Anda di halaman 1dari 27

Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Keluarga dan Corporate

Governance Terhadap Penghindaran Pajak Di Indonesia

KESIT BAMBANG PRAKOSA


Universitas Islam Indonesia

Abstraksi
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh profitabilitas,
kepemilikan keluarga, dan corporate governance terhadap penghindaran
pajak (tax avoidance). Penghindaran pajak (tax avoidance) merupakan
variabel dependen dalam penelitian ini. Penghindaran pajak (tax avoidance)
diukur dengan cash effective tax rate (CETR). Variabel independen yang
diteliti antara lain profitabilitas, kepemilikan keluarga, dan corporate
governance. Penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol yaitu,
leverage, ukuran perusahaan, dan kompensasi rugi fiskal. Sampel penelitian
ini adalah 58 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2009 – 2012. Sampel dipilih dengan menggunakan metode
purposive sampling. Analisis data dilakukan dengan uji asumsi klasik dan
pengujian hipotesis dengan metode regresi linier berganda. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas, kepemilikan keluarga dan
komisaris independen berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak.

Kata kunci: profitabilitas, kepemilikan keluarga, corporate governance,


penghindaran pajak

Abstract
This research aims to analyze the effect of Profitabilitass (ROA), family
ownership, and corporate governance on tax avoidance. Tax avoidance are
dependent variable on this research. Tax avoidance wa measured by cash
effective tax rate (CETR). ROA, family ownership, and corporate
governance are independent variables on this research. This research also
uses the control variables are leverage, firm size, and fiscal lost
compensation.The sample of this research was 58 manufactur companies
listed in Indonesia Stock Exchange for the years 2009-2012. This research
used purposive sampling criteria and double linear regress ion analysis test.
The result show that Profitabilitass (ROA), family ownership, and
independent commissioners have significant negatively effect on tax
avoidance.

Keywords: profitibility, family owners, corporate governance, tax


avoidance

SNA 17 Mataram, Lombok 1 File ini diunduh dari:


Universitas Mataram www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
24-27 Sept 2014
1. PENDAHULUAN
Pajak bagi perusahaan pajak merupakan beban yang akan mengurangi laba bersih,
dan sudah jadi rahasia umum perusahaan selalu menginginkan pembayaran pajak
seminimal mungkin (Hardika,2007; Kurniasih & Sari, 2013). Ada tiga tahapan/langkah
akan dilakukan perusahaan dalam meminimalkan pajak yang dikenakan (Marihot
Pahala Siahaan, 2010). Langkah pertama,perusahaan berusaha untuk menghindari pajak
baik secara legal maupun ilegal. Langkah yang kedua, mengurangi beban pajak
seminimal mungkin baik secara legal maupun ilegal. Langkah ketiga atau terakhir,
adalah apabila kedua langkah sebelumnya tidak dapat dilakukan maka wajib pajak akan
membayar pajak tersebut. Inilah strategi dalam melakukan perencanaan pajak. Tidak
sedikit perusahaan yang melakukan perencanaan pajak (tax planning)dengan tujuan
untuk meminimalisasi pajak yang harus dibayar oleh perusahaan.
Perencanaan pajak yang masih dalam koridor Undang-Undang disebut
penghindaran pajak (tax avoidance). Penghindaran pajak merupakan usaha untuk
mengurangi hutang pajak yang bersifat legal, kegiatan ini memunculkan resiko bagi
perusahaan antara lain denda dan buruknya reputasi perusahaan dimata publik. Apabila
penghindaran pajak melebihi batas atau melanggar hukum dan ketentuan yang berlaku
maka aktivitas tersebut dapat tergolong ke dalam penggelapan pajak (tax evasion).
Penggelapan pajak adalah usaha untuk mengurangi hutang pajak yang bersifat ilegal.
Oleh karenanya persoalan penghindaran pajak merupakan persoalan yang rumit dan
unik. Di satu sisi penghindaran pajak diperbolehkan, tapi di sisi yang lain penghindaran
pajak tidak diinginkan(Budiman & Setiyono, 2012).Dalam beberapa tahun terakhir
otoritas pajak tampaknya telah berusaha dengan semaksimal mungkin tidak hanya
menegakkan batas yang jelas antara penghindaran pajak dan penggelapan pajak dalam
upaya perencanaan pajak, tetapi juga untuk mencegah Wajib Pajak masuk ke dalam
ambiguitas yang ditimbulkan oleh peraturan perpajakan (Bovi, 2005; Annisa &
Kurniasih, 2012).
Fenomena penghindaran pajak di Indonesia, pada tahun 2005 terdapat 750
perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) yang ditengarai melakukan penghindaran
pajak dengan melaporkan rugi dalam waktu 5 tahun berturut-turut dan tidak membayar
pajak (Bappenas, 2005). Berdasarkan data pajak yang di sampaikan oleh Dirjen Pajak
pada tahun 2012 ada 4.000 perusahaan PMA yang melaporkan nihil nilai pajaknya,
perusahaan tersebut diketahui ada yang mengalami kerugian selama 7 tahunberturut-
turut. Perusahaan tersebut umumnya bergerak pada sektor manufaktur dan pengolahan

SNA 17 Mataram, Lombok 2 File ini diunduh dari:


Universitas Mataram www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
24-27 Sept 2014
bahan baku (DJP, 2013).Sedangkan di Amerika paling tidak terdapat seperempat dari
jumlah perusahaan telah melakukan penghindaran pajak yakni dengan membayar pajak
kurang dari 20% padahal rata- rata pajak yg dibayarkan perusahaan mendekati 30%
(Dyreng at al., 2008).
Anderson dan Reeb (2003) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki
profitabilitas yang lebih baik serta perusahaan yang memiliki nilai kompensasi rugi
fiskal yang lebih sedikit, terlihat memiliki nilai effective tax rates (ETRs) yang lebih
tinggi.Profitabilitas merupakan gambaran kinerja keuangan perusahaan dalam
menghasilkan laba dari pengelolaan aktiva yang dikenal dengan Return On Asset
(ROA). ROA yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan
untuk beroperasi perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. ROA
dinyatakan dalam prosentase, semakin tinggi nilai ROA, maka akan semakin baik
kinerja perusahaan tersebut. ROA memiliki keterkaitan dengan laba bersih perusahaan
dan pengenaan pajak penghasilan untuk perusahaan (Kurniasih & Sari, 2013). Semakin
tinggi profitabilitas perusahaan akan semakin tinggi pula laba bersih perusahaan yang
dihasilkan.
Pajak penghasilan yang disetorkan, bagi pemilik perusahaan juga dianggap
merupakan biaya perusahaan. Walaupun pajak merupakan biaya bagi perusahaan
(agency) dan pemilik (principles),namun tidak serta merta membuat perusahaan
melakukan tindakan penghindaran pajak. Hal ini dikarenakan tindakan penghindaran
pajak dapat menimbulkan konsekuensi biaya lain, yaitu biaya akibat dari masalah yang
timbul akibat adanya masalah keagenan (agency problem). Menurut Chen et al. (2010)
perbandingan tingkat kecenderungan menghindari pajak antara perusahaan keluarga
dengan perusahaan non-keluarga tergantung dari besarnya efek manfaat atau biaya yang
timbul dari tindakan penghindaran pajak tersebut.Perusahaan keluarga lebih rela
membayar pajak lebih tinggi (tidak melakukan penghindaran pajak), daripada harus
bayar denda pajak dan menghadapi kemungkinan rusaknya reputasi keluarga akibat
pemeriksaan pajak dari fiskus. Hasil penelitian Chen et al. (2010) yang
mengindikasikan bahwa peusahaan non-keluarga memiliki tingkat kecenderungan
menghindari bayar pajak yang lebih tinggi daripada perusahaan keluarga. Hal ini terjadi,
diduga karena masalah keagenan lebih besar terjadi pada perusahaan non-keluarga.
Namun hasil penelitian Sari dan Martani (2010) berbeda dengan hasil penelitian Chen et
al. (2010) yang memperlihatkan bahwa kepemilikan keluarga cenderung bertindak lebih
agresif dalam melakukan penghindaran pajak daripada perusahaan non-keluarga.

