Anda di halaman 1dari 48

PENGARUH KEPEMILIKAN ASING, FOREIGN OPERATION

DAN MANAJEMEN LABA REAL TERHADAP


PENGHINDARAN PAJAK
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di BEI Periode 2017-2019)

PROPOSAL TESIS

OLEH
NAMA...

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020

1
2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dunia perpajakan di Indonesia selalu menarik perhatian bagi para pelaku

pajak, baik dari wajib pajak maupun petugas pajak itu sendiri. Seperti yang

diketahui, permasalahan realisasi pajak bagi pemerintah Indonesia selalu menemui

kendala. Penerapan ketentuan baru dan keluarnya regulasi perpajakan, nyatanya

belum menemui jalan keluar bagi realisasi pajak negara. Dimulai dari keluaranya

penerapan undang-undang perpajakan ini seakan-akan memberikan kesempatan

bagi wajib pajak, dalam hal ini perusahaan untuk mengurangi jumlah pajak yang

harus dibayar dengan cara menekan biaya perusahaan, termasuk didalamnya

beban pajak. Menurut Brian dan Martani (2014), perusahaan dapat melakukan dua

cara dalam memperkecil jumlah pajak yang dibayar yaitu memperkecil nilai pajak

dengan tetap mengikuti peraturan perpajakan yang berlaku (penghindaran pajak)

atau memperkecil nilai pajak dengan melakukan tindakan yang tidak sesuai

dengan undang-undang perpajakan (penggelapan pajak).

Pajak bagi suatu perusahaan bukan merupakan sumber pendapatan, tetapi

dianggap sebagai biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan sehingga dapat

mengurangi laba. Pajak yang dianggap sebagai elemen dalam mengurangi laba

suatu perusahaan, juga dianggap sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi

kinerja perusahaan. Hal ini juga direfleksikan dalam bentuk tax ratio. Tax ratio

menggambarkan tingkat kepatuhan warga negara untuk membayar pajak. Angka

tax ratio juga menggambarkan kemampuan administrasi pajak untuk


3

mengumpulkan pajak dari Wajib Pajak. Seperti yang diketahui, rasio penerimaan

pajak Indonesia selama lima tahun terakhir masih dibawah 15 % (berada dibawah

standar yang telah ditetapkan oleh Wordbank). Angka tax ratio yang rendah

menunjukkan masih banyaknya potensi pajak yang belum dibayarkan oleh

masyarakat Wajib Pajak, khususnya perusahaan.

Hal tersebut juga dikeluhkan oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani. Beliau

menuturkan : "Perlu diperhatikan bahwa banyak perusahaan yang kegiatan

bisnisnya lintas negara. Oleh karena itu, ini bisa menjadi celah adanya

penggelapan dan penghindaran pajak," kata Sri Mulyani, di Jakarta, Jumat

(18/9/2020). Fakta tersebut bukan tanpa alasan, mengingat saat ini Indonesia

terus melakukan berbagai upaya mencegah usaha penghindaran dan penggelapan

pajak dalam kerjasama multilateral. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani

mengakui masih ada penggelapan pajak di Indonesia. Kata dia, penghindaran

pajak menjadi bagian penting untuk dilawan karena Indonesia menganut ekonomi

terbuka. Adapun bekerjasama dengan sebagai negara anggota ADB bisa

mengurangi penggelapan pajak. "Bagi kami tentu saja sebagai negara anggota

ADB, inisiatif dari Presiden Asakawa (Presiden ADB) sangat penting dan saya

sangat menyambut baik. Inisiatif ini akan menjadi forum alat tambahan juga bagi

kita semua untuk berdiskusi, serta untuk mendapatkan dukungan bagaimana kita

akan mendorong kerjasama perpajakan internasional dan regional ini," katanya

(dikutip dari www.okezone.com, tanggal 03 November 2020, pukul 15.55).

Dari pernyataan Menteri Keuangan (Menkeu) diatas, terlihat jelas bahwa

salah satu penurunan realisasi pajak berasal dari penghindaran pajak.

Penghindaran pajak merupakan salah satu cara yang dilakukan perusahaan untuk
4

mengurangi beban pajak (tax avoidance). Praktek penghindaran pajak berkaitan

dengan perencanaan pajak. Secara konseptual perencanaan pajak meliputi

pengurangan pajak secara permanen maupun kemungkinan penangguhannya.

Penghematan pajak dapat diperoleh dari perencanaan pajak dengan melibatkan

beberapa konsep seperti: pemanfaatan pengecualian pajak, pengurangan tarif

pajak menyeluruh, maksimalisasi pengurangan penghasilan, percepatan

pengeluaran, penundaan objek pajak, strukturisasi transaksi kena pajak menjadi

tidak kena pajak, dan sebagainya. Berbagai faktor yang mempengaruhi

perusahaan melakukan penghindaran pajak disinyalir disebabkan karena adanya

kecenderungan dari pihak eksternal (investor) untuk lebih memperhatikan

informasi laba sebagai parameter kinerja perusahaan, akan mendorong manajemen

untuk melakukan manipulasi dalam menunjukkan informasi laba.

Faktor pertama yang menyebabkan timbulnya keinginan perusahaan dalam

melakukan penghindaran pajak adalah komposisi kepemilikan asing. Semakin

besar proporsi saham yang dimiliki pihak asing pada suatu perusahaan, maka

semakin besar juga suara investor untuk ikut adil dalam penentuan kebijakan

perusahaan. Investor menanamkan dananya pada perusahaan yang dipilih

berharap perusahaan tersebut dapat memberikan tingkat pengembalian yang

sesuai dengan harapan investor. Maka dari itu jika sebuah perusahaan memiliki

tingkat kepemilikan saham asing yang tinggi, penentuan kebijakan perusahaan

dari pihak asing yang mengarah pada meminimalkan beban tanggungan pajak

juga semakin tinggi. Di Indonesia, investor asing yang masuk setiap tahunnya

terus meningkat. Tentunya dari sisi lain pemerintah menginginkan investor asing
5

yang masuk ke Indonesia selain menanam modalnya, mereka juga akan membayar

pajak sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Hasil penelitian terdahulu yang dihasilkan oleh Salihu (2015) menemukan

bahwa semakin tinggi tingkat kepemilikan saham oleh pihak asing pada sebuah

perusahaan maka semakin tinggi juga perusahaan tersebut untuk melakukan

penghindaran pajak. Sedangkan temuan berbeda ditemukan oleh Idzni dan Agus

(2017) dan Hidayat dan Rahmayandi (2019) yang menemukan hasil bahwa

kepemilikan asing tidak berhasil mempengaruhi penghindaran pajak.

Faktor kedua yaitu foreign operation. Foreign operation juga menjadi

salah satu faktor banyaknya perusahaan yang melakukan penghindaran pajak.

Adapun untuk variabel operasi di luar negeri, perusahaan yang memiliki operasi

di luar negeri memang diyakini memiliki insentif lebih untuk melakukan

manajemen pajak. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan tax rate antar

negara, sehingga perusahaan dapat melakukan income shifting dari negara yang

tax rate-nya tinggi ke negara yang tax rate-nya rendah (Kamila, 2014).

Perusahaan yang terikat dengan foreign operation mungkin saja dapat

memanfaatkannya sebagai alat untuk melakukan penghindaran pajak, misalnya

dengan transfer pricing, dengan menempatkan operasi mereka di negara yang

mempunyai tarif PPh rendah, maka perusahaan akan mempunyai beban pajak (tax

burden) yang lebih rendah pula. Gambaran ini memberikan indikasi bahwa bisa

saja perusahaan memanfaatkan foreign activity untuk menurunkan pembayaran

pajak di Indonesia (Nugroho dan Amrie, 2017).

Penelitian yang dilakukan oleh Kim dan Zhang (2016) menunjukkan hasil

bahwa foreign operation berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Sedangkan


6

hasil penelitian Kamila (2014) menemukan hasil bahwa foreign operation tidak

berpengaruh dalam meningkatkan penghindaran pajak.

Dan faktor terakhir yaitu manajemen laba yang dalam penelitian ini

diproksikan dengan manajemen laba real. Manajemen laba real berbeda dengan

manajemen laba akrual yang selama ini kita kenal. Manajemen laba akrual

dilakukan karena adanya keleluasaan kebijakan dari manajemen dalam

menentukan suatu praktik akuntansi, bentuk manajemen laba salah satunya berupa

discretionary accrual dengan mengendalikan transaksi akrual sehingga laba

akuntansi berubah namun tidak mempengaruhi arus kas. Sedangkan, dalam

praktek penghindaran pajak, perusahaan sering menggunakan metode manajemen

laba real dalam pelaporan pajaknya (Samingun, 2012). Kegiatan manajemen laba

real dimulai dari praktek operasional normal, yang dimotivasi oleh manajer yang

berkeinginan untuk mengelabui bahkan menyesatkan stakeholder yang ingin

mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan. Perusahaan kemungkinan

menggunakan diskresi arus kas dengan melakukan manipulasi penjualan.

Manipulasi penjualan dilakukan dengan cara menawarkan diskon dan

memperlunak masa penjualan kredit. Manipulasi penjualan ini berdampak pada

kenaikan penjualan pada periode berjalan, namun dapat menurunkan marjin laba

kotor akibat diskon yang diberikan serta menurunkan arus kas operasi akibat

penjualan kredit.

Penelitian yang dilakukan oleh Geraldina (2013) menunjukkan hasil

bahwa manajemen laba real dengan melakukan manipulasi penjualan berpengaruh

positif terhadap penghindaran pajak. Perusahaan-perusahaan di Indonesia

menggunakan manajemen laba semacam ini karena memang manajemen laba


7

melalui manipulasi penjualan ini memberikan keuntungan ganda. Di satu sisi

menaikkan laba akuntansi dan di sisi lain menurunkan penghasilan kena pajak.

