Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, FOREIGN OPERATION, LEVERAGE,

DAN PROFITABILITAS TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK


Oleh :
Bani Alkausar

156020301111004

A. PENDAHULUAN
Perusahaan sebagai salah satu wajib pajak memiliki kewajiban dalam membayar pajak
yang besarnya dihitung dari laba bersih yang diperolehnya. Semakin besar pajak yang
dibayarkan maka penerimaan negara akan semakin besar. Namun antara pihak pemerintah
dan wajib pajak (perusahaan) memiliki kepentingan yang berbeda. Dari pihak pemerintah
menginginkan agar wajib pajak dapat maksimal dalam membayar pajak, namun dari segi
wajib pajak perusahaan ingin mengefisienkan beban pajaknya sehingga memperoleh
keuntungan yang lebih besar dalam rangka menyejahterakan pemilik dan untuk keberlanjutan
hidup perusahaan (going concern). Mangoting (1999) dalam Maretta (2013) menyatakan
bahwa bagi perusahaan, pajak dianggap sebagai biaya, sehingga perlu dilakukan usaha-usaha
atau strategi-strategi tertentu untuk menguranginya. Usaha-usaha atau strategi-strategi yang
dilakukan merupakan bagian dari tax planning. Tujuan yang diharapkan dengan adanya tax
planning ini adalah meminimalkan pajak terutang untuk mencapai laba yang optimal.
Penghematan pajak dapat dilakukan dengan cara legal (tax avoidance) maupun secara
illegal (tax evasion). Maretta (2013) menyatakan agresivitas pajak merupakan keinginan
perusahan untuk meminimalkan beban pajak melalui aktivitas tax planning dengan tujuan
untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Aktivitas tax planning dilakukan melalui cara yang
legal, ilegal, maupun kedua-duanya. Jadi, agresivitas pajak merupakan perilaku wajib pajak
yang memiliki kecenderungan untuk menghindari pajak agar beban pajak yang akan
dibayarkan minimal.
Kasus agresivitas pajak tidak hanya dijumpai di Indonesia namun diseluruh dunia. Hal ini
telah diucapkan oleh Basri saat ditemui oleh majalah Tempo disela-sela acara " 6th Meeting
of the Global Forum on Transparency and Exchange of Information for Tax Purposes ", ia
mengatakan bahwa penghindaran pajak tidak hanya menjadi masalah di Indonesia, namun di
semua negara. Ada perusahaan-perusahaan besar dengan sistem yang seolah-olah dapat

memindahkan pembayaran pajak ke negara lain dan pada akhirnya perusahaan tersebut tidak
membayar pajak (www.tempo.com).
Di Indonesia, salah satu kasus agresivitas pajak dengan melakukan penghindaran pajak
(tax avoidance) dilakukan oleh Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) . Pada
tahun 2004 TMMIN melakukan restrukturisasi perusahaan. Setelah adanya restrukturisasi
tersebut laba sebelum pajak (gross margin) TMMIN menjadi lebih kecil yang awalnya laba
sebelum pajak selalu mengalami peningkatan antara 11% hingga 14%, setelah restrukturisasi
laba sebelum pajak hanya sebesar 7%. Dengan laba sebelum pajak yang lebih kecil maka
beban pajak yang ditanggung juga akan semakin kecil.Dalam pemeriksaan oleh pihak fiskus
ditemukan bahwa terjadi transfer pricing yang tidak wajar dengan perusahaan afiliasi di
Singapura (kontan.co.id).
Sedangkan kasus agresivitas pajak dengan melakukan penggelapan pajak (tax evasion)
dilakukan oleh PT.Asian Agri Group (AAG). AAG melakukan transfer pricing ke perusahaan
afliasi di luar negeri dengan harga di bawah harga pasar untuk kemudian dijual lagi ke
pembeli riil dengan harga tinggi. Dengan begitu beban pajak di dalam negeri bisa ditekan.
Selain itu, perusahaan-perusahaan luar negeri yang menjadi rekanan AAG sebagian adalah
perusahaan fiktif. Berdasarkan pemeriksaan dari pihak fiskus, ditemukan terjadinya
penggelapan pajak yang berupa penggelapan pajak penghasilan (PPh) dan pajak pertambahan
nilai (PPN). Pada tahun 2002-2005 terdapat Rp 2,62 triliun penyimpangan pencatatan
transaksi. Yaitu, penggelembungan biaya perusahaan hingga 1,5 triliun, mendongkrak
kerugian dari transaksi ekspor Rp 232 miliar, dan mengecilkan hasil penjualan sebesar Rp
889 miliar. (www.tempo.com).
Berdasarkan data pajak yang disampaikan oleh Dirjen Pajak pada tahun 2012 terdapat
50,9% perusahaan Penanaman Modal Asing yang melaporkan nihil nilai pajaknya,
perusahaan tersebut diketahui mengalami kerugian selama 7 tahun berturut-turut. Perusahaan
tersebut umumnya bergerak dalam bidang manufaktur dan pengolahan bahan baku (Dirjen
Pajak, 2013). Hal ini berpotensi merugikan negara karena menurut data Badan Pusat Statistik
(BPS) selama lima tahun berturut-turut penerimaan negara yang berasal dari pajak lebih dari
70% , sehingga dapat dikatakan bahwa pajak mempunyai peranan yang penting untuk
perekonomian negara serta kemakmuran rakyat bergantung pada pajak itu sendiri. Semakin
patuh seorang wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakannya maka akan semakin besar

