Anda di halaman 1dari 16

2.1.

1 Teori Agensi

Menurut (Supriyono, 2018) yaitu hubungan kontraktual antara prinsipal dan agen.

Berperan sebagai agent, manajer perusahaan secara moral harus memiliki tanggung jawab

untuk mengoptimalkan keuntungan bagi para pemilik (principal), namun disisi lain seorang

manajer juga mempunyai kepentingan maksimum bagi kesejahteraan mereka. Sehingga

kemungkinan besar para agent tidak bertindak demi kepentingan terbaik bagi para pemilik

(principal).

Dalam penelitian ini teori agensi dimaksudkan untuk menggambarkan konflik kepentingan

antara pemerintah selaku prinsipal dan perusahaan selaku agen dalam sistem perpajakan.

Pemerintah mengharapkan pajak yang dibayar oleh wajib pajak dalam hal ini perusahaan

sesuai dengan realitas yang terjadi sehingga penerimaan dari sector pajak akan mampu

membiayai proses pembangunan yang telah direncanakan oleh pemerintah. Namun, dari sisi

wajib pajak tentu saja akan berbeda pandangan ketika dihadapkan dengan pajak, sedemikian

upaya akan dilakukan untuk meminimalkan beban pajak agar laba yang dihasilkan

perusahaan akan tetap maksimal.

2. PENGHINDARAN PAJAK

Menurut (Dewinta & Setiawan, 2016) penghindaran pajak ialah usaha pengurangan

pajak, namun tetap mematuhi ketentuan peraturan perpajakan seperti memanfaatkan

pengecualian dan potongan yang diperkenankan maupun menunda pajak yang belum diatur

dalam peraturan perpajakan yang berlaku dan biasanya melalui kebijakan yang diambil oleh

pimpinan perusahaan. Menurut (Nuraini, 2019) Penghindaran pajak merupakan kegiatan

mengurangi atau menghindari biaya pajak yang seharusnya dibayarkan kepada Negara oleh

suatu peusahaan.

Dari penjelasan mengenai penghindaran pajak diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

upaya penghindaran pajak yang memberikan efek terhadap kewajiban pajak yang dilakukan
dengan cara masih tetap dalam mematuhi ketentuan perpajakan. Metode dan teknik dilakukan

dengan memanfaatkan kelemahan-kelemahan dalam undang - undang dan peraturan

perpajakan untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang.

Dalam praktik penghindaran pajak wajib pajak tidak secara jelas melanggar undang-

undang. Praktik penghindaran pajak yang dilakukan oleh manajemen suatu perusahaan

semata-mata untuk meminimalisasi kewajiban pajak yang dianggap legal sehingga membuat

perusahaan memiliki kecenderungan untuk melakukan berbagai cara untuk mengurangi

beban pajaknya. Aktivitas dari penghindaran pajak merupakan aktivitas yang dilakukan untuk

mengurangi kewajiban pajak yang harus dibayarnya dengan memanfaatkan celah-celah yang

terdapat dalam hukum perpajakan.

3. PENGUKURAN PENGHINDARAN PAJAK

Menurut (Drake et al., 2019) Adapun rumus untuk menghitung CETR adalah sebagai

berikut :

CETR = Cash Tax Paid


Pre Tax Income

Dimana:

Cash ETR (Effective Tax Rate) : Tarif Pajak Efektif Tunai

Cash Tax Paid : Pajak Tunai Dibayar

Pre Tax Income : Laba Sebelum Pajak

Dalam penelitian ini untuk menghitung penghindaran pajak menngunakan rumus

Menurut (Drake et al., 2019) dengan alasan Cash Effective Tax Rate (CETR) digunakan

sebagai pengukuran karena dianggap dapat merefleksikan perbedaan tetap antara perbedaan

laba buku dan laba fiskal. Dan semakin besar kas yang dikeluarkan untuk membayar beban

pajak perusahaan maka semakin rendah perusahaan dalam melakukan penghindaran pajak.