Sedangkan hasil penelitian Nugroho dan Amrie (2017) mendapati hasil bahwa

manajemen laba real tidak berpengaruh dalam meningkatkan penghindaran pajak.

Penelitian ini merupakan hasil replikasi dari penelitian yang dilakukan

oleh Ferdiawan dan Amrie (2017) yang berjudul Pengaruh Political Connection,

Foreign Activity dan Real Earnings Management Terhadap Tax Avoidance. Hasil

penelitian Ferdiawan dan Amrie (2017) menunjukkan bahwa political connection

dan foreign operation berpengaruh terhadap tax avoidance, sedangkan manajemen

laba real tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.

Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ferdiawan dan Amrie (2017) yaitu peneliti menambahkan variabel kepemilikan

asing yang diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Idzni dan Agus (2017).

Alasan peneliti menggunakan variabel kepemilikan asing karena pada penelitian

ini, peneliti ingin menganalisa sejauh mana pengaruh kepemilikan asing yang

dilihat dari persentase kepemilikan saham asing terhadap kebijakan perusahaan

untuk melakukan penghindaran pajak. Selain itu, perbedaan penelitian ini dengan

penelitian yang dilakukan oleh Ferdiawan dan Amrie (2017) yaitu pada penelitian

ini peneliti mengganti periode penelitian menjadi 2017-2019. Alasan peneliti

menggunakan periode penelitian 2017-2019, karena peneliti ingin menganalisa

sejauh mana pengaruh kebijakan pemerintah yaitu tax amnesty yang dikeluarkan

sejak tahun 2017 terhadap kecenderungan perusahaan dalam melakukan

penghindaran pajak.
8

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian

dengan judul : Pengaruh Pengaruh Kepemilikan Asing, Foreign Operation Dan

Manajemen Laba Real Terhadap Penghindaran Pajak (Studi Empiris Pada

Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Periode 2017-2019).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut:

1. Apakah Kepemilikan Asing berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak?

2. Apakah Foreign Operation berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak?

3. Apakah Manajemen Laba Real berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Kepemilikan Asing terhadap

Penghindaran Pajak.

2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Foreign Operation terhadap

Penghindaran Pajak.

3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Manajemen Laba Real

terhadap Penghindaran Pajak.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut :


9

1. Bagi wajib pajak, diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dijadikan

sebagai bahan masukan dan acuan dalam keputusan untuk pelaporan pajak.

2. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan solusi atas pertanyaan yang

selama ini muncul mengenai penghindaran pajak.

3. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu

implementasi dalam menggali temuan-temuan yang inovatif bagi

peningkatan mutu sumberdaya manusia.

1.5. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran secara umum mengenai bagian-bagian yang

akan dibahas dalam penelitian tesis ini, maka penulis menguraikan secara singkat

masing masing bab dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bab pendahuluan yang meguraikan latar belakang,

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini merupakan bab telaah pustaka yang meliputi tinjauan tentang

teori, variabel yang digunakan, penelitian terdahulu, kerangka

pemikiran, hipotesis dan model penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini memuat tentang metodologi penelitian terdiri dari populasi dan

sampel, jenis dan sumber data, variabel dan pengukuran variabel

penelitian dan analisis data.


10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Perilaku Terencana (Theory Of Planned Behavior)

Theory of Planned Behavior (TPB) atau teori perilaku terencana

marupakan kelanjutan dari Theory of Reasoned Action (TRA) yang sudah pernah

diteliti oleh Ajzen dan Feshebian pada 1975 kemudian di kembangkan sampai

pada tahun 1980. Theory of Reasoned Action memiliki keterbatasan ketidak

mampuan dalam menangani kontrol perilaku individu. Teori perilaku terencana

adalah niat individu untuk melakukan sesuatu yang diberikan oleh tinglah laku.

Menurut Ajzen (1991) niat bertugas dalam menangkap faktor motivasional untuk

mempengaruhi perilaku. Mereka merupakan indikasi betapa sulitnya seseorang

berkehendak untuk mencoba hal baru dengan seberapa banyak usaha yang telah

direncanakan untuk melakukan suatu perilaku. Sebagai aturan umum, jika

semakin kuat niat seseorang terlibat dalam perilaku maka semakin besar

kemungkinan terjadinya kinerja yang nyata dan semakin besar pula menuju

keberhasilan. Peeilaku berada dibawah kehendak ketika seseorang mampu

memutuskan kapan akan melakukan atau tidak melakukan.

Teori perilaku terencana memiliki 3 variabel independen. Pertama adalah

sikap terhadap perilaku dimana seseorang melakukan penilaian atas sesuatu yang

menguntungkan dan tidak menguntungkan. Kedua adalah faktor sosial disebut

norma subyektif, hal tersebut mengacu pada tekanan sosial yang dirasakan untuk

melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan. Ketiga anteseden niat adalah

tingkat persepsi pengendalian perilaku, seperti yang kita lihat sebelumnya pada
11

persepsi kemudahan atau kesulitan melakukan perilaku, dan mencerminkan

pengalaman masa lalu sebagai antisipasi hambatan dan rintangan (Ajzen, 1991).

Menurut Miniard & Cohen, (1981) menyatakan bahwa Teori perilaku

terencana membedakan antara tiga jenis kepercayaan (belief) yaitu behavioral

belief, normative belief, dan control belief, dimana hal tersebut terkait dengan

konstruksi sikap (attitude), norma subyektif (subjective norm), dan kontrol

perilaku yang dirasakan (perceived behavior control). Perlunya perbedaan ini,

terutama perbedaan antara attitude dan normative beliefs (dan antara attitude dan

subjective norm) kadang-kadang dipertanyakan. Hal tersebut cukup bisa dikatakan

bahwa semua keyakinan mengasosiasikan perilaku menarik dengan atribut dari

beberapa jenis, baik itu suatu hasil, harapan normatif, atau sumber daya yang

dibutuhkan untuk melakukan perilaku. Dengan demikian mungkin untuk

mengintegrasikan semua keyakinan tentang perilaku yang diberikan untuk

mendapatkan ukuran keseluruhan perilaku disposisi. Keberatan utama untuk

pendekatan seperti itu adalah bahwa hal itu mengaburkan perbedaan yang

menarik, baik dari teori dan dari sudut pandang praktis.

Secara teoritis, evaluasi pribadi dari perilaku (attitude), perilaku sosial

yang diharapkan (norma subyektif), dan self-efficacy dengan perilaku (perceived

behavioral control) adalah konsep yang sangat berbeda masing-masing memiliki

tempat yang penting dalam penelitian sosial dan perilaku. Selain itu, sebagian

besar penelitian tentang Theory of Reasoned Action (TRA) dan pada Theory of

Planned Behavior (TPB) telah jelas menetapkan utilitas dari perbedaan dengan

menunjukkan bahwa konstruksi yang berbeda adalah hubungan antara niat dan

behavior (Ajzen,1991).
12

2.2. Teori Keagenan

Adanya peralihan dalam lingkungan bisnis mengakibatkan perusahaan

yang dulunya hanya dimiliki satu orang yaitu manajer-pemilik (owner-manager)

sekarang menjadi perusahaan yang kepemilikannya tersebar dengan pemegang

saham yang dimiliki oleh berbagai kalangan. Peralihan ini mengakibatkan

terjadinya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan, dimana kepemilikan

berada pada tangan para pemegang saham sedangkan pengelolaan berada pada

tangan tim manajemen. Hubungan keagenan ini sebagai suatu kontrak di mana

satu atau lebih pihak (principal) memberikan tugas kepada pihak lain (agent)

untuk melaksanakan jasa dan pendelegasian wewenang dalam pengambilan

keputusan (Jensen dan Meckling, 1976). Hubungan inilah yang dinamakan teori

keagenan.

Pemisahan dalam teori keagenan ini menandakan pemilik tidak lagi

terlibat dalam pengelolaan perusahaan karena telah dialihkan kepada agen. Pihak

principal hanya bertindak sebagai pengawas dengan memonitor kinerja

perusahaan melalui laporan yang diberikan oleh agen. Agency theory memandang

bahwa manajemen perusahaan sebagai agen bagi pemegang saham akan bertindak

dengan penuh kesadaran bagi kepentingannya sendiri, bukan sebagai pihak yang

arif dan bijaksana serta adil terhadap pemegang saham. Hal inilah yang nantinya

akan menimbulkan permasalahan keagenan.

Adanya posisi, fungsi, kepentingan, dan latar belakang principal dan agen

yang berbeda dan saling bertolak belakang, namun saling membutuhkan, mau

tidak mau dalam praktiknya akan menimbulkan pertentangan, saling tarik menarik

kepentingan dan pengaruh antara satu dengan yang lain. Hal ini mengakibatkan
13

terjadinya penyimpangan dalam pelaporan kepada principal akibat adanya

keinginan untuk memenuhi tujuan pribadi seperti ingin memaksimumkan

utilitasnya, yang memungkinkan agen tidak selalu berbuat terbaik bagi principal,

sehingga muncul masalah keagenan.

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa perusahaan merupakan

kumpulan kontrak (nexus of contract) antara pemilik sumber daya ekonomi

(principal) dan manajer (agent) yang mengurus penggunaan dan pengendalian

sumber daya tersebut. principal bukan hanya pemilik perusahaan, tetapi juga bisa

berupa pemegang saham, kreditur, maupun pemerintah.

Timbulnya masalah agresivitas pajak sangat dipengaruhi oleh agency

problem. Dilihat dari sudut pandang pemerintah (principal), jika pajak yang

dibayarkan oleh wajib pajak lebih kecil dari seharusnya yang mereka bayar, maka

pendapatan negara dari sektor pajak akan berkurang. Sebaliknya, dari sisi

pengusaha atau wajib pajak (Agent), jika pajak yang dibayarkan lebih besar dari

jumlah yang semestinya, akan mengakibatkan kerugian (Fahmi, 2014).

Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa adanya masalah agensi

yang disebabkan konflik kepentingan dan asimetri informasi, maka perusahaan

harus menanggung adanya biaya keagenan (agency cost). Biaya keagenan dibagi

dalam tiga jenis yaitu:

1. Biaya monitoring (monitoring cost) adalah biaya yang dikeluarkan untuk

melakukan pengawasan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh agen.

2. Biaya bonding (bonding cost) adalah biaya untuk menjamin bahwa agen

tidak akan bertindak merugikan prinsipal.


14

3. Biaya kerugian residual (residual cost) adalah nilai uang yang ekuivalen

dengan pengurangan kemakmuran yang dialami oleh prinsipal akibat

perbedaan kepentingan

Berdasarkan agency theory bahwa setiap pihak baik agen dan prinsipal

merupakan utility maximizers, yang mana setiap pihak akan melakukan apa pun

yang menguntungkan bagi diri mereka masing-masing. Adanya kepentingan yang

berbeda antara agen dan prinsipal atau antara perusahaan dan stakeholder akan

memunculkan suatu keadaan yang mana setiap pihak berusaha memaksimalkan

kepentingannya masing-masing.

2.3. Teori Akuntansi Positif

Teori ini dipelopori oleh Watts dan Zimmerman (1990) dalam bukunya

yang berjudul Positive Accounting Theory. Watts dan Zimmerman (1990)

memaparkan suatu teori akuntansi yang berusaha mengungkapkan bahwa faktor-

faktor ekonomi tertentu atau ciri-ciri suatu unit usaha tertentu bisa dikaitkan

dengan perilaku manajer atau para pembuat laporan keuangan. Lebih khusus

Watts dan Zimmerman (1990) mengungkapkan pengaruh variabel-variabel

ekonomi terhadap motivasi manajer untuk memilih suatu metode akuntansi.

Manajemen laba diduga muncul atau dilakukan oleh manajer atau para pembuat

laporan keuangan suatu organisasi karena mengharapkan suatu manfaat dari

tindakan yang dilakukan dalam merekayasa laba.

Teori Akuntansi Positif menjelaskan mengenai tiga hipotesis yang

menyebabkan manajemen melakukan tindakan manajemen laba, yaitu Watts dan

Zimmerman (1990) :

1. The bonus plan hypothesis,


15

2. The debt covenant hypothesis, dan

3. The political cost hypotesis.

Teori Akuntansi Positif dengan Hipotesis bonus plan menjelaskan untuk

memotivasi agar manajer dapat menghasilkan kinerja yang terus meningkat,

pemegang saham memberikan tawaran berupa bonus yang diperuntukkan kepada

manajer yang memiliki performa kinerja yang baik sesuai dengan standar yang

diberlakukan. Bonus plan hypothesis menyatakan bahwa : “manager of firm with

bonus plants are more likely to use accounting methods that increase current

periode reported income”.

Kinerja manajer diukur salah satunya melalui mencapaian laba usaha.

Pengukuran kinerja berdasarkan laba dan skema bonus tersebut memotivasi para

manajer untuk memberikan performa terbaiknya sehingga tidak menutup

kemungkinan mereka melakukan manajemen laba. Seandainya pada tahun tertentu

kinerja sesungguhnya tidak mencapai batasan target untuk memperoleh bonus,

maka manajer akan melakukan pengolahan terhadap laba agar dapat mencapai

target sehingga manajer tersebut memperoleh bonus. Sebaliknya, jika pada tahun

tersebut kinerja atau laba yang diperoleh manajer jauh diatas jumlah yang

disyaratkan untuk memperoleh bonus, maka manajer akan mengatur agar laba

yang dilaporkan tidak terlalu tinggi. Kelebihan laba yang tidak dilaporkan akan

digunakan untuk mengantisipasi penurunan laba pada tahun berikutnya, sehingga

manajer tidak kehilangan kesempatan memperoleh bonus pada tahun berikutnya.

Teori Akuntansi Positif dengan Hipotesis debt covenant menjelaskan

semakin tingginya hubungan perusahaan dengan pihak ketiga (kreditur) maka

perusahaan akan lebih menjaga laba periode berjalan dengan tujuan untuk
16

menjaga stabilitas kinerja perusahaan yang dijelaskan melalui laba karena

semakin tingginya kepentingan perusahaan dengan kreditur maka kreditur akan

lebih mengawasi perusahaan dengan alasan kelangsungan pinjaman modal

eksternal. Sehingga perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi tidak akan

agresif dalam hal perpajakan karena diharapkan mampu menjaga stabilitas laba

periode berjalan, salah satunya dengan mengalokasikan laba periode mendatang

ke laba periode berjalan.

Dalam hipotesis biaya politik dijelaskan mengenai tindakan manajemen laba

yang dilakukan oleh manajer perusahaan dengan memilih prosedur akuntansi yang

memungkinkan dialokasikannya laba periode berjalan ke periode mendatang.

Dalam hal agresivitas pajak, apabila perusahaan memiliki laba periode berjalan

yang tinggi, maka akan berbanding positif dengan tingkat pajak yang dibayarkan.

Untuk mengurangi tingkat pajak yang dibayarkan, perusahaan akan berusaha

mengalokasikan laba periode berjalan ke periode mendatang.

2.4. Penghindaran Pajak

Tindakan penghindaran pajak adalah suatu tindakan yang ditujukan untuk

menurunkan laba kena pajak melalui perencanaan pajak, baik menggunakan cara

yang tergolong atau tidak tergolong (Frank et.al, 2009). Proksi utama dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan Effective Tax Rates (ETR). ETR

adalah proksi yang paling banyak digunakan dalam penelitian terdahulu untuk

mengetahui seberapa besar perusahaan melakukan penghindaran pajak (Lanis dan

Richardson, 2012). ETR merupakan efektifitas pembayaran pajak perusahaan

yang merefleksikan besarnya penghindaran pajak atas perhitungan tarif pajak

terhadap laba perusahaan. ETR merepresentasikan berapa persentase perusahaan


17

membayar pajak sebenarnya terhadap laba komersial. Semakin rendah nilai ETR

maka semakin tinggi kecenderungan perusahaan melakukan agresivitas pajak

(Hidayat, 2016).

Praktek penghindaran pajak berkaitan dengan perencanaan pajak. Secara

konseptual perencanaan pajak meliputi pengurangan pajak secara permanen

maupun kemungkinan penangguhannya. Penghematan pajak dapat diperoleh dari

perencanaan pajak dengan melibatkan beberapa konsep seperti: pemanfaatan

pengecualian pajak, pengurangan tarif pajak menyeluruh, maksimalisasi

pengurangan penghasilan, percepatan pengeluaran, penundaan objek pajak,

strukturisasi transaksi kena pajak menjadi tidak kena pajak, dan sebagainya.

Perusahaan mengalihkan pendapatan dari yurisdiksi pajak yang tinggi ke

yurisdiksi pajak yang rendah sehingga mengurangi nilai ETR perusahaan. Secara

keseluruhan, perusahaan yang menghindari pajak perusahaan dengan mengurangi

pendapatan kena pajak mereka sambil mempertahankan pendapatan akuntansi

keuangan mereka memiliki ETR yang lebih rendah, menjadikan ETR sebagai

ukuran yang tepat untuk agresivitas pajak (Lanis dan Richardson, 2012).

Perusahaan sebagai wajib pajak sering kali tidak mematuhi ketentuan

perpajakan yang berlaku demi melakukan penghematan pajak karena perusahaan

menganggap pajak sebagai sebuah tambahan beban yang dapat mengurangi

keuntungan perusahaan. Oleh Karena itu, perusahaan diprediksi melakukan

tindakan yang dapat mengurangi beban pajak perusahaan. Terlebih lagi dengan

adanya agency problem yang mampu memicu dilakukannya penghematan pajak.

Agency problem merupakan masalah yang dihadapi perusahaan karena adanya

benturan kepentingan antara pemilik atau pemegang saham dengan manajemen


18

secara umum (Jensen dan Meckling, 1976). Masalah ini dapat terjadi karena tidak

satunya visi antar kedua belah pihak tersebut sehingga masing-masing pihak

berusaha untuk memaksimalkan keuntungannya.

Dalam dimensi perusahaan, pembayaran pajak dianggap sebagai transfer

kekayaan dari perusahaan ke pemerintah. Beban pajak ini menjadi biaya yang

sangat besar bagi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan cenderung untuk

meminimalkan beban pajak tersebut melalui bebagai cara penghematan pajak

guna meningkatkan nilai perusahaan itu sendiri. Tindakan atau upaya

meminimalkan beban pajak ini nantinya dapat menghasilkan pelaporan pajak yang

agresif (Hanlon dan Slemrod, 2009). Pendapat tersebut didukung dengan

penelitian yang dilakukan oleh Chen, et al,. (2010) yang menyatakan adanya

preferensi yang dimiliki manajemen perusahaan untuk melakukan tindakan

penghindaran pajak.

Nuruwael (2013) menyatakan bahwa manfaat penghindaran pajak

perusahaan adalah penghematan pengeluaran atas pajak sehingga keuntungan

yang diperoleh pemilik menjadi semakin besar atau penghematan tersebut dapat

dimanfaatkan untuk mendanai investasi perusahaan dimasa yang akan datang.

Bagi agen, penghindaran pajak dapat meningkatkan bonus dari pemilik karena

meningkatkan laba bersih akibat penghematan pajak yang dilakukannya.

Sedangkan kerugian dari penghindaran pajak perusahaan adalah kemungkinan

perusahaan mendapat sanksi dari kantor pajak berupa denda, serta turunnya harga

saham perusahaan akibat pemegang saham lainnya mengetahui tindakan

penghindaran pajak perusahaan yang dilakukan oleh manajemen. Bagi


19

pemerintah, tindakan penghindaran pajak perusahaan ini mengurangi pendapatan

negara dalam sektor pajak.