penerimaan negara yang berasal dari pajak dan digunakan untuk kepentingan sebesarbesarnya bagi kemakmuran rakyat.
Dari kasus agresivitas pajak tersebut, kemungkinan tujuan perusahaan untuk
memaksimalkan nilai perusahaan tidak akan tercapai, jika pihak fiskus mengetahui tindakan
agresif terhadap pajak dan melakukan pemeriksaan pajak. Dengan adanya pemeriksaan
pajak, citra perusahaan akan buruk dimata publik karena dianggap tidak memenuhi
kewajibannya sebagai warga negara. Ini merupakan tanggung jawab manajemen perusahaan
(agent) sebagai perantara yang mewakili prinsipal agar nilai perusahaan maksimal (Jensen
dan Meckling, 1976). Namun, antara pihak prinsipal (pemegang saham) dan pihak agen
(manajemen) sering terjadi perbedaan kepentingan. Pemegang saham akan fokus pada
peningkatan nilai sahamnya sedangkan manajer fokus pada pemenuhan kepentingan pribadi.
Dalam teori keagenan Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa perusahaan yang
memisahkan fungsi pengelolaan dengan fungsi kepemilikan akan rentan terhadap agency
conflct. Konflik kepentingan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham dapat
diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan
yang terkait tersebut. Akibat dari munculnya mekanisme pengawasan tersebut menyebabkan
timbulnya suatu biaya yang disebut agency cost.
Salah satu cara untuk mengurangi agency cost adalah dengan meningkatkan kepemilikan
saham oleh pihak manajemen (Jensen dan Meckling, 1976). Analisisnya menyatakan bahwa
proporsi kepemilikan saham yang dikontrol oleh manajer dapat mempengaruhi kebijakankebijakan perusahaan. Selain itu, kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan
manajemen dan pemegang saham, sehingga pihak manajemen akan merasakan langsung
manfaat dari keputusan yang diambil dengan benar dan akan merasakan kerugian sebagai
konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah (Sari, 2010). Penelitian mengenai
pengaruh kepemilikan manajerial terhadap agresivitas pajak pernah diteliti oleh Hartadinata
dan Tjaraka (2013), hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi
kepemilikan manajerial maka semakin rendah tingkat keagresifan terhadap pajak.
Selain kepemilikan manajerial, tindakan agresivitas pajak juga bisa muncul dari berbagai
faktor lain. Salah satunya adalah foreign operation yang cenderung melakukan transfer
pricing dengan tujuan meminimalkan beban pajak. Dalam PSAK 10 (2010:10.1) kegiatan
usaha luar negeri (foreign operation) yaitu, suatu anak perusahaan (subsidiary), perusahaan