SNA 17 Mataram, Lombok 3 File ini diunduh dari:


Universitas Mataram www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
24-27 Sept 2014
Desai dan Dharmpala (2006); Rego dan Wilson (2009) menyatakan bahwa
perusahaan memiliki kecenderungan untuk melakukan penghindaran pajak. Penelitian
yang dilakukan Dyreng at al (2010) memperoleh hasil bahwa pimpinan perusahaan
(executive) secara individu memiliki peran yang signifikan terhadap tingkat
penghindaran pajak perusahaan. Dalam penelitian Desai dan Dharmapala (2006)
menemukan bahwa hubungan antara kompensasi insentif dengan tindakan penghindaran
pajak bersifat negatif. Hubungan negatif ini lebih banyak terjadi pada perushaan-
perusahaan yang memiliki tingkat corporate governance (CG) rendah, yang dalam
pengelolaan perusahaan sifat oportunis manajer diduga merupakan faktor yang
dominan.Menurut Haruman (2008), CG dalam perusahaan akan menetukan arah kinerja
perusahaan. Ketika suatu perusahaan telah menerapkan CGdengan baik maka akan
tercipta kinerja perusahaan yang lebih efektif dan berdampak pada keputusan yang
efektif dalam menentukan kebijakan yang terkait besaran tarif pajak efektif perusahaan
(Hanum & Zulaikha, 2013).
Ketika kepemilikan dan manajemen sebuah perusahaan dilakukan secara
terpisah, maka terjadilah proses kontrak kerja dan pengawasan yang tidak sempurna
sehingga membuka peluang bagi manajer untuk melakukan tindakan yang oportunis
(Desai dan Dharmapala 2007). Pemenuhan kewajiban perpajakan perusahaan
merupakan bagian unsur struktur penilaian dari CG, namun di sisi lain perencanaan
pajak salah satu dinamika CG dalam suatu perusahaan (Friese, Link dan Mayer,
2006;Annisa & Kurniasih, 2012).
Pengukuran penghindaran pajak sulit dilakukan, hal ini disebabkan data
pembayaran pajak dalam Surat Pemberitahuan Pajak (SPT-PPh) sulit diperoleh di
lapangan karena bersifat rahasia. Untuk mengukur penghindaran pajak, maka dilakukan
pendekatan tidak langsung, yaitu menghitung perbedaan antara laba sebelum pajak
dengan laba kena pajak (gap between financial and taxable income). Laba sebelum
pajakmerupakan laba yang dilaporkan ke pemegang saham (investor)yang
menggunakan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).Sedangkan Laba Kena Pajak, yaitu
laba yang disusun berdasar Peraturan Perpajakan, perperbedaan ini terkenal dengan
sebutan book tax gap (Desai dan Dharmapala, 2007).
Penelitian tentang pengaruh corporate governance terhadap tax avoidance,
dilakukan oleh Sartori (2010); Friese, Link dan Mayer (2006); Chen dan Chu (2010);
Bovi (2005), Chai dan Liu; Kim, Li dan Li (2010); dll. Sejumlah penelitian di luar
negeri menunjukkan bahwacorporate governance yang efektif berpengaruh negatif pada

SNA 17 Mataram, Lombok 4 File ini diunduh dari:


Universitas Mataram www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
24-27 Sept 2014
aktivitas tax avoidance (Annisa & Kurniasih, 2012). Beberapa penelitian mengenai
kepemilikan keluarga juga dilakukan oleh Siregar (2005), Aditomo (2009), Sari dan
Martani (2010), Chen et al. (2010), secara umum menyatatakanbahwa ada hubungan
negatif antara corporate governance dengan tax avoidance. Namun hasil penelitian
Sartori (2010)menyatakan bahwa hubungan antara corporate governance dengan tax
avoidance adalah positif jika diikuti dengan rendahnya biaya agensi dan biaya transaksi.
Berikut beberapa hasil penelitian penghindaran pajak dengan beberapa variabel
yang berbeda. Richardson dan Lanis (2007) meneliti pengaruh leverage terhadap tax
avoidance menyatakan bahwa untuk variabel leverage, karena adanya beban bunga
akan mengurangi beban pajak, maka semakin tinggi nilai utang jangka perusahaan maka
nilai ETRs perusahaan akan semakin rendah. Artinya, leverage berpengaruh negatif
terhadap penghindaran pajak. Dari Richardson dan Lanis (2007), Siegfried (1972)
menyatakan semakin besar perusahaan maka akan semakin rendah ETRs yang
dimilikinya, hal ini dikarenakan perusahaan besar lebih mampu menggunakan sumber
daya yang dimilikinya untuk membuat suatu perencanaan pajak yang baik (political
power theory). Namun perusahaan tidak selalu dapat menggunakan power yang
dimilikinya untuk melakukan perencanaan pajak, karena adanya batasan berupa
kemungkinan menjadi sorotan dan sasaran dari keputusan regulator – political cost
theory (Watts dan Zimmerman,1986). Oleh karena itu ukuran perusahaan dikontrol. Di
sisi lain, tingkat pertumbuhan usaha perusahaan (diproksikan dengan market-to- book
ratio–MB) juga dikontrol karena Manzon dan Plesko (2002) menyatakan bahwa
perusahaan yang sedang bertumbuh akan lebih suka melakukan investasi pada tax-
favored assets. Perusahaan yang sedang bertumbuh dapat leluasa memilih jenis
investasinya, namun tidak demikian dengan perusahaan yang dananya terbatas. Dan
untuk menghindari adanya pengaruh dari kondisi bisnis terhadap kecenderungan
perilaku investasi yang dilakukan perusahaan, penelitian ini mengontrol lagged book-
tax difference (nilai book-tax difference tahun t-1).
Penelitian ini mengintegrasikan beberapa penelitian sebelumnya serta
menganalisis kembali pengaruh profitabilitas, kepemilikan perusahaan, dan corporate
governance terhadap penghindaran pajak.Berbeda dengan penelitian sebelumnya,
penelitian ini menambahkan variabel leverage, ukuran perusahaan dan kompensasi
kerugian fiskal sebagai variabel kontrol serta proksi penghindaran pajak dalam
penelitian ini tidak menggunakan effective tax rate tetapi menggunakan cash effective
tax rate (CETR).

SNA 17 Mataram, Lombok 5 File ini diunduh dari:


Universitas Mataram www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
24-27 Sept 2014
2. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Teori Keagenan dan Corporate Governance
Pemikiran corporate governance bertumpu pada teori keagenan, yaitu
pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan bahwa
pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan dan
ketentuan yang berlaku (Wolfensohn, 1999). Adanya pemisahan antara pemilik dengan
manajemen perusahaan dapat menimbulkan masalah, antara lain yaitu adanya
kemungkinan manajer melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan keinginan atau
kepentingan principle. Teori agensi menjelaskan adanya konflik yang akan timbul
antara pemilik dan manajemen perusahaan. Konflik ini disebut agency problem atau
masalah agensi (Jensen dan Meckling 1976).
Dalam penelitian pajak ini, konflik tersebut terjadi terhadap kepentingan laba
perusahaan antara pemungut pajak (fiskus) dengan pembayar pajak (manajemen
perusahaan). Fiskus berharap adanya pemasukan sebesar-besarnya dari pemungutan
pajak, sementara dari pihak manajemen berpandangan bahwa perusahaan harus
menghasilkan laba yang cukup signifikan dengan beban pajak yang rendah. Dua sudut
pandang berbeda inilah menyebabkan konflik antara fiskus sebagai pemungut pajak
dengan pihak manajemen perusahaan sebagai pembayar pajak.

2.2 Penelitian Penghindaran Pajak


Penghindaran pajak adalah suatu usaha meringankan beban pajak dengan tidak
melanggar undang-undang yang ada (Mardiasmo, 2009). Penghindaran pajak dapat
dilakukan dengan berbagai cara ( Merks, 2007) sebagai berikut:
a) Memindahkan subjek pajak dan/atau objek pajak ke negara-negara yang
memberikan perlakuan pajak khusus atau keringanan pajak (tax haven country) atas
suatu jenis penghasilan (substantive tax planning)
b) Usaha penghindaran pajak dengan mempertahankan substansi ekonomi dari
transaksi melalui pemilihan formal yang memberikan beban pajak yang paling
rendah (formal tax planning)
c) Ketentuan Anti Avoidance atas transaksi transfer pricing, thin capitalization, treaty
shopping, dan controlled foreign corporation (Specific Anti Avoidance Rule), serta
transaksi yang tidak mempunyai substansi bisnis (General Anti Avoidance Rule).