2.5. Kepemilikan Asing

Dalam Pasal 1 Ayat 8 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

menyebutkan bahwa Modal Asing adalah Modal yang dimiliki oleh negara asing,

perseorangan warga negara asing, dan Badan Hukum Indonesia yang sebagian

atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing. Mengacu pada pasal diatas maka

dapat disimpulkan bahwa kepemilikan saham asing merupakan proporsi saham

biasa perusahaan yang dimiliki oleh perorangan, badan hukum, pemerintah serta

bagian-bagiannya yang berstatus luar negeri (Anggraini, 2011).

Entitas asing yang memiliki saham sebesar 20% atau lebih sehingga

dianggap memiliki pengaruh signifikan dalam mengendalikan perusahaan bisa

disebut sebagai pemegang saham pengendali asing. Pemegang saham pengendali

asing ini akan memungkinkan untuk memerintahkan manajemen untuk melakukan

apa yang ia inginkan yang dapat menguntungkan dirinya (Putri,2016).

Khurana dan Moser (2009) berpendapat bahwa investor institusional

dengan kepemilikan saham yang besar dan hak suara yang besar, dapat memaksa

manajer untuk fokus pada kinerja perusahaan dan menghindari peluang untuk

mementingkan kepentingan pribadinya, investor institusional juga memiliki

insentif untuk memastikan bahwa perusahaan mengambil keputusan-keputusan

yang akan memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Dari insentif yang

dimiliki investor institusional dan hak suara yang relatif besar sesuai dengan

jumlah saham dalam pengambilan keputusan manajer ini dapat menimbulkan

tindakan penghindaran pajak perusahaan agar para investor mendapat keuntungan


20

yang lebih banyak dan perusahaan tidak mengeluarkan banyak biaya untuk

membayar pajak.

2.6. Foreign Operation

Adapun untuk variabel operasi di luar negeri, perusahaan yang memiliki

operasi di luar negeri memang diyakini memiliki insentif lebih untuk melakukan

manajemen pajak. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan tax rate antar

negara, sehingga perusahaan dapat melakukan income shifting dari negara yang

tax rate-nya tinggi ke negara yang tax rate-nya rendah (Putri, 2014). Jika dilihat

dari tarif pajak beberapa negara di ASEAN, tarif pajak di Indonesia adalah sebesar

(25%) bisa dikatakan cukup tinggi dibanding Singapura (17%), Thailand (20%),

bahkan Vietnam (22%). Gambaran ini memberikan indikasi bahwa bisa saja

perusahaan memanfaatkan foreign activity untuk menurunkan pembayaran pajak

di Indonesia (Nugroho dan Amrie, 2017).

Selain itu perusahaan yang beropersi lintas negara memiliki

kecenderungan untuk melakukan tindakan tax avoidance yang lebih tinggi

dibandingkan perusahaan yang beroperasi lintas domestik, karena mereka bisa

melakukan transfer laba ke perusahaan yang berada di lain negara, dimana negara

tersebut memungut tarif pajak yang lebih rendah dibandingkan negara lainnya.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa foreign operation menjadi salah satu

faktor terjadinya tindakan agresivitas pajak yang dilakukan perusahaan.

Perusahaan yang terikat dengan foreign operation mungkin saja dapat

memanfaatkannya sebagai alat untuk melakukan penghindaran pajak, misalnya

dengan transfer pricing, dengan menempatkan operasi mereka di negara yang


21

mempunyai tarif PPh rendah, maka perusahaan akan mempunyai beban pajak (tax

burden) yang lebih rendah pula (Nugroho dan Amrie, 2017).

2.7. Manajemen Laba Real

Menurut Roychowdhury (2006) dijelaskan bahwa manajemen laba dapat

dilakukan dengan manajemen laba akrual murni dan manajemen laba real.

Manajemen laba akrual dilakukan pada akhir periode ketika manajer mengetahui

laba sebelum direkayasa sehingga dapat mengetahui berapa besar manipulasi yang

diperlukan agar target laba tercapai. Manajemen laba real merupakan manipulasi

yang dilakukan oleh manajemen melalui aktivitas perusahaan sehari-hari selama

periode akuntansi. Kegiatan manajemen laba real dimulai dari praktek operasional

normal, yang dimotivasi oleh manajer yang berkeinginan untuk mengelabui

bahkan menyesatkan stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi

perusahaan.

Menurut Roychowdhury (2006) pergeseran manajemen laba dari

manajemen laba akrual ke manajemen laba real yang dilakukan manajer didasari

oleh beberapa faktor. Pertama, manajemen laba akrual kemungkinan besar akan

menarik perhatian auditor dan regulator dibanding dengan keputusan-keputusan

real, seperti yang dihubungkan dengan penetapan harga dan produksi. Kedua,

manajer yang mengandalkan pada manajemen laba akrual saja akan berisiko jika

target laba yang diinginkan tidak dapat tercapai walaupun telah melakukan

manajemen laba akrual. Sedangkan manajemen laba real dapat terjadi sepanjang

periode akuntansi berjalan melalui aktivitas perusahaan sehari-hari, tanpa

menunggu akhir periode, sehingga manajer akan mudah untuk mencapai target

laba yang diinginkan.


22

Teknik yang dapat dilakukan dalam manajemen laba real antara lain

manajemen penjualan, overproduction dan pengurangan biaya diskresioner

(Roychowdhury, 2006 dalam Ferdiawan dan Amrie, 2017).

1. Manajemen penjualan

Manajemen penjualan berkaitan dengan usaha manajer untuk

meningkatkan penjualan selama periode akuntansi dengan tujuan

meningkatkan laba untuk mencapai target laba. Tindakan yang dapat

dilakukan manajer untuk menambah atau mempercepat penjualan yaitu

dengan menawarkan diskon-diskon yang berlebihan dan menawarkan

persyaratan kredit yang lebih lunak. Pemberian diskon-diskon yang

berlebihan akan meningkatkan volume penjualan sehingga dapat mencapai

target laba jangka pendek dan kinerjanya kelihatan baik serta manajer

dapat menerima bonus. Akan tetapi, laba tahun sekarang yang meningkat

mempunyai dampak negatif terhadap aliran kas masa depan. Hal tersebut

terjadi karena margin yang lebih rendah serta menyebabkan biaya produksi

menjadi lebih tinggi daripada aktivitas normal. Cara lain untuk

meningkatkan penjualan yaitu dengan menawarkan persyaratan kredit

yang lebih lunak. Sebagai contoh perusahaan ritel dan otomotif sering

menawarkan tingkat bunga kredit yang rendah sampai dengan akhir

periode akuntansi untuk meningkatkan penjualan. Volume penjualan yang

meningkat menyebabkan laba tahunan berjalan tinggi namun arus kas

masuk lebih kecil dan biaya produksi lebih tinggi dari penjualan normal

akibat penjualan kredit dan potongan harga.


23

2. Produksi yang berlebihan (Overproduction)

Overproduction merupakan teknik manajemen laba dengan memproduksi

besar-besaran. Manajer memproduksi barang lebih besar daripada yang

dibutuhkan agar mencapai permintaan yang diharapkan perusahaaan. Hal

ini biasa dilakukan oleh manajer perusahaan manufaktur. Produksi dalam

skala besar menyebabkan biaya overhead tetap dibagi dengan jumlah unit

barang yang besar sehingga rata-rata biaya per unit dan harga pokok

penjualan menurun. Penurunan harga pokok per unit barang yang

diproduksi besar besaran mempunyai dampak pelaporan margin operasi

yang lebih tinggi dan arus kas kegiatan operasi yang lebih rendah daripada

tingkat penjualan normal.

3. Pengurangan biaya diskresioner

Biaya diskresioner terdiri dari biaya iklan, biaya riset dan pengembangan,

biaya penjualan, serta biaya administrasi dan umum. Perusahaan dapat

mengurangi biaya diskresioner yang dilaporkan untuk meningkatkan laba.

Hal ini sering dilakukan ketika pengeluaran-pengeluaran tersebut tidak

langsung menyebabkan pendapatan dan laba. Jika manajer mengurangi

biaya diskresioner untuk mencapai target laba, maka menyebabkan jumlah

biaya diskresioner yang lebih rendah. Apabila pengeluaran biaya

diskresioner dalam bentuk kas, maka pengurangan biaya-biaya tersebut

akan berdampak pada arus kas keluar sehingga berdampak positif pada

arus kas operasi abnormal periode tersebut dan kemungkinan

menyebabkan arus kas yang lebih rendah pada periode berikutnya

(Roychowdhury, 2006 dalam Nugroho dan Amrie, 2017).


24

2.8. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ferdiawan dan Amrie (2017) yang

berjudul Pengaruh Political Connection, Foreign Activity, dan Real Earnings

Management Terhadap Tax Avoidance. Adapun hasil penelitian yang dilakukan

oleh Ferdiawan dan Amrie (2017) mendapati hasil manajemen laba riil tidak

berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Hasil ini menunjukkan

bahwa manajemen laba riil yang dilakukan oleh perusahaan tidak dapat

mendeteksi kegiatan penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan

manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sementara itu, hubungan politik

memiliki dampak positif yang signifikan terhadap penghindaran pajak, yang

berarti rata-rata perusahaan menggunakan koneksi politiknya untuk mendapatkan

pembayaran pajak yang lebih rendah. Perusahaan cabang atau anak perusahaan

dapat digunakan oleh perusahaan untuk lebih menghindari pajak dengan

memanfaatkan aktivitas luar negeri yang melekat pada mereka untuk mengurangi

pajak melalui skema profit shifting serta profit holding sebagaimana dibuktikan

oleh hasil penelitian.

Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Variabel Hasil Penelitian
Peneliti
(Tahun
Penelitian)
1. Rahayu (2010) Praktik Dependen : Skema penghindaran
Penghindaran Praktik pajak yang paling
Pajak oleh Penghindaran banyak digunakan di
Foreign Direct Pajak Indonesia adalah skema
Investment transfer pricing, thin
Berbentuk Independen : capitalization dan treaty
Perseroan -Skema transfer shopping.
Terbatas pricing
Penanaman -Thin
Modal Asing capitalization
-Controlled
25

Foreign
Corporation
(CFC)
-Pemanfaatan
negara tax
haven
-Treaty
Shopping
2. Permana Pengaruh Dependen : Hasil analisis
(2015) Corporate Penghindaran menunjukan bahwa
Governance Pajak variabel ukuran dewan
Terhadap komisaris tidak
Penghindaran Independen : memiliki pengaruh yang
Pajak -Corporate signifikan terhadap
(Studi Empiris Governance penghindaran pajak,
Pada -Ukuran Dewan persentase dewan
Perusahaan Komisaris komisaris tidak
Manufaktur -Persentase memiliki pengaruh yang
Yang Terdaftar Komisaris signifikan terhadap
Di Bursa Efek Independen penghindaran pajak, dan
Indonesia Pada -Kompensasi kompensasi eksekutif
Tahun 2011- Eksekutif tidak berpengaruh
2014) -Tarif Pajak signifikan terhadap
Efektif penghindaran pajak.
Kesimpulannya
corporate governance
tidak berpengaruh
terhadap penghindaran
pajak.
3. Salihu (2015) Foreign Dependen : Hasil analisis
Investors, Corporate Tax menunjukan bahwa
Interests and Avoidance variable foreign
Corporate Tax investors dan foreign
Avoidance : Independen : interests berpengaruh
Evidence from -Foreign terhadap corporate
An Emerging Investors tax avoidance
Economy -Foreign
Interests
4. Ferdiawan Pengaruh Dependen : Hasil penelitian
Dan Amrie Political Tax Avoidance menunjukkan bahwa
(2017) Connection, hubungan politik dan
Foreign Activity Independen : operasi diluar negeri
Dan Real -Political memiliki dampak positif
Earnings Connection yang signifikan terhadap
Management -Foreign penghindaran pajak.
Terhadap Tax Activity Sedangkan manajemen
Avoidance -Real Earnings laba riil tidak dapat
Management mendeteksi kegiatan
penghindaran pajak.
5.
6. Idzni Dan Pengaruh Dependen : Hasil penelitian
Agus (2017) Ketertarikan Penghindaran menunjukkan bahwa
26

Investor Asing Pajak kepemilikan


Dan institusional
Kepemilikan Independen : berpengaruh terhadap
Institusional - Ketertarikan penghindaran pajak.
Investor Asing Sedangkan ketertarikan
Terhadap
-Kepemilikan investor asing tidak
Penghindaran berpengaruh terhadap
Pajak Institusional
penghindaran pajak.
Perusahaan
7. Hidayat Dan Pengaruh Book Dependen : Hasil dari penelitian ini
Rahmayandi Tax Gap Dan Praktik menunjukkan bahwa
(2019) Kepemilikan Penghindaran secara parsial book tax
Asing Terhadap Pajak gap berpengaruh
Penghindaran signifikan terhadap
Pajak Dan Independen : penghindaran pajak
Analisis -Book Tax Gap namun kepemilikan
Kebijakan -Kepemilikan asing tidak berpengaruh
Pemerintah asing signifikan terhadap
Terkait penghindaran pajak.
Penghindaran
Pajak
8. Mohs, et., al The Impact Of Dependen : Hasil dari penelitian ini
(2018) Taxes On Foreign Direct menunjukkan bahwa
Foreign Direct Investment pajak berpengaruh
Investments terhadap FDI.
Independen :
Tax
9. Camara (2019) Long Run Dependen : Hasil dari penelitian ini
Effects Of Pendapatan menunjukkan bahwa
Foreign Direct Pajak FDI berpengaruh
Investment On terhadap pendapatan
Tax Revenue In Independen : pajak.
Developing Foreign Direct
Countries Investment
10. Windayani Analisis Faktor- Dependen : Hasil analisis regresi
(2018) Faktor Potensial Penghindaran menunjukkan bahwa
Yang Pajak kualitas audit dan dewan
Mempengaruhi komisaris berpengaruh
Penghindaran Independen : negatif secara signifikan
Pajak -Profitabilitas terhadap tindakan
-Leverage penghindaran pajak.
-Ukuran Sementara itu
Perusahaan profitabilitas, leverage,
-Komite Audit ukuran perusahaan,
-Kualitas dewan komisaris dan
Audit proporsi komisaris
-Dewan independen tidak
Komisaris berpengaruh terhadap
-Proporsi tindakan penghindaran
Komisaris pajak.
Indepeden
10. Arizoni (2020) The Effect Of Dependen : Hasil penelitian
Accrual Agresitivitas menunjukkan foreign
27

Earnings Pajak operation memoderasi


Management, seluruh variabel
Real Earnings Independen : independen terhadap
Management -Manajemen variabel dependen.
And Inventory Laba Akrual Perusahaan yang
Intensity -Manajemen memiliki operasi di luar
Towards Tax Laba Real negeri memang diyakini
Aggressivity: -Intensitas memiliki insentif lebih
The Moderating Persediaan untuk melakukan
Role Of Foreign tindakan agresivitas
Operation Moderasi : pajak. Hal ini
Foreign disebabkan karena
Operation adanya perbedaan tax
rate antar negara,
sehingga perusahaan
dapat melakukan
income shifting dari
negara yang tax rate nya
tinggi ke negara yang
tax rate nya rendah.
Sumber : Penelitian Terdahulu

2.9. Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis

2.9.1. Pengaruh Kepemilikan Asing Terhadap Penghindaran Pajak

Menurut Anthony dan Govindarajan (2009) hubungan keagenan terjadi

ketika satu pihak (prinsipal) mempekerjakan pihak lain (agen) untuk

melaksanakan suatu pekerjaan dengan memberikan pihak lain tersebut wewenang

untuk mengambil keputusan. Adanya perbedaan keinginan antara principal dan

agen dinamakan agency problem. Semakin besar proporsi saham yang dimiliki

pihak asing pada suatu perusahaan, maka semakin besar juga suara investor untuk

ikut adil dalam penentuan kebijakan perusahaan. Investor menanamkan dananya

pada perusahaan yang dipilih berharap perusahaan tersebut dapat memberikan

tingkat pengembalian yang sesuai dengan harapan investor. Maka dari itu jika

sebuah perusahaan memiliki tingkat kepemilikan saham asing yang tinggi,

penentuan kebijakan perusahaan dari pihak asing yang mengarah pada

meminimalkan beban tanggungan pajak juga semakin tinggi. Di Indonesia,


28

investor asing yang masuk setiap tahunnya terus meningkat. Tentunya dari sisi

lain pemerintah menginginkan investor asing yang masuk ke Indonesia selain

menanam modalnya, mereka juga akan membayar pajak sesuai dengan peraturan

yang berlaku.

Penalaran tersebut didukung penelitian sebelumnya oleh Salihu, dkk

(2015) bahwa semakin tinggi tingkat kepemilikan saham oleh pihak asing pada

sebuah perusahaan maka semakin tinggi juga perusahaan tersebut untuk

melakukan penghindaran pajak. Sedangkan temuan berbeda ditemukan oleh Idzni

dan Agus (2017) yang menemukan hasil bahwa kepemilikan asing tidak berhasil

mempengaruhi penghindaran pajak.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut :

H1 : Kepemilikan asing berpengaruh terhadap penghindaran pajak.

2.9.2. Pengaruh Foreign Operation Terhadap Penghindaran Pajak

Menurut teori agensi (agency theory), dilihat dari sudut pandang

pemerintah (principal), jika pajak yang dibayarkan oleh wajib pajak lebih kecil

dari seharusnya yang mereka bayar, maka pendapatan negara dari sektor pajak

akan berkurang. Sebaliknya, dari sisi pengusaha atau wajib pajak (Agent), jika

pajak yang dibayarkan lebih besar dari jumlah yang semestinya, akan

mengakibatkan kerugian. Jika harga dalam transaksi ini lebih rendah atau lebih

tinggi dibandingkan dengan transaksi pada pasar terbuka (uncontrolled

transaction) akan mengakibatkan pajak atas laba akan dialihkan.

Penghindaran pajak yang diukur dengan ETR merepresentasikan berapa

persentase perusahaan membayar pajak sebenarnya terhadap laba komersial.


29

Semakin rendah nilai ETR maka semakin tinggi kecenderungan perusahaan

melakukan agresivitas pajak (Hidayat, 2016). Lanis dan Richardson (2012)

menyatakan bahwa perusahaan sering menggunakan operasi luar negri (foreign

operation) untuk menghindari pajak dan ETR menangkap bentuk agresivitas

pajak seperti ini.

Untuk variabel operasi diluar negeri, perusahaan yang memiliki operasi di

luar negeri memang diyakini memiliki insentif lebih untuk melakukan manajemen

pajak. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan tax rate antar negara, sehingga

perusahaan dapat melakukan income shifting dari negara yang tax rate-nya tinggi

ke negara yang tax rate-nya rendah (Putri, 2014). Pergeseran laba atau profit

shifting tidak dapat dilepaskan dari offshore financial center atau negara-negara

yang disebut tax heaven yang tidak mengenakan pajak atau mengenakan pajak

dengan tarif yang rendah, tidak mempunyai transparansi atau pertukaran informasi

perpajakan seperti dijelaskan dalam laporan OECD. Hukum dan peraturan di

negara tersebut dapat digunakan untuk melakukan penggelapan atau penghindaran

pajak (Adoe, 2014).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nugroho dan Amrie (2017)

menunjukkan bahwa foreign operation berpengaruh terhadap penghindaran pajak.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Hidayah (2015) menemukan hal yang

berbeda bahwa perusahaan manufaktur multinasional lebih memilih cara aman

dengan tidak melakukan agresitivitas pajak dalam menghindari pajak dibanding

perusahaan lainnya.