STRUKTUR KEPEMILIKAN
Menurut (Irawan & Pangestuti, 2015) struktur kepemilikan merupakan komposisi pemegang
saham dalam suatu perusahaan yang dihitung berdasarkan jumlah saham yang dimiliki dibagi
dengan seluruh jumlah saham yang ada. Proporsi dalam kepemilikan ini akan menentukan
jumlah mayoritas dan minoritas kepemilikan saham dalam perusahaan. Jenis dan pola
kepemilikan akan berpengaruh terhadap struktur kepemilikan suatu perusahaan.

Struktur kepemilikan suatu perusahaan dapat mempengaruhi jalannya perusahaan yang

menyebabkan kinerja perusahaan juga terpengaruhi untuk mencapai tujuan suatu perusahaan

yaitu membua tnilai perusahaan bergerak menjadi lebih maksimal. Hal ini disebabkan karena

adanya kontrol yang dimiliki oleh para pemegang saham.

1. Kepemilikan Manajerial

Menurut (Rejeki et al., 2019) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial merupakan

mekanisme pengendalian internal yang berfungsi untuk memonitoring agar konflik

keagenan dapat di kurangi. Kepemilikan saham manajerial merupakan jumlah saham

yang dimiliki oleh manajemen dari keseluruhan modal yang ada dalam suatu perusahaan.

Menurut (Kurniaty, 2017) Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer

memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain manajer sekaligus sebagai pemegang

saham perusahaan.

2. Kepemilikan Institusional

Menurut (Waluyo et al., 2015) Kepemilikan institusional dapat diukur menggunakan

presentase saham yang dimiliki institusi yaitu perusahaan investasi, bank, perusahaan

asuransi, maupun lembaga lainnya yang bentuknya perusahaan. Menurut (Idzni &

Purwanto, 2017) Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang

dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, perusahaan investasi,

dana pensiun, bank dan kepemilikan institusi lain. Besarnya kepemilikan institusional

dapat mempengaruhi kinerja manajemen perusahaan dan menyeimbangkan antara

manajemen dengan pemegang saham.

3. Kepemilikan Asing
Menurut (Idzni & Purwanto, 2017) Kepemilikan asing merupakan jumlah saham

perusahaan yang dimiliki oleh investor atau pemodal asing.

Kepemilikan asing berfokus kepada reputasi negara atau perusahaan pusatnya, sehingga

berupaya mengubah perilaku operasi mereka demi menjaga legitimasi dan reputasi

perusahaan. Kepemilikan asing dalam perusahaan publik diharapkan dapat mengurangi

tindakan agresif pajak.

Intensitas Modal

Menurut (Anwar et al., 2017) intensitas modal merupakan salah satu bentuk

keputusan keuangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk meningkatkan tingkat

profitabilitas perusahaan. Menurut (Widani et al., 2019) Intensitas modal juga dapat

didefinisikan seberapa besar perusahaan berkorban untuk melakukan aktivitas operasi dan

pendanaan aktiva untuk memperoleh keuntungan.

Menurut (Syamsuddin & Suryarini, 2020) intensitas modal merupakan seberapa besar

perusahaan menginvestasikan asetnya pada aset tetap dan persediaan

Dapat disimpulkan bahwa intensitas modal merupakan tindakan perusahaan dimana

manajemen menanamkan investasinya pada aset tetap. Intensitas modal juga dapat

mencerminkan seberapa besar modal yang dibutuhkan untuk menghasilkan pendapatan, jadi

intensitas modal dapat menjadi indikator perusahaan dalam memperebutkan pasar..