asosiasi (associates), usaha patungan (joint venture) atau cabang perusahaan pelapor, yang
aktivitasnya dilaksanakan di suatu negara di luar negara perusahaan pelapor. Foreign
operation dapat disebut sebagai perusahaan multinasional.
Menurut Suandy, Erly (2013:70) perusahaan multinasional adalah perusahaan yang
beroperasi melewati lintas batas antarnegara, yang terikat hubungan istimewa, baik karena
penyertaan modal saham, pengendalian manajemen atau penggunaan teknologi; dapat berupa
anak perusahaan, cabang perusahaan, agen dan sebagainya, dengan berbagai tujuan, antara
lain untuk memaksimalkan laba setelah pajak (meminimalkan pajak).
Cravens (1997) menyatakan sebesar 51% dari 542 sampel perusahaan multinasional (179
perusahaan yang diidentifikasi dari The World Directory of Multinationals dan 363
perusahaan yang terdaftar di US stock exchanges) melakukan transfer pricing dengan tujuan
untuk hal-hal yang berkaitan dengan pajak, terutama me-manage beban pajak. Di Indonesia
penelitian mengenai foreign operation dilakukan oleh Kamila dan Martani (2014), hasil
penelitian tersebut adalah foreign operation tidak berhubungan langsung dengan manajemen
laba melainkan dengan manajemen pajak, hal tersebut dikarenakan perusahaan yang
memiliki operasi di luar negeri memang diyakini memiliki insentif lebih untuk melakukan
manajemen pajak, yaitu adanya perbedaan tarif pajak antar negara sehingga perusahaan dapat
melakukan income shifting dari negara yang memiliki tarif pajak tinggi ke negara yang
memiliki tarif pajak rendah.
Faktor lain yang diprediksi dapat meyebabkan agresivitas pajak adalah faktor keuangan.
Dalam penelitian ini, faktor keuangan yang digunakan adalah leverage dan profitabilitas.
Leverage menunjukkan penggunaan utang untuk membiayai investasi (Sartono, 2002).
Leverage merupakan rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan utang
dalam pendanaan kegiatan operasionalnya. Semakin banyak perusahaan menggunakan utang
sebagai pembiayaan operasional perusahaan maka perusahaan akan semakin menghemat
pajak. Karena bunga pinjaman tersebut dapat dikurangkan dalam menghitung penghasilan
kena pajak. Hal tersebut tercantum dalam Undang Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang
Pajak Penghasilan Pasal 6 Ayat 1 Huruf (a).
Pengaruh leverage terhadap agresivitas pajak perusahaan sebelumnya pernah diteliti oleh
Suyanto (2012) , hasil penelitiannya adalah leverage perusahaan manufaktur berpengaruh
positif dan signifikan terhadap agresivitas pajak perusahaan, atau dengan kata lain adanya

pengaruh yang kuat antara leverage perusahaan terhadap tingkat agresivitas pajak
perusahaan, dimana semakin tinggi leverage maka semakin tinggi agresivitas pajak
perusahaan.
Faktor keuangan selanjutnya adalah profitabilitas. Secara umum profitabilitas diukur
menggunakan rasio Return On Asset (ROA). Gibson (2007:285) dalam Tjahyono (2014)
menyebutkan bahwa ROA mengukur kemampuan perusahaan untuk memanfaatkan aset
perusahaan untuk menciptakan keuntuangan dengan membandingkan keuntungan dengan
aset yang menghasilkan laba. Semakin tinggi rasio tersebut berarti profitabilitas perusahaan
semakin tinggi, dan semakin tinggi pula laba perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh
maka akan semakin besar beban pajak yang akan dibayarkan, sehingga hal tersebut menjadi
faktor perusahaan untuk melakukan tax planning agar beban pajak yang akan dibayarkan
minimal. Tindakan manusia yang didorong oleh faktor eksternal dan faktor eksternal ini
terkait dengan teori atribusi.
Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi memiliki kesempatan untuk memposisikan
diri dalam tax planning yang mengurangi jumlah beban kewajiban perpajakan (Chen et al.,
2010 dalam Kurniasih dan Sari, 2013). Kurniasih dan Sari (2013) telah melakukan penelitian
mengenai profitabilitas dan pengaruhnya terhadap tax avoidance, penelitian tersebut
menggunakan rasio return on asset. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
profitabilitas berpengaruh signifikan secara simultan dan parsial terhadap tax avoidance.
Penelitian ini merupakan penelitian replikasi yang merupakan gabungan dari penelitianpenelitian terdahulu dengan menambahkan variabel foreign operation sebagai variabel
indipenden kedalam model penelitian, sehingga dipilih variabel kepemilikan manajerial,
leverage, foreign operation, dan profitabilitas sebagai variabel indipenden dan variabel
agresivitas pajak sebagai variabel dependen. Berdasarkan uraian diatas yang menjadi
rumusan masalah di penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Apakah kepemilikan manajerial
berpengaruh terhadap agresivitas pajak? 2) Apakah foreign operation berpengaruh terhadap
agresivitas pajak? 3) Apakah leverage berpengaruh terhadap agresivitas pajak? 4) Apakah
profitabilitas berpengaruh terhadap agresivitas pajak?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial,
foreign operation, leverage, dan profitabilitas terhadap agresivitas pajak. Penelitian ini
diharapkan bisa memberikan kontribusi kebijakan yang nantinya digunakan oleh pemerintah