Dengan melakukan foreign operation semakin menjelaskan tindakan

perusahaan dalam melakukan agresivitas pajak. Perusahaan yang terikat dengan


30

foreign operation mungkin saja dapat memanfaatkannya sebagai alat untuk

melakukan penghindaran pajak, misalnya dengan transfer pricing, dengan

menempatkan operasi mereka di negara yang mempunyai tarif PPh rendah, maka

perusahaan akan mempunyai beban pajak (tax burden) yang lebih rendah pula.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut :

H2 : Foreign operation berpengaruh terhadap penghindaran pajak.

2.9.3. Pengaruh Manajemen Laba Real Terhadap Penghindaran Pajak

Menurut Watts dan Zimmerman (1986), Teori Akuntansi Positif dengan

hipotesis bonus plan menjelaskan untuk memotivasi agar manajer dapat

menghasilkan kinerja yang terus meningkat, pemegang saham memberikan

tawaran berupa bonus yang diperuntukkan kepada manajer yang memiliki

performa kinerja yang baik sesuai dengan standar yang diberlakukan. Hal ini

tentunya dapat mendorong manajemen untuk melakukan segala cara agar

pencapaian laba dapat meningkat, salah satunya adalah tindakan penghindaran

pajak.

Frank et, al, (2009) menyatakan bahwa tindakan penghindaran pajak

adalah suatu tindakan yang ditujukan untuk menurunkan laba kena pajak melalui

perencanaan pajak, baik menggunakan cara yang tergolong atau tidak tergolong

tax evasion. Perusahaan sebagai wajib pajak sering kali tidak mematuhi ketentuan

perpajakan yang berlaku demi melakukan penghematan pajak karena perusahaan

menganggap pajak sebagai sebuah tambahan beban yang dapat mengurangi

keuntungan perusahaan. Salah satu cara manajemen dalam melakukan

penghematan pajak adalah dengan menerapkan manajemen laba riil.


31

Manajemen laba riil merupakan manipulasi yang dilakukan oleh

manajemen melalui aktivitas perusahaan sehari-hari selama periode akuntansi.

Kegiatan manajemen laba riil dimulai dari praktek operasional normal, yang

dimotivasi oleh manajer yang berkeinginan untuk mengelabui bahkan

menyesatkan stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan

(Roychowdhury, 2006). Manajemen laba riil ini juga cenderung lebih sulit untuk

dipahami oleh investor dan biasanya kurang menjadi perhatian dari auditor,

regulator, dan pihak yang berkaitan lainnya (Kim dan Sohn 2013).

Pemaparan diatas sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Geraldina (2013), yang menghasilkan kesimpulan yang sama mengenai

peningkatan manajemen laba real melalui manipulasi penjualan akan diikuti pula

oleh peningkatan penghindaran pajak suatu perusahaan. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Nugroho dan Firmansyah, (2017) juga menunjukkan hasil bahwa

diskresi arus kas dengan melakukan manipulasi penjualan berpengaruh positif

secara signifikan terhadap penghindar pajak suatu perusahaan (tax

aggressiveness). Pengaruh positif ini dapat diartikan bahwa semakin besar hasil

penjualan yang dihasilkan akibat manipulasi berupa pemberian diskon yang tidak

wajar, akan meningkatkan agresivitas pajak suatu perusahaan karena membuat

perbedaan laba yang dilaporkan akuntansi dan perpajakan menjadi semakin besar.

Dengan demikian, pihak manajemen bisa melakukan manajemen laba

dalam sudut pandang opportunistik maupun efisien yang akan mempengaruhi

agresivitas pajak, karena dengan adanya manajemen laba yang dilakukan oleh

manajer dengan berbagai sudut pandang tersebut, maka laba akan semakin kecil.

Dengan kata lain, semakin giat perusahaan melakukan manajemen laba maka
32

dapat dikatakan tingkat agresivitas pajak perusahaan juga tinggi karena beban

pajak semakin kecil. Adanya kecenderungan dari pihak eksternal (investor) untuk

lebih memperhatikan informasi laba sebagai parameter kinerja perusahaan, akan

mendorong manajemen untuk melakukan manipulasi dalam menunjukkan

informasi laba, yang disebut sebagai manajemen laba (earnings management).

Upaya-upaya yang dilakukan oleh manajer guna mempengaruhi informasi

keuangan dengan tujuan tertentu merupakan tindakan manajemen laba.

Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang turut memicu terjadinya

penghindaran pajak.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah :

H3 : Manajemen Laba Real berpengaruh terhadap penghindaran pajak.

2.10. Model Penelitian

Kepemilikan
Asing (X1)

Foreign Penghindaran
Operation (X2) Pajak (Y)

Manajemen
Laba Real (X3)

Gambar 2.1
Model Penelitian
33

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Populasi Dan Sampel Penelitian

3.1.1. Populasi Penelitian

Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki

karakteristik tertentu, jelas dan rangkap yang akan diteliti (Sugiyono, 2016).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2017 sampai dengan tahun 2019

yang berjumlah 145 perusahaan, alasan memilih perusahaan manufaktur sebagai

subjek penelitian karena memiliki variasi data yang besar untuk memberikan

gambaran yang komprehensif mengenai penghindaran pajak yang terjadi di

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan demikian perusahaan

manufaktur sangat cocok untuk dijadikan subjek dalam penelitian ini.

3.1.2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara

tertentu, jelas, dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi (Sugiyono,

2016). Dalam penelitian ini pemilihan sampel menggunakan metode purposive

sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono, 2016). dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama

tahun 2017-2019.
34

2. Perusahaan yang mengalami laba selama periode pengamatan yaitu tahun

2017-2019.

3. Melaporkan laporan keuangannya setiap tahun secara lengkap terkait data

penelitian selama periode pengamatan yaitu tahun 2017-2019.

4. Dalam kepemilikannya, perusahaan memiliki kepemilikan asing lebih dari

5% atau perusahaan atau perorangan asing tersebut disebutkan dalam

laporan tahunan lengkap dengan persentase kepemilika sahamnya.

Berdasarkan kriteria dalam pemilihan sampel tersebut, maka sampel akhir

pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1
Kriteria Pemilihan Sampel Penelitian
NO Kriteria Pemilihan Sampel Jumlah
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
1. 139
Indonesia pada tahun 2017-2019
Perusahaan yang mengalami rugi fiskal pada tahun 2017-
2. (39)
2019
3. Data tidak tersedia secara lengkap (11)
4. Total sampel 89
5. Jumlah tahun penelitian 3
Total Observasi 267
Sumber : Data diolah, 2020

Adapun daftar nama perusahaan sampel dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Tabel 3.2
Daftar Nama Perusahaan Sampel
KODE
NO NAMA PERUSAHAAN
SAHAM
1 ADES Akasha Wira Internaional Tbk d.h Ades Water Indonesia
2 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk
3 ALDO Alkindo Naratama Tbk
4 ALKA Alaska Industrindo Tbk
5 ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk
6 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk
7 ASII Astra International Tbk
35

8 AUTO Astra Auto Part Tbk


9 BAJA Saranacentral Bajatama Tbk
10 BATA Sepatu Bata Tbk
11 BIMA Primarindo Asia Infrastructure Tbk d.h Bintang Kharsima
12 BRAM Indo Kordsa Tbk
13 BRNA Berlina Tbk
14 BTON Beton Jaya Manunggal Tbk
15 BUDI Budi Starch and Sweetener Tbk d.h Budi Acid Jaya Tbk
16 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk d.h Cahaya Kalbar Tbk
17 CINT Chitose Internasional Tbk
18 CPIN Charoen Pokphan Indonesia Tbk
19 DAJK Dwi Aneka Jaya Kemasindo Tbk
20 DLTA Delta Djakarta Tbk
21 DPNS Dura Pertiwi Nusantara
22 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk
23 EKAD Ekadharma International Tbk
24 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk
25 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk
26 GGRM Gudang Garam Tbk
27 GJTL Gajah Tunggal Tbk
28 HDTX Panasia Indo Resources Tbk d.h Panasia Indosyntec Tbk
29 HMSP Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
30 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
31 IGAR Champion Pasific Indonesia Tbk d.h Kageo Igar Jaya Tbk
32 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk
33 IMAS Indomobil Sukses International Tbk
34 IMPC Impack Pratama Industri Tbk
35 INAF Indofarma Tbk
36 INAI Indal Aluminium Industry Tbk
37 INCI Intan Wijaya International Tbk
38 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
39 INDS Indospring Tbk
40 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk
41 JECC Jembo Cable Company Tbk
42 JKSW Jakarta Kyoei Steel Work LTD Tbk
43 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk
44 JPRS Jaya Pari Steel Tbk
45 KAEF Kimia Farma Tbk
46 KBLI KMI Wire and Cable Tbk
47 KBLM Kabelindo Murni Tbk
48 KBRI Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk
49 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk
36

50 KICI Kadaung Indag Can Tbk


51 KLBF Kalbe Farma Tbk
52 LION Lion Metal Works Tbk
53 LMSH Lionmesh Prima Tbk
54 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk d.h Lippo Enterprise Tbk
55 MAIN Malindo Feedmill Tbk
56 MBTO Martina Berto Tbk
57 MERK Merck Tbk
58 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk
59 MLIA Mulia Industrindo Tbk
60 MYOR Mayora Indah Tbk
61 PYFA Pyridam Farma Tbk
62 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk
63 RMBA Bentoel International investama Tbk
64 ROTI Nippon Indosari Corporindo Tbk
65 SCCO Supreme Cable Manufacturing and Commerce Tbk
66 SIPD Siearad Produce Tbk
67 SKBM Sekar Bumi Tbk
68 SKLT Sekar Laut Tbk
69 SMBR Semen Baturaja Persero Tbk
70 SMCB Holcim Indonesia Tbk d.h Semen Cibinong Tbk
71 SMGR Semen Indonesia Tbk d.h Semen Gresik Tbk
72 SMSM Selamat Sempurna Tbk
73 SPMA Suparma Tbk
74 SRSN Indo Acitama Tbk
75 STAR Star Petrochem Tbk
76 TCID Mandom Indonesia Tbk
77 TIRT Tirta Mahakam Resources Tbk
78 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk
79 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk
80 TRIS Trisula International Tbk
81 TRST Trias Sentosa Tbk
82 TSPC Tempo Scan Pasific Tbk
83 ULTJ Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk
84 UNIC Unggul Indonesia Tbk
85 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk
86 UNVR Unilever Indonesia Tbk
87 VOKS Voksel Electric Tbk
88 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk
89 YPAS Yana Prima Hasta Persada Tbk
Sumber : Data diolah, 2020
37

3.2. Jenis Dan Sumber Data

3.2.1 Jenis Data

Data yang digunakan penulis sebagai pendukung dalam penelitian ini

adalah data sekunder, penelitian ini memperoleh data secara tidak langsung

melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data diambil oleh

peneliti dari Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM) yang diterbitkan oleh Bursa

Efek Indonesia.