SNA 17 Mataram, Lombok 6 File ini diunduh dari:


Universitas Mataram www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
24-27 Sept 2014
Penelitian yang dilakukan oleh Uppal (2005) tentang kasus penghindaran pajak di
Indonesia, dikemukakan bahwa di negara-negara berkembang banyak terjadi kasus
penghindaran pajak. Hal ini dilakukan dengan cara tidak melaporkan atau melaporkan
namun tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya atas pendapatan yang bisa dikenai
pajak. Penghindaran pajak ini telah membuat basis pajak atas pajak pendapatan menjadi
sempit dan mengakibatkan begitu besarnya kehilangan potensi pendapatan pajak yang
dapat digunakan untuk mengurangi beban defisit anggaran negara. Guire et al, (2011)
mengemukakan bahwa manfaat dari adanya tax avoidance adalah untuk memperbesar
tax saving yang berpotensi mengurangi pembayaran pajak sehingga akan menaikkan
cash flow.
Hasil penelitian Kurniasih dan Sari (2013) menyatakanbahwa profitabilitas,
ukuran perusahaan dan kompensasi rugi fiskal berpengaruh terhadap penghindaran
pajak, namunleverage dan corporate governance(CG) tidak berpengaruh terhadap
penghindaran pajak.Adapun Sari dan Martani (2010) hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa tingkat keagresifan (penghindaran) pajak perusahaan keluarga lebih tinggi dari
pada perusahaan non-keluarga, pengaruh CG terhadap terhadap tindakan pajak agresif
(penghindaran pajak) tidak terbukti secara signifikan, pengaruh CG terhadap hubungan
kepemilikan keluarga dan tindakan pajak agresif juga tidak terbukti secara signifikan.
Berbeda dengan hasil penelitian dari Annisa dan Kurniasih (2012) menunjukkan bahwa
komite audit dan kualitas audit pengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak
perusahaan.

2.3 Model Penelitian


Dalam penelitian ini menggunakan variabel dependennya penghindaran pajak dan
variabel independennya meliputi profitabilitas, kepemilikan perusahaan. Adapun
variabel kontrolnya leverage, ukuran perushaan (size), dan kompensasi rugi fiskal.
Leverage merupakan rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan
utang. Leverage menggambarkan hubungan antara total assets dengan modal saham
biasa atau menunjukkan penggunaan utang untuk meningkatkan laba (Husnan, 2002).
Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat menglasifikasikan perusahaan
menjadi perusahaan besar atau kecil berdasarkan total aktiva. Anderson dan Reeb
(2003) dalam (Sari & Martani, 2010) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki
profitabilitas yang lebih baik serta perusahaan yang memiliki nilai kompensasi rugi

SNA 17 Mataram, Lombok 7 File ini diunduh dari:


Universitas Mataram www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
24-27 Sept 2014
fiskal yang lebih sedikit, terlihat memiliki kecenderungan melakukan penghindaran
pajak yang lebih tinggi.Berikut gambar kerangka pemikiran penelitian :

DI SINI
Gambar 1

2.4 Pengembangan Hipotesis


2.4.1Pengaruh Profitabilitas terhadap Penghindaran Pajak
Profitabilitas merupakan gambaran kinerja keuangan perusahaan dalam
menghasilkan laba dari pengelolaan aktiva yang dikenal dengan Return On Asset
(ROA).ROA berguna untuk mengukur sejauh mana efektivitas perusahaan dalam
memanfaatkan seluruh sumber daya yang dimilikinya (Siahan, 2004). Dendawijaya
(2003:120) menyatakan bahwa ROA menggambarkan kemampuan manajemen untuk
memperoleh keuntungan (laba). Semakin tinggi ROA, semakin tinggi keuntungan
perusahaan sehingga semakin baik pengelolaan aktiva perusahaan. Menurut Lestari dan
Sugiharto (2007:196), ROA merupakan pengukur keuntungan bersih yang diperoleh
dari penggunaan aktiva.Semakin tinggi nilai dari ROA, berarti semakin tinggi nilai dari
laba bersih perusahaan dan semakin tinggi profitabilitasnya. Perusahaan yang memiliki
profitabilitas tinggi memiliki kesempatan untuk memposisikan diri dalam tax planning
yang mengurangi jumlah beban kewajiban perpajakan (Chen et al. 2010). Penelitian
Kurnia dan Sari (2013) menyatakan bahwa ROA berpengarus secara signifikan terhadap
penghindaran pajak. Demikian tingginya profitabilitas perusahaan akan dilakukan
perencanaan pajak yang matang sehingga menghasilkan pajak yang optimal, sehingga
kecenderungan melakukan penghindaran pajak akan menurun. Berdasarkan penjelasan
tersebut maka hipotesa yang dibangun adalah:
H 1 : ROA berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak

2.4.2 Pengaruh Kepemilikan Keluarga terhadap Penghindaran Pajak


Salah satu definisi kepemilikan keluarga terdapat dalam penelitian Anderson dan
Reeb (2003) yang menyebutkan bahwa perusahaan keluarga (family firm) adalah setiap
perusahaan yang memiliki pemegang saham yang dominan. Sedangkan Morck dan
Yeung (2004) mendefinisikan perusahaan keluarga sebagai meliputi perusahaan yang
dijalankan berdasarkan keturunan atau warisan dari orang-orang yang sudah lebih dulu
menjalankannya atau oleh keluarga yang secara terang-terangan mewariskan

SNA 17 Mataram, Lombok 8 File ini diunduh dari:


Universitas Mataram www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
24-27 Sept 2014
perusahaannya kepada generasi selanjutnya. Dalam penelitiannya, Arifin (2003)
mengungkapkan bahwa perusahaan yang dikendalikan oleh keluarga, negara, atau
institusi keuangan pengurangan masalah agensinya akan lebih baik dibandingkan
dengan perusahaan yang dikendalikan oleh perusahaan publik atau perusahaan tanpa
pengendali utama.
Untuk menentukan apakah tindakan penghindaran pajak (tax avoidance) pada
perusahaan keluarga lebih rendah atau lebih tinggi daripada perusahaan non-keluarga,
tergantung dari seberapa besar keuntungan atau kerugian yang ditanggung pihak
keluarga yang menjadi manajemen perusahaan (family owners) atau pihak manajer
dalam perusahaan non-keluarga. Penelitian Chen et al. (2010) yang dilakukan untuk
mengetahui apakah perusahaan keluarga lebih agresif dalam tindakan pajakanya
daripada perusahaan non-keluaraga, menunjukkan bahwa pada perusahaan-perusahaan
yang termasuk dalam S&P 1500 Index (1996-2000), perusahaan keluarga memiliki
tingkat keagresifan pajak yang lebih kecil daripada perusahaan non-keluarga, family
owners lebih rela membayar pajak lebih tinggi, daripada harus membayar denda pajak
dan menghadapi kemungkinan rusaknya reputasi perusahaan akibat audit dari fiskus
pajak.Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesa yang dibangun adalah:
H 2 : Kepemilikan Keluarga berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak

2.4.3 Pengaruh Corporate Governance terhadap Penghindaran Pajak


Good corporate governance (GCG) menurut Komite Nasional Kebijakan (KNKG)
adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. Prinsip corporate governance di
Indonesia dengan KepMen BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002 tentang penerapan
praktik good corporate pada BUMN pada Bab II pasal 3 meliputi lima prinsip yaitu
Transparansi (transparency), Kemandirian (indepen-dency), Akuntabilitas
(accountability), Pertanggungjawaban (responsibility), Kewajaran (fairness).
Good corporate governance secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua
stockholder (Desai dan Dharmapala , 2007). Corporate governance didefinisikan
sebagai efektivitas mekanisme yang bertujuan meminimumkan konflik keagenan,
dengan penekanan khusus pada mekanisme legal yang mencegah dilakukannya
ekspropriasi atas pemegang saham minoritas (Kurniasih & Sari, 2013).
Diketahui dari Schon (2008), peraturan corporate governance telah dijadikan
alat oleh pemerintah untuk memerangi penghindaran pajak yang telah dilakukan