Intensitas aset tetap merupakan seberapa besar proporsi aset tetap perusahaan dalam

total aset tetap yang dimiliki. Dengan meningkatnya aset tetap perusahaan dapat

meningkatkan kegiatan produktivitas perusahaan sehingga penghasilan perusahaan juga

meningkat. Kepemilikan aset tetap yang tinggi akan menghasilkan beban penyusutan yang

tinggi pula, sehingga laba menjadi turun dan beban pajak perusahaan menjadi turun juga. Jadi
dengan tingginya jumlah aset yang dimiliki perusahaan mendorong perusahaan melakukan

tindakan penghindaran pajak.

PENGUKURAN

Dalam penelitian ini untuk meneliti kepemilikan manajerial peneliti menggunakan rumus

Menurut (Kurniaty, 2017) dengan alasan Kepemilikan saham manajerial yang tinggi akan

meningkatkan kesejahteraan pemegang saham dan untuk kepentingannya sendiri. Hal ini

akan mengurangi biaya. Sedangkan untuk meneliti tentang kepemilikan institusional peneliti

menggunakan rumus Menurut (Okrayanti, Nuaraina & Utomo 2017) dengan alasan

kepemilikan institusional yang besar mampu mendorong untuk melakukan kegiatan yang

optimal terhadap penghindaran pajak.

Dan untuk meneliti kepemilikan asing peneliti menggunakan rumus Menurut (Refgia

et al., 2017) dengan alasan rumus tersebut menjelaskan ketika proporsi saham yang dimiliki

pihak asing semakin besar pada suatu perusahaan, maka semakin besar suara investor asing

untuk ikut andil dalam penentuan kebijakan perusahaan dan kecenderungan untuk

meminimalkan beban pajak akan semakin tinggi.

Menurut (Puspita & Febrianti, 2017) intensitas modal mencerminkan seberapa besar

modal yang dibutuhkan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan yang diperoleh dari

penurunan aset tetap atau peningkatan aset tetap.

Menurut (Puspita & Febrianti, 2017) intensitas modal dapat diukur dengan rumus

sebagai berikut:

Intensitas Modal = Total Aset tetap


Total Aset

Perusahaan dengan jumlah aset yang memiliki beban pajak yang lebih rendah

dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki jumlah aset yang lebih kecil, hal ini
disebabkan karena jumlah beban depresiasi yang harus ditanggung oleh perusahaan akan

semakin meningkat sehubungan dengan jumlah aset yang besar.

2.5 Pengembangan Hipotesis

2.5.1 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Penghindaran Pajak

Kepemilikan manajerial merupakan proporsi saham biasa yang dimiliki dan bisa di

kontrol oleh manajemen yang dapat mempengaruhi keputusan perusahaan. Semakin besar

proporsi kepemilikan saham manajerial disuatu perusahaan maka semakin giat pihak

manajemen bekerja lebih baik untuk kepentingan pemegang saham, karena jika ada kesalahan

maka pihak manajemen pula yang mendapat konsekuensinya. Sehingga, seorang manajer

yang memiliki sejumlah besar saham di sebuah perusahaan cenderung lebih jarang terlibat

dalam kasus penghindaran pajak.

Hasil ini didukung oleh penelitian (Sunarsih & Oktavia, 2017) yang menyatakan

bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap tax avoidance, dimana hasil penelitian

tersebut menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajerial mampu meningkatkan

pengawasan yang optimal sehingga mampu mempengaruhi pihak manajemen dalam

melakukan kebijakan tax avoidance.

Berdasarkan rumusan di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagaiberikut:

H1 : Kepemilikan Majanerial Berpengaruh Terhadap Penghindaran


Pajak

2.5.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Penghindaran Pajak

Kepemilikan institusional merupakan salah satu cara yang dapat mengurangi konflik

agensi. Dengan adanya tanggung jawab perusahaan kepada pemegang saham, maka pemilik

institusional memiliki insentif untuk memastikan bahwa manajemen dalam melaksanakan

kegiatan operasional perusahaan mengambil keputusan secara baik dan tepat. Kepemilikan
institusional merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengurangi konflik kepentingan.