khususnya dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak dalam membuat kebijakan terkait dengan
masalah agresivitas pajak.
B. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
1. Agency Theory
Menurut Jensen dan Meckling (1976) agency theory adalah teori yang menjelaskan
agency relationship dan masalah-masalah yang ditimbulkannya. Pada agency theory yang
disebut prinsipal adalah pemegang saham dan yang dimaksud agen adalah manajemen yang
mengelola perusahaan. Menurut Kim, Nofsinger, dan Mohr (2010) dalam Hidayanti (2013)
pada umumnya terdapat pemisahan antara pemilik perusahaan (investor) dengan manajemen
yang akan mempengaruhi pertumbuhan dari bisnis suatu perusahaan. Adanya pemisahan
kepemilikan antara pemilik perusahaan dengan manajemen yang menjalankan perusahaan
akan menimbulkan konflik di dalam perusahaan. Konflik tersebut biasanya muncul karena
perbedaan kepentingan antara pihak manajemen dengan pemilik perusahaan.
2. Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action)
Theory of Reasoned Action atau biasa disebut TRA dikembangkan oleh Icek Ajzen dan
Martin Fishbein (1980). TRA menjelaskan bahwa perilaku dilakukan karena individu
mempunyai niat atau keinginan untuk melakukannya (behavioralintention). Asumsi theory of
reasoned action adalah manusia berperilaku dengan cara yang sadar, bahwa mereka
mempertimbangkan informasi yang tersedia, dan secara implisit dan eksplisit juga
mempertimbangkan implikasi dari tindakan yang dilakukan tersebut.
Dalam lingkungan bisnis, wajib pajak akan memiliki niat atau keinginan untuk
meminimalkan beban pajak dengan mempertimbangkan informasi yang tersedia, karena
beban pajak merupakan pembiayaan bagi perusahaan yang dapat mengurangi laba
perusahaan. Tolok ukur penilaian kinerja keuangan perusahaan dilihat dari laba, jika laba
kecil investor akan menilai bahwa kinerja perusahaan kurang baik, lingkungan seperti ini
akan mempengaruhi wajib pajak untuk agresif terhadap pajak.
3. Agresivitas Pajak
Frank, lynch, dan Rego (2006) dalam Hidayanti (2013) mendefinisikan agresivitas pajak
sebagai manajemen ke bawah dari kegiatan kena pajak penghasilan melalui perencanaan
pajak, mengelola pajak merupakan bagian penting dari pekerjaan seorang manajer, karena
pajak merupakan biaya yang signifikan untuk perusahaan dan pemegang saham. an