SNA 17 Mataram, Lombok 9 File ini diunduh dari:


Universitas Mataram www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
24-27 Sept 2014
perusahaan. Dewan komisaris dalam menjalankan fungsi pengawasan dapat
mempengaruhi pihak manajemen untuk menyusun laporan keuangan yang berkualitas
(Boediono, 2005:177). Komisaris Independen dapat melaksanakan fungsi monitoring
untuk mendukung pengelolaan perusahaan yang baik dan menjadikan laporan keuangan
lebih objektif (Kurniasih & Sari, 2013). Pohan (2008) dalam penelitiannya memaparkan
bahwa dewan komisaris wajib membentuk komite audit yang beranggotakan sekurang-
kurangnya tiga orang anggota, diangkat dan diberhentikan serta bertanggung jawab
kepada dewan komisaris. Komite audit bertugas melakukan kontrol dan pengawasan
terhadap proses penyusunan laporan keuangan perusahaan untuk menghindari
kecurangan yang dilakukan oleh pihak manajemen. Komite audit berfungsi memberikan
pandangan mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan kebijakan keuangan,
akuntansi dan pengendalian internal perusahaan (Mayangsari, 2003) dalam (Hanum &
Zulaikha, 2013). Berjalannya fungsi komite audit secara efektif memungkinkan
pengendalian pada perusahaan dan laporan keuangan yang lebih baik serta mendukung
good corporate governance (Andriyani, 2008).Berdasarkan penjelasan tersebut maka
hipotesa yang dibangun adalah:
H 3 : Komisaris Independen berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak
H 4 : Komite Audit berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak

2.4.4 Pengaruh Leverage terhadap Penghindaran Pajak


Perusahaan dimungkinkan menggunakan utang untuk memenuhi kebutuhan
operasional dan investasi perusahaan. Akan tetapi, utang akan menimbulkan beban tetap
(fixed rate of return) yang disebut dengan bunga. Semakin besar utang maka laba kena
pajak akan menjadi lebih kecil karena insentif pajak atas bunga utang semakin besar.
Hal tersebut membawa implikasi meningkatnya penggunaan utang oleh perusahaan.
Penelitian Ozkan (2001) memberikan bukti bahwa perusahaan yang memiliki kewajiban
pajak tinggi akan memilih untuk berutang agar mengurangi pajak. Dengan sengajanya
perusahaan berutang untuk mengurangi beban pajak maka dapat disebutkan bahwa
perusa- haan tersebut agresif terhadap pajak.Secara logika, semakin tinggi nilai dari
rasio Leverage, berarti semakin tinggi jumlah pendanaan dari utang pihak ketiga yang
digunakan perusahaan dan semakin tinggi pula biaya bunga yang timbul dari utang
tersebut. Biaya bunga yang semakin tinggi akan memberikan pengaruh berkurang nya
beban pajak perusahaan. Semakin tinggi nilai utang perusahaan maka nilai CETR
perusahaan akan semakin rendah (Richardson dan Lanis, 2007). Hal tersebut mendasari

SNA 17 Mataram, Lombok 10 File ini diunduh dari:


Universitas Mataram www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
24-27 Sept 2014
dirumuskan nya hipotesis sebagaiberikut :

H5: Leverage berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak

2.4.5 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Penghindaran Pajak


Siegfried (1972) dalam Richardson dan Lanis (2007) menyatakan bahwa
semakin besar perusahaan maka akan semakin rendah CETR yang dimilikinya, hal ini
dikarenakan perusahaan besar lebih mampu menggunakan sumber daya yang
dimilikinya untuk membuat suatu perencanaan pajak yang baik (political power theory).
Namun perusahaan tidak selalu dapat menggunakan power yang dimilikinya untuk
melakukan perencanaan pajak karena adanya batasan berupa kemungkinan menjadi
sorotan dan sasaran dari keputusan regulator – political cost theory (Watts dan
Zimmerman, 1986). Berdasarkan uraian di atas, dirumuskan hipotesis sebagai berikut. 

H6: Ukuran Perusahaan berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak

2.4.6 Pengaruh Kompensasi Rugi Fiskal terhadap Penghindaran Pajak


Secara logika, perusahaan yang telah merugi dalam satu periode akuntansi
diberikan keringanan untuk membayarpajaknya. Kerugian tersebut dapat
dikompensasikan selama lima tahun ke depan dan laba perusahaan akan digunakan
untuk mengurangi jumlah kompensasi kerugian tersebut. Akibatnya, selama lima tahun
tersebut, perusahaan akan terhindar dari beban pajak, karena laba kena pajak akan
digunakan untuk mengurangi jumlah kompensasi kerugian perusahaan. Berdasarkan
uraian di atas, dirumuskan hipotesis penelitian.
H7: Kompensasi Rugi Fiskal berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak

3. METODE RISET
3.1 Populasi, Sampel dan Data
Populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009-2012
berjumlah 136 perusahaan. Setelah diseleksi menggunakan metode purposive sampling
dengan kriteria tertentu diperoleh 58 perusahaan sampel per tahun, sehingga sampel
dalam penelitian ini sebanyak 232 (58x4) perusahaan. Kriteria sampelnya adalah
perusahaan aktif dan data lengkap, menggunakan nilai mata uang rupiah, nilai laba
positif dan nilai Cash Effective Tax Ratenya kurang dari satu (CETR< 1).Data yang

SNA 17 Mataram, Lombok 11 File ini diunduh dari:


Universitas Mataram www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
24-27 Sept 2014
digunakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan auditan dan data kepemilikan
perusahaan melalui website BEI dan ICMD.
Adapun variabel penelitian meliputi penghindaran pajak yang diukur
menggunakan CETR, Profitabilitass yang diukur dari rasio laba dengan total assets,
kepemilikan keluarga diukur dengan menggunakan dummy variable (bernilai 1 jika
proporsi kepemilikan keluarga > 50%, dan bernilai 0 jika sebaliknya), Corporate
govenance diukur dengan menggunakan proksi komposisi komisaris independen dan
proksi keberadaan komite audit. Proksi komposisi komisaris independen diukur
menggunakan persentase jumlah komisaris independen terhadap jumlah total komisaris
perusahaan di sampel tahun amatan. Variabel komite audit diukur dengan jumlah total
anggota komite dalam suatu perusahaan. Variabel Leverage diukur dengan total debt to
equity ratio.Ukuran perusahaan ditunjukkan melalui log total aktiva, karena dinilai
bahwa ukuran ini memiliki tingkat kestabilan yang lebih dibandingkan proksi-proksi
yang lainnya dan cenderung berkesinambungan antar periode (Jogiyanto, 2000:259).
Kompensasi rugi fiskal dapat diukur dengan menggunakan variabel dummy, yang akan
diberikan nilai 1 jika terdapat kompensasi rugi fiskal pada awal tahun t.

3.2 Model Penelitian


Model analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda.
Analisis regresi linier berganda dimaksudkan untuk menguji sejauh mana dan
bagaimana arah variabel-variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
Model persamaan regresi tersebut sebagai berikut:
Y = 𝛼𝛼 + 𝛽𝛽1𝑋𝑋1 + 𝛽𝛽2𝑋𝑋2 + 𝛽𝛽3𝑋𝑋3 + 𝛽𝛽4𝑋𝑋4 + 𝛽𝛽5𝑋𝑋5 + 𝛽𝛽6𝑋𝑋6 + 𝛽𝛽7𝑋𝑋7 + 𝑒𝑒
Keterangan:
Y = Tax Avoidance (CETR)
α = Konstanta
X1 = Profitabilitass (ROA)
X2 = Kepemilikan Keluarga
X3 = Komisaris Independen
X4 = Komite Audit
X5 = Leverage
X6 = SIZE
X7 = RFIS
e = error

SNA 17 Mataram, Lombok 12 File ini diunduh dari:


Universitas Mataram www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
24-27 Sept 2014
3.3 Definisi dan Pengukuran Variabel Peneltian
Penghindaran pajak, merupakan usaha untuk mengurangi, atau bahkan
meniadakan hutang pajak yang harus dibayar perusahaan dengan tidak melanggar
undang-undang yang ada. Pengukuran Tax Avoidance dalam penelitian ini
menggunakan model Cash Effective Tax Rate (CETR) yang diharapkan mampu
mengidentifikasi keagresifan perencanaan pajak perusahaan yang dilakukan
menggunakan perbedaan tetap maupun perbedaan temporer (Chen et al. 2010) dengan
rumus sebagai berikut:
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 =
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃

𝑘𝑘
Profitabilitas, diproksikan dengan menggunakan Return On Assetsyaitu
perbandingan antara laba bersih dengan total aset pada akhir periode, yang digunakan
sebagai indikator kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Kurniasih & Sari,
2013), dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 (𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅)𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵ℎ 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆ℎ 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃
ROA = × 100%
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝐴𝐴
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴
Kepemilikan keluarga, penelitian ini menggunakan definisi kepemilikan
keluarga yang digunakan oleh Arifin (2003), yaitu semua individu dan perusahaan yang
kepemilikannya tercatat (kepemilikan > 5% wajib dicatat), yang bukan perusahaan
publik, negara, institusi keuangan, dan publik (individu yang kepemilikannya tidak
wajib dicatat). Kepemilikan keluarga merupakan dummy variable, bernilai 1 jika
proporsi kepemilikan keluarga > 50%, dan bernilai 0 jika sebaliknya.
Corporate govenance, diukur dengan dua proksi, yakni proksi komposisi
komisaris independen dan proksi keberadaan komite audit. Proksi komposisi komisaris
independen diukur menggunakan persentase jumlah komisaris independen terhadap
jumlah total komisaris dalam susunan dewan komisaris perusahaan sampel tahun
amatan (Andriyani, 2008). Variabel komite audit diukur dengan jumlah total anggota
komite dalam suatu perusahaan (Hanum & Zulaikha, 2013).
Leverage, merupakan sumber pendanaan eksternal dari utang jangka panjang.
Variabel leverage diukur dengan menggunakan rasio antara total kewajiban jangka
pajang dengan total asset perusahaan (Brad Badertscher at.all, 2009). Leverage
merupakan rasio yang mengukur kemampuan utang baik jangka panjang maupun

SNA 17 Mataram, Lombok 13 File ini diunduh dari:


Universitas Mataram www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
24-27 Sept 2014
jangka pendek membiayai aktiva perusahaan. (Kurniasih & Sari, 2013). Dalam
penelitian ini leverage diukur dari total utang baik jangka pendek maupun jangka
panjang dengan total debt to equity ratio dengan rumus sebagai berikut:
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿
𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷 𝑡𝑡𝑡𝑡 𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸 𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 (𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷) =
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇

𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸
Ukuran perusahaan,Ferry dan Jones (1979) mendefinisikan ukuran perusahaan
sebagai gambran besar kecilnya perusahaan. Menurut Jogiyanto (2000) ukuran
perusahaan ditunjukkan melalui log total aktiva, dinilai lebik baik karena ukuran
perusahaan ini memiliki tingkat kestabilan yang lebih dibandingkan proksi-proksi yang
lainnya dan cenderung berkesinambungan antar periode satu dengan periode berikutnya.
Variabel ukuran perusahaan (Size) diukur dengan menggunakan natural logarithm total
assets.(Guire. et.all, 2011).
Kompensasi rugi fiskal, dapat diukur dengan menggunakan variabel dummy,
yang akan diberikan nilai 1 jika terdapat kompensasi rugi fiskal pada awal tahun t (Sari
& Martani, 2010).

3.4 Alat Analisis


Metode analisis yang digunakan yaitu dengan menggunakan model analisis
regresi linier berganda.Sebelum dilakukan Uji Hipotesis maka model regresi diuji
terlebih dahulu denganUjiAsumsi Klasik. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa
model regresi yang digunakan tidak terdapat masalah multikolinearitas, autokorelasi,
heteroskedastisitas, dan data terdistribusi normal. Jika asumsi klasik terpenuhi, maka
estimasi regresi dengan ordinary least square (OLS) akan sesuai Best Linier Unbiased
Estimator (BLUE). Artinya model regresinya dapat digunakan sebagai alat estimasi
penelitian.(Ghozali, 2011).

3.4.1 Pengujian Hipotesis


Untuk menguji hipotesis mengenai pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen dapat digunakan alat analisa statistik yaitu dengan melakukan Uji F
dan Uji t.Uji F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh Returns on Assets
(ROA), Kepemilikan Keluarga, dan Corporate Governance terhadap Penghindaran
Pajak (Tax Avoidance) secara simultan.Bila F hitung < F tabel, variabel independen
secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.PV hasil < PV

SNA 17 Mataram, Lombok 14 File ini diunduh dari:


Universitas Mataram www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
24-27 Sept 2014
peneliti (α< 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sebaliknya bila F hitung > F tabel,
variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.PV
hasil > PV peneliti (α> 0,05) maka Ho diterima dan Ha ditolak.Ha diterima berarti
terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel-variabel independen terhadap variabel
dependen secara simultan.
Pengujian secara parsial menggunakan uji t. Pengujian secara parsial ini
dimaksudkan untuk melihat seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Ha akan diterima jika nilai
probabilitasnya kurang dari 0,05 (α). Ha diterima berarti terdapat pengaruh yang
signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial.Bila
t hitung < t tabel , variabel independen secara individu tak berpengaruh terhadap variabel
dependen. PV hasil < PV peneliti (α< 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Sebaliknya bila t hitung > t tabel , variabel independen secara individu berpengaruh terhadap
variabel dependen. PV hasil > PV peneliti (α> 0,05) maka Ho diterima dan Ha ditolak.

4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


4.1 Analisis Statistik Diskriptif
Dari hasil statistik diskripsi ini pada tabel 1, dapat diperoleh gambaran dari
masing-masing variabel dari model penelitian ini. Penghindaran pajak yang diproksikan
dengan CETR memiliki nilai rata-rata 0,3088219, hal ini menunjukkan rata-rata
pembayaran pajak dari perusahaan sampel sebesar 31% dari laba sebelum pajak.
Profitabilitas yang diproksikan menggunakan ROA memiliki nilai rata-rata 0,11016, hal
ini menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan perusahaan sampel menghasilkan laba
sebesar 11% dari asset yang digunakan. Kepemilikan keluarga memiliki nilai rata-rata
0,5560, hal ini menunjukkan rata-rata perusahaan sampel merupakan kepemilikan
keluarga sebesar 55%. Corporate Governance yang diproksikan menggunakan
keberadaan komisaris independen memiliki nilai rata-rata 0,39901, hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata perusahaan sampel telah memenuhi persyaratan corporate governance
dari sisi keberadaan komisaris independen sebesar 39% (syarat minimal 30% total
jumlah komisaris), sedangkan dari sisi komite audit nilai rata-rata 3,13, hal ini
menunjukkan rata-rata perusahaan sampel telah memenuhi persyaratan corporate
governance dari sisi komite audit sebesar 3.13 (syarat minimal 2 orang). Leverage
memiliki rata-rata 1,0432, hal ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan sampel

SNA 17 Mataram, Lombok 15 File ini diunduh dari:


Universitas Mataram www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
24-27 Sept 2014
memiliki Rp 1, 04 utang untuk setiap Rp 1,00 asset yang dimiliki perusahaan. Ukuran
perusahaan memiliki nilairata-rata 10,23499, hal ini menunjukkan bahwa rata-rata
perusahaan sampel memiliki kestabilan aktiva sebesar 10,23. Kompensasi rugi fiskal
nilai rata-rata 0,20 hal ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan sampel tidak
memperoleh kompensasi kerugian fiskal.

DISINI TABEL 1

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian


Hasil pengujian model regresi penelitian diperoleh adjusted R2 sebesar 0,639, hal
ini menunjukkan bahwa model regresi penelitian penghindaran pajak mampu dijelaskan
dengan variabel profitabilitas, kepemilikan keluarga, komisaris independen, komite
audit, leverage, ukuran perusahaan, dan kompensasi kerugian fiskal sebesar 63%.
Adapun sebesar 36,1% dijelaskan oleh variabel lain di luar dari model penelitian ini.
Variabel yang dominan mempengaruhi penghindaran pajak dalam model penelitian
yaitu profitabilitas (-2,064), komisaris independen (-0,432), kepemilikan keluarga (-
0,048), komite audit (-0,031), leverage (+0,002), ukuran perusahaan (-0,003) dan
kompensasi kerugian fiskal (+0,011). Uji Asumsi Klasik (lihat lampiran 4, 5 dan 6)
terhadap model regresi tersebut, menunjukkan bahwa model regresi tersebut memenuhi
normalitas data, bebas autokorelasi, bebas multikolinieritas, dan bebas
heteroskedastisitas.
Dari uji hipotesis diterbukti signifikan hanya 3 (tiga) variabel yaitu profitabilitas
dan kepemikiran keluarga, komisaris independen, sedangkan komite audit, leverage,
ukuran perusahaan dan kompensasi kerugian fiskal tidak signifikan. Hasil uji hipotesis
dapat dilihat pada tabel 2, berikut ini.