Adanya kepemilikan oleh institusional seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan-

perusahaan investasi dan kepemilikan oleh institusi-institusi lain akan mendorong

peningkatan pengawasan yang lebih optimal.

Menurut penelitian (Arianandini & Ramantha, 2018) yang menyatakan bahwa

kepemilikan institusional Berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Yang artinya

keberadaan struktur kepemilikan instituasional terhadap manajemen perusahaan tersebut

terindikasi adanya tekanan dari pihak institusional ketika melakukan kebijakan pajak agresif

untuk memperoleh laba yang maksimal bagi investor. Semakin tinggi tingkat kepemilikan

institusional maka semakin rendah tingkat penghindaran pajak yang dilakukan oleh

perusahaan.

Berdasarkan rumusan di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H2 : Kepemilikan Institusional Berpengaruh Terhadap Penghindaran


Pajak
2.5.3 Pengaruh Kepemilikan Asing Terhadap Penghindaran Pajak

Kepemilikan asing merupakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh investor asing

karena warga negara asing tersebut menanamkan modalnya pada perusahaan dalam

negeri.Semakin besar proporsi saham yang dimiliki oleh pihak asing maka semakin besar

pula suara investor asing tersebut untuk ikut dalam penentuan kebijakan perusahaan. Investor

yang menginvestasikan modalnya pada suatu perusahaan akan mendapatkan tingkat

pengembalian yang sesuai dengan investasinya. Besarnya modal yang dimiliki pihak asing

maka akan semakin mempengaruhi kebijakan suatu perusahaan. (Idzni & Purwanto, 2017)

mengatakan jika suatu perusahaan memiliki tingkat kepemilikan asing yang tinggi, penentuan

kebijakan suatu perusahaan dari pihak asing yang mengarah kepada meminimalkan beban

tanggungan pajak juga akan semakin tinggi


Penelitian terdahulu dilakukan oleh (Alkurdi & Mardini, 2020) menyatakan bahwa

kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak. Temuannya menyatakan

besarnya suara investor asing dalam penentuan kebijakan perusahaan akan semakin besar

akan melakukan praktik penghindaran pajak.

H3 : Kepemilikan Asing Berpengaruh Terhadap Penghindaran


Pajak

2.5.4 Pengaruh Intensitas Modal Terhadap Penghindaran Pajak

Intensitas Modal adalah aktivitas investasi dimana pada pelaksanaannya dilakukan

oleh perusahaan dalam bentuk aset tetap. Dibandingkan dengan perusahaan lain, perusahaan

dengan modal yang intensif memiliki peluang lebih besar untuk strategi penghindaran pajak.

Berdasarkan teori keagenan dimana manajer untuk memenuhi kepentingan individu dalam

mencapai kompensasi kinerja yang maksimal, manajer melakukan pengurangan beban pajak

perusahaan agar mendapatkan laba yang tinggi.

Pengurangan beban pajak perusahaan yang dibayarkan akan melakukan penyusutan

aset tetap dan dibebankan sebagai pengurang laba. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan

yang memiliki asset tetap banyak, tarif pajak yang dibayarkan cenderung rendah..

Penelitian (Dharma & Noviari, 2017) dan (Irianto et al., 2017) menyatakan bahwa

terdapat hubungan positif antara insensitas modal (capital intensity) terhadap penghindaran

pajak (tax avoidance). Yang artinya semakin tinggi intensitas modal (capital intensity) suatu

perusahaan, maka semakin tinggi indikasi dalam melakukan penghindaran pajak (tax

avoidance). Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Wijayanti et al., 2016) intensitas modal

memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak.

Berdasarkan rumusan di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagaiberikut:

H4 : Intensitas Modal Berpengaruh Terhadap Penghindaran Pajak

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kausalitas karena bertujuan untuk meneliti

hubungan sebab akibat antara varadel independen dan variabel dependen. Pada dasarnya

penelitian ini menjelaskan pengaruh besar variabel bebas yaitu Kepemilikan Manajerial (X1),

Kepemilikan Institusional (X2), Kepemilikan Asing (X3) dan Intensitas Modal (X4) terhadap

variabel terikat yaitu Penghindaran Pajak (Y) Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2020.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pembantu (sekunder).