3.2.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan sumber data eksternal yaitu terbitan data yang dikeluarkan oleh

Bursa Efek Indonesia berupa Fact Book, Laporan Keuangan dan Laporan

Tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari

tahun 2017 sampai dengan 2019 di situs resmi BEI https://www.idx.co.id.

3.3 Defenisi Operasional Dan Indikator Variabel

3.3.1 Variabel Dependen : Penghindaran Pajak (Y)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah penghindaran pajak (Y).

Menurut Dyreng et al., (2010) tax Avoidance dapat dihitung melalui Cash ETR

(cash effective tax rate) perusahaan yaitu kas yang dikeluarkan untuk biaya pajak

dibagi dengan laba sebelum pajak. Adapun rumus untuk menghitung Cash ETR

adalah sebagai berikut (Cheng, et al., 2012) :

ETR = Beban pajak


Laba sebelum pajak

3.3.2 Variabel Independen

1. Kepemilikan Asing (X1)


38

Dalam Pasal 1 Ayat 8 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

menyebutkan bahwa Modal Asing adalah Modal yang dimiliki oleh negara asing,

perseorangan warga negara asing, dan Badan Hukum Indonesia yang sebagian

atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing. Kepemilikan asing diukur

sebagai jumlah total persentase saham yang dimiliki investor asing atau investor

non-Indonesia. Adapun rumus untuk menghitung Kepemilikan Asing adalah

dengan cara mengukur persentase kepemilikan saham yang dimiliki asing di

perusahaan dengan rumus (Priutami, 2012) :

Kepemilikan Asing = Total saham asing


Saham yang beredar

2. Foreign Operation (X2)

Dalam penelitian ini, Foreign operation direpresentasikan oleh perusahaan

multinasional sebagai perusahaan yang berlokasi dalam dua negara atau lebih

yang mencerminkan bentuk organisasi dari penanaman modal asing (Way et al.,

1992). Untuk mengukur foreign operation dalam bukunya, Kennely (2016)

mengungkapkan beberapa proksi, diantaranya adalah:

a. foreign sales ratio yang menggambarkan total foreign sales dibagi dengan

total global sales sesuai Ramaswamy (1992).

b. foreign asset ratio yang diukur dengan total aset luar negeri dibanding

total aset di dalam negeri (Sullivan, 1994),

c. number of foreign subsidiary (Stopford dan Wells, 1972) serta number of

foreign nations (Morck dan Yeung, 1991) yang mencerminkan persentase

MNC suatu perusahaan.


39

Sejalan dengan itu, Richardson (2013) menggunakan proksi perbandingan

antara total foreign sales dengan total global sales sehingga penelitian ini akan

menggunakan pengukuran menggunakan proksi tersebut.

3. Manajemen Laba Real (X3)

Manajemen laba real merupakan manipulasi yang dilakukan oleh

manajemen melalui aktivitas perusahaan sehari-hari selama periode akuntansi

(Roychowdhury, 2006). Kegiatan manajemen laba real dimulai dari praktek

operasional normal, yang dimotivasi oleh manajer yang berkeinginan untuk

mengelabui bahkan menyesatkan stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan

kondisi perusahaan. Manajemen laba real yang diukur dengan arus kas operasi

abnormal diskresioner perusahaan i pada tahun t ( Roychowdhury , 2006) :

CFOt / At-1 = α0 + α1(1/ At-1) + α2(St / At-1) + α 3(ΔSt / At-1) + εt

Keterangan:

CFOt : arus kas operasi perusahaan i pada tahun t

At-1 : aset total perusahaan i pada tahun t-1

St : penjualan total perusahaan i pada tahun t-1

Tabel 3.2
Defenisi Operasional Dan Indikator Variabel
NO. VARIABEL DEFENISI INDIKATOR SKALA
1. Penghindaran Tindakan penghindaran ETR = Rasio
Pajak (Y) pajak adalah suatu Beban pajak
tindakan yang ditujukan Laba sebelum pajak
(Cheng, et al., untuk menurunkan laba
kena pajak melalui
2012)
perencanaan pajak, baik
menggunakan cara yang
tergolong atau tidak
tergolong (Frank et.al,
2009).
2. Kepemilikan Dalam Pasal 1 Ayat 8 Kepemilikan Asing Rasio
Asing (X1) Undang-Undang Nomor = Total saham asing
25 Tahun 2007 Saham yang beredar
(Priutami, menyebutkan bahwa
40

2012) Modal Asing adalah


Modal yang dimiliki
oleh negara asing,
perseorangan warga
negara asing, dan Badan
Hukum Indonesia yang
sebagian atau seluruh
modalnya dimiliki oleh
pihak asing.
3. Foreign Tax treaty bukanlah Foreign operation = Rasio
Operation peraturan baru tentang Foreign sales
(X2) pemungutan pajak, Total global sales
melainkan hanya
pengaturan untuk
(Yopie dan
mencegah timbulnya
Amrie, 2019) pajak berganda dengan
cara membatasi hak
pemajakan dari negara
sumber atas penghasilan
yang diperoleh di
wilayah yurisdiksinya.
4. Manajemen Manajemen laba real CFOt / At-1 = α0 + Rasio
Laba Real merupakan manipulasi α1(1/ At-1) + α2(St /
(X3) yang dilakukan oleh At-1) + α 3(ΔSt / At-1)
manajemen melalui + εt
Roychowdhury aktivitas perusahaan
(2006) sehari-hari selama
periode akuntansi
(Roychowdhury,
2006)
Sumber : Penelitian Terdahulu

3.4 Metode Analisa

Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif, karena data yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Pendekatan kuantitatif

adalah ilmu dan seni yang berkaitan dengan tata cara (metode) pengumpulan data,

analisis dan interpretasi hasil analisis untuk mendapatkan informasi guna

penarikan kesimpulan dan pengambilan keputusan. Secara komprehensif, metode

analisis data dalam penelitian ini sebagai berikut:

3.4.1 Analisis Statistik Deskriptif


41

Statitik deskriptif adalah penelitian merupakan transformasi pada

penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami. Statistik deskriptif

akan memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang diperoleh dari nilai

rata-rata, standard deviasi, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan

skewness (Ghozali:2016:19).

3.4.2 Uji Normalitas Data

Alat diagnostik yang digunakan untuk memeriksa data yang memiliki

distribusi normal dengan menggunakan one sample Kolmogrov Smirnov. Uji

Kolmogrov Smirnov, dapat diketahui bahwa Unstandardized Residual memiliki

nilai signifikansi lebih besar dari (>) 0,05. Nilai residual berdistribusi normal

karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05. maka dari itu, hasil penelitian

ini dapat diterima (Ghozali, 2016 : 21).

3.4.3 Uji Asumsi Klasik.

1. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan fenomena adanya korelasi yang sempurna

antara satu variabel bebas dengan variabel bebas yang lain (Ghozali, 2016 : 22).

Konsekuensi praktis yang timbul sebagai akibat adanya multikolinearitas ini

adalah kesalahan standar penaksir semakin besar, dan probabilitas untuk

menerima hipotesis yang salah menjadi semakin besar. Pengujian terhadap ada

tidaknya multikolinearitas dilakukan dengan mengamati :

a. Besaran varince inflation factor (VIF) dan tolerance, model dikatakan

bebas multikolinearitas jika VIF disekitar angka 1 dan memiliki nilai

tolerance yang mendekati 1.


42

b. Besaran korelasi antar variabel bebas, jika korelasi antar variabel bebas

lemah (di bawah 0,5) maka dikatakan bebas multikolinearitas.

Jika pengujian yang dilakukan menemukan adanya multikolinearitas, maka

dilakukan perbaikan model dengan mengeluarkan salah satu variabel dengan

tingkat tolerance rendah dan korelasi dengan variabel bebas terendah. Seluruh

perhitungan yang digunakan dalam analisis data, khususnya analisis regresi

beserta uji asumsinya dilakukan dengan bantuan program SPSS 21.0 (Ghozali,

2016)

2. Uji Heteroskedastisitas

Homoskedastisitas (varian sama) merupakan fenomena di mana pada nilai

variabel independen tertentu masing-masing kesalahan (ei) mempunyai nilai

varian yang sama sebesar ². Jika model yang diperoleh ternyata tidak memenuhi

asumsi atau fenomena tersebut maka dalam model tersebut terjadi

heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas ini mengakibatkan nilai-nilai estimator

(koefisien regresi) dari model tersebut tidak efisien meskipun estimator tersebut

tidak bias dan konsisten. Model regresi yang baik adalah model regresi yang

memiliki persamaan variance residual suatu periode pengamatan dengan periode

pengamatan yang lain. Cara memprediksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas

pada suatu model dapat menggunakan uji glejser, yakni dengan meregresi nilai

absolut residual terhadap variabel independen. Jika probabilitas signifikansinya

diatas tingkat kepercayaan 5%, maka tidak mengandung heteroskedastisitas

(Ghazali, 2016 : 30).