DISINI TABEL 2

Hipotesis pertama penelitian ini menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh


negatif terhadap penghindaran pajak. Hasil pengujian terhadap hipotesis ini,
menunjukkanProfitabilitass dengan koefisien regresi -2,064 dan nilai ρ = 0,000
(dibawah tingkat signifikansi α = 5%), maka dapat disimpulkan bahwa
hipotesisprofitabilitass berpengaruh negatif signifikan terhadap penghindaran pajak
dapat didukung oleh data. Hal ini berarti, jika profitabilitas mengalami peningkatan,
maka penghindaran pajak akan mengalami penurunan. Profitabilitasadalah faktor

SNA 17 Mataram, Lombok 16 File ini diunduh dari:


Universitas Mataram www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
24-27 Sept 2014
penting untuk pengenaan pajak penghasilan bagi perusahaan, karena profitabilitas
merupakan indikator perusahaan dalam pencapaian laba perusahaan. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian Kurniasih dan Sari (2013) yang menyebutkan bahwa
profitabilitas berpengaruh signifikan secara parsial terhadap penghindaran pajak.
Demikian juga, hasil penelitian Noor et al (2010) dan (Hanum & Zulaikha, 2013) juga
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara kemampuan menghasilkan
laba perusahaan dengan penghindaran pajak perusahaan. Demikian tingginya
profitabilitas perusahaan akan dilakukan perencanaan pajak yang matang sehingga
menghasilkan pajak yang optimal, sehingga kecenderungan melakukan penghindaran
pajak akan menurun.
Hasil uji hipotesis keduamenunjukkan bahwa kepemilikan keluarga (-
0,048)secarasignifikan (nilai ρ = 0,031 < 0,05) berpengaruh negatif terhadap
penghindaran pajak (tax avoidance) dapat didukung oleh data.Hal ini berarti, jika
kepemilikan keluarga mengalami peningkatan, maka penghindaran pajak akan
menurun. Untuk menentukan apakah tindakan penghindaran pajak pada perusahaan
keluarga lebih rendah atau lebih tinggi daripada perusahaan non-keluarga, tergantung
dari seberapa besar keuntungan atau kerugian yang ditanggung pihak keluarga yang
menjadi manajemen perusahaan (family owners) atau pihak manajer dalam perusahaan
non-keluarga. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian (Sari &
Martani, 2010) yang menunjukkan bahwa tingkat keagresifan pajak (penghindaran
pajak) perusahaan keluarga lebih tinggi daripada perusahaan non-keluarga. Akan tetapi,
hasil penelitian ini mendukung penelitian Chen et al. (2010) yang menunjukkan bahwa
ternyata tingkat keagresifan pajak perusahaan keluarga lebih kecil daripada perusahaan
non-keluarga. Hal ini terjadi karena diduga family owners lebih rela membayar pajak
lebih tinggi, daripada harus membayar denda dan menghadapi kemungkinan rusaknya
reputasi perusahaan akibat pemeriksaan pajak atau diaudit oleh fiskus pajak. Dalam hal
ini penghindaran pajak merupakan salah satu dari tindakan pajak agresif.
Hasil uji hipotesis ketiga,menunjukkan bahwa komisaris independen (-0,432)
secara signifikan (nilai p=0,026 <0,05) berpengaruh negatif terhadap penghindaran
pajak, hasil ini menunjukkanbahwa, hipotesis komisaris independen berpengaruh
negatif terhadap penghindaran pajak dapat didukung oleh data. Hal ini berarti, jika
komisaris independen mengalami peningkatan maka penghindaran pajak akan
mengalami penurunan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa komisaris independen yang
merupakan bagian dari dewan komisaris melakukan fungsi pengawasan yang cukup

SNA 17 Mataram, Lombok 17 File ini diunduh dari:


Universitas Mataram www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
24-27 Sept 2014
baik terhadap manajemen perusahaan. Hasil yang negatif menunjukkan bahwa
keberadaan peningkatan komisaris independen dapat mencegah terjadinya penghindaran
pajak. Komisaris independen dapat melakukan pengawasan terhadap manajemen
perusahaan dalam melakukan perumusan strategi termasuk dalam strategi yang
berhubungan dengan pajak. Hasil ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh
(Kurniasih & Sari, 2013). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa nilai signifikansi dari
komisaris independen lebih kecil dari 0,05.
Hasil uji hipotesis keempat, menunjukkan bahwa komite audit (-0,031) tidak
signifikan (nilai p= 0,077 > 0,05) berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak,
sehingga hipotesis komite audit berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajaktidak
dapat didukung oleh data. Hasil tersebut menunjukkan bahwa komite audit yang
merupakan bagian dari perseroan mempunyai tugas untuk melakukan pengawasan dan
pengevaluasian terhadap kinerja operasional perusahaan tidak berjalan dengan baik.
Sriwedari (2009) menjelaskan bahwa keberadaan komite audit yang fungsinya untuk
meningkatkan integritas dan kredibilitas pelaporan keuangan tidak dapat berjalan
dengan baik apabila tidak ada dukungan dari seluruh elemen dari dalam perusahaan.
Berdasarkan hasil tersebut komite audit diindikasikan dalam pelaksanaannya kurang
didukung oleh elemen-elemen lain yang berada didalam perusahaan menyebabkan
komite audit gagal melakukan pengawasan yang baik dan cenderung netral (Hanum &
Zulaikha, 2013). Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa komite audit tidak
mempengaruhi manajemen perusahaan terhadap kebijakan beban pajak yang terkait
dengan aktifitas penghindaran pajak. Jumlah anggota komite audit pada perusahaan
manufkatur tidak memberikan jaminan bahwa perusahaan tidak akan melakukan
penghindaran pajak. Hasil ini mendukung penelitian yang telah dilakukan (Kurniasih &
Sari, 2013). Dalam penelitian tersebut komite audit tidak berpengaruh signifikan
terhadap penghindaran pajak (tax avoidance).
Hasil uji hipotesis ke lima, menunjukkan bahwa leverage (+0,002) tidak
signifikan (nilai p= 0,786 > 0,05) berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak,
sehingga hipotesis leverage berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajaktidak
dapat didukung oleh data. Hasil tersebut menunjukkan bahwa leverage tidak
berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Meskipun semakin besar biaya bunga atas
utang berakibat laba kena pajak akan menjadi lebih kecil karena insentif pajak atas
bunga utang semakin besar tetapi tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Hal
ini tidak mendukung hasil penelitian Ozkan (2001), Richardson dan Lanis(2007),

SNA 17 Mataram, Lombok 18 File ini diunduh dari:


Universitas Mataram www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
24-27 Sept 2014
Krisnata Dwi Suyanto dan Supramono (2012)yang menyatakan bahwa leverage
berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
Hasil uji hipotesis keenam, menunjukkan bahwa ukuran perusahaan (+0,003)
tidak signifikan (nilai p= 0,923 > 0,05) berpengaruh negatif terhadap penghindaran
pajak, sehingga hipotesis ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap
penghindaran pajaktidak dapat didukung oleh data. Hasil penelitian ini tidak
mendukung hasil penelitian dari Siegfried (1972) dalam Richardson dan Lanis (2007)
menyatakan bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin rendah
perusahaan melakukan penghindaran pajak. Hal ini dimungkinakankarenaperusahaan
tidak menggunakan power yang dimilikinya untuk melakukan perencanaan pajak karena
adanya batasan berupa kemungkinan menjadi sorotan dan sasaran dari keputusan
regulator – political cost theory (Watts dan Zimmerman, 1986).
Hasil uji hipotesis ketujuh, menunjukkan bahwa kompensasi kerugian pajak
(0,011) tidak signifikan (nilai p= 0,557 > 0,05) berpengaruh negatif terhadap
penghindaran pajak, sehingga hipotesis kompensasi kerugian pajak berpengaruh negatif
terhadap penghindaran pajaktidak dapat didukung oleh data. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa ada tidaknya kompensasi kerugian pajak tidak berhubungan
dengan penghindaran pajak.