penghematan pajak yang akan dilakukan. Tindakan pajak agresif erat kaitannya dengan
aktivitas perlawanan terhadap pajak. Ada dua bentuk perlawanan pajak yang dilakukan oleh
warga negara menurut R. Santoso Brotihardjo (1993:13-14) dalam Pohan (2013:23), yaitu
perlawanan pasif dan perlawanan aktif. Dalam kaitannya dengan perlawanan aktif, menurut
Pohan (2013:23) ada beberapa modus yang biasanya digunakan wajib pajak untuk
menghindari pajak, yakni : 1. Tax Avoidance 2. Tax Evasion 3. Tax Saving.
4. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah kondisi yang menunjukkan bahwa manajer memiliki
saham dalam perusahaan atau manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham
perusahaan. Pihak tersebut adalah mereka yang duduk di dewan komisaris dan dewan direksi
perusahaan (Rustiarini, 2011). Kepemilikan manajerial diukur dengan proporsi saham yang
dimiliki perusahaan pada akhir tahun dan dinyatakan dalam presentase. Semakin besar
proporsi kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen akan berusaha lebih
giat untuk kepentingan pemegang saham yang notabene adalah mereka sendiri. Sehingga
terdapat insentif bagi manajer untuk memaksimalkan nilai perusahaan ketika kepemilikan
manajerialnya meningkat (Jensen dan Meckling, 1976).
Prasetyo (2009) dalam Murniati (2012) berpendapat bahwa kepemilikan manajerial dapat
mengurangi masalah agensi karena kinerja manajer akan lebih baik seiring dengan
peningkatan kepemilikan saham dalam perusahaan tersebut. Manajer akan berusaha lebih
giat untuk memperbaiki kinerja perusahaan, yang akhirnya dapat meningkatkan nilai
perusahaan dan meningkatkan kekayaannya sendiri. Hartadinata dan Tjaraka (2013)
menyatakan semakin tinggi rasio kepemilikan manjerial maka akan semakin rendah tingkat
keagresifan perusahaan terhadap pajak.
5. Foreign Operation
Foreign operation dalam PSAK 10 (2010:10.1) adalah kegiatan usaha luar negeri (foreign
operation) yaitu, suatu anak perusahaan (subsidiary), perusahaan asosiasi (associates), usaha
patungan (joint venture) atau cabang perusahaan pelapor, yang aktivitasnya dilaksanakan di
suatu negara di luar negara perusahaan pelapor. Menurut Suandy (2013:70) perusahaan
multinasional adalah perusahaan yang beroperasi melewati lintas batas antarnegara, yang
terikat hubungan istimewa, baik karena penyertaan modal saham, pengendalian manajemen
atau penggunaan teknologi; dapat berupa anak perusahaan, cabang perusahaan, agen dan

sebagainya, dengan berbagai tujuan, antara lain untuk memaksimalkan laba setelah pajak
(meminimalkan pajak).
Perusahaan Multinasional dapat saja menggunakan transfer pricing yang lebih rendah
dari arm's length price (tingkat harga antara pembeli dan penjual independen, bebas
melakukan transaksi), untuk tujuan mengefisienkan beban pajaknya atau menggunakan harga
yang lebih tinggi dari arm's length price untuk tujuan-tujuan tertentu. Namun demikian,
apapun alasannya, apabila terjadi transaksi antar-grup yang menyimpang dari arm's length
price, apakah harga tersebut lebih rendah atau lebih tinggi, hal ini disinyalir sebagai usaha
untuk menggeser laba perusahaan dari satu grup ke grup lainnya dan hal ini berarti pula
bahwa pajak yang terutang di kedua grup yang terlibat tersebut akan mengalami perubahan
(Permatasari, 2004).
6. Leverage
Rasio leverage digunakan untuk menjelaskan penggunaan hutang untuk membiayai
sebagian dari pada aktiva korporasi. Leverage dihitung dari total hutang jangka panjang
dibagi dengan total aset yang tujuannya adalah menggambarkan struktur modal perusahaan
dan menangkap keputusan pembiayaan perusahaan. Tingkat leverage perusahaan dapat
menggambarkan risiko keuangan perusahaan. Hal ini disebabkan karena leverage merupakan
alat untuk mengukur seberapa besar perusahaan bergantung pada kreditur dalam membiayai
aset perusahaan (Maretta, 2013). Pembiayaan dengan hutang mempunyai pengaruh bagi
korporasi karena hutang mempunyai beban yang bersifat tetap. Penggunaan hutang
memberikan subsidi pajak atas bunga (Tampubolon, 2013:41).
7. Profitabilitas
Dalam setiap operasional perusahaan, yang menjadi tujuan utama dari usahanya yaitu
mencari keuntungan atau profitabilitas (Nugrahani, 2012) dalam Kurniasih dan Sari.
Profitabilitas adalah kemampuan manajemen untuk memperoleh laba. Laba terdiri dari laba
kotor, laba operasi, dan laba bersih (Utari, dkk., 2014:63). Profitabilitas dalam penelitian ini
menggunakan rasio Return on Assets (ROA). Rasio ini merupakan suatu indikator yang
mencerminkan performa keuangan perusahaan, semakin tingginya nilai ROA yang mampu
diraih oleh perusahaan maka performa keuangan perusahaan tersebut dapat dikategorikan
baik. Menurut Chen et al., (2010) dalam Kurniasih dan Sari (2013) perusahaan yang

memiliki profitabilitas tinggi memiliki kesempatan untuk memposisikan diri dalam tax
planning dengan tujuan untuk mengurangi jumlah beban kewajiban perpajakan.
8. Kerangka Konseptual
Kepemilikan
Manajerial
(X1)
Foreign
Operation
(X2)
Leverage
(X3)