Menurut (Sugiyono, 2016) data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau lewat

dokumen.Peneliti proposal ini menggunakan data sekunder yaitu berupa laporan keuangan

tahunan perusahaan Di perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2017-2020.

Sumber data sekunder yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu berasal dari

situs homepage Bursa Efek Indonesia (BEI) www.idx.co.id, www.finance.yahoo.com dan

www.sahamok.com dan literatur artikel, serta situs di internet yang berkenaan dengan

penelitian yang dilakukan.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah Studi

pustaka (library research). Menurut (Sugiyono, 2016) studi kepustakaan (library research)
adalah teknik pengumpulan data dengan mempelajari buku-buku, literatur-literatur, catatan-

catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan obyek penelitian atau sumber-

sumber lain yang mendukung penelitian. Selain studi pustaka penelitian ini juga

menggunakan teknik dokumentasi. Dalam penelitian ini data yang peneliti butuhkan yaitu

data angka yang yang bisa peneliti ambil dari laporan keuangan atau laporan tahunan Di

perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2020.

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi Penelitian

Menurut (Sugiyono, 2016) Populasi adalah sebagai wilayah generalisasi terdiri atas

objek subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulanya.Populasi dalam penelitian ini adalah

Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2019 yaitu

sebanyak 47 perusahaan.

3.4.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2016:81) sampel ialah bagian dari jumlah dan ciri-ciriyang

dimiliki oleh populasi. Teknik sampel yang akan digunakan adalah Purposive Sampling

Menurut Sugiyono (2016:82) Purposive Sampling, adalah pengambilan sampel berdasarkan

pertimbangan subjektif penelitian dimana syarat yang harus dipenuhi oleh sampel. Kriteria

yang ditetapkan dalam menentukan sampel pada penelitian ini adalah:

1. Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2017-2020.

2. Perusahaan pertambangan yang menerbitkan laporan keuangan dan laporan tahunan

secara lengkap dari tahun 2017-2020.

3. Perusahaan pertambangan yang tidak mengalami kerugian selama periode 2017-2020.

Tabel 3.1
Rincian Kriteria Sampel
No Perusahaan Sektor Pertambangan Total
1. Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI 47
2. Perusahaan pertambangan yang tidak menerbitkan laporan
keuangan dan laporan tahunan secara lengkap dari tahun 8
2017-2020
3. Perusahaan pertambangan yang mengalami kerugian selama
15
periode 2017-2020
Total Sampel Penelitian 24

Dari tabel 3.1 terdapat rincian dari setiap kriteria sampel yang peneliti teliti

diantaranya perusahaan pertambangan yang terdaftar dari tahun 2017-2020 adalah sebanyak

47 perusahaan sedangkan perusahaan pertambangan yang tidak menerbitkan laporan

keuangan secara lengkap dari tahun 2017-2020 adalah sebanyak 8 perusahaan pertambangan

yang mengalami kerugian dari tahun 2017-2020 adalah sebanyak 15 perusahaan.

3.5 Variabel penelitian dan Defenisi Variabel Operasional

3.5.1 Variabel penelitian

Dalam penelitian ini, penulis melakukan penguraian variabel dari kasus penelitian

yang dilakukan yaitu:

1. Variabel Terikat (Variabel Dependen)

Menurut (Sugiyono, 2016) variabel terikat (dependent) adalah variabel yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas (independent). Variabel dependen dalam penelitian

ini adalah Penghindaran Pajak(Y).