5. PENUTUP
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model penelitian penghindaran
pajak dengan variabel profitabilitas, kepemilikan keluarga, komisaris independen,
komite audit, leverage, ukuran perusahaan dan kompensasi kerugian pajak
menunjukkan model yang relatif baik karena dari varibel-variabel tersebut mampu
menjelaskan sebesar 63,9 % terjadinya penghindaran pajak. Tujuh hipotesis yang
diajukan diajukan hanya ada tiga hipotesis yang terbukti didukung data. Empat hipotesis
lainnya tidak didukung oleh data yaitu komite audit, leverage, ukuran perusahaan dan
kompensasi kerugian pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak.
Profitabilitas, kepemilikan keluarga dan komisaris independen merupakan variabel yang
secara signifikan berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Profitabilitas
perusahaan merupakan variabel yang dominan signifikan berpengaruh negatif terhadap
penghindaran pajak. Hal diduga karena tingginya profitabilitas perusahaan akan

SNA 17 Mataram, Lombok 19 File ini diunduh dari:


Universitas Mataram www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
24-27 Sept 2014
dilakukan perencanaan pajak yang matang sehingga menghasilkan pajak yang optimal,
sehingga kecenderungan melakukan penghindaran pajak akan menurun.
Keterbatasan dalam penelitian ini, penghindaran pajak disini hanya didasarkan
dari laporan keuangan yang kurang menggambarkan keadaan riilnya karena data tentang
penghindaran pajak yang sebenarnya sulit diperoleh. Selain itu penelitian ini hanya
menggunakan perusahaan manufaktur sebagai obyek penelitian dengan periode
penelitian ini hanya 4 tahun, sehingga kurang mampu menggeneralisasi hasil
penelitiannya.
Disarankan bagi peneliti yang akan datang diharapkan menambah sampel
penelitian dengan periode yang berbeda, atau jenis industri yang lain, untuk menambah
periode penelitian sehingga dapat menggeneralisasikan hasil penelitian.Penelitian
selanjutnya diharapkan dapat menambah atau menggunakan karakteristik corporate
governance yang lain seperti kepemilikan institusional, struktur dewan komisaris, dan
kualitas audit.

SNA 17 Mataram, Lombok 20 File ini diunduh dari:


Universitas Mataram www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
24-27 Sept 2014
DAFTAR PUSTAKA

Aditomo, D. (2009). Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility


Kepemilikan Keluarga dan Kepemilikan Asing terhadap Nilai Perusahaan“Studi
Empiris pada Perusahaan Public yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia pada
Tahun 2008”. Tesis.Depok Jakarta:Program Studi MAKSI, Fakultas Ekonomi,
Universitas Indonesia.
Anderson, R. Dan Reeb, D. 2003. Founding Family Ownership and Firm Performance:
Evidence from the S&P 500. Journal of Finance 58, 1301-1328.
Andriyani, Ni Ketut. 2008. Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS), Mekanisme
Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Leverage pada Kualitas Laba
(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2003-2007). Skripsi. Denpasar: Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
Annisa, N. A., & Kurniasih, L. (2012). Pengaruh Corporate Governance terhadap Tax
Avoidance. Jurnal Akuntansi & Auditing, Vol.8, 95 - 189.
Arifin, Z. 2003. Masalah Agensi dan Mekanisme Kontrol pada Perusahaan dengan
Struktur Kepemilikan Terkonsentrasi yang Dikontrol Keluarga: Bukti dari
Perusahaan Publik di Indonesia. Disertasi. Depok, Jakarta: Program Studi Ilmu
Manajemen Pascasarjana Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.
Ayuningtyas, N. (2012). Pengaruh FaktorPendidikan, Pengalaman Kerja, dan
Pelatihan terhadap Pengetahuan Aparatur Pajak tentang Tax Avoidance (Studi
Kasus atas Aparatur Pajak pada KPP Pratama Batu).ProceedingSimposium
Nasional Akuntansi XV, Banjarmasin 25-28 September 2012.
Boediono, Gideon Sb. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur.
Proceeding Simposium Nasional Akuntansi VII,Denpasar, Bali.
Bovi, Maurizio. 2005. Book-Tax Gap, An Income Horse Race. Working Paper No. 61,
Desember 2005.
Budiman, J., & Setiyono. (2012). Pengaruh Karakteristik Eksekutif terhadap
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance). Proceeding Simposium Nasional
Akuntansi XV, Banjarmasin 25-28 September 2012
Chai, H, dan Liu, Q. 2010. Competition and Corporate Tax Avoidance: Evidence from
Chinese Industrial Firms. www.ssrn.com
Chen, K. P, dan Chu, C. Y. C. 2010. Internal Control vs External Manipulation: A
Model of Corporate Income Tax Evasion. Rand Journal of Economics.
Chen, S., Chen, X., Cheng, Q dan Shevlin, T. 2010. Are Family Firms More Tax
Aggresive than Non-Family Firms?Journal of Financial Economics, 95, 41-61.
Dendawijaya, Lukman. 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Desai, M.A. & Dharmapala, D. 2006. Corporate Tax Avoidance and High-Powered
Incentives.Journal of Financial Economics, 79, 145-179.
Desai, M.A. & Dharmapala, D. 2007. Taxation and Corporate Governance: An
Economic Approach. Harvard University, working paper. SSRN.
Dyreng, Scott D.; Hanlon, Michelle; Maydew Edward L, 2008, Long-Run Corporate
Tax Avoidance, The Accounting Review, 83, 61-82.
Dyreng, Scott D.; Hanlon, Michelle; Maydew Edward L, 2010, The Effect of Executives
on Corporate Tax Avoidance, The Accounting Review, 85, 1163-1189.
Frank, M., Lynch, L., dan Rego, S. 2009. Tax Reporting Aggressiveness and Its
Relation to Aggressive Financial Reporting. The Accounting Revie, 84, 467-496.
Friese, A., S. Link, dan S. Mayer. 2006. Taxation and Corporate Governance. Working
Paper.

SNA 17 Mataram, Lombok 21 File ini diunduh dari:


Universitas Mataram www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
24-27 Sept 2014
Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gupta, S., dan Newberry, K. 1997. Determinants of The Variability in Corporate
Effective Tax Rates: Evidence from Longitudinal Data. Journal of Accounting and
Public Policy, 16 (1), 1-34.
Hanum, H. R., & Zulaikha. (2013). Pengaruh Karakteristik Corporate Governance
terhadap Effective Tax Rate (Studi Empiris pada BUMN yang Terdaftar di BEI
2009 - 2011). ISSN, 2, 1 - 10.
Hardika, Nyoman Sentosa. 2007. Perencanaan Pajak: sebagai Strategi Penghematan
Pajak. Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan. Volume 3 No.2. 103-112.
Haruman, Tendi. 2008. Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Keputusan Keuangan
dan Nilai Perusahaan: Survey pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia. Proceeding Simposium Nasional Akuntansi XI. 23-24 Juli 2008,
Pontianak.
Horne, J. C., & JR, J. M. (2005). Fundamentals of Financial Management. Jakarta:
Pearson Education.
Husnan, Suad., Pudjiastuti, Enny. 2002. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi
Ketiga. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Jensen, Michael C., Meckling, William H. 1976. Theory of The Firm: Managerial
Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial
Economics, Vol 3, No 4.
Jogiyanto, H.M. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE.
Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-117/M-MBU/2002 pasal 1 tentang penerapan
praktik corporate governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Kurniasih, T., & Sari, M. M. (2013). Pengaruh Profitabilitass, Leverage, Corporate
Governance, Ukuran Perusahaan, dan Kompensasi Rugi Fiskal pada Tax
Avoidance.Buletin Studi Ekonomi , 18, 58 - 66.
Kim, Li, Li*. 2010. Corporate Tax Avoidance and Bank Loan Contracting.
www.ssrn.com
Lestari, Maharani Ika., Sugiharto, Toto. 2007. Kinerja Bank Devisa Dan Bank Non
Devisa Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Proceeding PESAT
(Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil).21-22 Agustus, Vol.2. Fakultas
Ekonomi, Universitas Gunadarma.
Mardiasmo. 2009. Perpajakan Edisi Revisi 2009. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Mayangsari, Sekar. 2003. Analisis Pengaruh Independensi, Kualitas Audit, serta
Mekanisme Corporate Governance terhadap Integritas Laporan
Keuangan.Proceding Simposium Nasional Akuntansi VI. 16-17 Oktober 2003.
Surabaya.
Mc Guire, Sean; Wang, Dechun; Wilson, Ryan, 2011, Dual Class Ownership and Tax
Avoidance, American Taxation Association Midyear Meeting: Jata Conference.
Merks, Paulus. 2007. Categorizing International Tax Planning. Fundamentals of
International Tax Planning. IBFD. 66-69.
Noor, Md Rohaya et al. 2010. Corporate Tax Planning: A Study on Corporate Effective
Tax Rates on Malaysian Listed Company. International Journal of Trade,
Economics and Finance Vol. 1 No. 2.
Pahala Siahaan, Marihot. 2010. Hukum Pajak Elementer Konsep Dasar Perpajakan
Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Richardson, G., dan Lanis, R. 2007. Determinants of The Variability in Corporate
Effective Tax Rates and Tax Reform: Evidence from Australia. Journal of
Accounting and Public Policy, 26 (2007), 689-704.