Agresivitas
Pajak
(Y)

Profitabilitas
(X4)

9. Perumusan Hipotesis
Hipotesis bisa didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis di antara
dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk penyataan yang dapat diuji (Sekaran,
2007:135). Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut :
H1 : Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap agresivitas pajak.
H2 : Foreign operation bepengaruh terhadap agresivitas pajak.
H3 : Leverage berpengaruh terhadap agresivitas pajak.
H4 : Profitabilitas berpengaruh terhadap agresivitas pajak.
C. METODE PENELITIAN
1. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan manufaktur dipilih karena dari data dirjen pajak,
secara umum perusahaan yang melakukan penghindaran pajak adalah perusahaan yang
bergerak dalam bidang pengolahan bahan baku dan perusahaan manufaktur. Sampel adalah
suatu himpunan bagian dari populasi yang anggotanya disebut sebagai subjek (Suharso, 2009
: 56). Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Purposive sampling adalah
pengambilan sampel bertujuan dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi

berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria pertimbangan dalam pemilihan sampel pada penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan mempunyai kelengkapan data
berupa laporan keuangan yang telah diaudit dan mempublikasikan annual report
selama periode 2013-2014.
b. Perusahaan yang memiliki data kepemilikan saham manajerial.
c. Perusahaan yang memiliki laba bernilai positif selama tahun penelitian.
d. Perusahaan yang mencantumkan beban pajak penghasilan selama tahun penelitian.
e. Perusahaan yang memiliki rentang ETR anatar 0-1.
f. Perusahaan yang mengungkapkan laporan keuangan dalam mata uang rupiah.
2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, sedangkan sumber data yang
digunakan adalah data sekunder.

Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini

diperoleh dari laporan keuangan dan annual report perusahaan manufaktur yang tercatat di
BEI berdasarkan kriteria yang ditentukan selama tahun 2011-2013 dan yang dipublikasikan
dalam situs resmi BEI yaitu www.idx.co.id. Pencarian sumber data lain seperti literatur
terkait penelitian diakses melalui internet.
3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
a. Studi Pustaka
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengkaji berbagai
literatur seperti buku-buku, jurnal, artikel, hasil penelitian terdahulu dan sumbersumber lain yang berkaitan dengan topik pembahasan dalam penelitian ini.
b. Studi Dokumentasi
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu mengumpulkan
seluruh data sekunder dan informasi yang dibutuhkan terkait masalah yang diteliti.
Sumber data dokumenter yang dibutuhkan seperti laporan keuangan dan annual report
perusahaan manufaktur yang menjadi sampel dari penelitian.
4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel
independen dan dependen. Adapun identifikasi variabel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Variabel Independen (X)
Variabel independen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Kepemilikan Manajerial (X1)
Kepemilikan manajerial didefinisikan sebagai tingkat kepemilikan saham pihak
manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan di perusahaan.
Tugas manajemen di sini yaitu mengendalikan, mengorganisir, dan mengawasi.
Kepemilikan manajemen yang dimaksud adalah kepemilikan saham oleh direktur dan
komisaris. Variabel ini diukur dari jumlah presentase saham yang dimiliki manajemen
pada akhir tahun. Pengukuran kepemilikan manajerial ini sesuai dengan yang
digunakan dalam penelitian Wahidahwati (2002) dan Haruman (2008) dalam Sari
(2010).
MOWN =

Jumla h Sa h amPi h akManajemen


TotalSa h amYangBeredar

2) Foreign Operation (X2)


Foreign Operation merupakan perusahaan di Indonesia yang memiliki anak
perusahaan yang beroperasi di luar negeri. Variabel ini diukur dengan menggunakan
variabel dummy seperti yang dilakukan oleh Kamila dan Martani (2014), yaitu nilai 1
jika perusahaan memiliki anak perusahaan di luar negeri dan nilai 0 jika perusahaan
tidak memiliki anak perusahaan di luar negeri.
3) Leverage (X3)
Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar
kegiatan operasional (produksi) perusahaan mengunakan pendanaan yang berasal dari
utang. Variabel ini diukur dengan membandingkan antara total hutang dengan total
aset perusahaan (aset mencerminkan kegiatan operasional perusahaan) Suyanto
(2012). Seperti yang digambarkan dalam rumus di bawah ini:
Leverage =
4) Profitabilitas