3. Uji Autokorelasi
43

Menguji autokorelasi dalam suatu model bertujuan untuk mengetahui ada

tidaknya korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan

variabel pengganggu periode sebelumnya. Cara mendeteksi ada atau tidaknya

autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin Watson (DW test) (Ghozali, 2016 :

110).

Uji DW hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu dan

mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada

variabel moderator diantara variabel independen. Hipotesis yang diuji adalah:

(Gujarati, 2003 : 14)

Ho : Tidak ada autokorelasi (r = 0)

Ha : Ada autokorelasi (r ≠ 0)

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat pada tabel

3.3 berikut:

Tabel 3.4
Tabel Nilai Hasil Uji Autokorelasi
Hipotesis No 1 Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif No Desicion dl < d < du
Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4
Tidak ada autokorelasi negatif No Desicion 4 – du < d < 4 - dl
Tidak ada autokorelasi positif dan negatif Tidak di Tolak du < d < 4 – du
Sumber : Gujarati, (2003 : 14)

3.4.4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan 2 analisis dalam

menguji hipotesis. Untuk menguji hipotesis 1a, hipotesis 1b, hipotesis 2 dan

hipotesis 3 menggunakan Multiple Regression Analysis (Analisis Regresi

Berganda).

3.4.4.1. Multiple Regression Analysis (Analisis Regresi Berganda)


44

Pengujian terhadap hipotesis 1a, hipotesis 1b, hipotesis 2 dan hipotesis 3

dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi

berganda dalam penelitian ini digunakan untuk menyatakan hubungan fungsional

antara variabel independen dan variabel dependen.

3.4.4.2 Uji Hipotesis (Uji t)

Analisis regresi bertujuan untuk mengetahui apakah suatu persamaan

regresi yang dihasilkan adalah baik untuk mengestimasi nilai variabel terikat.

Pengujian terhadap hipotesis penelitian ini dilakukan dengan uji T. Uji t statistik

ini digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap

variabel terikat (Ghozali, 2016). Level of significant 5% dan dasar pengambilan

keputusan (diterima atau ditolak) adalah dengan membandingkan apabila:

1. Jika t hitung < t table atau p value >α, maka Ha1 ditolak dan H01

diterima.

2. Jika t hitung > t table atau p value <α, maka Ha1 diterima dan H01

ditolak.

3.4.3.2 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Nilai koefisien

determinasi adalah di antara 0 sampai dengan 1. Nilai r 20, berarti kemampuan

variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variasi variabel terikat amat terbatas.

Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel terikat. Hanya

kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap

jumlah variabel yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel
45

bebas maka (R2) pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat. Oleh karena itu sebaiknya

digunakan nilai adjusted R2 (Ghozali, 2016).

DAFTAR PUSTAKA
46

Adisamartha, Ida Bagus Putu Fajar dan Noviari, Naniek. 2015. Pengaruh
Likuiditas, Leverage, Intentitas Persediaan dan Intensitas Aset tetap pada
tingkat Agresivitas Wajib Pajak Badan, Vol.13, 3 Desember 2015:973-
1000.

Chen, S., Chen, X., Cheng, Q., & Shevlin, T. 2010. Are family firms more tax
aggressive than non-family firms?. Journal of Financial Economics.

Cohen, D.A Dan Zarowin, P.. 2010. Accrual Based And Real Earnings
Management Activities Around Seasoned Equity Offerings. Journal Of
Accounting And Economics.

Fahmi, Irham. 2014. Analisis Kinerja Keuangan. Bandung : Alfabeta.

Frank, M., L. Lynch, & S. Rego. 2009. Tax reporting aggressiveness and its
relation to aggressive financial reporting. The Accounting Review, 84(2),
467-496.

Geraldina, I. 2014. Preferensi Manajemen Laba Akrual atau Manajemen Laba


Riil dalam Aktifitas Tax Shelter. Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Indonesia.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.


Semarang : Badan Penerbit UNDIP.

Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.


Semarang : Badan Penerbit UNDIP.

Gujarati. 2004. Basic Econometry Fourth Edition. New York: The McGraw−Hill.

Hanlon, M. dan Slemrod, J. 2009.What does tax aggressive signal? Evidence


from stock price reactions to news about tax shelter environment. Journal
of Public Economics.

Healy, P., & Wahlen, J. 1999. A Review of the Earnings Management Literature
and Its Implications for Standard Setting.Accounting Horizons, 365-383.

Hery. 2016. Analisis Laporan Keuangan Integrated And Comprehensive.


Jakarta : PT. Grasindo.

Hidayat, Muhammad, Rahmayandi Mulda. 2019. Pengaruh Book Tax Gap Dan
Kepemilikan Asing Terhadap Penghindaran Pajak Dan Analisis
Kebijakan Pemerintah Terkait Penghindaran Pajak. Dimensi, Vol. 8, No.
3 : 404-418 November 2019 ISSN: 2085-9996.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2017. Standar Akuntansi Keuangan Per Efektif 1


Januari 2015. Jakarta: IAI. Hal. 73-101.
47

Jensen, M., & Meckling, W. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior,
Agency Costs and Ownership Structure.Journal of Financial Economics.
Vol. 3, No. 4.

Kamila, Putri Almainda. 2014. Analisis Hubungan Agresivitas Pelaporan


Keuangan Dan Agresivitas Pajak. Jurnal. Depok : Universitas Indonesia.

Kartikasari, Windi, Inge Lengga Sari Munthe Dan Fatahurrazak. (Tahun Tidak
Dipublikasikan). Pengaruh Manajemen Laba, Return On Asset, Current
Ratio, Dan Komisaris Independen Terhadap Agresivitas Pajak Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun
2013-2016. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi, Tanjung
Pinang : Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Kasmir. 2016. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Pertama. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.

Kim, J., Li, Y. Dan Zhang, L.. 2016. Corporate Tax Avoidance And Stock Price
Crash Risk: Firm-Level Analysis. Journal.

Lanis, Roman dan Grant Richardson. 2012. Corporate Social Responsibility And
Tax Agressiveness : An Empirical Analysis. Journal Of School Of
Accounting, Faculty Of Business, Sydney : University Of Technology.

Noor, Rohaya Md, Nur Syazwani M. Fadzillah Dan Nor’Azam Mastuki. 2010.
Corporate Tax Planning : A Study On Corporate Effective Tax Rates of
Malaysian Listed Companies. International Journal of Trade, Economics
and Finance, Vol. 1, No. 2, August, 2010 2010-023X.

Nugroho, Sholehudin Adi dan Amrie Firmansyah. 2017. Pengaruh Financial


Distress, Real Earnings Management Dan Corporate Governance
Terhadap Tax Aggressiveness. Journal of Business Administration Vol 1,
No 2, September 2017, hlm. 17-36. e-ISSN:2548-9909.

Nuruwael, Grace Monica. 2013. Analisis Rasio Keuangan Sebagai Alat Untuk
Menilai Kinerja Pajak (Sumber tidak dipublikasikan).

Ratnawati, Vince, Mohamad Ali Abdul Hamidb Dan Oluwatoyin Muse Johnson
Popoola. 2016. The Interaction Effect of Institutional Ownership and
Firm Size on the Relationship between Managerial Ownership and
Earnings Management. International Conference on Accounting Studies
(ICAS) 2016 15-18 August 2016, Langkawi, Kedah, Malaysia.

Rinaldi dan Charoline Cheisviyanny. 2015. Pengaruh Profitabilitas, Ukuran


Perusahaan dan Kompensasi Rugi FIskal terhadap Tax Avoidance (Studi
Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-
2013). Universitas Negri Padang.
48

Roychowdhury, Sugata. 2006. Earnings Management Through Real Activities


Manipulation. Journal of Accounting and Economics.

Salihu, Ibrahim Aramide. 2015. Foreign Investors, Interests and Corporate Tax
Avoidance : Evidence from An Emerging Economy. Journal of
Contemporaru Accounting & Economics. Vol. 11, h. 138-147.

Samingun. 2012. Manajemen Laba untuk Tujuan Pajak: Determinan, Metode


Dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Perusahaan. Disertasi Universitas
Indonesia.

Scott,William R. 2015. Financial Accounting Theory , 5th edition. Prentice Hall


Inc.

Sipahelut, Riana Christy, Sri Murni Dan Paulina Van Rate. 2017. Analisis
Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan Sub Sektor
Otomotif dan Komponen Yang Terdaftar Di BEI Periode 2014-2016).
Jurnal EMBA, Vol.5 No.3 September 2017, Hal.4425-4434.

Soga, Sitti Wahyuningsih. 2015. Pengaruh Struktur Kepemilikan asing dan


Manajemen Laba Terhadap agresivitas Pajak. Universitas Gorontalo.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung:


Alfabeta.

Suyanto, Krisnata Dwi dan Supramono. 2012. Likuiditas, Leverage, Komisaris


Independen dan Manajemen Laba Terhadap Agresivitas Pajak
Perusahaan. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Vol. 16. No. 2 Mei 2012.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak


Penghasilan.

Watts, R.L, and J.L. Zimmerman. 1990. Positive Accounting Theory: A Ten Year
Perspective. The Accounting Review.

www.idx.com

www.kemenkeu.com

www.pajak.go.id

Yani, Pamor dani. 2018. Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Intensitas Persediaan,


Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tingkat Agresivitas Wajib Pajak Badan
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2012-2016. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi, Tanjung
Pinang : Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Anda mungkin juga menyukai