SNA 17 Mataram, Lombok 22 File ini diunduh dari:


Universitas Mataram www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
24-27 Sept 2014
Sari, D. K., & Martani, D. (2010). Karakteristik Kepemilikan Perusahaan, Corporate
Governance, dan Tindakan Pajak Agresif. Proceeding Simposium Nasional
Akuntansi 13, Padang, hal.1 - 34.
Sartori, Nicola. 2010. Effect of Strategic Tax Behaviors on Corporate Governance.
www.ssrn.com
Siahaan, Hinsa. 2004. Teori Optimalisasi Struktur Modal dan Aplikasinya di dalam
Memaksimumkan Nilai Perusahaan. Jurnal Keuangan dan Moneter. Volume 7
No. 1.
Siregar, S.V.N.P. 2005. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan
Praktek Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earnings
Management), dan Kekeliruan Penilaian Pasar. Disertasi.Depok, Jakarta:Program
Studi Ilmu Manajemen Pascasarjana Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia,
Uppal J.S., 2005, Kasus Penghindaran Pajak Di Indonesia, Economic Review Journal,
201.
Wolfensohn, J. 1999. Corporate Governance. Financial Times.
Zimmerman, J. 1983. Taxes and Firm Size. Journal of Accounting and Economics, 5
(2), 119-149.

SNA 17 Mataram, Lombok 23 File ini diunduh dari:


Universitas Mataram www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
24-27 Sept 2014
Lampiran 1.
Gambar 1. Kerangka Penelitian

ROA

Kepemilikan Penghindaran Pajak


Keluarga (Tax Avoidance)

Corporate
Governance

Leverage, Size,
Kompensasi Rugi
Fiskal

Lampiran 2
Tabel 1
Statistik Diskriptif
Variabel N Minimu Maximum Mean SD
m
Tax Avoidance
232 0,00063 0,97531 0,3088219 0,18196842
(CETR)
Return on Assets
232 0,001 0,416 0,11016 0,089157
(ROA)
Kepemilikan Keluarga 232 0,00 1,00 0,5560 0,49792
Komisaris Independen 232 0,200 1,000 0,39901 0,129958
Komite Audit 232 2 5 3,13 0,460
Leverage 232 -1,53 10,16 1,0432 1,27145
Size 232 4,828 13,245 10,23499 2,300943
RFIS 232 0 1 0,20 0,400
(Sumber: hasil olah data)
Lampiran 3

SNA 17 Mataram, Lombok 24 File ini diunduh dari:


Universitas Mataram www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
24-27 Sept 2014
Tabel 2
Hasil Regresi Linier Berganda Metode OLS
Variabel Koefisien Standart t-statistik Sig.
Regresi Error
Konstanta 0,431 0,090 4,787 0,000
X1 -2,064 0,312 -6,618 0,000
X2 -0,048 0,022 -2,176 0,031
X3 -0,432 0,193 -2,243 0,026
X4 -0,031 0,018 -1,774 0,077
X5 0,002 0,006 0,272 0,786
X6 -0,003 0,004 -0,097 0,923
X7 0,011 0,019 0,588 0,557
2
R : 0,650
Adj. R2: 0,639
F- statistik : .59,518, Sig = 0,000.
DW- statistik : 2,117
N : 232
(Sumber: hasil olah data)

Lampiran 4
Tabel 3
Hasil Uji Autokorelasi
Tingkat Autokorelasi (DW) Jenis Autokorelasi
(4 -DW.L ) < DW < 4 Ada Autokorelasi negatif
(4 -DW.U)< DW< (4 –DW.L) Tanpa kesimpulan
1,841 < 2,117 < (2,159) Tidak Ada Autokorelasi
DW.L < DW < DW.U Tanpa Kesimpulan
0 < DW < DW. L Ada Autokorelasi positif
(Sumber: hasil olah data)

SNA 17 Mataram, Lombok 25 File ini diunduh dari:


Universitas Mataram www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
24-27 Sept 2014
Lampiran 5
Tabel 4
Hasil Uji Multikolinearitas dengan Metode VIF
Persamaan VIF Nilai Kritis Keterangan
X1 1,002 10 Tidak terkena multikolinearitas
X2 2,175 10 Tidak terkena multikolinearitas
X3 1,366 10 Tidak terkena multikolinearitas
X4 1,186 10 Tidak terkena multikolinearitas
X5 1,091 10 Tidak terkena multikolinearitas
X6 1,176 10 Tidak terkena multikolinearitas
X7 1,064 10 Tidak terkena multikolinearitas
(Sumber: hasil olah data)

Lampiran 6
Tabel 5
Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Glejser

Variabel Sig. Nilai Kritis Keterangan


X1 0,396 0,05 Homoskedastisitas
X2 0,730 0,05 Homoskedastisitas
X3 0,447 0,05 Homoskedastisitas
X4 0,314 0,05 Homoskedastisitas
X5 0,973 0,05 Homoskedastisitas
X6 0,063 0,05 Homoskedastisitas
X7 0,845 0,05 Homoskedastisitas
(Sumber: hasil olah data)

SNA 17 Mataram, Lombok 26 File ini diunduh dari:


Universitas Mataram www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
24-27 Sept 2014
Lampiran 7
Tabel 6
Uji Koefisien Determinasi

Model Summary b

Adjusted Std. Error of Durbin-


Model R R Square R Square the Estimate Watson
1 ,806a ,650 ,639 ,11299984 2,117
a. Predictors: (Constant), X7, X6, X2, X5, X4, X3, X1
b. Dependent Variable: Y

(Sumber: hasil olah data)

Lampiran 8
Tabel 7
Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t)

Coefficients a

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) ,431 ,090 4,787 ,000
X1 -2,064 ,312 -,978 -6,618 ,000 ,714 1,002
X2 -,048 ,022 -,127 -2,176 ,031 ,460 2,175
X3 -,432 ,193 -,299 -2,243 ,026 ,880 1,366
X4 -,031 ,018 -,076 -1,774 ,077 ,843 1,186
X5 ,002 ,006 ,011 ,272 ,786 ,916 1,091
X6 -,003 ,004 -,004 -,097 ,923 ,850 1,176
X7 ,011 ,019 ,024 ,588 ,557 ,940 1,064
a. Dependent Variable: Y

(Sumber: hasil olah data)


Lampiran 9
Tabel 8
Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

ANOV Ab

Sum of
Model Squares df Mean S quare F Sig.
1 Regres sion 5,320 7 ,760 59,518 ,000a
Residual 2,860 224 ,013
Total 8,180 231
a. Predic tors: (Constant), X7, X6, X2, X5, X4, X3, X1
b. Dependent Variable: Y

(Sumber: hasil olah data)

SNA 17 Mataram, Lombok 27 File ini diunduh dari:


Universitas Mataram www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
24-27 Sept 2014

Anda mungkin juga menyukai