TotalUtang
TotalAsset

Profitabilitas adalah gambaran kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan


laba dari pengelolaan asset yang digunakan perusahaan. Dalam penelitian ini rasio
profitabilitas diukur dengan menggunakan ROA (Return On Asset). Return On Asset
membandingkan antara laba (rugi) bersih setelah pajak dengan total asset seperti
dalam penelitian Kurniasih (2013). Seperti yang dirumuskan di bawah ini:
ROA =

Laba ( rugi ) bersi h setela h pajak


TotalAsset

b. Variabel Dependen (Y)


Variabel Dependen sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam
bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan
variabel yang ditentukan atau dipengaruhi atau tergantungoleh variabel bebas (Agung,
2012:18). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah agresivitas pajak.
1) Agresivitas Pajak (Y)
Agresivitas pajak merupakan upaya yang dilakukan oleh wajib pajak (perusahaan)
agar beban perpajakannya tidak terlalu tinggi, yang dilakukan secara legal. Semakin
perusahaan menggunakan celah peraturan perpajakan untuk menghemat beban pajak,
maka perusahaan dianggap telah melakukan tindakan pajak agresif meskipun
tindakan tersebut tidak menyalahi peraturan yang ada (Kamila dan Martani, 2014) .
Agresivitas pajak dalam penelitian ini menggunakan proksi ETR. Proksi ini telah
digunakan oleh Suyanto (2012) untuk mengetahui tingkat keagresivan pajak. ETR
merupakan ukuran hasil berbasis pada laporan laba rugi yang secara umum mengukur
efektivitas dari strategi pengurangan pajak dan mengarahkan pada laba setelah pajak
yang tinggi. ETR dirumuskan sebagai berikut :
ETR =

BebanPajakPeng h asilan
LabaSebelumPajak

5. Teknik Analisis Data


1) Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda bertujuan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel
independen terhadap variabel dependen. Setiap variabel independen diuji untuk mengetahui
hubungan positif atau negatif dari nilai variabel dependen. Jadi, analisis regresi berganda

dimaksudkan untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen, bila
dua atau lebih variabel independen dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Persamaan
regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis secara keseluruhan dalam penelitian ini
sebagai berikut:
ETR = 0 + 1MOWNit + 2FOit + 3LEVERAGEit + 4ROAit +
Keterangan:
ETR

: Effective Tax Rate

: Konstanta

1,2,3 4

: Koefisien variabel

MOWN

: Perbandingan kepemilikan manajemen dengan total saham yang beredar

FO

: Foreign Operation berdasarkan kepemilikan anak perusahaan di luar


negeri.

LEVERAGE : Perbandingan total utang dengan total asset


ROA

: Perbandingan total laba (rugi) setelah pajak dengan total asset

: Error

2) Uji Asumsi Klasik


a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2013:160). Uji statistik dalam
normalitas yang umum digunakan adalah uji kolmogrov-smirnov. Adapun pengambilan
keputusan adalah :
a) Jika probabilitas > 0,05 maka menunjukkan distribusi normal pada model yang
digunakan.
b) Jika probabilitas < 0,05 maka menunjukkan distribusi yang tidak normal pada model
yang digunakan.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka
variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang
nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol.

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance
dan variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel
independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Variabel independen
menjadi variabel dependen dan diregres terhadap variabel lainnya. Tolerance mengukur
variabiltas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen
lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/
Tolerance). Nilat cutoff yang umum digunakan untuk menunjukkan adanya multikolinieritas
adalah toleransi 0,10 atau sama dengan nilai VIF 10 (Ghozali, 2013:105).
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periodesebelumnya (t-1)
dalam model regresi linier. Untuk mengetahui apakah asumsi tidak terjadi autokorelasi telah
terpenuhi, maka dapat diuji dengan uji statistic Durbin-Watson. Jika nilai DW berada di
antara dU sampai dengan 4 - dU maka tidak ada autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Apabila
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik
adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas (Ghozali, 2013:139).
3) Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol
dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013:97).
4) Pengujian Hipotesis
a. Uji Parsial (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen

(Ghozali, 2013:98). H0 yang akan diuji adalah apakah suatu parameter dalam model
sama dengan nol, atau :
H0 : bi = 0
Artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (HA) parameter suatu
variabel tidak sama dengan nol, atau:
HA : bi 0
Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut:
1. Jika jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan derajat kepercayaan
sebesar 5%, maka H0 yang menyatakan bi = 0 dapat ditolak bila nilai t lebih besar
dari 2 (dalam nilai absolut). Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif,
yang

menyatakan

bahwa

suatu

variabel

independen

secara

individual

mempengaruhi variabel dependen.


2. Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel. Apabila nilai
statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai t tabel, kita menerima
hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara
individual mempengaruhi variabel dependen.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Sartono, R. 2002. Manajemen Keuangan : Teori dan Aplikasi. Edisi keempat. Yogyakarta :
BPFE.
Ajzen, Icek. 1991. The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and Human
Decision Processe. University of Massachusetts at Amherst. USA. DOI: 0749-5978/91Vol.
50, 179 211
Cravens, S.K. (1997). Examining The Role Of Transfer Pricing As A Strategy For Multinational
Firms, International Business Review, 6 (2), 127-145. http://dx.doi.org/10.1016/S09695931(96)00042-X
Hartadinata, Okta S dan Heru Tjaraka. 2013. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial,
Kebijakan Hutang, dan Ukuran Perusahaan terhadap Tax Aggressiveness. Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Tahun XXIII No. 3 Desember 2013.
Hidayanti. 2013. Pengaruh Antara Kepemilikan Keluarga Dan Corporate Governance Terhadap
Tindakan Pajak Agresif. Jurnal Akuntansi dan Auditting.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2010). Pernyataan Standar Akuntansi Kuangan No. 10 (revisi 2010)
Transaksi Dalam Mata Uang Asing. Jakarta
Imam, Ghozali. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang : BP
Universitas Diponegoro
Jensen, M. and Meckling, W. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior Agency Cost, and
Ownership Structure. Journal of Finance Economics 3
Kamila, Putri Almainda dan Martani, Dwi. 2014. Analisis Hubungan Agresivitas Pelaporan dan
Agresivitas Pajak. Jurnal Akuntansi Multi Paradigma (JAMAL)
Kurniasih, T., & Sari, M. M. (2013). Pengaruh Profitabilitass, Leverage, Corporate Governance,
Ukuran Perusahaan, dan Kompensasi Rugi Fiskal pada Tax Avoidance. Buletin Studi
Ekonomi , 18, 58 - 66.
Permatasari. 2004. Transfer Pricing Sebagai Salah Satu Strategi Perencanaan Pajak Bagi
Perusahaan Multi Nasional. Jurnal Bina Ekonomi.
Pohan, Chairil Anwar. 2013. Manajemen Perpajakan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Rustiarini. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham pada Pengungkapan Corporate Social
Responsibility. AUDI (Jurnal Akuntansi dan Bisnis).
Sari, I. (2010). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kinerja Perbankan
Nasional, Skripsi Fakultas Ekonomi Univer-sitas Diponegoro Semarang.
Sekaran, Uma. 2007. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Suandy, Erly. 2003. Perencanaan Pajak. Edisi 3. Jakarta : Salemba Empat.
Suharso, puguh. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Bisnis : Pendekatan Filosofi dan
Praktis.
Suyanto, K.D., & Supramono. 2012. Likuiditas, Leverage, Komisaris Independen dan
Manajemen Laba terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan. Jurnal Keuangan dan Perbankan,
2 (16), 167-177.
Yenni Mangoting. 1999. Tax Planning : Sebuah Pengantar Sebagai Alternatif Meminimalkan
Pajak. Universitas Kristen Petra : Semarang.
Yoehana, Maretta. 2013. Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap
Agresivitas Pajak. Semarang.
http://bisnis.tempo.co/read/news/2013/11/21/087531337/120-negara-bahas-masalahpenghindaran-pajak

http://nasional.kontan.co.id/news/sengketa-pajak-toyota-motor-menanti-palu-hakim
http://www.tempo.co/topik/lembaga/688/Asian-Agri-Group

Anda mungkin juga menyukai