapura.
Ada beberapa kondisi keuangan yang mempengaruhi tax avoidance atau
penghindaran pajak perusahaan yaitu profitabilitas. Profitabilitas merupakan rasio
utama dalam sebuah laporan keuangan perusahaan, karena tujuan utama perusahaan
ialah untuk mendapatkan laba yang besar, sedangkan rasio profitabilitas digunakan
untuk melihat seberapa besar keefektifan suatu perusahaan dalam mencapai
tujuannya. Seringkali rasio profitabilitas digunakan dalam pengambilan keputusan
suatu manajemen operasi maupun investor dan kreditor. Bagi investor laba
merupakan satu-satunya tolak ukur perusahaan nilai efek suatu perusahaan. Bagi
kreditor laba merupakan pengukuran arus kas operasi yang nantinya dapat
digunakan sebagai sumber pembayaran bunga dan pokok pinjaman.
Menurut Jacob (2014) tax avoidance atau penghindaran pajak merupakan
suatu tindakan untuk melakukan pengurangan atau meminimalkan kewajiban pajak
dengan hati-hati mengatur sedemikian rupa untuk mengambil keuntungan dari
celah-celah dalam ketentuan pajak. Sebagai contoh perusahaan yang mengubah
tunjangan karyawan dalam bentuk uang menjadi pemberian natura. Karena natura
bukan merupakan obyek pajak dalam PPh pasal 21. Fenomena di atas menarik
peneliti untuk mengangkat sebuah rumusan masalah yaitu bagaimana menentukan
faktor-faktor yang menimbulkan penghindaran pajak? Sedangkan tujuan dalam
penelitian ini dapat dijelaskan lebih rinci pada penjelasan di bawah ini.
TUJUAN
Berdasarkan artikel ini, bertujuan untuk mengetahui dan memahami faktor-
faktor penghindaran pajak pada perusahaan dengan menggunakan rasio
profitabilitas, serta membantu perusahaan dalam menjalankan manajemen pajak
yang lebih baik dan hati-hati tanpa melanggar undang-undang perpajakan yang
berlaku, agar tidak terkena sanksi. Artikel ini diharapkan dapat membantu dan dapat
5
menjadi salah satu bahan pertimbangan dan evaluasi pihak manajemen perusahaan
sehingga lebih efisiensi dalam masalah perpajakan di masa yang akan datang.
METODE
Jenis Metode
1. Perusahaan berusaha untuk menghindari pajak baik secara legal maupun ilegal.
2. Mengurangi beban pajak seminimal mungkin baik secara legal maupun ilegal.
3. Apabila kedua langkah sebelumnya tidak dapat dilakukan maka wajib pajak
akan membayar pajak tersebut.
1. Perlawanan Pasif
Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak yang dapat disebabkan antara lain:
(1) Perkembangan intelektual dan moral masyarakat (2) Sistem perpajakan yang
6
mungkin sulit dipahami masyarakat (3) Sistem kontrol tidak dapat dilakukan
atau dilaksanakan dengan baik.
2. Perlawanan Aktif
Merupakan semua usaha dan perbuatan yang dilakukan oleh wajib pajak dengan
tujuan untuk menghindari pajak. Alasannya sebagai berikut: (1) Tax avoidance
yaitu usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar undang-undang
(2) Tax Evasion yaitu usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar
undang-undang atau menggelapkan pajak.
UCAPAN TERIMAKASIH
1. Ibu Lilis Ardini, Dr., S.E., M.Si., Ak., CA. selaku dosen pembimbing PKM-
AI.
2. Ibu Wahidahwati, Dr., S.E., M.Si., Ak., CA. selaku kepala program studi
Akuntansi.
3. Ibu Triyonowati, Dr., M.Si. selaku Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan
dan Kerjasama Kelembagaan.
4. Viola dan Ica sebagai anggota kelompok yang telah banyak berbagi ilmu dan
pengetahuan.
5. Serta seluruh pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
9
DAFTAR PUSTAKA