2. Variabel Bebas (Variabel Independen)

Menurut (Sugiyono, 2016) variabel bebas (independent) adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan variabel terikat (dependent). Variabel

independen dalam penelitian ini yaitu: Kepemilikan Manajerial (X 1), Kepemilikan

Institusional (X2), Kepemilikan Asing (X3) dan Intensitas modal (X4).

Tabel 3.2
Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran
Definisi
Variabel Pengukuran Satuan
Operasional
a. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah situasi
dimana manajermen miliki saham
perusahaan atau dengan kata lain
manajer sekaligus sebagai pemegang
saham perusahaan. %

KM = Total Saham Manajerial


Jumlah Saham Beredar

Menurut (Kurniaty, 2017)


b. Kepemilikan Institusional
Struktur Kepemilikan institusional adalah
kepemilikan kepemilikan saham perusahaan yang
merupakan dimiliki oleh institusi atau lembaga
Struktur pemisahan antara seperti perusahaan asuransi, perusahaan
Kepemilikan pemilik perusahaan investasi, dana pensiun, bank dan
kepemilikan institusi lain. %
( X1) dan manajer
perusahaan.
KI= Jumlah Saham Institusional x 100%
Menurut Sudana Jumlah Saham Beredar
(2011)
Menurut (Okrayanti, Nuaraina & Utomo
2017)
c. Kepemilikan asing
Kepemilikan asing merupakan proporsi
kepemilikan saham perusahaan yang
dimilikioleh perorangan, badan hukum,
pemerintah serta bagian-bagiannya
yang berstatus luar negeri. %

KA = Total Saham Asing


Jumlah Saham Beredar

Menurut (Kurniaty, 2017)


Intensitas Intensitas modal %
modal mencerminkan
( X2) seberapa besar Intensitas modal
modal yang Total aset tetap
¿
dibutuhkan total aset
perusahaan untuk
menghasilkan
pendapatan yang
diperoleh dari
Menurut (Puspita& Febrianti, 2017)
penurunan asset
tetap atau
peningkatan ase
ttetap.
Menurut (Puspita&
Febrianti, 2017)
Penghindaran pajak
merupakan CETR = Cash Tax Paid
kegiatan Pre Tax Income
mengurangi atau
menghindari biaya Dimana:
Penghindaran pajak yang
Pajak seharusnya Cash ETR : Tarif PajakEfektifTunai %
( Y) dibayarkan kepada Cash Tax Paid : PajakTunaiDibayar
negara oleh suatu Pre Tax Income : Laba Sebelum Pajak
perusahaan.
Menurut( Drake et al., 2019)
Menurut (Nuraini,
2019)

3.6 Metode analisa data

Metode analisa data kuantitatif merupakan metode analisa data yang menggunakan

pehitungan angka-angka yang nantinya akan digunakan untuk mengambil suatu keputusan

dalam memecahkan permasalahan. Sedangkan alat analisis yang digunakan dalam penelitian

ini menggunakan regersi berganda..

3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis menggunakan statistik deskriptif memeberikan gambaran atau deskripsi

suatu data yang dilihat dari nilai rata - rata (mean), standar deviasi dari setiap variabel

independen dan dependen yang dijabarkan dalam bentuk statistik (Ghozali, 2016:19).

Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai variabel - variabel

penelitian yaitu Kepemilikan Manajerial, Keemilikan Institusional, Kepemilikan Asing dan

Intensitas Modal. Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS.

3.6.2 Uji Asumsi Klasik

Setelah data yang didapat dianggap valid serta reliabel, berikut langkah selanjutnya

yaitu menganalisis data. Semua data yang sudah terkumpul ditabulasikan sesuai dengan tiap-

tiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis

dengan menggunakan rumus statistik, dari regresi berganda. Namun sebelumnya akan
dilakukan pengujian terlebih dahulu apakah data yang ada sudah memenuhi syarat untuk

dianalisis dengan menggunakan metode ini.

1. Uji Normalitas

Menurut (Ghozali, 2016) pengujian normalitas dilakukan untuk menguji keragaman

variance yang mendukung setiap variabel penelitian, dalam melakukan pengujian

normalitas digunakan alat uji One Sapmle Kolmogorov Smirnow Test. Pengujian data

normalnya sebuah vaiabel ditentukan nilai asymp. Sig >alpha 0,05. Pengujian hipotesis

dapat dilanjutkan setelah seluruh variabel penelitian berdistribusi normal.

2. Uji Multikolonearitas

Menurut (Ghozali, 2016) pada pengujian multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui

apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independent atau variable

bebas.

3. Uji Heterokedastisitas

Menurut (Ghozali, 2016) Uji ini bertujuan untuk melakukan uji apakah pada sebuah

model regresi terjadi ketidaknyamanan varian dari residual dalam satu pengamatan ke

pengamatan lainnya. Apabila varian berbeda, disebut heteroskedastisitas. Uji

heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidakpastian variance dari residual satu pengamatan kepengamatan lainnya jika suatu

pengalaman tersebut terdapat varians yang berbeda, maka disebut heterskedastisitas. .

4. Uji Autokorelasi

Menurut (Ghozali, 2016) Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi

linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

penganggu pada periode t sebelumnya. Uji autokorelasi adalah untuk menguji hipotesis

regresi bahwa variabel dependen tidak berhubungan dengan dirinya sendiri.Maksud

berkorelasi dengan dirinya sendiri adalah nilai variabel dependen tidak berhubungan
dengan nilai variabel itu sendiri, baik nilai variabel sebelumnya atau nilai periode

sesudahnya. .

3.6.3 Analisis Regresi Linear berganda

Untuk menguji hipotesis tentang kekuatan variabel penentu (independent variabel)

terhadap pemanfaatan informasi kinerja instansi pemerintah dalam penelitian ini digunakan

analisis regresi berganda. Menurut (Sugiyono, 2016b) Analisis regresi linier berganda adalah

data pengamatan biasanya tidakhanya didasarkan pada satu variabel melainkan oleh beberapa

atau bahkan banyak variabel. Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen digunakan model regresi linear berganda dengan persamaan sebagai

berikut :

Y =a+b 1 X 1+ b 2 X 2+ b3 X 3+ b 4 X 4+ e
Dimana :
Y = Penghindaran Pajak
X1 = Kepemilikan Manajerial
X2 = Kepemilikan Institusional
X3 = Kepemilikan Asing
X4 = Intensitas Modal
b1-b4 = Koefisien regresi
a = Konstanta
e = error atau faktor gangguan lain yang mempengaruhi Y

3.7 Uji Hipotesis


Menurut Sugiyono (Ghozali, 2016) data yang berskala interval dan rasio pengujian

terhadap hipotesis dilakukan dengan cara Uji signifikan (pengaruh nyata) variabel

independen (X) terhadap variabel dependen (Y) yang dilakukan dengan cara uji parsial atau

uji t (t-test) dan uji F (F-Test).

3.7.1 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)

Menurut (Ghozali, 2016) Uji parsial pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh

pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi

variabeldependen.Untuk menentukan nilai df pada uji-t digunakan rumus df = n-k.


3.7.2 Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F)

Menurut (Ghozali, 2016) Uji statistic F juga menunjukan apakah semua variabel

independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-

sama terhadap variabel dependen.

3.8 Menghitung Koefisien Determinasi (R2)

Menurut (Sugiyono, 2017) Koefisien determinasi adalah salah satu nilai statistik yang

dapat digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan pengaruh antara dua variabel. Nilai

Koefisien Determinasi yang umumnya diberi simbol R2 menunjukkan hubungan pengaruh

antara dua variabel, yaitu variabel independen dan variabel dependen dari hasil perhitungan

tertentu. Sedangkan R2 digunakan untuk mengukur secara parsial derajat hubungan antara

masing-masing variabel X dan variabel Y.

Anda mungkin juga menyukai